BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Proses Pendidikan menjadi jalan untuk memperbaiki perilaku belajar guna mencapai tujuannya. Menurut Ki Hajar Dewantara (Sobirin, 2010), bahwa “Pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya”. Menurut Hamka, (Masrur, 2008), untuk membentuk siswa yang memiliki kepribadian paripurna, “maka dalam dataran operasional prosesnya tidak hanya dilakukan sebatas transfer pengetahuan, akan tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana ilmu yang diperoleh mampu membuahkan suatu sikap yang baik sesuai dengan pesan nilai ilmu yang dimilikinya” Hamka juga membedakan makna pendidikan dan pengajaran. Menurutnya, pendidikan merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian siswa, sehingga ia tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sementara pengajaran adalah upaya untuk mengisi intelektual siswa dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Ki Hajar Dewantara dalam (Riyanto, 2004), mengatakan bahwa: Pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan siswa dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual, sebab akan memisahkan dari orang kebanyakkan. Pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu, tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap di pertimbangkan. Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri, setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para siswanya. Siswa yang dihasilkan adalah siswa yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggung jawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Menurut Mulyana (2001): Sekolah dibangun sebagai wahana pendidikan formal dalam rangka meingkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai siswa yang mampu melahirkan nilai-nilai kehidupan secara pribadi dalam menciptakan iklim budaya sekolah yang penuh makna. Untuk itu sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan merealisasikan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sekolah dapat menjadi sarana untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan kompetensi-kompetensi (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan), yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. Sementara itu, Paino (2007:208), “Bagi guru bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan membentuk perilaku dan kepribadian serta membina sikap dan moral siswa, merupakan bagian integral dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah”. Sedangkan (Winataputra dan Budimansyah, (2007), menyatakan bahwa:. Di Indonesia kerangka Pendidikan Kewarganegaraan dibangun atas paradigma bahwa Pendidikan Kewarganegaraan secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab, secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensidimensi afektif, kognitif, dan psikometrik yang saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila. Kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara, secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan pengalaman belajar dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Dalam pendidikan kewarganegaraa, memang diperlukan berbagai upaya dan terobosan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal serupa juga diungkapkan Branson (1999: 8-25) bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan dalam menghadapi era globalisasi hendaknya mengembangkan kompetensi kewarganegaraan (civic competence). Aspek-aspek civic competence tersebut meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Namun demikian, pembelajaran kewarganegaraan yang dilakukan selama ini masih berorientasi pada komponen pengetahuan kewarganegaraan sehingga kurang menyentuh aspek kewarganegaraan dan watak kewarganegaraan padahal ketiga kompetensi tersebut diharapkan memiliki hubungan yang bersifat kontinuitas dan konfluen sehingga tidak heran jika siswa memandang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran teoritis saja yang hanya berupa materimateri hafalan, padahal dari pengetahuan kewarganegaraan diharapkan siswa mampu menunjukkan kecakapan kewarganegaraan dan tumbuh dalam diri watak kewarganegaraan. Kecakapan kewarganegaraan dapat dikembangkan melalui pembelajaran di depan kelas. Muara dari pengetahuan kewarganegaraan dan kecakapan kewarganegaraan adalah terbentuknya watak kewarganegaraan. Untuk itu, Djahiri (1985), mengemukakan bahwa: dalam proses pembelajaran harus dirancang suatu model pembelajaran dimana siswa harus mampu mengembangkan seluruh potensinya agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, demokratis dan bertanggung jawab, untuk itu perlu dikembangkan suatu proses pembelajaran yang humanistik dimana suasana belajar mengajar bersifat kekeluargaan, hangat, dan terbuka Untuk membangun bangsa yang berbasis nilai yang beradab perlu adanya pertimbangan kesepakatan tentang
pengertian dan pengembangan nilai yang
sangat mendasar yang menjadi refleksi dan pengokohan dalam kehidupan, adapun nilai yang dimaksud adalah keimanan dan ketaqwaan, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, Sauri (2010) mengungkapkan bahwa “nilai adalah Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
firah tauhidullah yang dikembangkan dan diinternalisasikan dalam pribadi seseorang untuk mencapai akhlak mulia demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”. Dengan pendidikan, manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat dapat diupayakan untuk dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal proses pembangunan. manusia secara individu ini akan memberikan sumbangan besar terhadap pembangunan bangsa yang bermartabat, dan menjadi faktor pendukung bagi proses percepatan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang memliki fokus pembelajaran pada pembekalan pengetahuan, pembinaan sikap, perilaku dan pelatihan siswa yang demokratis, taat hukum dalam kehidupan masyarakat, mengacu pada kompetensi kewarganegaraan. Menurut Ace Suryadi (2004), untuk dapat
mencapai
kompetensi
kewarganegaraan
tersebut,
maka
dalam
pelaksanaannya terdapat empat hal yang harus jadi penekanan dalam Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pendidikan Kewarganegaraan bukan merupakan indoktrinasi politik. 2. Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan state of mind dalam upaya pembentukan karakter warganegara yang cerdas dan bernalar tinggi. 3. Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan dengan menekankan pada latihan menggunakan daya nalar dan logika. 4. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap, dan perilaku yang dikembangkan dengan pemebelajaran yang demokratis. Dari pandangan-pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang memberikan pengetahuan (civic knowledge), ketrampilan (civic skills), dan watak-watak atau kebajikan-kebajikan warga negara (civic dispositions) yang dilakanakan melalui pembelajaran demokratis, karena dengan pembelajaran yang begitu maka akan menumbuhkan sikap dan perilaku demokratis pada siswa yang akan adakan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.
Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Pendidikan nilai merupakan proses penanaman dan pengembangan nilainilai pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama, Sauri (2009) mendefinisikan bahwa “pendidikan nilai adalah sebagai upaya sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan fitrah dasar manusia seutuhnya, menuju terbentuknya insan berakhlak karimah”. Sementara itu, Mardiatmadja dalam Mulyana (2004:119) mendefinisikan “pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya”. Adapun Hakam (2000:05) mengungkapkan bahwa: pendidikan nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut pandang non moral, meliputi estetika, yakni menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan antarpribadi. Pendidikan nilai dapat dimaknai juga sebagai proses bimbingan melalui suritauladan pendidik yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara. Pendidikan nilai memang sangat diperlukan agar setiap manusia memiliki pribadi yang mulia. Sementara itu, Winecoff, (1988:1-3) mengungkapkan bahwa: Values education-pertains to questions of both moral and nonmoral judgement toward object; includes both aesthetics (ascribing value 10 objects of beauty and personal taste) and ethics (ascribing values ofrighl and wrong in the interpersonal realm). Arti dari value education atau pendidikan nilai di atas adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut nonmoral, yang meliputi estetika yaitu menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan antar pribadi. Sasaran yang hendak dituju dalam pendidikan nilai adalah penanaman nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik. Berbagai metoda pendidikan dan pengajaran yang digunakan dalam berbagai pendekatan lain dapat digunakan juga dalam proses pendidikan dan pengajaran pendidikan nilai. Hal tersebut penting
Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
untuk memberi variasi kepada proses pendidikan dan pengajarannya, sehingga lebih menarik dan tidak membosankan. Efektifitas atas proses berlangsungnya suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu seperti apa hasil yang akan diperoleh, apakah akan berhasil, kurang berhasil atau tidak berhasil. Sehingga di samping menyebabkan nilai-nilai yang ditargetkan tidak tercapai, pemahaman siswa terhadap nilai-nilai yang ingin diajarkan juga kurang dapat mereka serap dan pahami secara menyeluruh. Hal ini diakibatkan karena proses pembelajaran yang diterapkan guru di kelas terutama oleh guru pada mata pelajaran PKn masih cenderung pada metode yang membuat siswa tidak tertarik, jenuh dan sulit untuk mereka pahami. Guru dominan hanya menggunakan metode konvensional berupa ceramah satu arah (narrative technique) tanpa memberikan contoh atau gambaran-gambaran kogkrit menyangkut peristiwa/isu hangat saat ini yang dapat dikaitkan dengan materi atau pokok bahasan yang akan diajarkan dan kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan tidak dapat tercapai secara optimal. Akibatnya mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan cenderung di anggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh siswa sendiri dan masih dianggap agak kurang bermakna bagi masyarakat karena belum mampu mengembangkan nilai-nilai seperti aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif, salah satu penyebab diantaranya adalah karena minimnya penggunaan media pembelajaran pada saat proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas berlangsung. Menurut Somantri (2001:245) mempertegas bahwa “kurang bermaknanya Pendidikan Kewarganegaraan bagi siswa
dikarenakan masih dominannya
penerapan metode pembelajaran konvensional seperti ground covering technique, indoktrinasi, dan narrative technique dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehari-hari”.
Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai secara efektif dan efiesien, maka diperlukan suatu metode mengajar yang lebih tepat. Ketepatan dalam menggunakan metode mengajar yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima dan memahami materi yang diberikan oleh guru apabila metode mengajar yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya. Metode mengajar yang baik adalah metode mengajar dengan sarana media yang disesuaikan dengan setiap materi yang akan disampaikan terhadap kondisi siswa dan keadaan sekitar yang terjadi (isu-isu hangat), sarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya. Menurut Nana Sudjana (2001: 2): ada beberapa alasan berkenaan dengan pemanfaatan media, di antaranya; pelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa, metode mengajar akan lebih bervariasi, dan siswa akan lebih banyak aktif dalam proses kegiatan belajar. Penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran, namun suatu media mengajar mempunyai spesifikasi tersendiri, artinya media yang cocok untuk suatu materi belum tentu cocok jika diterapkan pada materi yang lainnya. Oleh sebab itulah kreatifitas dan keuletan guru dalam membuat sebuah media pembelajaran yang interaktif, sangat berperan untuk mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sementara itu, menurut Sadiman, (2002: 10) mengatakan bahwa: penggunaan media akan dapat mempertinggi kualitas proses dan hasil pengajaran, dari berfikir kongkret ke berpikir abstrak. Menurut beberapa penelitian tentang penggunaan media dalam proses belajar mengajar menunjukkan adanya perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Mengatasi permasalahan klasik di atas, maka perlu dilakukan perubahan dengan menerapkan pola atau metode pembelajaran modern berbasis media teknologi yang masih baru (fresh), lebih menarik, lebih kompleks namun mudah untuk dipahami dan mampu membuat siswa dapat mengembangkan nilai-nilai Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
moral dan akademik secara optimal seperti civic knowledge, civic skills dan civic disposition secara mendalam dan komprehensif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang berwatak (moral) baik dengan pola pikir kritis dan berjiwa sosial tinggi (peduli) terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam lingkup kehidupannya, yang mana hal tersebutlah yang merupakan tujuan utama yang ingin di capai dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Sehubungan dengan media pembelajaran yang masih baru (fresh) dan sesuai dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah media pembelajaran berupa gambaran-gambaran yang dapat menampilkan realita atas suatu kondisi atau keadaan berupa kejadian/isu-isu hangat atas peristiwa yang baru terjadi yang kemudian dapat dikaitkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Dalam hal ini media yang fleksibel dan menarik adalah berupa animasi baik yang semi bergerak maupun semi suara berbentuk karikatur yang ditampilkan secara interaktif menggunakan slide presentasi dengan Software Microsoft PowerPoint yang akan disesuaikan dengan setiap materi yang akan disampaiakan. Penggunaan media animasi karikatur dalam proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas bertujuan agar materi yang disampaikan menjadi menarik untuk dipelajari, mudah dipahami, memancing keaktifan dan kreatifitas siswa agar lebih partisipatif dan dapat memunculkan potensi yang dimiliki oleh anak ketika dalam proses belajar mengajar di kelas berlangsung sehingga diperoleh hasil yang lebih efektif dengan waktu yang efiesien. Berdasarkan observasi, metode yang digunakan guru saat mengajar masih didominasi dengan ceramah (narrative technique) dimana guru menjelaskan secara rinci materi pelajaran kepada siswa, sehingga siswa cenderung memaknai pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya sebagai pengetahuan yang berupa perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Disamping itu juga suasana kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya siswa kurang Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga kelas terlihat pasif dan siswa hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas sehingga proses belajar mengajar jadi terkesan kaku dan kurang fleksibel terhadap permasalahanpermasalahan yang sedang hangat terjadi, sehingga sering siswa beranggapan bahwa : “Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang membosankan, materi yang disampaikan kurang menarik dan tidak ada tantangan saat mempelajarinya”. Pada proses konvensional yang demikian siswa hanya ibarat kertas putih bersih yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan saja yang hanya ingin mencapai keberhasilan pendidikan berdasarkan hasil akhir dari suatu pembelajaran dengan mengabaikan proses. Pada kondisi yang demikian, guru sering mengeluhkan : Siswa kurang menghargai saat guru menjelaskan, mereka cenderung tidak memperhatikan, sibuk bercanda dan asyik dengan kesibukan yang mereka buat-buat sendiri ketika pelajaran sedang berlangsung sehingga kelas jadi ribut dan nilai pelajaran mereka banyak yang jatuh atau masih jauh dari standar hasil yang ingin dicapai atau yang telah di targetkan. Minimnya penggunaan media saat pembelajaran berlangsung, guru beralasan bahwa hal ini karena : Media-media disekitar sangat sulit untuk dimanfaatkan dan disesuaikan dengan materi yang sedang disampaikan, disamping itu juga karena untuk mata pelajaran PKn dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti fisika, matematika, TI atau biologi masih sangat sulit untuk mencari produk yang dijual sebagai perangkat atau media pembelajaran kita. Sehubungan dengan belum banyaknya produsen yang menawarkan software khusus sebagai media pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka diperlukan keahlian, kreatifitas dan keuletan pengajar (guru) untuk membuat media pembelajaran sendiri yang sesuai dan relevan dengan materi yang akan diajarkan. Tumbuhnya kesadaran terhadap pentingnya pengembangan media pembelajaran harus dapat direalisasikan dalam bentuk praktik. Banyak usaha yang dapat dikerjakan, di samping memahami Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
penggunaannya, para guru pun patut berupaya untuk mengembangkan keterampilan membuat sendiri media yang menarik, murah dan efesien. Menurut Supriyatna (2006 : 1): Saat ini pemanfaatan teknologi seperti komputer sebagai media esensial dalam pembelajaran masih jarang diterapkan sekolah karena sebagian besar guru masih kurang menguasai cara penggunaannya dan kreatifitas guru dalam menerapkannya sebagai media pembelajaran masih rendah. Seharusnya fasilitas-fasilitas penunjang tersebut bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai media pembelajaran yang produktif untuk menghasilkan pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa sehingga siswa tidak saja harus mengetahui teori, fakta, konsep atau prinsip, tetapi juga terampil untuk dapat menerapkan nilai-nilai pengetahuannya dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari maupun teknologi. Oleh sebab itu agar dapat dicapai hasil pembelajaran yang telah ditetapkan, peneliti mencoba menerapkan suatu konsep metode pembelajaran yang masih baru yang diharapkan dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga kelas menjadi lebih aktif dan interaktif yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan media animasi yang dikemas dengan menggunakan software Microsoft PowerPoint. Dari uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai Dan Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Disiplin Siswa (Studi Eksperimen Quasi di Kelas XI SMA Negeri 2 Palangka Raya”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan proses pembelajaran siswa antara kelas yang menggunakan media animasi berbasis nilai dan yang tanpa media? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media animasi berbasis nilai dengan yang tanpa media? Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
3. Apakah terdapat perbedaan karakter disiplin siswa antara yang menggunakan media animasi berbasis nilai dengan yang tanpa media?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui perbedaan kemampuan proses pembelajaran siswa antara kelas yang menggunakan media animasi berbasis nilai dan yang tanpa media.
2.
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media animasi berbasis nilai dengan yang tanpa media.
3.
Untuk
mengetahui
perbedaan
karakter
disiplin
siswa
antara
yang
menggunakan media animasi berbasis nilai dengan yang tanpa media.
D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun lewat penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengembangan pendidikan pada umumnya serta teori dan konsep tentang proses pembelajaran khususnya mengenai efektivitas proses dan hasil pembelajaran PKn dalam penyampaian materi dengan menggunakan berbagai media dan animasi yang dikemas menggunakan software Microsoft PowerPoint. 2. Manfaat Praktis Secara praktis manfaat penelitian ini akan berguna bagi: (1) siswa, dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran PKn, sehingga angka ketuntasan minimal dalam belajar dapat dicapai dengan baik. (2) Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
bagi Guru, dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan dalam mengajar agar lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran dan pemahaman serta hasil belajar siswa. (3) bagi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai inovasi agar dapat melahirkan guru mata pelajaran PKn yang lebih kreatif dalam berseni untuk membuat/memanfaatkan
media pembelajaran, sehingga
disamping mengembangkan nilai seni (estetika), pembelajaran juga akan lebih aktif, interaktif dan efektif.
E. Struktur Organisasi Tesis Penulisan tesis tentang “Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai Implikasinya pada Karakter Siswa (Studi Eksperiment Quasi di Kelas XI SMAN 2 Palangka Raya)” ini meliputi lima bagian, yang terdiri dari BAB 1 sampai dengan BAB V. Secara rinci bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN, meliputi : A. Latar Belakang Penelitian, B. Identifikasi
dan
Perumusan
Masalah,
C.
Tujuan
Penelitian,
D.
Manfaat/Signifikansi Penelitian. BAB II, KAJIAN PUSTAKA, meliputi: A. Media Animasi, B.Media Sebagai Stimulus Pembelajaran, C. PKn Sebagai Pendidikan NIlai, D. Pendidikan Karakter, E. Implementasi Media Animasi Berbasis Nilai pada Pembelajaran PKn, F. Penelitian Terdahulu, G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis. BAB III, METODE PENELITIAN, meliputi A. Lokasi dan Subjek Penelitian, B. Desain Penelitian, C. Metode Penelitian, D. Definisi Operasional, E. Instrumen Penelitian, F. Pengembangan Instrumen, G. Tehnik Pengumpulan Data, H. Analisis Data. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, meliputi: A. Hasil Penelitian: 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian, 2. Deskripsi Hasil Penelitian., B.Pembahasan Hasil Penelitian Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN, meliputi: A. Kesimpulan, B. Saran
Dewanto Zulkarnain, 2013 Efektivitas Penggunaan Media Animasi Berbasis Nilai & Implikasinya Terhadap Perubahan Karakter Siswa (Studi Eksperimen Quasi Di Kelas XI SMAN 2 Palangkaraya) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu