BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan mulai dari perusahaan skala kecil hingga perusahaan dengan skala global. Perusahaan-perusahaan yang bergerak diberbagai sektor ini berupaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan barang dan jasa yang semakin bervariasi dan terus meningkat. Perusahaan-perusahaan berupaya memaksimalkan peluang yang ada dengan memaksimalkan pengelolaan segala sumber daya yang dimiliki untuk dapat bertahan dan berkembang ditengah persaingan bisnis yang semakin kompetitif.
Iklim usaha yang bergerak dinamis dan sering sulit diprediksi
membuat para investor lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya dan berupaya
menghindarkan
risiko
ketidakpastian
yang
ditimbulkan
dari
investasinya. Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor usaha yang tumbuh pesat dan memiliki prospek bisnis jangka panjang yang menjanjikan.
Eksistensi
perusahaan-perusahaan manufaktur sangat ditentukan oleh permintaan pasar sehingga tidak mengherankan jika perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur senantiasa melakukan berbagai inovasi dari waktu ke waktu dengan melihat peluang pasar dan kebutuhan konsumen yang bergerak dinamis.
1
Universitas Sumatera Utara
Sektor manufaktur merupakan jenis perusahaan yang memproduksi berbagai jenis barang kebutuhan mulai dari makanan dan minuman, elektronik, peralatan rumah tangga, kimia, farmasi, kosmetik hingga barang-barang otomotif serta berbagai barang kebutuhan lainnya.
Melihat prospek perusahaan yang
bergerak di sektor manufaktur mendorong para investor untuk menanamkan modalnya di sektor ini dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang stabil dan terus meningkat melalui pembayaran dividen. Namun disini mengingat banyaknya perusahaan yang bergerak disektor manufaktur, para investor berupaya menggali informasi
sebanyak
mungkin
mengenai
kinerja
perusahaan-perusahaan
manufaktur khususnya perusahaan yang telah go public agar tidak salah dalam mengambil keputusan investasi. Untuk itu, para investor umumnya akan melihat dan menilai kinerja perusahaan dari berbagai rasio keuangan perusahaan seperti profitabilitas, likuiditas, harga saham dan sebagainya yang akan dijadikan referensi dalam berinvestasi. Semakin banyak informasi yang diperoleh para investor tentang kinerja perusahaan-perusahaan manufaktur, maka para investor memiliki referensi yang semakin baik sebelum melakukan keputusan investasi sehingga para investor mendapatkan return dari investasinya. Kemajuan sektor ekonomi dan bisnis yang semakin baik memberi kemudahan bagi pihak perusahaan untuk menjual sahamnya ke publik maupun bagi investor yang ingin berinvestasi melalui pasar modal. Pasar modal merupakan media
yang sangat
efektif untuk
dapat
menyalurkan dan
menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor.
2
Universitas Sumatera Utara
Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasional dan perluasan perusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal Indonesia yang memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan, seperti analisis rasio keuangan. Sebagian besar aktivitas suatu perusahaan adalah kegiatan investasi. Dalam menginvestasikan sejumlah dana, hal utama yang diharapkan seorang investor adalah adanya keuntungan yang akan diperoleh di masa datang. Untuk itu investor perlu melakukan analisis untuk menentukan dasar yang dapat digunakan dalam menilai kelayakan investasi yang akan dilakukannya. Oleh karena itu, perusahaan akan berupaya untuk meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan dari berbagai indikator.
Dalam upaya
meningkatkan nilai perusahaan, pihak manajemen perusahaan tentunya senantiasa berusaha meningkatkan pertumbuhan perusahaan serta berusaha meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham melalui kebijakan dividen. Sedangkan bagi para investor atau para pemegang saham tujuan utama menanamkan dana kedalam
3
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi dalam bentuk penerimaan dividen. Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. Untuk itu, perusahaan-perusahaan manufaktur terus berupaya menjaga kestabilan pembayaran dividen kepada para pemegang saham bahkan semaksimal mungkin berupaya meningkatkannya dari waktu kewaktu agar dapat menarik dan memberi kepercayaan pada investor untuk berinvestasi. Besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham sangat bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Oleh karenanya kebijakan deviden penting artinya bagi manajemen perusahaan guna memperhatikan berbagai kepentingan seperti kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat, dan pemerintah. Untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham, maka keputusannya diambil melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan berpedoman pada UndangUndang No. 1/1995 pasal 62 ayat 1 dan 2. Sebagaimana ketentuan yang berlaku bahwa dividen pada dasarnya dibayar dari laba yang diperoleh oleh perusahaan pada tahun berjalan yang merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham, sedangkan laba yang diperoleh pada tahun sebelumnya yang dimasukkan dalam pos “laba ditahan” (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.
4
Universitas Sumatera Utara
Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan. Bagi pihak manajemen dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Pemberian dividen tentunya akan menarik minat investor untuk menanamkan sahamnya disuatu perusahaan yang senantiasa membagi dividen setiap tahunnya karena dinilai menguntungkan.
Sedangkan
perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada para pemegang saham umumnya karena kas digunakan untuk melunasi hutang perusahaan atau meningkatkan investasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No.23 paragraf 4 (2004: 23) tentang pendapatan, mendefinisikan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
Sedangkan menurut Rusdin (2006: 73) menyatakan bahwa dividen
adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividen adalah bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.
Persentase pembayaran
dividen pada pemegang saham di ukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu perbandingan antara dividen per share dengan earning per share atau jumlah dividen yang dibagikan dibagi dengan jumlah laba per saham.
5
Universitas Sumatera Utara
Dalam menentukan kebijkan dividen, tentunya pihak manajemen akan memperhatikan berbagai faktor penting diantaranya adalah profitabititas, leverage dan harga saham. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri (Rodoni dan Ali, 2010: 123). Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return on Equity (ROE).
Semakin tinggi profitabilitas maka kemungkinan
pembagian dividen juga semakin banyak. Namun terkadang meskipun profitabilitas tinggi, dividen yang dibayarkan bisa saja rendah atau bahkan tidak dilakukan pembayaran dividen pada periode tersebut karena keuntungan digunakan untuk membayar hutang maupun meningkatkan laba ditahan. Dengan cara ini sumber dana internal meningkat sehingga perusahaan dapat menunda penggunaan utang atau investasi perusahaan. Tingkat profitabilitas sangat berhubungan dengan kebijakan dividen karena profitabilitas menjadi indikator seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan laba seperti dikemukakan oleh Martono dan Harjito (2007: 253) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagai kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Dengan demikian terlihat bahwa
6
Universitas Sumatera Utara
kebijakan dividen akan sangat dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan. Faktor penting lainnya adalah keputusan pendanaan berhubungan dengan alternatif pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Sebagian perusahaan menganggap bahwa penggunaan hutang dirasa lebih aman daripada menerbitkan saham baru. Kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutangnya. Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur untuk meminjamkan dana kepada perusahaan sehingga kebijakan pendanaan perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) tentunya menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen. Alternatif pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber seperti yang dijelaskan oleh Keown et al. (2011: 39) pembiayaan datang dari dua sumber utama yaitu hutang dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan, sedangkan ekuitas disisi lain menunjukkan investasi pemegang saham dalam perusahaan. Hal ini yang menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan dividen, karena dengan keputusan pendanaan yang baik, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik yang tentunya berdampak pada pembayaran dividen bagi para pemegang saham.
Namun disisi lain, dengan
tingginya tingkat hutang (leverage) perusahaan, maka
perusahaan akan
membatasi dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan fokus untuk melunasi hutang perusahaan kepada kreditur. Rodoni dan Ali (2010: 123)
7
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen salah satunya adalah leverage (DER), karena rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Sehingga tingkat leverage (DER) tentunya akan menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan dalam kebijakan dividen. Selanjutnya, Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain (Halim, 2005: 16). Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa. Harga Saham menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 151) adalah merupakan nilai sekarang (Present Value) dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Jogiyanto (2008: 143) harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Dengan demikian, semakin tinggi harga saham perusahaan yang di ukur dengan Price Earing Ratio (PER), akan mengindikasikan bahwa saham berisiko rendah yang akan membuat investor tertarik dengan pengembalian yang rendah (risk aversion). Investor yang seperti ini menginvestasikan dananya pada saham dengan resiko rendah sehingga permintaan akan saham ini akan meningkat yang menyebabkan harga saham tersebut naik maka kemungkinan dividen yang dibagikan juga tinggi karena harga saham yang tinggi menunjukkan tingginya permintaan terhadap saham perusahaan karena para investor menilai bahwa perusahaan dengan harga saham yang tinggi menggambarkan kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan yang tinggi. Sebaliknya disisi lain, jika
8
Universitas Sumatera Utara
dividen yang dibagikan tinggi, maka akan meningkatkan harga saham. Dengan demikian, terdapat hubungan yang kuat antara harga saham dengan kebijakan dividen. Pada pra penelitian yang dilakukan Penulis, pada beberapa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia terlihat bahwa rata-rata pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur pada periode 2010-2014 seperti terlihat pada Gambar 1.1 berikut:
Sumber: www.idx.co.id 2015 Gambar 1.1 Rata-Rata Dividend Payout Ratio beberapa perusahaan manufaktur 2010-2014
Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) pada beberapa perusahaan manufaktur pada tahun 2010 sebesar 39,74% dan meningkat menjadi 45,50% di tahun 2011 kemudian kembali meningkat menjadi 48,82 % pada tahun 2012, namun mengalami penurunan ditahun 2013 menjadi 39,79% dan kembali turun menjadi 31,02% di tahun 2014. Kondisi ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembayaran dividen pada beberapa perusahaan manufaktur tersebut diantaranya seperti profitabiltas, leverage, dan harga saham.
9
Universitas Sumatera Utara
Berikut dapat dilihat data keuangan yang berhubungan dengan rasio profitabilitas (ROE), rasio leverage (DER), harga saham, dan dividen tunai beberapa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Data Keuangan Beberapa Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013 Perusahaan
KLBF
INDF
GGRM
ASII
ALMI
Tahun
Laba Bersih (dalam jutaan rupiah)
Total Equitas (dalam jutaan rupiah)
Jumlah Hutang (dalam jutaan rupiah)
Harga Saham (Rp)
Dividen Tunai (Rp)
2010
1,286,330
5,771,917
1,260,361
4,100
70
2011
1,539,721
6,515,935
1,758,619
3,400
95
2012
1,772,035
7,371,644
2,046,314
1,060
19
2013
2,004,244
8,499,958
2,815,103
1,250
17
2010
2,952,858
16,784,671
22,423,117
4,875
133
2011
4,891,673
31,610,225
21,975,708
4,600
175
2012
4,779,446
34,142,674
25,181,533
5,850
185
2013
3,416,635
37,891,756
39,719,660
6,600
142
2010
4,146,282
21,320,276
9,544,517
40,000
880
2011
4,958,102
24,550,928
14,537,777
62,050
1,000
2012
4,068,711
26,605,713
14,903,612
56,000
800
2013
4,383,932
29,416,271
21,353,980
42,000
800
2010
14,366,000
58,803,000
63,547,000
5,455
160
2011
21,077,000
75,838,000
78,481,000
7,400
198
2012
22,742,000
89,814,000
92,460,000
7,600
216
2013
22,297,000
106,188,000
107,806,000
6,800
216
2010
43,723
505,798
998,356
420
70
2011
54,784
588,059
1,274,907
455
50
2012
13,949
587,883
1,293,685
325
20
2013
26,119
657,342
2,094,737
300
20
Sumber: www.idx.co.id 2015
10
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa laba bersih, equitas, jumlah hutang, harga saham, dan dividen tunai beberapa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 cenderung fluktuatif. Pada perusahaan Kalbe Farma, Tbk. selama periode 2010-2013 terlihat bahwa jumlah laba bersih, jumlah equitas, dan hutang mengalami peningkatan secara bersamaan disetiap tahunnya, sedangkan harga saham relatif mengalami penurunan namun dividen cenderung fluktuatif dengan jumlah terbesar di tahun 2011 yaitu Rp. 95 per lembar saham dan terendah di tahun 2013 sebesar Rp. 17. Dengan demikian pada PT Kalbe Farma, Tbk. terlihat bahwa meningkatnya laba bersih, equitas, dan hutang secara berturut-turut tidak searah dengan jumlah dividen yang dibayarkan disetiap tahunnya, namun fluktuasi yang terjadi pada harga saham relatif searah dengan jumlah dividen yang dibayarkan. Selanjutnya pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. pembayaran dividen relatif searah dengan fluktuasi yang terjadi pada laba bersih dan equitas namun tidak searah dengan fluktuasi yang terjadi pada hutang, dan harga saham. Seperti terlihat pada laba bersih dan equitatas terendah terjadi di tahun 2010 jumlah dividen terendah juga terjadi di tahun 2010 Dengan demikian, terlihat bahwa meningkat atau menurunnya pembayaran dividen pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. tidak selalu searah dengan meningkat atau menurunnya nilai laba bersih, equitas, hutang, dan harga saham. Pada PT Gudang Garam, Tbk. jumlah dividen per lembar saham secara umum searah dengan meningkat atau menurunnya laba bersih dan harga saham. Laba bersih dan harga saham tertinggi dicapai di tahun 2011 searah dengan
11
Universitas Sumatera Utara
jumlah dividen terbesar di tahun yang sama meningkat dibanding tahun 2010, namun di tahun 2012 dan 2013 jumlah dividen tetap meskipun laba bersih, equitas, hutang dan harga saham fluktuatif. Dengan demikian, pada PT Gudang Garam, Tbk. terlihat bahwa fluktuasi yang terjadi pada laba bersih dan equitas berdampak pada fluktuasi yang terjadi pada jumlah dividen, sedangkan meningkat atau menurunnya jumlah hutang dan harga saham tidak searah dengan fluktuasi yang jumlah dividen tunai yang dibayarkan per lembar saham di setiap tahunnya. Sedangkan pada PT Astra International, Tbk. dan PT Alumindo Light Metal Industry, Tbk. fluktuasi yang terjadi pada ROE, DER, dan harga saham turut mendorong terjadinya fluktuasi pada Divident Payout Ratio, Dengan demikian, secara umum pada beberapa perusahaan yang mengalami peningkatan ROE, DER, maupun harga saham tidak selalu diikuti oleh peningkatan DPR, demikian sebaliknya beberapa perusahaan yang mengalami penurunan ROE, DER, dan Harga Saham juga tidak selalu diikuti oleh penurunan nilai DPR. Meskipun pada beberapa perusahaan terlihat adanya hubungan yang searah antara ROE, DER, dan Harga Saham terhadap DPR namun kondisinya masih fluktuatif sehingga sulit diprediksi. Berdasarkan uraian tersebut, Penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana pengaruh Profitabilitas (ROE), Leverage (DER), dan Harga Saham terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Oleh karena itu Penulis memilih judul “ Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”.
12
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Profitabilitas (ROE), Leverage (DER), dan Harga Saham berpengaruh signifikan terhadap Dividen Tunai pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas (ROE), Leverage (DER), dan Harga Saham terhadap Dividen Tunai pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai profitabilitas, leverage, dan harga saham serta kebijakan dividen.
2.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk bahan kajian dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kebijakan dividen.
13
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang diperoleh melalui dividen.
4.
Bagi Akademisi dan Peneliti Lanjutan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk kepentingan ilmu pengetahuan maupun penelitian selanjutnya.
14
Universitas Sumatera Utara