BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini yang menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik tentu dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kemajuan pembangunan suatu bangsa. Salah satu sektor yang berperan penting untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia, yaitu sektor pendidikan. Sektor pendidikan adalah salah satu faktor yang cukup berperan besar dalam rangka pengelolaan sumber daya manusia, guna menghasilkan sumber daya yang bermutu dan berkualitas baik, agar nantinya siap menghadapi berbagai macam tantangan dalam persaingan global. Sumber daya manusia yang baik tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan kognitif dan keterampilan (Suyabrata, 2010:8). Dalam sistem pendidikan, perguruan tinggi merupakan ujung tombak dan paling menentukan untuk mencapai keberhasilan tujuan yang diharapkan. Salah satu bidang keilmuan pada jenjang perguruan tinggi yang setiap tahunnya semakin diminati mahasiswa, yaitu bidang keperawatan. Dalam bidang keperawatan tentunya diperlukan sumber daya manusia yang memiliki wawasan mengenai kesehatan dan siap mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Salah satu kemajuan dalam bidang keperawatan di Indonesia adalah dengan diselenggarakannya
1
2
program pendidikan tinggi ilmu keperawatan yang bertujuan untuk mendidik dan menghasilkan tenaga-tenaga perawat yang berkompeten dan profesional, yaitu perawat yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik serta memiliki motivasi dan dedikasi yang dapat diandalkan. Untuk para lulusan nantinya diharapkan dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dan berguna bagi masyarakat (Damayanthi, 2011). Pendidikan keperawatan merupakan pendidikan profesi dimana polanya harus dikembangkan sesuai dengan kaidah ilmu dan profesi yang dilandaskan oleh akademik dan keprofesian. Terdapat tiga fungsi pokok pendidikan tinggi ilmu keperawatan, yaitu: fungsi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Pendidikan tinggi ilmu keperawatan memiliki beberapa peran, antara lain: (1) membina sikap pandangan dan kemampuan profesional, (2) meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan kesehatan, (3) menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan IPTEK keperawatan melalui penelitian, dan (4) meningkatkan kehidupan
keprofesian
melalui
organisasi
profesi.
Pada
pengembangan
pendidikan keperawatan pola pembagian kelompok ilmu keperawatan terdiri dari ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan komunitas, ilmu keperawatann klinik, ilmu penunjang. Salah satu ilmu pada pola pembagian kelompok ilmu keperawatan dasar, yaitu pendidikan keperawatan (Kusnanto, 2004). Untuk dapat mencapai tujuan dari proses pendidikan yang ada pada suatu perguruan tinggi maka salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah kualitas belajar dari mahasiswa. Dalam memenuhi kualitas belajar yang baik terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu mahasiswa, dosen, dan lingkungan. Menurut
3
Sudjana (2010), keberhasilan proses pengajaran banyak dipengaruhi oleh variabelvariabel yang datang dari pribadi mahasiswa, usaha dosen dalam menyediakan dan menciptakan kondisi pengajaran, dan variabel lingkungan terutama sarana dan iklim yang memadai untuk tumbuhnya proses pengajaran. Keterpaduan dari tiga variabel tersebut merupakan kunci keberhasilan pengajaran ditinjau dari sudut proses (Sudjana, 2010). Menurut Sobur (2009:296) motif yang paling baik dalam hal belajar ialah motif intrinsik. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Pujadi (2007:50) menemukan bahwa kualitas dosen memiliki hubungan yang paling kuat dengan motivasi belajar dibandingkan dengan faktor intrinsik, metode perkuliahan, dan materi kuliah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sarrazin, et all (2006:20) juga didapatkan hasil bahwa dosen memberikan semangat besar kepada mahasiswa, kepercayaan dosen terhadap kapasitas mahasiswanya mempengaruhi perilaku belajar-mengajar. Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti: peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Pembelajaran merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Proses belajarmengajar merupakan kegiatan utama di dunia pendidikan. Tujuan dari proses belajar-mengajar itu sendiri adalah agar mahasiswa yang awalnya tidak tahu menjadi mahasiswa yang lebih tahu mengenai sesuatu hal atau ilmu atau beberapa ilmu pengetahuan. Untuk dapat mewujudkan keberhasilan dalam belajar, tentunya
4
para mahasiswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi. Sedangkan menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2011) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Jadi dalam penelitian ini motivasi belajar diartikan sebagai dorongan yang ada dan timbul dalam diri mahasiswa untuk belajar atau meningkatkan pengetahuan serta pemahamannya (Sardiman, 2011). Dari studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 pada mahasiswa ilmu keperawatan semester VIII di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang berjumlah 88 orang. Peneliti telah melakukan wawancara kepada 30 orang secara acak pada mahasiswa semester VIII mengenai motivasi belajar. Dari 30 mahasiswa yang diwawancarai, didapatkan data bahwa 20 mahasiswa yang memiliki rata-rata nilai IPK 3,19 mengatakan bahwa motivasi belajar mengalami penurunan karena mengalami kejenuhan dan 25 mahasiswa mengatakan faktor pengajar mempengaruhi motivasi untuk mengikuti perkuliahan tergantung dari faktor pengajar saat menerangkan materi. Jika pengajar dinilai mahasiswa tampak luwes dan interaktif saat menerangkan materi maka motivasi mahasiswa mengikuti perkuliahan dapat meningkat. Disamping itu terdapat faktor dari sarana dan prasarana yang masih kurang memadai juga menurunkan motivasi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Selain itu, metode pembelajaran yang paling banyak dipilih mahasiswa adalah praktek langsung. Berdasarkan observasi dari peneliti, pada saat proses belajar-mengajar berlangsung masih terdapat
5
mahasiswa yang kurang memperhatikan dengan saksama saat dosen menerangkan materi perkuliahan. Berdasarkan hasil penelitian Mega Damayanthi (2011) mengenai “Hubungan Antara Motivasi Belajar Mahasiswa dengan Prestasi Belajar pada Mata Kuliah Anatomi Fisiologi Mahasiswa Semester II di Akper Kesdam IX/Udayana”, penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman dengan menunjukan bahwa α=0,005 didapatkan nilai p=0,000 itu berarti H0 ditolak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah anatomi fisiologi di Akper Kesdam IX/Udayana. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi, penelitian ini mengambil sampel semua mahasiswa semester II di Akper Kesdam IX/Udayana yang berjumlah sebanyak 117 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah anatomi fisiologi di Akper Kesdam IX/Udayana. Lebih lanjut penelitian dari Siswoyo, Hari dkk (2012) mengenai “Kontribusi Kinerja Mengajar Dosen dan Media Pembelajaran Dengan motivasi Belajar Mahasiswa” menyimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan dengan nilai (57,1%) dari kinerja mengajar dosen dan media pembelajaran secara simultan dengan motivasi belajar mahasiswa. Ini berarti untuk dapat lebih meningkatkan motivasi belajar mahasiswa maka kinerja mengajar dosen dan keberadaan media pembelajaran sebagai variabel-variabel yang berkontribusi secara signifikan juga harus selalu ditingkatkan.
6
Untuk dapat mewujudkan keberhasilan dalam proses pembelajaran, tentunya para mahasiswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi. Peran dosen dalam mengajar dan institusi untuk menyediakan sarana dan prasarana belajar yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat membantu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar para mahasiswa. Berkaitan dengan uraian latar belakang di atas, maka diperlukan suatu penelitian mengenai hubungan antara persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester VIII program A Universitas Udayana.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester VIII program A Universitas Udayana?”
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti membedakan tujuan penelitian menjadi dua yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester VIII program A Universitas Udayana.
7
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi tingkat persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran dosen pada mahasiswa keperawatan semester VIII program A Universitas Udayana. b. Mengidentifikasi tingkat motivasi belajar mahasiswa pada mahasiswa keperawatan semester VIII program A Universitas Udayana. c. Menganalisa hubungan antara persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa keperawatan semester VIII program A Universitas Udayana.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pengajar di Program
Studi
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Udayana
untuk
dapat
mengembangkan metode pengajaran yang lebih komunikatif, bervariatif dan menarik agar mahasiswa memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran. 1.4.2 Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan pustaka terutama dalam proses pembelajaran dibidang keperawatan pada jenjang perguruan tinggi.