BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat dalam proses edukasi yang khas. Proses interaksi guru dan peserta didik merupakan inti dari proses pembelajaran dengan isi kurikulum sebagai fokus tranformasi selama proses pembelajaran itu berlangsung. Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru dipandang dapat memainkan peranan penting terutama membantu peserta didik untuk membangun sikap positip dan kreatif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian untuk berusaha mengembangkan logika intelektual dalam pemecahan masalah yang dihadapi (problem solving), serta membuat kondisi-kondisi yang sukses dalam belajar. Kinerja guru yang tinggi dengan penguasaan aspek kompetensi dan memiliki kualifikasi akademik sangat diperlukan dalam rangka proses transformasi orientasi proses pembelajaran peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, dengan metode ataupun pendekatan pembelajaran yang digunakan lebih inovatif dan kreatif sehingga bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif atau
serba
menerima,
melainkan
mempersiapkan
peserta
didik
yang
berpengetahuan tinggi, dan senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berpikir kritis, menggali, mencipta dan mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan
1
2
dengan kehidupannya. Dengan demikian kinerja guru merupakan faktor penentu untuk mencapai tujuan proses pembelajaran yang diharapkan dan penentu mutu (kualitas) pendidikan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai pendidik profesional guru harus mengabdikan seluruh kepribadiannya, kemampuannya dan keterampilannya untuk kepentingan peserta didik serta dari pihak peserta didik secara lambat laun sesuai dengan tingkat perkembangan yang dialaminya akan mengambil alih tanggung jawab itu untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri. Guru profesional merupakan pendidik yang memiliki kompetensi dan berkinerja tinggi. Guru yang terdidik secara profesional mampu menentukan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan diajarkan pada peserta didiknya. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam transformasi proses pembelajaran di dalam kelas. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan perilaku (attitude) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Sagala (2010:167) mengatakan rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek: (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan dan menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam menjalankan tugas; (2) merujuk pada kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya; (3) merujuk pada kompetensi sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja.
3
Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, dapat dimaknai jika penguasaan kompetensi sangat memengaruhi kinerja guru profesional
dalam
penampilan aktual (perilaku) tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan proses belajar-mengajar, serta penguasaan bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas sehingga pencapaian hasil belajar peserta didik juga membanggakan. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Bila dikaitkan dengan kinerja guru profesional, seorang guru dalam melaksanakan tugas pokoknya untuk mengelola proses pembelajaran, harus menuntut keahlian dan kemahiran ataupun keterampilan sehingga dapat menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal bagi terjadinya interaksi belajar-mengajar yang lebih baik. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas, maka seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik dan penguasaan aspek kompetensi yang telah dipersyaratkan. Hal inilah yang disebut sebagai guru profesional, dan guru profesional akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Hasibuan (2008:94) mengatakan kinerja guru atau prestasi kerja guru adalah suatu hasil pencapaian kerja guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
4
kesungguhan serta waktu. Kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya selama periode tertentu harus memenuhi standar kompetensi dan kriteria tertentu yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar belajar peserta didik yang lebih baik. Tugas utama guru sebagai pendidik adalah: (1) merencanakan proses pembelajaran; (2) melaksanakan proses pembelajaran; (3) melakukan penilaian hasil pembelajaran. Ketiga hal di atas merupakan implementasi dari kinerja guru, dan pendapat di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sipayung (2012:111) yang mengatakan guru yang berkinerja tinggi akan berusaha untuk meningkatkan kompetensinya
dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, maupun
melakukan penilaian pembelajaran sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. Kompetensi pedagogik guru pada dasarnya adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam mengajarkan materi tertentu kepada siswanya yang mencakup: memahami karakteristik peserta didik, menguasai strategi, metoda dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi, mampu mengembangkan kurikulum, merancang pembelajaran yang mendidik, melaksanakan pembelajaran yang mendidik, dan mampu mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Kompetensi profesional guru menyangkut kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi, menguasai substansi bidang studi, metodologi keilmuannya, materi kurikulum ,dan mengorganisasikannya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaransehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui evaluasi dan penelitian.
5
Dari uraian di atas dapat disimpulkan penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional oleh guru akan mampu meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran dan melakukan penilaian hasil proses pembelajaran serta penguasaan materi pelajaran yang diampunya sehingga akan menghasilkan hasil belajar yang berkualitas pada peserta didik dan akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Merencanakan pembelajaran yang baik dan terukur akan memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dan harus dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus memberikan arah tentang apa saja yang harus dicapai guna menggapai tujuan pembelajaran dan cara seperti apa pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu silabus juga memuat teknik penilaian seperti apa untuk menguji sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran/ pemelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat
tergantung
pada
bagaimana
perencanaan
pembelajaran
sebagai
operasionalisasi dari sebuah kurikulum yang dibuat oleh guru. Sedangkan penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
6
Sagala
(2010:138)
mengatakan
bahwa
perencanaan
pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran yang merupakan tugas dan tanggung jawab guru dalam prosesnya harus disupervisi oleh pengawas sekolah yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan) maupun bidang manajerial (pengelolaan sekolah). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah pasal 1 ayat 1 mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Selanjutnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 3 menjelaskan setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru (teacher performance) dalam pembelajaran merupakan perwujudkan atau penampakan guru dalam bentuk perilakunya dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab profesi keguruannya yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai (mengevaluasi) hasil proses pembelajaran.
7
Guru profesional merupakan pendidik dan sekaligus pribadi yang selalu ingin berkembang sesuai dengan tuntutan jaman. Bila keinginan perkembangan ini dilayani dan difasilitasi secara baik, sistematis dan berkesinambungan oleh supervisor maka akan lebih terarah dan mempercepat perkembangan itu sendiri dan akhirnya memberikan kepuasan kepada guru-guru untuk bekerja di sekolah, meningkatkan unjuk kerjanya, penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruannya, dan penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan kepribadian untuk melaksanakan tugasnya. Proses pertumbuhan dan pengembangan profesionalisme guru sudah seharusnya dilakukan agar guru tetap memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang berkembang sesuai dengan tuntutan kurikulum (mampu mengatasi perubahan kurikulum) serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan profesionalisme (profesionalisasi) guru secara terus-menerus akan menghasilkan guru berkinerja tinggi yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya lebih bersifat otonom (mandiri), menguasai kompetensi secara komprehensif, dan memiliki daya intelektual tinggi. Guru berkinerja tinggi dalam pembelajaran diyakini mampu memotivasi dan mengarahkan peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa guru berkinerja tinggi pada intinya adalah guru profesional yang memiliki kompetensi yang komprehensif, dan memiliki daya intelektualitas yang tinggi. Oleh karena itu jika membicarakan kinerja guru profesional berarti mengkaji aspek kompetensi dan daya intelektualitas yang harus
8
dimiliki dan dikuasai seorang guru. Guru berkinerja tinggi inilah yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab utamanya secara efektif dan efesien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sagala (2008:193) mengatakan penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan bagaimana meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru, penyediaan sarana dan prasarana, perbaikan organisasi sekolah, perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan manajemen, pengawasan (supervisi) dan perundang-undangan. Sebagai tenaga pendidik profesional dan memiliki keahlian khusus untuk meningkatkan kinerjanya, seharusnya guru sebagai salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan bantuan supervisi yang diarahkan untuk mengembangkan keprofesionalannya dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif pengembangan profesionalisme guru salah satunya adalah melalui program supervisi pendidikan yang dilakukan oleh supervisor. Pendapat di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadist (Supardi, 2013:10) yang menunjukkan ”terdapat kontribusi antara supervisi
9
kepala sekolah, profesionalisme dan kinerja guru terhadap mutu proses dan hasil belajar peserta didik di SMAN Kota Bandung”. Layanan supervisi oleh supervisor dapat meningkatkan kinerja guru, serta mutu proses pembelajaran di sekolah. Supervisi merupakan serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, pengawas sekolah) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar-mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada layanan profesional, maka supervisi disebut pula “Pembinaan Profesional Guru” yakni suatu kegiatan pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan/atau meningkatkan kemampuan profesional guru (Muslim, 2010:41). Pendapat di atas dapat dipahami bahwa esensi dari supervisi adalah bagaimana supervisor dapat mengembangkan potensi sumber daya guru dan meningkatkan kemampuan
profesionalnya
sehingga
terjadi
peningkatan
mutu
proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui layanan supervisi yang dilakukannya. Kinerja guru yang menjadi sasaran pengawasan untuk dibantu oleh pengawas sekolah meliputi: (1) sebagai tenaga pengajar, yaitu pengawas sekolah membantu guru menyusun persiapan mengajar, melaksanakan kegiatan belajarmengajar di kelas, dan mengadakan evaluasi hasil belajar-mengajar dengan cara memeriksa dengan prosedur yang benar kemampuan dan keterampilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran; (2) sebagai manajer kelas, yaitu membantu guru menciptakan situasi kondisi yang optimal bagi terlaksananya proses pembelajaran di kelas dengan menerapakan pendekatan-pendekatan dan teknikteknik manajemen kelas yang efektif dengan cara memeriksa kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola kelas; dan (3) sebagai pembimbing, pengawas sekolah memeriksa dan membantu meningkatkan kemampuan dan
10
keterampilan guru memberi bimbingan belajar kepada peserta didik agar mampu memperoleh perkembangan yang optimal. Supervisi akademik merupakan bantuan dan layanan profesional yang diberikan tersebut
oleh supervisor (pengawas sekolah) kepada guru-guru agar guru mau
pengetahuannya,
terus
belajar
meningkatkan
keterampilannya,
dan
kemampuan
profesionalnya,
menumbuhkan
kreativitasnya
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan
kualitas pendidikan. Dalam pelaksanaan supervisi akademik terjadi suatu usaha untuk menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kelompok (kolektif) agar terjadi peningkatan aspek kompetensi, sehingga akan lebih efektif guru untuk mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Melalui supervisi akademik yang dlakukan secara komprehensip, sistematis, dan berkesinambungan oleh supervisor terhadap guru-guru, akan dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengelola proses pembelajaran. Salah satu tujuan supervisi akademik adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru sehingga hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik juga berkualitas. Untuk mencapai tujuan supervisi akademik yang diharapkan maka pengawas sekolah (supervisor) yang melakukan supervisi manajerial dan supervisi akademik harus memiliki kompetensi. Penguasaan kompetensi itulah yang akan menggambarkan kondisi ideal seorang pengawas sekolah untuk melakukan tugas pokoknya.
11
Prinsip-prinsip demokratis, sistematis, koperatif, konstruktif dan kreatif pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor pada guru di sekolah harus dilaksanakan secara terencana, teratur, terprogram, dan dapat bekerja sama, memunculkan pemikiran dan usaha-usaha yang kreatif secara berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran, mengelola proses pembelajaran dan profesionalisme guru pada akhirnya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas atau di sekolah. Berdasarkan hasil kunjungan kelas dan observasi kelas pada kegiatan pra siklus oleh peneliti terhadap dua orang guru mata pelajaran biologi di SMA Negeri 1 Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah pada tanggal 28 sampai 30 September 2013 dan dua orang guru mata pelajaran biologi di SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah pada tanggal 16 sampai18 Oktober 2013 dengan menggunakan Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG 1) untuk mengamati perangkat pembelajaran yang digunakan, dalam melaksanaan proses pembelajaran di kelas menggunakan APKG 2, dan untuk menilai hasil proses pembelajaran menggunakan lembar observasi penilaian (evaluasi). Hasil penilaian kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran dijelaskan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1: Nilai Kinerja Guru Biologi Dalam Pembelajaran Pra Siklus
No 1 2 3 4
Inisial Guru T. I E. S Y. S L. N
Kinerja Guru Biologi Dalam Pembelajaran Merencanakan Melaksanakan Mengevaluasi 70 65,6 68,7 70 65,6 68,7 67,5 65,6 68,7 67,5 65,6 68,7
Berdasarkan tabel di atas, nilai kinerja guru biologi dalam pembelajaran adalah dalam kategori cukup. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang
12
berkualitas, maka kinerja guru biologi harus dalam kategori baik ataupun sangat baik. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Supardi (2013:19), kinerja guru merupakan kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Kemampuan guru merupakan faktor penting untuk menunjang keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dari beberapa deskriptor yang terdapat pada perangkat pembelajaran, penampilan guru mengajar di kelas dan kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru, maka peneliti melakukan analisis. Hasil analisis, selanjutnya peneliti mengelompokkan kekurangan tersebut ke dalam tiga bagian yaitu: (1) dalam merencanakan proses pembelajaran ternyata: (a) guru belum menyusun bahan belajar/materi pelajaran secara runtun dan sistematis, (b) bahan belajar belum disesuaikan dengan karakter siswa, (c) penetapan metode pembelajaran belum berdasarkan karakteristik siswa, (d) memilih media pembelajaran sesuai dengan standar dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses; (2) dalam melaksanakan proses pembelajaran : (a) guru belum menyampaikan acuan, tujuan, dan kompetensi pembelajaran yang akan diberikan dan rencana kegiatannya, (b) guru belum menyajikan bahan belajar/materi pelajaran (teks book) dengan tahap yang direncanakan, (c) guru belum menggunakan metode/strategi pembelajaran di kelas sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat itu hanya menggunakan metode ceramah, (d) guru belum menggunakan media pembelajaran dan hanya menggunakan media papan tulis, (e) guru belum memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran dan menginformasikan materi pelajaran yang akan dipelajari berikutnya, (f) dan belum memberikan tugas dan tindak lanjut berupa
13
pengayaan; (3) dalam menilai hasil proses pembelajaran guru belum melakukan pengolahan dan menganalisa hasil penilaian karena kekurangfahaman mereka akan fungsi dari penilaian hasil proses pembelajaran tersebut. Supervisor belum melaksanakan tugasnya secara rutin dan sistematis melaksanakan supervisi akademik maupun klinis dalam rangka meningkatkan kinerja (performance) guru biologi dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka sebab kehadiran supervisor mulai awal bulan Juli sampai akhir September 2013 hanya satu kali (peneliti melihat daftar kunjungan supervisor di SMA Negeri 1 Tukka). Berangkat dari data awal hasil kunjungan kelas dan observasi kelas di atas, di mana guru mata pelajaran biologi menunjukkan kekurangfahaman akan kinerjanya dalam mengelola proses pembelajaran walaupun guru tersebut sudah merasa sebisa mungkin
meningkatkan kompetensi
dan profesionalismenya
sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil proses pembelajaran sehingga menghasilkan layanan belajar yang berkualitas pada peserta didik, maka untuk mencapai tujuan tersebut sangat perlu dilaksanakan suatu
layanan
bimbingan profesional dari supervisor dengan melalui supervisi akademik melalui pendekatan supervisi klinis. Salah satu fungsi supervisi akademik adalah meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara-cara mengajar yang lebih baik pula. Supervisi klinis merupakan suatu proses layanan dan bimbingan yang
14
bertujuan untuk membantu mengembangkan profesional guru dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut. Supervisi klinis dilaksanakan untuk membantu guru mengatasi kesulitannya dalam mengajar sehingga ada upaya perbaikan pengajaran di kelas dan meningkatkan kinerja (performance) guru. Sagala (2009:246) mengatakan, dengan demikan melalui supervisi klinis diharapkan jurang yang tajam antara “perilaku nyata” dengan “perilaku ideal” para guru dapat diperkecil terutama dalam peningkatan kualitas dan kemampuan guru. Supervisi klinis adalah bantuan profesional yang diberikan oleh supervisor untuk mendiagnostik kelemahan atau kekurangan guru dalam mengelola proses pembelajaran, meningkatkan kinerja (performance) guru dalam mengelola proses pembelajaran sehingga guru mampu mengatasi setiap kekurangan ataupun kesulitan yang dialaminya dalam pengeloaan proses pembelajaran tersebut, pada akhirnya terjadi peningkatan layanan belajar pada peserta didik. Dengan demikian supervisi klinis yang juga disebut supervisi kelas merupakan suatu bentuk bimbingan atau bantuan profesional yang diberikan oleh supervisor kepada guru berdasarkan kebutuhan guru melalui siklus yang sistematis melalui pertemuan awal, observasi mengajar guru di kelas secara cermat, dan refleksi yang bertujuan meningkatkan proses pembelajaran. Pemikiran untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan pendekatan supervisi klinis terhadap kinerja pembelajaran guru biologi SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah
15
dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil proses pembelajaran, didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh: (1) Dwi
Iriani
Meningkatkan
dengan judul
Keterampilan
“Pengembangan
Dasar
Mengajar
Supervisi guru”.
Klinis
Hasil
untuk
penelitian
menunjukkan bahwa pada studi awal pemahaman kepala sekolah terhadap supervisi klinis kurang baik, setelah penelitian berkembang menjadi sangat baik dan mampu melaksanakan supervisi klinis secara tepat, sehingga kesulitan dalam menggunakan keterampilan dasar mengajar dapat diperbaiki. (2) Musriadi dan Agus Juamidi dengan judul “Pelaksanaan Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan profesional Guru Pada SMA Negeri 1 Ingin Jaya Kab. Aceh Besar”. Hasil penelitian
memberi
kesimpulan
bahwa
program
supervisi
klinis
yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah mampu meningkatkan profesional dan kemampuan akademik guru (penyusunan program pengajaran, pelaksanaan program pengajaran serta evaluasi hasil proses belajar) dan dapat dilakukan dengan kegiatan kelompok, kegiatan belajar individual guru. (3) Luh Amani, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan dengan judul “Implementasi Supervisi Klinis Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Guru Mengelola Proses Pembelajaran Pada Guru SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan” e-Jurnal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi supervisi klinis mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. (3) Penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Dalawi, dkk dengan judul “Pelaksanaan Supervisi Akademik
16
Pengawas Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru SMP Negeri 1 Bengkayang”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik di SMP Negeri 1 Bengkayang dinilai dapat meningkatkan kinerja atau profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran. (4) Penelitian yang dilakukan oleh Alimin Aslan dengan judul “Pengaruh Supervisi Akademik Terhadap Kinerja Guru dan Pencapaian Kompetensi Siswa Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kabupaten Ogan Komeing Ilir (OKI)”. Hasil penelitian menyimpulkan supervisi akademik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru, serta berdampak pada pencapaian kompetensi siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Banyak variabel yang berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai (mengevaluasi) hasil proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran antara lain: (1) apakah kompetensi pedagogik berhubungan dengan kinerja guru biologi dalam pembelajaran yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran? (2) apakah kompetensi sosial berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran yaitu
merencanakan,
melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran? (3) apakah kompetensi profesional berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran? (4) apakah kualifikasi akademik berhubungan dengan kinerja guru
17
mata pelajaran biologi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran? (5) apakah guru profesional akan menjadi guru yang berkinerja tinggi? (6) apakah supervisi klinis yang dilaksanakan oleh supervisor berhubungan dengan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran? 1.3 Pembatasan Masalah Peneliti sangat menyadari bahwa banyak faktor yang memengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga perlu pembatasan masalah. Dalam penelitian tindakan ini mengingat keterbatasan dana, waktu, kemampuan peneliti sendiri, maka masalah dibatasi pada faktor kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran
yang
dimaksudkan
melaksanakan
pembelajaran,
dan
adalah:
merencanakan
pembelajaran,
menilai
(mengevaluasi)
hasil
proses
pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah melalui supervisi klinis. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kinerja guru biologi dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah? “
18
1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian pendahuluan maka tujuan penelitian tindakan ini adalah: 1.
untuk mengetahui kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah setelah memperoleh pembinaan melalui supervisi klinis.
2.
untuk mengetahui peningkatan kinerja guru mata pelajaran biologi dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Tukka dan SMA Negeri 1 Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.6 Manfaat Penelitian 1.
Secara Teoritis: a.
Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya supervisi akademik dengan pendekatan supervisi klinis oleh pengawas sekolah meningkatkan kinerja pembelajaran guru biologi dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, dan melakukan penilaian
terhadap hasil proses pembelajaran. b.
Hasil penelitian tindakan sekolah ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang berminat untuk mendalami permasalahan yang sama sebagai penelitian lanjutan.
2.
Secara Praktis: a.
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi guru untuk dapat meningkatkan merencanakan
kompetensinya pembelajaran,
dan
kinerjanya
melaksanakan
khususnya pembelajaran,
dalam dan
19
melakukan penilaian terhadap hasil proses pembelajaran. b.
Sebagai bahan masukan kepada pengawas sekolah untuk meningkatkan kinerjanya dalam melakukan supervisi dan bimbingan kepada guru khususnya dalam bentuk penelitian – penelitian tindakan.