BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan yang terkait dengan perdagangan antara suatu tempat dengan tempat lain dan melewati batas-batas negara, bersifat interdependensi dengan menerapkan aturan tradisional, bilateral, regional maupun yang telah disepakati secara internasional melalui perjanjian atau dalam keanggotaan dalam suatu institusi global. Menurut teori Adam Smith dalam “The Wealth of Nations” (2005 : 53), bahwa produksi manufaktur yang dihasilkan sepanjang tahun akan dilempar kepasar, sesuai dengan permintaan, menciptakan teori fundamental yang digunakan oleh pakar ekonomi dan dikembangkan menjadi banyak model, dan dikenal sebagai teori “supply and demand”. Teori
Adam Smith keuntungan absolut menyatakan bahwa keuntungan
absolut merupakan basis perdagangan internasional suatu negara. Teori Adam Smith membukakan jalan bagi teori-teori baru lainnya di era moderen, seperti teori keuntungan komparatif oleh David Ricardo dan teori Hecksher-Ohlin. Teori Ricardian menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah teori tentang nilai atau value, dimana nilai atau value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut ( labour cost value theory). Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki comparative cost terkecil. Comparative cost timbul karena adanya perbedaan teknologi antar negara (Basri & Munandar, 2010 : 35) Teori Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa perbedaan dalam opportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga kerja daripada negara lain sedang negara lain memiliki kapital lebih banyak daripada negara tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran (Nopirin, 2000 : 7). Volume ekspor suatu komoditas tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess 11
12 demand ). Faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas dan komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ekspor.
2.1.2 Ekspor Ekspor adalah kegiatan penjualan atau pengiriman barang, jasa atau modal yang berasal dari daerah pabean ke luar daerah pabean melalui perjanjian atau tidak, yang dilakukan oleh orang, badan hukum dan negara, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.1.3 Jenis Praktek Ekspor a. Ekspor langsung merupakan kegiatan dimana terdapat 2 pihak yaitu di satu sisi adalah konsumen atau pembeli yang berkeinginan untuk membeli barang langsung dari tempat asal barang, sedangkan sisi lain adalah sebagai penjual. Pelaksanaan ekspor langsung, biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan barang beserta dokumen pelindungnya ke pembeli. b. Ekspor tidak langsung, dilakukan oleh pihak ketiga, yang disebabkan beberapa hal yang melatarbelakangi, seperti lokasi pasar, ketersediaan sarana dan prasarana (telekomunikasi, perbakan, transportasi) serta networking. Barang-barang yang diekspor dapat merupakan barang setengah jadi dan selanjutnya diolah atau barang jadi yang memerlukan pengemasan dan labeling lebih lanjut sebelum dikirimkan ke negara pembeli. c. Re-ekspor adalah kegiatan yang dilakukan oleh eksportir untuk mengekspor barang-barang yang telah dipesan/dibeli dan sampai di pelabuhan tujuan. Halhal dilakukan dalam kegiatan re-ekspor adalah bahwa barang yang telah tiba/dikirim tidak sesuai dengan pesanan atau adanya cacat yang mengganggu kepemilikan atau penggunaan barang, adanya peraturan baru yang melarang atau membatasi importasi barang tersebut. d. Diekspor kembali suatu kegiatan yang dilakukan oleh eksportir dengan menggunakan fasilitas impor sementara dan mendapatkan penangguhan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka ekspor. Ekspor sementara ini digunakan terutama mendorong investasi dan meningkatkan mutu komoditi ekspor dalam persaingan bebas.
13 2.1.4 Eksportir Dipandang dari Fungsinya a. Eksportir produsen, merupakan perusahaan yang memproduksi barangbarang untuk diekspor. Produsen eksportir tidak menggunakan jasa perantara yaitu perdagangan ekspor. Perusahaan yang bisa berperan sebagai produsen eksportir merupakan perusahaan besar atau berskala internasional. Eksportir ini dapat mengolah bahan baku menjadi barang jadi, yang bahannya dibeli dari dalam negeri, kawasan berikat atau dengan cara mengimpor sendiri. b. Eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari menteri perindustrian dan perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai ketentuan yang berlaku. c. Pedagang ekspor, merupakan orang atau badan hukum yang diberi izin oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan ekspor, setelah memiliki izin berbentuk surat pengakuan eksportir disertai dengan angka pengenal ekspor (APE).
2.1.5 Kegiatan Ekspor
Gambar 2.1 Prosedur Ekspor Sumber:(http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/94-flowchart-besar kegiatan-ekspor)
14 2.1.6 Aneka Cara Ekspor Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut: a. Ekspor Biasa Dalam hal ini barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli diluar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dari ekspor ini dapat dijual kepada Bank Indonesia, sedangkan eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan nilai lawan valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta, atau dapat juga dipakai sendiri oleh eksportir. b. Barter Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini berarti pengirim barang, tidak menerima pembayaran dalam mata asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat dijual didalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang rupiah. Kalau kita mempelajari sejarah masyarakat primitif ataupun masyarakat suku terasing, maka kebanyakan cara yang mereka tempuh dalam memenuhi kebutuhannya adalah dengan cara “tukar menukar” apa yang dipunyainya (diproduksinya) dengan barang apa yang dimiliki tetangganya. Seseorang yang memiliki seekor ayam namun membutuhkan sebuah kelapa, dapat menukarkan ayamnya dengan tetangga yang kebetulan memiliki kelapa. Pertukaran dalam bentuk natural ini disebut barter. Sistem barter yang sudah sangat usang ini masih diteruskan dalam pergaulan antara bangsa dalam jaman modern dan dikenal dengan aneka istilah seperti: • Direct Barter Yang dimaksud dengan direct barter atau barter langsung merupakan sistem pertukaran barang dengan barang dengan mempergunakan alat penentu nilai atau lazim pula disebut dengan denominator of value suatu mata uang asing seperti dollar amerika dan penyelesaian dilakukan melalui clearing pada neraca perdagangan antara kedua negara yang bersangkutan. Sistem direct barter ini banyak
15 dikembangkan
untuk
menampung
kegiatan
perdagangan
internasional antara negara-negara sosialis dengan negara idustri barat. Transaksi direct barter ini biasanya dilakukan memalui bank yang mempunyai staff ahli yang bergiat dalam perdagangan barter ini. • Switch Barter Switch barter atau barter ahli adalah bilamana salah satu pihak tidak mungkin memanfaatkan sendiri barang yang diterimanya dari pertukaran itu, maka negara pengimpor itu dapat mengalihkan barang tersebut ke negara ketiga yang membutuhkan. Sebagai contoh misalnya Rusia mengirim mesin pabrik baja ke India, dan India akan membayarnya dengan mengirim teh atau karung goni ke Rusia. Oleh karena itu Rusia tidak membutuhkan teh dan karung goni, maka Rusia dapat mengalihkan pengapalan teh ini ke pasar london dengan harga (lazimnya) lebih murah dibandingkan dengan teh atau karung goni yang diekspor langsung dari India ke london. Dengan switch trade semacam ini maka yang gawat adalah india karena teh india akan bersaing dengan teh india di pasaran london. • Counter Purchase Counter Purchase atau imbal beli atau lazim juga disebut counter trade adalah suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara. Suatu negara yang menjual suatu produk kepada negara lain harus membeli pula suatu produk negara tersebut atau dengan mengaitkan ekspor dengan impor. Perdagangan jenis ini dikenal sebagai counter purchase frame agreement. Dengan paket ekspor 1982, Indonesia sudah mencoba sistem imbal beli ini untuk mendorong ekspor non migas, namun prakteknya menurut hemat kami akan menjurus pada switch barter yang akan merugikan pihak Indonesia, kecuali sistem ini memang sengaja dipakai sebagai alat untu mengurangi impor, karena cadangan devisa yang mulai menipis. • Buy-back barter Buy-back barter atau barter beli kembali adalah suatu sistem penerapan ahli teknologi dari suatu negara maju kepada negara berkembang dengan cara membantu menciptakan kapasitas produksi
16 di negara berkembang, yang nantinya hasil produksinya ditampung atau dibeli kembali oleh negara maju. Misalnya pengusaha jepang membantu pengusaha Indonesia mendirikan pabrik tekstil di indonesia dengan teknologi (Technical Know How) dari Jepang dengan perjanjian bahwa tekstil yang dihasilkan pabrik tersebut, akan diekspor ke Jepang. Jadi dalam hal ini Indonesia mengimpor teknologi dan mengeskpor tekstil ke Jepang yang tentunya sesuai dengan desain dan selera Jepang. Sistem ini cocok untuk dikembangkan, untuk industri yang berorientasi pada ekspor. c. Konsinyasi (Consignment) Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Barang dikirim ke luar negeri bukan untuk ditukarkan dengan barang lain seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa. Tegasnya di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri. d. Package-deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan negaranegara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan dinegara tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi. e. Penyelundupan (Smuggling) Di negara mana pun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan usaha yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, tanpa mengindahkan kepentingan masyarakat banyak, apalagi peraturan yang berlaku. Perdagangan luar negeri khususnya, ada saja golongan-golongan yang berusaha untuk meloloskan diri dari peraturan-peraturan pemerintah yang dianggapnya merugikan kepentingannya, ataupun untuk mendapatkan keunutngan yang sebesar-besarnya, ataupun untuk mendapatkan keuntungan yang sebsar-sebesarnya, dengan cara yang melanggar peraturan yang berlaku.
17 Di samping itu ada pula golongan yang berusaha untuk memindahkan kekayaan yang diperolehnya di Indonesia ke luar negeri dengan menepuh cara yang ilegal. Adanya di satu pihak tingkat harga umum di dalam negeri yang tinggi. Di lain pihak pemerintah menetapkan harga lawan valuta asing yang relatif rendah, maka akibatnya ialah hasil ekspor dihitung dalam mata uang rupiah tidak seimbang dengan biaya yang diperlukan, sehingga dengan demikian eksportir menderita rugi. Kerugian yang disebabkan oleh ketidakseimbangannya penerimaan dan pengeluaran, barang-barang ekspor yang timbul sebagai akibat rupiah dinilai terlalu tinggi terhadap valuta asing, maka hal ini disebut adanya “disparity” atau disparitas dalam perdagangan ekspor. Kemudian ada juga golongan yang tidak bertanggung jawab dengan sengaja berusaha melarikan atau memindahkan kekayaan alam Indonesia ke luar negeri. Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyeludupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyeludupan terletak adanya pelarian dari kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat. Penyeludupan dapat dibagi dalam garis besarnya menjadi dua bagian yakni: 1. Yang seluruhnya dilakukan secara ilegal. 2. Penyeludupan administrative yang dilakukan dengan cara membonceng pada produser yang legal.
2.1.
7
Impor
Impor adalah kegiatan ekonomi dengan mendatangkan barang dari luar wilayah ke dalam wilayah.
2.1.8 Kebijakan Impor Kegiatan impor di satu pihak sangat dibutuhkan oleh suatu negara untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi di lain pihak dapat merugikan perkembangan industri dalam negeri. Agar tidak merugikan produk dalam negeri diperlukan adanya kebijakan impor untuk melindungi produk dalam negeri (proteksi) dengan cara berikut :
18 a) Pengenaan Bea Masuk Barang impor yang masuk ke dalam negeri dikenakan bea masuk yang tinggi sehingga harga jual barang impor menjadi mahal. Hal ini dapat mengurangi hasrat masyarakat membeli barang impor dan produk dalam negeri dapat bersaing dengan produk impor. b) Kuota Impor Kuota impor merupakan suatu kebijakan untuk membatasi jumlah barang impor yang masuk ke dalam negeri. Dengan dibatasinya jumlah produk impor mengakibatkan harga barang impor tetap mahal dan produk dalam negeri dapat bersaing dan laku di pasaran. c) Pengendalian Devisa Dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yang disediakan untuk membayar barang impor dijatah dan dibatasi sehingga importir mau tidak mau juga membatasi jumlah barang impor yang akan dibeli. d) Substitusi Impor Kebijakan mengadakan substitusi impor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dengan mendorong produsen dalam negeri agar dapat membuat sendiri barang-barang yang diimpor dari luar negeri. e) Devaluasi Kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Misalnya: 1US$ = Rp 8. 000,00 menjadi 1USS$ = Rp 10.000,00. Dengan devaluasi dapat menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal, dihitung dengan mata uang dalam negeri, sehingga akan mengurangi pembelian barang impor.
2.1.9 Valuta Asing Valuta asing (valas) atau Foreign Exchange (FOREX) atau foreign currency adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank central (Hamdy, 2004 : 61). Kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2006: 128). Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
19 Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar dapat berubah-ubah, perubahannya dapat berupa depresiasi atau apresiasi. Depresiasi mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika artinya terjadi suatu penurunan mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika, depresiasi mata uang negara membuat harga barang-barang domestik menjadi turun dan lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedangkan apresiasi mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika artinya terjadi suatu kenaikan mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika, apresiasi mata uang negara membuat harga barang-barang yang ada di negara tersebut menjadi naik dan lebih mahal bagi pihak luar negeri (Sukirno, 2006 : 297). Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut nilai turkar valuta asing atau nilai tukar (Salvatore, 2008 : 8). Disamping berperan dalam perdagangan internasional, kurs juga berperan dalam perdagangan valuta asing pada suatu negara ataupun antar negara, sebab valuta asing juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Bagi negara yang kurang kuat nilai mata uangnya, maka valuta asing merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat yang tinggal dinegara tersebut. Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan kuat apa bila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing (Nopirin, 2000 : 148). Hard currency adalah mata uang yang berasal dari negara-negara maju yang perekonomiannya kuat dan relatif stabil, dan biasanya mata uang tersebut sering mengalami apresiasi (kenaikan nilai) dibandingkan dengan mata uang lainnya, misalnya Jepang, AS, Jerman, Inggris, Perancis dan sebagainya. Soft currency adalah mata uang yang berasal dari negara-negara yang sedang berkembang, perekonomiannya relatif baru, sedang tumbuh dan kesatuan hitung serta nilainya sering mengalami depresiasi (penurunan nilai), misalnya Indonesia, Malaysia, Philipina dan sebagainya.
20 2.1.10 Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing Berdasarkan sejarah dan perkembangannya, sistem kurs yang pernah ada dan sedang dipraktekan adalah : 1. Sistem Kurs Tetap (FIER) Sistem kurs tetap baik yang disetarakan oleh suatu lembaga keuangan internasional (IMF), maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan kemampuan ekonominya (biasanya berdasarkan nilai dari Hard Currency) 2. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate – FER) Yaitu sistem kurs menentukan bahwa nilai mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada pasar uang (resmi). Sistem ini terbagi dua macam yaitu, Clean Float (mengambang murni) yaitu apabila penentuan nilai kurs tanpa adanya campur tangan pemerintah. Dirty Float (mengambang terkendali) yaitu campur tangan pemerintah biasanya secara langsung masuk ke pasar uang dengan kebijakan moneter kuantitatif dan kebijakan fiskalnya, ataupun bersifat tidak langsung seperti himbauan dan semacamnya. 3. Sistem kurs terkait (Pegged Exchange Rate – PER) Yaitu nilai tukar yang dikaitkan dengan nilai mata uang negara lain, atau sejumlah mata uang tertentu. Bila kedua sistem nilai kurs yang telah dijelaskan diatas adalah nilai kurs/tertinggi terakhir, maka sistem PER menggunakan nilai kurs tengah mata uang tertentu yang mensyaratkan lebih atau kurang dari kurs tengah sebesar 2,5%.
2.1.11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing 1. Permintaan dan penawaran valas Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, maka harga valas akan menjadi lebih mahal dari nilai nominal – harga yang berlaku bila permintaan melebihi jumlah yang ditawarkan, atau jumlah permintaan tetap sementara penawaran berkurang. Sebaliknya harga valas akan menjadi lebih murah dari harga nominal atau harga berlakunya bila permintaan sedikit sementara penawaran banyak, atau permintaan semakin menurun meskipun jumlah penawaran tetap. Adapun sumber sumber permintaan untuk valuta asing : a. Impor barang dan jasa
21 b. Ekspor modal atau transfer valas dari dalam negeri ke luar negeri c. Ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas d. Impor modal atau transfer valas dari luar negeri ke dalam negeri Cara pasar merespon perubahan nilai kurs : a. Mengurangi Impor b. Mengurangi Ekspor c. Mengurangi ekspor dan impor secara bersama-sama
2. Tingkat Inflasi Tingginya inflasi yang terjadi pada suatu negara mengindikasikan mahalnya harga barang-barang (tertentu) di negara tersebut. Dua negara A dan B yang menghasilkan dan menjual barang yang sama yaitu X. Di negara A inflasi meningkat dari periode tahun sebelumnya sementara di negara B relatif stabil. Dalam kondisi tersebut maka harga barang X di negara A tentu saja lebih mahal dibandingkan dengan di negara B, atau dengan kata lain harga barang X di negara B lebih murah dibandingkan dengan di negara A, sehingga negara A akan mengimpor barang X dari negara A. Bila ini terjadi maka permintaan mata uang negara B akan meningkat sehingga nilainya akan naik. Sementara itu di negara B impor barang X dari negara A menurun yang berarti permintaan mata uang negara A menurun. Hal ini memberikan jawaban kepada kita bahwa mata uang negara A relatif akan menjadi murah dan nilainya akan turun/melemah terhadap mata uang negara B. 3. Tingkat bunga Isu mengenai tingginya tingkat bunga dapat menarik para pemain uang dengan memanfaatkan selisih nilai bunga pinjaman dan simpanan. Oleh karena itu negara yang membutuhkan banyak mata uang asing dan berusaha menarik peminat “petualang” uang, maka tingkat suku bunga simpanan di negaranya dinaikan pada tingkat tertentu. Manakala jumlah mata uang asing banyak yang masuk ke negara tersebut maka permintaan mata uang lokal akan semakin tinggi, sehingga nilai mata uang lokal akan semakin naik, sedangkan nilai mata uang asing tersebut akan relatif menurun. 4. Tingkat pendapatan dan produksi Bila pada suatu periode tertentu terjadi pertumbuhan ekonomi yang relatif pesat/tinggi yang mengindikasikan semakin tingginya tingkat pendapatan
22 masyarakat (termasuk tingkat pendapatan perkapita), maka daya beli masyarakat akan semakin tinggi. Pada kondisi yang sama kapasitas produksi negara tersebut tidak mampu memenui kebutuhan/permintaan masyarakatnya, maka negara tersebut akan mengimpor dari negara lain. Semakin besar nilai barang yang diimpor maksa akan semakin besar juga permintaan mata uang asing tersebut, sehingga harganya relatif akan semakin naik dari harga semula terhadap mata uang lokal. 5. Balance of payment (neraca pembayaran luar negeri) Transaksi berjalan + neraca modal akan memperlihatkan besarnya perubahan cadangan devisa. Bila TB > NM maka cadangan devisa berkurang sebesar nilai minusnya. Sebaliknya bila TB < NM, maka berarti cadangan devisa bertambah. Dari cadangan devisa yang bernilai positif akan mengindikasikan bahwa penawaran mata uang asing lebih besar dari pada permintaannya, dan ini akan memberikan sentimen positif kepada nilai tukar mata uang lokal, sehingga nilainya akan semakin menguat. Sebaliknya bila nilai cadangan devisa negatif maka ini mengindikasikan bahwa permintaan mata uang asing tersebut lebih besar daripada penawarannya, dan ini akan memberikan sentimen negatif hal mana permintaan mata uang asing tersebut akan semakin tinggi sehingga nilai mata uang lokal akan semakin menurun. 6. Pengawasan pemerintah Ada dua cara klasik yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengawasi nilai uangnya yaitu dengan kebijakan fiskal yaitu menaikan nilai pajak dan mengetatkan belanja negara dan lain sebagainya agar jumlah penawaran mata uang lokal semakin sendikit dan ini diharapkan akan berdampak pada naiknya nilai mata uang lokal terhadap mata uang asing. Kebijakan lainnya adalah kebijakan moneter. Kebijakan ini biasanya berupa pengetatan uang beredar (atau sebaliknya), menaikan/menurunkan tingkat bunga dan lain sebagainya. 7. Perkiraan Perkiraan, terutama dari orang-orang yang dianggap berpengalaman dalam bidang perdagangan uang dan bidang politik apabila sifatnya positif bagi negara yang bersangkutan kemungkinan besar menyebabkan naiknya permintaan mata uang lokal dari negara tersebut, sebaliknya bila perkiraanya
23 negatif maka akan semakin banyak permintaan mata uang asing, sehingga nilai mata uang lokal akan semakin turun.
2.1.12 Faktor yang Dapat Merubah Nilai Tukar Mata Uang Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu: a. Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainnya, karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan supply and demand di dalam pasar (market mechanism). b. Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism). c. Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. d. Revaluasi (revaluation),adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. Secara teori ada dua sudut pandang tentang keterkaitan antara harga saham dan nilai tukar. Di satu sisi, para pendukung model “portfolio‐balance" meyakini bahwa harga saham mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif. Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan (wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang. Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan menyebabkan semakin tinggi permintaan uang dengan tingkat bunga yang semakin tinggi pula, sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata uang domestik.
24 2.1.13 Inflasi Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat, sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riel tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riel pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya secara relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga. Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Pohan, 2008: 158). Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000: 90). Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.
2.1.14 Jenis Inflasi Menurut sifatnya, inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu (Putong, 2013 : 422) : a. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun. b. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30% dan sebagainya. c. Inflasi tinggi (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik dan bahkan menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah.
25 Berdasarkan sebabnya a. Demand pull inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan, oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru. b. Cost push inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya
biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai tukar kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen yaitu : pertama, langsung menaikan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi. Berdasarkan asalnya a. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation). Yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan lain sebagainya. b. Inflasi dari luar negeri (imported inflation). Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
26 2.1.15 Teori Inflasi Terdapat 3 teori utama yang menerangkan mengenai inflasi yaitu (Putong, 2013 : 423) : a. Teori Kuantitas Kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal, yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori Kuantitas ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar. Kedua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang. b. Teori Keynes Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan masyarakatakan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga-harga akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia. Adanya
kenaikan
harga-harga
tersebut
berarti
bahwa
kegiatan
rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi, selanjutnya mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi, baik golongan pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku. c. Teori Strukturalis. Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka yang panjang. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidak elastisan
27 dari penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidak elastisan dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi. Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor ini adalah ketegaran dimana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang makin memburuk dan penawaran barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan
menyebabkan
terjadinya
kelambanan
tersebut.
Kelambanan
pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Sedangkan bagi suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi jika proses substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya produksi ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga-harga yang naik.
2.1.16 Efek Inflasi Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 2000 : 32-34). a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect) Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
28 b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu. c. Efek Terhadap Output (Output Effects) Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, ransaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.
2.1.17 Dampak Inflasi Beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi (Putong, 2013 : 426) adalah a. Bila harga barang secara umum naik terus menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong barang sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya. b. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup atau bangkrut, atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
29 c. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terus menerus naik. d. Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang. e. Bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli. f. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan. g. Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah (High end) yang mana barangnya lebih laku pada saat harganya semakin tinggi. h. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan. i. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh. j. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
2.1.18 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu (Putong, 2013 : 411). Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi.
30 Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari suatu periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk prosentase dan bernilai positif, tapi juga mungkin saja bernilai negatif (misalkan saja pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 1998 minus sekitar 4%-6%). Negatifnya pertumbuhan ekonomi tentu saja disebabkan adanya penurunan yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam teori ekonomi banyak teori-teori dan model-model mengenai pertumbuhan ekonomi baik yang berasal dari mashab klasik, neoklasik maupun yang moderen (Keynesian). Teori pertumbuhan ekonomi yang masih relevan hingga kini misalnya adalah teori pertumbuhan ekonomi klasik dari Adam Smith dan David Ricardo, alasannya teori pertumbuhan ekonomi dari mashab klasik ini bertumpu pada kekuatan modal dan SDM sebagai tulang punggung peningkatan pendapatan nasional. Teori lain tentang pertumbuhan ekonomi misalnya adalah teori pertumbuhan berimbang dan tak berimbang, model pertumbuhan Harrod-Domar yang mengandalkan tabungan dan modal sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, model pertumbuhan neoklasik dari Meade dan lain sebagainya. Pada umumnya semua teori dan model yang dikemukakan oleh para pelopor teori ekonomi diatas bertujuan menjelaskan dan “menyarankan” tentang bagaimana mengelola sumber daya (manusia, alam, dan teknologi) agar perekonomian dapat berjalan dengan mantap dan stabil sesuai dengan kekuatan dan yang diinginkan oleh masyarakatnya. Meskipun pada kenyataannya kebanyakan dari teori pertumbuhan ekonomi hanya sebatas pada kajuan ilmiah karena sukar untuk dilaksanakan (umumnya disebabkan oleh asumsi dan penyederhanaan telah), namun pada kasus tertentu bagian dari teori tersebut sering disitir/dicuplik untuk menguatkan pendapat, misalnya teori pertumbuhan tak berimbang yang banyak dijadikan tameng untuk pembangunan yang menganut konsep trikle down effect dan lain sebagainya.
2.1.19 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Teori Adam Smith Adam Smith memaparkan tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dengan memandang kepada :
31 a. Adanya hukum alam. Ia sangat percaya dengan prinsip bahwa hanya individu sendirilah yang tahu akan kebutuhannya, tidak orang lain apalagi pemerintah. Ia beranggapan bahwa adanya kekuatan yang tidak kentara (invinsible hand) menyebabkan setiap perekonomian akan memperlakukan individu sesuai dengan harapannya. Jadi bila semua orang dibebaskan berusaha, maka akan memaksimalkan kesejahteraan mereka secara agregat. b. Peningkatan daya produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan : a. Meningkatnya keterampilan pekerja b. Penghematan waktu dalam memproduksi barang c. Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga Kesemuanya itu berasal dari pembagian kerja c. Proses pemumpukan (akumulasi) modal. Menurutnya, proses akumulasi modal meningkat seiring dengan meningkatnya tabungan, dan dari tabunganlah asalnya investasi. Dengan demikian bila pendapatan naik sementara konsumsi relatif tetap maka tabungan akan semakin tinggi dan berdampak pada penyediaan modal yang semakin banyak untuk investasi. d. Tingkat keuntungan akan semakin menurun manakala tingkat persaingan semakin tinggi. Padahal persaingan berasal dari kemampuan investasi yang memajukan perekonomian. Pada masa ini tingkat suku bunga aka nsemakin menurun karena meningkatnya kemakmuran, kesejahteraan dan jumlah penduduk bertambah. Akibat dari ini maka cadangan modal semakin besar sehingga investasi semakin murah dan akan berdampak pada semakin murahnya produksi. e. Petani, pengusaha dan produsen adalah merupakan agen pertumbuhan dalam perekonomian. Bila pertanian meningkat maka usaha industri dan perniagaan semakin meningkat dan tentu saja akan memberikan dampak yang bagus bagi perekonomian karena adanya rantai kebutuhan dan kepentingan. f. Proses
pertumbuhan
bersifat
menggumpal
(mengakumulatif),
setiap
peningkatan dibidang pertanian maka akan ada peningkatan dibidang industri dan perniagaan dan seterusnya sampai terjadi kelangkaan sumber daya sehingga perekonomian mengalami kondisi stasioner.
32 Teori David Richardo Richardo membangun teorinya dengan melihat adanya hubungan antara tuan tanah, kapitalis dan kaum buruh. Menurutnya keseluruhan pendapatan nasional dibagikan kepada 3 kelompok itu berupa sewa, keuntungan dan upah. Suatu perekonomian, menurut Richardo memiliki ciri sebagai berikut : a. Tanah (sumber daya alam) terbatas jumlahnya. b. Tenaga kerja/penduduk meningkat atau menurun sesuai dengan tingkat upah batas minimal (tingkat upah alamiah). c. Akumulasi modal akan terjadi apabila tingkat keuntungan pemilik modal (pengusaha) meningkat diatas tingkat keuntungan minimal untuk melakukan investasi. d. Kemajuan teknologi bersifat given (bagi beberapa kalangan ekonom, terjemahkan sebagai kemajuan teknologi selalu meningkat akan tetapi berhenti tanpa perkembangan yang berarti, terutama teknologi efisiensi pangan). e. Sektor pertanian yang paling dominan. Kondisi sationer yaitu suatu pertemuan antara menurunnya jumlah produksi dan meningkatnya sewa dengan pertambahan penduduk yang terus saja naik (sebelum akhirnya akan berhenti bertambah – tahap demografi yang ke 4). Adapun ciri-ciri dari kondisi stasioner adalah : a. Tingkat
pertambahan/pertumbuhan
output/pendapatan
nasional
relatif
konstan b. Jumlah penduduk relatif tetap c. Pendapatan perkapita konstan karena a dan b tetap d. Tingkat upah pada tingkat alamiah e. Akumulasi modal berhenti f. Tingkat keuntungan minimal g. Sewa tanah maksimal Teori Harrod-Domar Harrod dan Domar berbeda negara, Inggris dan Amerika. Harrod mensyaratkan pertumbuhan yang terjamin (Warranted of Growth) yaitu pertumbuhan pendapatan haruslah melaju dengan kecepatan setara dengan kecengderungan menabung dikalikan dengan produktivitas modal, sedangkan menurut Domar syarat pertumbuhan mantap (Steady of Growth) pertumbuhan
33 investasi haruslah melaju dengan kecepatan yang sama dengan kecenderungan menabung dan produktivitas modal. Jadi kedua ekonom ini pada dasarnya samasama mensyaratkan bahwa agar pertumbuhan ekonomi dapat berjalan dengan mantap dan terjamin maka pertumbuhan investasi haruslah sama dengan pertumbuhan pendapatan nasional yang melaju dengan kecepatan sama dengan nilai MPS dikalikan dengan 1/COR.
2.1.20 Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Didalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi diberbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh
negara-negara
tersebut.
Perusahaan
multinasonal
tersebut
menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang di produksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menambah ekpor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Produk domestik bruto atau Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara negara tersebut dan negara asing.
2.2
Kerangka Pemikiran Dengan penelitian ini dapat diketahui pengaruh ekpor, impor, kurs dan inflasi
terhadap produk domestik bruto di indonesia tahun 2004-2013. Ekspor, impor, kurs dan inflasi merupakan variabel independen dan produk domestik bruto di Indonesia merupakan variabel dependen.
34
Ekspor (X1) H1
Impor (X2)
H2
PDB (Y) H3
Kurs (X3)
Inflasi (X4)
H4
H5
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
2.3 1.
Hipotesis Hipotesis 1 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013? Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
2.
Hipotesis 2 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013? Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
35
3.
Hipotesis 3 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013? Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
4.
Hipotesis 4 Apakah terdapat pegaruh yang signifikan antara inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013? Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
5.
Hipotesis 5 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ekspor, impor, kurs dan inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 20042013? Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara ekspor, impor, kurs dan inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara ekspor, impor, kurs dan inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 20042013.
36