BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pada tahun 2010 sekitar 2,5 juta kematian diperkirakan setiap tahun di usia
kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di wilayah Asia Tenggara mencapai 52%. Cakupan imunisasi anak di Negara-Negara anggota WHO ( World Health Organization) telah mencapai 90%, dan diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi.Terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan vaksinasi dan tetap beresiko terkena penyakit (WHO Global Immunization Data, 2011). Pembangunan nasional jangka panjang menitik beratkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima.Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna meneruskan
pembangunan
nasional
jangka
panjang
tersebut
salah
satu
perwujudannya dengan meningkatkan status imunisasi. (IGN Ranuh, 2008). Salah satu tujuan MDGs pada poin keempat adalah menurunkan angka kematian bayi adalah dengan meningkatkan status imunisasi terutama imunisasi dasar lengkap pada balita yang hingga saat ini status balita yang mendapatkan imunisasi lengkap belum optimal padahal imunisasi merupakan hal yang wajib untuk bayi
1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
:
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2
:
Lembar Informed consent
Lampiran 3
:
Lembar Kuisioner
Lampiran 4
:
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Lampiran 5
:
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6
:
Master Data Penelitian
Lampiran 7
:
Hasil Out Put Penelitian
Lampiran 8
:
Surat Izin Penelitian Dari D- IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9
:
Lampiran 10 :
Balasan Surat Izin Penelitian Daftar Riwayat Hidup
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Adenin Dian Musrifani
TTL
: Medan 12 Juni 1989
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Drs.Mudjiono
Nama Ibu
: Sri Eliawati S.ag
Anak Ke
: 1 dari 6 bersaudara
Alamat
: Padangsidempuan
Pendidikan Formal
:
Tahun 1995 – 2001
: SD No.12 Padangsidempuan
Tahun 2001 – 2004
: SMP N I Padangsidempuan
Tahun 2004 – 2007
: SMA N 1 Padangsidempuan
Tahun 2007 – 2010
: Akademi Kebidanan Darmais Padangsidempuan
Tahun 2011 – 2012
: D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara
x
2
dengan imunisasi wajib maka bayi akan terlindung terhadap penyakit yang kerap menyerang. (Priyono, 2010, hal. 23). Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Berbagai macam penyakit menular seperti penyakit dipteri, pertusis, campak, tetanus, dan polio telah terbukti menurun berkat pemberian imunisasi. Jadi, pemberian imunisasi merupakan hal yang sangat penting. (Priyono, 2010, hal 24). Adapun persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak dengan acuan dasar (1991) sebesar 44,5% (SDKI), tahun (2007) sebesar 67.0% (SDKI), dan target nasional (2014) 93% (RKP 2011). Pada tahun 1991 angka kematian balita mencapai 97 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003 angka kematian tersebut jauh menurun menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup,dan pada tahun 2007 turun menjadi 44 kematian per 1.000 kelahiran hidup. (Bappenas 2010). Dengan tingkat penurunan seperti itu Indonesia diharapkan mampu mencapai target MDGs untuk menurunkan angka kematian bayi. Tingkat kematian balita juga
memperlihatkan penurunan dengan meningkatkan cakupan imunisasi
dapat menurunkan angka kematian anak. Imunisai campak mempunyai dampak langsung terhadap kematian anak, dan persentase anak usia 1 tahun yang telah diimunisasi dapat digunakan sebagai indikator yang baik terhadap kualitas sistem pelayanan kesehatan anak. Peningkatan sebesar 3 persen poin pada cakupan imunisasi dapat menurunkan jumlah kematian anak balita sebesar 1 per 1.000 kelahiran hidup. (UNSD 2009, ADB).
3
Profil epidemiologis di Indonesia sebagai gambaran tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian khusus. Dengan cakupan imunisasi : BCG 85%, DPT 64%, Polio 74%, HB1 91%, HB2 84, 4%, HB3 83,0% (Ranuh, 2008, hlm.3). Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa terdapat 18 provinsi dengan cakupan imunisasi campak lebih rendah dari rata-rata nasional, yaitu dibawah 67.0%. Provinsi dengan cakupan terendah adalah Sumatera Utara 36,6%, Aceh 40,9%, dan Papua 49,9%. Sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah DIY dengan cakupan 94,8%. (BAPPENAS 2010). Sasaran imunisasi untuk Provinsi Sumatera Utara yaitu pada 318.459 bayi yang telah mendapat imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) sejumlah 95,32%, HB 0 (Hepatitis B) 69,96%, DPT-HB 1 (Dyfteri Pertusis Tetanus) 96,48%, DPT-HB 3 91,84%, Polio 93,03%, dan Campak 93,28% (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010). Angka kematian bayi (AKB atau IMR) dalam dua dasawarsa terakhir ini menunjukkan penurunan yang bermakna.Apabila pada tahun 1971 sampai dengan tahun 1980 memerlukan sepuluh tahun untuk menurunkan AKB dari 142 menjadi 112 per 1000 kelahiran hidup, maka hanya dalam kurun waktu lima tahun yaitu tahun 1985 sampai 1990 indonesia berhasil menurunkan AKB dari 71 menjadi 54 dan bahkan dari data 2001 telah menunjukkan angka 48 per 1000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001).
4
Secara keseluruhan, jangkauan cakupan program imunisasi telah meningkat secara bertahap namun demikian, jangkauan beberapa jenis imunisasi mengalami penurunan. Selama periode 2002-2005, jangkauan program imunisasi utama yaitu TB, DPT3, dan hepatitis masing-masing meningkat sebanyak 6.17% dan 7%, sehingga mencapai 82%, 88%, dan 72%. Kendati demikian hal ini diikuti oleh turunnya tingkat pemberian imunisasi polio, dan campak dari masing-masing 74 dan 76% menjadi 70%, jangkauan imunisasi dasar lengkap masih tercatat dibawah 50%. Wardhana (2001, dalam Lienda, 2009, hlm.12) mengatakan peran ibu pada program imunisasi ibu sangatlah penting karena penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan faktor ibu. Rendahnya cakupan imunisasi disebabkan beberapa faktor. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia < 30 tahun, pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi anak. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006). Penghasilan orang tua sangat erat juga kaitannya dengan kesejahteraan anak dan memungkinkan anak untuk hidup lebih sehat sehingga mempengaruhi status imunisasi anak, semakin sejahtera ekonomi orang tua maka semakin baik pula status kesehatan anak. (Reza,2006).
5
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian yang berjudul ’’Faktorfaktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Anak Usia 1223 Bulan di Puskesmas Medan Marelan Tahun 2012” sangat penting untuk diteliti. B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah
apakah ada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada anak usia 12-23 bulan di Puskesmas Medan Marelan Tahun 2012. C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada anak usia 12-23 bulan di Puskesmas Marelan Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu berdasarkan tingkat usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan penghasilan terhadap status imunisasi anak. b. Mengetahui status imunisasi dasar lengkap pada anak usia12-23 bulan di Puskesmas medan marelan D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan di Bidan Pendidik USU dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
D-IV
6
2. Bagi Responden Sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi dasar pada anak 3. Bagi Profesi Kebidanan Untuk Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan upaya kesehatan dengan penyuluhan kesehatan terutama imunisasi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk lebih mendalami dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi dasar pada anak usia 12-23 bulan