BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being merupakan istilah ilmiah dari happiness (kebahagiaan). Carr (2004) bahkan memberikan definisi yang sama antara kebahagiaan dan Subjective Well Being, yakni sebuah keadaan psikologis positif yang dikarakteristikkan dengan tingginya tingkat kepuasan terhadap hidup, tingginya tingkat emosi positif dan rendahnya tingkat emosi negatif. Dalam penelitian Diener (2005) mengemukakan tentang komponenkomponen
subjective well being
di
antaranya yaitu, emosi yang
menyenangkan, emosi yang tidak menyenangkan, kepuasan hidup secara global dan aspek-aspek kepuasan. Penilaian umum atas kepuasan hidup merepresentasikan evaluasi yang berdasarkan kognitif dari kehidupan seseorang secara keseluruhan. Respon-respon emosional (positif dan negatif) yang secara afektif membuat penilaian kebahagiaan seseorang. Secara singkat dua komponen afektif dan kognitif itulah yang menyusun struktur konsep Subjective Well Being .
1
Adapun yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi Subjective Well Being menurut Compton (2005) antara lain harga diri positif, kontrol diri, ekstraversi, optimis, relasi sosial yang positif, memiliki arti dan tujuan dalam hidup. Dalam sebuah kebahagiaan dan kesejahteraan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagian, salah satunya adalah motivasi. Banyak teori tentang motivasi diantaranya adalah SDT (Self Determination Theory) oleh Ryan (2009). Self Determination Theory berfokus pada tujuan jangka panjang yang digunakan orang untuk memandu atau memotivasi kegiatan mereka. Dalam penelitian Deci & Ryan (2008) secara empiris, tujuan-tujuan ini terbagi dalam dua kategori umum yang diberi label seperti intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah melakukan aktivitas dengan tujuan untuk mencapai kepuasan atas aktivitas itu sendiri tanpa memperhatikan konsekuensi yang muncul dari aktivitas tersebut. Hal ini berarti motivasi instrinsik adalah motivasi yang muncul karena keinginan untuk menikmati aktivitas tersebut. Definisi lain dari motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri individu dan sedikit dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar .Motivasi ekstrinsik biasa didefinisikan motivasi yang datang dari luar individu. Dengan kata lain, motivasi yang dimiliki seseorang tersebut dikendalikan oleh objek-objek yang berasal dari luar individu. Contoh-contoh motivasi yang bersifat ekstrinsik adalah: hadiah, trofi, uang, pujian, dan sebagainya.
2
Ada beberapa komponen motivasi dalam teori Self Determination adalah: satu, Cognitive Evaluation Theory, dua, Organismic
Theory
Integration Theory, tiga, Causality Orientations Theory, empat, Basic Psychological Needs Theory, lima, Goal Contents Theory (Ryan, 2009). Organismic Integration Theory adalah sub teori yang kedua dari SDT, yang meliputi : non-regulation (amotivation), external regulation, introjected regulation, identified regulation, integrated regulation, intrinsic regulation. Dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ada pengaruh antara subjective well being dengan self determination theory. Pada penelitian yang dilakukan Putri (2009) menyatakan “indvidu yang bekerja, memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak bekerja, karena pekerjaan memberikan stimulasi yang optimal bagi individu, sehingga mereka dapat menemukan hal-hal yang menyenangkan dari pekerjaannya, memiliki kesempatan untuk memenuhi rasa keingintahuannya dan pengembangan kemampuan, memperoleh dukungan sosial, adanya rasa aman secara finansial, serta merasa memiliki identitas dan tujuan dalam hidupnya. Ryan (2009) menemukan bahwa orang yang memiliki motivasi ekstrinsik hanya ingin mendapatkan kebutuhan akan kepuasan dalam dirinya dan tidak mengalami subjective well-being (SWB) yang tinggi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Catman &Malka (2010) menyatakan individu yang tinggi dalam orientasi ekstrinsik mengalami subjective well-being (SWB) dan kepuasan kerja ketingkat yang lebih tinggi dan mereka mendapatkan lebih 3
banyak uang. Sedangkan mereka yang tinggi dalam orientasi intrinsik memiliki lebih rendah dalam subjective well-being (SWB) pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi”. Berdasarkan paparan di atas, maka saya sebagai peneliti ingin melihat dua hal: satu, ingin melihat kekonsistenan hasil penelitian yang sudah ada dalam konteks budaya Indonesia. Dua, peneliti ingin mengekplorasi dimensi motivasi lainnya, seperti: amotivation, introjected regulation, identified regulation, integrated regulation.
1.2.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada permasalahan yang dikemukakan di atas, maka masalah ini dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan subjective well-being berdasarkan dimensi motivasi karyawan ?
1.3.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui perbedaan subjective well-being berdasarkan dimensi motivasi karyawan.
1.4.
MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat 4
sehingga akan menjadi bahan literature yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi industri organisasi, serta penerapan positif psikologi dalam dunia kerja, juga untuk melengkapi kekurangan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
b. Manfaat Praktis Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh motivasi terhadap subjective well-being pada karyawan. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi semua karyawan khususnya dan perusahaan tentang pengaruh motivasi terhadap subjective well-being.
5