BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling essensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan (Maslow, 1970 dalam Kozier, 2004). Pangan sebagai sumber gizi dan landasan utama manusia untuk dapat mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yang sehat dan mandiri, dan strategi pencapaiannya adalah “Indonesia sehat 2010” dengan salah satu indikatornya yaitu menikmati hidup sehat yang juga dapat diukur dengan angka kesehatan dan ukuran gizi (Baliwati, dkk, 2004). Telah banyak upaya–upaya pemerintah dalam program peningkatan gizi, seperti usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), penanggulangan vitamin A dan lain–lain (Suhardjo, 1996). Masalah gizi kurang masih tersebar di negara-negara yang sedang berkembang,
termasuk
di
Indonesia.
Word
Health
memperkirakan bahwa 150 juta anak dibawah umur
Organization
(WHO)
lima tahun mengalami
malnutrisi yang didasarkan pada rendahnya berat badan mereka dibanding dengan usianya (Grigsby, 2003). Gambaran keadaan gizi masyarakat di Indonesia sampai saat ini kurang memuaskan, dikarenakan masih banyak terdapat balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan merosotnya derajat kesehatan dan mutu hidup manusia, rendahnya kapasitas produk manusia yang akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan (Depkes RI, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sensus penduduk 2005, jumlah balita di Indonesia saat ini mencapai 19.799.874 jiwa. Menurut data nasional depkes RI tahun 2005 persentase balita kurang gizi 28,5%, dengan rincian 19,7% gizi kurang dan 8,8% gizi buruk, yang berarti terdapat 6 ribu lebih balita yang menderita gizi buruk dan kurang gizi hampir mencapai 15 ribu orang. Dari hasil survey sosial ekonomi nasional (susenas) tahun 2005 menyatakan bahwa jumlah balita di Sumatera Utara sebanyak 1.215.253 terdapat 10,5% balita berstatus gizi buruk (sekitar 126.994 balita), dan yang mengalami gizi kurang mencapai 18,2% (sekitar 221.176 balita). Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatra Utara tahun (2005) di Kabupaten Mandaling Natal terdapat balita yang mengalami gizi buruk 7,85% dan gizi kurang 15,96%. Anak balita merupakan kelompok yang rawan terhadap kurang gizi (Soekirman, 2000). Oleh karena itu balita sering dijadikan sebagai indikator status gizi disuatu daerah (Khomsan, 2004). Status gizi merupakan keadaan sehat individu yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari makanan yang dampak fisiknya akan diukur secara antropometri (Suhardjo, 1996). Status gizi balita sangat bergantung pada apa yang dikosumsi dan bagaimana penggunaan zat-zat gizi dari makanan yang diperolehnya (Almatsier, 2002). Semakin bertambahnya usia anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah, oleh karena proses tumbuh kembang yang cepat. Ibu rumah tangga yang kreatif
walaupun
berasal dari
keluarga miskin, pada dasarnya harus dapat
menghindari anak dari kondisi malnutrisi, salah satunya dengan memberikan Asi dalam waktu yang lebih lama (Haddad, 1999). Makanan bergizi merupakan makanan yang memberikan energi dari bahan pembangun untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme hidup (Dorland,
Universitas Sumatera Utara
2002). Asupan gizi yang dikonsumsi seharusnya sesuai dengan yang dibutuhkan, tetapi pada kenyataannya masih banyak balita tidak memperoleh asupan gizi yang sesuai, jumlah asupan gizi sesuai dengan kebutuhan, balita dikategorikan dalam kelompok gizi baik, jika asupan gizi lebih rendah anak akan mengalami gangguan pertumbuhana fisik yang rendah, yaitu berat badan rendah dan tinggi badan yang rendah. Selain itu keadaan kurang gizi juga mengakibatkan menurunnya tingkat kecerdasan/intelektual anak (Suhardjo, 1996). Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi, secara umum dipengaruhi oleh status kesehatan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, poltik, dan juga sosial budaya serta secara langsung dipengaruhi oleh komsumsi makanan (Suhardjo, 1992). Akan tetapi penyebab yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan kemampuan informasi pangan yang diproduksi dan tersedia (Harper, 1986) Seorang
Ibu seharusnya lebih mengerti
tentang bagaimana penyajian makanan yang baik yang mengandung zat gizi untuk kelangsungan tumbuh kembang balitanya (Khomsan, 2004). Namun fenomena yang terjadi di masyarakat masih banyak orang tua yang tidak mengerti tentang penyajian makanan yang baik terhadap balita dan keluarganya. Dimana makanan yang diberikan haruslah seimbang dan mencukupi jumlah dan mutunya sehingga memenuhi zat gizi yang dibutuhkan tubuh (Sumiarta, 2005). Menurut informasi yang didapatkan bahwa masyarakat Kecamatan Kotanopan sebagian besar penduduknya adalah bertani, sehingga kemungkinan besar masyarakatnya mampu mengkonsumsi hasil-hasil tani yang bernilai gizi tinggi dan kebutuhan gizi masyarakat lebih terpenuhi dengan hasil tani tersebut. Akan tetapi kenyataan yang terjadi masih banyak terdapat kejadian gizi kurang dan gizi buruk didaerah tersebut. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang makan yang bergizi. Sejalan dengan penelitian yang dilakuan oleh Sandjaja (2000) bahwa pengetahuan ibu yang baik tentang kesehatan dan gizi akan mampu menghasilkan daya adaptasi yang tinggi terhadap proses tumbuh kembang anak walaupun dengan sosial ekonomi yang rendah. Menurut Sjahmien (1992) kejadian gizi buruk juga dapat dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi. Berdasarkan uraian data di atas peneliti ingin mengetahui dan meneliti lebih jelas sejauhmana hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi balita di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal. 2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk ; 2.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang makanan bergizi di di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. 2.2 Mengidentifikasi status gizi balita di Kecamatan
Kotanopan, Kabupaten
Mandailing Natal . 2.3 Menguji hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi balita di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandaling Natal. 3. Pertanyaan Penelitian Adapun pertayaan penelitian adalah; 3.1 Bagaimana pengetahuan ibu tentang makanan bergizi bagi balita di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Bagaimana
status
gizi
balita
di
Kecamatan
Kotanopan,
Kabupaten
Mandailing Natal. 3.3 Sejauhmana hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi dengan status gizi balita di Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal.
4. Manfaat penelitian Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat untuk: 4.1 Pendidikan kesehatan Sebagai informasi bagi pendidikan kesehatan tentang pengetahuan ibu tentang makanan bergizi bagi balita dan status gizi balita sehingga dapat memberikan masukan kepada instansi keperawatan terutama bagian keperawatan komunitas. 4.2 Praktek keperawatan Sebagai informasi bagi praktek perawat dalam meningkatkan mutu
pelayanan
kesehatan dimana perlu diberikan asuhan keperawatan bagi orang tua terutama ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi balita. 4.3 Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data untuk kepentingan penelitian.
Universitas Sumatera Utara