BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat tersebut, pemerintah melakukan pembangunan di berbagai bidang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dimana pelaksanaan pembangunannya dikelompokkan dalam pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Menurut Deddy T. Tikson yang dikutip oleh Badruddin S. (2009), pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai “transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.” Pembangunan secara lebih luas dapat diartikan sebagai usaha untuk lebih meningkatkan komponen-komponen pembangunan utama yang dimiliki, baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya kapital atau modal maupun sumber daya berupa teknologi, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pada umumnya pembangunan nasional dan daerah di negara-negara berkembang ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan, atau mendorong perubahanperubahan dan pembaharuan dalam bidang kehidupan yang akan membentuk kemandirian masyarakatnya secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja pembangunan suatu negara. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memiliki potensi besar. Berdasarkan GDP (Gross Domestic Product) atau pendapatan penduduk per kapital antara negara ASEAN pada tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dengan GDP sebesar US$ 3.592. Akan tetapi angka itu jauh dibawah negara ASEAN lainya seperti negara Thailand (US$ 1 Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
5678), Malaysia (US$ 10304), Brunei (US$ 41703) dan Singapura (US$ 51162). (www.worldbank.org, 2013) Tentu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan perekonomian yang baik selalu dilakukan, salah satunya melalui peningkatan SDM, dimana itu menjadi titik sentral dan tentu menjadi penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Tetapi tidak semua usaha yang dilakukan pemerintah dapat berjalan dengan baik, dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya ialah pengangguran. Hal ini diperkuat dengan banyaknya angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2013. Tabel 1.1. Data Angkatan Kerja Per Tahun 2012-2013 No.
Pendidikan Tertinggi Yang 2012 2013 Februari Agustus Februari Ditamatkan Tidak/belum pernah sekolah 123,213 82,411 109,865 1. 2. Belum/tidak tamat SD 590,719 503,379 513,534 3. SD 1,415,11 1,449,50 1,421.65 4. SLTP 1,716,45 1,701,29 1,822,39 1 8 3 5. SLTA Umum 1,983,59 1,832,10 1,841.54 0 4 5 6. SLTA Kejuruan 990,325 1,041,26 847,052 1 9 5 7. Diploma 1,11.III/Akademi 252,877 196,780 192,762 5 8. Universitas 541,955 438,210 421,717 Total 7,614,24 7,244,9 7,170,52 1 www.bps.go. 56 id, 2013) 3 Sumber: (Survei Angkatan Kerja Nasional, Ini menjadi bukti bahwa perlu adanya upaya yang lebih dalam menanggulangi permasalahan sumber daya manusia. Dimana dibutuhkan bukan hanya SDM yang berdaya guna, akan tetapi SDM yang mandiri dari berbagai sektor. Dalam memandang sumber daya manusia, dapat dilihat dari dua aspek penting, dimana aspek tersebut saling berkaitan. Aspek yang pertama yaitu aspek kuantitas, dimana berhubungan dengan jumlah sumber daya yang ada dalam suatu masyarakat. Sedangkan aspek penting yang kedua yaitu aspek kualitas, yaitu kemampuan sumber daya manusia dari segi fisik maupun mental yang mampu bersaing dengan sungguh-sungguh dan berdaya saing tinggi. Inilah aspek yang sebetulnya harus ditingkatkan, selain aspek kuantitas, dikarenakan pengembangan
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
SDM yang banyak apabila tidak didukung kualitas yang baik, akan menjadi beban bangsa dan negara. Sebagai bentuk apresiasi pengembangan sumber daya manusia yang berorientasi pada kualitas, SDM yang kompetitif sangat diutamakan sebagai elemen
terpenting untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
di
negara
berkembang, dimana hal ini dibuktikan dalam pertemuan Asia-Eropa Education Ministry (ASSEM) periode 2013-2017, yang mana salah satu topik yang diangkat dalam pertemuan tersebut adalah "Lifelong Learning (LLL) including Technical and Vocational Education and Training (TVET)" yaitu pentingnya pendidikan berkelanjutan yang didalamnya memuat pelatihan berupa pemberian kemampuan life skills sebagai upaya dalam membentuk SDM yang berkualitas melalui pendidikan. (edukasi.kompas.com, 2013) Maka dari itu, pendidikan memegang peranan dalam segala aspek kehidupan, karena melalui pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat mandiri. Secara yuridis sistem pendidikan di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang dinyatakan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sisdiknas diatas, yaitu untuk meningkatkan potensi individu (masyarakat), dengan membangun kekuatan diri, baik spiritual, intelektual maupun emosional. Melalui pendidikan, kompetensi SDM dapat ditingkatkan dan lebih berkualitas. Sehingga untuk meningkatkan potensi secara kualitas, upaya tersebut bisa dilakukan melalui salah satu dari tiga jalur pendidikan yaitu: "...layanan pendidikan pada jalur formal. Nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan" (Sisdiknas. Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 13 Ayat 1), sehingga jalur pendidikan non formal pun memiliki peran dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, yang artinya segala upaya pendidikan di masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan produktifitas hidup, merupakan bentuk pendidikan non formal.
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Pendidikan non formal, sebagai salah satu jalur pendidikan nasional, berupaya untuk memajukan sumber daya manusia dengan berbagai program, dengan mengedepankan peningkatan produktifitas individu, yaitu salah satunya melalui pendidikan kecakapan hidup. Menurut Broling (1989) Life Skills adalah “interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.” Broling mengelompokkan Life Skills kedalam tiga kelompok kecakapan yaitu, kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), kecakapan pribadi/sosial (personal/social skill) dan kecakapan untuk bekerja (occupational skill). (Dirjen PAUDNI, 2012:2) Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) bagi Lembaga Kursus dan Pelatihan dan satuan pendidikan lainnya adalah program yang diselenggarakan oleh Lembaga non formal untuk memberikan kesempatan belajar bagi peserta didik agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkembangkan sikap mental kreatif, inovatif, bertanggung jawab serta berani menanggung resiko yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja atau berwirausaha dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya. Salah satu program pendidikan non formal dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar masyarakat akan pendidikan life skills yaitu berupa pelatihan yang diintegrasikan kedalam program kesetaraan. Pelatihan merupakan salah upaya dalam pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia. “Pelatihan adalah pendidikan singkat yang prosedural, sistematis dan terorganisir berupa pemberian pengetahuan personal non teknis dan keterampilan untuk tujuan tertentu.” (Anwar, 2003:50). Pelatihan merupakan proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan yang ujungnya untuk menuju kehidupan sejahtera. Upaya-upaya di bidang pendidikan non formal, khususnya dalam pemberian pelatihan bagi masyarakat, dimasukkan kedalam satuan pendidikan non formal, baik itu lembaga kursus, maupun pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang diberikan kepada warga belajarnya baik pada program kesetaraan maupun warga sekitar yang membutuhkan.
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Pendidikan life skills yang diintegrasikan dalam pembelajaran pada program kesetaraan sangat dikedepankan. Pendidikan life skills bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap warga belajar sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga memiliki bekal kemampuan untuk bekerja dan/atau berusaha mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan Life skills pada program kecakapan hidup khususnya pada program kesetaraan paket C penyusunan kurikulumnya berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP (Pasal 16 ayat 1), yakni kurikulum dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Atas dasar itu, baik sekolah formal maupun non formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup. Menurut Desmawati, dkk. dalam jurnalnya (2011:2) menyatakan bahwa: Kecakapan hidup akan memiliki makna yang luas apabila kegiatan pembelajaran yang dirancang memberikan dampak positif bagi warga belajar dalam membantu memecahkan problematika kehidupannya, serta mengatasi problematika hidup dan kehidupan yang dihadapi secara proaktif dan reaktif guna menemukan solusi dari permasalahannya. Tentu pelaksanaan program life skills tidak terlepas dari peran serta lembaga dalam menemukan dan mengidentifikasi kebutuhan akan pendidikan kecakapan hidup yang pas bagi warga belajarnya. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah satuan pendidikan nonformal memiliki fungsi menyelenggarakan layanan pembelajaran kepada masyarakat di bidang pendidikan nonformal. “PKBM dibentuk secara swadaya atas dasar prakarsa dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.” (Dirjen PAUDNI, 2012:4) PKBM Hidayatul Mualimin merupakan salah satu lembaga non formal yang ada di Kota Sukabumi yang bergerak di bidang pendidikan. Atas dasar kepedulian terhadap masyarakat sekitar, PKBM Hidayatul Mualimin ini mengadakan pendidikan masyarakat khususnya pendidikan kesetaraan. PKBM yang berdiri pada awal tahun 2007 ini, yang pada awalnya merupakan kelompok belajar masyarakat, selanjutnya berubah menjadi PKBM pada tahun 2008, melihat perlu adanya pendidikan keterampilan yang harus diberikan kepada warga belajar. Potensi lingkungan dimana sekitar PKBM yang merupakan lahan
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
pertanian, yaitu berupa persawahan, yang harus diberdayakan secara optimal, PKBM memilih untuk memanfaatkan sisa pengolahan padi dan sampah organik lainnya untuk diolah sedemikian rupa dan menjadi pupuk kompos yang dimulai sejak tahun 2012. Dari potensi itu, PKBM menjadikan pelatihan pembuatan pupuk kompos untuk dijadikan pendidikan tambahan, dalam menunjang pendidikan kesetaraan paket C yang sedang dijalani oleh warga belajar. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa program life skills dirancang untuk memberikan dampak positif. Artinya, materi atau konten yang diajarkan kepada warga belajar merupakan "refleksi nilai-nilai kehidupan nyata" yang dihadapinya sehingga lebih berorientasi kepada life skills-based learning. Pelatihan berbasis life skills pembuatan pupuk kompos ini akan meningkatkan kemandirian warga belajar bila hasil (output) dari kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos ini, mampu memberikan sesuatu yang lebih (outcome), baik itu berupa pendapatan, kegiatan
tambahan
bagi
warga
belajar,
maupun
peluang usaha
yang
dikembangkan sehingga menciptakan kemandirian bagi peserta itu sendiri. Begitu pula dengan pengelolaan pelatihannya, apabila dirancang dan direncanaan dengan baik, maka akan menunjang terhadap pelaksanaan pelatihan serta membentuk lulusan yang berkualitas. Atas dasar studi awal yang diuraikan diatas, yang menjadi identifikasi permasalahan,
maka
penulis
mencoba
dan
menetapkan
judul
skripsi
"Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian lulusan Paket C di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi”. B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, peneliti bisa mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut: 1.
Hasil diskusi bersama pengelola PKBM, bahwa pengolahan pupuk merupakan peluang usaha yang terbuka lebar, dilihat dari segi besarnya pendapatan, maupun permintaan pasar.
2.
Pada awal pelaksanaan pelatihan, masih banyaknya peserta pelatihan yang merupakan warga belajar yang belum memiliki keahlian di bidang tertentu.
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
3.
Dalam pelaksanaan proses pelatihan pembuatan pupuk kompos berbasis life skills yang diselenggarakan oleh PKBM Hidayatul Mualimin pada dasarnya mengacu pada model sistem pelatihan yang terdiri dari: perencanaan program pelatihan, pelaksanaan program pelatihan, dan evaluasi program pelatihan.
4.
Adanya motivasi belajar WB peserta paket C dalam mengikuti setiap pelatihan dalam meningkatkan kemampuan tambahan berupa pembuatan pupuk kompos dilihat dari kehadiran dalam setiap pembelajaran.
5.
Kegiatan tidak hanya sebatas pemberian pengetahuan saja, berdasarkan informasi dari pengelola PKBM, kegiatan dilanjutkan proses produksi bersama lulusan paket C, PKBM berperan dalam memberi akses untuk memasarkan hasil pembuatan pupuk tersebut, dimana dibutuhkan pengkajian lebih lanjut. Sehingga dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah "bagaimana
implementasi hasil pelatihan pupuk kompos berbasis life skills dalam meningkatkan kemandirian lulusan paket C di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi?" Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas maka penulis mencoba membatasi ruang lingkup penelitian pada pokok permasalahan: 1.
Bagaimana
tahap
penyelenggaraan
pelatihan
pupuk
kompos
yang
diselenggarakan di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi? 2.
Bagaimana implementasi hasil pelatihan pupuk kompos dalam meningkatkan kemandirian lulusan paket C yang diselenggarakan PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi?
3.
Bagaimana gambaran kemandirian lulusan paket C melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui tahap penyelenggaraan pelatihan pupuk kompos yang diselenggarakan di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi.
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
2.
Untuk mengetahui implementasi hasil pelatihan pupuk kompos dalam meningkatkan kemandirian lulusan paket C yang diselenggarakan PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi.
3.
Untuk mengetahui gambaran kemandirian lulusan paket C melalui pelatihan pupuk kompos di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini adalah: 1.
Secara konseptual, penelitian ini berfungsi untuk pengembangan tindak lanjut pelatihan berbasis life skills, yaitu mengenai implementasi hasil pelatihan dalam meningkatkan kemandirian lulusan.
2.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan adanya pengkajian lebih lanjut tentang pengembangan program pelatihan berbasis life skills yang mana potensi pada masyarakat bisa dikembangkan sehingga meningkatkan kemampuan diri warga belajar yang bisa diaplikasikan dan diberdayagunakan secara maksimal guna peningkatan kesejahteraan.
3.
Kegunaan bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan peneliti, khususnya dalam upaya memahami disiplin ilmu Pendidikan Luar Sekolah dan pengaplikasiannya yang dapat dimanfaatkan di masyarakat.
4.
Selain itu penelitian ini sebagai bahan referensi apabila ada pihak yang berminat meneliti lebih lanjut terhadap bidang yang sama.
E. Struktur Organisasi Skripsi Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini adalah rencana sistematika penulisan penelitian. Peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari: BAB I, Pendahuluan berisikan uraian tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur Organisasi. BAB II, Landasan Teoritis merupakan gambaran umum mengenai dasar penelitian atau teori yang melandasi permasalahan dalam penelitian yaitu terdiri
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
dari konsep pelatihan, tahap penyelenggaraan pelatihan, implementasi pelatihan, konsep pendidikan kecakapan hidup (Life Skills) dan konsep kemandirian. BAB III, Metode Penelitian membahas tentang kegiatan atau prosedur penelitian yang meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode dan Pendekatan Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan dan Analisis Data BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, menggambarkan tentang hasil penelitian yang meliputi: Kondisi Objektif Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi, Hasil Penelitian, dan Analisis Hasil Pembahasan Penelitian. BAB V, Kesimpulan dan Saran, mengungkapkan tentang hasil simpulan yang didapat dari penelitian dan saran yang dapat digunakan oleh para peneliti lain.
Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu