BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor
konstruksi
dalam
bidang
infrastruktur
sedang
mengalami
perkembangan yang pesat di Indonesia. Hal itu dikarenakan pemerintah mulai sadar bahwa bidang infrastruktur inilah yang akan membantu kelancaran dari aktivitas sektor-sektor lain, serta akan berakibat positif terhadap perekonomian yang akan berkembang dengan lebih baik dimasa depan. Perbaikan dan perkembangan sektor konstruksi dalam bidang infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia diharapkan dapat mensejajarkan posisi Indonesia dengan negara-negara di dunia khususnya ASEAN dalam hal infrastruktur dalam suatu negara. Infrastruktur di Indonesia sendiri masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara di dunia, khususnya Singapura, Malaysia, dan Thailand untuk lingkup negara di ASEAN. Infrastruktur Indonesia didalam dunia internasional menurut Global Competitiveness Report 2014-2015 berada pada posisi ke-56 dari 144 negara, berada dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand, yang masing-masing menduduki posisi 2, 25, dan 48 (www.weforum.org). Tidak heran, demi menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Indonesia harus bekerja cukup keras dalam penyediaan infrastruktur.
Tabel 1.1 Perbandingan Ranking Infrastruktur Empat Negara Besar di ASEAN
Subjek / Ranking dunia
Indonesia
Peringkat dunia dalam infrastruktur Kualitas infrastruktur secara keseluruhan Kualitas jalan Kualitas jalur kereta Kualitas pelabuhan Kualitas transportasi udara Ketersediaan kursi dalam penerbangan Kualitas ketersediaan listrik Langganan telepon seluler Sambungan telepon pasti
56
Singapura
Malaysia
Thailand
2
25
48
72
5
20
76
72 41 77 64 14
6 2 1 19
19 12 19 19 22
50 74 54 37 15
84 54 71
6 17 31
39 30 73
58 34 91
Sumber: Schwab dan Sala-i-Martin, 2015
Ketertinggalan Indonesia dalam hal infrastruktur baik oleh negara-negara di dunia maupun oleh negara-negara tetangga, membuat pemerintah harus bekerja keras dalam membangun bidang yang vital ini demi kemajuan negara. Ketertinggalan yang cukup jauh, membuat pemerintah harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit demi memenuhi kebutuhan perkembangan dan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Sebenarnya, rencana pembangunan infrastruktur di Indonesia sudah ada sejak tahun-tahun yang lalu, tetapi pemerintah baru mulai menunjukkan keseriusannya pada semester akhir tahun 2015. Kebutuhan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur akan menjadi sangat besar di tahun-tahun mendatang dikarenakan banyak hal yang harus dibangun demi majunya bidang infrastruktur di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia memberikan prioritas pembangunan infrastruktur dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Kebutuhan infrastruktur prioritas tahun 2010 hingga tahun 2015 sebesar $76,2 miliar, yang terdiri dari sektor penerbangan sebesar $500 juta, sektor kelautan sebesar $3,3 miliar, sektor energi sebesar $16 miliar, sektor perhubungan darat untuk rel kereta sebesar $29,9 miliar, sektor perhubungan darat untuk jalan sebesar $25 miliar, dan untuk kebutuhan infrastruktur lain sebesar $1,4 miliar. Kemudian, kebutuhan infrastruktur prioritas tahap kedua tahun 2016 sampai tahun 2030 sebesar $856,5 miliar, nilai itu terdiri dari sektor penerbangan sebesar $10,6 miliar, sektor kelautan sebesar $32,5 miliar, sektor energi sebesar $90,8 miliar, sektor perhubungan darat untuk rel kereta sebesar $342,2 miliar, sektor perhubungan darat untuk jalan sebesar $288,6 miliar, dan untuk kebutuhan infrastruktur lain sebesar $91,8 miliar (Bappenas, 2011). Rencana pembangunan bidang infrastruktur yang akan dilakukan oleh pemerintah akan meliputi berbagai jenis infrastruktur yang diharapkan akan menunjang perekonomian Indonesia di masa mendatang. Rencana pembangunan infrastruktur itu telah disampaikan kepada publik dengan rincian berupa pembangunan jalan, pembangunan infrastruktur penerbangan, pembangunan rel, pembangunan infrastruktur bus, dan pembangunan infrastruktur kelautan. Pembangunan jalan akan meliputi pembangunan jalan baru sepanjang 2.650 Km, pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 Km, dan pemeliharaan jalan sepanjang 46.770 Km. Pembangunan disektor infrastruktur penerbangan akan meliputi pembangunan 15 bandara baru, pengadaan 20 pesawat perintis, dan pengembangan bandara untuk pelayanan kargo udara di 6 lokasi. Pembangunan untuk sektor hubungan darat akan meliputi pembangunan jalur kereta dan infrastruktur bus.
Pembangunan jalur kereta akan dibangun sepanjang 3.258 Km yang terbagi menjadi pembangunan jalur kereta antar kota 2.159 Km dan jalur kereta perkotaan 1.099 Km, kemudian pembangunan infrastruktur bus akan meliputi pembangunan BRT (Bus Rapid Transit) di 29 kota dan pembangunan angkutan massal cepat diperkotaan (6 kota metropolitan, 17 kota besar). Yang terakhir yaitu pembangunan infrastruktur laut yang meliputi pembangunan 24 pelabuhan baru, pengadaan 26 kapal barang perintis, pengadaan 2 kapal ternak, pengadaan 500 unit kapal rakyat, pembangunan pelabuhan penyeberangan di 60 lokasi, dan pengadaan kapal penyeberangan perintis sebanyak 50 unit (BAPPENAS yang diakses melalui www.manajemenproyekindonesia.com). Perkembangan ekonomi dunia, persaingan antarnegara yang semakin ketat, serta akan dilaksanakannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat kebutuhan akan infrastruktur yang memadai di Indonesia menjadi sangat mendesak demi perkembangan perekonomian Indonesia. Kebutuhan akan perkembangan sektor infrastruktur ini akan selalu tinggi dalam tiap tahun dikarenakan perekonomian yang selalu menuntut mobilitas yang cepat dan tanpa batas ke antarwilayah demi terjadinya perpindahan manusia, barang, dan jasa yang lebih mudah dan murah. Kebutuhan yang tinggi mengenai bidang infrastruktur di Indonesia akan direalisasikan oleh badan usaha milik negara dalam sektor konstruksi, salah satu badan usaha milik negara dalam sektor konstruksi yang terbesar yaitu PT Adhi Karya Tbk. PT Adhi Karya Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam bidang konstruksi yang terkemuka di Indonesia. PT Adhi Karya Tbk. menjadi
perseroan milik pemerintah dalam sektor konstruksi yang pertama terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Adhi Karya Tbk. mempunyai lima lini bisnis yaitu konstruksi, Engineering Procurement Construction (EPC), properti, real estate, dan investasi. Pada tahun 2014 perseroan sedang menjalankan beberapa proyek di berbagai daerah seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga uap, apartemen dan komersial, perumahan dan komersial, pembangunan rumah sakit umum daerah, perbaikan saluran irigasi untuk Perusahaan Daerah Air Minum, perbaikan dermaga, serta pembangunan jalan dan jembatan (www.adhi.co.id). Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, PT Adhi Karya Tbk. siap memulai kemitraan bisnis dengan investor asing dalam bidang infrastruktur dan properti. Salah satu usaha nyata yang dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk. yaitu membangun kerjasama dengan Wuhuan Engineering dalam rangka perluasan pabrik amonia-urea II milik PT Petrokimia Gresik, dengan total nilai proyek sebesar Rp5 triliun (Laporan Tahunan PT Adhi Karya Tbk tahun 2014). Pada tahun 2015, PT Adhi Karya Tbk. mendapat tugas dari pemerintah untuk merealisasikan infrastruktur dalam bidang transportasi massal berbasis rel yaitu Light Rail Transit (LRT). Light Rail Transit akan dibangun beserta stasiun dan properti pendukung dengan konsep Transit Oriented Development (TOD), termasuk fasilitas park and ride, yang akan memberi dampak dalam transportasi di Indonesia. Dalam merealisasikan semua target dan pekerjaan infrastruktur yang ditangani oleh perseroan, serta untuk menunjang pertumbuhan dan pengembangan usaha perseroan kedepannya, perseroan membutuhkan pendanaan yang lebih besar
dari yang telah dimiliki sekarang. Oleh karena itu, PT Adhi Karya Tbk. merasa perlu untuk meningkatkan struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha. Dalam usaha untuk melakukan peningkatan struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha PT Adhi Karya Tbk. memilih aksi korporasi dengan penerbitan saham baru. Keinginan perseroan dalam penerbitan saham baru direalisasikan dengan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 22 September 2015, RUPSLB memutuskan disetujuinya peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor perseroan melalui Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) dengan penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Rencana right issue PT Adhi Karya Tbk. telah didukung dengan adanya landasan hukum berupa Surat Menteri Keuangan Nomor S62/MK.06/2015 tanggal 28 Januari 2015, Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi Nomor S-29.1/M.EKON/01/2015 tanggal 30 Januari 2015, dan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Nomor TU.03/6983/DPR RI/IX/2008 tanggal 22 September 2008 (www.adhi.co.id). Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan Pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah hak yang melekat pada saham yang memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan untuk membeli efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Dalam Peraturan Bapepam Nomor IX. D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) angka 1 huruf a, definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu didefinisikan sebagai hak yang melekat pada
saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru, termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan. Beberapa perusahaan yang melakukan right issue pada tahun 2015 yaitu sebagai berikut.
Tabel 1.2 Daftar Emiten yang Melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
Nama Emiten
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIPP) PT Adhi Karya Tbk (ADHI) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
Harga
Harga
Harga
Kenaikan/
Tanggal
Penawaran
Penutupan
30/12/2015
Penurunan
HMETD
PUT
Saat PUT
(Rp)
(%)
(Rp)
(Rp)
30/07/2015
140
91
88
(37)
21/10/2015
1.560
2.285
2.140
37
03/11/2015
371
359
314
(15)
05/11/2015
77.000
94.700
94.000
22
20/11/2015
1.500
1.420
1.685
12
27/11/2015
1.200
1.620
1.525
27
Sumber: www.idx.co.id, www.finance.yahoo.com, dan www.ksei.co.id (diolah)
Seperti dikutip dari Metrotvnews.com, Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk. Kiswodarmawan berencana akan melakukan right issue dengan total Rp2,735 triliun. Nantinya emiten konstruksi ini akan menyiapkan ekuitas tersebut dan akan dibawa ke bank untuk mendapatkan pinjaman. Right issue perlu dilakukan lantaran dalam pengerjaan proyek percepatan pembangunan LRT, Adhi Karya mendapatkan
porsi pengerjaan prasarana 80 persen dan sarana 20 persen. Kiswodarmawan menambahkan ekuitas dari right issue akan digunakan untuk melakukan pembangunan prasarana, sedangkan sisanya untuk pengembangan lahan Transit Oriented Development (TOD). Dalam penambahan modal ditempatkan dan disetor penuh oleh PT Adhi Karya Tbk. melalui Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) akan dikeluarkan sebanyak 1.759.529.376 (satu miliar tujuh ratus lima puluh sembilan juta lima ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus tujuh puluh enam) saham dari portepel dengan nilai nominal per saham Rp100,00, dan akan ditawarkan dengan harga per saham sebesar Rp1.560,00. Hasil yang akan didapatkan dari Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) yaitu pendanaan sebesar Rp2.744.865.826.560,00 (dua triliun tujuh ratus empat puluh empat miliar delapan ratus enam puluh lima juta delapan ratus dua puluh enam ribu lima ratus enam puluh rupiah). Pendanaan tersebut akan digunakan sebagian untuk membiayai proyek transportasi massal berbasis rel beserta stasiun dan properti pendukung dengan konsep Transit Oriented Development, termasuk fasilitas park and ride, setelah dikurangi biaya emisi (www.adhi.co.id). Aksi perseroan PT Adhi Karya Tbk. dalam memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha melalui penerbitan saham baru atau right issue akan menyebabkan porsi kepemilikan saham mayoritas milik negara di dalam perseroan menurun. Untuk mempertahankan komposisi kepemilikan saham mayoritas milik negara pada perseroan PT Adhi Karya Tbk. sebesar 51 persen, perlu dilakukan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) Republik Indonesia ke dalam modal saham perseroan PT Adhi Karya Tbk. yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2015. Nilai penambahan penyertaan modal negara sebesar paling banyak Rp1,4 triliun. Besarnya nilai penambahan penyertaan modal negara itu ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan hasil pelaksanaan penerbitan saham baru yang disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2015). Harga penawaran saham pada saat right issue PT Adhi Karya Tbk. tanggal 21 Oktober 2015 sebesar Rp1.560,00 dan harga saham perseroan mengalami kenaikan pada saat penutupan penjualan saham pada hari tersebut. Penutupan harga saham PT Adhi Karya Tbk. tanggal 21 Oktober 2015 berada pada harga Rp2.285,00. Kemudian harga saham PT Adhi Karya Tbk. sempat mengalami kenaikan selama beberapa hari, tetapi mengalami fluktuasi dan tren penurunan setelahnya sampai pada penutupan akhir tahun 2015. Harga saham PT Adhi Karya Tbk. pada penutupan tahun 2015 berada pada harga Rp2.140,00. Harga pada penutupan saham akhir tahun itu mengalami penurunan sebesar Rp145,00 dari penutupan harga saham pada saat right issue ditanggal 21 Oktober 2015 sebesar Rp2.285,00. Fluktuasi dan tren penurunan saham PT Adhi Karya Tbk. dapat dilihat dalam Gambar 1.1 sebagai berikut.
2500
Pergerakan Harga Saham ADHI
Harga Saham
2000 1500 1000 500 0 21 Agustus 2015
21 21 Oktober 21 September 2015 November Tanggal 2015 Transaksi di Bursa Efek Indonesia 2015
21 Desember 2015
Gambar 1.1 Pergerakan Harga Saham PT Adhi Karya Tbk. Sumber: www.finance.yahoo.com diakses tanggal 31 Desember 2015.
Fluktuasi dan tren penurunan harga saham PT Adhi Karya Tbk. sejak dilakukan right issue menunjukkan adanya kemungkinan bahwa harga saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia untuk emiten PT Adhi Karya Tbk. tidak berada pada nilai yang wajar. Berkaitan dengan hal itu, maka perlu dilakukan sebuah evaluasi lebih mendalam untuk menentukan berapa kisaran nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk dalam rangka right issue. PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”. Harga saham dalam bursa tidak mencerminkan kondisi riil perusahaan secara fundamental. Harga saham dapat dinilai terlalu tinggi atau terlalu
rendah dalam pasar. Berdasarkan hal itu, penting bagi para investor untuk mengetahui nilai wajar saham emiten dengan kondisi fundamental yang terjadi agar para investor mengetahui saham yang akan dibeli tidak mengalami overvalued. Menurut Tambunan (2007 dalam Ivalandari, 2010), penilaian saham (valuasi) adalah nilai sekarang (present value) dari arus kas imbal hasil yang di harapkan (expected cash flows). Untuk mengkonversi cash flows menjadi harga saham, maka cash flows didiskontokan dengan tingkat bunga yang diinginkan (required rate of return). Penting bagi para investor dalam menilai harga wajar saham konstruksi, agar sebagai investor tahu apakah nilai sekarang saham konstruksi di dalam pasar mengalami overvalued atau undervalued. Aksi perseroan PT Adhi Karya Tbk. berupa right issue menarik untuk dilakukan penelitian, karena right issue yang dilakukan didalam bursa efek oleh perseroan milik negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jarang terjadi, khususnya oleh BUMN dalam bidang konstruksi. Ditambah lagi, sektor konstruksi dan infrastruktur sedang mengalami perkembangan yang pesat akibat pemerintah yang mulai berkonsentrasi dalam pembangunan infrastruktur Indonesia secara besar-besaran mulai semester kedua tahun 2015. Alasan terakhir, dikarenakan sebelum adanya aksi perseroan berupa Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) saham perseroan telah beredar didalam bursa dan harga saham PT Adhi Karya Tbk. telah terbentuk didalam pasar. Berdasarkan alasan-alasan tersebut membuat penilaian mengenai nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. yang berdasarkan kinerja perseroan menarik untuk dilakukan penelitian lebih mendalam. Nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan di dalam pengambilan keputusan terkait saham PT Adhi Karya Tbk. dan penilaian tersebut diharapkan dapat mengurangi terjadinya bias terhadap harga pasar saham yang sering kali terbentuk akibat tindakan spekulasi yang dilakukan didalam bursa saham. Dengan penjelasan dalam latar belakang mengenai right issue yang dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk. serta uraian ketertarikan peneliti dalam aksi perseroan berupa right issue, menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian yang peneliti lakukan yaitu mengenai evaluasi nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. dalam rangka Penawaran Umum Terbatas I (right issue), serta apakah nilai saham perseroan dalam keadaan undervalued, overvalued, atau dalam keadaan keseimbangan dengan nilai wajarnya.
1.2
Keaslian Penelitian Penelitian tentang penilaian saham perusahaan telah banyak dilakukan di
dalam dan di luar negeri. Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut. Tabel 1.3 Penelitian terdahulu tentang Saham Perusahaan No
Peneliti
Penelitian
1.
Fernandez (2009)
Valuing Companies by Cash Flow Discounting: Ten Methods and Nine Theories
2.
Liu, Nissim, and Thomas (2007)
Is Cash Flow King in Valuations?
Metode yang Digunakan Discounted cash flows
cash flows, book value, earnings and revenues
Hasil Penelitian All ten methods always give the same value. This result is logical, since all the methods analyze the same reality under the same hypotheses; they differ only in the cash flows taken as the starting point for the valuation.
First, since multiple valuations can only be calculated when the value driver is positive, we exclude firms with non-positive values for the multiples examined, Second, nonearnings forecasts are more
likely to be provided in sectors where earnings forecasts are less informative and nonearnings forecasts are more in formative, relative to other sectors, The final caveat relates to our use of market price as a proxy for intrinsic (“true”) value. 3.
Ispindar Zen (2012)
Analisis Penentuan Nilai Pasar Wajar Saham PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Pasca Kebijakan Right Issue 31 Desember 2012
4.
Rahmanto (2013)
5.
Azzuhry (2014)
Estimasi Nilai Pasar Wajar Saham PT Aneka Tambang (persero) Tbk. Dalam Rangka Privatisasi Melalui Right Issue Tahun 2013 Estimasi Nilai Wajar Saham PT Bank Bukopin Tbk. Pasca Penawaran Umum Terbatas (Right Issue) III Tahun 2013
6.
Desirani (2014)
Estimasi Nilai Pasar Wajar Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dalam
Metode arus kas terdiskonto (discounted cash flow) dengan model arus kas bebas ke perusahaan (free cash flow to the firm) dan pendekatan pasar (relative valuation) Discounted cash flow dan relative valuation
Rekonsiliasi estimasi nilai intrinsik atau nilai wajar saham Bank Danamon Indonesia Tbk. ditentukan dengan pemberian bobot yang sama antara kedua pendekatan tersebut sehingga didapatkan nilai Rp5.481,98.
Discounted cash flow (FCFE), relative valuation, dan residual income method
Hasil rekonsiliasi estimasi nilai wajar saham PT Bank Bukopin Tbk. Per tanggal 28 Nopember 2013 sebelum right Issue dengan menggunakan ketiga metode menghasilkan nilai sebesar Rp657 per lembar saham. Kemudian nilai estimasi nilai wajar yang telah direkonsiliasi per tanggal 28 Februari 2014 dengan menggunakan metode yang sama menghasilkan nilai Rp676. Nilai pasar wajar saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. per tanggal 31 Maret 2014 dengan menggunakan metoda discounted cash flow-cash flow to equity model adalah Rp486 per lembar saham, dan nilai pasar wajar
Discounted cash flow (Cash Flow to Equity Model) dan relative valuation (PBV dan P/S)
Hasil rekonsiliasi dari dua metoda ini menghasilkan nilai pasar wajar saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar Rp1.395 per lembar saham. Kisaran nilai pasar wajar sebagai acuan harga jual adalah batas bawah Rp1.290 dan batasatas Rp1.499.
Rangka Right Issue Tahun 2014
7.
Hasani (2014)
Estimasi Nilai Pasar Wajar Saham PT MNC Land (Persero) Tbk Dalam Rangka Right Issue Tahun 2014
Discounted cash flow (Cash Flow to Equity Model dan Cash Flow to Firm Model) dan relative valuation (PBV-Price to Book Value)
8.
Sugianto (2014)
Penilaian Saham PT Smartfren Telecom Tbk Pasca Right Issue
Metode Discounted Cash Flow (FCFF) dan relative valuation (P/S, PBV, P/BVIC, MVIC, dan MVIC/BV)
saham berdasarkan metode relative valuation adalah Rp596 per lembar saham. Hasil rekonsiliasi dari dua metoda ini dengan diskon likuiditas pasar sebesar 10 persen menghasilkan nilai pasar wajar saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sebesar Rp462 per lembar saham. Nilai pasar wajar saham PT MNC Land (Persero) Tbk. per tanggal 31 Desember 2013 dengan menggunakan metode discounted cash flow-cash flow to equity model adalah Rp1.291 per lembar saham, dengan metode discounted cash flow-cash flow to firm model adalah Rp1.291 per lembar saham, dan nilai pasar wajar saham berdasarkan metode relative valuation adalah Rp1.505 per lembar saham. Hasil rekonsiliasi dari tiga metode ini menghasilkan nilai pasar wajar saham PT MNC Land Tbk. Sebesar Rp1.334 per lembar saham. Indikasi nilai pasar wajar ekuitas PT Smartfren Telecom Tbk setelah direkonsiliasi pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp2.468.783.000.000 atau sebesar Rp139 per lembar saham.
Penelitian mengenai aksi perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan telah banyak dilakukan di dalam dan di luar negeri, seperti yang telah ditunjukkan dalam Tabel 1.3. Penelitian mengenai estimasi nilai wajar saham dalam rangka dan pasca right issue telah banyak dilakukan. Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada objek penelitiannya dan waktu penelitian. Objek penelitian dalam tulisan ini adalah PT Adhi Karya Tbk. dan waktu penelitiannya pada tahun 2015. Dengan pertimbangan karakteristik perusahaan dan
ketersediaan data, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Discounted Cash Flow (DCF), dengan pendekatan Free Cash Flow to The Firm (FCFF). Kemudian, penulis juga menggunakan pendekatan relative valuation dengan aplikasi multiple PER (Price Earnings Ratio), PBV (Price to Book Value), dan P/S (Price to Sales Ratio).
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang mengenai masalah infrastruktur dan
kebutuhan perseroan akan dana yang lebih besar demi menjalankan proyek Light Rail Transit (LRT), maka PT Adhi Karya Tbk. menjadi subjek penelitian yang menarik bagi peneliti. Kenaikan harga saham PT Adhi Karya Tbk. dalam beberapa hari setelah dilakukan right issue, kemudian cenderung mengalami penurunan sampai pada penutupan tahun 2015 mengindikasikan harga saham yang ditawarkan pada saat right issue dianggap tidak ditawarkan pada harga wajar sahamnya. Berdasarkan hal itu, peneliti merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu perlunya evaluasi untuk penentuan harga wajar saham PT Adhi Karya Tbk. dalam rangka right issue atau Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) dan perhitungan nilai wajar saham perseroan sebagai dasar pembanding harga penawaran saham right issue perseroan.
1.4
Pertanyaan Penelitian PT Adhi Karya Tbk. melakukan right issue untuk memperoleh pendanaan
yang akan digunakan dalam proyek pembangunan infrastruktur dalam bidang transportasi massal berbasis rel yaitu Light Rail Transit (LRT). Right Issue yang
dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk. pada tanggal 21 Oktober 2015 menawarkan sebanyak 1.759.529.376 (satu miliar tujuh ratus lima puluh sembilan juta lima ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus tujuh puluh enam) saham dari portepel dengan nilai nominal per saham Rp100,00, dan ditawarkan dengan harga per saham sebesar Rp1.560,00. Hasil yang akan didapatkan dari Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) yaitu pendanaan sebesar Rp2.744.865.826.560,00. Berdasarkan hal itu, peneliti merumuskan pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Berapakah nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. pada saat right issue? 2. Apakah harga saham yang ditawarkan PT Adhi Karya Tbk. pada saat melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue merupakan harga wajar saham, overvalued, atau undervalued?
1.5
Tujuan Penelitian Berdasarkan atas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari
penelitian yang saya lakukan adalah sebagai berikut. 1. Melakukan evaluasi nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. dalam rangka right issue yang digunakan sebagai perbandingan atas harga saham yang ditawarkan perseroan pada saat dilakukannya right issue. 2. Mengetahui dan menentukan kondisi harga saham PT Adhi Karya Tbk. yang ditawarkan pada saat right issue, apakah harga saham berada dalam keadaan overvalued, undervalued, atau keseimbangan terhadap nilai wajarnya.
1.6
Manfaat Penelitian Saya berharap penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pihak–pihak lain
seperti: 1. bagi PT Adhi Karya Tbk. hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penentuan nilai wajar saham perusahaan yang akan ditawarkan kepada publik; 2. bagi perusahaan lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam menentukan metode yang digunakan untuk menentukan harga per lembar saham jika perusahaan hendak melakukan aksi korporasi berupa Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD); 3. bagi investor, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait dengan investasi saham PT Adhi Karya Tbk.
1.7
Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I adalah Pendahuluan yang berisi pemaparan mengenai latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah Tinjauan Pustakan dan Landasan Teori, bab ini berisi pemaparan mengenai tinjauan pustaka, landasan teori, serta konsep dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III adalah Metode Penelitian, bab ini berisi tentang desain penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, rekonsiliasi nilai, dan keputusan investasi.
Bab IV adalah Analisis data dan Pembahasan, bab ini memaparkan mengenai gambaran umum perusahaan, analisis makro ekonomi, analisis perusahaan, analisis nilai, dan rekonsiliasi nilai. Bab V adalah Simpulan dan Implikasi, bab ini berisi tentang simpulan, implikasi, keterbatasan, serta saran dalam penelitian ini.