Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (6), Juli 2011
58
ASPEK USABILITY & KUALITAS INFORMASI PADA PERSIAPAN KONTEN WEBSITE BERBASIS E-COMMERCE Haryoso Wicaksono Sistem Informasi, STMIK IM, Jl.Jakarta No.79 Bandung
[email protected]
Abstrak Ada dua hal yang melandasi judul diatas, yaitu aspek Usability & aspek Kualitas Informasi (IQ,/Information Quality). Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) mendefinisikan kegunaan (Usability) sebagai efisiensi, efektivitas, dan kepuasan pengguna tertentu dengan antarmuka dalam suatu konteks tertentu penggunaan (ISO 9241-11). Ketika orang berpikir tentang kegunaan, hal pertama yang muncul dalam pikiran adalah estetika dan fungsionalitas. Bagian ini membahas perlunya mempertimbangkan informasi dan kegunaan dalam pendekatan desain dan persiapan. Dimensi lain yang perlu ditambahkan adalah bagaimana membawa informasi ke pengguna informasi dan memperkenalkan hal-hal terkait dengan akurasi, ketepatan waktu, nilai tambah, dan relevansi untuk sistem / evaluasi antarmuka. Melakukan pengaturan persiapan konten informasi, sehingga informasi dapat dengan mudah diambil saat dibutuhkan. Perkembangan persiapan konten berasal dari persiapan akan pemahaman akan aspek Usability (kegunaan) dan aspek kualitas informasi (IQ,/Information Quality) dalam desain user interface, salah satunya website e-Commerce. Key words: Usability, Kegunaan, Kualitas Informasi, e-Commerce
1. Pendahuluan - Kualitas Informasi (IQ/Information Quality) Data dan kualitas informasi (IQ,/Information Quality) telah menjadi perhatian dan fokus penelitian di berbagai disiplin ilmu (Katerattanakul dan Siau 1999; Pipino et al 2002). Misalnya, bidang Sistem Informasi (IS/Information System) pendekatannya berpusat pada efektivitas database, algoritma pencarian dan pengambilan, dan sistem manajemen konten (Ives et al 1983.). Di sisi lain, pendekatan HCI (Human Computer Interaction) yang dikembangkan untuk kepuasan penggunaan dan pelanggan (Baierova et al 2003;. Zhang et al 1999). Pada bagian persiapan konten, dengan harapan menemukan suatu konstruksi dalam mendefinisikan isi yang berguna untuk penggunaan secara lebih baik. Studi di Sistem Informasi (IS/Information System) telah difokuskan pada pengembangan skema klasifikasi untuk informasi (misalnya, data), penilaian kualitas dan benchmarking (Dedeke 2000; Delone dan Mclean 1992; Knight dan Burn 2005). Secara keseluruhan, kualitas informasi (IQ/Information Quality) didefinisikan sebagai informasi yang akan membantu pengguna dalam pengambilan keputusan dan tugas-tugas penting lainnya. Ada atribut khusus yang membantu dalam penentuan informasi yang berkualitas. Selama bertahun-tahun, telah ada sejumlah kerangka klasifikasi Sistem Informasi (IS/Information System) dikembangkan untuk memungkinkan para manajer untuk lebih memahami dan memenuhi kebutuhan informasi konsumen mereka (Ives et al 1983). Kategori IQ, (Information Quality) intrinsik atau Content IQ, merupakan kebutuhan informasi untuk memiliki kualitas yang independen (Huang et al. 1999). Kategori ini merangkum atribut
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
59
seperti akurasi, cakupan, dan mata uang. Akurasi/Accuracy adalah sejauh mana data yang benar, dapat diandalkan, dan bersertifikat harus bebas dari kesalahan (Alexander dan Tate 1999; Katerattanakul dan Siau 1999). Untuk tingkat akurasi yang baik diperlukan sumber informasi yang jelas, nama editor yang bertanggung jawab terhadap isi atau kontennya, dan proses evaluasi yang independen terhadap suatu konten website produk tertentu. Coverage/Cakupan, yang terdiri atas keterangan rinci untuk produk dan jasa yang ditawarkan, dan intended audience/peruntukan atau segmen pengakses informasi. Uang (nilai uang)/Currency adalah sejauh mana nilai suatu material dapat diidentifikasi secara uptodate dalam pembaharuan informasi (Alexander dan Tate 1999). Atau, nilai informasi akan dinilai dari keterupdateannya. Semakin suatu informasi terupdate, maka nilai uang suatu informasi akan meningkat. Currency/Nilai kemanfaatan dikaitkan dengan keterbaruan suatu informasi, yang terkait dengan kapan suatu informasi ditampilkan di website. Terupdate setiap kurun waktu tertentu adalah suatu prioritas terbaik. Keamanan dan privasi adalah fokus utama aksesibilitas IQ, (Information Quality) (Ives et al 1983.). Kategori ini berisi atribut seperti keamanan, obyektivitas, dan otoritas. Keamanan adalah sejauh mana akses informasi dibatasi dengan tepat untuk menjaga akses keamanan (Kahn et al 2002; Naumann dan Rolker 2000.). Security/keamanan, ini terkait dengan keamanan bertransaksi khususnya untuk transaksi keuangan. Bagaimana menjamin bahwa suatu proses transaksi itu harus berlangsung tanpa diketahui oleh selain pembeli & penjual saja. Downloading restriction adalah pengaturan tentang pihak mana saja yang boleh mendownload suatu konten website. Objektivitas adalah sejauh mana informasi itu tidak bias, tak berprasangka (punya dasar informasi yang jelas), dan tidak memihak (Alexander dan Tate 1999; Kahn et al 2002; Naumann dan Rolker 2000). Objectivity/ Objektivitas atau Tujuan. Tujuan perusahaan harus terkomunikasikan dengan baik, khususnya kepada stakeholder & rekanan. Terkait dengan hubungan antara perusahaan dan iklan yang ditampilkan. Bahwa iklan atau promosi dikerjakan oleh pihak ketiga maka sangat penting adanya penyamaan visi sehingga terjalin komunikasi yang baik antara keduanya. Kebijakan yang berkaitan dengan sponsor / iklan, misalkan tidak menggunakan iklan yang berkonotasi negatif, seperti menampilkan orang yang merokok. Visi & misi organisasi/perusahaan juga harus dikomunikasikan dengan optimal, sehingga bisa membangun sinergi yang optimal. Meskipun perusahaan punya motif bisnis demi keuntungan/profit, namun melibatkan diri dalam kegiatan sosial/nirlaba bukanlah suatu hal yang bersifat kontraproduktif. Ini juga terkait dengan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat (Coorporate Social Responbility). Otoritas adalah sejauh mana penulis materi/perusahaan memiliki pengetahuan definitif dengan area subyek tertentu (Alexander dan Tate 1999). Kategori ini dapat dilihat sebagai kepercayaan IQ, (Trust Information Quality). Authority/ Authorization /Otoritas, yaitu mekanisme untuk melakukan pengecekan terhadap keabsahan dan kemampuan pihak perusahaan dalam melaksanakan proses bisnis, juga kemampuan seorang konsumen untuk melakukan pembelian (adanya dana yang diperlukan untuk melakukan transaksi jual-beli). Nama serta jabatan dalam struktur organisasi suatu perusahaan harus diketahui oleh publik. Ditampilkan dalam media masa atau informasi lainnya yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Nama-nama dari Dewan Komisaris & Direksi bisa menambah kepercayaan publik terhadap kinerja perusahaan tersebut. Informasi kontak atau Customer Service untuk organisasi atau perusahaan seharusnya disertakan dalam kemasan produk atau terpublikasikan secara luas. Kualifikasi organisasi, tentang apakah perusahaan tersebut berkonsentrasi di bidang produksi atau jasa. Atau lebih banyak berbisnis secara offline/konvensional atau online berbasis website. Kejelasan pemilik hak cipta atas informasi yang ditampilkan adalah hal penting dalam skala kepercayaan. Website yang baik selalu menjadi perbincangan, dan website yang baik selalu disarankan & dipublikasikan supaya dikunjungi, ini terkait dengan rating atau rekomendasi tentang website tersebut. Nama pengembang website serta selebriti IT bisa meningkatkan kepercayaan pengunjung website. Kehadiran website dalam durasi online yang penuh, dalam artian tidak boleh suatu website
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
60
mengalami down atau tidak beroperasi. Kecuali ketika ada kegiatan pemeliharaan atau maintenance. Sifat perusahaan / organisasinya, dimana masyarakat bisa melihat dari informasi di websitenya, dan keberadaan tentang pure bussines atau yayasan, itu sangat penting diinformasikan kepada publik. Perusahaan yang telah lama ada & tetap eksis merupakan nilai tambah, dengan predikat baik suatu perusahaan akan menikmati gelar sebagai website terbaik. Bagaimana perusahaan memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung website yang telah membeli produk di website tersebut adalah dengan refund policy atau pengembalian keuntungan dalam bentuk diskon atau promosi kepada pelanggannya. Garansi atau jaminan atas produk setelah transaksi sangat penting dalam melayani konsumen. Kontekstual IQ, (Information Quality) menyoroti variasi kebutuhan konsumen informasi sesuai dengan tugas mereka. Kategori ini terdiri dari empat kategori umum: relevansi, nilai tambah, ketepatan waktu, dan jumlah data. Nilai tambah adalah sejauh mana informasi yang bermanfaat, memberikan keuntungan dari penggunaannya. Relevansi adalah sejauh mana informasi tersebut mempunyai keterkaitan dan membantu tugas-tugas tertentu. Kelengkapan adalah sejauh mana informasi tidak hilang dan mempunyai cakupan yang luas dan menpunyai kedalaman informasi untuk tugas-tugas tertentu. Jumlah informasi adalah sejauh mana jumlah volume data yang tersedia adalah tepat sasaran.
Gambar 1 Dimensi dari Kualitas Informasi terkait konten usability Pada Gambar 1diatas menampilkan dua kategori yaitu kategori konten kualitas informasi (Content Information Quality) dan kepercayaan kualitas informasi (Trust Information Quality), serta persyaratan masing-masing informasinya. Persyaratan informasi konten ini adalah potongan spesifik informasi yang harus dimasukkan untuk mencapai syarat dari IQ. Sehingga persyaratan tersebut dapat dimasukkan dalam evaluasi dan diukur dengan mudah untuk berbagai antarmuka. Walaupun jenis penilaian sangat penting, informasi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan masalah informasi dan mengembangkan solusi.
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
61
Persyaratan untuk detil konten ditujukan untuk pencapaian kadar konten IQ, secara umum dan kepercayaan IQ. Hal ini akan memberikan wawasan untuk menentukan dan menilai informasi mana yang dapat dipercaya. Desainer website harus memperhatikan bahwa suatu informasi tersebut dapat dipercaya, dan suatu informasi tersebut harus mempunyai kegunaan tertentu. Meskipun informasi yang berguna harus kredibel, informasi yang dapat dipercaya belum tentu berguna. Diskusi tentang kontekstual IQ, menggambarkan hal tersebut secara lebih baik, di mana informasi yang relevan atau yang mempunyai nilai tambah mungkin kredibel dan berguna dalam satu tugas tertentu, tidak relevan dalam tugas lain. Meskipun daftar persyaratan konten mungkin tidak berlaku untuk setiap antarmuka, namun daftar persyaratan harus dikembangkan untuk berbagai antarmuka yang terkait.
2. Usability Istilah usability atau kegunaan telah digunakan sejak awal 1980-an. Sejak kelahirannya, telah diperoleh istilah terkait seperti user friendliness (ramah pengguna) dan ease of use (kemudahan penggunaan) (Hornbaek 2006). Usability adalah suatu properti yang tergantung pada interaksi antara pengguna, produk dan lingkungan pengembangannya. Organisasi Internasional untuk Standarisasi (1998) mendefinisikan Usability atau kegunaan sebagai ”sejauh mana suatu produk dapat digunakan oleh pengguna tertentu untuk mencapai target yang ditetapkan dengan efektivitas, efisiensi, dan kepuasan dalam konteks penggunaan tertentu.” Chapanis (1981) mendefinisikan kegunaan sebagai “berbanding terbalik dengan jumlah ketidakmampuan orang (pengguna) terkait dalam penggunaan perangkat lunak.” Perkembangan dimensi itu dibahas dalam kajian terkait pada proses menyelidiki bagaimana suatu kegunaan diukur. Hornbaek (2006) dalam kajian ini menyatakan bahwa arti dari kegunaan sangat bervariasi di antara peneliti. Definisi ini didasarkan pada berbagai item apa saja yang bisa diukur. Selama bertahun-tahun, banyak peneliti telah menyatakan definisi untuk kegunaan, yang digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran. Shackel (1991), Nielsen (1992), dan ISO (1998) telah mengembangkan definisi kegunaan yang paling direferensikan (Ryu 2005). Dengan definisi ini, disusunlah kriteria atau dimensi untuk menghilangkan ambiguitas (keraguan atau multitafsir) dan ketergantungan bantuan dalam memilih ukuran. Gambar 1 menggambarkan perbandingan dimensi kegunaan dari definisi yang direferensikan oleh Ryu (2005).
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
62
Gambar 2 Perbandingan konsep usability. (Modifikasi dari Ryu, Y. S. 2005)
Standar ISO 9126 (1991) menyatakan perlunya standar yang memiliki perspektif yang terfokus pada kegunaan. Tujuan standar ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan penekanan pada kualitas, terutama kualitas perangkat lunak. Kualitas perangkat lunak dibagi menjadi enam kategori karakteristik, yaitu functionalities (fungsionalitas), reliability (keandalan), usability (kegunaan), effectiveness (efektivitas), maintainability (pemeliharaan), dan portability (portabilitas). Bevan (1999) merekomendasikan penggunaan versi revisi standar ini, ISO 9126-1, yang mencakup model kualitas untuk mengidentifikasi tiga pendekatan terhadap kualitas produk. Pendekatanpendekatan ini terdiri atas internal quality (mutu internal), external quality (kualitas eksternal), and quality in use (kualitas penggunaan). Hal tersebut dipakai untuk mengukur sejauh mana suatu software dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam suatu lingkungan kerja tertentu. Namun, model ini tidak secara eksplisit menyebutkan kebutuhan informasi pengguna. Definisi kegunaan dalam ISO 9216 memberikan titik awal untuk mengidentifikasi seperangkat komponen informasi yang diperlukan untuk persiapan konten. Standar ISO 9241-11 mengatur persyaratan ergonomis penggunaan visual display terminals. Pedoman usability ini merupakan salah satu dari 17 bagian yang didedikasikan untuk persyaratan ergonomis yang berkaitan dengan terminal visual display. Fokus utamanya adalah kegunaan dan ketergantungan pada seluruh sistem kerja/lingkungan. Badan dunia UNDP mendukung pendekatan proses yang berorientasi untuk kegunaan (Abram 2003), menawarkan panduan secara umum dan secara teknis. Standar ISO 9241-11 memiliki pandangan yang lebih luas daripada ISO 9126. Ia tidak lagi menentukan persyaratan untuk menggunakan suatu produk tertentu atau suatu metode tertentu. Sebaliknya, standar ini memungkinkan pengukuran kepuasan pengguna dan kinerja sebuah produk yang digunakan dalam suatu konteks tertentu, yang dicirikan oleh pengguna (user), tugas (task), lingkungan (environment), dan peralatan (hardware). Petunjuk yang diberikan oleh standar ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengguna (user), tugas (task) dan lingkungan (environment) sehingga keputusan yang diambil menjadi lebih akurat, serta dapat dibuat untuk kebutuhan produk tertentu, sebagaimana dinyatakan pada standar ISO 9126. Pertimbangan/evaluasi terhadap kegunaan dan desain produk dapat ditingkatkan dengan menggabungkan fitur dan atribut untuk memberikan kepuasan pengguna dalam konteks
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
63
penggunaan tertentu. Konsekwensinya adalah suatu produk bisa memiliki berbagai tingkat kegunaan bila digunakan dalam konteks yang berbeda.
3. Definisi Persiapan Kontent (Content Preparation) Content Preparation (persiapan konten) menekankan pada aspek kebutuhan informasi tertentu, identifikasi informasi tertentu yang dibutuhkan oleh pengguna dan / atau pelanggan, selama desain antarmuka. Secara konseptual mempertimbangkan kebutuhan informasi pada tahap awal desain (perancangan) akan meningkatkan interface aesthetics (estetika interface), functionality (fungsionalitas), dan overall user experiences (pengalaman pengguna secara menyeluruh). Hal ini akan menggabungkan usercenteredness (ketersebaran penggunaan) dan penekanan kualitas informasi (IQ), untuk mengembangkan sebuah teori dalam rangka menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan peningkatan kualitas pengambilan keputusan. Persiapan konten, telah diakui sebagai tahap penting dalam pengembangan website, didefinisikan sebagai proses yang terlibat dalam menentukan informasi untuk website dalam tampilannya, dan bagaimana untuk mengatur struktur website dan menyajikan informasi sehingga dapat diambil dengan mudah dan efisien bila diperlukan (Lazar dan Sears 2006; Vu dan Proctor 2006). Untuk website dalam domain tertentu, seperti katalog perpustakaan, persiapan konten dalam empat aspek diatas terlihat dengan jelas. Hal ini dikarenakan bukan hanya organisasi dan struktur informasi, serta jenis informasi yang akan ditampilkan, relatif mudah (Proctor et al 2002,. 2003), tetapi juga karena sejumlah besar upaya penelitian telah dimasukkan ke dalam domain ini untuk mempelajari masalah persiapan konten. Namun, untuk situs dalam domain lainnya seperti eCommerce, e-health, dan e-education, aspek tadi sering tidak terlihat dengan jelas, dikarenakan masalah berikut (Proctor et al 2002, 2003; Van Duyne et al 2003.): 1.
Perancang konten tidak tahu jenis-jenis informasi apa yang perlu dan tidak perlu untuk disampaikan kepada pengguna akhir (end-user) dan teknik apa yang sesuai untuk memperoleh itu. 2. Isi dari website ini tidak dapat segera (secara mudah) diklasifikasikan ke dalam suatu kategori tertentu. Yang mana hal ini terkait dengan terorganisirnya tampilan untuk pencarian. 3. Terkait dengan ketidakjelasan metode mana yang paling efektif dan efisien untuk mengambil informasi dalam interaksi pengguna dengan website. 4. Desainer website tidak tahu dengan pasti bagaimana menyajikan informasi dengan cara yang kompatibel (sejalan) dengan tujuan pengguna. Terkait dengan berbagai latar belakang pengguna informasi. Proctor et al. (2002, 2003) membahas persiapan konten dalam arti luas dan mengidentifikasi empat aspek : knowledge elicitation (pengetahuan elisitasi), information organization and structure (struktur dan organisasi informasi), information retrieval (pencarian informasi), dan information presentation (penyajian informasi), sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Gambar 3 ini membahas isu-isu tersebut terkait dengan penerapan penyusunan kontent atau isi website yang ada dan terkait dengan teknologi informasi lainnya. Elisitasi pengetahuan dan informasi berkaitan dengan presentasi/tampilan website. Tampilan informasi berhubungan dengan organisasi dan struktur informasi untuk back-end atau bagian belakang desain interfacenya (antarmuka). Mungkin ada beberapa kebingungan antara elisitasi pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua komponen tersebut sangat penting untuk merancang kesuksesan interface (antarmuka). Informasi presentasi terkait dengan desain estetika dan sudah sangat populer selama bertahun-tahun. Pengetahuan elisitasi dikaitkan dengan penentuan informasi apa yang harus disajikan. Penting untuk dicatat perbedaan antara keduanya. Estetika desain berkonsentrasi pada unsur-unsur seperti ukuran font, warna dan posisi/layout.
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
64
Gambar 3 Skema persiapan konten. (Proctor, R. W., K.-P. Vu, G. Salvendy, et al. 2002.)
Pengetahuan elisitasi berkaitan dengan jenis informasi yang diperlukan pada tampilan layar: misalnya, harga, alamat, dan informasi jaminan (identitas penanggungjawab website). Persiapan konten pada front-end berfokus pada dua hal dasar yang berhubungan dengan isi informasi dari sebuah website. Yaitu, menentukan apa kandungan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, dan menentukan cara untuk menyajikan informasi (Lazar dan Sears 2006) . Tujuan dari desain estetika adalah untuk membuat website secara visual menarik dan menyenangkan. Sebaliknya, tujuan dari elisitasi pengetahuan adalah untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang terkait dengan antarmuka tertentu, sehingga meningkatkan kepuasan pengguna informasi. Bagaimana seharusnya desainer website menentukan isi informasi yang diperlukan untuk interface (antar-muka)? Elisitasi Pengetahuan adalah komponen teori yang membahas pertanyaan ini. Yang melibatkan identifikasi struktur pengetahuan dan proses yang membawa individu yang kompeten terhadap kinerja tugas (Proctor et al 2002.). Seorang desainer website harus mampu mengidentifikasi sumber informasi, minimal ada tiga sumber populer yaitu pakar/ahli/expert, pengguna, dan metadata. Para pakar/ahli/expert dan pengguna yang ditargetkan adalah penting terkait dengan pengalaman dalam penggunaan & manfaat dalam menyelesaikan tugas-tugas, sehingga pengetahuan elisitasi dari kedua kelompok akan memastikan desain website yang lebih komprehensif (Proctor et al 2002.). Menggabungkan informasi dari dua sumber akan memungkinkan para pengembang untuk memprediksi dan memenuhi harapan perancangan antarmuka. Metadata juga merupakan pilihan yang baik, di mana pengembang menganalisa data untuk mendapatkan wawasan tentang persyaratan informasi. Komponen back-end dan fungsionalitas dari desain ini adalah organisasi dan struktur informasi, dan pengambilan informasi. Komponen struktur organisasi dan teori desain mengarahkan perhatian pada bagian belakang (back-end) perancangan sistem. Ide bahwa sistem harus mengatur informasi dengan cara yang jelas dan logis, yang juga telah disarankan oleh arsitektur informasi. Pencarian informasi berfokus pada kemampuan interface mesin pencari. Komponen ini telah mengalami pemanfaatan yang meningkat dengan pengembangan mesin pencari baru dan populer seperti Google.
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
65
4. Persiapan konten pada e-Commerce World Wide Web (WWW) telah terbukti sebagai media transfer informasi yang paling populer dari abad kedua puluh. Sekitar 30 tahun setelah penemuan internet, WWW memperluas penggunaan teknologi informasi, proses sharing dari akademisi dan militer yang semula terbatas, kini telah terbuka ke seluruh dunia. Penggunaan internet di dunia dan statistik pengguna internet menunjukkan tren menarik. Asia dan Eropa mempunyai persentase tertinggi atas penggunaan internet dibandingkan kawasan lainnya di dunia. Menyusul, kawasan Amerika Utara pada posisi ketiga. Namun, dari pertumbuhan penggunaan di kawasan lain, pada periode 2000-2008, dinyatakan bahwa pertumbuhan pemakaian internet di Afrika dan Timur Tengah adalah lebih dari 100% (Miniwatts Marketing Group 2008). Hal ini menggambarkan keragaman pengguna WWW diberbagai kawasan dunia dan juga munculnya pengguna pemula (pemakai baru). Dengan menekan tombol (dan perintah tertentu), jumlah beragam informasi dapat diakses. EEnvironment atau e-Lingkungan telah mengubah cara orang berbelanja, berkomunikasi, menggunakan jasa bank, dan sebagainya. Desain interface mensyaratkan pedoman kegunaan (usability) untuk memudahkan transisi pengguna ke e-Environment atau e-Lingkungan. Penelitian mendukung bahwa meningkatnya kepuasan pengguna terkait dengan interface yang mudah digunakan dan estetika tampilan. Penelitian ini sangat terkonsentrasi dengan isu-isu dari presentasi dan fungsionalitas. Bagaimana dengan kepuasan informasi pengguna? Informasi memainkan bagian yang tidak terpisahkan dalam menyelesaikan tugas. Jika World Wide Web adalah alat tempat berbagi maka informasi yang tersaji harus dievaluasi. Bagaimana menyajikan semua informasi yang dapat tertampil pada layar namun tetap diperkenankan oleh bandwidth yang ada. Informasi yang diinginkan adalah yang menginformasikan terkait kebutuhan pengguna dan dapat membantu dalam penyelesaian tugas-tugas mereka. Dalam masing-masing lingkungan, informasi tertentu diperlukan oleh pengguna tertentu. Sebagai contoh, pada e-Banking, seorang nasabah atau pengguna ingin mengelola keuangan mereka, sehingga jenis informasi yang penting bagi mereka termasuk saldo rekening, pembayaran tagihan dan suku bunga. Yang mereka butuhkan mencakup: Apakah saya bisa mentransfer uang dengan baik ? Haruskah saya memeriksa secara rutin aktivitas account saya? e-Health atau e-Kesehatan berbeda karena pengguna berusaha untuk memutuskan "Haruskah saya pergi ke dokter? Haruskah saya mendapatkan obat, dll ?. Disini perlunya penekanan persiapan isi informasi yang akan membantu pengguna dalam keputusan dan tugas terkait mereka. Sejumlah penelitian dibatasi untuk domain tertentu dan secara khusus, yang meliputi keuangan, e-Commerce, hiburan, pendidikan, kesehatan, dan pemerintah. Hasil studi masing-masing memberikan analisis mendalam tentang apa aspek-aspek / fitur yang penting untuk kegunaan (Usability) dan kepuasan pelanggan. E-Commerce adalah e-Environment atau e-Lingkungan yang sangat kompetitif. Dengan desain antarmuka informasi yang dirancang dengan baik, fungsionalitas, dan presentasi e-bisnis pada website tersebut, akan memiliki potensi untuk menjadi sumber keuntungan. Amazon.com, Travelocity.com, dan Ebay.com adalah beberapa contoh kisah sukses dalam e-Environment atau eLingkungan. Sebaliknya, banyak jatuh korban persaingan yang ketat pada industri dot.com. Karena sebagian besar website punya target/sasaran yang sama /identik. Untuk e-Commerce, konten informasi punya peran penting saat desain website, terkait dengan keberhasilan bisnis. Informasi yang disajikan pada situs e-Commerce adalah sangat penting. Hal positif (atau negatif) dapat mempengaruhi niat membeli seorang konsumen dan terkait juga kepuasan berbelanja (Ranganathan dan Ganapathy 2002). Desain yang menggabungkan informasi yang berguna dapat meningkatkan penjualan, mengurangi turn-over (yang belanja sekali lalu kecewa), dan memotivasi pengguna untuk kembali untuk melakukan pembelian di masa depan (Lazar dan Sears 2006). Pengguna tidak dapat menyelesaikan transaksi bisnis tanpa informasi pendukung seperti user-guide atau bantuan penggunaan yang tepat, informasi pembelian (harga, satuan & mata uang), pengiriman informasi (elektronik atau konvesional), dan pesan kesalahan (apabila proses yang dilakukan tidak berlangsung secara normal). Calon pelanggan mungkin
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
66
meninggalkan suatu website e-Commerce jika terlalu lama menemukan informasi yang dikehendaki. Hal ini menegaskan kembali informasi yang harus disaring. Terlalu banyak informasi menyebabkan peningkatan waktu pencarian dan frustasi pengguna. Menurut Nielsen et al. (2001), 36% dari waktu akses website, pengguna tidak dapat menemukan informasi yang mereka cari pada halaman web tersebut. Meskipun beberapa penelitian juga telah menawarkan pedoman desain mengenai kandungan informasi untuk website e-Commerce (misalnya, Fang dan Salvendy 2003; IBM 2004; Rohn 1998), konten informasi sering diabaikan sebagai komponen desain. Dalam beberapa tahun terakhir, usulan untuk desain e-Commerce yang efektif telah dipublikasikan, namun model mereka berfokus terutama pada penyajian informasi (misalnya, struktur menu, tata letak halaman) (misalnya, Tullis et al 2005.) dan arsitektur informasi (misalnya, Vu dan Proctor 2006). Website e-Commerce harus menjadi sumber utama informasi secara spesifik tentang produk dan / atau jasa, dukungan pelanggan (customer support), kebijakan privasi, dan isu-isu penting lainnya (Aladwani dan Palvia 2002; Ranganathan dan Ganapathy 2002). Kriteria kualitas dapat diterapkan dalam desain karena kandungan informasi pada website e-Commerce harus relevan, dimengerti, dapat diandalkan, memadai, berguna, dan harus mencakup lingkup yang luas (McKinney dan Zahedi 2002). Desainer website harus memastikan bahwa websitenya berisi apa yang konsumen inginkan dan butuhkan (Loiacono 2000), dan bahwa konsumen online dapat menemukan informasi yang diinginkan dengan mudah (Lazar dan Sears 2006). Seringkali pelanggan membutuhkan informasi spesifik yang akan membantu dalam pengambilan keputusan mereka. Apakah ada daftar rinci kebutuhan informasi, menentukan apa yang akan membantu pengguna dalam membuat keputusan mereka. Beberapa daftar telah dibuat yang disesuaikan dengan e-Commerce (misalnya, Guo et al yang akan datang;. Liao et al 2008;. Savoy dan Salvendy 2008). Sebagai contoh, e-konsumen ingin informasi berikut: merek alternatif yang tersedia, kriteria evaluasi untuk perbandingan merek, pentingnya kriteria evaluasi, dan informasi yang meyakinkan (Mowen dan Minor 1998). Struktur hirarki tiga level tersebut diatas mengingatkan adanya dua pendekatan (Gambar 4). Tingkat atas memberikan gambaran tingkat tinggi di mana komponen yang terdaftar sebagai informasi terkait produk, terkait pengecer, dan interfacerelated (Detlor et al 2003.). Tingkat kedua dan ketiga pada struktur tersebut semakin memberikan rincian lebih lanjut tentang syarat informasi dan atribut masing-masing. Struktur ini menampilkan intensitas informasi dari website eCommerce. Sementara kebutuhan primer konsumen dalam e-Environment (e-lingkungan) yang terkait dengan aspek mengenai produk / jasa, informasi yang terkait dengan antarmuka dan pengecer juga penting. Peneliti lain (Barnes dan Vigen 2001; Gehrke dan Turban 1999) menunjukkan bahwa konsumen ingin mengetahui informasi terkait seperti status account, masalah keamanan, dan alternatif pembayaran. Selain itu, konsumen perlu mengetahui informasi tentang pengecer seperti nomor telepon, alamat surat, dan reputasinya dalam bisnis online.
Berbagai website dibangun dengan komponen-komponen informasi yang akan mengakibatkan resiko munculnya perbandingan harga oleh konsumen. Dikenal dengan istilah Cost Tranparancy. Karena harga menjadi pembeda dari berbagai website e-Commerce, yang memungkinkan terjadinya perbandingan harga. Ini adalah rahasia keberhasilan website e-Commerce semisal Orbitz.com, Expedia.com, dan Dealsea.com. Selain itu, harga tidak harus menjadi satu-satunya jenis perbandingan. Website telah membandingkan pilihan berdasarkan layanan tambahan (bonus atau diskon), pilihan pengiriman (biaya & lamanya), dan faktor lainnya. Sebuah website dapat menawarkan fasilitas perbandingan yang dapat disesuaikan (customize) dimana pelanggan dapat memilih atribut perbandingan secara dinamis. Adanya fasilitas sortasi harga, salah satunya.
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
67
Sebagai contoh, Addall.com menampilkan semua buku yang tersedia (buku yang sama) dari website e-bisnis yang berbeda dan menawarkan beberapa atribut untuk perbandingan.
Gambar 4 Komponen informasai utama pada domain e-commerce (Savoy, A., and G. Salvendy, 2008.)
5. Kesimpulan Kegunaan selalu menjadi bagian dari diskusi dan definisi mengenai desain antarmuka yang efektif. Dengan munculnya penyusunan konten, desain antarmuka yang baik didefinisikan sebagai fungsi dari bagaimana dan apa sebuah website dibangun. Bagian “bagaimana”, dikaitkan dengan kegunaan dan penekanan pada estetika dan fungsi dari tampilan. Selain itu, persiapan konten didefinisikan sebagai pendekatan desain berorientasi pada informasi. Bagian “apa”, menjelaskan apa-apa yang harus ada dalam desain antarmuka, di mana penekanannya pada informasi apa yang ditampilkan. Selama proses desain, harus dialokasikan waktu yang cukup untuk menentukan informasi apa yang dibutuhkan untuk konsumen. Dengan demikian, pendekatan desain yang mencakup persiapan kegunaan dan konten menyediakan pendekatan yang komprehensif yang mencakup tiga aspek, yaitu fungsi utama, informasi, dan estetika.
6. References [1] Abram, S. 2003. Why should I care about standards? (Information Trends). Information Outlook 7:21. [2] Alexander, J. E., and Tate, M. A. 1999. Web wisdom: How to evaluate and create Information Quality on the Web. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
68
[3] Baierova, P., Tate, M., and Hope, B. 2003. The impact of purpose for web use on user preferences for web design features. Paper presented at 7th Pacific Asia Conference on Information Systems, Adelaide, South Australia. [4] Barnes, S., and Videnganen, R. 2001. Assessing the quality of auction Websites. Paper presented at 34th Hawaii International Conference on System Sciences, Maui, HI. [5] Bevan, N. 1999. Quality in use: Meeting user needs for quality. The Journal of Systems and Software 49 (1):89–96. [6] Chapanis, A. 1981. Humanizing Telecommunications Conference, NY.
computers.
Presented
at
the
1981
National
[7] Dedeke, A. 2000. A conceptual framework for developing quality measures for information systems. Paper presented at the 2000 International Conference on Information Quality, Boston, MA. [8] Delone, W. H., and McLean, E. R. 1992. Information systems success: The quest for the dependent variable. Information System Research 3(1):60–95. [9] Detlor, B., Sproule, S., and Gupta, C. 2003. Pre-purchase online information seeking: Search versus browse. Journal of Electronic Commerce Research 4(2):72–84. [10] Gehrke, D., and Turban, E. 1999. Determinants of successful Website design: Relative importance and recommendations for effectiveness. Paper presented at the 1999 Proceedings of the Thirty-second Annual Hawaii International Conference on System Sciences, Maui, Hawaii. [11] Hornbaek, K. 2006. Current practice in measuring Usability: Challenges to Usability studies and research. International Journal of Human Computer Studies 64(2):79–102. [12] Huang, K.-T., Lee, Y. W., and Wang, R. Y. 1999. Quality information and knowledengane. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall PTR. [13] International Organization for Standardization. 1991. ISO 9126. Software product evaluation - Quality characteristics and guidelines for their use. [14] International Organization for Standardization. 1998. ISO 9241-11. Ergonomic requirements for office work with visual display terminals (VDTs)—Part 11: Guidance on Usability. http://WWW.idemployee.id.tue.nl/g.w.m.rauterberg/lecturenotes/ISO9241part11.pdf (Accessed July 28, 2009). [15] Ives, B., Olson, M. H., and Baroudi, J. J. 1983. The measurement of user information satisfaction. Communications of the ACM 26(10):785–93. [16] Kahn, B. K., Strong, D. M., and Wang, R. Y. 2002. Information Quality benchmarks: product and service performance. Communications of the ACM 45(4):84–192. [17] Katerattanakul, P., and Siau, K. 1999. Measuring Information Quality of Websites: Development of an instrument. Paper presented at 20th International Conference on Information Systems, Charlotte, NC. [18] Knight, S. A., and Burn, J. 2005. Developing a framework for assessing Information Quality on the World Wide Web. Informing Science Journal 8:160–72. [19] Lazar, J., and Sears, A. 2006. Design of e-business Websites. In Handbook of human factors and ergonomics. 3rd ed., ed. G. Salvendy. Hoboken, NJ: John Wiley and Sons, 1344–1363. [20] Liao, H., Proctor, R. W., and Salvendy, G. 2008. Content Preparation for cross-cultural eCommerce: A review and a model. Behaviour & Information Technology 27(1):43–61.
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.1 (5), Juli 2011
69
[21] Loiacono, E. T. 2000. WebQualTM: A Website quality instrument. PhD diss., University of Georgia. [22] McKinney, V. Y. K., and Zahedi, F. M. 2002. The measurement of Web-customer satisfaction: An expectation and disconfirmation approach. Information Systems Research 13(3):296–315. [23] Mowen, J. C., and Minor, M. 1998. Consumer behavior. 5th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall Inc. [24] Naumann, F., and Rolker, C. 2000. Assessment methods for Information Quality criteria. Paper presented at the 2000 International Conference on Information Quality (IQ, INFORMATION QUALITY), Cambridengane, MA. [25] Nielsen, J. 1992. Finding Usability problems through heuristic evaluation. Paper presented at the 1992 ACM Conference on Human Factors in Computing Systems, Monterey, CA. [26] Pipino, L. L., Lee, Y. W., and Wang, R. Y. 2002. Data quality assessment. Communications of the ACM 45(4):211–18. [27] Proctor, R. W., Vu, K.-P. L., Najjar, L. J., Vaughan, M. W., and Salvendy, G. 2003. Content Preparation and management for e-Commerce Websites. Communications of the ACM 46:289–99. [28] Proctor, R. W., Vu, K.-P., Salvendy, G., et al. 2002. Content Preparation and management for Web design: Eliciting, structuring, searching, and displaying information. International Journal of Human-Computer Interaction 14(1):25–92. [29] Ryu, Y. S. 2005. Development of Usability questionnaires for electronic mobile products and decision making methods. PhD diss., Virginia Polytechnic Institute and State University. [30] Shackel, B. 1991. Usability-context, framework, definition, design and evaluation. In Human factors for informatics Usability, ed. B. Shackel and S. J. Richardson. Cambridengane: Cambridengane University Press. [31] Van Duyne, D. K., Landay, J. A., and Hong, J. I. 2003. The design of sites: Patterns, principles, and processes for crafting a customer-centered Web experience. Boston: Addison-Wesley. [32] Vu, K.-P. L., and Proctor, R. W. 2006. Website design and evaluation. In Handbook of human factors and ergonomics. 3rd ed., ed. G. Salvendy. Hoboken, NJ: John Wiley and Sons.
ISSN 2085-8795
LPPM STMIK IM