BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki kepribadian yang tentu saja berbeda antara satu dengan lainnya. Kepribadian atau Personality berasal dari bahasa latin yang berati Persona, secara umum kata persona merujuk pada topeng yang digunakan para pemain sandiwara di zaman romawi. Kepribadian merupakan cara yang khas dari individu dalam berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu yang lain. Adalah Carl Gustav Jung (1875 – 1961) orang pertama yang merumuskan tipe kepribadian manusia dengan istilah Ekstrovert dan Introvert, Jung mengolongkan orang berdasarkan pada tipe kepribadiannya. Jung mempercayai bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia dimulai sejak kecil. Masa remaja di indentifikasikan sebagai tahap transisi yang mengalami perubahan yang signifikan seperti pubertas, perubahan kognitif dalam mengenali emosi, dan gambaran diri. Batasan usia masa remaja (Monks,1999) adalah usia 12 sampai 21 tahun dengan rincian 12 – 15 tahun masa remaja awal, 15 – 18 tahun remaja pertengahan dan 18 – 21 remaja akhir. Pada periode transisi masa remaja sangat rentang terhadap terjadinya kenakalan dan kekerasan. Tindak kekerasan yang sering dijumpai pada remaja di sekolah adalah perilaku Bullying.
1
Nuryadi (2006) dalam penelitiannya mengungapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan remaja menjadi korban bullying, salah satunya adalah faktor kepribadian. Dalam perkembangan penelitian bullying, beberapa tokoh melakukan penelitian dengan mengaitkan tipe kepribadian dengan perilaku Bullying. Rigby dan Slee (2007) menyimpulkan faktor kepribadian berperan penting dalam perilaku Bullying, baik pelaku maupun korban Bullying dapat dilihat dari salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu dari tipe kepribadiannya. Bullying atau tindakan kekerasan yang membuat orang lain teraniaya bagi sebagian orang kurang begitu dikenal, namun perilaku ini sering terjadi di kalangan pelajar. Fenomena School Bullying mulai mendapat perhatian para peneliti, pendidik, organisasi perlindungan dan tokoh masyarakat, pelopornya adalah seorang profesor bernama Dan Olweus dari Skandinavia yang memikirkan secara serius tentang fenomena bullying di sekolah. Fenomena bullying telah menjadi dinamika sekolah, dimana orang – orang lebih akrab dengan istilah ”penindasan, pengucilan, penggencetan, pemalakan, intimidasi dan lain sebagianya. Dampak dari perilaku bullying bisa diamati dari dampak fisik maupun psikologis pada korban, dampak fisik dapat berupa luka, memar, dan goresan di tubuh, sedangkan dampak psikologis dapat berupa perasaan rendah diri, perasaan takut, marah, depresi, sedih dan terhina. Akibat bullying berpengaruh pada seberapa seberapa sering dan seberapa lama seseorang mengalami bullying. Semakin sering
2
dan dengan durasi yang lama maka akibat bullying dapat memberi dampak yang semakin buruk pada korban. Pada bulan Juli 2012 publik dihebohkan oleh kasus bullying yang terjadi di SMA Don Bosco Pondok Indah Jakarta Selatan. Berdasarkan laporan yang diterima pihak kepolisian, kejadian bermula ketika sekolah tersebut tengah mengadakan masa orientasi siswa baru pada 17 – 19 Juli 2012. Menurut pengakuan korban, sebelum terjadinya kejadian tersebut siswa kelas X mendapatkan pesan via Blackberry Messenger dari siswa kelas XII untuk datang ke sebuah apartemen, menurut pengakuan salah satu dari tujuh korban yang datang, para siswa baru itu diminta untuk duduk menunduk, satu persatu wajah siswa ditutup menggunakan jaket kemudian mengalami tindak kekerasan, antara lain ditempeleng, dipukul, ditendang dan disundut rokok. Berdasarkan keterangan salah satu korban Ary, dirinya dipaksa untuk merokok dan dipukul jika menolak. Ary juga mendapatkan ancaman dari kakak kelasnya untuk tidak memberitahukan kejadian tersebut kepada siapapun. (kompas.com) Riset menunjukkan bahwa bentuk bullying tidak langsung, seperti pengucilan atau penolakan secara sosial, lebih sering dilakukan oleh remaja perempuan dari pada laki – laki. Sementara anak laik – laki menjadi korban tipe Bullying secara langsung misalnya penyerangan secara fisik (Olweus, 1997). Sedangkan karakteristik eksternal korban bullying adalah mereka yang cenderung lebih kecil atau lebih lemah dari pada teman sebayanya. Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) ada beberapa
3
karakter yang dimiliki oleh orang yang terkena bullying yaitu pencemas, gelisah, kurang percaya diri, memiliki kemampuan bersosialisasi yang kurang, mempunyai fisik yang lemah. Begitu pula sebaliknya orang yang melakukan bullying mempunyai karakter merasa diri paling kuat, cenderung hiperaktif, impulsif dan overactive. Leymann (1996) dalam penelitian terhadap bullying di tempat kerja tidak menemukan adanya perbedaan tipe kepribadian terhadap korban bullying di tepat kerja. Leymann menentang gagasan bahwa kepribadian seseorang dapat menjadi alasan seseorang terkena Bullying, kepribadian seseorang tidak dapat menjadi alasan seseorang untuk terkena bullying dan Mobing, karena kepribadian seseorang berkembang dan berubah. Budhiarti (2009) dalam penelitiannya di SMP Negeri Teras dengan jumlah responden 114 responden, dengan menggunakan skala intensitas terkena bullying dan skala tipe kepribadian, dengan hasil analisis Anava 2 jalur (Anava AB), memperoleh hasil ada perbedaan intensitas terkena bullying antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan anava 2-jalur diperoleh nilai F antar B sebesar 13,338 dengan p= 0,001 atau p<0,01 menunjukkan bahwa ada perbedaan intensitas terkena bullying yang sangat signifikan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Dilihat dari mean empirik tipe kepribadian Introvert lebih mudah terkena bullying dibandingkan tipe kepribadian ekstrovert yaitu mean empirik tipe kepribadian introvert sebesar 68,964 sedangkan mean empirik tipe kepribadian ekstrovert sebesar 63,628. Mean empirik intensitas
4
terkena bullying sebesar 64,939 dan mean hipotetik intensitas terkena bullying sebesar 80. Untuk mengetahui data mengenai tipe kepribadian pada korban bullying di kalangan pelajar, penulis telah melakukan pra penelitian dengan cara menyebarkan angket tipe kepribadian dan angket terkena bullying teman sebaya di kalangan sekolah dari Illinois Bully Scale kepada siswa – siswa di tiga sekolah tingkat menengah (SMA) di kota Salatiga pada bulan November 2011, yaitu SMA Theresiana Salatiga, SMA Kristen 1 Salatiga dan SMA Negeri 3 Salatiga masing – masing sekolah penulis mengambil sampel 3 kelas dan 4 kelas di SMA Theresiana secara random. Dari hasil Illinois Bully scale kemudian dikategorikan kedalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hasil dari pra penelitian dapat dilihat pada table 1.1 berikut : Tabel. 1.1 Prosentase Siswa Korban Bullying SMA di kota Salatiga Kategori terkena Bullying Sangat Tinggi
Interval
SMA KRISTEN 1 SALATIGA -
SMA NEGERI 3 SALATIGA
20 - 15
SMA THERESIA NA -
Tinggi
14 - 10
9(7,2%)
15(11,3%)
26 (20,1%)
Sedang
9-5
32(25,8%)
41(31%)
60 (46,5%)
Rendah
4-1
59(47,5%)
32(24,2%)
30 (23,2%)
Sangat Rendah
0
24(19,3%)
44(33,3%)
5 (3,8%)
124
132
129
N
8 (6,2%)
5
Dari data yang terkumpul tersebut, di dapatkan hasil bahwa siswa dari SMA Negeri 3 Salatiga memiliki angka jumlah korban bullying di kategori sangat tinggi, tinggi dan rendah terbanyak dibandingkan dengan dua sekolah lainya yaitu sebanyak 6,2% dikategori sangat tinggi, 20,1% dikategori tinggi dan 46,5% dikategori sedang. Dari data diatas dapat diketahui bahwa siswa dari SMA Negeri 3 Salatiga memiliki jumlah korban bullying lebih banyak dari dua sekolah lainnya. . Untuk mengetahui gambaran ada tidaknya perbedaan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert kepada siswa yang terkena bullying, maka untuk siswa di SMA Negeri 3 Salatiga dilakukan pengambilan data untuk mengetahui tipe kepribadian Ekstrovert atau Introvert dengan menggunakan skala tipe kepribadian diadaptasi dari Jayanti, (2009). Setelah data dikumpulkan dan dianalisis secara statistik mann - whitney dengan bantuan sofware SPSS 19 for window 7 hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.2. Pada tabel
1.2 tersebut diambil data dari 129
koresponden siswa di SMA Negeri 3 Salatiga. Tabel 1.2 Uji Mann – Whitney Ranks tipekep jumlah introvert
N
Mean Rank Sum of Ranks
61
70,15
4279,00
ekstrovert
68
60,38
4106,00
Total
129
6
Test Statisticsa jumlah Mann-Whitney U
1760,000
Wilcoxon W
4106,000
Z
-1,490
Asymp.
Sig.
(2- ,136
tailed) Dari data di atas diketahui koefisien Mann – Whitney U = 1760 , mean Rank 70,15 pada tipe kepribadian Ekstrovert dan 60,38 pada tipe kepribadian Introvert dengan Asymp. Sig. 2 – tailed 0,136 > 0,5 dengan nilai Z -1,490, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert kepada siswa yang terkena bullying di SMA Negeri 3 Salatiga, hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Budiarti (2009) yang mendapatkan hasil adanya perbedaan yang signifikan intensitas terkena Bullying antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert, dimana tipe kepribadian Introvet lebih mudah terkena bullying dari pada tipe kepribadian Ekstrovert. Karena terdapat perbedaan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali tentang perbedaan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam frekuensi terkena bullying untuk memastikan ada tidaknya signifikansi perbedaan tersebut dan penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 3 Salatiga, dengan jumlah responden yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang representatif.
7
B. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Adakah perbedaan yang signifikan antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert di dalam frekuensi terkena bullying kepada siswa SMA Negeri 3 Salatiga?” C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert di dalam frekuensi terkena bullying kepada siswa SMA Negeri 3 Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah apabila penelitian ini menemukan ada perbedaan yang signifikan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam frekuensi terkena bullying maka sejalan dengan hasil penelitian Budiarti (2009) yang menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan intensitas terkena bullying, dan tipe kepribadian Introvert yang lebih dominan. Dan bila hasil penelitian ini ditemukan bahwa tipe kepribadian Ekstrovert lebih dominan pada frekuensi terkena Bullying maka akan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sesar (2009) yang menemukan hasil bahwa tipe kepribadian Ekstrovert lebih dominan menjadi korban bullying. Namun apabila hasil dalam penelitian ini tidak menenukan perbedaan maka akan sejalan dengan peneltian Heinz Leymann (1996) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedan tipe kepribadaian pada korban bullying,
8
karena baik tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert mempunyai peluang yang sama untuk terkena bullying dan mobing. 2. Manfaat Praktis Hasil dalam penelitian ini nantinya dapat memberikan masukan kepada guru Bimbingan dan Konseling khususnya untuk mengetahui karakteristik tipe kepribadian siswa yang menjadi korban Bullying di sekolah sehingga guru BK dapat memberikan layanan konseling kepada siswa korban bullying yang tepat sesuai dengan tipe kepribadiannya. Manfaat lain dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran bagi para siswa tentang perilaku bullying di sekolah dikalangan pelajar. E. Sistimatika Penulisan BAB I. Bab ini berisi tentang Pendahuluan yang mengandung Latar belakang masalah, Perumusan masalah, Tujuan penelitian, manfaat Penelitian dan Sistematika penulisan BAB II. Bab ini berisi Landasan teori yang meliputi : Definisi tipe kepribadian, karakteristik tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert, pengukuran, pengertian Bullying, karakteristik korban Bullying, dampak – dampak Bullying, cara mengatasi Bullying dan Hipotesis penelitian. BAB III. Bab ini berisi Metode Penelitian, diuraikan tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisis data.
9
BAB IV Bab ini berisi Analisis data dan Pembahasan dipaparkan deskripsi subyek peneltian, pengumpulan data, analisis data, uji hipotesis dan hasil pembahasan hasil penelitian BAB V Bab ini berisi Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran – saran
10