BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak perusahaan memiliki kas dalam jumlah besar yang diinvestasikan pada modal kerja, seperti hutang jangka pendek yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Sebagai contoh, pada tahun 1997 Bank Nasional Belgia menyatakan bahwa piutang dan persediaan memiliki komposisi terbesar, yaitu 17% dan 10%. Sebaliknya, akun utang memiliki rasio 13% dari total aset (Deloof, 2003). Oleh karena itu manajemen modal kerja merupakan komponen penting pada manajemen keuangan perusahaan. Modal Kerja merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan atau menilai likuiditas, efisiensi serta kesehatan perusahaan. Ukuran tersebut dikatakan dapat menilai perusahaan secara umum karena modal kerja memasukkan kas, persediaan, piutang, serta utang perusahan (Fazzari, 1993). Modal kerja juga dapat mencerminkan bagaimana aktivitas manajemen yang meliputi persediaan, utang, dan piutang. Perusahaan sebaiknya memiliki nilai optimal pada modal kerja. Modal kerja yang menunjukan nilai positif mengindikasikan bahwa perusahaan mampu membayar hutang sesegera mungkin. Sebaliknya nilai negatif mengindikasikan perusahaan tidak dapat melakukannya Kepemilikan nilai
yang optimal akan dapat mengatasi dua hal yang mungkin terjadi, yaitu kapasitas persediaan yang besar dan kebijakan penjualan melalui kredit. Persediaan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi modal kerja. Kapasitas yang besar dapat mengurangi risiko kekurangan persediaan, tetapi juga dapat memunculkan beban baru bagi perusahaan jika terlalu lama berada di dalam gudang. Kebijakan penjualan dengan kredit akan lebih menarik bagi beberapa konsumen dalam melakukan pembelian karena beban yang diterima dapat dibagi ke dalam beberapa periode (Deloof dan Jegers, 1996). Kekurangan modal kerja dapat mengakibatkan kegagalan dalam bisnis meskipun perusahaan sedang berada dalam kondisi profit. Komponen lain pada modal kerja adalah akun piutang. Penundaan pembayaran kepada suppliers memungkinkan perusahaan dapat mengelola kas yang dimiliki untuk jangka waktu yang lebih lama. Namun, risiko yang terdapat pada proses piutang juga tetap ada, yakni terjadinya pembayaran yang terlambat. Supplier juga sering tidak memberikan potongan untuk pembayaran yang dilakukan secara cepat, tetapi terkadang perusahaan memiliki kepentingan untuk mengelola kas yang dimilikinya tersebut. Salah satu pengukuran yang manajemen modal kerja yang terkenal adalah cash conversion cyle. Pengukuran tersebut mengukur lag waktu antara proses penciptaan produk hingga pengumpulan hasil penjualan. Semakin lama lag waktu yang terjadi, akan semakin besar pula investasi yang terdapat pada
modal kerja (Long et al., 1993). Cash conversion cycle yang lama memungkinkan peningkatan pada profitabilitas karena itu menunjukkan tingginya penjualan. Namun, hal itu juga dapat menjadi hal buruk ketika biaya atas kepemilikan persediaan lebih besar daripada keuntungan penjualan yang terjadi (Shin dan Soenen, 1998) Penelitian ini menggunakan dua langkah empiris dari dua konstruksi teoretis utama: keuntungan (profitability), dan manajemen modal kerja. Dalam penelitian ini pengukuran keuntungan (profitability) menggunakan pendapatan kotor operasi (gross operating income) yang dihitung dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan lalu dibagi dengan total aset dikurang financial asset. Untuk pengukuran manajemen modal kerja digunakan cash conversion cyle dengan ditambahkan karakteristik perusahaan yang diwakili dengan natural log dari penjualan, pertumbuhan penjualan, dan financial assets to total assets ratio. Profitabilitas merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai aktivitas perusahaan di masa depan. Penelitian ini menjadi penting untuk diteliti, karena menjelaskan keterkaitan antara profitabilitas perusahaan dengan kebijakan perusahaan yang tercermin dalam manajemen modal kerja. Keterkaitan ini akan dapat membantu investor untuk melihat dan menilai hubungan profitabilitas perusahaan yang disebabkan oleh manajemen modal kerja. Dengan demikian, investor dapat menyesuaikan
tingkat investasinya dengan risiko likuiditas dari lama cash conversion cycle. Penelitian ini akan menggunakan 5 negara di ASEAN sebagai sampel, yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Philipina Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah, cash conversion cyle memiliki hubungan yang negatif terhadap profitabilitas perusahaan. Semakin rendah cash conversion cyle, akan semakin tinggi profitabilitas perusahaan karena perusahaan akan lebih cepat menghasilkan kas dari penjualan. Penulisan penelitian ini sebagai berikut. Bab 1 berisikan pendahuluan. Bab 2 berisikan pengembangan hipotesis. Bab 3 berisikan metodologi penelitian.. Bab 4 melakukan pengujian hubungan manajemen modal kerja dan profitabilitas. Bab 5 kesimpulan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang, pada penelitian ini diajukan tiga rumusan masalah: 1. Bagaimanakah pengaruh cash conversion cyle terhadap terhadap profitabilitas perusahaan? 2. Bagaimanakah pengaruh inventory turnover in days, average collection period, dan average payment period terhadap profitabilitas perusahaan?
3. Membedakan pengaruh cash conversion cycle, inventory turnover in days, average collection period, dan average payment period pada masing-masing negara
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Tujuan khususnya ialah menguji: 1. pengaruh cash conversion cyle terhadap profitabilitas perusahaan masing-masing Negara, 2. pengaruh inventory turnover in days, average collection period, dan average payment period terhadap profitabilitas perusahaan, serta 3. membedakan pengaruh cash conversion cycle, inventory turnover in days, average collection period, dan average payment period perusahaan pada masing-masing Negara. 1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai dampak implementasi kebijakan inventory turnover in days, average collection period, dan average payment period terhadap profitabilitas perusahaan. Gambaran itu dapat dijadikan acuan bagi perusahaan ketika menentukan tingkat profitabilitas sehingga dapat memberikan nilai tambah optimal bagi investor.
Penelitian ini juga dapat digunakan oleh investor untuk memahami keterkaitan antara kebijakan perusahaan yang tecermin dalam manajemen modal kerja dan profitabilitas. Dengan demikian investor dapat memperoleh gambaran mengenai dampak dari kebijakan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Penelitian ini juga dapat menjadi literatur pada kajian mengenai pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas. Selain itu, penelitian juga dapat digunakan sebagai acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab ini berisi mengenai isu yang diangkat, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini membahas berbagai landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Bab ini juga membahas hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. Bab III: Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai metode pengumpulan data, model penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, uji validitas dan reliabilitas, serta metode analisis data. Bab IV:Analisis Data Bab ini berisi uraian cara menganalisis data dan uraian data dari penelitian. Bab V: Kesimpulan,dan saran Bab ini berisi paparan mengenai hasil analisis, keterbatasan penelitian, dan saran-saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.