AWASAN
wahana wacana hasil analisis
ANALISIS KUAT TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIFOLIUS) DENGAN MATRIK PVAC (POLYVINYL ACETATE) Benedictus Sonny Yoedono PENGARUH SUHU AIR PERENDAMAN DAN LARUTAN PENYEGAR PADA BUNGA MAWAR POTONG Sri Susilowati PEMERIKSAAN SAKSI SECARA TIDAK URUTDALAM PERKARA PIDANADITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1981TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Paraou Paskalis Sitanggang MORAL VALUES IN “COACH CARTER” FILM SCRIPT RELATED TO CHARACTER BUILDING Andy Endra Krisna PENGARUH POLIVINIL ASETAT SEBAGAI MATRIK BAHAN KOMPOSIT RUMPUT PAYUNG TERHADAP KEKUATAN LENTUR PRODUK BAHAN KOMPOSIT Yessy Liemawati DETERMINASI STRUKTUR MODAL BERDASARKAN PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY DAN TRADE-OFF THEORY DI INDONESIA Dewi Ratih
WAWASAN WAHANA WACANA HASIL ANALISIS Jurnal No. 1 Tahun 2015
ISSN: 0854-4948
SUSUNAN REDAKSI
Ketua
: Dr. Ir. Kukuk Yudiono, MS
Sekretaris
: Ir. Anna Catharina Sri Purna S, M.Si
Anggota
: 1. Dra. MAF Suprapti, MM 2. Ir. Lisa Kurniawati, MS 3. Drs. Ratmoko 4. Maria Puri Nurani, SP, M.Si 5. Dewi Ratih, SE., M.SM
Wawasan merupakan jurnal penelitian yang memuat ringkasan laporan penelitian dan hasil pemikiran, yang diterbitakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Karya Malang, terbit dua kali setahun: Juni dan Desember Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Widya Karya Malang Jl.Bondowoso No. 2 Malang 65115 Telp.(0341) 553171
[email protected]
WAWASAN WAHANA WACANA HASIL ANALISIS ISSN: 0854-4948 Volume III No. 1, Juni 2015, hlm 1-56
DAFTAR ISI
ANALISIS KUAT TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RUMPUT PAYUNG CYPERUS ALTERNIFOLIUS) DENGAN MATRIK PVAC (POLYVINYL ACETATE) Benedictus Sonny Yoedono ................................................................................................ 1 PENGARUH SUHU AIR PERENDAMAN DAN LARUTAN PENYEGAR PADA BUNGA MAWAR POTONG Sri Susilowati ..................................................................................................................... 11 PEMERIKSAAN SAKSI SECARA TIDAK URUTDALAM PERKARA PIDANADITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1981TENTANG KITAB UNDANGUNDANG HUKUM ACARA PIDANA Paraou Paskalis Sitanggang ............................................................................................... 23 MORAL VALUES IN “COACH CARTER” FILM SCRIPT RELATED TO CHARACTER BUILDING Andy Endra Krisna ............................................................................................................ 31 PENGARUH POLIVINIL ASETAT SEBAGAI MATRIK BAHAN KOMPOSIT RUMPUT PAYUNG TERHADAP KEKUATAN LENTUR PRODUK BAHAN KOMPOSIT Yessy Liemawati ................................................................................................................ 48 DETERMINASI STRUKTUR MODAL BERDASARKAN PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY DAN TRADE-OFF THEORY DI INDONESIA Dewi Ratih ......................................................................................................................... 58
ANALISIS KUAT TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIFOLIUS) DENGAN MATRIK PVAC (POLYVINYL ACETATE) Benedictus Sonny Yoedono, S.Pd., M.T. Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Karya Malang Alamat korespondensi: Jl. Bondowoso No. 2 Malang Dionisius Vici Wahyu Prakoso (Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Widya Karya Malang) ABSTRAK Perkembangan di dalam dunia konstruksi menuntut inovasi pula di bidang teknologi bahan bangunan. Salah satu tujuan inovasi di bidang teknologi bahan bangunan adalah kemampuan bahan untuk dapat mendukung struktur dalam menahan berbagai gaya yang ditahannya. Selain itu diperlukan inovasi bahan yang memberikan keluwesan dalam proses desain. Properti bahan ini dapat dirancang dengan mudah, sehingga memunculkan banyak kreasi aplikasinya. Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh matriks pada pembuatan bahan komposit dari bahan dasar serat tanaman rumput payung (Cyperus Alterniofolius). Tanaman rumput payung banyak didapati berlimpah ditepi-tepi sungai dan juga pada lahan-lahan basah buatan tempat pengolahan limbah air domestik. Keberhasilan produksi bahan komposit ditentukan oleh pemilihan bahan matriks yang sesuai dengan bahan dasar serat (filler) yang digunakan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik bahan komposit serat rumput payung dengan matrik PVAc (Polyvinyl Acetate) Pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian kuat tarik dan kuat lentur. Berdasarkan hasil pengujian, besar beban tarik (PT maks) sebesar 1600 N dan tegangan tarik maksimum (Tmaks) sebesar 26.7 N/mm2 didapatkan pada komposit dengan komposisi serat 87.5% dan matrik PVAc 12.5%. Sedangkan perpindahan tarik (Tmaks) maksimum sebesat 7.96 mm didapatkan pada komposit dengan komposisi serat 92.5% dan matrik 7.5%. PVAc dapat berinteraksi dengan baik bersama serat rumput payung menjadi bahan komposit. Kontribusi matrik PVAc dengan komposisi terbesar (12.5%) menghasilkan beban tarik maksimum dan tegangan tarik maksimum yang terbesar jika dibandingkan dengan komposisi yang lain. Semakin sedikit komposisi matrik PVAc, membuat hubungan antar serat menjadi kurang baik, sehingga menurunkan daya tahan/ kekuatan tarik komposit. Hal ini dapat dilihat dari nilai beban tarik maksimum yang menurun seiring dengan menurunnya komposisi matrik terhadap serat. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dalam dunia konstruksi menuntut inovasi pula di bidang teknologi bahan bangunan. Salah satu tujuan inovasi di bidang teknologi bahan bangunan adalah kemampuan bahan untuk dapat mendukung struktur dalam menahan berbagai gaya yang ditahannya. Selain itu diperlukan inovasi bahan yang memberikan keluwesan dalam proses desain. Properti bahan ini dapat dirancang dengan mudah, sehingga memunculkan banyak kreasi aplikasinya. Material komposit dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan/kombinasi dua atau lebih bahan yang menghasilkan karakteristik
yang lebih baik jika dibandingkan dengan apabila bahan tersebut digunakan terpisah. Kedua unsur tersebut adalah reinforcement (penguat) dan matrix (binder). Keuntungan utama dari bahan komposit adalah kekuatan dan kekakuannya, digabungkan dengan kepadatan yang rendah, sehingga memungkinkan untuk mengurangi berat produk komposit. (Campbell, 2010). Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar (dominan). Matrik, umumnya lebih ulet tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah. Fungsi matrik dalam bahan komposit adalah: mentransfer tegangan ke serat, membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat, Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 1
melindungi serat, memisahkan serat, melepas ikatan, tetap stabil setelah proses manufaktur, melepas ikatan, tetap stabil setelah proses manufaktur. Penguat komposit pada umumnya mempunyai sifat kurang ulet tetapi lebih kaku serta lebih kuat. Fungsi utama dari penguat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit, sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari penguat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh matrik akan diteruskan kepada penguat, sehingga penguat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu penguat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun komposit (Jones, 1999). Arah orientasi serat panjang dapat berupa satu arah (unidirectional) dan dua arah (bidirectional) atau sering disebut juga penguatan tenun (woven reinforcement ), sedangkan pada serat pendek, arah seratnya dapat secara random atau pada arah tertentu (Lei, Zhang, & Liu, 2012). Serat alami biasanya memiliki pori-pori dipermukaannya. Jumlah pori-pori dan Family : Cyperaceae Genus : Cyperus Species : Alterniofolius
besarnya menentukan kekuatan adhesi antara matriks dan serat. Selain itu pori-pori dalam serat mempengaruhi property mekanik dari serat (Madsen & Lilholt, 2003). Penelitian sebelumnya tentang bahan komposit berpenguat serat yaitu : tentang karakterisasi komposit berpenguat serat bambu dan serat gelas dengan matrik polimer sebagai alternatif bahan baku indutri. Hasilnya adalah material komposit polimer berpenguat serat bambu pada fraksi volume penguat 2.5% dapat digunakan sebagai bahan baku industri (Porwanto, Johar, & Mt, 2011). Tanaman rumput payung merupakan tanaman tropis yang berkembang biak dengan cepat sehingga menghasilkan banyak limbah. Di sisi lain serat batangnya ternyata mempunyai kekuatan mekanik yang baik. Beberapa penelitian menunjukkan pemanfaatan lain dari tanaman ini, yaitu sebagai tanaman pengolah limbah dalam sistem pengolahan air limbah domestik dengan lahan basah (wetland) buatan (Anggraeni, 2011). Klasifikasi rumput payung adalah:
Gambar 1. Tanaman rumput payung (Cyperus Alterniofolius) Polyvinyl acetate (PVAc) merupakan polimer yang memiliki sifat perekat yang sangat kuat, sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan lem. Perekat polyvinyl acetate- dikenal sebagai lem putih yang menjadi salah satu lem perekat perakitan yang penting dalam industri kayu. PVAc memiliki keunggulan antara lain : mudah dalam pengaplikasian, kekuatan kering yang
tinggi, dapat diaplikasikan pada sambungan dengan tekanan clamp yang rendah, serta harganya yang relatif murah. Hal ini menjadikan PVAc hampir menggantikan lem yang lain untuk tujuan yang sama. (Eckelman, n.d.) Penelitian terdahulu tentang pengunaan PVAc sebagai matriks pada bahan komposit telah dilakukan oleh Masturi, Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 2
Mikrajuddin, dan Khairurrijal pada tahun 2010. Dari hasil penelitiannya dapat diambil kesimpulan bahwa sampah dan polimer polyvinyl acetate (PVAc) secara efektif dapat diolah menjadi material komposit yang kuat dan ringan. Penambahan PVAc berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tekan komposit yang dihasilkan. Komposisi terbaik antara PVAc dan sampah yang menghasilkan material komposit dengan kekuatan mekanik yang optimum adalah 2:7, di mana sampel tersebut mempunyai kekuatan tekan (compressive strength) sebesar 45,60 MPa (Masturi, Mikrajuddin, & Khairurrijal, 2010) Kekuatan tarik adalah gaya dalam, sebagai perlawanan dari gaya luar berupa gaya aksial. Gaya aksial adalah beban yang mempunyai arah yang sama dengan sumbu elemen, sehingga mengakibatkan terjadinya tarik dan tekan pada batang. Dengan mengasumsikan bahwa tegangan terbagi rata di seluruh penampang, persamaan umum untuk menentukan tegangan tarik adalah (Gere & Timoshenko, 2002) :
serat rumput payung (cyperus alternifolius) dengan matrik Polyvinyl Acetate (PVAc)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan rumusan permasalahan adalah ingin menganalisis kekuatan tarik bahan komposit serat rumput payung (cyperus alternifolius) dengan matrik Polyvinyl Acetate (PVAc). II. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi Penelitian Pembuatan benda uji dan spesimen dilakukan di Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Widya Karya Malang. Sedangkan pengujian tarik dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang.
P .................................................... (1) A
Dimana : : Tegangan tarik (tensile strength) = N/mm2 P : Beban tarik yang diberikan pada spesimen = N A : Luas penampang awal spesimen = mm2 Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis kuat tarik bahan komposit serat rumput payung (cyperus alternifolius) dengan matrik Polyvinyl Acetate (PVAc). Pengujian terhadap kekuatan tarik adalah salah satu cara untuk mengetahui kekuatan mekanik bahan. Penelitian ini merupakan implementasi dari Road Map Penelitian Fakultas Teknik 2014, yaitu pembuatan dan karakterisasi berbagai matrik dan filler, dengan target riset identifikasi alternatif bahan komposit dan pengujian material. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ingin dibahas adalah : Bagaimana kekuatan tarik bahan komposit
2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Serat rumput payung (Cyperus alternifolius). b. Pembuatan serat dibuat dari batang tanaman rumput payung yang telah dipotong daunnya, kemudian diserut, hingga berukuran 1 – 2 mm. c. Polyvinyl Acetate (PVAc) d. PVAc yang di pasaran dikenal dengan lem kayu putih. e. Pelat besi f. Pelat besi 7 mm untuk membuat cetakan spesimen g. Air mineral h. Air digunakan untuk mengencerkan PVAc 2.3 Alat a. Alat yang digunakan untuk membuat spesimen : 1) Timbangan digital 2) Gelas Ukur 3) Gelas dan sendok pengaduk Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 3
4) 5) 6) 7)
Alat giling Pelat besi tebal 5 mm Besi siku 40x40x4 mm Alat bantu lain yang terdiri : cutter,gunting, kuas, pisau, spidol, dan lain lain 8) Klem kayu b. Alat yang digunakan untuk uji tarik : 1) Universal Testing Machine (UTM) 2) Load Cell 3) Load Meter 4) Linear Variable Displacement Transducer (LVDT) 5) LVDT loader/ Displacement Meter 6) Besi penjepit specimen
2.4 Spesimen Geometri spesimen untuk pengujian kuat tarik mengacu pada standar ASTM D 638. Benda uji memiliki bentuk seperti gambar 2 dengan ketebalan 5 mm
Gambar 2. Gambar rencana benda uji tarik (ASTM D 638 - 02a, 2003) Tabel 1. Keterangan Notasi Benda Uji Dimensi
Panjang
Toleransi
(mm)
(mm)
W
width of narrow section
10
± 0.5
L
length of narrow section
60
± 0.5
20
± 0.5
Wo width of overall Lo
length oh overall
150
no max
G
gauge length
50
± 0.25
D
distance between grip
115
± 0.5
R
radius of fillet
60
±1
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 4
2.5 Jumlah spesimen dan Komposisi Komposit Dalam pembuatan spesimen komposit, komposisi matrik dan serat ditentukan
berdasarkan perbandingan berat dan volume. Komposisi dan jumlah spesimen untuk pengujian dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Komposisi dan Jumlah Spesimen Komposit No. 1.
Komposisi Serat Matrik 97.5 % 2.5 %
Jumlah Spesimen 3 buah
2.
95 %
5%
3 buah
3.
92.5 %
7.5 %
3 buah
4.
90 %
10 %
3 buah
5.
87.5 %
12.5 %
3 buah
Perhitungan komposisi serat dan matrik dilakukan dengan perbandingan berat dengan asumsi : a. Kepadatan tiap lapis adalah sama. b. 1 (satu) lapis serat diasumsikan memiliki ketebalan 0.8 mm
c. Serat yang disusun secara rapat dan padat ditimbang untuk memperoleh berat 100%. d. Spesimen dengan tebal 5 mm dibentuk dari 5 (lima) lapis serat yang telah dicampur dengan matrik dengan komposisi yang telah ditentukan.
Gambar 3. Lapisan serat e. Ukuran spesimen yang terdiri dari 5 (lima) lapis serat tersebut adalah 300 mm x 240 mm x 5 mm 2.6 Pembuatan spesimen Tahap pembuatan spesimen komposit yaitu : a. Batang tanaman rumput payung dipotong daunnya, kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran akibat tanah atau kotoran lain; b. Batang tanaman yang telah dicuci selanjutnya diserut/ dirobek dan dikeringkan; c. Serat disusun dan ditimbang sebagai bahan perbandingan dengan matriks; d. Setelah komposisi diketahui, serat yang telah disusun dicelupkan ke dalam PVAc yang telah dilarutkan di
dalam air, kemudian serat disusun, proses ini diulangi hingga ketebalan yang diinginkan terpenuhi; e. Selanjutnya cetakan dipres, dan ditunggu hingga kering; f. Benda uji yang sudah kering dilepas dari cetakan, kemudian dipotong dan dibentuk sesuai dengan persyaratan ASTM D 638
2.7 Pengujian Tarik Bahan Komposit Pengujian kuat tarik dilakukan untuk menentukan kuat tarik (tensile strength) dan perpanjangan (elongation). Pengujian dilakukan dengan Universal Testing Machine (UTM). Spesimen dan pengujian mengacu pada ASTM D 638. Penambahan beban dibaca dengan memasang load cell yang dihubungkan ke load meter. Besar perpanjangan diperoleh dengan memasang LVDT (Linear Variable Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 5
Displacement Transducer) pada UTM dan dihubungkan dengan LVDT loader. Beban maksimum dibaca pada load meter saat spesimen patah, dan perpanjangan maksimum
dibaca pada LVDT loader saat spesimen mulai patah. Besarnya tegangan tarik dihitung berdasarkan persamaan 1.
Gambar 4. Set up Pengujian Tarik
2.8 Diagram alir penelitian MULAI
PENELITIAN RINTISAN
PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT
PEMBUATAN SPESIMEN/ BENDA UJI PENGUJIAN TARIK
DATA HASIL PENGUJIAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SELESAI Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 6
III. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Penelitian Dari hasil pengujian tarik diperoleh data beban tarik (PT), perpindahan tarik (T), dan tegangan tarik (T) komposit untuk 5 (lima) variasi komposisi serat dan matrik. Pada pelaksanaan pembuatan spesimen dengan komposisi 97.5% serat dan 2.5% matrik PVAc terdapat kesalahan secara teknis. Hal ini mengakibatkan nilai beban tarik maksimum, perpindahan tarik maksimum, dan tegangan tarik maksimumnya berbeda jauh dengan variasi komposisi matrik-serat yang lain (tidak wajar). Berkaitan dengan hal tersebut, data yang akan dianalisis dalam penelitian ini hanya 4 (empat) variasi komposisi serat dan matrik (tidak memasukkan variasi komposisi 97.5% serat dan 2.5% matrik).
3.2 Hubungan Beban dan Perpindahan Dari hasil pengujian tarik, diperoleh nilai rerata beban tarik dan rerata perpindahan tarik yang dapat dilihat pada grafik 1. Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa komposit dengan variasi serat 87.5% memiliki beban tarik tertinggi sebesar 1600 N dengan perpindahan sebesar 5.95 mm. Matrik PVAc diperkirakan mampu mengikat serat dengan baik, selain itu sifat PVAc yang lentur memberikan kontribusi terhadap kemampuan komposit untuk menahan beban tarik. Perpindahan tarik terbesar terdapat pada komposisi serat 92.5% dan matrik 7.5% sebesar 7.96 mm. Komposit dengan komposisi serat 92.5% dan matrik 7.5% lebih daktail jika dibandingkan dengan komposit dengan komposisi serat yang lebih kecil.
Grafik 1. Hubungan Beban Tarik dan Perpindahan Tarik
3.3 Beban, Perpindahan, dan Tegangan Tarik Maksimum Berdasarkan tabel 3, beban tarik maksimum (PTmaks) sebesar 1600 N dan tegangan tarik maksimum ( T maks) sebesar
26.67 N/mm2 mampu ditahan oleh komposit dengan komposisi serat 87.5% dan matrik PVAc 12.5%. Sedangkan perpindahan tarik maksimum (∆T maks) sebesar 7.96 mm mampu ditahan oleh komposit dengan komposisi serat 92.5% dan matrik PVAc 7.5%.
Tabel 3. Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat – Matrik PVAc Variasi Rerata Serat
Matrik
87.5% 90.0% 92.5% 95.0%
12.5% 10.0% 7.5% 5.0%
PT maks (N) 1600.0 1500.0 1433.3 1033.3
∆T maks maks T (mm) (N/mm2) 5.95 26.67 5.71 25.83 7.96 23.75 7.67 14.76 Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 7
Berdasarkan Grafik 2. dapat dilihat bahwa beban maksimum tarik (PTmaks) mencapai titik tertinggi pada komposit dengan variasi serat 87.5% dan matrik PVAc 12.5%
(1600 N), sedangkan pada variasi serat 95% dan matrik PVAc 5% beban maksimum tarik (Pmaks) mencapai titik terendahnya (1033.3 N).
Grafik 2. Hubungan PT maks (N) dan Komposisi Serat (%) Uji Tarik Komposit Serat – Matrik PVAc Berdasarkan Grafik 3 dapat dilihat bahwa perpindahan tarik maksimum (∆T maks) mencapai titik tertinggi pada komposit dengan
komposisi serat 92.5% dan matrik PVAc 7.5% (7.96 mm), sedangkan titik terendah pada komposisi serat 90% dan matrik PVAc 10% (5.71 mm)
Grafik 3. Hubungan T maks (mm) dan Komposisi Serat (%) Uji Tarik Komposit Serat – Matrik PVAc
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 8
Berdasarkan Grafik 4 dapat dilihat bahwa tegangan tarik maksimum (T maks) mencapai titik tertinggi pada komposit dengan komposisi serat 87.5% dan matrik PVAc 12.5% (26.67 N/mm2), sedangkan titik terendah pada komposisi serat 95% dan matrik
PVAc 5% (14.76 N/mm2). Nilai tegangan tarik berbanding lurus dengan beban yang mampu ditahan, sehingga tegangan tarik yang terjadi terdapat pada komposit dengan beban tarik tertinggi pula
Grafik 4. Hubungan T maks (N/mm2) dan Komposisi Serat (%) Uji Tarik Komposit Serat – Matrik PVAc
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian terhadap kekuatan tarik bahan komposit, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Besar beban tarik (PT maks) sebesar 1600 N dan tegangan tarik maksimum (Tmaks) sebesar 26.7 N/mm2 didapatkan pada komposit dengan komposisi serat 87.5% dan matrik PVAc 12.5%. Sedangkan perpindahan tarik (Tmaks) maksimum sebesat 7.96 mm didapatkan pada komposit dengan komposisi serat 92.5% dan matrik 7.5%. b. PVAc dapat berinteraksi dengan baik bersama serat rumput payung menjadi bahan komposit. Kontribusi matrik PVAc dengan komposisi terbesar (12.5%) menghasilkan beban tarik maksimum dan tegangan tarik maksimum yang terbesar jika dibandingkan dengan komposisi yang lain. Semakin sedikit komposisi matrik PVAc, membuat hubungan antar serat menjadi kurang baik, sehingga menurunkan daya tahan/ kekuatan tarik komposit. Hal ini dapat dilihat dari nilai beban tarik maksimum yang menurun
seiring dengan menurunnya komposisi matrik terhadap serat. 4.2 Saran Saran untuk penelitian lanjutan a. Ketelitian dalam menentukan dan mencampur komposisi serat dan matrik sangat diperlukan b. Dibutuhkan penelitian lanjutan terkait: variasi arah serat, alat pengepres, sambungan dan modul komposit DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, D. (2011). Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Lahan Basah Buatan Menggunakan Rumput Payung (cyperus alternifolius). Universitas Pembangunan Nasional “Veteran.” ASTM D 638 - 02a. (2003). Standard Test Method for Tensile Properties of Plastics (Vol. 08, pp. 46–58). 100 Barr Harbor Drive, PO BOX C700, West Conshohocken, PA 194282959, United States: ASTM International. Campbell, F. C. (2010). Introduction to Composite Materials (pp. 1–30). Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 9
Eckelman, C. (n.d.). Brief Survey of Wood Adhesives (FNR Report 154). Forestry and Natural Resources (pp. 1–10). West Lafayatte, IN: Purdue University Cooperative Extension Service. Gere, J., & Timoshenko, S. (2002). Mekanika Bahan Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Jones, R. M. (1999). Mechanics of Composite Materials Second Edition. Philadephia: Scripta Book Company. Lei, H. F., Zhang, Z. Q., & Liu, B. (2012). Effect Of Fiber Arrangement On Mechanical Properties Of Short Fiber Reinforced Composites. Composites Science and Technology, 72(4), 506– 514. doi:10.1016/j.compscitech.2011.12.0 11
Madsen, B., & Lilholt, H. (2003). Physical And Mechanical Properties Of Unidirectional Plant Fibre Composites—An Evaluation Of The Influence Of Porosity. Composites Science and Technology, 63(9), 1265–1272. doi:10.1016/S02663538(03)00097-6 Masturi, Mikrajuddin, & Khairurrijal. (2010). Efektivitas Polyvinyl Acetate ( PVAc ) Sebagai Matriks Pada Komposit Sampah. Berkala Fisika, 13(2), 61– 66. Porwanto, D. A., Johar, L., & Mt, M. S. T. (2011). Karakterisasi Komposit Berpenguat Serat Bambu Dan Serat Gelas Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 10
PENGARUH SUHU AIR PERENDAMAN DAN LARUTAN PENYEGAR PADA BUNGA MAWAR POTONG Sri Susilowati 1), Handini 2) 1) 2)
Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, email:
[email protected] Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, email:
[email protected] ABSTRACT Cut flowers, need water and nutrients to maintain freshness. Roses are known for
beauty , elegance , and fragrance . The aim of research to determine the temperature of the soaking water and giving a solution of cut roses fresheners in order to improve the quality of freshness and extending shelf flowers. The research material Pergiwa flower varieties ( dark red ) from the village of Sidomulyo District of Batu , Batu . Research using factorial randomized block design with three replications . Treatment of two factors ; first soaking water temperature consists of three levels; 30oC ± 2oC , 40° C ± 2° C and 50°C ± 2°C , and the concentration of citric acid is comprised of three levels ; 100, 200, 300 ppm . Observations are changes in weight and organoleptic test florescence, texture, and overall visual quality. The variables that influenced significantly tested F, followed by LSD test α = 5 %. Response drop weight rose stems show water soaking treatment temperature and citric acid showed real interaction . Weight reduction rose stems observations indicate sixth day immersion in water temperature 30oC and 100 ppm citric acid, 11.99 % weight reduction and soaking water temperature of 40°C and 200 ppm citric acid weight loss of 3.83% . Organoleptic test scores florescence observations sixth day of 1.43 to 3.14 means very blooming flowers to bloom once . Flower texture scores of 1.29 to 3.29 means very wilted flowers until slightly wilted . The visual quality of the highest overall score of 3.0 with the treatment temperature of 40oC soaking water and citric acid to 200 ppm . Lowest score of 1.57 treatments soaking water temperature 50°C and 300 ppm citric acid . The conclusion was that the temperature of the soaking water and citric acid showed real interaction on weight reduction ( % ) stem roses . Soaking water temperature 40 ° C and 200 ppm citric acid is a good treatment for immersion rose cut flowers . Organoleptic until the sixth day observation scores florescence 3.14 ( blooms ) , texture 3.29 ( slightly wilted , limited market ) and the overall visual quality of 3 ( can be marketed limited ) . Keywords: cut roses; Solution fresheners; Soaking temperature ; power display
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 11
I PENDAHULUAN Bunga potong, seperti halnya
potong lainnya.Permintaan mawar potong
bagian
tanaman
memerlukan
hidup
lainnya,
meningkat sekitar 25-40% pada waktu-
dan
nutrisi
waktu tertentu, misalnya Valentine,Pesta
air
untukmempertahankankesegarannya.Setela
Pernikahan,
h bunga dipotong dari induk tanaman akan
Upacara Keagamaan, Hari Raya Lebaran,
terhenti proses alamiah berupa kiriman air
Natal dan Tahun Baru.
dan zat makanan dari akar, dan untuk kelangsungan
hidupnya
cadangan
dan
air
mengandalkan
nutrisi
Tempat penjualan bunga potong merupakan kota-kota besar dan letaknya
ada.
cukup jauh, maka untuk mencapainya
Penurunan kualitas bunga potongterjadi
membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal
apabila organ tanaman yang komplek
ini akanmenyebabkan menurunnya mutu
seperti batang, daun, atau bagian bunga
dan masa kesegaran bunga setelah sampai
mengalami
kerusakan
yang
Hari-Hari Besar Nasional,
yang
dapat
ke tangan konsumen. Salah satu cara yang
penolakan
di
dapat dilakukan dengan merendam bunga
pasar.Penurunan kualitas ditandai dengan
dan memberikan larutan penyegar pada
layu atau gugurnya daun dan/atau kelopak,
bunga potong. Dengan cara ini diharapkan
menguningnya daun, dan geotropik atau
agar konsumen seperti Florist, pedagang
phototropikmelengkung pada batang.
bunga yang letaknya jauh dari sentra
mengakibatkan
Bunga Mawar (Rosa, sp) dikenal luas
masyarakat
karena
keindahan,
keanggunan, dan keharumannya.
Pusat
produksi
bunga
potong
masih
dapat
memperoleh bunga potong yang segar dan mempunyai daya pajang yang lama.
Statistik (2014) melaporkan produksi bunga
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mawar potong Indonesia pada tahun 2011
menentukan suhu air perendaman dan
mencapai 74.319.773 tangkai
dan pada
pemberian larutan penyegar pada bunga
tahun 2013 meningkat menjadi 151.947.873
mawar potong sehingga dapat meningkatan
tangkai. Sebagai bunga potong, permintaan
mutu kesegaran dan memperpanjang daya
bunga
pajang bunga atau masa pasar secara
mawar
di
kota-kota
besar
di
Indonesia cukup tinggi, bahkan lebih tinggi
maksimal
bila dibandingkan dengan jenis bunga
II METODE PENELITIAN
Bunga
potong
yang
digunakan
dengan tingkat kemekaran yang seragam,
sebagai bahan penelitian yaitu varietas
yaitu 1-2 petal luar telah membuka. Bunga
Pergiwa yang memiliki warna bunga merah
hasil panen diseleksi yang segar, sehat, dan
tua, diperoleh dari pertanaman mawar di
bebas dari kerusakan mekanik/fisik maupun
Desa Sidomulyo Kecamatan Batu, Kota
yang berbentuk abnormal dan seragam
Batu, Provinsi Jawa Timur.Bunga dipanen Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 12
dengan panjang tangkai berkisar antara 40-
50
cm
diukur
ujung
Bb – Ba
tangkai ke pucuk bunga. Penelitian
dari
dilakukan
di
PB (%) = ——————— x 100%
Laboratorium Fakultas Pertanian Unika
Ba
Widya Karya dari bulan Nopember 2014 sampai dengan Juni 2015.Setelah disortir,
Keterangan:
bunga dibiarkan selama 24 jam.Sebelum
PB = Perubahan Bobot (%)
direndam
Ba = Bobot sebelum perendaman
bunga
ditimbang
terlebih
dahulu.Bunga direndam dalam suhu air
Bb = Bobot setelah perendaman
perendaman yaitu (1) suhu 30oC±2oC; (2)
Pengamatan secara organoleptik
suhu 40oC±2oC dan (3) suhu 50oC ±2oC
dilakukan 15 panelis terhadap bunga selama
selama 12 jam.Sesudah direndam pada suhu
pemajangan
perendaman tersebut di atas, ujung tangkai
berpendingin.Panelis adalah panelis terlatih
bunga direndam dalam larutan asam sitrat
dimana
yang terdiri atas tiga taraf yaitu 100, 200,
penjelasan dan pelatihan untuk menentukan
300 ppm dimana setiap kaleng diisi 10
kerusakan-kerusakan yang terjadi pada
tangkai
produk bunga yang diteliti dan perbedaan-
bunga
dan
larutan
penyegar
sebanyak 250 ml lalu disimpan pada suhu ruang (23-25 C) kemudian diamati setiap Peubah
yang
diamati
adalah
mereka
dalam
ruang
sebelumnya
diberi
perbedaan mutu yang terjadi.
o
hari.
di
Penelitian
ini
menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola
perubahan bobot dan pengamatan secara
faktorial
organoleptik kemekaran bunga, tekstur, dan
Perlakuan terdiri atas dua faktor; faktor
mutu visual secara keseluruhan.
pertama
Perubahan
yaitu
tiga
kali
perlakuan
ulangan.
suhu
air
dihitung
perendaman yang terdiri atas tiga taraf yaitu
berdasarkan berat awal produk setelah
30oC±2oC, 40oC±2oC dan 50oC ±2oC, dan
mengalami penyimpanan yaitu saat produk
faktor kedua yaitu konsentrasi asam sitrat
menunjukkan
pertama
yang terdiri atas tiga taraf yaitu 100, 200,
sebelum perendaman dan dibandingkan
300 ppm. Peubah yang dipengaruhi secara
dengan produk yang telah mengalami
nyata oleh perlakuan yang diuji uji F,
perendaman. Diasumsikan bahwa setelah
dianalisis lebih lanjut dengan Uji BNT
mengalami
pada taraf 5%.
gejala
bobot
dengan
pelayuan
perendaman
berat
produk
mengalami peningkatan dengan demikian perhitungan
peningkatan
bobot
adalah
sebagai berikut:
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 13
III HASIL PENELITIAN 1. Perubahan Bobot (%)
dengan
Respon persentase penurunan bobot tangkai
bunga
mawar
setelah
perlakuan
suhu
air
perendaman 30oC dan asam sitrat 100 ppm dan penurunan bobot terendah
dibiarkan selama 24 jam dan direndam
1,49 %
dalam larutan penyegar menunjukkan
perendaman 40oC dan asam sitrat 200
bahwa pada pengamatan hari ke
2
ppm (Gambar 2)dan pengamatan hari
penurunan bobot tertinggi 2,80 %
ke 6 penurunan bobot tertinggi 5,09
dengan
%
perlakuan
suhu
air
dengan perlakuan suhu air
dengan
perlakuan
suhu
air
perendaman 30oC dan asam sitrat 100
perendaman 30oC dan asam sitrat 300
ppm dan penurunan bobot terendah
ppm dan penurunan bobot terendah
0,85 %
1,49 %
dengan perlakuan suhu air
dengan perlakuan suhu air
perendaman 40oC dan asam sitrat 200
perendaman 40oC dan asam sitrat 200
ppm (Gambar 1). Pengamatan hari ke
ppm(Gambar 3).
4 penurunan bobot tertinggi 4,80 %
Gambar 1.Perubahan Bobot (%) bunga potong setelah direndam 2hari padaberbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 14
Gambar 2.Perubahan Bobot (%) bunga potong setelah direndam 4hari pada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Gambar 3.Perubahan Bobot (%) bunga potong setelah direndam 6hari pada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat. 2. Uji organoleptik a. Kemekaran bunga
(Gambar 5) semua perlakuan skore
Berdasarkan pengamatan pada hari
kemekaran bunga berkisar 2,86 sampai
kedua (Gambar 4) semua perlakuan
4 yang artinya bunga agak mekar
skore kemekaran bunga berkisar 4,29
sampai mekar (petal bagian dalam
sampai 4,59 yang artinya bunga agak
merenggang, ornamen bunga yaitu
mekar (Petal luar membuka 3 – 4
putik dan benang sari belum tampak).
helai).
Sedangkan pengamatan hari keenam
Pengamatan
hari
keempat
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 15
(Gambar 6)semua perlakuan skore
sekali (ornamen bunga mulai tampak
kemekaran bunga berkisar 1,43 sampai
terlihat seluruhnya) sampai mekar.
3,14 yang artinya bunga sangat mekar
Gambar 4.Skore kemekaran bunga potong setelah direndam 2haripada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Gambar 5.Skore kemekaran bunga potong setelah direndam 4haripada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 16
Gambar 6.Skore kemekaran bunga potong setelah direndam 6haripada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
b.
Tekstur Berdasarkan hari
kedua
pengamatan
(Gambar
7)
pada
(dipasarkan terbatas) sampai tegar dan
semua
agak segar. Sedangkan pengamatan
perlakuan skore tekstur bunga berkisar
hari
4,43 sampai 4,57 yang artinya bunga
perlakuan
tegar dan segar sampai tegar dan agak
berkisar 1,29 sampai 3,29
segar.
artinya bunga sangat layu dan tidak
Pengamatan
hari
keempat
keenam
(Gambar
skore
9)
tekstur
(Gambar 8) semua perlakuan skore
bisa
digunakansampai
tekstur bunga berkisar 2,71 sampai
(dipasarkan terbatas).
agak
semua bunga yang
layu
4,29 yang artinya bunga agak layu
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 17
Gambar 7.Skore tekstur bunga potong setelah direndam 2haripada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Gambar 8.Skore tekstur bunga potong setelah direndam 4haripada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 18
Gambar 9.Skore tekstur bunga potong setelah direndam 6haripada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat. c. Kualitas Visual Secara Keseluruhan Berdasarkan hasil pengamatan kualitas visual
secara
keseluruhan
hari
kedua
tinggi dengan skore 3,0 (bisa dipasarkan terbatas)
dengan perlakuan suhu air
(Gambar 10) dan hari keempat (Gambar 11)
perendaman 40oC dan asam sitrat 200 ppm.
bunga masih dapat dipasarkan. Sedangkan
Skore terendah 1,57 (tidak bisa dipasarkan)
pada hari keenam (Gambar 12) kualitas
dengan perlakuan suhu air perendaman
visual secara keseluruhan yang paling
50oC dan asam sitrat 300 ppm .
Gambar 10.Skore mutu visual secara keseluruhan bunga potong setelah direndam 2hari pada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 19
Gambar 11.Skore mutu visual secara keseluruhan bunga potong setelah direndam 4hari pada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat.
Gambar 12.Skore mutu visual secara keseluruhan bunga potong setelah direndam 4hari pada berbagai suhu perendaman dan konsentrasi asam sitrat. IV PEMBAHASAN Perlakuan suhu air perendaman dan
penurunan bobot 11,99%
asam sitrat (ppm) menunjukkan interaksi
suhu air perendaman 40oC dan asam sitrat
yang nyata pada penurunan bobot (%)
200 ppm penurunan bobot 3,83 %. Hal ini
tangkai bunga mawar. Penurunan bobot (%)
disebabkan karena suhu air perendaman
tangkai
30oC
bunga
mawar
sampai
pada
terjadi
proses
dan perlakuan
rehidrasi
yaitu
pengamatan hari keenam menunjukkan
menyegarkan kembali bunga yang telah
bahwa
air
layu, untuk menghilangkan gelembung
perendaman 30 C dan asam sitrat 100 ppm
udara dalam tangkai bunga agar bunga
dengan o
perlakuan
suhu
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 20
tidak cepat layu. Secara umum suhu 45 oC
penyerapan larutan menyebabkan menjadi
adalah suhu maksimum kritis bagi produk
cepat layu, karena kekurangan air.Gambar 4
hortikultura
menunjukkan skor kemekaran
tersebut
karena
produk
mulai sangat
pada
suhu
mengalami
potong
bunga
setelah direndam pada berbagai
kemunduran dimana laju respirasi turun
suhu perendaman dan konsentrasi asam
drastis
dan
pelayuan
cenderung
dan
menuju
pada
sitrat.Hal ini menunjukkan bahwa sampai
bila
suhu
hari keenam bunga yang masih layak untuk
kematian
ditingkatkan.
dipasarkan adalah bunga yang diperlakukan
Tingkat keasaman yang tinggi (pH 34,5)
dapat
meningkatkan
penyerapan
perlakuan suhu air perendaman 40 oC dan asam sitrat 200 ppm.
larutan oleh bunga potong. Untuk bunga mawar
Idole,
pulsing
menggunakan
Tekstur bunga potong dapat diamati berdasarkan
pada
ketegaran
dan
komposisi sukrosa 5 g, ditambah perak
kesegarannya.Gambar 7 menunjukkan skor
nitrat 20 ppm, dan asam sitrat 320 ppm,
tekstur
dilarutkan menjadi 1liter dengan air suling,
pada
dengan lama perlakuan 12 jam.(Amiarsi
konsentrasi
dan Tejasarwana, 2011). Pemberian asam
menunjukkan bahwa sampai hari keenam
sitrat
larutan
bunga yang masih layak untuk dipasarkan
perendaman dan dengan kondisi pH rendah
terbatas adalah bunga yang diperlakukan
akan
perlakuan suhu air perendaman 40 oC dan
akan
menurunkan
menghambat
pH
kelayuan
bunga.
Pemberian asam sitrat 200 ppm akan mempertahankan kesegaran bunga mawar. Kemekaran bunga dapat dijadikan
bunga potong berbagai
suhu
asam
setelah direndam perendaman sitrat.
Hal
dan ini
asam sitrat 200 ppm. Perlakuan suhu air perendaman dan asam sitrat ( ppm)
memberikan
indikator bahwa jaringan tanaman masih
kualitas visual secara keseluruhan. Suhu air
melakukan
dan
perendaman 40oC dan asam sitrat 200 ppm
aktivitas itu berangsung-angsur menurun
kualitas visual secara keseluruhan bunga
akibat terbatasnya suplai air dan cadangan
potong dapat dipasarkan sampai hari ke
makanan
enam karena memberikan perbaikan mutu
aktivitas
metabolisme,
dalam
tanaman.Pernyataan
ini
jaringan didukung
oleh
Durkin (1979 dalam Suciati, 2002) yang menyatakan
bahwa
visual keseluruhan terbaik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.
terhambatnya V KESIMPULAN interaksi yang nyata pada penurunan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah maka dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Perlakuan suhu air perendaman dan asam
sitrat
(ppm)
bobot (%) tangkai bunga mawar. 2. Suhu air perendaman 40oC dan asam sitrat 200 ppm merupakan perlakuan
menunjukkan Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 21
yang baik untuk perendaman bunga 3. menunjukkan
bahwa
sampai
pada
pengamatan hari keenam skore kemekaran bunga 3,14 (mekar), tekstur 3,29 ( agak layu, dipasarkan terbatas) dan mutu visual secara keseluruhan 3 (bisa dipasarkan terbatas).
SARAN Untuk bunga
potong
memperpanjang mawar
dapat
kesegaran dilakukan
penelitian lanjutan dengan penambahan bahan anti oksidan agar respirasi dapat diperlambat.
DAFTAR PUSTAKA Amiarsi, D dan R. Tejasarwana. 2011. Pengawet untuk Menjaga Kualitas Bunga Potong Mawar Selama Penyimpanan. J. Hort. Vol. 21 No. (3):274-279 Amiarsi, D dan Sunarmani.2011. Penggunaan Larutan Perendam Pulsing Untuk Mempertahankan Kesegaran Bunga Sedap Malam Dalam Suhu Ruang.Prosiding Seminar Nasional Florikultura. Balithi (Balai Penelitian). Hal. 189-198 Amiarsi, D dan Yulianingsih. 2012. Pengaruh Pengemasan dan Penyimpanan terhadap Masa Kesegaran Bunga Mawar Potong.J. Hort. Vol.22 no. (1):94-101 Anonymous. 2003. Pergiwo dan Pergiwati, Dua Varietas Unggul Bunga Mawar Potong. Vol. 25 No. 2 Anonymous.2007. Menjaga Bunga Potong agar Tetap Segar.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 29, No. 6
potong
mawar.
Uji
organoleptik
Biro Pusat Statistik .2014. Spesifikasi Syarat Mutu BungaMawar Potong Cantwell, M. & A. Thangaiah. 2001. Delays to Cool Affect Visual Quality, Firmness and Gloss Of Bell Peppers and Eggplants. Perishables Handling Quarterly, August 2001, Issue No. 107. I Made Supartha Utama, Komang Ayu Nocianitri, dan Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja. 2007. Pengaruh Suhu Air dan Lama Waktu Perendaman Beberapa Jenis Sayuran Daun pada Proses Crisping. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali – Indonesia.AGRITROP, 26 (3) : 117 – 123 Lois Berg Stack, 2007. From Field to Vase: Postharvest Care of Fresh Cut Flowers.Ornamental Horticulture, University of Maine. Canada Sabari S.D.,Yulianingsih, Bulan Trisna dan Sunarmani. 1997. Komposisi Perendam untuk Menjaga Bunga Mawar Potong dalam Vas. J.Hort. 7(3):818-828 Sabzi A., Hadavi E., Hekmati J.2012. Effect of Different Levels of Malic Acid and Salicylic Acid in Preservative Solution on The Quality and Vase Life Of Cut Rose Flowers Cultivars (Utopia).Int. J. of AgriScience Vol. 2(5): 403-407 Suciati, N. 2002.Penggunaan Berbagai Jenis Larutan Perendam untuk mempertahankan Kesegaran Bunga Potong Sedap Malam (Polianthes tuberose L.).Skripsi. Program Studi Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. 63 hal
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 22
PEMERIKSAAN SAKSI SECARA TIDAK URUT DALAM PERKARA PIDANA DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1981 TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Paraou Paskalis Sitanggang; Hermanto ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kenyataan dalam praktek peradilan di Pengadilan Negeri Malang, dimana dalam dalam satu perkara No 53/Pid.B/2013/ PN.Mlg. Dalam perkara tersebut pemeriksaan saksi-saksi dipersidangan dilakukan secara tidak urut, artinya saksi pelopar yang seharusnya dipanggil dan diperiksa sebagai saksi terlebih dahulu, tetapi justru sebaliknya, saksi pelopor dihadirkan dan didengar keterangannya justru diakhir setelah semua saksi-saksi lain diperiksa. Dalam konteks KUHAP saksi pelapor seharusnya diperiksa terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan Pasal 160 ayat (1) huruf a Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) juga menyebutkan bahwa “Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum”. Hakim dalam melakukan pemeriksaan dalam perkara tersebut berpendapat bahwa sidang harus dilakukan sesegara mungkin sesuai azas peradilan “sederhana, cepat dan biaya ringan”, dan juga harus memperhatikan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor: Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1998 tentang Penyelesaian Perkara. Saksi pelapor yang sudah dipanggil berkali-kali dan yang bersangkutan tidak hadir, maka sidang harus tetap dilanjutkan. Jika tidak demikian, maka sidang akan berlarut-larut, yang tentunya akan bertentangan dengan azas tersebut Dalam KUHAP dan juga Surat Edaran Mahkamah Agung tersebut. Peneliti berpendapat bahwa seharusnya hakim dalam memeriksa perkara selain memperhatikan azas peradilan dan Surat Edaran Mahkamah sebagaimana disebutkan diatas, harus mengutamakan tujuan hakiki dari hukum yaitu keadilan. Jadi seharusnya tidak hanya mengejar soal kepastian hukum. Kata Kunci : Pemeriksaan saksi-saksi secara tidak urut; kepastian hukum; keadilan 1. Pendahuluan Dalam setiap perkara, terlebihlebih perkara pidana, kebenaran yang dicari adalah kebenaran materiil. Oleh sebab itu saksi memegang peranan penting disamping alat bukti lain. Pada umunya tidak ada perkara pidana yang luput dari pembuktian berupa keterangan saski. Keterangan saksi adalah alat bukti yang pertama disebut dalam pasal 184 KUHAP. Untuk itulah maka dalam sistem hukum kita mengenal adanya hukum acara pidana yang bertujuan untuk mencari kebenaran materi. Proses penyelesaian suatu perkara pidana berdasarkan KUHAP dibagi ke dalam 4 (empat) tahap yaitu: 1 1. Penyelidikan 1
Romli Atmasasmita (B), Bunga Rampai Hukum Acara Pidana, Cet.-1, (Bandung: Binacipta,1983), hal. 1723.
2. Penangkapan 3. Penahanan 4. Pemeriksaan di muka sidang pengadilan. Dalam pemeriksan saksi, saksi akan dipanggil masuk kedalam ruang sidang satu persatu. Pemanggilan satu persatu ini dimaksudkan agar keaksisan. Hal ini menjadi sangat esensial untuk dikaji karena pemeriksaan saksi satu per satu menjadi salah satu syarat sahnya keterangan saksi sebagai alat bukti. Pemeriksaan saksi satu per satu merupakan prinsip, yang tergolong sebagai syarat formil sahnya keterangan saksi tersebut sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu alat bukti dalam pembuktian. Pasal 160 ayat (1) huruf a Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) juga menyebutkan bahwa “Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 23
mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum”. Saksi tidak dibolehkan saling mendengarkan keterangan. Hal ini untuk menghindari saksi saling memengaruhi sehingga tidak memberikan keterangan yang seharusnya, sebagaimana yang mereka dengar sendiri, mereka lihat sendiri, atau mereka alami sendiri. Dalam praktek peradilan, pemeriksaan saksi-saksi seringkali dilakukan secara tidak berurutan, artinya yang diperiksa terlebih dahulu bukan saksi pelapor atau korban sebagaimana diamanatkan oleh KUHAP. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana seharusnya pemeriksaan saksi sebagaimana diatur dalam KUHAP, apakah boleh dilakukan secara tidak berurutan, ataukah harus secara berurutan. 1.1. Rumusan Masalah : a. Bagimana prosedur pemeriksaan saksi-saksi menurut KUHAP, dan bagaimana pula dalam prakteknya ? b. Bagaimana pandangan dan pertimbangan hakim terhadap pemeriksaan yang dilakukan secara tidak urut? 1.2. a.
b.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan saksi-saksi yang sesuai dengan ketentuan KUHAP, dan bagimana dalam praktek peradilan. Untuk mengetahui pandangan dan pertimbangan hakim dalam hal pemeriksaan saksi yang dilakukan secara tidak urut.
1.3. Manfaat Penelitian. Manfaat secara teoritis : Bermanfaat untuk menambah khasanah perbendaharaan ilmu hukum khususnya dalam lingkup peradilan yang terkait dengan pemeriksaan saksisaksi. Manfaat Praktis : Hakim dalam pemeriksaan saksi-saksi supaya berpedoman pada pemeriksaan yang sesuai dengan KUHAP.
1.4. Manfaat dari penelitian : a. Manfaat Praktis. o Bagi penulis Manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa seluruh tahapan penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh dapat memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik mengenai penerapan pasal 160 ayat 1 huruf b yang berbunyi “Yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi” o Bagi Lembaga Peradilan khususnya para hakim : Penulis berharap manfaat hasil penelitian dapat diterima sebagai kontribusi pemikiran dalam hal betapa penting pemeriksaan saksisaksi dimulai dari saksi korban/pelapor dalam rangka mewujudkan azas legalitas dan rasa keadilan. b. Manfaat Teoritis o Manfaat Teoritis Bagi Ilmu Pengetahuan Hukum Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia hukum khususnya dunia peradilan di Indoensia. o Manfaat Akademis. Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan Ilmu Hukum, dan berguna juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian pemeriksaan saksi-saksi dalam perkara peradilan pidana. 2. Metode Penelitian 2.1. Jenis Penelitian. Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian hukum empiris-normatif, yakni penelitian yang mengkaji peraturan perundang-undangan dalam suatu tata Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 24
hukum yang koheren. 2 Dalam hal ini hukum sebagai norma positif yang berlaku pada suatu waktu tertentu dan diterbitkan sebagai produk suatu kekuasaan politik tertentu yang memiliki legitimasi. Namun tidak dapat dilepaskan dengan kondisi empiris timbulnya sengketa pekerja perempuan dan pekerja anak dan penanganannya sampai sekarang. 2.2. Pendekatan Penelitian Pendekatan hukum yang akan diterapkan dalam rangka menjawab permasalahan dan tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), yaitu penelitian dengan analisis pendekatan menekankan pada aspek-aspek yuridis hukum acara pidana pada ketentuan yang mengatur tentang pemeriksaan saksi di dalam persidangan 2.3. Sumber Bahan hukum Bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.3. Bahan hukum primer yaitu : Peraturan perundang-undangan antara lain UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan bahan hukum sekunder yaitu : Perkara di peradilan di Pengadilan Negeri Malang, No 53/Pid.B/2013/ PN.Mlg , buku-buku, hasil penelitian para ahli maupun jurnal. Dan bahan hukum tersier berupa website atau bahan dari internet .4 Untuk mendukung pembahasan juga dilakukan wawancara, responden dan narasumber hakim maupun pengacara/advocat. 2.4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum Pengumpulan terhadap bahan-bahan hukum melalui library research sebagai bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier dikumpulkan dengan cara 2
Soetandyo Wignyosoebroto. Sebuah Pengantar Ke Arah Perbincangan Tentang Pembinaan Penelitian Hukum Dalam PJP II. (Jakarta : BPHN Departemen Kehakiman, 1995), hlm. 5 3 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada akhir Abad Ke-20. (Bandung, Alumni, 1994), h. 131-141. 4 Soerjono Soekanto.
membaca, mengklasifikasi dan mencatat bahan-bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier, serta bahan-bahan melalui teknologi informasi (internet, CD-Rom), sesuai dengan permasalahan yang dibuat, dan didukung dengan bahan hukum penunjang. 2.5. Metode Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum Setelah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, serta bahan hukum penunjang, selanjutnya diolah dan dianalisis secara kualitatif kemudian dituangkan dalam bentuk deskriptif,5 artinya dipaparkan dalam bentuk uraian dengan penalaran deduktif- induktif untuk menghasilkan proposisi atau konsep sebagai jawaban dari permasalahan atau hasil /berupa temuan penelitian 3. Hasil Penelitian 3.1. Pemeriksaan Saksi-Saksi Menurut KUHAP KUHAP memerintahkan pemeriksaan saksi-saksi satu persatu dan harus dilakukan secara urut. Pasal 160 ayat 1 huruf b yang berbunyi “Yang pertamatama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi” Hal ini menjadi sangat esensial untuk dikaji karena pemeriksaan saksi satu per satu menjadi salah satu syarat sahnya keterangan saksi sebagai alat bukti. Pemeriksaan saksi satu per satu merupakan prinsip, yang tergolong sebagai syarat formil sahnya keterangan saksi tersebut sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu alat bukti dalam pembuktian. Dalam perkara perdata maupun pidana saksi harus diperiksa satu per satu. Dasar hukum pemeriksaan saksi tersebut telah tertuang dalam Pasal 144 ayat (1) HIR menyatakan bahwa “Saksi-saksi yang datang pada hari yang ditentukan itu dipanggil dalam ruang sidang seorang demi seorang”. Selanjutnya dalam R.Bg. disebutkan secara limitatif bahwa “ Saksi-
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 25
saksi yang telah menghadap, dipanggil satu per satu untuk masuk ke ruangan sidang”. Pasal 160 ayat (1) huruf a Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) juga menyebutkan bahwa “Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum”. Saksi-saksi yang akan diambil keterangannya dipanggil satu per satu (seorang demi seorang) untuk masuk ke ruang sidang. Saksi tidak dibolehkan saling mendengarkan keterangan. Hal ini untuk menghindari saksi saling memengaruhi sehingga tidak memberikan keterangan yang seharusnya, sebagaimana yang mereka dengar sendiri, mereka lihat sendiri, atau mereka alami sendiri. Apabila diperlukan, hakim dapat menyuruh ke luar dari ruang sidang saksi yang telah diperiksa. Hal ini dilakukan apabila terdapat kemungkinan saksi yang akan diperiksa selanjutnya menjadi tidak bebas, merasa canggung, atau merasa takut dalam memberikan keterangannya apabila didengar oleh saksi lainnya.Kebebasan saksi dalam memberikan keterangan menjadi prinsip dasar diaturnya pemeriksaan saksi harus satu per satu. 3.2. Pemeriksaan Saksi-Saksi Dalam Praktek Peradilan Dalam praktek persidangan di Pengadilan Negeri, pemeriksaan saksisaksi adanya kalanya tidak mengikuti seperti yang diamanatkan oleh KUHAP. Dalam sidang perkara pidana kasus penggelapan dan penipuan No 53/Pid.B/2013/ PN.Mlg di Pengadilan Negeri Malang, majelis hakim mengambil inisiatif melanjutkan jalannya sidang pada tahap pemeriksaan saksi secara tidak urut dan tidak dimulai dari saksi korban (pelapor). Inisiatif yang diambil oleh majelis hakim tersebut dikarenakan jaksa tidak mampu menghadirkan saksi pelapor pada awal persidangan. Proses sidang semacam ini tentu saja tidak sesuai dengan ketentuan KUHAP khususnya pasal 160
ayat 1 huruf b yang berbunyi “Yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi” 4. Pembahasan Hakim yang menyidangkan perkara dengan tidak diawali dari kesaksian pelapor dan mengesampingkan keberatan terdakwa secara hukum telah melakukan kekeliruan. Asas legalitas diadakan bukan karena tanpa alasan tertentu. Asas legalitas diadakan bertujuan untuk adanya kepastian hukum, menciptakan keadilan dan kejujuran bagi terdakwa serta mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Namun, kadang apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan sebagai pedoman yang semestinya, diterapkan secara berbeda. Salah satunya terkait dengan pemeriksaan saksi secara bersamaan atau sekaligus dalam proses persidangan, baik dalam pemeriksaan perkara pidana, maupun perdata. Seperti halnya alat bukti pada umumnya, alat bukti keterangan saksi pun mempunyai syarat formil dan materiil. Antara kedua syarat itu bersifat kumulatif, bukan alternatif. Oleh karena itu, apabila salah satu syarat mengandung cacat, mengakibatkan alat bukti itu tidak sah sebagai alat bukti saksi. Sekiranya syarat formil terpenuhi menurut hukum, tetapi salah satu syarat materiil tidak lengkap, tetap mengakibatkan saksi yang diajukan tisak sah sebagai alat bukti. Atau sebaliknya, syarat materiil seluruhnya terpenuhi, tetapi syarat formil tidak, hukum tidak menolerirnya, sehingga saksi tersebut tidak sah sebagai alat bukti. Hal ini menjadi sangat esensial untuk dikaji karena pemeriksaan saksi satu per satu menjadi salah satu syarat sahnya keterangan saksi sebagai alat bukti. Pemeriksaan saksi satu per satu merupakan prinsip, yang tergolong sebagai syarat formil sahnya keterangan saksi tersebut sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu alat bukti dalam pembuktian. Saksi harus diperiksa satu per satu. Dasar hukum pemeriksaan saksi tersebut telah tertuang dalam Pasal 144 ayat (1) HIR menyatakan bahwa “SaksiJurnal Wawasan Volume III No. 1 | 26
saksi yang datang pada hari yang ditentukan itu dipanggil dalam ruang sidang seorang demi seorang”. Selanjutnya dalam R.Bg. disebutkan secara limitatif bahwa “ Saksi-saksi yang telah menghadap, dipanggil satu per satu untuk masuk ke ruangan sidang”. Pasal 160 ayat (1) huruf a Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) juga menyebutkan bahwa “Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum”. Saksi-saksi yang akan diambil keterangannya dipanggil satu per satu (seorang demi seorang) untuk masuk ke ruang sidang. Saksi tidak dibolehkan saling mendengarkan keterangan. Hal ini untuk menghindari saksi saling memengaruhi sehingga tidak memberikan keterangan yang seharusnya, sebagaimana yang mereka dengar sendiri, mereka lihat sendiri, atau mereka alami sendiri. Apabila diperlukan, hakim dapat menyuruh ke luar dari ruang sidang saksi yang telah diperiksa. Hal ini dilakukan apabila terdapat kemungkinan saksi yang akan diperiksa selanjutnya menjadi tidak bebas, merasa canggung, atau merasa takut dalam memberikan keterangannya apabila didengar oleh saksi lainnya. Dalam dunia praktek peradilan, khsusnya dalam sidang perkara pidana kasus penggelapan dan penipuan No 53/Pid.B/2013/ PN.Mlg, fakta yang berbeda terkait dengan prinsip pemeriksaan saksi satu per satu. Saksi pelapor atau korban tidak didengar keterangannya sebagai saksi terlebih dahulu. Dalam praktek sering pula pemeriksaan saksi-saksi dilakukan secara bersamaan . Lalu apa pertimbangan hakim untuk melanjutkan sidang perkara tersebut dengan tidak memeriksa saksi pelapor terlebih dahulu ? Ada beberapa alasanan yang dikemukakan terkait dengan hal tersebut , yaitu : o
Padatnya Jadwal Sidang Jumlah sidang per hari yang terlalu banyak sehingga majelis kewalahan menerapkan
pemeriksaan saksi satu per satu, apalagi saksi korban/pelapor sudah dipanggil namun tetap tidak hadir. Oleh karena itu siding harus tetap dilanjutkan, supaya tidak berlarut-larut. o
Azas Peradilan “ sederhana, cepat dan biaya ringan” Dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan, Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) memiliki kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan yakni kekuasaan kehakiman. Salah satu asas esensial yang terkandung dalam KUHAP yang merupakan interpretasi Pasal 2 ayat (4) UndangUndang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan ini dimaksudkan untuk memberi perlindungan dan kepastian hukum bagi tersangka atau terdakwa yang menjalani proses peradilan. Apakah asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan ini akan dapat menjadi kenyataan dalam rangka penegakan hukum dan keadilan di Indonesia? Ketentuanketentuan dalam KUHAP tidak mengatur sanksi atas pelanggaran yang dilakukan terhadap asas-asas tersebut sehingga tingkat kepatuhan akan pelaksanaan asas tersebut masih rendah. Sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efesien dan efektif (Penjelasan Pasal 2 ayat (4) UU No.48 Tahun 2009). Sederhana juga dapat dimaknai sebagai suatu proses yang tidak berbelit-belit, tidak rumit, jelas, lugas, non interpretable, mudah dipahami, mudah dilakukan, mudah diterapkan, sistematis, konkrit baik dalam sudut pandang pencari keadilan, maupun dalam sudut pandang penegak hukum yang mempunyai tingkat kualifikasi yang sangat beragam, baik dalam bidang potensi pendidikan yang dimiliki, kondisi sosial ekonomi, budaya dan lain-lian. “Cepat”, harus dimaknai sebagai upaya strategis untuk menjadikan sistem peradilan sebagai institusi yang dapat menjamin terwujudnya/ tercapainya keadilan dalam penegakan hukum secara Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 27
cepat oleh pencari keadilan. Bukan hanya asal cepat terselesaikan saja yang diterapkan tapi pertimbangan yuridis, ketelitian, kecermatan, maupun pertimbangan sosilogis yang menjamin rasa keadilan masyarakat juga diperhatikan. Asas ini meliputi cepat dalam proses, cepat dalam hasil, dan cepat dalam evaluasi terhadap kinerja dan tingkat produktifitas institusi peradilan. “Biaya ringan” adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh masyarakat (Penjelasan Pasal 2 ayat (4) UU No.48Tahun 2009). Biaya ringan juga mengandung makna bahwa mencari keadilan melalui lembaga peradilan tidak sekedar orang yang mempunyai harapan akan jaminan keadilan didalamnya tetapi harus ada jaminan bahwa keadilan tidak mahal, keadilan tidak dapat dimaterialisasikan, dan keadilan yang mandiri serta bebas dari nila-nilai lain yang merusak nilai keadilan itu sendiri.6 o
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1998 Penyelesaian Perkara dalam kenyataannya masih terdapat penyelesaian perkara yang diputus melewati 6 (enam) bulan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Surat Edaran Mahkamah Agung tersebut. Untuk itu, Mahkamah Agung memandang perlu menegaskan kembali dan memerintahkan kepada Saudara hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa perkara-perkara di Pengadilan harus diputus dan diselesaikan dalam waktu 6 (enam) bulan termasuk minutasi, yaitu: a. perkara-perkara perdata umum, perdata agama dan perkara tata usaha negara, kecuali karena sifat dan keadaan perkaranya terpaksa lebih dari 6 (enam) bulan, dengan ketentuan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang bersangkutan wajib melaporkan alasan-alasannya kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding. b. khusus perkara pidana hendaknya para Ketua Pengadilan memperhatikan SEMA No.2 Tahun 1998 tentang Permohonan Kasasi
Perkara Pidana yang terdakwanya berada dalam status tahanan. 2. Laporan dari Majelis tentang sebab-sebab terlambatnya penyelesaian perkara harus dievaluasi oleh Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dan hasil evaluasinya dilaporkan pada Ketua Pengadilan Tingkat Banding selaku kawal depan Mahkamah Agung. Ketua Pengadilan Tingkat Banding wajib lapor kepada Ketua Mahkamah Agung selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan berikutnya walaupun nihil. 3. Di samping itu Mahkamah Agung menegaskan kembali pengiriman berkas perkara: a. Perdata umum; b. Perdata agama; c. Perdata Tata Usaha Negara. Yang harus dimohonkan banding atau kasasi waktu 30 (tiga puluh) hari harus sudah dikirim kepada: a. Tingkat banding kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding. b. Tingkat kasasi kepada Mahkamah Agung. 4. Dalam rangka pengawasan jalannya peradilan kepada para Ketua Pengadilan harap memperhatikan pula Pasal 33 Undangundang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Pasal 52 Undang-undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Pasal 53 Undangundang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 7 Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dikemukakan diatas, majelis hakim mengambil inisiatif melanjutkan jalannya sidang pada tahap pemeriksaan saksi secara tidak urut dan tidak dimulai dari saksi korban (pelapor). Inisiatif yang diambil oleh majelis hakim tersebut dikarenakan jalannya persidangan telah tertunda hingga beberapakali sehingga cukup banyak waktu yang terbuang. Sejak perkara tersebut mulai disidangkan, Jaksa Penuntut Umum tampak kesulitan dalam menghadirkan saksi korban (pelapor) meskipun telah 7
6
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3
Tahun 1998 tentang Penyelesaian Perkara
Sunaryo, Sidik. 2005: Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana; UMM Press, Malang
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 28
dilakukan upaya pemanggilan. Situasi ini membuat majelis hakim memberikan beberapakali penundaan sidang dengan interval waktu yang cukup lama yaitu 2 (dua) minggu dengan harapan Jaksa Penuntut Umum dapat segera menghadirkan saksi pelapor (korban) sebagai saksi yang keterangannya akan didengar terlebih dahulu sesuai dengan KUHAP pasal 160 (1) huruf b. Agar sidang perkara pidana tersebut dapat berjalan, maka dengan pertimbangan asas cepat, sederhana dan berbiaya murah, majelis hakim berinisiatif melakukan pemeriksaan saksi secara seadanya, yakni saksi-saksi yang mampu dihadirkan oleh Jaksa pada saat sidang tersebut. Memang ada suatu pendapat yang mengatakan bahwa hukum pidana adalah dibawah kontrol negatif dari penuntut umum. Hal ini berarti bahwa hakim hanya dapat mengadili perkara yang diajukan oleh penuntut umum kepadanya di persidangan8. 5. Kesimpulan Dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Pemeriksaan saksi menurut KUHAP harus dilakukan secara berurutan, dimulai dari saksi korban/pelapor dan dilanjutkan dengan saksi-saksi lainnya. Namun dalam praktek peradlan, pemerekisaan saksi seringkali tidak dilakukan secara berurutan dengan pertimbangan kepada azas peradilan, sederhana, cepat dan biaya ringan dan juga Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor No. 3 Tahun 1998 tentang Penyelesaian Perkara, dimana semua perkara harus diselesaikan dengan waktu yang sudah dibatasi dalam surat edran tersebut. 5.1.2.
8
Majelis hakim mengambil inisiatif melanjutkan jalannya sidang pada tahap pemeriksaan saksi secara tidak urut dan tidak dimulai dari saksi korban (pelapor). Inisiatif yang diambil oleh majelis hakim tersebut dikarenakan jalannya persidangan telah tertunda hingga beberapakali sehingga cukup banyak waktu yang
terbuang. Maka demi mewujudkan azas peradilan sederhana, cepat dan baiaya ringan, sidang tidak boleh ditunda – tunda dan harus tetap dilanjutkan
5.2. Saran 5.2.1. Kepada lembaga peradilan, khususnya para hakim yang mengadili perkara, azas peradilan sederhana,cepat dan biaya ringan memang harus diwujudkan. Proses pemeriksaan perkara di pengadilan harus dilakukan sesegera mungkin sesuai dengan Surat Edran Mahkamah Agung. Namun demikian penerepan azas tersebut seharusnya tidak mengesampingkan tujuan hukum yang lebih hakiki yaitu menciptakan rasa keadilan. Karena itu hakim dalam memeriksa perkara tidak hanya mengejar kepastian hukum tetapi rasa keadilan patut menjadi perhatian utama. 5.2.2. Kepada jaksa penuntut umum, menghadirkan saksi, apalagi saksi korban yang harus diperiksa terlebih dahulu, harus mendapat perhatian dan sedapat mungkin dihadirkan dimuka sidang, karena jika tidak, Situasi ini membuat majelis hakim memberikan beberapakali penundaan sidang, dan iniakan berakibat memperlambat proses perkara, ang pada gilirannya akan bertentangan dengan azas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan. DAFTAR PUSTAKA Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di dalam Proses Pidana, ed.1, cet.1, (Yogyakarta: Liberty, 1998) M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang,Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali,ed. 2, cet.3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002) Romli Atmasasmita (B), Bunga Rampai Hukum Acara Pidana, Cet.-1, Bandung: Binacipta,1983
Oemar Seno Adji, Hukum Hakim Pidana, Erlangga, 1980, Jakarta, hlm 32.
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 29
Seno Adji,Oemar., Hukum Hakim Pidana, Erlangga, 1980, Jakarta Soetandyo Wignyosoebroto. Sebuah Pengantar Ke Arah Perbincangan Tentang Pembinaan Penelitian Hukum Dalam PJP II. (Jakarta : BPHN Departemen Kehakiman, 1995) Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada akhir Abad Ke-20. (Bandung, Alumni, 1994)
Sunaryo, Sidik. 2005: Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana; UMM Press, Malang Undang-Undang : Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tetang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Puidana. Surat Edaran : Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1998 tentang Penyelesaian Perkara
Jurnal Wawasan Volume III No. 1 | 30
NILAI MORAL YANG TERKANDUNG DALAM NASKAH FILM “COACH CARTER” YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBANGUNAN KARAKTER Andy Endra Krisna Dosen jurusan DIII Manajemen Perkantoran, Fakultas Ekonomi, Universitas Widya Karya, Malang. e-mail:
[email protected] Abstract This study was conducted to analyze the script of "Coach Carter" movie which further developed to find the implied moral values. In this study, one question emerged, namely; what are the moral values found in "Coach Carter" film script? The purpose of this study was to find data about the moral values implied in the script. The rest was used to verify the data and to conclude that "Coach Carter" was a decent movie to watch and to serve as learning material because it contained moral values of life and character education. The character education meant here were 18 points of character education proposed by the Indonesian
national
character and cultural education. The method used in this research was descriptive qualitative approach. In this study, the script was used as source of data. The data collected in several stages. As for the data analysis carried out inductively. First, the data presented as what they were. Then, the points of character development were presented in accordance with the proposal in the Indonesian national character and cultural education. As a final stage, the conclusion was made based on the data that has been analyzed to answer the research question. The end result of this research was that there were eleven of the eighteen points of character development found in the script. Those points were honest, disciplined, hard working, creative, independent, patriotic, sportive and respectful, studious, caring and compassion, emphaty, and responsible. Then from these results, it was concluded that "Coach Carter" film was a good movie to use as material for movie class. Keywords: Moral values, Coach Carter, Script
I PENDAHULUAN “Coach Carter” adalah sebuah
tahun 2005 dan ceritanya berdasarkan pada sebuah kisah nyata yang terjadi di SMA
film drama, yang difilmkan oleh Thomas
Richmond.
Pelatih
Ken
Carter
dapat
Carter sebagai sutradaranya, dan Coach
mengubah timnya dari yang selalu kalah
Ken Carter atau Kenney Rey Carter,
menjadi yang tak terkalahkan dan dari yang
Damien Carter, Jason Lyle, Timo Cruz,
memiliki prestasi akademik rendah menjadi
Jaron “Worm” Willis dan Kenyon Stone
yang berprestasi akademik tinggi.
sebagai aktor-aktornya. Film Coach Carter
Film “Coach Carter” menceritakan
diproduksi oleh Paramount Pictures pada
tentang hal-hal umum yang terjadi di Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 31
kehidupan para remaja khususnya dalam
baik itu harus dibangun untuk mencapai
hal kelakuan mereka. Tokoh-tokoh utama
kesuksesan hidup dalam diri seseorang.
dalam
film
sadar
akan
Sebagai sebuah materi dalam kelas film,
mereka
dapat
pastinya sebuah film itu harus memiliki
menemukan keberadaan mereka dalam
nilai-nilai yang baik bagi para penontonnya.
komunitasnya. Selain itu, mereka akhirnya
Maka dari itu, munculah sebuah pertanyaan
dapat menjelajahi diri dan mengembangkan
dalam penelitian ini; nila-nilai moral apa
kemampuan diri mereka sendiri untuk
yang terdapat dalam naskah film “Coach
kemudian bisa menjadi pemenang baik di
Carter”?
lapangan basket maupun di dalam kelas.
II METODOLOGI
kehidupan
ini
menjadi
mereka
dan
Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh
Ada dua tipe rancangan yang
Coach Carter. Dia menghendaki anak-anak
digunakan untuk merancang penelitian
didiknya untuk selalu menjaga perilaku
pendidikan:
(1)
baik di dalam maupuan di luar lapangan
(quantitative
research).
basket, menghargai orang lain seperti
menggunakan pengukuran obyektif dan
mereka menghargai diri sendiri, berperilaku
analisa statistik dengan menggunakan data-
seperti seorang pemenang yang selalu
data
menjaga
menerangkan
sportifitas
dalam
setiap
numerik
penelitian
kuantitatif
Penelitian
untuk
memahami
fenomena
yang
ini
dan
diteliti.
pertandingan, selalu bertanggung jawab,
Penelitian ini secara umum membutuhkan
dan lain sebagainya. Dengan kata lain, ada
seting
beberapa pesan moral yang tersirat di dalam
kuantitaif dapat diklasifikasikan lebih jauh
skrip yang bisa dipelajari.
lagi sebagai penelitian ekperimen dan
kontrol
yang
baik.
Penelitian
Situasi yang digambarkan dalam
penelitian non-ekperimen. (2) penelitian
film Coach Carter bisa jadi ada kemiripan
kualitatif (qualitative research). Secara
dengan situasi yang ada di beberapa
kontras, penelitian ini lebih memfokuskan
kampus di Indonesia. Lebih jauh lagi,
pada pemahaman fenomena sosial dari
penelitian ini bertujuan untuk menemukan
pandangan partisipan pada studi tersebut.
nilai-nilai moral yang ada dalam naskah
(Ary, 2002: 22)
film “Coach Carter” yang dilihat dari sudut
Pada
penelitian
ini,
rancangan
pandang Pendidikan Budaya dan Karakter
penelitian yang digunakan adalah penelitian
Bangsa Indonesia. Selain itu, film ini dapat
deskriptif
kualitatif
digunakan sebagai materi dalam kelas film
dianalisa
tidak
(movie class) untuk memotivasi mahasiswa
statistik
seperti
dan untuk membuka wawasan mereka
penelitian kuantitatif. Creswell (2009: 4)
tentang seberapa penting karakter-karakter
menyatakan bahwa penelitian kualitatif
karena data
menggunakan yang
yang
prosedur
terdapat
pada
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 32
adalah sebuah cara untuk mengeksploitasi
ringkasan dari naskah. Kemudian, membuat
dan memahami arti dari individu-individu
catatan obyektif, membuat klasifikasi dan
atau
mengedit data yang ditemukan dalam
grup-grup
yang
menterjemahkan
permasalahan sosial atau kemanusiaan.
temuan data.
Proses penelitian melibatkan pertanyaan-
Dalam menganalisa data, data yang
pertanyaan yang muncul dan prosedur-
dikumpulkan disajikan. Kemudian, nilai-
prosedur, data yang biasanya dikumpulkan
nilai
dari para partisipan, analisis data secara
ditemukan
dalam
induktif dibangun dari tema khusus ke tema
disajikan.
Pernyataan-pernyataan
umum, dan peneliti membuat interpretasi
mengandung nilai-nilai moral kehidupan
dari makna data.
yang ditemukan dalam naskah dan nilai-
Bogdan dan Biklen (2007: 4-8)
nilai
pembangunan data
pembangunan
karakter tersebut
karakter
yang juga yang
yang
menjelaskan lima fitur untuk penelitian
ditemukan dalam naskah dibahas dan
kualitatif: (1) penelitian kualitatif memiliki
kesimpulan ditarik berdasarkan data yang
pengaturan yang aktual sebagai sumber data
terkait dengan laporan masalah dan tujuan
langsung dan peneliti adalah instrumen inti,
penelitian.
(2) penelitian kualitatif adalah deskriptif,
III TEMUAN
data yang dikumpulkan dalam bentuk kata-
Pernyataan yang mengandung nilai-nilai
kata atau gambar-gambar dari pada angka-
moral dalam naskah film “Coach Carter”
angka,
(3)
peneliti
kualitatif
lebih
Ada banyak pernyataan yang dapat
memperhatikan proses dari pada hasil atau
ditemukan di naskah, tapi pernyataan yang
produk, (4) peneliti kualitatif cenderung
disajikan
menganalisis data mereka secara induktif,
mengandung nilai-nilai moral saja. Hal ini
(5) "arti" menjadi perhatian penting dalam
karena penelitian ini difokuskan pada
pendekatan kualitatif.
temuan nilai-nilai moral yang ditemukan
dalam
bagian
ini
yang
Dalam penelitian ini, objek data
dalam naskah untuk selanjutnya dilihat dari
yang dianalisa adalah naskah film sebagai
sisi pendidikan budaya dan karakter bangsa
bahan. Prosedur berikut diterapkan dalam
Indonesia.
mengumpulkan data; pertama, membaca
1.
naskah
film
"Coach
Carter"
untuk
Seting 4 (di rumah Coach Carter), dialog 74
mendapatkan gambaran umum dari objek
Pada seting 4 dialog 74, ada sebuah
penelitian. Kedua, mengumpulkan semua
pernyataan “I'm definitely keeping that
data penting yang mengandung nilai-nilai
promise.” Pernyataan ini mengandung
moral dalam naskah untuk melakukan
sebuah nilai moral tentang tanggung
analisis lebih lanjut. Ketiga, membuat
jawab (poin 18: tanggung jawab).
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 33
2.
3.
Seting 5 (di dalam mobil Coach
moral; menghargai prestasi (poin 12:
Carter), dialog 75
menghargai prestasi).
Dalam seting 5 dialog 77 ini, ada
Dalam dialog 100, pernyataan Coach
sebuah pernyataan “It was a personal
Carter ”if basketball practice starts at
choice
ini
3:00 you are late as of 2:55” secara
mengandung sebuah nilai moral yang
jelas menghendaki semuaanggota tim
bagus tentang membuat keputusan
untuk menjadi disiplin. Pernyataan ini
(poin 7: mandiri).
memiliki sebuah nilai moral; disiplin
Seting 7 (di dalam ruang kepala
(poin 4: disiplin).
sekolah SMA Richmond), dialog 90,
Dalam dialog 104, sebuah pernyataan
93
"Sir"
Dalam seting 7 dialog 90 ini, ada
menunjukkan bahwa Coach Carter
sebuah pernyataan “young men need
ingin semua anggota timnya untuk
discipline.” Pernyataan ini secara jelas
saling menghormati. Pernyataan ini
memiliki sebuah nilai moral yang baik
memiliki
tentang menjadi disiplin (poin 4:
prestasi
disiplin).
prestasi).
me.”
Pernyataan
is
a
nilai
term
moral;
(poin
12:
of
respect”
menghargai menghargai
sebuah
Pernyataan “If you sign and honor
pernyataan “I’m all set”. Coach Carter
your side of them...” dalam dialog 110
menginginkan supaya kepala sekolah
di atas menunjukkan bahwa Coach
bahwa dia sudah siap untuk melatih
Carter mengajarkan anggota timnya
team itu. Pernyataan ini menunjukkan
untuk bertanggung jawab dan saling
bahwa Coach Carter adalah seorang
menghargai (poin 12: menghargai
yang disiplin dan seorang pekerja
prestasi) dan (poin 18: tanggung
keras. Maka dari itu, dialog ini
jawab).
memiliki dua nilai moral. Nilai-nilai
Pernyataan “You get to become a
moral itu adalah disiplin dan kerja
winner, The losing stops now. Starting
keras (poin 4: disiplin dan poin 5: kerja
today, you will play like winners, act
keras).
like winners and, most importantly,
Seting 8 (di dalam gedung olah raga
you will be winners. If you listen and
SMA Richmond), dialog 97, 100,
learn, This contract states that you will
104, 108, 110, 116, dan 135
maintain a 2.3 grade point average.
Dalam dialog 97 ini, ada sebuah
You will attend all your classes and
pernyataan “give him the respect he's
you will sit in the front row of those
due.” Pernyataan ini mengandung nilai
classes” dalam dialog 112 di atas
Dalam
4.
for
dialog
93,
ada
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 34
memiliki disiplin,
beberapa kerja
keras,
nilai
moral:
nilai moral yang baik yaitu gemar
gemar
membaca/belajar
dan
membaca/belajar (poin 4: disiplin, poin 5: kerja keras, dan poin 15: gemar
gemar
membaca/belajar). 7.
Seting 14 (di dalam rumah Coach Carter), dialog 212, 218, 221
Pernyataan “we treat ourselves with
Pernyataan
respect” dalam dialog 118 mempunyai
contract” dalam dialog 212 mamiliki
nilai moral yang bagus: menghargai
sebuah nilai moral yang baik yaitu
(poin 12: menghargai prestasi).
tanggung jawab (point 18: tanggung
Pernyataan “If you are late, you will
jawab).
run. If you give me attitude, you will
Pernyataan “It was a personal choice
do
135
for me” dalam dialog 218 memiliki
moral:
sebuah nilai moral yaitu mandiri (poin
push-ups”
dalam
beberapa
dialog nilai
“I've
amended
that
disiplin dan menghargai prestasi (poin
7: mandiri).
4: disiplin dan poin 12: menghargai
Pernyataan “Part of growing up is
prestasi).
making your own decisions and living
Seting 11 (di gedung olah raga SMA
with the consequences” dalam dialog
Richmond), dialog 169, 175
221 memiliki beberapa nilai moral
Pernyataan “Sir, you're 20 minutes
yaitu mandiri, menghargai prestasi,
late. That's 10 suicides for the whole
dan tanggung jawab (poin 7: mandiri,
team, 250 pushups for you” dalam
poin 12: menghargai prestasi, dan poin
dialog 171 memiliki beberapa nilai
18: tanggung jawab).
moral: disiplin, peduli sosial, dan
6.
15:
membaca/belajar).
mempunyai
5.
(poin
8.
Seting 16 (di dalam gedung olah
tanggung jawab (poin 4: disiplin, poin
raga SMA Richmond), dialog 239,
16: peduli sosial, dan poin 18:
241, 243
tanggung jawab).
Pernyataan “He is my son and he is
Pernyataan “gave the coach attitude...
late. Sir, you owe me 20 suicides”
you win the bonus prize of 500 push-
dalam dialog 239 memiliki dua nilai
ups!” dalam dialog 177 memiliki nilai
moral yaitu disiplin dan tanggung
moral: menghargai prestasi (poin 12:
jawab (poin 4: disiplin dan poin 18:
menghargai prestasi).
tanggung jawab).
Seting 13 (di dalam ruang kelas),
Pernyataan “Everything I know about
dialog 202
basketball, I learned from women”
Pernyataan
“Student
comes
first”
dalam dialog 241 memiliki sebuah
dalam dialog 202 mempunyai sebuah
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 35
9.
nilai moral yaitu kreatif (poin 6:
Pernyataan “You have to have a
kreatif).
vision” dalam dialog 419 memiliki
Pernyataan “Delilah, gentlemen. She's
sebuah nilai moral yaitu kerja keras
our trap defense” dalam dialog 243
(poin 5: kerja keras).
mempunyai sebuah nilai moral yaitu
Pernyataan “You signed a contract.
kreatif (poin 6: kreatif).
You made a commitment dan If you
Seting 18 (di dalam gedung olah
don't perform in the classroom, you
raga SMA Richmond), dialog 370
will not play” dalam dialog 423
Pernyataan “you must pay an exit price
memiliki beberapa nilai moral yaitu
of 50 made free throws... before you
disiplin, menghargai, gemar membaca
can go” dalam dialog 305 memiliki
membaca/belajar, dan tanggung jawab
dua nilai moral yaitu jujur dan kerja
(poin 4: disiplin, poin 12: menghargai,
keras (poin 2: jujur dan poin 5: kerja
poin 15: gemar membaca/belajar, dan
keras).
poin 18: tanggung jawab).
Pernyataan “Linda is our pick-and-roll
12. Seting 29 (di dalam ruang kepala
offense” dalam dialog 310 memiliki
sekolah SMA Richmond), dialog 464
sebuah nilai moral yaitu kreatif (poin
Pernyataan “Your job is to educate
6: kreatif).
these kids. I suggest you start doing
10. Seting 22 (di dalam gedung olahraga
yours” dalam dialog 464 memiliki
SMA Richmond), dialog 370
sebuah nilai moral yaitu tanggung
Pernyataan “One person struggles, we
jawab (poin 18: tanggung jawab).
all struggle. One player triumphs, we
13. Seting 44 (di dalam perpustakaan
all
triumph”
dalam
dialog
369
sekolah), dialog 629
memiliki beberapa nilai moral yaitu
Pernyataan “Eight players getting
peduli sosial, tanggung jawab (poin
"incompletes" based on attendance.
16:
Gentlemen, you have failed to... No,
peduli
sosial
dan
poin
18:
tanggung jawab).
I'm sorry. We have failed. We have
11. Seting 27 (di dalam gedung olah
failed each other” dalam dialog 629
raga SMA Richmond), dialog 409,
memiliki beberap nilai moral yaitu
419, 423
kerja keras, gemar membaca/belajar,
Pernyataan “Nigger... is a derogatory
dan tanggung jawab (poin 5: kerja
term used to insult our ancestors”
keras,
dalam dialog 409 memiliki nilai moral
membaca/belajar,
menghargai
tanggung jawab).
orang
(poin
12:
poin
15: dan
gemar poin
18:
menghargai prestasi/orang).
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 36
14. Seting 46 (di depan gedung olah
Pernyataan “Attending all classes...
raga SMA Richmond), dialog 660
sitting in the front row of those classes,
Pernyataan “We support each other on
and wearing a tie on game day” dalam
and off the court” dalam dialog 660
dialog 780 dan pernyataan “That
memiliki dua nilai moral yaitu peduli
includes practices and games, until we
sosial dan tanggung jawab (poin 16:
as a team... reach the agreed-upon
peduli sosial dan poin 18: tanggung
GPA” dalam dialog 784 memiliki
jawab).
beberapa nilai moral yaitu disiplin,
15. Seting 47 (di dalam perpustakaan
kerja
keras,
menghargai,
gemar
sekolah), dialog 686, 690
membaca/belajar, dan tanggung jawab
Pernyataan “Now, I want you to go
(poin 4: disiplin, poin 5: kerja keras,
home and look at your lives tonight...
poin 12: menghargai, poin 15: gemar
and look at your parents' lives and ask
membaca/belajar,
yourself, "Do I want better?" If the
tanggung jawab).
answer is yes, I'll see you here
Pernyataan “Now, I'm trying to teach
tomorrow. And I promise you... I will
these boys the discipline” dalam dialog
do everything in my power... to get you
798 memiliki nilai moral yaitu disiplin
to college and to a better life” dalam
(poin 4: disiplin).
dialog 686 ada dua nilai moral yaitu
dan
poin
18:
17. Seting 55 (di lapangan parkir),
kerja keras dan tanggung jawab (poin
dialog 806
5: kerja keras dan poin 18: tanggung
Pernyataan
jawab).
message... loud and clear. Winning
Pernyataan “The contract states that
basketball games is more important...
the players maintain a 2.3 grade point
than graduating from high school and
average. And that the players must
going to college. I'm sorry. I just can't
attend all their classes... and sit in the
support that message” dalam dialog
front row of those classes” dalam
806 memiliki dua nilai moral yaitu
dialog 690 memiliki beberapa nilai
jujur dan mandiri (poin 2: jujur dan
moral yaitu disiplin, kerja keras, dan
poin 7: mandiri).
tanggung jawab (poin 4: disiplin, poin
“The
board
sent
the
18. Seting 62 (di dalam ruang ganti),
5: kerja keras, dan poin 18: tanggung
dialog 943
jawab).
Pernyataan “champions hold their
16. Seting 54 (di dalam aula sekolah), dialog 780, 784, 798
heads
high”
dalam
dialog
943
memiliki dua nilai moral yaitu kerja keras dan menghargai prestasi (poin 5:
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 37
kerja keras dan poin 12: menghargai
jujur itu sangat penting khususnya
prestasi).
dalam pendidikan di sekolah.
IV ANALISA DATA Analisa
pernyataan-pernyataan
mengandung
nilai
moral
yang dan
2.
Poin 4 “Disiplin” Seting 7, dialog 90 ”... These young need
...”
discipline.
ini
pembangunan karakter yang ditemukan
men
dalam naskah film “Coach Carter”
memberikan penekanannya pada kata
Ada enam puluh dua seting dan
disiplin. Hal ini membuktikan bahwa
sembilan ratus enam puluh percakapan
disiplin sangatlah diperlukan oleh anak
dalam naskah film Coach Carter. Pada
didik Coach Carter. Seting 6, dialog
tahap ini, ada tiga puluh lima dialog dalam
93 ”I just need about 25 copies of this
delapan belas seting yang memiliki nilai-
document.
nilai moral yang termasuk di dalam delapan
menunjukkan bahwa Coach Carter
belas nilai-nilai pendidikan budaya dan
adalah seorang yang disiplin. Seting 8,
karakter bangsa Indonesia.
dialog 100 “Basketball practice starts
1.
I’m
all
set.”
Ini
Poin 2 “Jujur”
at 3:00. As of 2:55, you are late”. Ini
Seting 18, dialog 305 “... Now, as I
juga menunjukkan sebuah nilai moral
was saying, as a team...we shot 56%
yang baik untuk dimiliki semua orang.
from the line. From now on, before you
Datang lima menit lebih awal dari
leave my gym...you must pay an exit
jadwal
price of 50 made free throws...before
beberapa saat bagi seseorang untuk
you can go....” adalah sebuah contoh
mempersiapkan diri dalam berkatifitas
yang
dalam
atau melakukan sesuatu. Seting 8,
mendapatkan sebuah nilai kejujuran
dialog 110 ”... You will attend all your
dari para muridnya. Sebenarnya tidak
classes and you will sit in the front row
ada yang tau secara pasti apakah
of those classes.” Disiplin sangatlah
masing-masing siswa itu benar-benar
diperlukan bagi anak didik Coach
melakukan limapuluh tembakan bebas
Carter
ke ring basket atau tidak. Seting 55,
pelajaran dikelas dan duduk di bangku
dialog 806 “The board sent the
depan di dalam kelas. Seting 8, dialog
message... I’m sorry. I just can’t
135 ”... If you are late, you will run. If
support that message.” menyampaikan
you give me attitude, you will dopush-
sebuah pesan bahwa Coach Carter itu
ups.
adalah seorang yang jujur pada diri
disiplinya
sendiri. Membangun nilai karakter
mendidik anak didiknya. Seting 11,
baik
bagi
guru
bisa
memberikan
dalam
...”
hadir
pada
Menunjukkan Coach
Carter
waktu
setiap
betapa dalam
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 38
dialog 169 ”... (Battle is late) Sir,
classes... sitting in the front row of
you’re 20 minutes late. That’s 10
those classes, and wearing a tie on
suicides for the whole team, 250 push-
game day.” Apa bila mereka tidak
ups for you.” Ini menunjukkan bahwa
disiplin, mereka tidak boleh bermain
apa bila ada salah seorang dari anggota
atau latihan basket, bahkan juga
timyang datang terlambat, tidak hanya
mereka tidak boleh bertanding dalam
dia
yang
pertandingan. Seting 54, dialog 798
mendapatkan hukuman tetapi juga
”... Now, I’m trying to teach these boys
seluruh anggota tim
mendapatkan
the discipline... that will inform their
hukuman. Seting 16, dialog 239
lives and give them the choises. ...” Ini
”Gentlemen, this is a new player,
menunjukkan bahwa Coach Carter
Damien Carter. He is my son and he is
menginginkan mereka untuk disiplin.
yang
terlambat
saja
late. Sir, you owe me 20 suicides.” Ini
3.
Poin 5 “Kerja keras”
meskipun
Seting 7, dialog 93 ”I just need about
Damien Carter adalah anak dari Coach
25 copies of this document. I’m all
Carter
terlambat,
set.” Ini menunjukkan bahwa Coach
meskipun di hari pertama sekolah,
Carter adalah seorang pekerja keras.
diajugamendapatkan hukuman tanpa
dia selalu menyiapkan dirinya sendiri
ada perkecualian. Seting 27, dialog
untuk
423 ”... If you don’t perform in the
lakukan. Seting 8, dialog 110 ”Yes,
classroom, you will not play.” Menjadi
Sir. You get to become a winner.
disiplin untuk hadir dalam setiap
Because if there’s one thing I know, it
pelajaran di kelas itu adalah salah satu
is this: The losing stops now. Starting
nilai yang ada di dalam kontrak yang
today, you will play like winners. ...”
harus ditaati oleh setiap anggota tim.
Ini
Seting 47, dialog 690 ”The contrct
mengendaki semua anggota timnya
states that the players maintain a 2.3
selalu bekerja keras dan menampilkan
grade point average. And that the
yang terbaik, baik pada saat latihan
players must attend all their classes...
maupun
and sit in the front row of those
Seting 18, dialog 305 ”... From now
classes.” Dari sini jelas bahwa Coach
on, before you leave my gym... you
Carter
anak
must pay an exit price of 50 made free
didiknya untuk disiplin baik di dalam
trhows... before you can go. ...” Ini
maupun di luar lapangan basket.
menunjukkan bahwa Coach Carter
Seting 54, dialog 780 ”Attending all
memberikan sebuah peraturan supaya
menunjukkan
sendiri
bahwa
yang
menginginkan
setiap
setiap
pekerjaan
menunjukkan
pada
saat
yang
bahwa
dia
dia
pertandingan.
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 39
semua
anggota
timnya
selalu
that the players maintain a 2.3 grade
melakukan lemparan bebas sebelum
point average. And that the in the front
mereka
lapangan
row of those classes.” Semua anggota
basket. Seting 27, dialog 419 ”...But
tim harus menampilkan yang terbaik
you have to perform in the classroom
dari performa mereka di dalam kelas
to have that chance. You have to have
sebelum mereka bisa berlatih dan
a vision....” Ini menunjukkan bahwa
bermain basket. Seting 54, dialog 780
dia
wawasan
”Attending all classes... sitting in the
timnya tentang masa depan yang
front row of those classes, and wearing
cerah.
memcapainya
a tie on game day.” sekali lagi ini
memanglah harus dilakukan dengan
menunjukkan bahwa aturan yang ada
kerja keras. Inilah nilai moral yang
di dalam kontrak tentangkerja keras.
bagus, yang menunjukkan bahwa kerja
Jika tim ingin diijinkan bermain di
keras itu adalah sebuah nilai karakter
gedung olah raga,
yang harus dibangun. Seting 44,
haruslah
dialog 629 ”... We have six players
melakukannya. Seting 62, dialog 943
failing at least one class. Eight players
”...I came to teach basketball players,
getting
on
and you became students. I came to
attendance. ...And until we all meet the
teach boys and you became men. And
terms of this contract... the gym will
for that I thank you. ...” Di sini, Coach
remind locked.” Ini menunjukkan
Carter juga membuktikan bahwa kerja
bahwa apabila tim ingin berlatih di
keras itupasti membuahkan sesuatu.
meninggalkan
berusaha
membuka
Untuk
incompletes
based
gedung olah raga lagi, mereka harus
4.
bekerjakeras
maka mereka untuk
bisa
Poin 6 “Kreatif”
bekerja lebih keras lagi. Seting 47,
Seting 16, scrip 241 ”... Everything I
dialog 686 ”... And I promise you...I
know about basketball, I learned from
will do everything in my power to get
women. ...So when I call “Diane”
you to college and to a better life.” Ini
we’re gonna play straight man-to-man
menunjukkan bahwa Coach Carter
presure defense. ...” Pernyataan ini
akan berusaha keras untuk membawa
menunjukkan bahwa Coach Carter
timnya
setiap
adalah seorang yang kreatif. Seting 16,
pertandingan basket. Selain itu dia
dialog 243 ”... Delilah, gentlemen.
juga
untuk
She’s our trap defense.” Pernyataan
membawa timnya ini kelak bisa masuk
ini menunjukkan salah satu strategi
dan kuliah di perguruan tinggi. Seting
yang di pakai Coach Carter dalam tim
47, dialog 690 ”The contract states
basketnya. Seting 18, dialog 310 ”...
menang
akan
berusaha
dalam
keras
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 40
Linda’s got a big Afro. Linda is our
support that message.” Pernyataan
pick-and-roll offence. Before we got
Coach Carter ini membuktikan bahwa
into that, let’s warm up. Give me a lay-
dia adalah seorang yang mandiri yang
up line. Let’s go.” Pernyataan yang ini
memutuskan
juga
menurutnya
sebuah
bukti
lain
yang
menunjukkan kreatifnya Coach Carter dalam
5.
membuat
strategi
bermain
segala adalah
sesuatuyang yang
terbaik
buatnya. 6.
Poin 11 “Patriotik”
timnya. “Kreatif” adalah salah satu
Seting 54, dialog 798 ”...Now, I'm
nilai karakter yang harus dibangun
trying
dalam diri siswa menurut pendidikan
discipline... that will inform their lives
budaya dan karakter bangsa Indonesia.
and give them choices. If you endorse
Poin 7 “Mandiri”
the fact that 15, 16, and 17-year-olds...
Seting 5, dialog 75 ”Why? It was a
don't have to honor the simple rules of
personal choise for me.” Dari sini
a basketball contract... how long do
terlihat
you think it'II be before they're out
bahwa
Damien
ingin
to
teach
these
boys
mengatakan kepada ayahnya bahwa
there breaking
dia sekarang adalah seorang yang
terlihat bahwa Coach Cater adalah
mandiri. Seting 14, dialog 218 ”It was
seorang
a personal choise for me.” Pernyataan
memperjuangkan masa depan anak-
ini
anak
membuktikan
adalah
seorang
bahwa yang
Damien
berkarakter
laws?....”
the
di sini
yang
didiknya.
memberikan
Dia
berjuang
hanya
sumbangan
perubahan
mandiri dan dia mengatakan kepada
pada
ayahnya bahwa dia telah cukup dewasa
dibesarkan, khusunya pada murid-
untuk membuat keputusan sendiri.
murid SMA Richmond.
Seting 14, dialog 221 ”Part of
7.
lingkungan
ingin
tempat
dia
Poin 12 “Menghargai”
growing up is making your own
Seting 8, dialog 97 ”... Now, let’s give
decisions
the
him the respect he’s due. They’re all
consequences. ...” Di sini bisa terlihat
yours, Coach.” Dari sini terlihat
bahwa mandiri adalah sebuah nilai
bahwa Coach White meminta tim
karakter yang harus dibangun. Seting
untuk
55, dialog 806 ”The board sent the
setelah memperkenalkan dia pada tim
message loud and clear. Winning
basket SMA Richmond. Seting 8,
basketball games is more important
dialog 104 ” As of now, you are a sir.
than graduating from high school and
So are the rest of you. "Sir" is a term
going to college. I’m sorry. I just can’t
of respect. And you will have my
and
living
with
menghormati
Coach
Carter
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 41
respect until you abuse it. Mr. Lyle,
orang lain jika pada dirinya sendiri
how many games did you guys win last
saja dia tidak bisa menghormati dan
season?” Pernyataan Coach Carter ini
bagaimana halitu akan terjadi jika dia
menunjukkan
adalah
tidak memulai dengan menghormati
seorang yang terhormat. Seting 8,
dirinya sendiri terlebih dahulu? Seting
dialog 108 ”I'm going to give you
14, dialog 221 ”...Part of growing up
contracts. If you sign and honor your
is making your own decisions and
side of them... we are going to be
living
successful.”
ini
Coach Carter ingin mengatakan pada
membuktikan bahwa Coach Carter
anaknya bahwa dia harus sportif dan
meminta
menghargai
tim
bahwa
dia
Pernyataan
untuk
menghormati
with
the
consequences....”
keputusannya
sendiri.
kontrak pemain dan bertindak sportif.
Seting 27, dialog 409 ” Sit down!
Jika
melaksanakan
Nigger... is a derogatory term used to
kontrak itu dengan penuh tanggung
insult our ancestors....” Pernyataan ini
jawab, mereka pasti akan sukses.
menunjukkan bahwa Coach Carter
Seting 8, dialog 116 ” Well, Mr. Cruz
ingin
and Mr. Worm... what you should both
menghormati satu dengan yang lainnya
know is we treat ourselves with
dengan tidak menggunakan istilah
respect. We don't use the word
“Negro (Nigger)” untuk memanggil
"nigger".” Coach Carter meminta pada
temannya. Kemudian, dia menjelaskan
tim untuk saling bissa menghormati
kenapa sebutan negro itu kasar. Seting
satu sama lain. Seting 8, dialog 135
27, dialog 423 ” As of now, you're
”... If you give me attitude, you will do
suspended. Oh, you can practice, but
push-ups. So you can push-up or shut
you can't play... until Mr. Gesek tells
up. That’s up to you.” Pernyataan ini
me you're caught up in his class...If
juga
Coach
you don't perform in the classroom,
Carter menghendaki setiap anggota
you will not play.” Di sini Coach
timnya untuk bisa menghormatinya
Carter memberikan peringatan dan
selaku pelatih. Seting 11, dialog 175
hukuman kepada seorang muridnya
”...Because you gave such a good
Battle. Disini, Battle harus sportif dan
answer and gave the coach attitude...
menghormati kontrak yahng telah dia
you win the bonus prize of 500 push-
sepakati. Seting 54, dialog 785 ” That
ups! And would you like to go for the
includes practices and games, until we
grand prize of 1,000?” Bagaimana
as a team... reach the agreed-upon
mungkin seseorang bisa menghormati
GPA.” Pernyataan ini menunjukkan
mereka
mau
menunjukkan
bahwa
timnya
ini
bisa
saling
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 42
8.
bahwa Coach Carter akan menutup
siswa
gedung olah raga sampai timnya itu
dahuludiutamakan sebelum menjadi
bisa berlaku sportif dan menghormati
atlitnya. Seting 27, dialog 423 ” As of
kontrak yang telah mereka sepakati.
now, you're suspended. Oh, you can
Seting 54, dialog 799 ”...If you vote to
practice, but you can't play... until Mr.
end the lockout, you won't have to
Gesek tells me you're caught up in his
terminate me... I'll quit.” Pernyataan
class....” Coach Carter hanya ingin
ini menunjukkan bahwa Coach Carter
Battle belajar lebih giat lagidalam
adalah
sangat
setiap pelajaran dan tidak membolos-
menghargai kontrak yang dia sepakati
membolos lagi. Seting 44, dialog 629
dengan timnya. Seting 62, dialog 943
”...Gentlemen, you have failed to... No,
”... You've achieved something that
I'm sorry. We have failed. We have
some people spend... their whole lives
failed each other. Now, there are some
trying to find. What you achieved... is
of
that ever-elusive victory within....”
contract. But know that we are a team.
Coach Carter menghargai apa yang
And until we all meet the terms of this
telah diperbuat oleh timnya. Disini dia
contract...
ingin menunjukkan bahwa pemenang
locked.” Coach Carter menginginkan
harus bisa menghormati lawan yang
setiap anggota timnya untuk belajar
telah dikalahkannya dan sebaliknya.
dengan lebih giat lagi untuk bisa
Poin 15 “Gemar membaca/belajar”
mendapatkan hasil akademik yang
Seting 8, dialog 110 ”...Starting today,
baik dan tidak bolos-bolos lagi. Seting
you will play like winners, act like
47, dialog 690 ” The contract states
winners and, most importantly, you
that the players maintain a 2.3 grade
will be winners. If you listen and learn,
point average. And that the players
you will win basketball games....”
must attend all their classes... and sit
Pernyataan ini menunjukkan bahwa
in the front row of those classes.”
Coach Carter menghendaki timnya
Coach Carter benar-benar menghargai
untuk gemar belajar. mereka harus
siswanya yang memiliki semangat
belajar dan bekerja keras untuk bisa
belajar tinggi. Seting 54, dialog 780 ”
menjadi pemenang. Seting 13, dialog
Attending all classes... sitting in the
202 ”...These boys are student athletes.
front row of those classes, and wearing
"Student" comes first.” Di sini Coach
a tie on game day.” Coach Carter
Carter
menghendaki setiap anggota timnya
seorang
hanya
ingin
yang
mengingatkan
timnya bahwa dalamistilah siswa atlit,
itulah
you...
untuk
yang
who
the
selalu
harus
have
gym
belajar
terlebih
upheld
will
giat,
this
remain
tidak
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 43
9.
sukabolos, dan duduk di bangku depan
honor the simple rules of a basketball
dalam setiap pelajaran di kelas, serta
contract... how long do you think it'II
selalu mengenakan dasi pada hari
be before they're out there breaking
pertandingan.
laws?....” Coach Carter peduli untuk
Poin 16 “Peduli”
membantu anak didiknya mencapai
Seting 11, dialog 169 ”...(Battle is
masa depanyang lebih baik.
late) Sir, you're 20 minutes late. That's 10 suicides for the whole team, 250
10. Poin 17 “Empati”
push-ups for you.” Coach Carter
Seting 54, dilaog 798 ”...Now, I'm
menghendaki setiap anggota timnya
trying
untuk bisa saling peduli satu sama lain.
discipline... that will inform their lives
Seting 22, dialog 368 ” I'll do push-
and give them choices....” Coach
ups for him. You said we're a team.
Carter
One person struggles, we all struggle.
empatinya dan kepeduliannya pada
One player triumphs, we all triumph,
lingkungan
right?” Di sini Lyle ingin melakukan
kedapa SMA Richmond.
push-up untuk membantu temannya
11. Poin 18 “Tanggung jawab”
to
teach
ingin
these
boys
menunjukkan
sosialnya
the
sikap
khususnya
Timo cruz yang sedang kena hukuman.
Seting 4, dialog 74 ” And I'm
Dia menunjukkan bahwa dia peduli
definitely keeping that promise....”
terhadap orang lain. Nilai moralini
Pernyataan
harus dipakai oleh setiap orang tua
menunjukkan
untuk bisa ditanamkan dalam karakter
seorang suami yang bertangung jawab.
anaknya. Tidak hanya bagi orang tua
Selalu menepati janji dan bertanggung
saja tetapi juga bagi guru. Seting 46,
jawab adalah nilai-nilai moral yang
dialog 660 ” Basketball's a team sport,
baik yang harus selalu dibangun.
sir. We support each other on and off
Seting 8, dilaog 108 ” I'm going to
the
ingin
give you contracts. If you sign and
menunjukkan pada siapapun bahwa
honor your side of them... we are
sikap peduli ini dibutuhkan oleh
going to be successful.” Coach Carter
manusia dalam hidup sosialnya. Seting
ingin
54, dialog 798 ”...I'm trying to teach
bertanggung jawab atas kontrak yang
these boys the discipline... that will
telah mereka sepakati. Seting 11,
inform their lives and give them
dialog 169 ”...(Battle is late) Sir,
choices. If you endorse the fact that 15,
you're 20 minutes late. That's 10
16, and 17-year-olds... don't have to
suicides for the whole team, 250 push-
court.”
Coach
Carter
supaya
Coach bahwa
timnya
Carter dia
ini
ini adalah
selalu
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 44
ups for you.” Dui sini Coach Carter
terlambat,
menghendaki
anak-anak
hukuman sesuai dengan kontrak yang
didiknya ini bertanggung jawab dalam
berlaku bagi setiap pemain. Seting 22,
setiap latihan dan pertandingan. Seting
diaolg 369 ” I'll do push-ups for him.
14, dialog 212 ” It's one of your
You said we're a team. One person
contracts, sir. I've amended that
struggles, we all struggle. One player
contract. You require your players to
triumphs, we all triumph, right?”
maintain a 2.3 grade point average.
Sebagai salah seorang anggota dari
I've committed to maintaining a 3.5.
tim, Lyle harus bertanggung jawab
You require 10 hours of community
terhada teman-temannya untuk bisa
service... and I've committed to 50.
menjadi tim yang lebih baik dan lebih
Any unexcused absences, any other
kuat lagi. Seting 27, dialog 423 ” As of
disciplinary issues at school... you can
now, you're suspended. Oh, you can
nullify this agreement and send me to
practice, but you can't play... until Mr.
any school you want.” Damien Carter
Gesek tells me you're caught up in his
ingin
ayahnya
class....” Coach Carter menghendaki
bahwa dia adalah seorang bertanggung
supaya Battle bertanggung jawab atas
jawab seperti yang selalu diajarkan
apa yang telah diperbuatnya. Seting
oleh ayahnya. Seting 14, dialog 221 ”
29, dialog 464 ” And your job is to
You really wanna do this? Okay. Part
educate these kids. I suggest you start
of growing up is making your own
doing
decisions
the
menghendaki supaya kepala sekolah
consequences. Three-point-seven. And
SMA Richmond High School segera
you will earn every minute of playing
melakukan apa yang menjadi tanggung
time.” Di sini terlihat bahwa Coach
jawabnya
Carter ingin supaya anaknya selalu
memperjuangkan prestasi akademik
bertanggung jawab atas segala sesuatu
para siswanya. Seting 44, dialog 629
yang dia lakukan dan dalam segala
”...Gentlemen, you have failed to... No,
keputusan yang dia buat. Seting 16,
I'm sorry. We have failed. We have
dialog 239 ” Gentlemen, this is a new
failed each other... And until we all
player, Damien Carter. He is my son
meet the terms of this contract... the
and he is late. Sir, you owe me 20
gym will remain locked.” Di sini
suicides.”
menunjukkan
and
menunjukkan meski
supaya
pada
living
with
diajuga
yours.”
yaitu
akan
Coach
untuk
terkena
Carter
segera
Coach
Carter
ingin
terlihat bahwa Coach Carter turut
pada
timnya
bahwa
bertanggung jawab atas kegagalan
anaknya
sendiri,
jika
dia
timnya dalam bidang akademik. Seting
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 45
46, dialog 660 ” Basketball's a team
game day.” Coach Carter hanya ingin
sport, sir. We support each other on
anak-anak didiknya untuk bisa selalu
and off the court.” Pernyataan ini
menunjukkan sikap yang baik dan
menunjukkan bahwa Coach Carter
bertanggung jawab atas studinya dan
ingin supaya setiap anggota tim untuk
atas prestasinya di olahraga basket.
bertanggung jawab atas keseluruhan
V Kesimpulan
timnya. Seting 47, dialog 686 ”...And I
Kesimpulannya, ada sebelas dari
promise you... I will do everything in
delapan belas poin pembangunan karakter
my power... to get you to college and
dalam pendidikan budaya dan karakter
to
Coach Carter
bangsa Indonesia ditemukan dalam naskah
bertanggung jawab penuhn atas tim
film "Coach Carter". Temuan ini sudah
yang dia pimpin. Dia hanya ingin
lebih dari lima puluh persen. Oleh karena
anak-anak didiknya itu sukses dan
itu, hasil penelitian ini mencapai lebih dari
mempunyai masa depan yang baik.
target dan dapat menyarankan film "Coach
Seting 54, dialog 780 ” Attending all
Carter" sebagai bahan untuk kelas film.
classes... sitting in the front row of
Sebelas poin dari pembangunan karakter
those classes, and wearing a tie on
tersebut adalah; jujur, disiplin, bekerja
game day.” Coach Carter ingin supaya
keras, kreatif, mandiri, patriotis/cinta tanah
timnya lebih bertanggung jawab atas
air, menghargai, gemar membaca/belajar,
tugas utamanya sebagai siswa, yaitu
peduli, empati, dan bertanggung jawab.
untuk bisa berprestasi baik dalam
VI Saran
a
better life.”
bidang akademik dan juga dalam
Berdasarkan
kesimpulan,
bidang olah raga basket. Seting 54,
disarankan bagi siswa terutama untuk siswa
dialog 798 ”...If you vote to end the
atlit, guru yang ingin mencari film untuk
lockout, you won't have to terminate
materi kelas film mereka, dan peneliti lain
me... I'll quit.” Coach Carter hanya
yang ingin melakukan penelitian pada topik
ingin
yang serupa.
menunjukkan
bahwa
dia
bertanggung jawab atas timnya dan
a.
Untuk
siswa,
disarankan
atas kehidupan sosialnya. Akan tetapi,
mereka
jikadewan
lagi
Carter", membaca naskah filmnya,
menginginkan dia untuk melatih lagi,
atau menggunakan naskah filnya
maka dia akan mengundurkan diri.
untuk bermain drama di kelas drama
Seting 54, dialog 780 ” Attending all
mereka atau untuk menceritakan
classes... sitting in the front row of
kisah Coach Carter di kelas bercerita
those classes, and wearing a tie on
mereka.
sekolah
tidak
menonton
film
untuk "Coach
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 46
b. Untuk guru, disarankan untuk mereka
ingin melakukan penelitian lain pada
supaya mengeksplorasi bakat-bakat
nilai-nilai moral, pada naskah film
siswa mereka atau keahlian khusus
atau naskah drama lainnya, pada
mereka
pembangunan
lebih
Selanjutnya,
dan
lebih
mereka
lagi. dapat
karakter,
dan
lain
sebagainya.
menggunakan film "Coach Carter" sebagai materi di kelas film mereka
REFERENSI
untuk membangun karakter siswa
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 2002.
mereka.
Mereka
juga
dapat
Introduction
to
Reseacrh
in
menggunakan naskah film ini untuk
Education (6th Edition). Belmont:
mengajar siswa di kelas drama
Wadsworth.
mereka.
Mereka
juga
dapat
Bogdan, Robert C. and Sari Knopp Biklen.
menggunakan beberapa adegan dari
2007.
film ini sebagai bahan dalam kelas
Education:
mendengarkan atau kelas bercerita
Theory and Methods (5th Edition).
mereka.
USA: Pearson Education, Inc.
c. Untuk peneliti lain, disarankan untuk mereka
membaca
penelitian
Qualitative An
Research Introduction
for to
Creswell, John W. 2009. Research Design:
ini
Qualitative, Quantitative, and Mixed
sebagai referensi untuk memperkaya
Methods Approaches (3rd Edition).
pengetahuan mereka jika mereka
Sage
Publications,
Inc.
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 47
PENGARUH POLIVINIL ASETAT SEBAGAI MATRIK BAHAN KOMPOSIT RUMPUT PAYUNG TERHADAP KEKUATAN LENTUR PRODUK BAHAN KOMPOSIT
Yessy Liemawati Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Karya Malang Alamat korespondensi: Jl. Bondowoso No. 2 Malang, Email :
[email protected]
ABSTRAC Along with the development of science and technology, building materials, triggering the use of composite materials as an alternative material in the structure of the building thus allowing the creativity of high economic value. In general, the design of composite materials by utilizing natural materials are abundant even unmanaged waste. In this study, will be examined on the bending strength of composite material products from raw material plant fibers Umbrella grass (Cyperus Alternifolius) and Polyvinyl Acetate as a matrix. Plants found to be abundant grass umbrella many edge-the edge of the river and also the artificial wetlands domestic wastewater treatment plant. The success of the production of composite materials is determined by the selection matrix material in accordance with the base material fiber (filler) used. In particular, this study aims to analyze the mechanics character in this case the bending strength of a composite material with polyvinyl acetate as matrix and fiber grass umbrellas as filler. In this study, the flexural strength testing is done with five (5) variations in fiber composition that is 97.5%; 95%; 92.5%; 90%; 87.5% each three (3) specimen, so that the test specimen overall total of 15 specimen. Data flexural strength test results are given in the form of additional burden that causes deflection due to the load. From the test data and analysis, we concluded that to load and maximum deflection fiber composite materials umbrella grass in a row as follows: fiber 97.5% P = 67.754 N Δ = 3.593 mm; fiber 95% P = 52.754 N Δ = 8.543 mm; fiber 92.5% P = 51.088 N Δ = 5.523 mm; fiber 90% P = 81.088 N Δ = 16.157 mm; fiber 87.5% P = 72.422 N Δ = 8.463 mm. Resulting in stress and strain of bending respectively - were as follows: 97.5% fiber σ = 15.487 N / mm2 ε = 0.017; fiber 95% σ = 13.927 N / mm2 ε = 0.033; fiber 92.5% σ = 15.173 N / mm2 ε = 0.017; fiber 90% σ = 16.004 N / mm2 ε = 0.072; fiber 87.5% σ = 5.904 N / mm2 ε = 0.063. Keywords: matrix, umbrella grass fibers, the flexural strength of composite materials
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 48
asetat
I PENDAHULUAN Semakin
senyawa
polimer
teknologi
termoplastik yang memiliki sifat tahan panas
bahan bangunan yang menghasilkan bahan-
serta larut dalam pelarut organik. Secara
bahan bangunan yang sesuai dengan kriteria-
umum polivinil asetat lebih dikenal sebagai
kriteria teknis dan estetika sehingga banyak
lem kayu yang paling sering digunakan, baik
bermunculan bahan-bahan alternatif yang
sebagai “lem putih” atau “lem tukang kayu”
bervariasi. Produk bahan komposit memiliki
(lem kuning).
keluwesan
berkembangnya
merupakan
karena
selain
dapat
Tanaman rumput payung merupakan
memberikan kekuatan dari sifat mekanisnya
tanaman air tropis yang banyak tumbuh ditepi
namun juga bisa menyesuaikan
dengan
sungai atau got. Bentuk fisiknya menyerupai
lingkungan. Dalam penelitian ini, mempelajari
payung, memiliki batang lurus dan daun bulat
pengaruh Polivinil Asetat sebagai bahan
melebar
matriks pada produk bahan komposit yang
daunnya seperti kulit bambu yang tajam dan
dibuat dari bahan dasar serat alami tanaman
keras.
rumput
payung
pemanfaatan lain dari tanaman ini, yaitu
terhadap
kekuatan
(Cyperus lentur
tetap
alternifolius) produk
bahan
komposit.
dibagian
Beberapa
atasnya,
penelitian
bagian
tepi
menunjukkan
sebagai tanaman pengolah limbah dalam system pengolahan air limbah domestik
Bahan komposit (Jones, 1975) adalah suatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih
dengan
lahan
basah
(wetland)
buatan
(Anggraini, 2011).
bahan yang berbeda yang berbeda yang
Pengujian kuat lentur ditujukan untuk
dicampur menjadi suatu bahan yang berguna
mengetahui ketahanan material komposit
untuk memperbaiki sifat mekanik atau sifat
terhadap beban lentur. Pengujian ini dilakukan
spesifik tertentu, mempermudah desain atau
dengan metode three-point bending, beban
pembentukan yang dapat menghemat biaya.
lentur dengan kecepatan konstan diberikan
Secara umum bahan komposit terdiri dari dua
kepada spesimen hingga spesimen mengalami
bagian utama,
perpatahan.
mengisolasi
yaitu: (1) matriks yang fasa,
dan
(2)
penguat
Gambar
dibawah
ini
menunjukkan skema three-point bending.
(reinforcement) atau fasa sebaran/ filler. Polivinil
asetat
(PVA
atau
PVAc)
merupakan produk polimer karet sintetis yang disintesa dari monomer vinil asetat. Polivinil
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 49
Gambar 1. Skema three-point bending
Pengujian ini menggunakan parameter
terhadap
kekuatan
lentur
yang diatur oleh standart ASTM D790 dengan
komposit.
benda uji berbentuk balok. Data yang terekam
II METODE PENELITIAN
produk
bahan
dari pengujian kuat lentur berupa beban P
Metode yang digunakan dalam penelitian
yang diberikan (load cell) dan defleksi (D)
ini adalah metode eksperimental. Pengujian
yang dihasilkan. Beban dan defleksi ini
yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
kemudian dikonversikan ke kurva tegangan-
pengujian kuat lentur bahan komposit rumput
regangan berdasarkan persamaan :
payung. 2.1 Bahan
Stress (tegangan):
Bahan Strain (regangan):
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah:
Dimana :
a. Serat rumput payung (Cyperus
P = Beban maksimum (N)
alternifolius).
L = Jarak antar tumpuan (mm)
b. Polivinil Asetat (PVAc)
b = Lebar spesimen (mm)
c. Air mineral
d = Tebal spesimen (mm)
2.2 Alat
D = Defleksi maksimum (mm)
Alat yang digunakan dalam penelitian
Tujuan penelitian untuk menentukan
ini adalah:
pengaruh Polivinil Asetat sebagai bahan
a. Timbangan digital
matriks pada produk bahan komposit yang
b. Gelas Ukur
dibuat dari bahan dasar serat alami tanaman
c. Waterjet untuk memotong hasil
rumput
payung
(Cyperus
alternifolius)
cetakan sesuai ukuran benda uji
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 50
d. Mesin menggiling batang rumput
k. Displacement meter
payung
l.
e. Penjepit
serat
untuk
proses
pengeringan f.
Meja pengepres untuk membuat cetakan
2.3 Spesimen
Alat bantu lain yang terdiri :
American
Standart yaitu
metode
Material
cutter / gunting, kuas, pisau,
(ASTM)
spidol, dll
mengetahui kekuatan tekan benda yang akan
g. Besi sebagai penyalur beban
D790
Testing
untuk
diuji.
h. Loadcell i.
Load meter
j.
LVDT
Gambar 2. Spesimen uji Lentur (sumber : ASTM D790)
Benda uji dibuat berupa balok dengan 5
masing variasi dibuat 3 buah benda uji seperti
variasi komposisi serat-matrik untuk masing-
pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel variasi serat-matrik No. 1. 2. 3. 4. 5.
Komposisi Serat Matrik 87.5% 12.5% 90% 10% 92.5% 7.5% 95% 5% 97.5% 2.5%
Pembuatan Spesimen a.
Jumlah benda uji 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah b.
Batang tanaman rumput payung dipotong dicuci
daunnya, untuk
dicuci selanjutnya digiling, dijepit
kemudian
menghilangkan
dan dikeringkan. c.
kotoran akibat tanah atau kotoran lain.
Batang tanaman yang telah
Serat dan matrik sesuai dengan komposisi beratnya.
d.
Matrik dilarutkan dengan air.
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 51
e.
Serat yang sudah ditimbang
a.
disusun dengan teratur dengan cara kedua ujung serat dijepit dengan
kayu,
benda uji. b.
kemudian
benda
uji.
Selanjutnya
menentukan jarak antar tumpuan,
telah dilarutkan untuk disusun
letak
dan ditekan / dipres pada cetakan.
pembebanan. c.
secara horizontal atau vertikal dilakukan secara bergantian. Selanjutnya
susunan
lapisan
LVDT,
d.
Memulai pembebanan.
e.
Membaca hasil penambahan
/ di pres dengan mengatur baut
penambahan
yang
LVDT.
dicetakan
sampai
Benda uji dibiarkan hingga kering, kemudian dilepaskan dari
letak
frame pengujian.
beban
ada
dan
Meletakkan benda uji pada
serat dan matrik tersebut di tekan
mencapai ketebalan 5mm. g.
Mengukur lebar dan ketebalan
dicelupkan ke dalam matrik yang
Penyusunan setiap lapisan serat
f.
Persiapan frame pengujian dan
pada
Loadcell defleksi
dan pada
f.
Mendapatkan hasil pengujian.
g.
Ulangi langkah 3-6 diatas untuk tiap benda uji.
cetakan h.
Kemudian
dipotong
sesuai
ukuran yang telah ditetapkan. Prosedur Pengujian Kuat Lentur
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 52
2.4 Diagram Alir Penelitian MULAI MULAI PENELITIAN RINTISAN PERSIAPAN ALAT & BAHAN PEMBUATAN BENDA UJI PENGUJIAN LENTUR HASIL PENGUJIAN ANALISIS & PEMBAHASAN KESIMPULAN
SELESAI
III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berat matriks
3.1 Perhitungan variasi komposisi matriks
98,8 gr
Dari
hasil
pembuatan
serat
dan
Variasi
= 101,4 gr –
= 2,6 gr 95%
serat
dan
5%
pengamatan di laboratorium dapat diperoleh
matriks :
bahwa berat untuk 1 (satu) lapis serat yang
Berat serat = 95% x 101,4 gr
disusun rapat dan matriknya adalah 101,4
= 96,3 gr
gram, sehingga untuk perhitungan setiap
Berat matriks
sebagai berikut :
98,8 gr
Variasi 97,5% serat dan 2,5%
= 101,4 gr –
= 5,1 gr
Variasi 92,5% serat dan 7,5%
matriks :
matriks :
Berat serat = 97,5% x 101,4 gr
Berat serat = 92,5% x 101,4 gr
= 98,8 gr
= 93,8 gr
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 53
= 101,4 gr –
Berat matriks 93,8 gr
= 7,6 gr
= 88,7 gr
Variasi 90% serat dan 10%
Berat matriks
matriks :
88,7 gr
Berat serat = 90% x 101,4 gr = 101,4 gr –
Berat matriks 91,3 gr
= 101,4 gr –
= 12,7 gr
3.2 Pengujian Kuat Lentur Pengujian kuat lentur dilakukan terhadap
= 91,3 gr
Berat serat = 87,5% x 101,4 gr
15 benda uji bahan komposit serat rumput payung - PVAc dengan masing – masing
= 10,1 gr
Variasi 87,5% serat dan 12,5%
dimensi benda uji yang disajikan pada tabel 2.
matriks : Tabel 2. Tabel Dimensi Benda Uji Komposisi
Jumlah
Serat
Matrik
benda uji
87.5% 90.0% 92.5% 95.0% 97.5%
12.5% 10.0% 7.5% 5.0% 2.5%
3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian, rata - rata beban maksimum (P)
Dimensi b (mm) 23 19 20 20 21
d (mm) 8 6 5 5 5
L (mm) 80 90 99 88 80
dan defleksi maksimum (D) untuk setiap komposisi ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel Rata-rata beban maksimum (P) dan defleksi maksimum (D) Komposisi Serat Matrik 87.5% 12.5% 90% 10% 92.5% 7.5% 95% 5% 97.5% 2.5%
Rata -rata P (N) D (mm) 72.422 8.463 81.088 16.157 51.088 5.523 52.754 8.543 67.754 3.593
Grafik hubungan Beban–Defleksi berdasarkan hasil
pembacaan
data
di
laboratorium
diperlihatkan pada gambar 2.
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 54
Gambar 2. Grafik Hubungan Beban – Defleksi Uji Lentur
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa rata-
tersebut pada permukaan benda uji terlihat
rata bahan komposit serat rumput payung-
lebih padat karena ikatan antar lapisan yang
PVAc untuk 5 variasi komposisi serat-matrik
cukup kuat serta penyusunan serat yang rapat
memiliki pola keruntuhan yang sama dimana
sehingga mampu menahan beban maksimum
ditunjukkan oleh trend garis hubungan beban
yang cukup besar dengan defleksi yang paling
dan defleksi yang linier dari titik nol sampai
maksimal dibandingkan variasi yang lain.
beban maksimum tercapai. Namun pada
3.3
variasi komposisi 90% serat dan 10% matrik
Lentur
nampak bahwa garis hubungan beban dan defleksi
linier
dari
titik
Perhitungan
Tegangan-Regangan
Hasil perhitungan tegangan lentur dan
nol kemudian
regangan lentur bahan komposit serat rumput
mendatar pada setengah beban maksimum dan
payung-PVAc untuk semua variasi komposisi
linier hingga mencapai beban maksimum,
ditampilkan
pada
tabel
4.
dalam hal ini dikarenakan pada variasi
Tabel 4. Tabel Nilai Tegangan Lentur ( Komposisi Serat Matrik 87.5% 12.5% 90% 10% 92.5% 7.5% 95% 5% 97.5% 2.5%
) dan Regangan Lentur ( )
Hasil Perhitungan (MPa) 5.904 0.063 16.004 0.072 15.173 0.017 13.927 0.033 15.487 0.017
Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 55
Grafik hubungan Tegangan – Regangan
komposit rumput payung-PVAc diperlihatkan
akibat beban lentur yang terjadi pada bahan
pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik Hubungan Tegangan – Regangan Lentur
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa rata-rata
sehingga kerusakannya dimulai dengan lepasnya
bahan komposit serat rumput payung-PVAc
ikatan antar lapisan serat.
untuk 5 variasi komposisi serat-matrik memiliki trend garis hubungan tegangan – regangan yang
IV KESIMPULAN DAN SARAN
linier dari titik nol sampai beban maksimum
4.1 Kesimpulan
tercapai namun garis yang terbentuk tidak terlalu
Telah dibuat 15 buah benda uji bahan
curam, hal ini berarti bahwa bahan komposit
komposit serat rumput payung dengan PVAc
yang dihasilkan belum cukup kaku materialnya.
sebagai matrik yang terdiri dari 5 variasi
Pada
tegangan-regangan
komposisi berat serat masing-masing 3 buah
dibagi menjadi 2 daerah yaitu elastis dan plastis,
benda uji. Kemudian dilakukan pengujian kuat
grafik pada gambar 3 menunjukkan daerah elastis
lentur terhadap bahan komposit tersebut. Dari
bahan
terdapat
hasil pengujian dan analisa data yang telah
penambahan defleksi berbanding linier dengan
dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan
penambahan
sebagai berikut :
umunya
hubungan
komposit
beban
dimana
yang
akan
diberikan
hingga
mencapai beban maksimum, sedangkan untuk
a. Pengaruh variasi komposisi serat rumput
daerah plastis (daerah dimana bahan mulai patah
payung dan PVAc pada bahan komposit
hingga runtuh) tidak dapat ditampilkan dalam
belum menunjukkan tren yang cukup
penelitian dikarenakan pola keruntuhan yang
jelas
terjadi pada benda uji terjadi selip antar lapisan
komposit tersebut. Hal ini disebabkan
untuk
kekuatan
lentur
bahan
oleh masih banyak analisa lain (seperti Jurnal Wawasan Volume III No.1 | 56
karakteristik serat dan matrik) yang tidak dilakukan dalam penelitian ini. b. Kemampuan
bahan
2.
Untuk mendapatkan bahan komposit dengan sifat mekanis yang diharapkan maka
komposit
serat
harus memperhatikan lebih teliti dan detail
rumput payung – PVAc dalam menahan
dalam proses pembuatan hingga pengujian di
beban maksimum dan menghasilkan
laboratorium.
defleksi maksimum untuk 5 variasi komposisi serat-matrik tidak memiliki
DAFTAR PUSTAKA
perbedaan yang cukup signifikan.
Anggaini,
c. Bahan komposit serat rumput payung
2011,”Pengolahan
domestik
dengan
lahan
air
limbah
basah
buatan
dengan PVAc sebagai matriknya untuk
menggunakan rumput payung (Cyperus
variasi komposisi 90% serat dan 10%
Alterniofolius)”, Skripsi UPN Veteran Jawa
dapat menahan beban maksimum 81,088
Timur.
N dengan defleksi 16,157 mm sehingga
ASTM, D 790 – 02, “Standard Test Methods for
tegangan lentur (kuat lentur) dari variasi
Flexural Properties of Unreinforced and
tersebut adalah 16,004 MPa.
Reinforced
and
Electrical
Insulating Materials”: Philadelphia.
4.2 Saran 1.
Plastics
Sebaiknya dilakukan penelitian
Jones, R. M, 1975. ”Mechanics of Composite Scripta
lebih mendalam mengenai serat rumput
Materials”.
payung
Washington DC
sebagai
filler
bahan
komposit,
Book
Company,
sehingga dapat dilakukan perhitungan awal secara teoritis sebagai dasar hasil pengujian di laboratorium.
Jurnal Wawasan Volume III No.1| 57
DETERMINASI STRUKTUR MODAL BERDASARKAN PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY DAN TRADE-OFF THEORY DI INDONESIA (Studi Komparatif pada Perusahaan PMA dan Perusahaan PMDN) Dewi Ratih Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Widya Karya Malang Alamat korespondensi: Jl. Bondowoso No. 2 Malang. Email:
[email protected] ABSTRACT This study aimed to analyze and evaluate the differences in the structure of multinational companies (PMA) to domestic company (PMDN) in Indonesia based on the perspective of the trade-off theory and the pecking order theory. Companies that become the object of research is the 25 foreign companies and 30 domestic investment companies sector non-financial/banking and non whole sale and retail trade, which is listed on the Indonesia Stock Exchange observation period 2008-2013. The findings of this study indicate that the presence of the tax has not generated significant benefits for the use of debt (leverage up). PMA debt ratio is lower than the debt ratio of domestic investment. In improving its capital structure, PMA priorities of internal funding sources (the validity of the pecking order), while domestic investment priorities for external funding (the validity of the trade-off). The findings of this study strategic moderate causal relationship with the investment capital structure, when a company has a large market share, then the effect of additional debt will further enhance the creation of projects large investment. Instead effect a large increase in investment will increasingly require an additional cost of doing business, and sources of funds can be derived from the use of debt. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama empat puluh tahun terakhir, penelitian tentang struktur modal melalui model teoritis dan empiris memunculkan beberapa asumsi pokok yang mendasari ModiglianiMiller (MM) teorema. Hal ini telah memunculkan dua teori dominan yang saling bersaing dalam teori struktur modal, yang dikenal sebagai teori Trade-Off (Myers, 1984) dan teori Pecking Order (Myers, 1984). Teoriteori tersebut menjadi dasar dalam menentukan kebijakan struktur modal sebuah perusahaan begitu pun di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia saat ini yang sedang dan telah memasuki era pasar bebas, kegiatan ekonominya ditopang oleh berbagai jenis industri yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan yang secara garis besar dibagi ke dalam dua kelompok yaitu perusahaan multinasional dan perusahaan domestik. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang terlibat dalam suatu bisnis internasional dan berbasis usaha (mulai dari kegiatan produksi sampai dengan kegiatan pemasaran) mencakup kegiatan ekonomi antar negara (ekonomi global) dan kepemilikan ekuitas di banyak negara. Sedangkan perusahaan domestik
adalah perusahaan yang basis usahanya mencakup kegiatan ekonomi suatu negara atau lingkup ekonomi nasional dan kantor pusat berkedudukan di dalam negeri (Rudolf, 2008). Peluang ini memungkinkan struktur modal multinasional akan berbeda dengan perusahaan domestik. 1.2 Perumusan Masalah Dengan adanya beberapa gap research mengenai perbedaan rasio hutang perusahaan PMA yang lebih rendah dibandingkan rasio hutang perusahaan PMDN dari hasil penelitian terdahulu, serta fenomena yang menunjukkan perusahaan besar cenderung menggunakan hutang lebih besar, menjadi latar belakang penelitian ini. Oleh karena itu, permasalahan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dari paparan latar belakang di atas, adalah melalui pengujian faktor determinan struktur modal, apakah pecking order theory atau kah trade-off theory yang mendasari kebijakan struktur modal perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) secara umum, menguji secara empiris pengaruh variabel penjelas yang menentukan Jurnal Wawasan Volume III No.1| 58
kebijakan struktur modal PMA apakah berbeda dengan PMDN, (2) secara khusus menguji kekuatan pecking order theory (POT) dan tradeoff theory (TOT) sebagai dasar teori dalam kebijakan struktur modal perusahaanperusahaan di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis, secara teoritis penelitian ini memberikan kontribusi kepada ilmu manajemen keuangan, khususnya bagi riset-riset keuangan korporasi. Manfaat praktis, penelitian ini memberikan pedoman bagi para manajer dalam mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber dana yang dipilih dalam melakukan pengambilan keputusan pendanaan. Target luaran yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah dengan memuat hasil penelitian pada jurnal ilmiah WAWASAN. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal dapat dijelaskan sebagai senyawa saham biasa, saham preferen dan kewajiban, yang digunakan oleh perusahaan untuk pembiayaan operasi maupun statistik mereka. Weston dan Copeland (1992) memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Konsep dasar struktur modal menurut Weston dan Copeland (1992) dapat dijelaskan dengan . Di mana V adalah nilai perusahaan, B merupakan nilai pasar dari hutang, dan S adalah nilai pasar dari ekuitas. 2.1.2 Teori Trade-off Teori trade-off memandang bahwa struktur modal optimum dapat ditentukan. Perusahaan dipandang sebagai suatu setting dari suatu target tersebut. Termasuk dalam teori trade-off ini adalah konsep tax shelterbankrupcy cost. Di mana dari konsep tersebut keuntungan penggunaan hutang muncul dari peranan biaya bunga sebagai pengurang dalam perhitungan laba kena pajak. Dalam penelitian ini, mencoba mengukur arah penyesuaian struktur modal optimal dalam persepsi teori trade-off dinamis. Model trade-off ini dapat digambarkan secara sederhana dalam bagan berikut: 2.1.3 Teori Pecking Order Teori pecking order dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun (1961),
sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers (1984), Husnan (1996). Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri). Dengan kata lain urutan pendanaan dipilih berdasarkan dana yang memiliki risiko terkecil (Myers dan Majluf, 1984). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing, yaitu pendanaan dari hasil operasi perusahaan yaitu laba ditahan. Dan apabila pendanaan dari luar atau external financing diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, dan penerbitan saham apabila masih belum mencukupi. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian empiris mengenai kedua teori tersebut telah banyak dilakukan, seperti dilaporkan dalam studi literatur yang dilakukan oleh Harris dan Raviv (1991). Kemudian riset yang mencoba membandingkan kekuatan eksplanasi dari masing-masing teori dalam konteks yang sama mulai banyak dilakukan, diantaranya adalah Fama dan French (2002), Frank dan Goyal (2003). (matrik penelitian terdahulu terlampir). 2.3 Hipotesis dan Model Pengujian Empiris 2.3.1 Model I: Determinasi struktur modal perusahaan. Dalam penelitian ini, sesuai dengan telaah teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, model konvensional yang digunakan untuk menguji faktor-faktor determinan utama struktur modal pada perusahaan PMA dan PMDN sebagai fungsi dari tingkat leverage secara matematis dinyatakan sebagai berikut: LEV = Fungsi (PROF, CVA, SIZE, GROW, TAX) Model konvensional determinan struktur modal ini menyatakan bahwa rasio hutang atas aktiva (leverage) dipengaruhi oleh faktor-faktor kekuatan internal (basic earning power) yang dimiliki perusahaan seperti profitabilitas (PROF), collateral assets (CVA), ukuran perusahaan (SIZE), dan tingkat pertumbuhan (GROWTH). Faktor penentu struktur modal lainnya adalah kehadiran pajak Jurnal Wawasan Volume III No.1| 59
korporasi (TAX) yang dapat memberikan keselarasan antara manfaat hutang dengan biaya dari penggunaan hutang, sehingga memungkinkan struktur modal korporasi dapat dioptimalkan. Hipotesis 1: Tingkat profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hipotesis 2: Collateral Value of Assets (CVA) berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hipotesis 3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan.
Hipotesis 4: Tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hipotesis 5: Pajak berpengaruh positif terhadap tingkat leverage perusahaan. Hipotesis 6: Perusahaan-perusahaan cenderung melakukan penyesuaian ke target leverage optimum ketika tingkat leverage perusahaan berada di atas leverage optimum industrinya. 2.4 Kerangka Konseptual Berdasarkan pemaparan latarbelakang di atas, dapat digambarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka Konseptual
PMA Profitabilitas Assets
BEDA
Leverage
Size Growth Tax PMDN III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian ini bersifat penelitian kausal yang menggunakan metode eksplanatori, untuk menguji hipotesis penelitian dari karakteristik hubungan atau perbedaan antar kelompok dan interdependensi dari beberapa faktor. Hipotesis-hipotesis yang akan diuji adalah perbedaan struktur modal perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dimana perusahaan yang dipilih
untuk penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor riil, bukan sektor financial. Data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang diperlukan antara lain adalah data keuangan perusahaan PMA dan perusahaan PMDN non-keuangan/jasa keuangan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory maupun secara langsung. Populasi yang digunakan adalah semua perusahaan PMA dan PMDN yang gopublic non-keuangan tahun 2008-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. 3.3 Definisi Operasional Variabel Jurnal Wawasan Volume III No.1| 60
Variabel Leverage (Debt Ratio)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi Teoritis
Proksi
Ukuran rasio antara total hutang dengan total aktiva (Rajan & Zingales, 1995; Fama & French, 2002; Baker & Wurgler, 2002).
Profitabilitas
Mengukur rasio kemampulabaan perushaan yang menunjukkan hubungan antara profitabilitas dan leverage (Ozkan, 2001; Fama & French, 2002; Baker & Wurgler, 2002).
Tangibility
Mengukur besarnya aktiva tetap yang dapat dijadikan jaminan (Titman & Wessels, 1988; Ghosh et al, 2000).
(Collateral Asset)
Ukuran Perusahaan
Ln dari total asset. Besarnya total aktiva yang dapt dijadikan pada komposisi struktur modal. Semakin besar total aktiva yang dimiliki perusahaan, semakin besar ukuran perusahaan. (Ozkan, 2001; Ghosh at al, 2000).
Pertumbuhan Perusahaan
Rasio total asset periode sekarang (Assets) minus periode sebelumnya (Assets-1) terhadap total asset sebelumnya (Asset1-1). Proksi bagi tingkat pertumbuhan asset dan/atau nilai penjualan perusahaan (Myers, 1977; Titman & Wessels, 1988; Harris & Raviv, 1991; Ghosh at al,2000).
Non Debt Tax Shield
Rasio perbandingan antara tax expanse terhadap earning before tax (Titman & Wessels, 1988; Ghosh at al,2000)
3.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat panel data dimana gabungan dari cross-sectional dan time series. Data yang dikumpulkan adalah data perusahaan PMA dan PMDN di sektor non finansial dan non whole sale dan retail trade yang go public di pasar modal Indonesia. Data diperoleh dari dokumentasi Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, JSX statistic, ICMD, statistik Bapepam, laporan keuangan publikasi internet: http://www.jsx.co.id dan http://www.indoexchange.com.
TAX
DEP TA
3.5 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Langkah pertama yang dilakukan adalah pengelompokkan semua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ke dalam status perusahaan PMA atau PMDN menurut klasifikasi ICMD. Kemudian, langkah kedua adalah mengelompokkan masing-masing status perusahaan berdasarkan sampling frame sector industry yang tidak tergolong industri finansial/perbankan dan whole sale and retail trade. Jurnal Wawasan Volume III No.1| 61
mengarah pada pecking order theory atau 3.6 Metode Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk trade-off theory, dilakukan pengujian dengan menguji variabel-variabel determinan struktur pendekatan model Binomial. modal yang mempengaruhi leverage dalam studi ini, digunakan model regresi linear ganda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan teknik Ordinary Least Square, dengan Perusahaan-perusahaan non-financial terlebih dahulu memeriksa asumsi-asumsi dan non-whole sale & retail trade secara panel klasik (BLUE) yang harus dipenuhi oleh yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk sebuah model regresi linear berganda. tahun 2008-2013 sebanyak 191 perusahaan. Kemudian perbedaan tingkat leverage Berdasarkan pengolahan sampel, terpilih perusahaan multinasional (PMA) dengan sebanyak 25 perusahaan PMA dan 30 perusahaan domestik (PMDN), diuji dengan perusahaan PMDN kurun waktu 2008-2013 menggunakan analisis profil atau Chow-test. yang go public di pasar modal Indonesia, Berdasarkan penelitian Panno (2003), dan Cai menunjukkan bahwa PMA yang memiliki rata& Ghosh (2003), maka untuk menguji rata ukuran perusahaan (size) lebih kecil dari hipotesis 6, apakah struktur modal perusahaan PMDN dengan rata-rata leverage lebih rendah PMA dan perusahaan PMDN di Indonesia dibanding PMDN. Tabel 4.1 Hasil Uji Beda Besaran Rata-rata PMA dan PMDN Status Perusahaan (%) Parameter P-Value Perbedaan PMA PMDN Leverage
37,20
40,33
0,0876
Signifikan
120
107
0,0057
Signifikan
Profitabilitas
17,12
13,21
0,0000
Signifikan
Size
6,04
6,21
0,0000
Signifikan
Growth
1,56
1,58
0,4562
Tidak Signifikan
Collateral Assets
Sumber: Data ICMD yang diolah, 2014 Tabel 4.2 Hasil Uji Koefisien Regresi Determinan Struktur Modal Variabel Model 1 Model 2
Model 3
(All firms)
(PMA)
(PMDN)
EBIT to Assets
-0,393***
-0,525***
-0,283***
Size of Assets
0,139***
0,112
0,076
Growth of Assets
-0,414***
-0,284***
-0,418***
Collateral Assets
0,090***
-0,056
0,124***
-0,011
-0,024
0,024
361
166
195
0,478
0,490
0,547
Taxpay Number Observation (N) Adjusted R-Square (R2) Sumber: Data penelitian diolah, 2014 ***signifikansi pada α = 0,05
Jurnal Wawasan Volume III No.1| 62
Pengujian Hipotesis 1: Hubungan Profitabilitas dengan Rasio Hutang Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis ini menunjukkan variabel EBIT/A sebagai proksi profitabilitas dari ketiga model konvensional di atas memiliki koefisien regresi bertanda negative. Hasil uji ini membawa konsekuensi pada penerimaan hipotesis 1 penelitian ini, yakni tingkat profitabilitas berpengaruh sangat signifikan negatif terhadap rasio hutang perusahaan. Bukti empiris ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan PMA & PMDN di Indonesia yang memiliki daya profit rendah memiliki rasio hutang yang tinggi, sebaliknya memiliki rasio hutang rendah ketika daya profit perusahaan tinggi. Pengujian Hipotesis 2: Hubungan Collateral Value of Assets dengan Rasio Hutang Variabel collateral value of asset yang diukur dari rasio total aktiva tetap terhadap total aktiva memiliki koefisien regresi bertanda positif. Bukti ini membawa konsekuensi logis pada penerimaan hipotesis 2 penelitian ini, bahwa collateral assets berpengaruh positif terhadap rasio hutang perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak aktiva tetap yang dapat dijadikan jaminan terhadap hutang, semakin besar hutang yang dapat diberikan oleh kreditur. Pengujian Hipotesis 3: Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Rasio Hutang Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa variabel SIZE untuk model all firms memiliki koefisien regresi bertanda positif, namun tidak signifikan positif untuk kedua model masing-masing status perusahaan. Hasil ini memberi bukti bahwa di Indonesia perusahaan PMA dan PMDN yang berukuran aktiva besar cenderung menerbitkan hutang yang tinggi, sedangkan perusahaan PMA dan PMDN yang berukuran aktiva kecil menggunakan hutang yang rendah. Pengujian Hipotesis 4: Tingkat Pertumbuhan dengan Rasio Hutang Tabel 4.2 menunjukkan hasil pengujian statistik koefisien regresi variabel dummy tingkat pertumbuhan aktiva (DGROW) untuk ketiga model konvensional berpengaruh signifikan negatif terhadap leverage perusahaan. Hasil ini memperlihatkan bahwa perbedaan rasio hutang perusahaan (all firms)
memiliki pertumbuhan aktiva tinggi dengan pertumbuhan aktiva rendah. Pengujian Hipotesis 5: Hubungan Tingkat Pajak dengan Rasio Hutang Tabel 4.2 menunjukkan hasil pengujian pada ketiga model konvensional determinan struktur modal yang tidak signifikan positif terhadap leverage. Dengan angka statistik ini, hipotesis 5 tidak terbukti secara statistik. Dengan kata lain belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa tingkat pajak korporasi berpengaruh positif terhadap rasio hutang perusahaan. Pengujian Hipotesis 6: Trade-Off Theory atau Pecking Order Theory Validitas pengujian teori trade-off ditunjukkan oleh kecenderungan perusahaanperusahaan melakukan penyesuaian ke target leverage optimum jangka panjang ketika leverage perusahaan berada di atas leverage optimal industrinya, sedangkan validitas teori pecking order ditunjukkan oleh kecenderungan prioritas pendanaan internal ketika leverage perusahaan berada di bawah leverage optimal industrinya. Maka untuk menguji validitas kedua teori tersebut, penelitian ini menguji selisih nilai tengah tingkat leverage masingmasing status perusahaan terhadap nilai leverage optimum jangka panjang untuk seluruh industri PMA dan PMDN. V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Pajak korporasi belum mengindikasikan sebagai pemicu perusahaan PMA dan PMDN untuk leveraging up. Keputusan untuk menggunakan hutang ketika perusahaan profitabel terbebani pajak tinggi tidak didasarkan pada pengoptimalan struktur modal, namun didasarkan pada pertimbangan oportunistik pemegang saham mayoritas. Perusahaan cenderung mengandalkan sumber dana internal ketika ketersediaan collateral assets sudah berkurang, dan akan mengandalkan sumber dana eksternal ketika daya profit perusahaan rendah atau mengalami kesulitan cashflow untuk membiayai investasi. Ketergantungan PMDN pada collateral assets untuk leveraging up dan berinvestasi sangat signifikan. Perusahaan PMDN dalam mengoptimalkan struktur modalnya Jurnal Wawasan Volume III No.1| 63
ditenggarai mengarah pada validitas teori trade-off yang cenderung memprioritaskan pilihan pendanaannya dari sumber eksternal. Hal ini berarti perusahaan PMDN di Indonesia yang bukan tergolong industri keuangan dan whole sale & retail trade menggunakan hutang secara proporsional dengan daya profit perusahaan. Sedangkan perusahaan PMA lebih mengarah pada sumber pendanaan internal (pecking order theory). 5.2 Saran Kebijakan investasi perlu mempertimbangkan faktor adaptasi lingkungan industri ketika harus membuat keputusan struktur modal, seperti bagi manajer PMA yang beroperasi dalam industri bersaing; maka rasio hutang yang tinggi merupakan penggerak bagi penciptaan investasi strategis perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Penggunaan hutang yang tinggi untuk mendanai investasi lebih diarahkan pada peningkatan kualitas portfolio sumber daya dan kapabilitas perusahaan yang mampu menciptakan barrier to entry melalui sharing ekuitas, sehingga meningkatkan derajat volatilitas yang tinggi pada struktur industri. Dengan mengetahui struktur modal optimal, manajer perusahaan dapat menjadikan investor sebagai bagian dari pedoman pemberdayaan emiten untuk menempatkan penyertaan modal mereka ke dalam perusahaan yang memiliki perimbangan hutang dan modal sendiri yang favorable. Penerbitan hutang yang tinggi tanpa mempertimbangkan pengimbangan manfaat dengan biaya hutang akan meningkatkan biaya keagenan hutang, dan ketidakpastian bisnis karena meningkatnya volatilitas earning maupun peluang kebangkrutan. Idealnya, adalah investor yang menyertakan modalnya ke dalam perseroan yang membayarkan dividen setiap tahunnya yang pendanaannya berasal dari profit yang tinggi, akan memberikan harapan keuntungan dan kenyamanan berinvestasi yang lebih baik. 5.3 Keterbatan Pengujian dan penarikan kesimpulan dalam penelitian ini masih menyisakan beberapa keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini terletak pada beberapa hal yaitu: pertama, pengujian model empiris struktural struktur modal dilakukan dengan
modifikasi model empiris yang dibatasi pada penggunaan satu proksi atau indikator untuk setiap variable penelitian dengan alasan untuk mengeksplorasi hubungan dan pengaruh variabel-variabel yang observable dan terbatas dengan pendekatan persamaan regresi. Hasil penelitian ini belum dapat menentukan faktorfaktor determinan perilaku keputusan struktur modal yang secara tepat dapat mempengaruhi keputusan pendanaan. Sebagaimana Chen & Jiang (2001) menyatakan setiap atribut teori untuk mengidentifikasi penentuan struktur modal perusahaan kebanyakan tidak hanya dipengaruhi oleh satu indikator sebagai proksi dari setiap atributnya, sehingga penggunaan satu proksi untuk setiap atribut determinan struktur modal disadari sebagai eterbatasan penelitian ini. Kesalahan pengukuran (measurement error) bisa saja terjadi dalam pengujian bila hanya mengambil salah satu indikator sebagai proksi dari setiap atribut teori struktur modal. Penelitian mendatang diharapkan dapat menganalisis perbedaan struktur modal kedua status perusahaan dengan melibatkan banyak indikator untuk setiap atribut teori struktur modal, seperti menyelesaikan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan structural equation modeling (SEM) mengingat SEM dapat menentukan model yang fit untuk sebuah teori dengan memasukkan semua variabel baik yang observable maupun yang unobservable dalam konteks persamaan simultan. Kedua, pengujian hipotesis tentang tingkat pajak baik yang diproksi dengan besarnya pajak yang dibayarkan maupun dengan biaya penyusutan menunjukkan hasil yang tidak signifikan hampir di semua model empiris penelitian. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa proksi ini belum dapat menggambarkan eksistensi variabel tingkat pajak sebagai determinan struktur modal. Sebagaimana proposisi Modigliani & Miller (1958) yang menyebutkan bahwa kehadiran pajak korporasi memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan struktur modalnya. Hasil yang inkonklusif variabel pajak korporasi terhadap proposisi MM dalam penelitian ini mengakibatkan sulitnya menentukan titik optimum rasio hutang yang dapat menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan dari penggunaan hutang, dan kehadiran pajak dipandang sebagai signal Jurnal Wawasan Volume III No.1| 64
negatif perusahaan untuk melakukan leveraging up. Penelitian mendatang diharapkan dapat menentukan berbagai proksi yang tepat untuk mengukur variabel pajak korporasi. Ketiga, sampel penelitian ini menggunakan data panel dengan kualifikasi perusahaan yang tidak tergolong pada industri jasa keuangan dan ritel, serta tidak melihat pengaruh perbedaan jenis industri, risiko politik (seperti enterprises corruption index) dan budaya (corporate culture, social culture,
dan national culture) pada struktur modal. Oleh karena itu, agar penelitian mendatang memberikan kekuatan dalam generalisasi hasil sebaiknya melibatkan industri jasa keuangan & ritel sebagai unit analisis, dan mengakomodasi atau mempertimbangkan pengaruh perbedaan jenis industri, risiko politik, dan pengaruh budaya ke dalam model penelitian struktur modal ini, serta membagi periode waktu penelitian ke dalam periode sebelum krisis, saat krisis, dan periode waktu pemulihan ekonomi (economy recovering).
DAFTAR PUSTAKA
Structure”. American Business Review, June 2000, pp.129 -134. Imam Ghozali (2006), Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Edisi 1. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Modigliani, F. and M.H. Miller (1958), “The Cost of Capital, Corporation Finance and The Theory of Investment”, American Economic Review, Vol.48, No.13, pp.261-297. Modigliani, F. and M.H. Miller (1963), “Corporate Income Taxes and The Cost of Capital: a Correction”. American Economics Review. Myers, Stewart C. (1984), “The Capital Structure Puzzle”, The Journal of Finance, Vol 39, No.3, pp.575-592. Shyam-Sunder, Lakshmi, and Stewart Myers, 1999, Testing static tradeoff against pecking order models of capital structure, Journal of Financial Economics 51, 219-244. Tobing, L.R. (2007), Studi Mengenai Perbedaan Struktur Modal Perusahaan Multinasional Dengan Perusahaan Domestik yang Go-Public di Pasar Modal Indonesia: Perspektif Teori Keagenan & Teori Kontijensi Dalam Mengoptimalkan Struktur Modal Perusahaan. Proposal Disertasi Program S3 Ilmu Ekonomi UNDIP, hal. 1-26.
Ang, Robbert. (1997). “Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market)”. Mediasoft Indonesia Brigham, Eugene F. (1983). “Fundamentals of Financial Management”. Third Edition. Holt-Saunders Japan: The Dryden Press. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, (2001). Manajemen Keuangan, Edisi 8, Erlangga, Jakarta. Chirinko, Robert, and Anuja Singha, 2000, Testing static tradeoff against pecking order models of capital structure: a critical comment, Journal of Financial Economics 58, 417-425. DeAngelo, Harry, and Ronald Masulis, 1980, Optimal capital structure under corporate and personal taxation, Journal of Financial Economics 8, 3-29. Fama, Eugene, and Kenneth French, 2002, Testing trade-off and pecking order predictions about dividends and debt, Review of Financial Studies 15, 1-33. Frank, Murray, and Vidhan Goyal, 2003, Testing the pecking order theory of capital structure, Journal of Financial Economics 67, 217-248. Ghosh, Arvin, Francis Cai and Wenhui Li (2000). “The Determinants of Capital
Jurnal Wawasan Volume III No.1| 65
Lampiran 1 Matriks Penelitian Terdahulu
Jurnal Wawasan Volume III No.1| 66