iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
ASPEK TEKNIS PERANCANGAN LAMPU LALU-LINTAS MENGGUNAKAN KONTROLLER
Oleh: Hartono ABSTRACT
In jeopardy transportation the world very tall accident. Therefore factor of safety on momentous transportation. To minimize accident jeopardy therefore at makes a transportation security tool land that according to default on duty Traffic and Highway Transportation, one of it which is regulatory lamp system traffic on cross or is called also SistemTraffic Light. System puts off the light traffic regulator be utilized to manage vehicle and hiker traffic on coplanar cross, so vehicle traffic can easy-going and will minimize accident jeopardy on that cross. With signal puts off the light that resident on each cross face and controlled by one kontroler therefore current close time of opening vehicle is managed. Time of opening accuracy closes that adjusted by vehicle current very essential. So vehicle current will easy-going and accident jeopardy on cross can be minimized. Things that needs to be understood deep Traffic Light's system which is terminology and blinker signal mean, blinker assembly judgment, vehicles current arrangement, time count to had out regular, signal that activated by vehicle, blinker coordination, traffic arrangement action, and technical specification. Keywords: phase, signal, traffic light. A. Istilah dan Arti Sinyal Lampu Lalu-Lintas Berikut beberapa istilah yang digunakan dalam sistem lampu lalu lintas: 1. Waktu siklus, adalah waktu yang dibutuhkan pada suatu phase dari hijau kembali hijau. 2. Fase, adalah rangkaian yang diberlakukan untuk satu atau lebih arus lalu lintas, dimana didalam siklus menerima perlakuan yang sama. 3. Arus jenuh, adalah jumlah maksimum kendaraan yang dapat melalui suatu lajur dalam satu satuan waktu hijau tertentu. Berdasarkan surat keputusan Menteri Perhubungan No. SK 264/1/1972, isyaratisyarat untuk lalu lintas kendaraan adalah sebagai berikut: 1. Cahaya hijau yang tidak berkelip-kelip pada umumnya berarti lalu-lintas boleh jalan terus. Namun cahaya hijau untuk mengatur lalu-lintas pada persimpangan tidak selalu memperbolehkan pengemudi jalan terus, jika di persimpangan jalur kendaraan pada jurusan yang akan ditempuh keadaan lalu-lintasnya sedemikian padatnya sehingga bila persimpangan dimasuki tidak mungkin dilewati maka kendaraan harus berhenti untuk menunggu perobahan fase berikutnya. 2. Cahaya merah yang tidak berkelip-kelip berarti lalu-lintas dilarang jalan, kendaraan dilarang melewati garis berhenti, atau jika tidak ada garis berhenti maka dilarang melewati batas isyarat, atau jika isyarat ditempatkan di tengah atau di seberang persimpangan maka dilarang memasuki persimpangan atau bergerak sampai pada jalur penyeberangan orang pada persimpangan tersebut. 3. Cahaya kuning yang tidak berkelip-kelip, yang menyala sendiri atau menyala bersamaaan dengan cahaya merah. Jika meyala sendiri berarti bahwa kendaraaan dilarang melewati batas isyarat, kecuali kendaraan sudah sebegitu dekatnya pada garis berhenti atau batas isyarat, sehingga tidak dapat diberhentikan lagi dengan
297
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
4.
5. 1. 2.
3.
4.
5. 6.
ISSN 1978-2497
aman. Jika isyarat ditempatkan ditengah-tengah atau seberang persimpangan, maka menyalanya cahaya kuning berarti bahwa kendaraan dilarang memasuki persimpangan atau bergerak sampai pada penyeberangan jalur orang pada peresimpangan itu, kecuali jika kendaraan itu sudah sedemikian dekatnya pada penyeberangan atau persimpangan, sehingga tidak dapat diberhentikan lagi dengan aman. Satu cahaya merah kelap-kelip atau dua cahaya merah kelap-kelip secara berseling, yang dipasang pada senderan yang sama pada tinggi yang sama dan menghadap ke arah yang sama pada tinggi yang sama dan menghadap ke arah yang sama, berarti bahwa kendaraan dilarang melewati garis berhenti atau jika ada garis berhenti, dilarang melewati batas garis isyarat. Cahaya ini boleh dipergunakan hanya pada persilangan datar dengan kereta api, pada tempat menuju jembatan ayun atau dermaga kapal tambang, untuk menyatakan bahwa lalu-lintas dlarang jalan sebab kendaraan pemadam kebakaran sedang memasuki jalan itu, ataupun karena ada pesawat udara yang akan melintasi jalan pada ketinggian yang rendah. Satu cahaya kuning kelap-kelip atau dua cahaya kuning kelap-kelip secara berseling berarti bahwa pengemudi boleh jalan terus tetapi harus dengan sangat hati-hati. Dan untuk hal-hal yang bersifat khusus: Lampu kuning kelap-kelip boleh dipasang tersendiri. Lampu demikian boleh dipergunakan sebagai pengganti isyarat sistem tiga warna pada waktu lalu-lintas sepi. Jika lampu hijau dalam sistem tiga warna memperlihatkan satu atau beberapa panah, maka menyalanya panah itu berarti kendaraan boleh jalan terus hanya pada jurusan yang ditunjukan panah itu. Panah yang menyatakan lalu-lintas boleh jalan lurus ke depan harus menunjuk ke atas. Jika pada sistem isyarat tiga warna terdapat satu atau beberapa lampu hijau tambahan yang memperlihatkan satu atau beberapa panah, maka menyalanya panah tambahan demikian, tidak berarti dalam fase sistem tiga warna apapun pada saat itu berada, yang beararti lalu-lintas boleh jalan langsung ke jurusan yang dinyatakan panah tersebut. Jika lampu hijau atau lampu merah ditempatkan di atas jalur lalu-lintas yang dinyatakan dengan tanda permukaan jalan yang membujur pada jalur kendaraan dengan lebih dari dua lajur, maka lampu merah berarti bahwa lalu-lintas dilarang jalan terus dan lampu hijau berarti lalu-lintas boleh jalan terus pada lajur di bawah lampu. Lampu merah yang ditempatkan sedemikian berbentuk dua palang bersilang yang condong dan lampu hijau berbentuk panah menunjuk ke bawah. Pada persilangan datar dengan kereta api dapat dipasang lampu lunar putih kelapkelip lambat yang berarti bahwa lalu-lintas boleh jalan terus. Isyarat-isyarat khusus untuk pejalan kaki diatur sebagai berikut: a. Cahaya hijau yang tidak kelap-kelip berarti pejalan kaki boleh menyeberang b. Cahaya merah yang tidak kelap-kelip berarti bahwa pejalan kaki tidak boleh memasuki jalur kendaraan. c. Mereka yang sedang berada pada jalur penyeberangan harus segera berjalan ke pulau lalu-lintas yang terdekat atau ke seberang jalan. d. Cahaya hijau kelap-kelip berarti jangka waktu bagi pejalan kaki yang sedang menyeberang jalur kendaraan akan berakhir dan cahaya merah akan menyala. e. Isyarat cahaya untuk pejalan kaki, merupakan sistem dua warna hijau yang tidak menyala bersamaan.
298
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
B. Pertimbangan Pemasangan Lampu Lalu Lintas Pemasangan lampu lalu lintas dipersimpangan dimaksudkan untuk penggunaan persimpangan secara bergantian, dan penggunaannya diatur dengan isyarat lampu. Pemasangan lampu pengatur lalu lintas perlu memperhatikan pertimbanganpertinmbangan sebagai berikut, yang merupakan pertimbangan yang digunakan di Amerika Serikat: 1. Arus minimum lalu lintas Pada tabel 1 berikut ini dapat dilihat persyaratan arus minimum sebagai pertimbangan pemasangan lampu lalu lintas yang dibuat atas dasar waktu menunggu kendaraan pada persimpangan sebelum bisa melalui persimpangan tersebut.
Tabel 1. Arus minimum lalu-lintas Jumlah lajur lalu-lintas yang Arus kendaraan per Arus kendaraan per jam mendekati persimpangan jam pada jalan utama pada jalan penghubung mayor (ke 2 arah) minor (hanya 1 arah) Jalan utama Jalan penghubung 1 1 500 150 2 atau lebih 1 600 150 2 atau lebih 2 atau lebih 600 200 1 2 atau lebih 500 200 Arus lalu lintas tersebut adalah untuk waktu 8 jam. Dan selama 8 jam tersebut nilai yang tertinggilah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan. Bila 85 % kecepatan pada jalan utama melampaui 65 km per jam atau bila terletak didaerah bangunan kota yang terisolasi dan mempunyai penduduk kurang dari 10.000 orang maka persyaratan tersebut menjadi 70 % dari besarnya arus dalam tabel 2. 2. Waktu menunggu yang lama. Bila arus dijalan penghubung kecil tapi arus dijalan utama besar dari persyaratan didalam tabel 2 akan mengakibatkan waktu menunggu yang lama bagi kendaraan dijalan penghubung sebelum dapat melampaui persimpangan. Pengecualian pada pertimbangan ini sama pada tabel 2 Tabel 2. Waktu menunggu Jumlah lajur lalu-lintas yang Arus kendaraan per mendekati persimpangan jam pada jalan utama mayor (ke 2 arah) Jalan utama Jalan penghubung 1 1 750 2 atau lebih 1 900 2 atau lebih 2 atau lebih 900 1 2 atau lebih 750
Arus kendaraan per jam pada jalan penghubung minor (hanya 1 arah) 75 75 100 100
3. Arus pejalan kaki minimum Pejalan kaki yang menyeberang jalan membutuhkan suatu celah diantara dua kendaraan, celah tersebut harus cukup jauh sehingga si pejalan kaki mempunyai cukup waktu untuk menyeberang. Besarnya arus minimum dapat dilihat dalam daftar tabel 3 berikut ini.
299
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
Tabel 3. Arus minimum pejalan kaki Arus kendaraan pada jalan utama (kedua arah) Jumlah pejalan kaki yang menyeberang) Dengan median Tanpa median 1000 600 150 4. Kecelakaan lalu lintas. Pada persimpangan yang sering terjadi kecelakaan perlu dipertimbangkan pemasangan lampu pengaturan lalu lintas apabila: a. Peangaturan dengan rambu stop atau beri kesempatan b. Arus lalu lintas sudah mencapai 80 % dari persyaratan dalam tabel 1 dan 2. C. Pengaturan Arus Lalu-Lintas Pengaturan arus dalam pengaturan fase lampu lalu lintas dilakukan sebagai berikut: 1. Pengaturan arus pada simpang tiga dengan dua phase dapat dilakukan berikut ini: a. Pelepasan lambat (late release) Pengaturan arus pada simpang tiga dengan cara pelepasan lambat, dalam hal ini arus dari utara ditahan beberapa saat sebelah dilepas. b. Pemotong cepat (early cut off) Dalam pemotongan cepat arus dari utara dan selatan dilepas bersama, tetapi dipotong lebih cepat untuk memberi kesempatan untuk belok kanan. 2. Pengaturan arus pada simpang empat a. Dua Fase. Bila arus lalu lintas masih kecil, ataupun arus belok kanan kecil ataupun arus belok kanan dilarang, dapat digunakan pengaturan dua fase. b. Tiga fase Bila arus belok kanan pada jalan utama besar maka sebaliknya diberikan phase khusus untuk arus belok kanan. D. Perhitungan Waktu Untuk Operasi Tetap. Pada persimpangan yang terisolasi, perhitungan waktu masing-masing isyarat ditetapkan setelah dilakukan penelitian dan perhitungan yang cermat. Kontroller pada sistem seperti ini sederhana dan murah tetapi tidak fleksibel. Peralatan ini dapat dilengkapi dengan time switch untuk merubah penetapan waktu, supaya dapat mencakup perubahan arus lalu-lintas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah : 1. Kapasitas. Suatu arus lalu-lintas terdiri dari: a. Laju arus, q SMP/satuan waktu b. Arus jenuh, s SMP/satuan waktu hijau c. Proporsi λ dari waktu hijau efektif suatu siklus Kapasitas teoritis dari arus lalu lintas adalah λ s SMP persatuan waktu. Kapasitas praktis biasanya dikalikan dengan suatu faktor p (yang besarnya < 0.9 dan dapat berbeda untuk aliran yang berbeda). Perbandingan antara kapasitas praktis dengan laju arus, dinyatakan sebagai μ, Kalau besarnya μ lebih besar dari 1 berarti masih ada kelebihan kapasitas. μ=
pλs q
2. Arus jenuh Arus jenuh adalah jumlah maksimum kendaraan yang bisa melalui persimpangan, atau dengan kata lain adalah jumlah kendaraan yang bisa melewati persimpangan 300
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
Kecepatan Pengurangan Antrian
dari suatu antrian dalam satu satuan waktu tertentu. Pada gambar 1 dapat dilihat arus jenuh yang sepenuhnya terjadi selama periode hijau. Arus jenuh ~ S Waktu Hilang
Waktu Hilang Waktu Hijau Efektif
Waktu
Hijau
Kuning
Merah
Gambar 1. Arus jenuh Rumus pendekatan yang digunakan untuk menghitung arsu jenuh berdasarkan Webster dan Cobbe (1966) untuk persimpangan dengan bentuk normal dan parkir tidak diperkenankan pada mulut persimpangan adalah: S = 524 w SMP / jam Dimana : S = arus jenuh W = lebar lajur dalam meter Ataupun dapat digunakan daftar berikut ini, dimana dapat dilihat besarnya arus jenuh per lajur untuk lajur yang besarnya antara 3 sampai 5,2 meter. Tabel 4. Besarnya arus jenuh. w 3 3,3 3,6 3,9 4,2 4,5 4,8 s 1850 1875 1900 1950 2075 2250 2475 Sumber: Webster dan Cobbe (1966)
5,2 2700
M SMP/jam
3. Efek komposisi kendaraan Komposisi kendaraan mempengaruhi besarnya arus jenuh, untuk mendapatkan suatu satuan yang seragam digunakan Satuan Mobil Penumpang (lihat tabel 5). Tabel 5. Satuan Mobil Penumpang untuk berbagai kendaraan Mobil barang sedang dan besar 1,75 SMP Bis 2,25 SMP Mobill barang ringan (pick up) 1 SMP Sepeda motor 0,33 SMP Sepeda 0,20 SMP Delman 1,75 SMP Sumber: Disney,P (1985) 4. Perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh. Perabandingan besarnya arus (q) dengan arus jenuh (s) dikenal dengan y pada kaki persimpangan: y= _q_ s
301
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
Pada perhitungan waktu lampu lalu lintas, nilai y yang digunakan untuk suatu fase adalah nilai y yang paling besar yang diberi notasi y. 5. Waktu hilang. Berdasarkan pengalaman, diperlukan suatu waktu yang tidak efektif untuk mengalirkan lalu lintas sebagai akibat waktu merah serentak ( all red time) dan waktu reaksi pengemudi (perception time) pada saat lampu berubah menjadi hijau. Besarnya waktu hilang yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah 2 detik untuk setiap fase dan ini ditambah denga 3 detik waktu serentak, tetapi ini tergantung kepada lebarnya persimpangan dan bentuk persimpangan. Runus pendekatan yang digunakan Wells (1979) untuk menghitung waktu hilang adalah: L = 2n + R Dimana : L = Waktu hilang N = Jumlah fase R = Waktu merah serentak (all red time), bias 3 detik. 6. Waktu siklus. Waktu minimal yang dibutuhkan untuk mngalirkan lalu lintas melalui persimpangan adalah: Cm =
__L__ 1–ΣY
Dimana : Cm = waktu siklus minimum Σ Y = Y1 + Y2 + ........Yi I = jumlah fase Waktu siklus yang biasanya digunakan berkisar antara 40 sampai 120 detik, waktu siklus optimal yang dibuat atas dasar waktu menunggu yang minimal (minimum delay) seperti pada gambar 2 digunakan rumus pendekatan berikut ini : Co = _1,5L - 5_ 1–ΣY
Dimana : Co = Waktu siklus optimal. 100
Average delay Vehicle (seconds)
80
Total flow entering intersection (Vehicles per hour) 60
¾ co 40 ¾ co 20 ¾ co
0
20
¾ co
co
co
1½ co
40
60
3000 2800
co
2400 1600
co 1½ co 1½ co
80
100
120
140
160
180
Cycle time (seconds)
Gambar 2. Efek waktu menunggu terhadap variasi dari lamanya waktu siklus. 302
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
a.
Waktu hijau Pada prinsipnya waktu hijau haruslah sebanding dengan besarnya arus (Y) seperti: g1 = Y1 g2 Y2
Dimana g1 = waktu hijau phase i Karena Co – L adalah waktu hijau efektif maka rumus tersebut menjadi: gi =
_Yi_ (Co-L) ΣY
b. Cara perhitungan waktu yang sederhana Data yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah besarnya arus yang terbesar pada fase yang bersangkutan. Data ini kemudian digunakan untuk mencari waktu yang tepat dengan menggunakan gambar 3 berikut ini:
Waktu
60
Volume
Gambar 3. Cara penentuan waktu hijau secara grafik E. Sinyal Yang Diaktifkan Oleh Kendaran Sinyal tetap mempunyai kelemahan bila ada kenaikan arus lalu lintas yang tibatiba pada salah satu kaki, ataupun pada jalan-jaln tertentu yang arus lalu lintasnya pada jalan utama besar sedang arus pada jalan penghubung (minor) kecil dan tidak menentu. Untuk mengatasi hal yang demikian ini dapat diatasi dengan sistem sinyal yang kontrollernya diaktifkan oleh jumlah kendaraan yang melalui persimpangan yang bersangkutan. Bila arus besar pada salah satu kaki persimpangan maka waktu hijau akan diperlambat dan kalau arus mengecil waktu hijau akan lebih pendek. Sebagai contoh persimpangan yang diatur dengan lampu dua fase dapat dilihat dalam gambar 4 berikut ini: Merah
Kuning
Hijau Minimum
Hijau
Hijau Maksimum
Gambar 4. Sinyal yang diaktifkan oleh kendaraan. 303
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
Untuk mengetahui besarnya arus kendaraan yang melalui persimpangan, digunakan detektor (sensor) yang ditempatkan dibawah permukaan jalan ( didalam aspal) ataupun dengan cara lain seperti sensor inframerah, photo sel yang ditempatkan diatas permukaan jalan. Penempatan sensor biasanya 30 m dari lampu lalu lintas. Detektor (sensor) mendeteksi jumlah kendaraan yang lewat ke kontroller untuk kemudian ditetapkan waktu yang paling optimal. Koodinasi Lampu Lalu-Lintas Pada persimpangan-persimpangan yang berdekatan (kurang dari 700 m) dan masing-masing persimpangan diatur dengan lampu lalu-lintas, akan bermanfaat sekali bila lampu lalu-lintas dikawasan itu dihubungkan satu sama lainnya sehingga suatu kelompok kendaraan selepas lampu merah di awal jalan akan mendapat lampu hijau sampai dengan lampu lalu-lintas yang terakhir pada kawasan itu bila kelompok kendaraan tersebut berkecepatan sama sesuai dengan kecepatan rencana dalam koordinasi tersebut. Koordinasi Utara - Selatan
F.
u s Persimpangan
Koordinasi Barat - Timur
Gambar 5. Sistem koordinasi lampu lalu-lintas. Pada kenyataannya, kecepatan masing-masing kendaraan dalam kelompok tersebut tidak sama sehingga tidak semua kendaraan akan mendapat lampu hijau pada rangkaian sinyal yang terkoordinasi. Pengaturan koordinasi suatu kawasan dilakukan dalam kontrol induk yang dihubungkan ke masing-masing kontrol cabang dimasing-masing persimpangan. G. Langkah-Langkah Pengaturan Lalu-Lintas Bila arus lalu-lintas meningkat sehingga nilai μ sudah lebih kecil dari satu, perlu diambil tindakan-tindakan untuk mengurangi arus lalu-lintas yang melalui persimpangan itu. Cara-cara yang ditempuh antara lain: 1. Pengalihan lalu lintas tertentu. 2. Pelarangan belok kanan. 3. Rekonstruksi persimpangan. Hal ini merupakan langkah terakhir, karena biasanya memerlukan biaya yang cukup besar. Rekonstruksi ini dapat berupa pelebaran mulut persimpangan ataupun dengan membuat persilangan sebidang. H. Spesifikasi Teknis Lampu Lalu-Lintas Berikut ini spesifikasi teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Raya (1983):
304
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
1.
2.
3.
4.
5.
ISSN 1978-2497
Sistem Isyarat a. Isyarat tiga warna (3 aspek) b. Isyarat satu cahaya merah kelap-kelip atau dua cahaya merah kelap-kelip secara berseling. c. Isyarat satu cahaya kuning kelap-kelip atau dua cahay kuning kelap-kelip secara berseling. d. Isyarat dua warna (2 aspek) Bentuk dan ukuran. a. Lampu yang tidak kelap-kelip dan lampu kelap-kelip harus berbentuk bundar dengan garis tengah 200mm – 300mm. b. Kekuatan lampu 60 – 100 watt untuk isyarat kendaraan dan 40 watt bagi isyarat pejalan kaki. Pipa dan tiang. a. Pipa pelindung kabel. Bahan pipa dalah PVC (Pralon) dengan ukuran Ø = 2". b. Tiang tempat lampu pengatur lalu lintas. 1) Bentuk. a) Berbentuk lurus. b) Berbentuk lurus dengan ujung melengkung untuk overhead. 2) Bahan dan ukuran. a) Bahan tiang adalah pipa baja. b) Ukuran masing-masing tiang adalah: Ø = 4 " untuk tiang lurus dan patok pengaman. Ø = 6 ", Ø = 4 ", Ø = 2 " untuk tiang lengkung (overhead). c. Panjang pipa. 1) 400 cm untuk tiang kurus. 2) 200 cm untuk tiang patok pengaman. Kabel. a. Kabel tanah : Jenis kabel NYY dan ukuran 2 x 4 x 1,5 mm² ke satu tiang lampu. b. Kabel Tenaga : Jenis kabel NYY dan ukuran 4 x 6 mm² sampai dengan 4 x 10 mm². Kontroller. a. Untuk pengaturan tersendiri ( isolated system ). 1) Tegangan masuk 110 / 220 Volt, 50 Hz. 2) Temperatur - 20º C sampai dengan 70º C. 3) Pengaturan minimal 2 phase untuk kendaraan. 4) 2 fase untuk pejalan kaki. 5) Program bisa dibuat otomatis ( dengan time switch) atau manual. 6) Ada flashing kuning. 7) Komponen yang dipakai sedapat mungkin dirangkai sedemikian rupa sehingga mudah dalam penggantian dan pemasangankembali dan mudah dicari dipasaran. 8) Sedapat mungkin dilengkapi dengan fault indicator. 9) Sebaiknya ada conflict green detector. 10) Mudah perawatannya. 11) Dilengkapi dengan perlindungan terhadap naik turunnya tegangan supply. b. Untuk pengaturan koordinasi. 1) Tegangan masuk 110 / 220 Volt, 50 Hz. 2) Temperatur - 20º C sampai dengan 70º C. 3) Pengaturan minimal 2 phase untuk kendaraan. 305
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
4) 5) 6) 7)
2 phase untuk pejalan kaki. Program bisa dibuat otomatis ( dengan time switch) atau manual. Ada flashing kuning. Komponen yang dipakai sedapat mungkin dirangkai sedemikian rupa sehingga mudah dalam penggantian dan pemasangankembali dan mudah dicari dipasaran. 8) Sedapat mungkin dilengkapi dengan fault indicator. 9) Sebaiknya ada conflict green detector. 10) Mudah perawatannya. 11) Dilengkapi dengan perlindungan terhadap naik turunnya tegangan supply. 12) Harus dapat dikoordinasikan dengan kontroller lain. 13) Dapat dilengkapi dengan sensor. 14) Kemampuan program minimal 6. 6. Penempatan dan pemasangan. a. Lampu lalu lintas pada persimpangan jalan ditempatkan pada penggir kiri jalur kendaraan pada jarak 0,65 meter dari tepi jalan. Jarak antara sisi bawah lampu dan permukaan jalan (paling sedikit) 2,10 meter. b. Lampu lalu lintas pada pinggir kiri jalur dapat diulangi lagi penempatannya pada sebelah kanan jalur sedapat mungkin pada jarak yang sama dari poros jalan, penempatannya dapat pula diulang diatas permukaan jalur kendaraan dan diseberang persimpangan. c. Lampu dengan satu cahaya merah kelap-kelip atau dua cahaya merah kelapkelip dipasang pada persilangan datar dengan kereta api, pada tempat menuju jembatan ayun atau dermaga kapal tambang. d. Lampu sistem tiga warna disusun secara vertical menurut urutan dari atas kebawah sebagai berikut: Merah, Kuning, Hijau. Atau disusun secara horisontal menurut urutan dari kanan ke kiri sebagai berikut: Merah, Kuning, Hijau. e. Lampu kuning kelap kelip boleh dipasang tersendiri sebagai pengganti isyarat sistem tiga warna pada waktu-waktu lalu lintas sepi. f. Lampu sistem dua warna dipasang bersusun secara vertikal menurut urutan dari bawah keatas: hijau, merah. Isyarat sistem dua warna ini dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga menutup segala kemungkinan untuk disalah artikan oleh pengemudi sebagai isyarat cahaya untuk lalu lintas kendaraan. a. Setiap persimpangan yang dilengkapi dengan lampu pengatur lalu lintas harus diberi rambu tentang adanya lampu tersebu. b. Pondasi dari kontroller harus lebih tinggi 50 cm dari permukaan tanah / jalan atau permukaan air banjir yang tertinggi di daerah tersebut. Untuk suatu persimpangan misalnya simpang empat maka untuk keperluan pengaturan lalu lintas ditempat tersebut diperlukan satu unit traffic light yang terdiri dari: a. 8 buah lampu 3 aspek untuk isyarat kendaraan dimana 2 buah diantaranya dapat dipasangkan pada tiang-tiang overhead dan 6 lainnya pada tiang biasa. b. 8 buah lampu 2 aspek untuk isyarat bagi pejalan kaki, yang ditempatkan pada masing-masing tiang untuk isyarat kendaraan. c. Satu buah box kontrol. d. Setiap tiang dan box kontrol dilengkapi dengan 3 buah patok pengaman.
306
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
Gambar 6-11 berikut menunjukan cara penempatan dan pamasangan serta bentuk tiang dari traffic light. Ø 4”
4M
6M
Ø 6” 4M
Ø 4”
Ø 4”
Ø 12”
40 CM 150 CM 2M
1M
40 CM 150 CM
TIANG LURUS
PLENDES
PATOK
TIANG LENGKUNG
Gambar 6. Tiang Lurus
PLENDES
PATOK
Gambar 7. Tiang Lengkung (Over Head) CONECTOR AC
CONCTOR DATA
KEYPAD
LCD DISPLAY
TIMER PGM
TIMER FLASH
TERMINAL KABEL
SLOT FASA
MCB
SAKLAR FLASH
CONECTOR DATA
CONECTOR DC
95 cm
100 cm
TERMINAL KABEL MCB
SAKLAR FLASH
CONECTOR DATA
50 cm
CONECTOR DC
KONTROLER 60 cm
Gambar 8. Kontroler 30 cm
Gambar 9. Box Kontroler
30 cm
25 cm
25 cm
30 cm
40 cm
120 cm
90 cm
Ø 30 cm
Ø 20 cm
30 cm
40 cm
Gambar 10. Aspek 30 cm
Gambar 11. Aspek 20 cm 307
iteks Intuisi Teknologi dan Seni
ISSN 1978-2497
Daftar Pustaka
Abubakar, Iskandar. 1986, Sistem Lampu Lalu Lintas, ………, Jakarta. Direktorat LLAJR. 1981, Kumpulan Peraturan Perundangan LLAJR, ……….., Jakarta. Direktorat LLAJR 1983, Peralatan / Fasilitas LLAJR, Buku I, Lampu Pengatur Lalu Lintas,………, Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), Penerbit Yayasan PUIL. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
308