BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan
(Margaretta
dan
Soeprianto
2012).
Keberhasilan
penyampaian suatu laporan keuangan perusahaan akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Para pemakai dari laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi laporan keuangan akan lebih bermanfaat, apabila informasi dalam laporan keuangan yang disajikan lebih akurat, relevan, dan tepat waktu (Rudianto, 2009). Menurut International Accounting Standard Board (IASB) kualitas mendasar (fundamental qualities) dari informasi akuntansi adalah relevansi (relevance) dan penyajian tepat (faithfull presentation). Relevansi (relevance), menunjukkan sifat informasi terhadap pengambilan keputusan. Selanjutnya, Penyajian informasi yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan (users) karena 1
2
menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Terutama bagi perusahaan– perusahaan go public yang menyajikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan tersebut memiliki informasi keuangan yang sangat berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi para pengguna laporan keuangan (stakeholders). Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan berbanding lurus dengan relevansi dan keandalan laporan keuangan (Setyahadi, 2012). Semakin lama suatu perusahaan menerbitkan laporan keuangannya, semakin tidak relevan dan tidak andal laporan keuangannya, sehingga manfaat dari laporan keuangan itu akan berkurang. Oleh karena itu, tepat waktu merupakan sebuah keharusan dalam publikasi laporan keuangan sehingga ada jaminan tentang relevansi informasi yang bersangkutan. Perekonomian dunia yang semakin terintegrasi menuntut adanya kesepakatan dan kesamaan bersama terkait prosedur dan cara-cara standar dalam pelaporan keuangan yang dapat diterima oleh setiap negara. Dengan adanya kesamaan standar ini, maka di negara manapun investor berada, maka laporan keuangan yang ada bisa langsung dipublikasikan tanpa membutuhkan proses penyesuaian hal lainnya yang dapat membutuhkan waktu lama. Oleh karena itu, International Accounting Standard Board (IASB) kemudian mengeluarkan International Financial Report Standard (IFRS) (Imam, 2013). International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menyamakan standar di
3
seluruh negara. Namun demikian, kelahiran standar ini tidak serta merta diakui secara global. Contohnya Amerika Serikat yang pada awalnya adalah negara yang tidak mengakui standar tersebut, sehingga perusahaanperusahaan asing yang beroperasi di Amerika Serikat harus menyesuaikan pelaporan keuangannya dengan standar lokal. Namun kini Amerika Serikat telah menerima IFRS dan mengakui penggunaan IFRS oleh perusahaan asing yang terdaftar di bursa sahamnya (Nurharyanto, 2010). Indonesia,
melalui
Ikatan
Akuntan
Indonesia
(IAI)
yang
merupakan anggota International Federation of Accountants (IFAC) telah diwajibkan melakukan upaya maksimal untuk menginkorporasi IFRS dan membantu implementasi IFRS yang diberlakukan efektif sejak 31 Desember 2004 dan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) menyiratkan bahwa mereka akan menghilangkan perbedaan-perbedaan dengan IFRS di akhir tahun 2008. Sejak tahun 2009 Indonesia telah melakukan pengadopsian standar ini dan pada tahun 2012 diharapkan telah dilakukan proses secara bertahap menuju konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB (IAI, 2011). Dampaknya penyusunan dan pengembangan standar akuntansi keuangan Indonesia ke depan akan selalu mengacu pada IFRS. Bagi entitas bisnis di Indonesia, pelaporan keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia yang masih menggunakan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang dikenal dengan Pernyataan Standar
4
Akuntansi Keuangan (PSAK) perlu melakukan penyesuaian. Hal ini tidak hanya sekedar untuk mengikuti tren namun konvergensi standar akuntansi Indonesia ke IFRS juga untuk mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sebelumnya telah menganut standar ini. Proses konvergensi PSAK ke IFRS dapat dilakukan dalam 3 cara yaitu: pertama, Adaptasi, yang merupakan upaya membuat standar akuntansi sendiri yang disesuaikan dengan IFRS, kedua, Adopsi, yaitu mengambil dan memakai langsung standard dari IFRS dan ketiga, Harmonisasi yaitu membuat standar akuntansi sendiri yang tidak bertentangan dengan IFRS. Indonesia sendiri telah mengambil cara kedua yaitu adopsi, namun dengan membuat beberapa penyesuaian dengan kondisi di Indonesia (Nurhayanto, 2010). Di Indonesia, pelaporan keuangan oleh perusahaan publik di bursa efek Indonesia harus patuh pada ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) melalui surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM-LK selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Hal ini untuk menjamin manfaat dan relevansi laporan keuangan tersebut bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Jika regulasi dilanggar, maka akan dikenakan sanksi. Sanksi dapat berupa peringatan, sanksi administratif, dan sanksi denda.
5
Regulasi ini dimaksudkan agar perusahaan memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada investor mengenai kondisi perusahaan publik serta dalam rangka mengikuti perkembangan pasar modal dunia. Jadi semakin lama suatu emiten menerbitkan laporan keuangannya, maka semakin tidak relevan dan tidak andal laporan keuangannya. Dengan kata lain, ketepatan pelaporan laporan keuangan dapat menentukan nilai informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut dan manfaatnya dalam pengambilan keputusan para stakeholder. Oleh karena itu, keterlambatan memenuhi regulasi ini akan berdampak dikenakannya sanksi yang dapat berupa peringatan, sanksi administratif, maupun sanksi denda. Pada kenyataannya keterlambatan menerbitkan laporan keuangan oleh emiten masih sangat mungkin terjadi terjadi. Salah satu penyebab keterlambatan publikasi laporan keuangan oleh perusahaan go public disebabkan karena laporan keuangan tersebut harus terlebih dahulu diaudit sebelum dapat dipublikasikan (Hossain dan Taylor, 1998). Lestari (2010) menyebutkan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Kegiatan audit yang harus sesuai dengan standar membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan audit delay yang panjang (Febrianty, 2011). Audit delay yang
6
berpanjangan dapat merugikan para stakeholder. Bagi investor, audit delay dapat menjadikan berkurangnya nilai keandalan informasi pada laporan keuangan sehingga mereka sulit untuk mengambil keputusan investasi, sedangkan bagi perusahaan, audit delay ini akan membuat persepsi investor terhadap emiten menjadi buruk dan akan berdampak negatif bagi nilai saham. Penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan bahwa pengumuman laba (pada laporan keuangan) yang terlambat menyebabkan return saham menjadi negatif sedangkan pengumuman laba yang tepat waktu berdampak positif bagi return saham. Keterlambatan pelaporan laporan keuangan, secara tidak langsung dapat diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Oleh karena itu, diharapkan seluruh manajemen dapat menyeimbangkan manfaat antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi yang akurat dan handal. Untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, seringkali perlu melaporkan laporan keuangan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keakuratan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan laporan keuangan ditunda sampai seluruh aspek diketahui informasi yang dihasilkan mungkin sangat akurat tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Mengingat
keterlambatan publikasi
laporan keuangan bias
mengindikasikan adanya maslaah dalam laporan keuangan perusahaan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit.
7
Hal ini membuktikan bahwa regulasi bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi lamanya rentang waktu penerbitan suatu laporan keuangan. Oleh karena itu, penelitian mengenai audit delay telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh McGee (2007) menunjukan bahwa perusahaan yang menggunakan PABU (Rusia-GAAP) berpengaruh terhadap semakin rendahnya pelaporan keuangan daripada perusahaan yang menggunakan IFRS. Penelitian Yaacob dan Che-Ahmad (2012) menyatakan bahwa pengadopsian standar baru yang lebih komprehensif (IFRS) menyebabkan laporan keuangan yang sudah diaudit menjadi terlambat. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2013) dalam penelitian mereka menggunakan teknis analisis regresi linear berganda dan regresi logistik, hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa konvergensi IFRS berpengaruh positif terhadap professional fee dan audit delay. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompleksitas PSAK berbasis IFRS dapat meningkatkan biaya audit untuk mengkompensasikan upaya audit yang meningkat, waktu yang diperlukan dalam penugasan audit menjadi lebih lama, dan menyebabkan penerbitan laporan keuangan yang sudah diaudit menjadi terlambat. Selain itu Carlin et, al. (2009) menyatakan bahwa kompleksitas IFRS tidak hanya pada perlakuan akuntansi, tetapi juga pada kesulitan untuk mematuhi pelaporan yang terinci.
8
Adanya pemberlakuan penerapan adopsi standar pencatatan dan pelaporan akuntansi internasional yaitu IFRS (International Financial Reporting Standard). IFRS adalah standar yang dibuat secara global oleh IASB (International Accounting Standard Board) dengan tujuan menyetarakan standar pencatatan laporan keuangan perusahaan dunia. Dengan begitu adanya pemberlakuan adopsi IFRS ini diduga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi lamanya proses penyelesaian pelaporan keuangan karena mengharuskan auditor untuk menyesuaikan dengan standar-standar yang baru. Pengujian pengaruh penerapan IFRS terhadap audit delay telah dilakukan oleh Margaretta dan Soepriyanto (2012) Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penerapan IFRS dalam pelaporan keuangan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan dengan arah koefisien regresi positif. Arti dari penelitian ini yaitu penerapan IFRS mengakibatkan semakin tingginya tingkat keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Keterlambatan penyampaian laporan keuangan menjadi salah satu indikasi bahwa perusahaan mengalami audit delay yang panjang, karena sebelum laporan keuangan dipublikasi harus terlebih dahulu diaudit. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryani dan Wiratmaja (2014) yang juga menunjukkan bahwa variabel komite audit dan kepemilikan publik berpengaruh pada audit delay, sedangkan variabel ukuran
9
perusahaan dan penerapan International Financial Reporting Standards tidak berpengaruh pada audit delay. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu, hal ini menarik minat peneliti untuk dilakukan sebuah penelitian kembali mengenai penerapan IFRS terhadap pelaporan keuangan, akan tetapi dalam penerapan adopsi IFRS di Indonesia yaitu sebatas pada konvergensi PSAK yang telah berbasis IFRS. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena penelitian ini berfokus dalam membedakan periode sebelum diwajibkan adopsi IFRS pada tahun 2010-2011 dan sesudah periode diwajibkan adopsi IFRS pada tahun 2012-2013. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, maka judul penelitian ini adalah sebagai berikut: “PENGARUH ADOPSI IFRS TERHADAP AUDIT DELAY PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
DI
BURSA
EFEK
INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pengapdopsian peraturan baru yang bernama IFRS terhadap keterlambatan penyampaian pelaporan keuangan (audit delay) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 20102013.
10
1.3
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah yang dipaparkan diatas maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh adopsi IFRS terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan (audit delay)?
1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh adopsi IFRS tahun 2010-2013 terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan (audit delay).
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagi auditor dapat membantu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat mengoptimalkan kinerja yang berimbas pada tepatnya waktu pelaporan keuangan. 2. Bagi para investor, memberikan informasi agar mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi. 3. Bagi regulator memberikan informasi terkait kesiapan perusahaan go public dalam tahap persiapan akhir untuk menerapkan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS apakah terdapat kendala atau tidak dalam menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.
11
1.6
Sistematika Pembahasan Penelitian ini menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB 2
LANDASAN
TEORI
DAN
PENGEMBANGAN
HIPOTESIS Pada bab ini membahas tentang landasan teori mengenai teori-teori membahas
yang
digunakan
permasalahan
sebagai dan
landasan
mendukung
untuk analisis
penelitian ini, serta diuraikan pula mengenai penelitianpenelitian terdahulu sebagai dasar untuk pengembangan hipotesis. BAB 3
METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan pengukurannya serta metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis.
BAB 4
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan dan menjelaskan hasil penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan penelitian.
12
BAB 5
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Pada
bab
ini
menguraikan
keterbatasan dari penelitian.
simpulan,
saran,
serta