e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
ASPEK TOLERANSI DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA Nym. Tresna Dara Laksmi1, IB. Sutresna2, IA. Md. Darmayanti3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan (1) menganalisis aspek toleransi yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata tinjauan sosiologi sastra dan (2) implementasi sebagai bahan ajar sastra di SMA. Subjek penelitian ini adalah novel Ayah karya Andrea Hirata. Objek penelitian ini adalah aspek toleransi yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata yang dianalisis dengan tinjauan sosiologi sastra dan implementasinya sebagai bahan ajar sastra di SMA. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan langkahlangkah: (1) penentuan subjek dan objek penelitian, (2) langkah kerja penelitian (pengumpulan data, pengolahan data, instrumen penelitian, dan penyajian hasil data), dan (3) penarikan simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) dalam novel Ayah ini memiliki tiga aspek toleransi, yaitu sikap lembut (linient attitude), kebebasan berekspresi, dan tidak memaksakan kehendak dan (2) novel Ayah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra di kelas XII SMA sesuai dengan tingkat keterbacaan dan kesesuaian. Kata Kunci: aspek toleransi, ayah
ABSTRACT This descriptive qualitative study aimed at (1) analyzing the aspect of tolerance existed in a novel entitled “Ayah” by Andrea Hirata through the approach of sociology of literature and (2) its implementation as a teaching material of literature subject in senior high school. The subject of this study is a novel entitled “Ayah” by Andrea Hirata. The object of the study is the aspect of tolerance existed in a novel entitled “Ayah” by Andrea Hirata which was analyzed by using the approach of sociology of literature its implementation as a teaching material of literature subject in senior high school. Documentation method of data collection was used in this study. The researcher used qualitative approach with the following steps: (1) determining the subject and the object of the study, (2) procedures of data collection (collecting data, analyzing the data, determining the research instrument, and presenting the result), and (3) conclusion drawing. The result of the study showed that (1) there are three aspects of tolerance existed in a novel entitled “Ayah” by Andrea Hirata namely, lenient attitude, freedom of expression and not imposing willingness, and (2) the novel can be used as teaching material of literature subject for senior high school students grade twelve based on the novel readability and appropriateness. Keywords: aspect of tolerance, ayah
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia tersebar dari Sabang sampai dengan Merauke, terdiri atas bermacam suku bangsa, budaya, ras, dan agama. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang bersama. Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tersebut tidak dikelola dengan baik, akan menyuburkan berbagai prasangka negatif antarindividu dan kelompok masyarakat yang akhirnya dapat merenggangkan ikatan solidaritas sosial. Oleh karena itu, untuk mempertahankan ikatan solidaritas sosial, dibutuhkan kesadaran toleransi antarmasyarakat. Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok dan antarindividu dalam masyarakat atau lingkup lainnya. Watra (2015: 22) yang menyatakan bahwa toleransi merupakan sikap seseorang yang bersabar terhadap keyakinan filosofi dan moral orang lain yang dianggap berbeda, dapat disanggah, atau bahkan keliru. Berdasarkan hal tersebut, seseorang mencoba untuk menghargai ungkapan dari keyakinan orang lain. Semua hal itu, untuk menghargai dan sikap hormat terhadap pluriformitas dan martabat manusia yang bebas. Berbagai cara telah dilakukan untuk menumbuhkan sikap toleransi kepada masyarakat. Hal itu dibuktikan oleh pengarang yang mengemukakan toleransi lewat karya sastranya. Menurut Al Ma’ruf (2007: 1), karya sastra merupakan hasil kreasi pengarang melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Melalui karya sastra, pengarang dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan normanorma sehingga dalam karya sastra terdapat makna tertentu tentang kehidupan.
Selain hal tersebut, pengarang menciptakan karya sastra juga ingin menyampaikan pikiran-pikiran, pendapatpendapat, dan kesan-kesan dirasakan terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman lahir maupun batinnya. Salah satu bentuk karya sastra yang memunculkan suatu kehidupan manusia dan di dalamnya terdapat nilai-nilai positif ialah novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya, menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Selain itu, novel juga merupakan hasil karya sastra yang di dalamnya mengungkapkan masalahmasalah yang terdapat dalam kehidupan, baik yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, filsafat, moral, toleransi, religius, dan sebagainya. Novel salah satu media termudah yang bisa menjangkau semua orang. Dengan novel, seseorang bisa menyampaikan nilai-nilai tanpa kesan menggurui. Jika membaca sebuah novel, seseorang dapat bercerita dan mengembangkan imajinasinya secara bebas. Selain itu, seseorang tidak merasa keberatan dalam membaca novel, faktanya seseorang akan merasa lebih sukar membaca satu lembar buku pelajaran dibandingkan dengan membaca puluhan lembar novel. Itulah yang membuat novel sangat digandrungi oleh remaja, dewasa, dan orang tua. Salah satu nilai yang ada dalam novel ialah toleransi. Banyak novel yang sudah diterbitkan mengandung toleransi. Salah satunya, novel Ayah karya Andrea Hirata. Novel tersebut diterbitkan kali pertama pada Mei 2015. Terbitnya novel ini mendapatkan tanggapan positif penikmat karya sastra. Dibuktikan belum sampai dengan setahun, novel ini sudah dicetak ulang hingga puluhan kali. Hal itu dikarenakan oleh dalam proses mengemas novel Ayah, penulis menggunakan bahasa yang sederhana, imajinatif, dan tetap memperhatikan kualitas isi. Berbeda dengan novel karya Andrea Hirata yang lainnya, novel Ayah ini satu-satunya novel
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
yang tidak membahas semangat juang pendidikan anak-anak dari kampung Balitong. Cerita pada novel Ayah karya Andrea Hirata ini memiliki banyak hal positif dan mendidik tentang cara menghargai dan tidak memaksakan kehendak orang lain. Hal tersebut disampaikan melalui kisahkisah yang sengaja disisipkan oleh penulisnya, misalnya seorang ayah yang rela berjuang dan melakukan segalanya demi anak dan seseorang yang menerima pendapat yang dilontarkan orang lain hingga memaafkan orang lain yang mengolok tanpa pernah membalas. Belajar dari pengalaman saat ini, banyak permasalahan toleransi yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia, seperti masalah perbedaan agama, rasa ketidakadilan dari satu pihak, sifat egois satu sama lain, dan sebagainya. Sangatlah miris melihat bangsa Indonesia yang antarwarga negaranya saling bertengkar dan saling bermusuhan. Hal itu disebabkan oleh kurangnya pencerahan dan ilmu pengetahuan toleransi tersebut. Toleransi seharusnya tidak hanya menjadi sekadar slogan semata tetapi harus diwujudkan dalam bentuk yang lebih konkret. Hidup di negara yang sarat akan keragaman ini, harus bisa menghormati perbedaan dan tidak serta merta mengecam kelompok lain hanya disebabkan oleh sebuah perbedaan. Toleransi berarti harus bisa menghargai pihak lain, baik pemikiran, gagasan, maupun kepercayaan. Dengan menanamkan pengetahuan toleransi kepada masyarakat, khususnya, anak muda, generasi penerus akan memiliki perilaku yang baik dan berkualitas. Sehubungan dengan hal itu, karya sastra, khususnya, novel mempunyai relevansi dengan masalah-masalah pembelajaran di sekolah. Pengajaran sastra dapat memberi sumbangan besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang sulit dipecahkan dalam masyarakat. Melalui sastra, dapat tercipta individu-individu yang berkepribadian dan lebih cerdas. Pembelajaran sastra dalam menganalisis novel ini, sangat cocok diterapkan pada siswa SMA. Hal tersebut dikarenakan oleh siswa SMA sudah cukup dewasa dan tentunya sudah menghadapi masalahmasalah yang dianggap sulit untuk
dipecahkan. Dalam pelajaran sastra di SMP memang sudah ada pelajaran yang menggunakan novel sebagai bahannya, tetapi novel tersebut hanya diperkenalkan saja kepada siswa. Dalam pembelajaran sastra di SMA saat ini, pada kurikulum 2013 juga terdapat kompetensi dasar menganalisis novel, baik melalui lisan maupun tertulis. Melalui analisis tersebut, siswa akan mendapatkan pengetahuan nilai-nilai kehidupan yang dapat membuat siswa lebih arif lagi dalam menjalani kehidupan. Sebagai bahan pembelajaran, teks sastra (novel) harus bersifat mendidik. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih novel berdasarkan tingkat keterbacaan dan kesesuaian untuk bahan pembelajaran. Tingkat keterbacaan biasanya memperhatikan seluruh unsur yang ada dalam novel karena hal itu memengaruhi keberhasilan pembaca dalam memahami materi secara maksimal, sedangkan tingkat kesesuaian biasanya memperhatikan sesuai atau tidaknya bahan ajar dengan tingkat kemampuan siswa pada tingkat pelajaran tertentu. Dalam memilih bahan ajar sastra selain memperhatikan tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaian, guru harus berhatihati memilih bahan ajar sastra (prosa fiksi), yaitu roman, novel, ataupun cerpen. Seorang guru, dalam memilih bahan ajar sastra harus mengetahui nilai sastra rendah (populer) dan nilai sastra tinggi (serius). Menurut Jakob Sumarjo (dalam Sutresna, 2006: 70), sastra populer adalah karya, baik tema, cara penyajian, teknik, maupun gaya meniru pola umum yang digemari oleh masyarakat pembacanya sedangkan sastra serius merupakan karya sastra yang lebih menitikberatkan pada keunikan karya, kebaruan, dan kedalaman kajiannya. Dengan memperhatikan nilai-nilai tersebut dan berpedoman dengan kriteria pemilihan bahan ajar sastra, guru dapat memilih bahan ajar yang berkualistas baik. Setiap penelitian tentunya memiliki penelitian terdahulu. Penelitian ini sebenarnya terlahir dan berkaitan dengan empat penelitian sejenis yang ditemukan. Penelitian pertama dilakukan oleh Hidayatul Khasanah yang berjudul “Nilai Toleransi dalam Film Tanda Tanya Karya Hanung
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Bramantyo (dalam Perspektif Pendidikan Islam)”. Penelitian kedua dilakukan oleh Rahmawati Ayuningtyas yang berjudul “Nilai-Nilai Edukatif dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya pada Pembelajaran Sastra di SMA N 1 Sambungmacan”. Penelitian ketiga dilakukan oleh Ratih Bintariyahananingrum yang berjudul “Aspek Edukatif pada Novel Edensor Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”. Penelitian keempat dilakukan oleh Siska Maya Puspita yang berjudul “Aspek Edukatif dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata: Tinjauan Semiotik dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”. Penelitian yang akan dilakukan penulis ini memiliki unsur kebaruan dari keempat penelitian di atas. Penulis mengkaji aspek toleransi yang ada dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dengan tinjauan sosiologi sastra dan diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra di SMA. Berdasarkan penelitian sejenis, kajian aspek toleransi pada karya sastra belum pernah dilakukan. Selain itu, novel Ayah karya Andrea Hirata juga belum banyak yang menganalisis. Berdasarkan hal itu, maka penulis akan melakukan penelitian mengenai keberadaan aspek toleransi pada novel Ayah karya Andrea Hirata dengan tinjauan sosiologi sastra. Untuk dapat menerapkan aspek tersebut pada masyarakat, khususnya, anak muda, novel Ayah karya Andrea Hirata ini dapat dijadikan sebagai media alternatif dalam bahan ajar sastra di sekolah, khususnya, dalam apresiasi novel karena novel ini mengandung aspek toleransi sehingga dapat dijadikan anutan, khususnya, dalam pembelajaran sastra di sekolah. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitiatif. Wendra (2014: 53) menyatakan bahwa subjek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian. Subjek
dalam penelitian ini adalah novel Ayah karya Andrea Hirata. Sementara itu, objek penelitian merupakan pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah aspek toleransi yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata yang dianalisis dengan tinjauan sosiologi sastra dan implementasinya sebagai bahan ajar sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan langkahlangkah kerja yaitu pengumpulan data, pengolahan data, instrument penelitian, penyajian hasil analisis data, dan penarikan kesimpulan. Metode pengumpulan data penulis lakukan dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2003: 158). Instrumen penelitian adalah alat yang sifatnya lebih teknis dan operasional untuk memperoleh data. Sesuai dengan metode yang digunakan, instrumen dalam penelitian ini adalah kartu data. Saat melakukan pengumpulan data, hasilnya akan dicatat dalam kartu data. Dalam penyajian hasil analisis data ini, langkah terpenting untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan. Data yang didapat akan dihubungkan dengan teori-teori yang relevan yang nantinya akan menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif artinya jenis penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan metode statistik (Suandi, 2008: 7). Dengan metode analisis deskriptif kualitatif, langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pemrosesan ini, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan simpulan (conclusion drawing/verification). Reduksi data bertujuan mengetahui data yang didapat valid atau tidak valid. Sugiyono (2007: 339) menyatakan bahwa reduksi data adalah proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi.
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema, dan polanya (Sugiyono, 2007: 338). Jika yang diperoleh valid, data yang dikumpulkan perlu diklarifikasi. Sebaliknya, jika yang diperoleh tidak valid, data tersebut harus dibuang. Data-data yang sudah diperoleh melalui reduksi data diolah dan dianalisis untuk memperoleh jawaban yang tepat sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penyajian data, data-data akan digambarkan secara rinci dan jelas kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang relevan yang nantinya akan menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Penyajian data dilakukan dengan menguraikan hal-hal yang telah direduksi ke dalam bentuk uraian sesuai dengan rumusan masalah. Penyimpulan harus dapat menjawab semua masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut. Penyimpulan penting dilakukan untuk mengetahui keakuratan penelitian. Penyimpulan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sehingga dapat diperoleh informasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa temuan bermakna. Temuan pertama tentang aspek toleransi dalam novel Ayah karya Andrea Hirata tinjauan sosiologi sastra. Dalam novel ini ditemukan tiga aspek toleransi, yaitu: sikap lembut (linient attitude), kebebasan berekspresi, dan tidak memaksakan kehendak. Hal ini akan dibahas satu persatu. Pertama, sikap lembut (lenient attitude) berarti menghargai setiap pendapat yang dilontarkan orang lain sebab tiap pendapat yang ada memiliki hak yang sama untuk didengarkan dan dihargai. Pada novel Ayah ini, sangat jelas terlihat adanya sikap lembut pada tokoh utama, yaitu seorang ayah yang bernama Sabari. Ketika masih remaja sampai menjadi seorang ayah, Sabari ini tetap memiliki sikap lembut ini dan anak Sabari yang bernama Zorro pun memiliki sikap yang sama dengan ayahnya.
Kedua, kebebasan berekspresi adalah bentuk pemikiran yang dituangkan dalam bentuk ekspresi. Kebebasan berekspresi ini merupakan hak asasi yang diberikan untuk setiap manusia. Seseorang bebas mengekspresikan apa yang dipikirkan dengan banyak cara, tidak hanya lewat kata tetapi bisa juga lewat tatapan mata. Begitupun dengan gerak tubuh, yang mampu mengomunikasikan sesuai dengan yang dipikirkan. Dalam novel Ayah ini, beberapa tokoh bebas mengekspresikan suasana hatinya. Ketiga, tidak memaksakan pilihan orang lain sebab memaksakan pilihan orang lain berarti menjembatani hak asasi manusia. Pada novel Ayah, sangat terlihat sikap ini yang terdapat pada beberapa tokoh pada novel ini. Namun, tokoh yang sangat terlihat dengan sikap tidak pernah memaksakan kehendak ini ialah Sabari. Hal tersebut terlihat dari ia mau menikahi Marlena tanpa paksaan meskipun Marlena terpaksa menerima karena keadaannya yang hamil di luar nikah dan tidak tahu ayah dari anaknya tersebut. Selain itu, Sabari juga tidak pernah memaksakan kehendak ketika Marlena menuntut cerai darinya karena hal itu merupakan hak Marlena karena merasa tidak bahagia menjalani rumah tangga dengan Sabari, meskipun Sabari sangat mencintai Marlena. Temuan kedua mengenai implementasi aspek toleransi dalam novel Ayah sebagai bahan ajar sastra di SMA. Berikut ini dijelaskan bahwa novel ini memenuhi kriteria pemilihan materi. Pertama yaitu tingkat keterbacaan. Novel Ayah adalah karya sastra yang bermutu dan sangat baik digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran. Novel Ayah ini memiliki alur cerita yang sangat menarik, semua kalangan dapat membaca novel ini, mulai dari kalangan anak-anak, remaja ataupun dewasa karena memiliki cerita cerminan hidup yang sesungguhnya tentang pengorbanan seorang ayah untuk anaknya dan menghargai orang lain serta selalu memaafkan orang-orang yang selalu mengoloknya. Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa yang mengikuti perkembangan zaman sekarang (modern)
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
atau sesuai dengan kondisi masyarakat sehingga novelnya mudah dimengerti. Novel ini memungkinkan siswa dengan kemampuan membacanya hanyut dalam keasyikan. Dengan demikian, novel ini dapat dijadikan materi ajar pada siswa di kelas XII. Kedua yaitu tingkat kesesuaian. Novel sebagai karya sastra mendapat tempat tersendiri dalam jenis karya sastra yang dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Pemilihan novel sebagai materi ajar harus mempunyai nilai-nilai pendidikan yang baik supaya pembaca termotivasi. Materi pembelajaran hendaknya sesuai atau relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik berupa fakta, materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Dalam hal ini, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas XII, yaitu menganalisis novel, baik melalui lisan maupun tulisan. Dalam novel Ayah ini, menceritakan remaja SMA yang mulai mengenal cinta, persahabatan, masalah dalam kehidupan, dan sebagainya. Ketika beranjak dewasa dan menjadi orangtua, ia memiliki cinta kasih kepada anaknya dan selalu berpedoman toleransi dalam kehidupannya. Dengan demikian, novel Ayah dapat dijadikan materi dan tentunya sudah sesuai untuk dijadikan materi dalam mencapai kompetensi dasar tersebut. Selain itu, dalam novel ayah memang ada khusus subtitle tentang SMA. Dalam subtitle tersebut khusus menceritakan umumnya kelakuan anak SMA yang mulai mengenal cinta. Ketiga adalah kriteria tujuan instruksional. Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Oleh karena itu, materi tersebut sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Dengan menganalisis novel Ayah ini, siswa mendapatkan pelajaran dari seorang ayah yang bernama Sabari yang selalu sabar, penyayang, bersikap lembut,
menghormati orang, pemaaf, dan tidak pernah memaksakan kehendak. Dari tokoh Zorro juga dapat belajar hal-hal baik karena sifatnya tidak jauh berbeda dengan ayahnya, Sabari, meskipun Zorro bukan anak kandung Sabari. Hal tersebut diajarkan supaya generasi penerus bangsa memiliki sifat pemaaf, saling menghormati, bersikap lembut, dan sebagainya, agar dalam kehidupan selalu damai. Selain itu, siswa juga belajar agar tidak bersifat, seperti Marlena yang egois, terjerumus pergaulan bebas, dan tidak menghargai orang lain. Dalam novel Ayah, siswa juga diberikan pemahaman ketika bersikap seperti Marlena sehingga ketika mengetahui hal tersebut, siswa akan menjauhi pergaulan bebas dan selalu bersikap baik. Keempat adalah materi pelajaran supaya terjabar. Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan yang isinya setiap tujuan instruksional khusus dirumuskan secara spesifik, dapat diamati, dan terukur. Ini berarti ada keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran. Salah satu pada materi pokok analisis novel dengan kompetensi dasar (KD), yaitu menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan. Hal ini dapat dijadikan landasan bagi guru untuk memberikan materi analisis novel. Dalam hal ini, guru memberikan contoh novel yang berjudul Ayah karya Andrea Hirata. Setelah membaca novel tersebut, siswa mendapatkan banyak pelajaran dan dapat mengubah sikap siswa. Novel ini banyak mengandung aspek toleransi yang penting bagi siswa yang akan menjadi penerus bangsa. Salah satunya adalah dalam menjalani kehidupan di negara yang memiliki berbagai suku, ras, kebudayaan, agama, dan sebagainya ini, hendaknya kita menjunjung tinggi toleransi agar bangsa ini tidak terpecah belah. Salah satu contoh kecil toleransi yang ada dalam novel ini ialah memaafkan. Tokoh Sabari yang tidak dihargai dan sering ditipu mampu memaafkan seseorang tanpa pernah dendam sekalipun. Dengan membaca novel ini, siswa secara tidak langsung akan menyadari sikap yang tidak baik dan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
berusaha untuk merubahnya seperti sikap tokoh Sabari salah satunya pemaaf. Kelima ialah relevan dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa yang pokok adalah mereka ingin berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan, antara lain sikap, nilai, dan keterampilan. Setelah menganalisis novel Ayah, siswa mendapatkan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Tokoh Sabari dalam novel Ayah merupakan seseorang yang mempunyai toleransi yang sangat tinggi dan tokoh ini mengajarkan arti sebuah keluarga, yakni betapa besar cinta ayah kepada anaknya. Meskipun banyak orang yang tidak menghargai dan mengolok, Sabari tidak pernah marah dan selalu memaafkan serta meski Zorro bukan anak kandung, ia sangat menyayangi anaknya dan selalu mendambakan kehadiran anaknya tersebut. Sikap tokoh Sabari mengajarkan siswa SMA sudah berada pada usia menuju dewasa agar memiliki sikap toleransi, menghormati dan menyayangi orangtua sehingga siswa memiliki perilaku yang baik dan berkualitas. Selain itu, generasi penerus bangsa sangat baik untuk ditanamkan toleransi sejak dini agar mendapatkan generasi yang berkualitas baik. Keenam ialah kesesuaian dengan kondisi masyarakat. Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri. Dalam novel Ayah ini, ilmu yang bermakna disalurkan melalui tokoh Sabari. Seperti namanya Sabari, tokoh ini sangat sabar menjalani kehidupannya meskipun banyak orang yang mengoloknya, ia tetap memaafkan, dan ia memiliki toleransi yang tinggi dengan orang lain, contohnya Sabari selalu menerima dan menghargai pendapat orang
lain tanpa pernah menentangnya. Selain sabar, tokoh ini juga memiliki rasa cinta kasih yang tinggi, kelembutan sikap, dan selalu menghormati orang lain. Selain tokoh Sabari yang mengajarkan toleransi dan kebaikan, sosok Zorro yang merupakan anak Sabari dan ketiga sahabatnya, yaitu Ukun, Tamat, dan Toharun juga mengajarkan ilmu yang bermakna yang harus dicontoh oleh siswa. Zorro memiliki sifat yang sama, seperti ayahnya Sabari meskipun Sabari bukan ayah kandung Zorro. Ilmu bermakna yang patut dicontoh dari ketiga sahabat Sabari ialah arti persahabatan. Ketiga sahabat ini selalu ada di saat susah dan senang. Dilihat dari pengorbanan sahabat ini membantu Sabari mencari Zorro dan Marlena dengan bermodalkan tekad yang kuat demi melihat sahabatnya kembali ceria seperti dulu. Beberapa tokoh yang ada dalam novel Ayah ini mengajarkan toleransi sesama manusia dan arti persahabatan. Jika nanti menghadapi kondisi yang sama, mereka (siswa) dapat meniru sikap yang diambil untuk mengambil keputusan dalam kehidupan. Ketujuh ialah materi pelajaran mengandung segi-segi etik. Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka terima diarahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam novel Ayah, ada contoh baik bagi perkembangan siswa. Dari beberapa tokoh yang mencerminkan kebaikan bagi perkembangan siswa, tokoh Sabari merupakan tokoh yang paling sabar dan memiliki toleransi yang tinggi. Hal ini baik bagi siswa ketika menyelesaikan masalah baik yang ada di sekolah maupun di masyarakat, yakni seharusnya dan sebagai manusia sebagai makhluk sosial, seharusnya memiliki toleransi yang tinggi agar bisa hidup rukun dan damai. Kedelapan yaitu materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
psikologis siswa. Dengan cara ini, isi materi diharapkan akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya. Dengan materi menganalisis novel Ayah ini, siswa diharapkan menemukan nilai-nilai positif yang didapat melalui tokoh-tokoh dari novel ini. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu mengetahui dampak dari kelakuan negatif, seperti pergaulan bebas sehingga siswa dapat menjauhi dampak negatif yang diceritakan dalam novel tersebut. Kesembilan yaitu materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku. Guru yang ahli sangat penting karena akan mengajarkan dan memilih materi untuk siswa adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan, dapat dikatakan sebagai materi pelajaran yang paling besar. Novel Ayah ini merupakan novel yang sangat bagus untuk dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa. Dari segi pengarang, sudah tidak bisa diragukan lagi novel Ayah yang merupakan karya Andrea Hirata yang diterbitkan tahun 2015. Novel Ayah ini sangat mendapat tanggapan positif bagi penikmat karya sastra dibuktikan belum sampai dengan setahun, novel ini sudah dicetak ulang hingga puluhan kali. Selain itu, Andrea juga menulis beberapa novel, antara lain Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov (2008), Padang Bulan (2009), Cinta di Dalam Gelas (2009), Sebelas Patriot (2010), dan Laskar Pelangi Song Book (2012). Dengan menganalisis novel ini, siswa secara tidak langsung mendapatkan dan dapat mengaplikasikan watak positif beberapa tokoh yang ada di novel tersebut. Selain itu, siswa juga dapat pengajaran tentang dampak negatif yang didapatkan jika kita berbuat yang tidak baik.
PEMBAHASAN Pertama, Aspek Toleransi dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata dengan Tinjauan Sosiologi Sastra Manusia merupakan makhluk individu yang memiliki cara berpikir berbeda-beda tetapi di dalam kehidupannya sehari-hari tidak akan mungkin bisa lepas dari yang namanya beradaptasi, bergaul, atau bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersosialisasi, dibutuhkan toleransi agar mendapatkan pergaulan yang damai, saling menghormati, menghargai, dan sebagainya. Masyarakat Indonesia sudah menerapkan toleransi ini sejak lama, karena negara ini memiliki beragam budaya, ras, suku, dan agama. Toleransi diterapkan agar masyarakat bisa hidup rukun, damai, dan tentram. Sebagai buktinya bahwa masyarakat Indonesia telah menerapkan toleransi, dapat dilihat pada tulisan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua yang ada pada lambang negara. Toleransi adalah suatu sikap atau sifat seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberi kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia. Watra (2015: 22) menyatakan bahwa toleransi adalah sikap seseorang yang bersabar terhadap keyakinan filosofi dan moral orang lain yang dianggap berbeda, dapat disanggah, bahkan keliru. Dari pendapat tersebut, Cohen &Almagor (dalam Apriliani, 2016: 11) menyatakan aspek-aspek toleransi, yaitu sikap lembut (linient attitude), kebebasan berekspresi, dan tidak memaksakan kehendak. Berdasarkan toleransi yang telah dipaparkan, masyarakat khususnya pengarang ikut serta dalam menyampaikan toleransi dalam karya sastranya. Salah satu pengarang yang menyampaikan toleransi dalam karyanya adalah Andrea Hirata. Andrea Hirata ialah seorang penulis novel yang terkenal di Indonesia bahkan di luar negeri. Hal tersebut dibuktikan melalui novelnya yang berjudul Laskar Pelangi diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dan diterbitkan oleh penerbit-penerbit terkemuka di lebih dari pada 120 negara (Hirata, 2015). Andrea Hirata telah menerbitkan 9 novel edisi bahasa
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Indonesia. Dari beberapa karyanya, novel Ayah merupakan novel yang sangat mencerminkan toleransi dalam jalan ceritanya. Secara umum, novel Ayah ini menceritakan kisah cinta antara laki-laki kepada perempuan, sekaligus menitikberatkan kisah cinta ayah kepada anaknya. Dalam novel ini, terdapat beberapa tokoh yang diceritakan. Akan tetapi, tokoh utama dalam novel ini ialah Sabari. Seperti nama yang diberikan padanya, Sabari merupakan sosok tokoh yang sabar, memiliki toleransi yang tinggi, dan cinta kasih. Hal itu dibuktikan saat Sabari jatuh cinta pada seorang gadis bernama Marlena. Walau gadis itu tak pernah mempedulikannya, Sabari tetap sabar dan tidak pernah menyerah. Saat sudah dewasa, dia tetap mencintai Marlena dan ketika Marlena hamil di luar nikah, Sabari pun mau saja saat diminta menikahi Marlena untuk menyelamatkan nama baik ayahnya Marlena. Saat anak itu lahir, Sabari sangat menyayangi anak tersebut, meskipun itu bukan darah dagingnya sendiri. Dalam novel Ayah ini, terdapat beberapa aspek toleransi yang digambarkan melalui tokohnya. Hal tersebut dibuktikan bahwa terdapat beberapa tokoh yang memiliki sikap yang lembut (lenient attitude). Sikap yang lembut berarti menghargai setiap pendapat yang dilontarkan orang lain karena setiap pendapat memiliki hak untuk didengarkan dan dihargai. Tokoh yang sangat digambarkan memiliki sikap ini ialah Sabari. Sabari selalu menghargai setiap pendapat, ide maupun masukan yang ia dapatkan dari orang-orang terdekatnya tanpa pernah mengacuhkannya. Selain itu, Sabari merupakan sosok yang pemaaf dan tidak pernah menaruh dendam kepada orang. Selain sikap yang lembut, kebebasan berekspresi juga digambarkan ke semua tokoh yang ada dalam novel. Kebebasan berekspresi adalah bentuk pemikiran yang dituangkan dalam bentuk ekspresi. Kebebasan berekspresi ini merupakan hak asasi yang diberikan untuk setiap manusia. Seseorang bebas mengekspresikan yang dipikirkan dengan banyak cara, tidak hanya lewat kata tetapi
bisa juga lewat tatapan mata. Begitupun dengan gerak tubuh, yang mampu mengomunikasikan sesuai dengan yang dipikirkan. Dalam novel Ayah, terdapat beberapa tokoh yang diceritakan dalam mengekspresikan dirinya. Sebagai contoh, tokoh Sabari sering mengekspresikan kebahagiaan, kesedihan, kegundahan, dan sebagainya lewat puisi yang ia tulis. Apa pun yang dia alami, pasti dituangkan dalam puisi-puisi yang sangat indah. Begitu pula dengan anaknya, Zorro, sama halnya seperti Sabari, Zorro pun mengekspresikan suasana hatinya lewat puisi-puisi yang sangat indah. Tidak memaksakan kehendak menunjukkan bahwa pada novel Ayah ini selain menggambarkan cinta kasih seorang ayah kepada anaknya, aspek toleransi juga berperan penting dalam cerita novel ini. Tidak memaksakan kehendak berarti tidak memaksakan pilihan orang lain sebab jika memaksakan pilihan orang lain berarti menjembatani hak asasi manusia. Terdapat beberapa tokoh yang diceritakan tidak pernah memaksakan kehendak orang lain. Contohnya, tokoh Sabari tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Hal tersebut dibuktikan saat dia diminta untuk menikahi Marlena untuk menyelamatkan nama baik ayah Marlena yang bernama Markoni. Selain itu, saat mereka akan bercerai, Sabari menghargai pilihan Marlena yang ingin bercerai dengan Sabari karena tidak bahagia meskipun ia sangat mencintai Marlena. Kedua, Implementasi Aspek Toleransi pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA Begitu banyak toleransi yang diajarkan melalui tokoh-tokoh yang diceritakan pada novel Ayah karya Andrea Hirata ini. Meskipun toleransi telah lama diterapkan dalam kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia, toleransi harus tetap dipertahankan, bahkan harus diajarkan kepada generasi muda. Banyak cara yang bisa ditempuh dalam mengajarkan toleransi kepada generasi muda, salah satu caranya ialah melalui karya sastra (novel). Dalam kurikulum 2013 SMA, disertakan atau dikemukakan bahwa menyertakan membaca dan mengapresiasi
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
karya sastra sebagai kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Novel sebagai karya sastra mendapat tempat tersendiri dalam jenis karya sastra yang dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Pemilihan novel sebagai materi ajar harus mempunyai nilai-nilai pendidikan yang baik supaya pembaca termotivasi. Materi pembelajaran hendaknya sesuai atau relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Dalam hal ini, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas XII, yaitu menganalisis teks novel, baik melalui lisan maupun tertulis. Dengan demikian, novel Ayah dapat dijadikan sebagai bahan materi karena sudah sesuai untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. Dengan digunakan novel Ayah ini sebagai bahan materi pembelajaran untuk siswa SMA diharapkan mampu menerapkan hal positif yang ada di novel ini dalam menjalankan kehidupannya. Seperti yang dijelaskan, selain menceritakan cinta kasih seorang ayah kepada anaknya, novel ini juga banyak mengandung toleransi yang diceritakan melalui tokoh-tokohnya. Dengan menganalisis novel ini, siswa secara tidak langsung merasakan bahwa begitu besarnya kasih sayang orang tua kepada anak. Selain itu, siswa juga mengetahui kehidupan jika berlandaskan dengan toleransi. Banyak watak positif yang ada dalam novel Ayah ini yang harus dicontoh dan diterapkan oleh siswa dalam kehidupannya di sekolah maupun di masyarakat. Salah satu contoh toleransi yang bisa diterapkan dalam di sekolah yaitu dalam pemilihan ketua kelas, ketua OSIS, dan sebagainya. Jadi, novel ini sangat cocok diajarkan kepada siswa agar bisa menjalani hidup dengan rukun dan damai. SIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan pada hasil dan pembahasan, maka penulis dapat menarik beberapa simpulan sebagai berikut. Aspek toleransi yang didapatkan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata yaitu, sikap lembut (lenient attitude),
kebebasan berekspresi, dan tidak memaksakan kehendak. Dalam novel ini, beberapa watak tokoh yang ada yang diceritakan masuk ke dalam aspek toleransi ini. Tetapi seorang Ayah bernama Sabari merupakan tokoh yang paling menonjol memiliki watak yang masuk dalam aspek toleransi ini. Novel Ayah karya Andrea Hirata dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra di SMA terutama pada materi pokok Menganalisis Teks Novel, dengan Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis Teks Novel Baik Melalui Lisan Maupun Tulisan di kelas XII semester genap. Novel ini memenuhi semua kriteria pemilihan materi pembelajaran sesuai dengan pendidikan. Novel ini memiliki banyak pesan positif yang baik bagi kehidupan siswa dan banyak mengandung toleransi yang bisa diterapkan pada kehidupan siswa saat mereka ada di dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, penulis dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu bagi guru bahasa Indonesia, novel Ayah karya Andrea Hirata ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah mengingat novel ini sangat inspiratif. Selain itu, novel ini banyak mengandung toleransi yang bisa diajarkan kepada para siswa sebagai penerus bangsa; (2) bagi siswa, disarankan agar membaca dan memahami novel Ayah karya Andrea Hirata karena sangat inspiratif, penuh keharuan karena menceritakan kasih sayang orang tua kepada anaknya, dan toleransi yang dapat diaplikasikan dan sangat berguna bagi masa depan ketika berada di masyarakat umum; (3) bagi masyarakat umum, dihimbau untuk membaca novel Ayah karya Andrea Hirata karena dapat menambah wawasan cinta kasih antara orangtua dan anak dan toleransi sehingga menyadarkan masyarakat umum akan pentingnya memiliki sikap toleransi agar dalam menjalani kehidupan tenang dan damai. DAFTAR RUJUKAN Al-Ma”ruf. 2007. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Solo: Cakrabooks.
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Apriliani, Ismi. 2016. Toleransi Remaja Islam kepada Pemeluk Agama yang Berbeda: Studi Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) SMA di Bekasi, Jawa Barat. ejournal.iainsurakarta.ac.id. Diunduh pada Februari 2017. Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hirata, Andrea. 2015. Ayah-Sebuah Novel. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka. Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar Metodelogi Penelitian Bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sutresna, Ida Bagus. 2006. Modul Prosa Fiksi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Watra, I Wayan. 2015. Filsafat Toleransi Beragama di Indonesia. Denpasar: Penerbit PARAMITA Surabaya. Wendra. 2014. Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.