BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang: Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa anak – anak karena masa perkembangan dan maturasi fungsi paru dimulai sebelum lahir. Berat badan lahir menjadi salah satu faktor perinatal atau indikator perkembangan fetal dan maturasi.1,2 Faktor perinatal berhubungan dengan gejala respiratorik dan nilai fungsi paru dalam kehidupan selanjutnya. Pada studi kasus kontrol di Belanda menunjukan meningkatnya prevalensi gejala respiratorik dan penurunan nilai fungsi paru pada anak usia sekolah dan remaja dengan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR).3 Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) prevalensi berat badan lahir rendah di Indonesia tahun 1986 sampai 1999 adalah sekitar 7 sampai 16%. Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi BBLR secara global hingga saat ini masih tetap berada di kisaran 20% dari seluruh bayi yang lahir hidup setiap tahunnya.4 Studi di Inggris mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan lahir rendah dan nilai Volume Ekspirasi Detik Pertama (VEP1) atau Forced Expiratory Volume in one second (FEV1) pada usia 7 tahun.5 Penurunan fungsi paru pada bayi baru lahir dapat menjadi prediksi akan terjadinya wheezing selama tahun pertama dan tahun ketiga
Universitas Sumatera Utara
kehidupannya.6 Pengaruh gangguan respiratorik masa anak – anak dan remaja seperti asma, infeksi saluran nafas dan berat badan lahir rendah dapat mempengaruhi kesehatan paru di masa perkembangan selanjutnya telah diteliti sebelumnya.7,8 Studi di Amerika menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah mempengaruhi perkembangan fungsi paru pada usia 14 tahun dan 49 sampai 51 tahun. Studi lain menyatakan faktor risiko seperti bronkitis, asma dan pneumonia mempengaruhi fungsi paru usia 12 sampai lebih dari 13 tahun. Masih belum ada studi yang jelas mengenai kapan terjadi penurunan fungsi paru ini apakah di usia awal, usia menengah atau usia selanjutnya. Fungsi paru sendiri akan mencapai maksimal pada usia 18 sampai 25 tahun.7 Studi kohort di Inggris menunjukan berat badan lahir rendah serta riwayat bronkitis kronis, pneumonia atau bronkiolitis pada saat bayi akan menyebabkan penurunan fungsi paru dibandingkan kelompok berat badan lahir normal. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan riwayat pneumonia sebelum usia 2 tahun dengan penurunan fungsi paru dimana jenis kelamin laki – laki mengalami penurunan fungsi paru yang lebih berat dibandingkan dengan perempuan.9 Studi lain di Inggris menunjukkan riwayat pneumonia dan bronkitis sebelum usia 2 tahun berhubungan dengan penurunan nilai VEP1 dan Kapasitas Vital Paksa (KVP) atau Forced Vital Capacity (FVC).9 Namun
Universitas Sumatera Utara
belum ada penelitian di Indonesia mengenai riwayat berat badan lahir rendah yang mempengaruhi nilai faal paru VEP1 dan KVP pada usia 13 sampai 14 tahun.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP 1.3 Hipotesis: Terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.2 Tujuan umum :
Untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP
1.4.3 Tujuan Khusus: 1.4.3.1
Mengetahui
hubungan
berat
badan
lahir
dengan
terjadinya kelainan paru respiratorik obstruktif dan restriktif 1.4.3.2
Mengetahui faktor risiko yang menyebabkan penurunan fungsi paru
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaaat penelitian 1. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang respirologi anak, khususnya dalam hal hubungan berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP 2. Di
bidang
pelayanan
masyarakat:
meningkatkan
pelayanan
kesehatan anak dan remaja, khususnya pelayanan di bidang respirologi anak. 3. Di
bidang
pengembangan
penelitian:
memberikan
masukan
terhadap bidang respirologi anak, khususnya dalam hal hubungan berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP pada usia 13 sampai 14 tahun dan dapat menjadi prediktor fungsi paru pada saat dewasa.
Universitas Sumatera Utara