BAB 3 ANALISA 3.1
Proses analisa Tahapan awal dari proses analisa adalah perancangan metode kerjasama.
Dari metode kerjasama akan diketahui bagaimana proses kompensasi dilakukan, siapa saja aktor-aktor yang terlibat, dan metode apa saja yang akan diteliti. Setelah mengetahui metode yang akan diteliti, akan dilakukan pencarian terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan dilihat faktor-faktor yang ada dalam metode yang pernah dirancang. Pengembangan dilakukan dengan menambahkan faktor agar dapat diterapkan sesuai dengan kondisi yang ada pada internet grids.
3.2
Metode kerjasama Pada Gambar 1 terlihat bahwa awalnya pemilik proyek memiliki sebuah
proyek yang memerlukan tingkat komputasi tinggi. Penyedia tugas akan membuat proposal ke pemilik proyek. Pemilik proyek akan melihat proposal yang diajukan oleh penyedia jasa. Apabila pemilik proyek menolak, maka penyedia tugas dapat merevisi proposal yang telah dibuat jika masih ingin bekerja sama dengan pemilik proyek. Proses negosiasi antara pemilik proyek dengan penyedia tugas yang umumnya dilakukan secara konvensional menggunakan kertas, tidak dibahas dalam tesis ini. Setelah pemilik proyek dengan penyedia tugas sepakat, maka berikutnya penyedia tugas akan mencari sumber daya untuk mengerjakan proyek yang telah diterimanya. Penyedia jasa yang berminat akan memberikan penawaran ke 13
14
Pemilik proyek
Penyedia tugas
Penyedia jasa
Melihat proposal
Membuat proposal
Ditolak
Diterima
Diumumkan
Terjadi kerjasama Penawaran
Mengajukan Penawaran
Ditolak Diterima Terjadi kerjasama Membayar atas hasil
Pekerjaan ditugaskan Melakukan pekerjaan Hasil dikirimkan
Laba diterima
Kompensasi dibayar
Kompensasi diterima
Gambar 1. Alur Kompensasi penyedia tugas. Proses tawar menawar akan terjadi antara keduanya. Tawar menawar inilah yang menarik, dan akan dibahas dalam tesis ini. Tawar menawar tidak hanya terjadi antara dua pemain saja, namun bisa lebih dari itu, karena jumlah penyedia jasa bisa lebih dari satu. Proses ini dinamakan one-to-many bargaining.
15
Apabila tercapai kata sepakat antara penyedia tugas dan penyedia jasa, maka berikutnya penyedia tugas akan mengirimkan tugas kepada penyedia jasa. Penyedia jasa akan mengerjakan tugas tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya. Hasil pengerjaan tugas akan dikirimkan ke penyedia tugas. Penyedia tugas akan mengumpulkan hasil dari masing-masing penyedia jasa dan menyatukannya untuk dikirimkan ke pemilik proyek. Pemilik proyek yang menerima hasil komputasi akan memberikan imbalan kepada penyedia tugas seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya di awal pada kontrak. Penyedia tugas menerima laba dari hasil pengerjaan, dan akan memberikan kompensasi kepada penyedia jasa. Penyedia jasa akan menerima kompensasi seperti yang sudah dijanjikan di awal, dan proses telah berakhir.
3.3
Metode yang akan diteliti Dalam penelitian metode kompensasi untuk komputasi grid, ada dua
metode yang perlu dibahas, yaitu : a. Metode harga (pricing method) b. Metode biaya (cost method) Metode harga digunakan untuk menentukan keputusan yang akan diambil oleh penyedia tugas dan penyedia jasa pada saat negosiasi berlangsung. Pembahasan mengenai metode harga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing preferensi yang dimiliki oleh penyedia jasa yang berbeda-beda, mengingat bahwa penyedia jasa bisa berasal dari manapun menggunakan internet. Metode biaya digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh penyedia tugas pada saat membayar kompensasi kepada penyedia jasa atas sumber daya yang telah dipinjamkan. Hasil yang didapat dari
16
negosisasi berdasarkan Metode harga yang telah dirumuskan sebelumnya akan dipertimbangkan dalam perumusan metode biaya.
3.4
Evaluasi penelitian sebelumnya 3.4.1 Evaluasi metode harga sebelumnya Tabel 1 adalah penelitian mengenai sistem penjadwalan pada komputasi grid yang menggunakan metode game theoritic yang sudah ada sebelumnya. Spawn mendukung eksekusi sebuah hirarki proses berdasarkan ukuran variabel dengan memperhatikan biaya resource. Aplikasi dari Popcorn menentukan budget untuk memproses setiap modul yang ada. Nimrod-G merancang algoritma berdasarkan batasan budget dan deadline untuk melakukan penjadwalan. Alokasi sumber daya ditentukan dari biaya, tenaga, ketersediaan, dan kebutuhan Quality of Service (QoS) dari pengguna. QoS merupakan kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda untuk berbagai aplikasi, dan pengguna untuk memastikan performa arus data. Mungi memungkinkan obyek untuk mendapatkan tempat penyimpanan berdasarkan penyewaan yang telah dilakukan. Rexec and Anemone mendefinisikan setiap alokasi sumber daya dilakukan berdasarkan nilai dari fungsi kegunaan.
MojoNation
merancang jaringan komunitas untuk saling membagi konten. Mariposa berlaku seperti Popcorn dengan mendukung pemrosesan dan manajemen penyimpanan berdasarkan budget. Ghosh menentukan adanya load balancing berdasarkan strategi harga, memaksimalkan pendapatan
17
Tabel 1. Penelitian Model Harga Sebelumnya Grid Scheduling Systems Spawn (Waldspurger, 1992) and Popcorn (Nisan, 1998) Nimrod-G (Buyya, 2002) Mungi (Heiser, 1998), MOSIX (Amir, 2000) and Nimrod-G Rexec and Anemone (Chun, 2001) SETI@Home, Condor (SETI@home, 2009) and MojoNation (Mojo-Nation, 2001) Mariposa (Stonebraker, 1994) Ghosh (Ghosh, 2005)
Game Theoritic Model Auction Model Bargaining Model, Posted Price Model Commodity Market Model
Topik Sealed-bid, second-price auctions. Deadline and budget constraint. Rent.
Bid based Proportional Resource Sharing Community, Coalition, Bartering
Utility function.
Tender / Contract-Net Model
Budget-based processing. Pricing strategy.
Non-cooperative Bargaining Model
Content sharing.
komunitas grid dan meminimalkan waktu untuk mengeksekusi sebuah pekerjaan. Ghosh menentukan harga dengan menggunakan metode tawar menawar yang telah didefinisikan sebelumnya oleh Nash yang sering dikenal dengan nama Nash bargaining solution. Pada solusi tawar menawar yang diperkenalkan oleh Nash, proses tawar menawar hanya terjadi pada dua orang saja. Pada paper yang ditulis oleh Ghosh, tawar menawar dilakukan antara WAP Server dengan mobile device. Pada tesis kali ini, akan diteliti mengenai penerapan proses tawar menawar yang dilakukan oleh sebuah penyedia tugas dengan beberapa penyedia jasa yang mengharapkan sebuah kompensasi setelah mengerjakan tugas yang diberikan. Proses tawar menawar ini disebut one-to-many bargaining.
3.4.2 Evaluasi metode biaya sebelumnya Tabel 2 adalah penelitian mengenai metode biaya yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada tahun 2002, Grosu mendefinisikan suatu
18
Tabel 2. Penelitian Model Biaya Sebelumnya Sistem Penjadwalan Grid Grosu (Grosu, 2002) Ghosh (Ghosh, 2005)
Model Biaya
Faktor Biaya
COOP OPTIMAL
CPU cycle CPU cycle dan price per unit
Infrastruktur Distributed System Mobile Grids
metode biaya bernama COOP dengan melihat faktor kecepatan pemrosesan berdasarkan CPU cycle. Persamaan (1) adalah rumus yang dihasilkan oleh Grosu. ⎛ 1 C = min (Ω i ) = min⎜⎜ ⎝ μ i - θi
⎞ ⎟⎟ ⎠
(1)
Variabel pada persamaan (1) memiliki arti C adalah harga kompensasi yang harus dibayar oleh penyedia tugas, Ω adalah waktu eksekusi berdasarkan CPU cycle dan buffer size, µ adalah waktu pemrosesan rata-rata, dan θ adalah kecepatan rata-rata datangnya pekerjaan dari penyedia jasa i. Ghosh pada tahun 2005 mengembangkan metode biaya yang telah dibuat oleh Grosu dengan menambahkan price per unit dalam metode biaya. Pengembangan yang dilakukan oleh ghosh menghasilkan metode biaya seperti pada persamaan (2). Ω i p i θi i =1 Φ (μ i - θ i ) n
C=∑
(2)
Variabel pada persamaan (2) memiliki arti n adalah jumlah penyedia jasa, p adalah harga per satuan, Φ adalah jumlah datangnya pekerjaan dari penyedia jasa i. Pada tesis ini, metode biaya yang dirancang tidak hanya computational saja seperti yang sebelumnya, namun
dari
sisi
communication
juga
dipertimbangkan.
Faktor
communication dipertimbangkan karena metode biaya yang dirancang
19
akan diterapkan dalam internet grids. Penulis menamakan metode ini dengan nama Computational and Communicational Cost Method (CCCM).
3.5
Infrastruktur Metode harga yang yang digunakan dalam tesis ini adalah menggunakan
game theoritic framework, khususnya mengenai bargaining method. Pemain yang
terlibat dalam hal ini adalah penyedia tugas dan penyedia jasa. Penyedia tugas hanya berjumlah satu, sedangkan penyedia jasa berjumlah sangat banyak. Penyedia jasa berasal dari internet dan berusaha untuk dapat ikut berkontribusi dalam pengerjaan proyek agar mendapatkan kompensasi. Konsep dari incomplete information memastikan bahwa antar pemain tidak mengetahui penilaian dari
yang lainnya, yaitu penyedia jasa tidak mengetahui harga tertinggi yang dimiliki oleh penyedia tugas dan penyedia tugas tidak mengetahui harga minimum yang diinginkan oleh penyedia jasa. Ilustrasi interaksi yang terjadi penyedia tugas dengan beberapa penyedia jasa digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Interaksi Penyedia Tugas dan Penyedia Jasa
20
3.6
Notasi permainan untuk penentuan harga Dalam lingkungan grid, penyedia tugas
akan
mencoba untuk
mendapatkan beberapa sumber daya yang mungkin dari tawaran-tawaran yang muncul di internet. Penyedia tugas akan memainkan sebanyak n permainan untuk mendapatkan harga per sumber daya dari total Q sumber daya. Pada waktu t, jumlah sumber daya pada penyedia tugas dinotasikan sebagai n(t), sehingga n(t) = Q. Pada Gambar 2 dan 3 terlihat bahwa ada satu penyedia tugas dan beberapa penyedia jasa. Jika kita dapat memodelkan hubungan antara sumber daya dengan penyedia tugas sebagai sebuah permainan tawar menawar BGj, untuk 1 ≤ j ≤ Q, dan menjaga hubungan ini dengan baik agar menghasilkan keluaran permainan, maka
skenario
dapat
dilihat
sebagai
one-to-many
bargaining
dengan
memperhatikan delay d sebagai jeda pengumpulan penawaran dari penyedia jasa.
BG1
BG2
BG3
Q
Gambar 3. Arsitektur dan Notasi Permainan
BG4
21
3.7
Protokol tawar menawar Hasil dari permainan setelah delay d dinotasikan sebagai Γ(q ) dimana q
adalah kemungkinan negosiasi akan berakhir pada waktu tertentu. Proses tawar menawar menggunakan konsep yang sama dengan alternating offer. Sepasang
(λ, γ)
didefinisikan sebagai strategi yang dipakai untuk menghasilkan (x t , t ) .
Sebagai contoh apabila x didefinisikan sebagai hasil dari penawaran pertama, dan y didefinisikan sebagai hasil dari penawaran kedua, maka t adalah waktu yang berkaitan dengan hasil tersebut. (λ, γ ) akan menuju ke perjanjian (x t , t ) dengan probabilitas (1 - q )t dan probabilias batal 1 - (1 - q )t .
Istilah tawar menawar menurut Nash (Osborne, 1990) merujuk pada situasi seperti dibawah ini : 1. Adanya perbedaan kepentingan antar kedua belah pihak. 2. Kedua belah pihak mempunyai kekuasaan untuk mengakhiri penawaran. 3. Setiap penawaran tidak dapat diakhiri oleh satu pihak saja. Gambar 4 adalah ilustrasi protokol tawar menawar yang terjadi antara penyedia tugas dengan penyedia jasa.
Gambar 4. Ilustrasi Protokol Tawar Menawar
22
3.8
One-to-many bargaining Proses tawar menawar dimulai dari penyedia tugas mengajukan sebuah
penawaran ke seluruh penyedia jasa. Penyedia jasa dapat menerima, menawar, atau menolaknya. Jika penawaran tersebut diterima oleh penyedia jasa, maka tawar menawar selesai, dan perjanjian dapat dilakukan. Jika penawaran ditolak, maka proses tawar menawar selesai dan tidak ada perjanjian antara keduanya. Jika penawaran ditawar, maka penyedia jasa harus mengirimkan proposal balasan sesuai dengan keinginannya ke penyedia tugas. Penyedia tugas akan mengumpulkan proposal balasan dari penyedia jasa dalam rentang waktu tertentu. Dari hasil yang didapatkan, maka penyedia tugas akan dapat menentukan proposal mana saja yang diterima, ditolak, atau ditawar. Proses tawar menawar akan terus berlangsung sampai salah satu pihak menerima atau menolak tawaran. Ghosh menawarkan bargaining solution space yang menggambarkan bagian yang dapat diterima oleh masing-masing pihak berdasarkan waktu dan sumber daya seperti yang terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Barganing Solution Space dari Ghosh
23
Bargaining solution space yang diajukan oleh Ghosh yang menggunakan one-to-one bargaining perlu dimodifikasi untuk digunakan dalam one-to-many bargaining. Bargaining solution space yang diajukan oleh tesis ini sudah
mempertimbangkan threshold untuk menjaga adanya kerjasama antar penyedia jasa. Fungsi yang dimiliki oleh penyedia tugas juga sudah mempertimbangkan waktu proyek. Gambar 6 adalah gambar reservation value dari masing-masing peran berdasarkan dua variabel, yaitu harga dan waktu.
Gambar 6. One-to-many Bargaining Solution Space Nilai utility value digunakan oleh pemain untuk menentukan apakah pemain harus menerima atau menolak tawaran yang diberikan. Nilai utility value dari penyedia jasa adalah nilai yang dimiliki oleh penyedia jasa setelah dibagi dengan CPU cycle yang dimiliki. Nilai tersebut dapat dirumuskan seperti pada persamaan (3). δi =
pi ai
(3)
24
Variabel pada persamaan (3) memiliki arti δi adalah harga per CPU cycle, pi adalah harga preferensi, dan ai adalah CPU cycle dari penyedia jasa i. Dengan adanya nilai per CPU cycle tersebut, maka nilai yang dimiliki oleh masing-masing penyedia jasa dapat dibandingkan. Dari Gambar 6, garis harga penyedia jasa cenderung turun dari waktu ke waktu, karena dengan adanya tekanan waktu, penyedia jasa diasumsikan menggunakan strategi Time-dependant threshold strategies (Gerding, 2004). Dalam hal ini penyedia tugas yang
menggunakan Time-dependent and responsive threshold strategies memiliki dua garis, yaitu utility value dan reservation value. Untuk penyedia tugas, utility value adalah nilai terendah yang ditawarkan oleh penyedia jasa, sedangkan reservation value adalah nilai maksimum dari penyedia tugas untuk menghindari adanya
koalisi antar penyedia jasa. Di satu sisi, penyedia tugas juga memiliki tekanan waktu untuk menyelesaikan proyek tepat waktu sebelum deadline, sehingga nilai dari reservation value seiring dengan waktu akan meningkat. Penyedia tugas akan berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan tugas tepat waktu karena dengan adanya hal itu, tingkat kesabaran penyedia jasa dipermainkan, sehingga penyedia tugas akan mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal.
3.9
Metode harga kompensasi Berdasarkan asumsi ketat dari limitasi pendekatan game-theoritic
(Winoto, 2002), permainan dapat dikarakteristikan menjadi beberapa peraturan berikut : a. Setiap pemain berpikir sangat rasional, dimana masing-masing memiliki tingkatan preferensi dan selalu memilih yang paling baik.
25
Pada penelitian yang telah dilakukan Ghosh, Ghosh mengajukan rumus untuk menghitung expected utility seperti pada Gambar 7. Expected utility = E[Surplus] = (reserved valuation of w standard price) x probability (standard price)
Gambar 7. Rumus Perhitungan Expected Utility Ghosh Tesis ini mengembangkan rumus untuk penyedia tugas yang telah dibuat oleh Ghosh dengan menambahkan pertimbangan faktor waktu proyek dan harga yang ditawarkan oleh masing-masing penyedia jasa. Perubahan rumus ini untuk menyesuaikan dengan proses negosiasi one-to-many bargaining. Rumus akan dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi penyedia tugas dan dari sisi penyedia jasa. Dari sisi penyedia tugas, perhitungan reserved valuation dirumuskan pada persamaan (4). ⎛ ⎛ f ⎞⎞ R = x + ⎜⎜1 - ⎜ ⎟ ⎟⎟(y - x ) ⎝ ⎝ h ⎠⎠
(4)
Variabel pada persamaan (4) memiliki arti R adalah reserved valuation, x adalah harga minimum, y adalah harga maksimum, f adalah jumlah hari sebelum proyek berakhir, dan h adalah jumlah hari pengerjaan proyek. Penentuan nilai threshold yang dihilat dari harga minimum dan harga maksimum ini didasarkan pada harga yang telah disetujui antara pemilik proyek dengan penyedia tugas. Harga maksimum yang dimasukkan ke dalam metode ini seharusnya dibawah harga grid komersial yang sudah ada sekarang, yaitu Amazon EC2, dan Sun Grid. Amazon EC2 menyewakan 1 GHz seharga $0.10 per jam, sedangkan Sun Grid menyewakan 3 GHz seharga $1 per jam. Dalam hal ini Amazon EC2 lebih murah 3 kali lipat dibandingkan
26
Sun Grid. Dengan melihat kondisi itu, maka dalam hal ini yang kita jadikan acuan adalah Amazon EC2. Apabila kita ubah harga dari Amazon EC2 ini menjadi per CPU cycle, maka harganya adalah $0.0001. Untuk perhitungan kompensasi per jam, maka nilai maksimum dari rumus diatas seharusnya adalah $0.0001 atau dibawahnya. Penetapan nilai maksimum ini ditujukan agar dapat bersaing dengan Amazon EC2. Dari persamaan (4) dapat dihitung nilai valuasi minimum seperti yang terlihat pada persamaan (5). V = min (R , min( w ) )
(5)
Variabel pada persamaan (5) memiliki arti V adalah nilai valuasi minimum, dan w adalah nilai tawaran dari penyedia jasa. Dengan diketahuinya persamaan (4) dan (5), dapat dituliskan perumusan nilai utilitas yang diharapkan seperti pada persamaan (6).
E = 1−
(m − V ) (z − V )
(6)
Variabel pada persamaan (6) memiliki arti E adalah nilai utilitas yang diharapkan, m adalah penawaran, dan z adalah penawaran tertinggi. Dari sisi penyedia jasa, nilai utilitas yang diharapkan dirumuskan seperti pada persamaan (7).
E = (m − R )s
(7)
Variabel pada persamaan (7) memiliki arti E adalah nilai utilitas yang diharapkan, m adalah penawaran, dan s adalah kemungkinan bahwa harga yang diajukan akan diterima.
27
b. Jika penawaran ditolak, maka baik penyedia jasa dan penyedia tugas akan mengurangi
preferensi
berdasarkan
waktu
sehingga
meningkatkan
kemungkinan penawaran akan diterima oleh lawan. Penyedia tugas akan mengurangi reserved valuation berdasarkan deadline proyek setelah mencapai jangka waktu tertentu, sedangkan penyedia jasa akan mengurangi probabilitas bahwa standard price akan diterima secara eksponensial, mengingat adanya tekanan waktu pada penyedia jasa. c. Kedua pemain tidak mengingat pengalaman sebelumnya, sehingga dalam hal ini tidak ada proses pembelajaran yang terjadi. Penyedia tugas hanya akan melihat berdasarkan deadline waktu dan minimum penawaran yang ada sekarang. Di lain pihak, penyedia jasa hanya mengetahui berapa lama proses tawar menawar telah terjadi.
3.10
Metode biaya Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ghosh seperti yang terlihat
pada persamaan (2) mempertimbangkan CPU cycle sebagai faktor perhitungan untuk biaya. Harga yang telah dinegosiasikan sebelumnya juga dimasukkan sebagai harga yang disepakati. Tesis ini mengembangkan metode yang telah dibuat oleh Ghosh, dengan menambahkan faktor bandwidth sebagai biaya komunikasi. Faktor bandwidth merupakan faktor yang cukup signifikan pada internet grids, karena hal itu digunakan komunikasi antara penyedia tugas dan penyedia jasa dalam menyampaikan hasil yang telah selesai dikerjakan oleh penyedia jasa, khususnya dalam hal ray tracing, dimana hasilnya berupa gambar sehingga akan menghasilkan data yang cukup besar. Faktor ini tidak diperhitungkan oleh Ghosh,
28
karena Ghosh merancang metode biaya sebelumnya untuk mobile grids, dimana infrastruktur yang dimiliki bersifat internal. Dalam sebuah sistem ada sebanyak n penyedia jasa. Penyedia tugas telah mengetahui
harga
penyedia
jasa
beserta
kecepatan
pemrosesan
dan
pengirimannya. Penyedia jasa telah setuju bahwa ada dua sumber daya yang digunakan, yaitu CPU cycle dan bandwidth. Kompensasi untuk CPU cycle dihitung berdasarkan waktu, sedangkan untuk bandwidth dihitung berdasarkan penggunaan. Pemilihan jenis kompensasi ini dilihat berdasarkan frekuensi penggunaan. CPU cycle biasanya dimanfaatkan secara penuh oleh penyedia tugas, sehingga perhitungan berdasarkan waktu lebih cocok dibandingkan berdasarkan penggunaan. Bandwidth yang digunakan untuk pengiriman hasil perhitungan tidak selalu digunakan. Hasil dikirimkan setelah proses perhitungan selesai. Oleh karena itu, bagi penyedia tugas, perhitungan biaya kompensasi berdasarkan penggunaan akan lebih efisien dibandingkan berdasarkan waktu. Kompensasi cenderung dilakukan dalam satuan waktu yang cukup kecil, sebagai contoh per satuan jam, sehingga penyedia jasa lebih memiliki keleluasaan dalam penggunaan sumber daya yang ada, sedangkan negosiasi dilakukan dengan rentang waktu yang lebih lama dibandingkan kompensasi. Persamaan (3) yang digunakan untuk menghitung biaya per CPU cycle perlu dimodifikasi agar dapat memodelkan biaya dengan satuan waktu yang lebih detail menjadi persamaan (9). o ij =
li ait j
(8)
29
Variabel pada persamaan (8) memiliki arti oij adalah bagian dari jumlah CPU cycle, dan li adalah jumlah CPU cycle yang dihasilkan oleh penyedia jasa i selama
waktu t pada bagian waktu j. Dari persamaan (8) dapat diketahui biaya komputasi untuk penyedia jasa i pada bagian waktu j seperti yang terlihat pada persamaan (9). α ij =
p i o ij d
(9)
Variabel pada persamaan (9) memiliki arti αij adalah biaya komputasi, pi adalah harga yang disepakati, oij adalah bagian dari jumlah CPU cycle, dan d adalah faktor pembagi waktu untuk mendapatkan jeda kompensasi sesuai yang diinginkan. Untuk perhitungan biaya terhadap bandwidth dapat dirumuskan seperti pada persamaan (10).
β ij = b ij q
(10)
Variabel pada persamaan (10) memiliki arti βi adalah biaya bandwidth, bij adalah besar data pada bagian waktu j, dan q adalah biaya per satuan data. Dalam thesis ini, q merupakan sebuah konstanta yang telah ditetapkan sebelumnya. Amazon EC2 menetapkan harga $0.10 untuk tiap GB data yang ditransfer. Agar dapat bersaing dengan amazon, maka sebaiknya konstanta harga yang ditetapkan dibawah itu, yaitu q < $0.000000095 tiap KB. Dari persamaan (9) dan (10), dapat dirumuskan biaya untuk setiap penyedia jasa i pada bagian waktu j menjadi persamaan (11). C ij = α ij + β ij
(11)
30
Berdasarkan persamaan (11), biaya untuk setiap penyedia jasa i dapat dirumuskan seperti pada persamaan (12) dan (13). C i = ∑ (α ij + β ij )
(12)
g ⎛p o ⎞ i ij C i = ∑ ⎜⎜ + b ij q ⎟⎟ j=1 ⎠ ⎝ d
(13)
g
j=1
Berdasarkan persamaan (12) dan (13), biaya untuk keseluruhan sistem dirumuskan menjadi persamaan (14). n g ⎛ p i o ij ⎞ + b ij q ⎟⎟ C = ∑ ∑ ⎜⎜ i =1 j=1 ⎝ d ⎠
Persamaan
(14)
inilah
yang
dinamakan
(14) oleh
penulis
sebagai
Computational and Communication Cost Method (CCCM).
Metode biaya yang telah dirumuskan sebelumnya adalah metode yang digunakan untuk internet grids. Dalam hal ini, penyedia tugas tidak memiliki infrastruktur yang telah dibangun sebelumnya, melainkan sumber daya yang digunakan untuk komputasi diambil dari komputer manapun yang terhubung ke internet. Persetujuan penggunaan sumber daya dilakukan berdasarkan negosiasi menggunakan metode harga yang telah ditentukan. Apabila dilihat dari sudut pandang penyedia tugas, maka metode tersebut merupakan metode untuk menentukan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh penyedia tugas. Apabila dilihat dari sudut pandang penyedia jasa, maka metode tersebut merupakan metode untuk menentukan besarnya kompensasi yang akan diterima oleh penyedia jasa. Hal ini menyebabkan, kompensasi yang harus dibayar oleh penyedia tugas adalah biaya itu sendiri, sehingga metode kompensasi sama dengan metode biaya.