BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Aburizal Bakrie merupakan salah satu tokoh politik nasional di Indonesia. Aburizal Bakrie akan maju sebagai salah satu kandidat Presiden Republik Indonesia pada pemilihan umum 2014. Pada tanggal 3 Desember 2012, Aburizal Bakrie yang juga ketua umum Partai Golongan Karya ini sudah lebih dulu mendeklarasikan diri sebagai calon presiden di banding tokoh politik lainnya. Latar belakang Aburizal Bakrie sebagai salah satu pengusaha sukses di Asia Tenggara dan pernah menduduki jabatan di pemerintahan sebagai Menteri Koordinator dan Kesejahteraan Rakyat pada kabinet Indonesia bersatu jilid pertama, membuat tokoh politik nasional ini cukup dikenal oleh masyarakat. Menjelang pemilu presiden 2014 tim sukses Aburizal Bakrie melakukan sejumlah komunikasi politik. Komunikasi politik dilakukan melalui berbagai media diantaranya media elektronik televisi, media cetak, internet dan media lainnya. Tim sukses Aburizal Bakrie menampilkan sosok dan profile Aburizal Bakrie, serta menunjukkan keseriusan Aburizal Bakrie untuk maju sebagai presiden dengan membawa banyak perubahan bagi Bangsa Indonesia kearah lebih baik. Hal ini dilakukan oleh tim sukses Aburizal Bakrie lebih awal agar dapat mendapatkan perhatian dari masyarakat pemilih.
1
2
Namun hasil dari beberapa lembaga survei menunjukkan bahwa elektabilitas Aburizal Bakrie tidak pernah menduduki posisi teratas dan memperoleh presentase di bawah 10 %. Dari hasil survei SMRC, tiga kandidat teratas adalah: Prabowo (10%); Megawati (8%); dan Aburizal Bakrie yang hanya memperoleh presentase 4,4%. Berdasarkan survei CSIS, tiga kandidat teratas adalah: Prabowo (14,5%); Megawati (14,4%); dan Jusuf Kalla (11,1%). Sedangkan dari hasil survei Jaringan Suara Indonesia, tiga kandidat teratas adalah: Megawati (15,9%); Prabowo (12,6%); dan Aburizal Bakrie
yang hanya
memperoleh presentase 9,5%.1 Oleh karena itu untuk dapat memenangkan pemilihan umum presiden 2014, Aburizal Bakrie harus memiliki strategi untuk bersaing ketat dengan kandidat atau bakal calon presiden lainnya. Sementara itu pakar komunikasi politik Effendi Ghazali mengatakan, pencalonan Aburizal Bakrie menjadi presiden salah satunya juga akan terhambat pula dengan kasus lapindo yang belum selesai.2 Warga korban lumpur yang kehilangan tempat tinggal hingga saat ini masih terus menggelar aksi demonstrasi menuntut ganti rugi yang belum terbayarkan. Bahkan dalam salah satu aksi demonstrasinya terdapat poster besar yang bertuliskan bakrie land di atas penderitaan rakyat.3 Hal ini tentunya akan sangat mengganggu citra personal Aburizal Bakrie karena di benak masyarakat
1
Kusumadewi, Difa. Politik: Bursa Muka Lama Calon Presiden Indonesia 2014 (2013, 1 Juli). Surat Rakyat (online). 2
Putri, Tri Artining, Ical: Kasus Lapindo Efeknya Lebih Kecil dari ISL (2013, 29 April). Tempo. (online). 3
Akuntoro, Indra. Rp 155 M untuk Lumpur Lapindo Masuk RAPBN-P 2013. (2013, 17 Juni). Kompas. (online).
3
dapat muncul persepsi atau anggapan bahwa Aburizal Bakrie tidak akan dapat bertanggungjawab memimpin Bangsa Indonesia kedepan dengan permasalahan yang lebih kompleks melihat permasalahan kasus lumpur lapindo yang terjadi sejak tahun 2006 lalu juga belum dapat di seleseikan secara baik. Melihat permasalahan tersebut di atas, untuk dapat memenangkan dalam Pilpres 2014 bagi Aburizal Bakrie adalah tantangan yang tidak mudah . Apalagi kemenangan Aburizal Bakrie dalam pemilihan presiden 2014 juga sangat berkaitan erat dengan jumlah perolehan suara dari masyarakat pemilih nantinya yaitu bagaimana masyarakat mempersepsikan citra personal dari Aburizal Bakrie dan mau memilihnya sebagai presiden. Citra personal adalah arti yang dimiliki seseorang bagi orang lain, suatu integrasi mental yang halus dari berbagai sifat yang di proyeksikan oleh orang itu dan yang dipersepsikan kemudian diinterpretasikan rakyat menurut kepercayaan, nilai dan pengharapan.4 Dalam hal ini popularitas Aburizal Bakrie sebagai tokoh politik nasional, pengalamannya duduk di kursi pemerintahan dan dengan latar belakang pengusaha sukses tidak cukup untuk dapat menarik perhatian pemilih jika tidak di imbangi dengan reputasi dan citra positif dirinya sebagai calon presiden yang di percaya masyarakat mampu memimpin bangsa Indonesia lima tahun kedepan. Pencitraan adalah salah satu upaya yang tepat dilakukan oleh tokoh politik yang akan maju sebagai kandidat dalam pemilihan umum baik untuk calon kepala daerah, legislatif maupun calon presiden termasuk Aburizal Bakrie. Pencitraan diri si tokoh politik akan dapat mengubah kesan atau cara pandang masyarakat 4
Dan Nimmo. Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Bandung:Rosda.2006 . Hal.53
4
atau penilaian masyarakat terhadap citra personal baik dari kualitas diri, kemampuan dan kapabilitas si tokoh politik itu sendiri. Mempresentasikan diri serta mengatur kesan publik merupakan aktivitas komunikasi politik untuk mengkonstruksi citra. Agar dapat memperoleh kesan, sesuai dengan yang diinginkan, harus memiliki manajemen yang baik terhadap kesan individu. Pengaturan kesan (impression management) merupakan proses dua arah, di mana seseorang seringkali
menggunakan teknik-teknik pengaturan kesan
saat
berinteraksi dengan orang lain. Self presentation merujuk pada usaha diri untuk mengontrol kesan yang disampaikan kepada orang lain.5 Pencitraan diri tokoh politik dapat di jalankan oleh si tokoh politik itu sendiri, tim sukses atau dengan menggunakan jasa professional dari praktisi Public Relations. Pencitraan merupakan fungsi utama dari Public Relations. Peran dan tugas Praktisi Public Relations adalah membentuk citra atau reputasi positif dari perusahaan atau personal di mata publik.6 Sementara terkait dengan pencitraan tokoh politik tersebut diatas dibutuhkan Public Relations yang ahli atau khusus menangani bidang politik yaitu Public Relations Politik. Froehilch dan Rudiger mendefinisikan Public Relations Politik sebagai penggunaan saluransaluran media untuk mengkomunikasikan interpretasi isu-isu politik yang khusus dalam upaya pengumpulan dukungan publik. 7 Disinilah peran dan fungsi Public Relations Politik yang harus pintar-pintar dalam memilih dan menggunakan saluran media yang strategis dan efisiensi sebagai sarana pencitraan. 5 6 7
Taylor, Shelly E., Op Cit. Hal. 127 Frank jefkins, Public Relations, edisi ke empat. Jakarta : penerbit erlangga, hal 56 Heryanto, gun gun, zarkasy, Irwa. Public Relations Politik. Bogor: Ghalia Indonesia, Hal 2-9
5
Salah satu saluran media yang tepat digunakan Public Relations Politik dalam melakukan pencitraan saat ini adalah media sosial. Media sosial, dapat dengan cepat menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat. Dengan menggunakan
media
sosial
dapat
memberikan
banyak
peluang
untuk
meningkatkan komunikasi eksternal yang efektif dan efisien.8 Penggunaan media sosial bahkan sudah menjadi trend di masyarakat yang mau tidak mau mereka menggunakannya sebagai aktivitas sosialnya. Media sosial tidak hanya digunakan oleh remaja atau kalangan tertentu saja, hampir semua elemen masyarakat menggunakan media sosial baik itu facebook, twitter, weblogs, wiki dan lain sebagainya. Keberadaan media sosial juga selalu berkembang dari waktu ke waktu, awalnya masyarakat berbondong-bondong menggunakan friendster, kemudian beralih ke facebook dan saat ini sebagian masyarakat lebih banyak memilih menggunakan media sosial twitter untuk berkomunikasi. Pengikut atau follower pengguna twitter juga lebih banyak di banding facebook, dimana seorang pengguna twitter dapat memiliki jutaan pengikut atau follower sedangkan di facebook hanya ribuan pengikut. Ketika seseorang menggunakan twitter dan mengupdate status maka status tersebut dapat di lihat di time line dan di ikuti oleh seluruh atau jutaan followernya. Penggunaan situs jejaring sosial twitter di
8
Juju Dan Feri Sulianta. Branding Promotion With Sosial Networks. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. 2010. Hal 8-9
6
Indonesia juga menjadi salah satu media sosial dengan pengguna layanan terbanyak dan selalu masuk rangking lima besar di Asia.9 Namun
penggunaan
media
sosial
twitter
ini
bisa
jadi
sangat
menguntungkan atau malah membahayakan ketika seseorang atau pengguna media sosial tidak dapat mengelolanya dengan benar. Seperti contohnya kasus Farhat Abbas vs Ahok muncul ketika Farhat Abbas mengupdate status twitternya menyingung persoalan etnis atau ras dan akhirnya menyebabkan terjadinya perselisihan dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahaya Purnama atau Ahok. Contoh yang menguntungkan terkait kasus tentang pemberitaan Tasripin di twitter yang berhasil menyita perhatian publik hingga Presiden SBY memberikan bantuan untuknya. Maka dari itu penggunaan twitter ini harus diperhatikan dengan betul dan di pikirkan terlebih dahulu apa saja yang akan di tulis dan di unggah menjadi status
twitter
karena apapun yang sudah di publish harus dapat
dipertanggungjawabkan di depan publik atau khalayak umum. Selain twitter para pengguna media sosial ini juga seringkali menggunakan media sosial lainnya yaitu weblogs dengan alasan terbatasnya fasilitas twitter yang hanya dapat mengunggah status atau teks tulisan sebanyak 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Melalui weblogs para pengguna media sosial dapat menuliskan artikel atau tulisan yang lebih banyak tanpa ada batasan jumlah karakter huruf seperti halnya twitter. Kedua media sosial ini saling berdampingan dan melengkapi satu sama lainnya. Para pengguna media sosial ini 9
Tabroni, Roni. Komunikasi Politik Dalam Era Multimedia, Bandung.: Simbiosa Rekatama Media. 2012. hal.160
7
biasanya akan menghubungan link weblogs dengan twitter. Dengan menggunakan twitter pengguna media sosial dapat melakukan akses komunikasi secara cepat dan menjadi trending topic, sementara dengan menggunakan weblogs pengguna media sosial dapat memperjelas tulisannya atau menuangkan ide secara rinci dan sistematis. Kedua media sosial tersebut yaitu twitter dan weblogs saat ini sangat efektif dan efisien sebagai media pilihan yang tepat bagi Praktisi Public Relations Politik untuk melakukan peran dan fungsinya dalam membangun citra. Efektif karena kedua media sosial ini masih menjadi trend di masyarakat dan dapat menarik perhatian masyarakat banyak dari semua golongan sehingga mampu menjangkaunya secara luas. Efisien dikarenakan praktisi Public Relations Politik dapat melakukan strategi pencitraan melalui kedua media sosial ini dengan menghemat biaya dan waktu. Praktisi Public Relations Politik tidak harus mengeluarkan biaya dan waktu banyak untuk melakukan sosialisasi misalnya dengan membuat poster, atau spanduk karena dapat dilakukan dengan hanya mengunggah konsep atau desain sosialisasi tersebut melalui weblogs dan twitter yang akan dibaca oleh pengguna media sosial. Penggunaan media sosial dikalangan masyarakat memang sudah menjadi fenomena tersendiri. Bahkan di dunia perpolitikan Indonesia sudah tidak asing lagi para tokoh politik yang juga sebagai public figure ikut menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan public eksternal atau khalayak umum. Seperti halnya Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan akunnya @Prabowo08, Jokowi
8
@jokowi_do2, UPDATE!,
Wiranto
Gita
@wiranto1947,
Wirjawan
Ganjar
@Gwirjawan
Pranowo
termasuk
@Ganjar-heru
Aburizal
Bakrie
@aburizalbakrie, dan masih banyak tokoh politik lainnya. Para tokoh politik tersebut diatas secara aktif menggunakan media sosial ini tidak hanya untuk semata-mata mengikuti trend yang berkembang di masyarakat akan tetapi juga dimanfaatkan untuk kepentingan politiknya. Fenomena penggunaan media sosial weblogs dan twitter di kalangan tokoh politik apalagi jelang pemilihan presiden 2014 tentunya sangat menarik untuk diteliti, terutama terkait pencalonan Aburizal Bakrie. Peneliti memilih Aburizal Bakrie sebagai objek penelitian dikarenakan Aburizal Bakrie memiliki latar belakang dan permasalahan yang lebih kompleks seperti yang dijelaskan di atas. Selain itu
Aburizal Bakrie juga berupaya secara aktif melakukan aktifitas
pencitraan diri melalui saluran media sosial weblogs dan twitter yang menjadi trend di masyarakat. Aburizal Bakrie mengkonstruksi pesan melalui teks media sosial yaitu berupa artikel dalam weblogs dan pembaharuan status twitter dengan mengangkat sejumlah topik untuk mendukung pencalonan dirinya sebagai Presiden. Aburizal Bakrie menjelaskan alasan dirinya maju sebagai kandidat presiden 2014, dan menyampaikan program-program yang akan dijalankan apabila terpilih sebagai presiden, serta menjawab isu tentang kasus lapindo yang belum terseleseikan. Peneliti memfokuskan penelitian pada teks media yaitu berupa artikel dalam weblogs dan pembaharuan status twitter Aburizal Bakrie pada bulan April hingga Oktober 2013 dimana Aburizal Bakrie secara aktif menggunakan media
9
sosial untuk mengkonstruksi citra dirinya sebagai calon presiden. Sementara itu untuk dapat mengamati dan menginterpretasikan konstruksi pesan dalam teks yaitu berupa artikel dan pembaharuan status twitter Aburizal Bakrie peneliti menggunakan Analisis framing Gamson Modigliani. Melalui analisis Framing Gamson Modigliani ini peneliti dapat mengetahui bagaimana pesan dikonstruksi dan diartikan melalui simbol-simbol dalam perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning device). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pencitraan Aburizal Bakrie sebagai kandidat Presiden Republik Indonesia 2014-2019 dalam media sosial Weblogs dan Twitter selama periode bulan April hingga Oktober 2013? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pencitraan Aburizal Bakrie sebagai kandidat Presiden Republik Indonesia 2014-2019 dalam media sosial Weblogs dan Twitter selama periode bulan April hingga Oktober 2013. 1.4 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat membangun wawasan serta menjadi referensi bagi kelimuan khususnya Public Relations dalam membangun citra personal melalui media sosial weblogs dan twitter.
10
2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Aburizal Bakrie dan tokoh politik lainnya dalam menggunakan media sosial untuk membangun citra personal. Sementara bagi pengguna internet khususnya masyarakat pemilih dapat lebih kritis ketika membaca blog dan situs jejaring sosial twitter yang dibuat oleh kandidat politik, bisa jadi yang ditampilkan merupakan hasil kemasan belum tentu menunjukkan realitas yang sebenarnya.