Handout MBS, Yusdin M.Ed 20
BAB 2 MUTU PENDIDIKAN DAN KRITERIA SEKOLAH EFEKTIF Standar Kompetensi Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis muu pendidikan dan kriteria sekolah efektif. Kompetensi Dasar Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis mutu pendidikan dan sekolah efektif yang meliputi :
Sekolah bermutu memuaskan pelanggan
Pendekatan prakasa mutu
Criteria sekolah yang efektif
Efek desentralisasi bagi prestasi belajar
Pendidikan berbasiskan luaran
Pembahasan
A. Sekolah bermutu memuaskan pelanggan Dalam pengertian umum, mutu mengandung arti derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, produk pendidikan dapat dirasakan. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu kepada masukan, proses, luaran dan dampaknya. Mutu dapat dilihat dari beberapa siswa, yaitu: a) sumber daya manusia b) peralatan, c) masukan berupa perangkat lunak, d) masukan berupa harapan dan kebutuhan. Mutu proses berarti kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dan anak didik, seperti
Handout MBS, Yusdin M.Ed 21
derajat kesehatan, keamanan, disiplin, keakraban, saling menghormati dan kepuasan jasa layanan. Semua konponen diatas bersinergi mendukung proses pembelajaran. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler. Mutu dapat juga dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas dan dorongan untuk maju yang diberoleh anak didik. Mutu dapat dilihat dari tertib administrasi seperti mekanisme kerja yang efektif dan efesien baik secara vertikal dan horizontal. Dilihat dari perspekstif operasional sekolah bermutu jika sumber daya manusianya bekerja efektif dan efesien, proses pekerjaan pun dilakukan secara benar dari sampai akhir. Kedewasaan merupakan ciri bermutu, yaitu tenaga dan staf yang bekerja bukan karena diancam, diawasi, diperintah oleh atasan, tetapi bekerja atas dasar tanggung jawab akan tugas dan fungsinya. Menurut Edward Sallis (Danim:54-56) sekolah bermutu bercirikan sebagai berikut: 1.
Sekolah fokus pada pelanggan internal dan eksternal, menempatkan kepentingan akademik sebagai inti kegiatan. Pelanggan adalah semua pihak yang memerlukan dan yang terlibat dan yang berkepentingan. Pelanggan terdiri: primer yaitu siswa dan pihak-pihak yang meneriman jasa pendidikan. Pelanggan sekunder yaitu pihak yang berkepentingan dengan jasa pendidikan, seperti orang tua, instansi pemerintah. Pelanggan tersier, yaitu mereka yang tidak terkait langsung tetapi memanfaatkan jasa layanan, antara lain masyarakat, dunia usaha dan pemerintah. Pelnggan internasl, yaitu pengelola pendidikan, pelanggan eksternasl, seperti siswa, orang tua siswa, masyarakat, dunia usaha, pemerintah dll.
2.
Sekolah berfokus mencegah masalah dan komitmen kerja benar dari awal.
3.
memiliki investasi pada sumber daya manusianya, memiliki strategi untuk mencapai kualitas,
4.
Memiiki strategi untuk mencapai kualitas,
5.
Sekolah mengelola atau dan tanggung jawab memberlakukan keluhan
6.
Memiliki kebijakan dalam proses perencanaan.
7.
Ada upaya proses perbaikan.
8.
Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreatifitas.
9.
Memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang
10. Memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 22
11. Menempatkan kualitas dan memperbaiki kualitas layanan berlanjut. 12. Sekolah memandang kualitas integral dengan budaya kerja. Struktur organisasi dan mekanisme kerja sekolah yang dikehendaki menurut konsep manajemen mutu terpadu adalah struktur oraganisasi sekolah yang mampu: a) Melancarkan proses pengelolaan mutu secara menyeluruh dan kondusif bagi perbaikan kualitas. b) Mengeutamakan kerja sama yang solid secara tim c) Mengurangi fungsi kontrol yang tidak perlu d) Mereduksi pekerjaan-pekerjaan yang tumpang tindih akibat kesalahan struktur kerja. e) Membentuk tim terstruktur dengan sistem manajemen sederhana. f) Mengupayakan agar semua anggota tim memahami visi lembaga. g) Mampu mengupayakan agar semua anggota tim mampu memahami potensi lembaga. h) Mengupayakan agar keseluruhan proses kerja berada dibawah satu komando. i) Melakukan penilaian untuk menentukan keberhasilan kerja sebuah sekolah. Kepemimpinan mutu menjadi prasyarat bagi kemampuan kepala sekolah untuk bekerja dengan staf administratif dan tenaga akademiknya. Ada lima kemampuan yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam mencapai struktur dan mekanisme kerja sekolah ntuk mutu, yaitu: 1) Kepala sekolah memahami visi organisasi dan memiliki visi kerja yang jelas. 2) Kepala sekolah mampu dan mau berkerja keras, 3) Kepala sekolah tekun dan tabah dalam bekerja. 4) Kepala sekolah memberikan layanan secara optimal dan tampil rendah hati. 5) Kepala sekolah memiliki disiplin kerja yang kuat. Pendekatan prakasa mutu Kebijakan reformasi sekolah dianggap berhasil apabila mampu mendongkrat mutu dan keluaran pendidikan. Beberapa pendekatan dapat dilihat untuk meningkatkan mutu, yaitu: 1.
Aspek ”anak sebagai pusat” (the child-centred approach). Secara praksis pendekatan ini tampil dan wujud sebagai berikut: a. Potensi dasar peserta didik harus diakses,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 23
b. Kebutuh belajar peserta didik harus terpenuhi, c. Peserta didik harus dipandang sebagai manusia dewasa atau dalam proses pendewasaan, d. Peserta pendidikan harus diposisikan sebagai pribadi yang utuh, e. Tidak adan diskriminasi layanan pada peserta pendidikan, f. Peserta pendidikan adalah sentral pelaksanaan pembelajaran, g. Pembelajaran berfokus pada anak secara totalitas, h. Guru memberi peluang kepada anak untuk secara lamai mengembangkan diri hingga ketingkat lanjut, i. Sentral perubahan pada anak j. Perubahan difahami dalam konteks anak secara menyeluruh. k. Perubahan dan motovasi anak bersifat internal, guru memberi dorongan dan fasilitas. Pembelajaran “anak sebagai sentral” dilihat dari proses pembelajaran secara singnifikan ketimbang produk (outcomes) pembelajaran dan penekanan secara kualitatif. 2.
Pembentukan assosiasi guru untuk peningkatan mutu pendidikan (Musyawarah Guru) yang beranggota guru sebidang atau bidang pelajaran. Mereka merencanakan, melaksanakan dan mengawasi program-program yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu dan efektifitas pendidikan. Tujuan dari assosiasi guru ini adalah sebagai berikut: a) untuk merangsang guru dapat menunjukan profesionalitas dan kepemimpinan dalam kerangka menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas, efektif dan akuntabel, b) untuk membangun assessment bagi efektifitas pengujian agar sistem dapat mengukur kinerja siswa, guru, administrator dan birokrat, c) untuk mendorong pemapanan kurikulum secara riil, misalnya materi kelas ke kelas sesuai dengan standar akademik. d) Untuk menjamin bahwa siswa memperoleh tingkat standar profisiensi sebelum mereka dipromosikan ke level berikutnya.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 24
e) Untuk membantu implementasi sistem pelaporan kepada orang tua akurat perkembangan kemajuan siswa pada tingkat yang diharapkan menurut kinerja minimum pada kelas tertentu 3. Pembentukan jaringan kualitas pendidikan (the quality education network : QEN). Jaringan ini dibentuk dalam suatu organisasi (Kanada) anggotanya orang tua siswa dan guru. Kualitas yang dikehendaki adalah: a. kualitas dan standar lebih tinggi dari capaian umum, b. setiap peserta didik diberi peluang mengembangkan potensinya untuk meraih capaian tertinggi dalam bidang pendidikan, c. keyakinan masyarakat terhadap system pendidikan dimapankan, d. sistem kerja dengan efektifitas biaya dan mengedepankan akselerasi capaian pendidikan, e. sistem bersifat responsif terhadap kemaun publik, Gambar Jaringan Kualitas Sekolah Guru
Orang Tua
Kualitas Sekolah
Sentra Belajar
4. Pembentukan Koalisi sekolah-Sekolah Esensial (coalition of essential schools: CES) sebagai bentu reformasi pendidikan dengan memiliki sembilan prinsip umum, yaitu: a)
focus intelektual (intellectual focus),
b)
tujuan-tujuan sederhana (simple goals),
c)
semua anak dapat belajar (all children can learn)
d)
Personalisasi (personalization),
Handout MBS, Yusdin M.Ed 25
e)
Siswa dapat belajar aktif (student as active learner),
f)
Asessment autentik (authentic assessment), kelulusan dapat mendemonstrasikan apa yang mereka beroleh dari proses belajar,
g)
Sifat (tone), sifat sekolah menekankan nilai-nilai tanpa ketakutan,
h)
Staf sebagai generalis ( staff as generalists),
i)
Waktu dan anggaran (time and budget)
Beberapa prakarsa mutu di atas layak dicontoh di Indonesia, sebaiknya dimodifikasi, untuk itu perlu dibangun kapasitas (capacity building) yang berfokus pada pengembangan individu dan organisasi serta pengembangan professional program secara terus menerus dan bertanggung jawab.
B. Kriteria sekolah yang efektif Penyebab utama inovasi manajemen pendidikan adalah kebutuhan dan harapan masyarakat (community needs and wants). MBS sebagian diantaranya ditentukan oleh kemampuan sekolah berkomunikasi dengan instansi atas nya yang dilakukan dengan prinsip debirokratisasi dan profesionalisme yang berjalan secara efektif. Kriterianya adalah sebagai berikut: 1. mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas untuk apa setiap siswa mengetahui dan dapat mengerjakan sesuatu. 2. mendorong
aktivitas,
pemahaman
multibudaya,
kesetaraan
gender
dan
pengembangan pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh pelajar, 3. mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab dalam belajar dan perilaku dirinya, 4. mempunyai instrument evaluasi dan penilaian prestasi belajar yang terkait dengan standar belajar (learner standards). 5. mengembangkan metode pembelajaran yang berakar pada penelitian dan suara praktek professional, 6. mengorganisasikan sekolah dan kelas dimana lingkungan kondusif dalam pembelajaran.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 26
7. pembuatan keputusan secara demokratis dan akuntabelitas yang bersifat memberi dukungan terhadap pembejalaran, 8. menciptakan rasa aman, saling menghormati, dan akomodasi lingkungan secara efektif, 9. mempunyai harapan tinggi terhadap semua staf untuk menumbuhkan kemampuan professional, 10. secara aktif melibatkan orang tua untuk kesukses anak didik, 11. bekerja sama dengan masyarakat dan pihak yang mendukung siswa. Dalam MBS pemikiran bahwa sekolah dan dinas-dinas serta konstituen lain harus mampu bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, suatu yang amat sulit untuk memperluas dan memperkaya kapasitas siswa dengan memadukan komitmen yang sama dari kalangan guru, keluarga, siswa, unit-unit bisnis, lembaga pendidikan di
atasnya, organisasi bisnis dan
pelaku politik. Inilah perjuangan menjadikan sekolah bermutu dalam MBS.
C. Efek desentralisasi bagi prestasi belajar Peningkatan kinerja merupakan asas utama kebijakan dan strategi pendidikan, tujuan MBS bukan mendongtrak prestasi siswa secara instant melainkan pemberdayaan sekolah dengan sasaranya mutu. Di sini perlu keterlibatan Komite sekolah untuk keberhasilan usaha MBS dengan berkurangnya kekuasan birokrasi dinas-dinas. Banyak pendidik percaya bahwa MBS akan memberikan sumbangan positif bagi kehidupan sekolah, maka posisi kepemimpinan sekolah sangat esensial. Pada awalnya dinas-dinas dapat mendemonstrasikan pembentkan komisi pendidikan pada tingkat kota/daerah yang keanggotaannya terdiri dari unsur staf dinas, perwakilan masyarakat, pakar, aktivis LSM, alumni, guru-guru senior . Kelompok ini akan turut bertanggung jawab secara moral dalam implementasi MBS, mencakup: 1)
pengembangan acuan dasar yang mendukung MBS dan rumusan parameter yang dikehendaki,
2)
peninjauan rencana tingkat sekolah dan dokumen penyelenggaraan,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 27
3)
menemukan cara untuk menyediakan sumber, pelatihan dan dukungan terhadap sekolah,
4)
pengembangan
sistem komunikasi dan tukar pendapat di antara dinas-dinas,
sekolah dan komunitas, 5)
evaluasi prosedur dan membuat perubahan untuk keberhasilan MBS.
D. Pendidikan berbasiskan luaran Pemikiran yang fundamental dari fungsi dan struktur pendidikan berbasis luaran (PBL) atau outcome – based education, bermakna harus mampu mendemonstrasikan capaian pembelajaran di dalam system kehidupan sehari-hari mengenai keterampilan dan pengetahuan siswa sebagai manusia dewasa yang dibutuhkan. Dalam rangka penuntutan PBL perubahan yang mendasar atas program pendidikan yang mencakup sebagai berikut: a. mengedepankan sikap professional, b. unit organisasi sekolah bergeser kearah organisasi birokrasi ke organisasi tim, c. kurtur kerja bergeser dari mengeluh, menunggu isyarat dan serba takut melakukan prakarsa ke formula yang menekankan kepada isisiatif, percaya diri dan otonomi, d. pergeseran pembelajaran dari deliveri atau layanan berbasis kelompok ke rencana studi yang bersifat personal, siswa diberi keleluasaan merencanakan pilihan ekstakurikuler dan akselerasi. e. guru berfungsi sebagai fasilitatot dan pelatih, f. guru sudah mampu menggunakan sumber belajar berteknologi tinggi, seperti internet. Untuk tujuan ini semua sekolah harus mendapat dukungan dari dinas-dinas secara kondusif, demokratis dan berdaya guna.
F. Soal / Tugas Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Bagaimana hubungan prakarsa mutu terhadap kepuasan pelanggan dalam system pendidikan? 2. Bagaimana mengimplementasikan criteria sekolah efektif dalam segala problematic manajemen sekolah di Indonesia?
Handout MBS, Yusdin M.Ed 28
3. Bagaimana efek desentralisasi terhadap prestasi belajar siswa? Daftar Pustaka: Bafadal, I. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Bumu Aksara. Balitbang, Depdiknas. 2004. Informasi Awal pelaksanaan Dewan pendidikan dan Komite Sekolah: Kasus di beberapa Propinsi pada tahun 2003. David, Jane L. Synthesis of Research on School-based Management. . Educational Leadership. Volume 46. Number 8. May 1989. Endri. 2007. Konsep ”Corporate Social Responsibility dan Prakteknya di Indonesia. (dlm) Jurnal Ilmu dan Budaya. Vol. 28 No. 8. Oktober. Jakarta. Unas. Ghazali, Abbas. Dr. 2000. Sistem pendidikan di Jepang. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 027, th-6-Nov. Hadiyanto dan Subijanto. 2003. Pengembalian kebebasan Guru untuk Mengkreasi Kelas dalam Manajemen berbasis Sekolah (MBS). (dlm) Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. No. 40. th. 9. Januari. Http://www.ed.gov/databases/Eric Digestes/ed336845.html Handoko, Hani. 2000. Manajemen. Jokyakarta. BP-FE. Husin, Zulkifli dan Rahmat Nur Sasongko. 2003. Manata Manajemen Pendidikan, antara Perbaikan Kualitas dan Gaji Guru di Era Otonomi Daerah. (dlm) Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. No. 43. th. 9 . Juli. Jones, Jeff. 2005. Management Skills in Schools. London. A SAGA Publications Company. Kurhami, S. Karim A. 2002. Mengubah Wawasan dan Peran Guru Dalam Era Kesejagatan. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 035. Th. 8. Maret. Mariati. 2007. Menyoal Profil sekolah Bertaraf Internasional. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 67 – 13. Juli Miller, Mary Susan, Ph.D. 2006. Save Our School: 57 langkah menyelamatkan sekolah. Jokyakarta. Kanisius. Mulyasa, E. Dr., M.Ed. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Rosda. Sagala, Syaiful, Dr. M.Pd. 2007. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung. Penerbit Alfabeta. Schwarz, S. Marc & Carroll Archiv B. 2003. Corporate Social Responsibility : A three domain approach (in) Business Ethics Quarterly. Vo. 13. Issu 4. pp : 503-530 SMK Kian Manarik Perhatian. 2008. Jakarta. Republika. 4 Juni. Slamet PH. 2000. Manajemen Berbasis sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 027, tahun ke-6. November 2000. Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta. Renika Cipta. Suyatno, Thomas. 2004 Beberapa Faktor yang Menentukan Kualitas SMA. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 46. Th. 10. Januari. Takakura, Sho and Murata, Yokuo. 1997. Education in Jepan: Present System and Tasks/Curriculum and Instruction. Tokyo: Institute of Education, University of Tsukuba. Tilaar, HAR. 2006. Standar Pendidikan Nasional. Jakarta. Renika Cipta.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 29
Yazid, Abdullah. 2007. Halusinasi Mutu Pendidikan. Suara Karya. Jakarta. 18 May. Yuniarsih, Tjutju. 2004. Reformasi kepemimpinan Pendidikan. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 47 . th. 10. Maret.