BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Karena dengan pendidikan kita bisa memajukan budaya serta juga dapat mengangkat derajat bangsa kita di mata dunia Internasional. Dengan pendidikan diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Pendidikan juga merupakan sesuatu yang sangat urgen bagi setiap manusia. Karena dengan pendidikan, maka manusia mengetahui sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Maka dari itu pendidikan dapat diperoleh dan dilaksanakan baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Seperti yang kita ketahui bahwa keduanya memang sangat penting bagi kehidupan. Misalnya dalam pendidikan non formal yang diberikan oleh orang tua di lingkungan keluarga yang dapat menentukan bagaimana sikap seorang anak nantinya. Begitu pula dengan pendidikan formal yang tidak kalah penting, karena dengan pendidikan formal maka seseorang akan mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan baru yang lebih luas yang belum didapatkan dari pendidikan keluarga.1 Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Perkembangan Kurikulum Teori Dan Praktik (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 55.
1
2
mempunyai
peran
penting dalam
pembangunan
nasional
karena
pendidikan merupakan salah satu cara untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit banyak ditangan generasi muda. Pendidikan pada generasi muda diharapkan mampu mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Generasi
muda
yang berpendidikan dan
berprestasi diharapkan mampu membawa negeri ini menghadapi persaingan global, khususnya dalam bidang pendidikan. Masalah pendidikan ini sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di Negara tersebut, sebab pembangunan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa dan Negara, mutlak memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses pembangunan.2 Adapun jalur pendidikan yang dapat diperoleh seseorang pada dasarnya dibedakan menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, serta pendidikan informal. Pendidikan formal kebalikan dari pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilaksanakan terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman kehidupan sehari-hari dengan sadar atau tidak
2
Ibid., hlm. 57.
3
sadar, sejak lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman sehari-hari.3 Seperti misalnya dari lingkungan dan keluarga. Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah keluarga. Rumah adalah tempat pertama dimana anak memperoleh ilmu, sedangkan orang tua adalah guru pertama yang memberi ilmu kepadanya. Di rumah anak dapat belajar tentang banyak hal yang mendasar. Ilmu yang ia peroleh dirumah merupakan fondasi bagi hidup anak dimasa depan.4 Sedangkan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan sendiri mempunyai fungsi untuk membentuk manusia secara utuh, menyiapkan tenaga kerja, dan menyiapkan warga Negara yang baik serta agen pembaharuan sosial. Pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi
diselenggarakan
bertujuan
untuk
melanjutkan
pendidikan, mempersiapkan warga Negara menuju proses belajar di masa yang akan datang dan menyiapkan lulusan masyarakat yang baik. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan untuk membentuk manusia secara utuh, membentuk pribadi yang dewasa, beriman dan bertaqwa, mandiri, berilmu, serta bertanggungjawab. Dengan pendidikan, manusia bisa meningkatkan kualitas hidup, serta mampu menyelesaikan masalahmasalah
yang
berbeda
dan
semakin
kompleks
sejalan
dengan
3
Sulaiman Joesoep, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah (Jakarta: Bumi Raya, 2004),
4
PT.
hlm. 73. Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis,cet ke-18 (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 82.
4
bertambahnya usia, adanya lingkungan hidup yang baru, serta semakin berkembangnya ilmu teknologi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan, baik dari pendidikan formal, non formal, maupun informal, guna menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan cara-cara yang lebih baik dan bijaksana.5 Pendidikan bisa didapatkan seseorang baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat, yang merupakan lingkungan pendidikan bagi seseorang, atau biasa disebut sebagai tri pusat pendidikan, dimana ketiganya mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Lingkungan yang baik maka dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan sedangkan lingkungan yang tidak mendukung (lingkungan yang tidak baik), maka kemungkinan juga akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan, sehingga dengan hal tersebut sebaiknya antara tri pusat tersebut harus saling mendukung guna tercapainya pendidikan. Jadi, dapat diartikan pula bahwa keluarga dan masyarakat dapat mempengaruhi bagaimana persepsi atau pemikiran-pemikiran dari seseorang dalam memandang pelaksanaan pendidikan.6 Desa Rowosari Kec. Ulujami Kab. Pemalang adalah desa yang sebagian dari warganya mempunyai usaha konveksi atau membuat pakaian jadi, seperti kaos, celana, jas, jaket, dan lain-lain. Dan dari sebagian warga yang lain menjadi pekerja didalam konveksi tersebut. Mereka yang
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Perkembangan Kurikulum Teori Dan Praktik (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 58. 6 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 222.
5
menjadi buruh konveksi sebagian besar mengawali menjadi buruh konveksi tersebut sejak lulus Sekolah Dasar (SD), namun ada juga yang bekerja pada usia dewasa atau setelah mereka menikah. Namun ada juga warga desa tersebut yang mengenyam pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini lebih sedikit yang berminat, maka dari itu jika ada anak yang sekolah sampai jenjang SMA atau S1 dianggap sangat spesial. Buruh konveksi adalah para pekerja yang bekerja didalam usaha konveksi yang dimilki oleh para pengusaha konveksi yang ada, dan mereka bekerja membuat pakaian jadi bermacam-macam jenisnya. Mereka ada yang menjadi penjahit, buruh kancing atau biasa disebut dengan pasang kancing atau cilen, dan ada juga yang menjadi ahli dalam bidang mesin besar, seperti mesin lobang, tres, make up, dan lain-lain. Mereka di upah dengan sistem kamisan atau sistem bayaran setiap minggu sekali dengan pendapatan yang berbeda-beda menurut jenis dan pendapatan banyak barang yang telah dijadikan. Dan setiap tahun menjelang hari raya idul fitri mereka mendapatkan total upah yang tersisa dan mendapatkan THR. Kebanyakan remaja di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang tersebut memilih untuk bekerja, kebanyakan dari mereka adalah memilih bekerja sebagai buruh penjahit di lingkungan sekitar. Padahal dari segi usia mereka sangat muda dan seharusnya mereka berhak mendapatkan pendidikan yang lebih. Usia yang diteliti ini adalah usia remaja usia 15-18 tahun yang tidak meneruskan ke jenjang SMA.
6
Mereka mempunyai banyak alasan yang sangat menyebabkan untuk bekerja di usia yang seharusnya untuk belajar di jenjang pendidikan. Baik alasan dari diri sendiri mapupun keadaan orang tua yang tidak mungkin untuk membiayai mereka untuk sekolah formal. Namun ada juga dari beberapa remaja yang harus lulus SD ataupun SMP lebih memilih masuk kedalam lembaga pendidikan seperti pesantren. Sebenarnya, fungsi dan peran pendidikan di sekolah adalah sebagai pelanjut dari pendidikan di keluarga yang diharapkan mampu membentuk kepribadian yang baik, juga agar mampu memberikan pengetahuan kepada anak yang belum didapatkan di lingkungan keluarga. Di sekolah seseorang mendapatkan pendidikan yang intensif. Disinilah potensi anak akan ditumbuh kembangkan, dan sekolah menjadi tumpuan dan harapan bagi orangtua dan masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. 7 Melihat fenomena-fenomena dari sebagian besar remaja di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang yang terlihat kurang mementingkan pendidikan, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: ”Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang”
7
Ibid., hlm. 223.
7
B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dipandang pokok dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi
di
Desa
Rowosari Kecamatan
Ulujami
Kabupaten
Pemalang? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang? Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindari pemahaman di luar konteks judul, maka peneliti memberikan pembatasan istilah yang tercakup dalam judul tersebut sebagai berikut: 1. Urgensi Urgensi berasal dari kata latin URGERE (kata kerja) yang berarti mendorong. Dalam bahasa Inggris URGENT (kata sifat), dalam bahasa Indonesia
URGENSI
(kata
benda)
yang
berarti
urgensi
itu
“pentingnya”. Istilah urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk menyelesaikan. Dengan demikian mengandaikan ada sesuatu masalah dan harus ditindak lanjuti.8 2. Buruh “Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai 8
WIB.
suatu usaha yang kemudian mendapatkan upah atau
Anggunessay90.wordpres.com/2012. Diakses tanggal 21 Oktober 2015 pukul 19.55
8
imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Upah biasanya diberikan secara harian, mingguan, atau bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang telah disetujui.
9
Buruh yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah para buruh konveksi di desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang dengan usia remaja yang dimulai usia lulus SD menuju jenjang yang lebih tinggi atau tingkat SMA atau usia 15-18 tahun dan buruh yang akan diteliti berjumlah 10 remaja. 3. Konveksi Konveksi adalah sebuah usaha membuat pakaian dalam jumlah banyak dan siap dijual dalam bentuk jadi.10 Konveksi yang diteliti adalah usaha konveksi yang memperkerjakan anak usia 15-18 tahun di desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. 4. Pendidikan formal Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.11 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
9
BayuSutrisna, “PengertianBuruh, http://bayuzu.blogspot.com/2012/04/pengertian buruh.html.(5 April 2012) Diakses, 29 November 2014. 10 BayuSutrisna, “PengertianKonveksi, http://bayuzu.blogspot.com/2012/04/pengertian buruh.html.(5 April 2012) Diakses, 29 November 2014. 11 Sudjana S, Pendidikan Non Formal, (Bandung: Falah Production, 2004), hlm.160.
9
1. Untuk mengetahui Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis a. Memperkaya khasanah perpustakaan tentang Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi. Terutama pada anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi dan memilih untuk bekerja. b. Untuk menambah pengetahuan tentang apa Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif informasi bagi yang berminat mengadakan penelitian tentang Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA Menurut Buruh Konveksi, dan faktor apa saja yang menyebabkannya, serta untuk pedoman bagi para orang tua untuk mengatasi anak-anaknya yang putus sekolah dan memilih untuk bekerja.
10
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Kurikulum Teori
Dan
Praktik
bahwa
pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Karena dengan pendidikan kita bisa memajukan budaya serta juga dapat mengangkat derajat bangsa kita di mata dunia Internasional. Dengan pendidikan diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Nana Syaodih Sukmadinata juga mengatakan dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Kurikulum Teori Dan Praktik bahwa pendidikan sendiri mempunyai fungsi untuk membentuk manusia secara utuh, menyiapkan tenaga kerja, dan menyiapkan warga Negara yang baik serta agen pembaharuan sosial. Pendidikan menengah dan pendidikan tinggi diselenggarakan bertujuan untuk melanjutkan pendidikan, mempersiapkan warga Negara menuju proses belajar di masa yang akan datang dan menyiapkan lulusan masyarakat yang baik. 12
Dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah,Sulaiman Joesoep mengatakan bahwa adapun jalur pendidikan yang dapat diperoleh seseorang pada dasarnya dibedakan menjadi tiga, 12
Nana Syaodih Sukmadinata, Perkembangan Kurikulum Teori Dan Praktik (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 55.
11
yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, serta pendidikan informal. Pendidikan formal kebalikan dari pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilaksanakan terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman kehidupan sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman sehari-hari.13 Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis bahwa keluarga adalah pendidikan yang paling dasar. Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah keluarga.Rumah adalah tempat pertama dimana anak memperoleh ilmu, sedangkan orang tua adalah guru pertama yang memberi ilmu kepadanya.14 Sudjana dalam bukunya Pendidikan Non Formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.15 2. Analisis Penelitian Terdahulu yang Relevan Dalam skripsi yang ditulis oleh Dwi Kartika Sari dengan judul “Persepsi Masyarakat Pesisir Terhadap Pendidikan Formal Anak (di 13
Sulaiman Joesoep, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah (Jakarta: Bumi Raya, 2004), hlm. 73. 14 Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), cet ke-18, hlm. 82. 15 Sudjana S, Pendidikan Non Formal (Bandung: Falah Production, 2004), hlm.160.
12
Desa Api-api Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan)”. Menunjukkan bahwa persepsi masyarakat pesisir terhadap pendidikan formal anak dapat dikatakan cukup baik. Sekalipun mayoritasanak-anak di daerah pesisir tersebut hanya mengenyam pendidikan formal ditingkat sekolah dasar dan tingkat sekolah menengah saja. Hal tersebut terjadi dikarenakan faktor biaya serta kondisi perekonomian keluarga yang kurang.16 Menurut Muflihah dalam skipsinya yang berjudul “Animo Masyarakat
Kelurahan
formal Pendidikan
Formal”.
Jenggot Dapat
Terhadap ditarik
pendidikan
kesimpulan
bahwa
pendidikan adalah proses dari serangkaian kegiatan belajar mengajar (KBM) yang konsisten dan berkesinambungan menuju ke arah tujuannya yang telah ditetapkan. pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Sekalipun pengaruh pendidikan non formal sangat besar terhadap anak-anak kelurahan Jenggot tetapi bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah pola pikir yang pendek dan sederhana akibat rendahnya Sumber Daya Manusia tentang pendidikan Formal.17 3. Kerangka Berfikir Berdasarkan analisis teoritis tersebut di atas, maka dapat dibangun kerangka konseptual penelitian sebagai berikut.
16
Dwi Kartika Sari, Persepsi Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan Formal Anak (di desa Api-api Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan), Skripsi, (STAIN Pekalongan, 2013). 17 Muflihah,Animo Masyarakat Kelurahan Jenggot Terhadap pendidikan formal Pendidikan Formal, Skipsi (STAIN Pekalongan, 2013).
13
Adapun jalur pendidikan yang dapat diperoleh seseorang pada dasarnya dibedakan menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, serta pendidikan informal. Pendidikan formal kebalikan dari pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilaksanakan terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman kehidupan sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman sehari-hari.18 Seperti misalnya dari lingkungan dan keluarga. Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah keluarga. Rumah adalah tempat pertama dimana anak memperoleh ilmu, sedangkan orang tua adalah guru pertama yang memberi ilmu kepadanya. Di rumah anak dapat belajar tentang banyak hal yang mendasar. Ilmu yang ia peroleh dirumah merupakan fondasi bagi hidup anak dimasa depan.19 Sedangkan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Urgensi atau pentingnya pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi di Desa Rowosari masih sangatlah kurang penting. Mereka tidak melanjutkan sekolahnya karena disebabkan beberapa faktor, yakni faktor kemampuan, faktor ekonomi, dan faktor masyarakat. 18 19
Sulaiman Joesoep, Ternyata…, op.cit.,hlm. 73. Ngalim Purwanto, Ternyata…, hlm. 82.
14
Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMA
Buruh Konveksi
Bekerja
Kemampuan
Ekonomi Kurang Mampu Ekonomi Mampu
Masyarakat
15
F. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu untuk memahami tentang fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara menyeluruh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.20 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), dimana peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena secara langsung.21 Dan data yang dihasilkan berupa data deskriptif tentang bagaimana urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi dan faktor apa saja yang mempengaruhi urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi di desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. 2. Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian adalah sumber data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambilan
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 6. 21 Ibid., hlm. 26.
16
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam penelitian ini, ada dua sumber data penelitian, yaitu: a. Sumber Data Primer Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data atau memberikan data secara langsung.22 Yaitu jumlah buruh usia 15-18 tahun dan jumlah buruh yang lulus SMA di usaha konveksi desa Rowosari Kecamatan Ulujami Pemalang. b. Sumber Data Sekunder Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.23 Yaitu seperti dokumen-dokumen ataupun buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar dan yang ditetapkan.24 Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 308. Ibid., hlm. 309. 24 Ibid., hlm. 308. 23
17
a. Teknik Observasi Observasi (pengamatan) merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.25 Jenis observasi yang digunakan adalah observasi pertisipasi pasif, di mana peneliti datang di tempat kegiatan yang diamati, namun tidak ikut terlibat dalam kegiatannya.26 Teknik ini digunakan sebagai alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.27 Dan dilakukan untuk mengamati tentang urgensi pendidikan formal tingkat
SMA
menurut
buruh
konveksi
dan
faktor
yang
menyebabkannya melalui pengamatan kesehariannya para buruh bekerja. b. Teknik Interview/Wawancara Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung untuk mendapatkan data tentang suatu objek tertentu.28 Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan wawancara semi terstruktur. Teknik ini akan digunakan untuk mendapatkan data secara langsung dari para buruh usia 15-18 tahun dan buruh yang lulus SMA tentang 25
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), hlm. 165. 26 Sugiyono, op.cit, hlm. 312. 27 Ahmadi, Abu, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 70. 28 Ibid., hlm. 97.
18
bagaimana urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi dan faktor apa saja yang mempengaruhi urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi. c. Teknik Dokumentasi Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.29 Metode ini akan digunakan untuk menghimpun data yang bersifat dokumenter, seperti jumlah buruh, jumlah usaha konveksi, jumlah anak usia sekolah, sejarah berdirinya konveksi di desa rowosari serta gambaran desa rowosari ulujami. 4. Teknik Analisis Data Analisis data secara singkat yaitu menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau dipresentasikan.30 Analisis juga bias diartikan proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan (observasi) dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.31
29
Ibid., hlm. 110. Masri Singaribuan dan Sudyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey (Jakarta: LP3Es, 1984), hal. 213. 31 Sugiyono, op.cit., hlm. 335. 30
19
Analisis data menggunakan metode induktif, yaitu berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada teori. Dengan kata lain, proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi
suatu rangkaian hubungan atau suatu
generalisasi.32 Adapun tahap-tahap analisis data menurut model Miles dan Huberman (model interaktif) antara lain: a. Reduksi data Merupakan proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi bentuk tulisan yang kemudian dianalisis. Yaitu dengan merubah data hasil observasi ataupun wawancara ke dalam bentuk tulisan. b. Penyajian data (Display data) Yaitu mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai dengan tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, kemudian dipecah lagi ke dalam subtema.
32
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 40.
20
c. Penarikan kesimpulan (Conclusion drawing/verification) Merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif dan menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan.33 G. Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas dan agar mudah dipahami oleh setiap orang, maka penulis memudahkan tentang sistematika penulisan skripsi secara garis besar. Sistematika skripsi ini tersusun atas 5 bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusanmasalah, tujuan penelitian kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penelitia nskripsi. Bab II Landasan Teori, merupakan kajian atau tinjauan terhadap teori-teori yang relevan. Pada bab ini akan dibahas kedalam dua bab bahasan. Pertama Buruh konveksi meliputi: pengertian kaum buruh, pengertian konveksi, pengertian buruh konveksi. Kedua pendidikan formal yang meliputi: pengertian pendidikan formal, jenis-jenis pendidikan, dan fungsi sekolah. Bab III Laporan Hasil Penelitian, Gambaran umum desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, yang meliputi: letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, potensi sumber daya manusia yang berisi jumlah penduduk, keadaan sarana dan prasarana serta keadaan sosial
33
Sugiyono, op.cit., hlm. 337.
21
budaya. Urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi dan faktor apa saja yang mempengaruhi Urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi. Bab IV Analisis Urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi dan faktor apa saja yang mempengaruhi Urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi di desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Bab V Penutup, Kesimpulan dan Saran serta bagian terakhir atau pelengkap memuat daftar pustaka, daftar riwayat hidup, dan lampiranlampiran.