BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan. Kalimat tersebut mengingatkan individu bahwa menjadi tua adalah sebuah kepastian dalam rentang hidup seseorang. Salah satu artikel pada majalah Gemari bulan Oktober 2011 menuliskan bahwa Menteri Sosial RI Dr. Salim Segaf Al Jufri menyatakan bahwa penduduk lansia saat ini ada 10 persen mendekati 23 juta lansia, sedangkan jumlah lansia terlantar diperkirakan sekitar 1,9 juta.
Sebuah artikel online pada situs psychologmania.com menuliskan penggolongan usia lanjut menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yaitu dimulai dari usia 60 tahun ke atas. Dalam Undang-undang nomor 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) juga menyebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia di atas 60 tahun. Periode lanjut usia yaitu suatu periode dimana seseorang telah „beranjak jauh‟ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin (Hurlock, 1980: 380).
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Penyebab kemunduran fisik ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Dalam aspek psikologis, motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran. Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk (Hurlock, 1980: 380). Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 Penyesuaian Diri Lansia Yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus Penyesuaian Diri Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
Motivasi merupakan salah satu faktor penentu penyesuaian diri karena motifmotif dan kebutuhan manusia memiliki banyak hubungan dengan proses penyesuaian diri. Kebutuhan manusia adalah hal yang penting untuk memahami penyesuaian diri dan kesehatan mental, karena kebutuhan adalah tuntutan internal yang harus dipenuhi untuk mencapai penyesuaian diri. Kebutuhan adalah kecenderungan dinamis yang berorientasi objek, kualitas, atau pengalaman yang diperlukan untuk fisik, psikologis, dan kesejahteraan organisme (Schneiders, 1964: 183).
Selain tututan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh lanisa, salah satu tema yang utama pada lansia adalah kehilangan dan sedih karena kematian orang lain, baik kehilangan sanak saudara ataupun pasangan. Dalam konteks kehilangan pasangan, kehilangan dapat disebabkan oleh kematian atau perceraian, walaupun umumnya lebih banyak disebabkan oleh kejadian kematian (Hurlock, 1980: 425).
Penyesuaian diri terhadap kematian pasangan atau terhadap perceraian sangat sulit bagi pria maupun wanita pada usia lanjut, karena pada masa ini semua penyesuaian semakin sulit dilakukan (Hurlock, 1980: 385), termasuk integritas ego yang sering sukar dipertahankan ketika orang telah kehilangan aspek yang akrab dengan dirinya (Alwisol, 2009: 104), yaitu salah satunya ketika seseorang kehilangan pasangan. Maka penyesuaian diri yang baik sangatlah berperan untuk mempertahankan integritas ego pada lansia yang kehilangan pasangan.
Mempertahankan integritas ego berkaitan dengan krisis psikososial yang dihadapi oleh lansia. Erikson menyebutkan bahwa pada setiap tahap perkembangan manusia akan muncul konflik sosial yang khas. Dalam teori Erikson, usia lansia berada dalam rentang tahap perkembangan mature age. Pada tahap mature age, krisis psikososial yang muncul adalah integrity vs despair (integritas vs keputusasaan)
Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 Penyesuaian Diri Lansia Yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus Penyesuaian Diri Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalankegagalan dalam hidup. Lewat prestasi-prestasi semacam itu individu-individu dapat menikmati keuntungan-keuntungan dari ketujuh tahap kehidupan yang pertama. Meskipun orang yang telah mencapai suatu keadaan integritas menyadari berbagai gaya hidup orang lain, namun dengan bangga ia memelihara gaya hidupnya sendiri dan mempertahankannya dari berbagai potensi ancaman (Hall&Lindzey, 1993: 154).
Lawan integritas adalah keputusasaan menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanaan hidup di hadapan kematian. Ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti, bahwa ajal sudah dekat – ketakutan akan- dan bahkan keinginan untuk- mati. Sekarang waktunya sudah terlalu singkat untuk berbalik dan mencoba gaya hidup yang lain (Hall&Lindzey, 1993: 155).
Dari hasil pertemuan antara integritas dan keputusasaan akan timbul nilai yang berkembang yaitu kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang sederhana menjaga dan memberikan integritas pada pengalaman-pengalaman yang terkumpul dari tahuntahun yang silam (Hall&Lindzey, 1993: 155).
Selain penyesuaian diri yang dilakukan dalam menghadapi konflik sosial, penyesuaian terhadap lingkungan dimana lansia tinggal juga merupakan hal yang penting, apakah bersama keluarga atau di panti sosial. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementrian Sosial RI, Drs. Samsudi, MM, dalam artikel online di detik.com Mei 2013, menyatakan bahwa : “Banyaknya lansia yang dititipkan oleh anaknya di tempat selain rumah sering membuat lansia kesepian. Kondisi ini lama-lama juga bisa merusak kesehatannya. Dulu para lansia masih bisa tinggal serumah dengan anak dan cucunya. Ini karena rumah pada waktu itu rata-rata masih berukuran besar, cukup untuk menampung keluarga besar. Selain itu, aktivitas pada saat itu belum sebanyak sekarang.” Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 Penyesuaian Diri Lansia Yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus Penyesuaian Diri Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
Peran keluarga memang sangatlah penting bagi lansia, baik bagi aspek fisik maupun psikologisnya karena pada zaman sekarang peran dan fungsi usia lanjut dalam keluarga mulai bergeser. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena sudah mandirinya anak-anak, sudah memiliki keluarga, dan memiliki pekerjaan sendiri sehingga suasana rumah menjadi sepi karena masing-masing angoota rumah memiliki aktivitas lain di luar rumah.
Bagaimanapun juga, semua masalah tersebut nampaknya lebih sulit disesuaikan pada usia lanjut daripada apabila masalah-masalah tersebut terjadi pada masa sebelumnya. Maka berdasarkan pada uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai penyesuaian diri pada lansia yang kehilangan pasangan (khususnya yang disebabkan karena kematian) ditinjau dari kebutuhan psikologis yang dimiliki, dengan judul penelitian “Penyesuaian Diri Lansia yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus terhadap Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis)”.
B. Fokus Penelitian Penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas respon lansia yang kehilangan pasangan berdasarkan seberapa baik atau seberapa buruk aktivitas mental ataupun perilaku yang sesuai dengan kebutuhan psikologis yang dimiliki oleh lansia yang diteliti.
Kebutuhan psikologis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebutuhan akan afeksi/kasih sayang dan kepemilikan (affection and belonging), keamanan dan status (security and status), perhatian (attention), kebebasan (independence), prestasi (achievement), dan pengalaman (experience) yang dapat memengaruhi penyesuaian diri yang dilakukan.
Lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lansia perempuan yang berada dalam rentang usia dari 60 tahun ke atas yang tinggal bersama keluarga dan
Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 Penyesuaian Diri Lansia Yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus Penyesuaian Diri Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
ditinggal meninggal oleh pasangan ketika sudah masuk rentang usia 60 tahun ke atas.
C. Indentifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perasaan dan pendapat lansia yang tinggal bersama keluarga terhadap kehilangan pasangan yang dialaminya? 2. Apa akibat yang dirasakan dan dialami setelah lansia kehilangan pasangannya? 3. Bagaimana pengaruh kebutuhan psikologis terhadap penyesuaian diri lansia yang kehilangan pasangan? 4. Bagaimana bentuk penyesuaian diri lansia yang tinggal bersama keluarga terhadap kehilangan pasangan yang dialaminya?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. mengetahui perasaan dan pendapat lansia yang tinggal bersama keluarga terhadap kehilangan pasangan yang dialaminya, 2. mengetahui akibat yang dirasakan dan dialami lansia setelah kehilangan pasangannya, 3. mengetahui pengaruh kebutuhan psikologis terhadap penyesuaian diri lansia yang kehilangan pasangan, 4. mengetahui bentuk penyesuaian diri lansia yang tinggal bersama keluarga terhadap kehilangan pasangan yang dialaminya.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian memiliki manfaat, baik secara praktis maupun secara teoritis, yang diurakan sebagai berikut.
Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 Penyesuaian Diri Lansia Yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus Penyesuaian Diri Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini dapat menjadi sumbangan karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, baik bagi para mahasiswa psikologi khususnya dan para pembaca pada umumnya. b. Hasil penelitian dapat digunakan sabagai referensi bagi penelitian serupa di kemudian hari. c. Dapat memperkaya pengetahuan tentang perkembangan psikososial lansia. 2. Manfaat praktis a. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para mahasiswa psikologi agar termotivasi dalam mempelajari, memahami, dan memperhatikan masalah psikologis pada lansia. b. Beranjak dari penelitian ini, maka dapat dikembangkan pendekatan alternatif dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. c. Penelitian ini diharapkan dapat membantu terbentuknya social support yang efektif bagi lansia, khususnya lansia yang tinggal bersama keluarga.
F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Fokus Penelitian C. Identifikasi dan Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Struktur Organisasi Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia) B. Penyesuaian (Adjustment) C. Minat pada Usia Lanjut D. Emosi dan Akibat E. Hasil Penelitian Terdahulu F. Kerangka Pemikiran Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 Penyesuaian Diri Lansia Yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus Penyesuaian Diri Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Instrumen Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data E. Keabsahan Data F. Lokasi dan Subjek Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Profil Subjek Penelitian B. Display Data C. Hasil Penelitian D. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 Penyesuaian Diri Lansia Yang Kehilangan Pasangan (Studi Kasus Penyesuaian Diri Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga ditinjau dari Kebutuhan Psikologis) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu