BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konselor merupakan salah satu dari kualifikasi pendidik dalam sistem pendidikan nasional yang setara dengan guru, pamong, tutor, fasilitator dan instruktur. Hal ini ditegaskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6. Walaupun sejajar, namun dari masing-masing kualifikasi pendidik mempunyai keunikan pada konteks kerjanya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 Tahun 2010 Pasal 4 menyebutkan bahwa penilaian kinerja guru yang didasarkan pada Peraturan Menteri berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2013. Penilaian kinerja guru ini dapat dilihat dari pelaksanaan tugas utama guru. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Secara umum standar kompetensi guru terdiri dari empat kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, sosial, profesional dan kepribadian. Dari ke empat kompetensi yang harus dimiliki, masing-masing mempunyai sub kompetensi khusus sesuai dengan konteks kerja masing-masing pendidik. Berdasarkan Permendiknas RI No. 27 Tahun 2008, standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor ada 17 sub-kompetensi dengan 69 indikator yang harus dimiliki. Salah satu kompetensi profesional yang harus dikuasai konselor ialah menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli. Asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan proses pertama yang dilakukan. Sebagaimana dalam kerangka kerja utuh bimbingan dan konseling, alur kerja dimulai dengan melakukan asesmen tehadap individu dan lingkungan, yang akhirnya
dapat
memberikan
layanan
bimbingan
dan
konseling
yang
memandirikan. Ketika konselor tidak dapat melakukan asesmen dengan baik, Sri Marliani, 2013 Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
maka kegiatan layanan bimbingan dan konselingnya pun jelas diragukan. Kegiatan asesmen merupakan tonggak awal perencanaan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, karena proses pertama asesmen adalah mengetahui dan memahami kondisi konseli. Dalam praktik di lapangan, ternyata masih banyak ditemukan layanan bimbingan dan konseling yang belum mencapai harapan sebagaimana mestinya. Penelitian oleh Asrori (1990: 99-100) menunjukkan bahwa kinerja petugas bimbingan 40,63% yang termasuk kategori “tinggi” dan 59,37% termasuk kategori “sedang”. Konselor dianggap oleh siswa masih belum memiliki kemampuan seperti yang diharapkan dalam aspek keterampilan konseling individual. Supriadi (1990: 12) mengungkapkan bahwa 38 % orang tua belum menerima keberadaan program bimbingan dengan alasan kurang profesionalnya guru pembimbing dalam menjalankan tugas. Nurihsan (1993: 5) dalam penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan konseling oleh guru pembimbing belum sesuai dengan yang diharapkan, yakni masih kurangnya kemampuan pembimbing dalam menangani dan menggali masalah yang dihadapi siswa. Supriatna (1999: 76) menunjukan program yang dikembangkan oleh konselor SMU di kota Bandung masih belum didasarkan atas realitas yang objektif akan kondisi sekolah dan kebutuhan konseli, padahal pengembangan program BK merupakan salah satu fungsi konselor yang strategis dan menegaskan kinerja konselor serta memperlihatkan eksistensinya sebagai profesi. Ilfiandra, dkk. (Suhendi, 2008: 3) mengungkapkan bahwa kinerja konselor dalam mengimplementasikan pelayanan bimbingan dan konseling masih belum memuaskan. Kelemahan kinerja konselor tersebut merata pada aspek keterampilan dan pengetahuan tentang pelayanan BK dan kepribadian. Indikator kinerja konselor yang belum memuaskan dengan keterampilan melakukan asesmen kebutuhan siswa, keterampilan mengembangkan instrumen data, pengembangan materi dan media pelayanan BK, inisiatif untuk mengembangkan kinerja profesional, keterampilan melakukan evaluasi pelayanan BK, pengetahuan tentang Sri Marliani, 2013 Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
penelitian dan hasil penelaitian terbaru tentang pelayanan BK, dan kemampuan pelayanan BK serta kemampuan empati terhadap siswa. Penelitian Nurhudaya (2012: 122-123) menunjukkan bahwa rata-rata skor setiap sub-kompetensi pada kelompok perlakuan, hanya satu kompetensi yang termasuk kategori cukup yakni sub-kompetensi mengelola data/informasi; tiga sub-kompetensi termasuk kedalam kategori sedang yakni sub-kompetensi „menyelenggarakan/melaksanakan asesmen’, ‘menafsirkan data/informasi‟, dan sub-kompetensi‘melaporkan hasil asesmen’. Serta ada dua sub-kompetensi yang termasuk
kedalam
data/informasi’
dan
kategori
kurang
yakni
sub-kompetensi‘menganalisis
sub-kompetensi‘memanfaatkan
data/informasi
hasil
asesmen’. Sedangkan pada kelompok kontrol, hanya satu kompetensi yang termasuk kategori cukup yakni sub-kompetensi‘mengelola data/informasi’, sedangkan lima sub-kompetensi lainnya termasuk ke dalam kategori kurang. Beberapa
penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
konselor
belum
menunjukkan penguasaan kompetensinya, termasuk pada kompetensi asesmen. Padahal kompetensi asesmen merupakan kompetensi pertama yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling karena sebagai langkah awal kinerja layanan bimbingan dan konseling. Hal serupa dirasakan peneliti selama peneliti menjadi siswa di kota Tasikmalaya terlebih saat di bangku Sekolah Menengah Atas yang lebih merasakan akan kebutuhan guru bimbingan dan konseling, yaitu masih terasa kurangnya layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan potensi diri siswa. Selain penelitian mengenai bagaimana kinerja konselor di lapangan, ada juga penelitian yang dilakukan oleh American School Counselor Association (ASCA) dan Association for Assessment in Counseling (AAC) pada tahun 1998 mengenai “What are assessment competencies needed by today’s professional school counselor?”. Kompetensi penilaian apa yang dibutuhkan oleh konselor sekolah profesional hari ini?. Pertanyaan penelitian ini sama halnya dengan merumuskan kompetensi asesmen yang dibutuhkan. Perlu kiranya mengetahui pertimbangan akan kebutuhan kompetensi tersebut. Jika memang kompetensi Sri Marliani, 2013 Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
tersebut dirasa penting dikuasai, maka kompetensi tersebut akan mudah untuk dikuasai oleh konselor/guru bimbingan dan konseling. Pertimbangan ini tidak hanya dilakukan oleh konselor/guru bimbingan dan konseling saja, namun melibatkan guru-guru bidang studi. Sebagaimana rekomendasi dari hasil penelitian Nurhudaya (2012:170) yakni perlu melibatkan guru bidang studi untuk mengurangi kesenjangan pemahaman antara konselor dengan guru bidang studi dalam hal asesmen. Hal ini akan memperkuat kebutuhan kompetensi asesmen konselor untuk membantu guru-guru bidang studi, sehingga layanan bimbingan dan konseling semakin efektif.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kompetensi asesmen diperlukan untuk mengefektifkan layanan bimbingan dan konseling, karena asesmen merupakan langkah awal kinerja layanan bimbingan dan konseling. Jika kompetensi asesmen tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, maka layanan bimbingan dan konseling tidak akan efektif. Untuk mengetahui kebutuhan kompetensi asesmen yang sesuai di lapangan, maka secara umum masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling, dan secara khusus masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Apa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut konselor/guru bimbingan dan konseling itu sendiri?
2.
Apa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut guru bidang studi?
3.
Apa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan lama bekerja?
4.
Apa rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan jenjang pendidikan?
Sri Marliani, 2013 Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling. Secara khusus, tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut konselor/guru bimbingan dan konseling itu sendiri.
2.
Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling menurut guru bidang studi.
3.
Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan lama bekerja.
4.
Mengetahui rumusan kompetensi asesmen yang harus dikuasai konselor/guru bimbingan dan konseling berdasarkan jenjang pendidikan.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Organisasi Profesi dan Lembaga Pelatihan Menambah informasi perkembangan kompetensi profesional konselor di
Indonesia dan sebagai bahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan guna meningkatkan kinerja konselor. 2.
Konselor Sebagai gambaran kebutuhan di lapangan dalam pelaksanaan asesmen,
sehingga dapat meningkatkan kompetensi asesmen untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang lebih sesuai dan efektif.
E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi merupakan gambaran menyeluruh mengenai penulisan skripsi. Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II terdiri dari kajian pustaka tentang pengertian kompetensi, Sri Marliani, 2013 Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
pengertian asesmen, kompetensi asesmen konselor, dan penelitian terdahulu. Bab III metode penelitian memaparkan lokasi, populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V penutup yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.
Sri Marliani, 2013 Rumusan Kompetensi Asesmen yang harus dikuasai Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu