BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Manajemen Keuangan 2.1.1.Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian dari ilmu manajemen yang ditujukan terhadap kegiatan atau keputusan yang harus diambil dalam bidang keuangan yang bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham melalui meningkatnya nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham. Untuk dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan keuangan yang optimal untuk dapat berjalan dengan baik, sehingga untuk dapat mengoptimalkan keuangan perusahaan maka diperlukan manajemen yang baik. Oleh karena itu, keuangan mempunyai hubungan yang erat terhadap ilmu manajerial. Seiring dengan perkembangannya manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan dan mencari dana, akan tetapi manajemen keuangan juga mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Untuk memperkuat pengertian manajemen keuangan, maka menurut beberapa ahli, manajemen keuangan adalah: Menurut Darsono (2006 : 1) menerangkan bahwa : Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurahmurahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba. Sedangkan menurut Keown et al (2005 : 4) pengertian manajemen keuangan adalah : Financial management is concerned with the maintenance and creation of economic value or wealth. Artinya : Manajemen keuangan menitikberatkan pada pengelolaaan dan penciptaan nilai ekonomi atau menciptakan kemakmuran.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana dan mengalokasikan dana tersebut secara efektif dan efisien untuk menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan.
2.1.2.Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut Irawati (2006: 3) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu : 1. Keputusan investasi Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam allocation of fund atau pengalokasian dana ke dalam bentuk investasi yang dapat mengahasilkan laba di masa yang akan datang. Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan yang mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara current assets dengan fixed assets. 2. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antar sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat jangka pendek dan jangka panjang, sedangkan perbandingannya disebut dengan struktur modal. Dalam keputusan pendanaan mempengaruhi baik struktur modal maupun struktur financial. 3. Keputusan dividen Keputusan dividen bagian dari keuntungan suatu perusahaan dibayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah
keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dan yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. 2.1.3.Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang
digunakan
sebagai
standar
dalam
memberikan
penilaian
keefisienan keputusan keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Tujuan manajemen keuangan menurut Irawati (2006 : 4) adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expens atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan
keputusan
yang
maksimum,
dalam
menjalankan
perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion. Sedangkan menurut Ross (2006 : 11) tujuan menajemen keuangan adalah sebagai berikut : The goal of financial managementis to maximize the current value per share of the existing stock. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan. 2.2.Pasar Modal 2.2.1.Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembagalembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka. Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 1 tentang pasar modal definisi pasar modal adalah sebagai :
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Bursa mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek. Sedangkan bursa efek menurut Undang-Undang Nomor 8 pasal 1 ayat 4 tentang pasar modal adalah sebagai berikut : Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau saran untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan sarana penghubung antara investor dengan melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang berupa efek. Dari penyataan ini dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan salah satu bentuk kegiatan dari lembaga keuangan non bank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan perusahaan. Aktivitas
ini
terutama
ditujukan
bagi
perusahaan
yang
membutuhkan dana dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan untuk jangka panjang. Dana dalam jumlah besar dan penggunan dalam jangka panjang seringk kali tidak dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan, sehingga sumber dana alternatif dapat dicari melalui pasar modal.
2.2.2.Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, memiliki dana maupun pemerintah. Menurut Sutrisno (2003 : 342) pasar modal memiliki beberapa fungsi sebagai berikut 1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan
perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai perantara keuangan secara konvensional. 2. Sebagai Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku diperjualbelikan di bursa. Sementara pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang pada dasarnya mempunyai tingkat keuntungan yang relatif
kecil.
Dengan
adanya
surat
berharga
yang
mudah
diperjualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena setiap investor dapat dengan mudah memindahkan dananya dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya. 3. Pemerataan Pendapatan Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik
perusahaan
terbatas
pada
personal-personal
pendiri
perusahan yang bersangkutan. Dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta memilliki perusahaan tersebut. Dengan demikian memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya dapat dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4. Sebagai Pendorong Investor Salah satu faktor yang mendorong agar pihak swasta dan asing memiliki keinginan untuk melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka, salah satunya adalah dengan likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal maka semakin banyak investor baik nasional maupun asing yang bersedia
menginvestasikan dananya melalui pembelian surat berharga di pasar modal. Maka dari itu, pasar modal (capital market) merupakan tempat atau suatu lembaga penghubung secara financial yang berfungsi untuk mempertemukan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (suppliers of fund), dalam hal ini investor dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (demanders of fund).
2.2.3.Instrumen Pasar Modal Menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 381) instrumen yang ada di pasar modal Indonesia yaitu efek yang terdiri dari: a. Saham Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian, jika seorang
investor
membeli
saham,
maka
ia
pun
menjadi
pemilik/pemegang saham perusahaan. Saham ada dua macam yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Pada saat ini saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut. b. Obligasi Obligasi pada dasarnya merupakan suatu surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat, jangka waktu obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan
pemberian
imbalan
bunga
yang
jumlah
dan
saat
pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi ini dapat diterbitkan baik oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Swasta ataupun juga obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Obligasi Konvensi, adalah bukti hutang suatu perusahaan yang mengandung janji pembayaran bunga dan dapat ditukar dengan saham biasa perusahaan dengan jangka waktu yang ditentukan. c. Bukti Hak Bukti hak atau biasa dikenal dengan Bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham-saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain. Jika pemegang saham tidak bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham), maka bukti yang dimiliki dapat diperjual belikan dibursa. d. Waran Menurut BAPEPAM, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau lebih. Waran memiliki karakteristik opsi yang hampir sama dengan Sertifikat Buku Right (SBR)/sertfikat bukti hak, dengan perbedaan utama antara jangka waktu. SBR merupakan instrumen jangka pendek (umumnya SBR kurang 6 bulan), sedangkan waran adalah jangka panjang (umumnya umur waran antara 6 bulan hingga 5 tahun).
2.2.4.Keuntungan dan Kerugian Investasi di Pasar Modal Pasar modal dari tahun ke tahun menjadi wahana yang menarik bagi dunia usaha dan menjadi semakin penting peranannya. Bagi dunia usaha pasar modal dapat dijadikan sarana untuk menawarkan berbagai macam efek dengan kebutuhan dana yang diperlukan dengan tingkat biaya dana yang relatif murah. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 425), keuntungan investasi di pasar modal diantaranya :
a. Laba capital, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli sahamnya. b. Dividen, bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. c. Saham perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga sejenis, nilainya meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan. d. Saham juga dapat dijaminkan ke bank untuk memperoleh kredit, sebagai agunan tambahan dari agunan pokok. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 425) kerugian investasi di Pasar Modal diantaranya : 1. Rugi capital, kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah dari nilai beli saham. 2. Rugi kesempatan, kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari total investasi. 3. Likuidasi, kerugian karena perusahaan dilikuidasi di mana nilai likuidasinya lebih rendah dari harga beli saham.
2.3.Laporan Keuangan 2.3.1.Pengertian Laporan Keuangan Pengertian Manajemen Keuangan tidak bisa lepas dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yaitu neraca dan laporan rugi-laba. Laporan Keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi
keuangan
berkepentingan
sebagai
perusahaan bahan
kepada
pihak-pihak
pertimbangan
dalam
yang
mengambil
keputusan. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007 : 51) Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Sedangkan Sutrisno (2007 : 9) menyatakan bahwa : Laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah). Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen dan diproses melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah dan pihakpihak lainnya yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan. 2.3.2.Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomi suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang disajikan manajemen untuk semua pihak yang berkepentingan. Bagi pihak pengguna mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu dikualifikasikan dalam beberapa jenis laporan keuangan. Jenis-jenis laporan keuangan menurut Gitman (2006 : 46) adalah: "The four key financial statements required by the SEC for reporting to shareholders are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3) the statement of stockholders equity, and (4) the statement of cash flows. Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis laporan keuangan yang utama, yaitu income statement (laporan laba rugi), balance sheet (neraca), dan statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan lainnya yang juga tercantum dalam kutipan di atas merupakan bagian integral dari laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri.
Jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Income statement (laporan rugi laba) Income statement (laporan rugi laba) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dimana tertulis secara lengkap semua pendapatan dan beban yang harus dibayar. Laporan rugi laba menurut Brealey Myers Marcus (2007 : 61) adalah sebagai berikut: "Laporan rugi laba adalah laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban dan laba bersih perusahaan selama periode tertentu. 2. Balance sheet (neraca) Balance sheet (neraca) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu. Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Brealey Myers Marcus (2007 : 56) mengatakan bahwa: "Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan aset dan kewajiban perusahaan pada waktu tertentu. 3. Statement of cash flows (laporan arus kas) Kemudian jenis laporan keuangan utama yang terakhir adalah laporan arus kas. Laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu.
2.3.3.Tujuan Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan mempunyai tujuan untuk melaporkan
aktivitas
keuangan
dan
operasi
perusahaan
yang
menggambarkan hasil-hasil yang dicapai perusahaan pada periode tertentu. Adapun tujuan laporan keuangan menurut Harahap (2004 : 132) adalah sebagai berikut : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dari kewajiban serta modal dari suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai laporan keuangan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk mengungkapkan sejauh lingkup informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk pemakai laporan keuangan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. 5. Untuk memberikan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dari investasi.
2.4.Analisis Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna, apabila hanya dilihat secara sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan. 2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Salah satu tugas manajemen setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaannya. Analisis ini dikeluarkan pada laporan keuangan yang mudah disusun dan sebaiknya laporan keuangan itu adalah laporan yang diyakini kewajarannya. Menurut Harahap (2001 : 190), analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun
data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Prastowo dan Juliaty (2002 : 52), menjelaskan analisis laporan keuangan sebagai berikut : Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut dan menelaah hubungan di antara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memahami hubungan-hubungan yang terdapat dalam laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungannya.
2.5.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Menurut Harahap (2004 : 195) secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti prediksi atau peringkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain, apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga, antara lain: a. Dapat menilai prestasi perusahaan b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu: (a) Posisi Keuangan (aset, neraca, dan modal) (b) Hasil Usaha Perusahaan (hasil dan biaya) (c) Likuiditas (d) Solvabilitas (e) Aktivitas (f) Rentabilitas dan Profitabilitas (g) Indikator Pasar Modal d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e. Melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat
membandingkan
situasi
perusahaan
dengan
periode
sebelumnya atau standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
2.5.3 Analisis Rasio Keuangan Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analisis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan. Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2004 : 297) adalah: Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Dengan rasio keuangan para pemakai laporan keuangan dapat dengan mudah mengartikan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Adapun jenis-jenis analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan menurut Munawir (2002 : 31) antara lain sebagai berikut : 1. Likuiditas berhubungan dengan kemampuan jangka pendek sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban jatuh temponya. 2. Aktivitas menunjuk pada sejauhmana efisien sebuah perusahaan memakai asetnya. 3. Profitabilitas menunjuk pada betapa berhasil sebuah perusahaan ada dalam membangkitkan laba. 4. Solvabilitas menunujuk pada kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Menghitung rasio hanya merupakan titik awal dalam menganalisa sebuah perusahaan. Rasio tidak memberikan jawaban, namun rasio memberikan bukti sebagaimana terhadap apa yang mungkin diharapkan, dan juga rasio sering memberikan sinyal berlawanan.
2.5.Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan yang menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. 2.5.1.Pengertian Likuiditas Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kekuatan membayar, semuanya tergantung pada manajemennya masing-masing. Penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang vital, karena tingkat likuiditas perusahaan ini dapat memcrminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, agar lebih jelas dan memahami lebih lanjut tentang arti likuiditas, maka berikut ini ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan tentang arti dari likuiditas.
Bambang Riyanto (2001 : 26) berpendapat bahwa : Likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan jumlah utang lancar di lain pihak (likuiditas badan usaha), juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk menyelenggarakan perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan). Sedangkan menurut Sutrisno (2003 : 247) sebagai berikut : Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Menurut pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa likuiditas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansial dalam jangka pendeknya yang akan jatuh tempo tepat pada waktunya, sehingga kondisi suatu perusahaan yang likuid dapat diketahui dengan melihat kemampuan mempertahankan jumlah aktiva lancar yang lebih besar jika dibandingkan dengan kewajibannya.
2.5.2.Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya keadaan perusahaan dalam keadaan likuid, tetapi jika tidak mampu, maka perusahaan dikatakan dalam keadaan illikuid. Likuiditas ada 2 macam, yaitu : 1. Likuiditas badan usaha Merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada pihak luar perusahaan pada saat ditagih. 2. Likuiditas perusahaan Merupakan kemampuan perusahaan untuk menyelenggarakan proses produksi perusahaan. Rasio-rasio likuiditas berguna untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan teresbut. Menurut Bambang Riyanto (2001:332), rasio likuiditas dapat diukur dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : 1. Current Ratio Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunujukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
Mengingat bahwa current ratio adalah angka perbandingan antara aktiva lancar denga utang lancar, maka setiap transaksi yang mengakibatkan perubahan jumlah aktiva lancar atau utang lancar baik
masing-masing
atau
mengakibatkan
perubahan
tingkat
likuiditas. Current ratio =
Current .assets x 100% Current .Liabilitie s
2. Cash Ratio Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban
jangka
pendeknya.
Rasio
ini
hanya
membandingkan antara kas, efek dan utang lancar. Cash Ratio = Semakin besar rasio kas (cash ratio) berarti jumlah uang tunai yang tersedia semakin besar, tetapi bila rasio kas terlalu tinggi akan mengurangi produktivitas perusahaan dalam meningkatkan rate of return. 3. Quick Ratio Yaitu rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang dengan tidak memperhitungkan persediaan, Quick Ratio =
Current .assets Inventory x100% Current .Liabilitie s
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari pada piutang.
4. Working Capital to Total Assets Ratio Yaitu rasio yang menentukan posisi dari besarnya modal kerja yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Working Capital to Total Assets Ratio = 2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Likuiditas Likuiditas diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang harus segera dibayar. Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh manajemen dalam rangka mengatur masalah likuiditas secara efisien. Menurut Munawir (2002 : 93) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas, diantaranya : 1. Kekurangan modal kerja, dapat menimbulkan perusahaan illikuid. Terlalu besar kewajiban jangka pendek/kewajiban lancar bila dibandingkan dengan modal kerja, juga akan menyebabkan perusahaan dalam keadaan illikuid. 2. Kebijakan
kredit
yang
dijalankan
perusahaan,
dapat
juga
menyebabkan illikuid. Syarat kredit penjual yang terlalu lunak, sehingga perputaran piutang lambat akan menyebabkan illikuid. 3. Modal kerja yang terlalu besar sehingga adanya sebagian dana yang menganggur, akibatnya perusahaan akan berada dalam keadaan over likuid. 4. Kurang adanya manajemen keuangan yang baik dalam pengaturan keuangan, hal ini dapat menimbulkan illikuid atau over likuid.
2.6.Return on Investment (ROI) 2.6.1.Pengertian Return on Investment (ROI) Return on Investment merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam usaha untuk memperoleh keuntungan. Menurut Bergevin (2002 : 274) ROI diartikan sebagai : Measures of wealth creation from a given level and type of capital. Sedangkan menurut Sutrisno (2003 : 255) pengertian Return on Investment adalah : Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih atau EAT. Rasio ini dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut : Martono (2002 : 60) ROI
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
Menurut Sartono (2001 : 123) profitabilitas dapat dihitung melalui Return on Investment (ROI). Dengan rumus perhitungannya :
Rasio ini sangat penting bukan hanya bagi manajemen sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor. Hal ini dijelaskan oleh Gibson (2001 : 252) yaitu : Profitability is the ability of the firm to generate earnings. Analysis of profit is of vital concern to stockholders as the derived revenue, in firm of dividens, when paid from profit. Further, increased profit can cause a rise in market leading to capital gain. Artinya, profitability adalah kemampuan suatu perusahaan dalam meningkatkan memperhatikan
laba.
Analisis
besar-kecilnya
dari
keuntungan
dividen,
yang
adalah
dengan
dibayarkan
dari
keuntungan perusahaan, kepada para pemegang saham. Selebihnya,
keuntungan dapat meningkat disebabkan adanya perubahan laba dari pasar. Jadi analisis atas laba perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi pemegang saham, sebagai pihak yang berkepentingan terhadap laba, karena peningkatan laba dapat menyebabkan terhadap Return on Investment perusahaan tersebut. Besarnya ROI suatu perusahaan yang baik akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. 2.7.Kebijakan Dividen 2.7.1.Pengertian Dividen Investasi dalam bentuk saham yang dilakukan di pasar modal memberikan beberapa keuntungan kepada investornya. Keuntungan tersebut dapat dinikmati oleh para investor dalam bentuk berupa : 1. Laba modal (capital gain), yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada nilai beli sahamnya. 2. Dividen, bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
Adapun definisi dividen menurut Gitman (2006 : 590) adalah : A source of cash flow to stockholder and provides information about firm s current and future performance. Artinya : Sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Pengertian dividen menurut Mamduh (2004 : 361) adalah sebagai berikut Dividen merupakan kompensasi yang diterima pemegang saham di samping capital gain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian dari laba bersih untuk dibagikan kepada para pemegang saham secara berkala. Disatu pihak, setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan pendapatan bagi perusahaan dan dapat membayarkan dividen kepada pemegang saham. Di lain pihak, kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab seandainya makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang akan ditahan, dan akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar pendapatannya untuk tetap didalam perusahaan berarti bahwa sebagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Pembagian dividen dipengaruhi oleh banyak variabel, sebagai contoh kebutuhan arus kas dan investasi perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga untuk menentukan jumlah dividen tetap yang tinggi. Dilain pihak, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan dalam investasi. Dalam kasus seperti ini pimpinan perusahaan dapat menetapkan dividen yang tetap rendah sehingga perusahaan akan dapat membayarkannya pada tahun-tahun dimana laba yang diperoleh perusahaan rendah atau pada tahun-tahun diperlukannya dana yang cukup besar untuk investasi. Pada umumnya, kebanyakan perusahaan membayarkan dividen berupa kas, seperti yang dikatakan oleh Brealy dan Myers dalam Principle of Corporate Finance (2003 : 434) : Most companies pay a regural cash dividend each quarter. Artinya bahwa kebanyakan perusahaan membayar dividen dalam bentuk kas setiap kuartal. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian dari laba bersih yang berasal dari aliran kas untuk
dibagikan kepada para pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Pengertian kebijakan dividen menurut Martono dan Harjito (2007 : 253) ialah : Kebijakan dividen (dividend Policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. 2.7.2.Jenis-Jenis Kebijakan Dividen Terdapat beberapa jenis kebijakan dividen yang dapat diterapkan oleh perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang saham, berdasarkan kemampuan dan kondisi perusahaan tersebut. Menurut Gitman (2006 : 602) ada tiga jenis kebijakan dividen yang dapat diterapkan oleh perusahaan, yaitu :
1. Contstant Payout Ratio A dividend policy based on the payment of certain percentage of earnings to owners in each dividend period. Artinya : Suatu kebijakan dividen berdasarkan pada pembayaran suatu persentase tertentu dari pendapatan kepada pemilik pada setiap periode dividen. Pada kebijakan ini, perusahaan memberikan dividen per saham tidak akan selalu sama namun akan berfluktuasi sesuai dengan besarnya laba usaha yang diperoleh perusahaan. 2. Regular Dividen Policy A dividend policy based on the payment of fixed dollar dividend in each periode. Artinya : Suatu kebijakan dividen berdasarkan pada pembayaran yang tetap dari dividen setiap periodenya. Pada kebijakan ini perusahaan membayar dividen berdasarkan jumlah yang tetap setiap periodenya. Kebijakan ini memberikan informasi yang positif kepada para pemilik saham, sehingga dapat memperkecil
ketidakpastian.
Seringkali
perusahaan
yang
menggunakan kebijakan ini meningkatkan dividen regulernya jika keuntungan perusahaan terbukti meningkat. Kebijakan dividen ini hampir tidak pernah menurun. 3. Low Regular Dividend Plus Extras A dividend policy based on playing a low regular dividend, supplemented by on additional dividend when earnings are higher than normal in a given periode. Artinya : Suatu kebijakan dividen yang berdasarkan pada permainan dividen rendah, dilengkapi oleh dividen tambahan ketika pendapatan lebih tinggi dibandingkan biasanya pada periode yang ditentukan. Jenis kebijakan dividen ini mirip dengan regular dividend tetapi jika perusahaan sedang mengalami keuntungan yang besar, perusahaan akan memberikan tambahan dividen kepada pemegang saham, tetapi tidak secara rutin.
2.7.3.Teori Kebijakan Dividen Hal yang terpenting dari kebijakan dividen adalah apakah kebijakan tersebut dapat mempengaruhi kekayaan pemegang saham dengan mengubah rasio pembayaran dividen. Beberapa teori menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham, namun ada pula teori yang menyatakan kebijakan dividen mempengaruhi harga saham. Kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) ialah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang, sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan. Berikut merupakan teori mengenai kebijakan dividen menurut Sartono (2001 : 288) yaitu : 1. Irrelevant Dividend Modigliani-Miller berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan, berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan ataupun harga saham.
2. Bird-In-The Hand Theory Gordon-Lintner mempunyai pendapat lain bahwa dividen lebih kecil resikonya dibanding degan capital gain, sehingga GordonLintner menyarankan perusahaan untuk menentukan dividend payout ratio atau bagian laba setelah pajak yang dibagikan dalam bentuk dividen yang tinggi dan menawarkan dividend yield yang tinggi untuk meminimumkan biaya modal the-bird-in-the-hand fallacy 3. Tax Differential Theory Kelompok ketiga berpendapat bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka invesor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi. Kelompok terakhir ini menyarankan bahwa perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimuman biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.
2.7.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada saat perusahaan menetapkan kebijakan dividen, terdapat faktorfaktor yang harus dipertimbangkan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 387) faktor-faktor yang mempengaruhi dividen adalah : 1. Peraturan Hukum a. Mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para direktur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal (membagikan investasinya bukan membagikan dividennya) c. Peraturan mengenai tidak mampu bayar. Perusahaan tidak boleh membayar jika tidak mampu (bangkrut).
2. Posisi Likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun ke tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan serta barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya betul-betul kurang dana dalam situasi seperti ini mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk tunai. 3. Membayar Pinjaman Jika perusahaan telah melakukan pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputusakan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan. 4. Kontrak Pinjaman Kontrak pinjaman apabila menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan yang dimaksudkan untuk melindungi para kreditur yaitu dividen yang akan datang hanya akan boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesuai ditandatanganinya kontrak pinjaman (artinya tidak boleh dibayarkan pada laba tahun yang ditahan). 5. Pengembalian Aktiva Semakin
cepat
pertumbuhan
perusahaan,
semakin
besar
kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan, semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba apabila ingin menambah modal dari luar maka sumber
alami yang tersedia adalah para pemegang saham sekarang yang sudah mengenal perusahaan. Jika keuntungannya dibayarkan kepada mereka sebagai dividen dan terkena tarif pajak perorangan yang tinggi, maka hanya sebagian laba saja yang dapat ditanam kembali. 6. Tingkat Pengembalian Tingkat pengembalian atas asset menentukan laba pembentukan dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. 7. Stabilitas Keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari, maka keuntungan seperti itu kemungkian besar akan membagikan keuntungan dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya yang berfluktuasi. 8. Pasar Modal Perusahaan besar yang sudah mantap dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur dapat dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil atau yang masih baru. 9. Kendali Perusahaan Jika perusahaan hanya memperkuat usahanya dari pembiayaan intern maka pembiayaan dividen akan berkurang, kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasanya akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa. Selain itu penjualan saham tambahan akan memperbesar risiko fluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham.
10. Keputusan Kebijakan Dividen Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividend per share pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naikya keuntungan, artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan nampak cukup permanen.
2.7.5.Prosedur Pembayaran Dividen Besarnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham diputuskan dalam RUPS. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 574) prosedur pembayaran dividen adalah sebagai berikut : 1. Tanggal tercatatnya pemegang saham (holder of record date) Perusahaan menutup buku mengenai transfer saham dan menyusun daftar tentang nama-nama para pemegang saham menurut keadaan itu. 2. Tanggal tanpa dividen (ex_dividend date) Untuk mencegah terjadinya kekacauan maka para pemegang pialang sudah mempunyai suatu peraturan yang menyatakan bahwa pemegang saham berhak atas dividen sampai empat hari sebelum tanggal terdaftarnya pemegang saham, hak atas dividen itu sudah terlepas dari sahamnya. 3. Tanggal pembayaran dividen (payment date) Merupakan
tanggal
nyata
dimana
perusahaan
dalam
kenyataannya mengirimkan cek kepada nama-nama yang tercatat itu pada tanggal pembayaran.
2.7.6.Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan persentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen tunai.
Gitman (2006 : 602) mengatakan bahwa : Dividend payout ratio indicates the percentage of each dollar earned that is distributed to the owner in the form of cash. It is calculated by dividing the firm`s cash dividend per share by its earning per share. Artinya : Dividend payout ratio mengindikasikan persentase dari setiap dolar yang akan diperoleh yang dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai. Pembagiannya dapat dihitung dengan membagi dividen dalam bentuk kas perusahaan dengan laba per lembar saham. Dividend Payout Ratio menurut R. Agus Sartono (2005 : 75) adalah: Persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Dari beberapa pengertian mengenai dividend payout ratio, maka dapat disimpulkan bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) adalah rasio yang melihat bagian pendapatan dari perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, yang dihitung dengan membagi dividen per lembar saham dengan pendapatan per lembar saham. Dari pengertian di atas dividend payout ratio dapat diformulasikan sebagai berikut : Dividend Payout Ratio
Dimana :
DPS 100% EPS
DPS = Dividend Per Share EPS = Earning Per Share
2.8.Nilai Perusahaan 2.8.1.Pengertian Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat diukur dari tinggi rendahnya harga saham di perusahaan yang bersangkutan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri.
Pengertian nilai perusahaan menurut Brigham dan Ehrhardt (2002) adalah sebagai berikut: Value is determined by results as reaveable in financial statement value of firm is stockholder wealth maximization, which translates into maximing the price of the firm s common stock . Artinya nilai perusahaan merupakan nilai yang dapat ditentukan dari perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan, nilai perusahaaan terlihat
dari
maksimalisasi
kekayaan
pemegang
saham
yang
dimaksudkan kedalam memaximumkan harga saham perusahaan. Menurut Brigham & Erhardt (2005) : Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cah flow di masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai ratarata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital, WACC) Free cash flow merupakan cash flow yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah memperhitungkan seluruh pengeluaran untuk operasional perusahaan dan pengeluaran untuk investasi serta aktiva lancar bersih. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan dapat ditentukan dari perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan keuangan, dimana nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cah flow di masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai rata- rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital, WACC).
2.8.2 Jenis-Jenis Nilai Perusahaan Nilai perusahaan (Value of Firm) berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham), maka nilai perusahaan akan maksimum. Memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan.
Menurut Gitman (2003 : 108), terdapat beberapa jenis nilai perusahaan, yaitu : 1. Nilai Likuiditas (Liquidation Value) Nilai Likuiditas adalah jumlah uang yang dapat direalisasikan jika sebuah aktiva atau sekelompok aktiva (contohnya perusahaan) dijual secara terpisah dari organisasi yang menjalankannya. 2. Nilai kelangsungan usaha adalah nilai perusahaan jika dijual sebagai operasi usaha yang berlanjut. 3. Nilai Buku (Book Value) Nilai buku suatu perusahaan adalah total aktiva dikurangi kewajiban dan saham preferen seperti tercantum di neraca 4 Nilai pasar (Market Value) Nilai
pasar
adalah
harga
pasar
yang
digunakan
untuk
memperdagangkan aktiva. 5. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value) Nilai intrinsik adalah harga saham sahamnya berdasarkan pada faktor yang dapat mempengaruhi penilaiaan.
2.8.3.Ukuran Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Pengukuran variabel berupa nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya. Hal ini sesuai dengan Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 210) mengatakan bahwa : Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Pengukuran ini sesuai Hasnawati (2005) yang mengatakan bahwa : Secara harafiah nilai perusahaan itu sendiri diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham. Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara
permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan, yang berarti kemakmuran pemegang saham juga semakin meningkat.
2.9.Saham 2.9.1.Pengertian Saham Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 381) definisi saham adalah sebagai berikut : Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Menurut Sutrisno (2007 : 310), pengertian saham aalah sebagai berikut : Saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau tanda kepemilikan perusahaan atau penyertaan pada perusahaan yang berbentuk perusahaan terbatas (PT). Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2007 : 367) menjelaskan bahwa : Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan. Berdasarkan pengerian di atas dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti keikutsertaan dalam permodalan perusahaan dan pemegang saham mempunyai hak atas sebagian kekayaan perusahaan itu dan proporsinya sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham tersebut.
2.9.2.Harga Saham Surat saham menurut harga saham yang disebut sebagai harga nominal. Harga nominal ini merupakan harga yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Harga saham adalah harga yang terjadi di bursa yang ditentukan oleh interaksi antara permintaan (beli) dan penawaran (jual) dengan pelaku pasar antara lain investor dan trader saham, dengan kecendrungan harga saham yang dipertimbangkan berfungsi dari waktu ke waktu. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham. Penentuan harga ini tentunya akan berbeda dengan perdana (primary price) dari suatu saham. Harga perdana adalah harga suatu saham sebelum dicatat (listed) di bursa efek. Harga perdana merupakan harga yang terjadi atas hasil negosiasi antara penjamin emisi (underwrite) dengan calon emiten. Jika suatu saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominalnya, maka selisih harga saham tersebut disebut sebagai agio saham, hal tersebut di atas sesuai yang dikemukakan oleh Sunariyah (2004 : 127).
2.9.3.Jenis-Jenis Harga Saham Keputusan investor memilih suatu saham sebagai objek investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa baik secara invidual, kelompok, maupun gabungan. Bentuk informasi historis yang dipandang secara tepat untuk menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga saham yang memberikan deskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu maupun dalam periodisasi tertentu pula. Indeks
harga
saham
yang
terjadi
di
pasar
modal
akan
menggambarkan perubahan-perubahan atau pergerakan harga saham yang terjadi. Tentu saja penyajian indeks harga saham berdasarkan satuan angka yang telah disepakati di pasa modal. Menurut Sunariyah
(2004 : 127), bahwa harga saham yang dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Harga Nominal Harga Nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Besarnya harga nominalnya biasanya tergantung keinginan emiten. 2. Harga Perdana Harga Perdana merupakan harga sebelum harga saham dicatat di bursa (harga yang ditawarkan kepada para investornya). Besarnya harga perdana tergantung pada persetujuan antara emisi dan penjamin emisi. 3. Harga Pasar Harga Pasar merupakan harga jual antara investor yang satu dengan investor yang lain setelah saham dicatatkan di bursa. Transaksi ini melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar memiliki ketergantungan pada kekuatan dan permintaan dan penawaran di pasar sekunder.
2.9.4.Analisis Saham Dalam konteks teori keuangan sebelum menentukan memilih saham diperlukan analisis untuk melakukannya. Menurut Sutrisno (2003 : 352) terdapat dua pendekatan dasar yang dapat digunakan untuk menilai saham, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental bertolak dari anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk yang rasional dan keputusan investasinya akan diambil berdasarkan analisis terhadap kondisi dan kinerja sessungguhnya dari emiten. Argumentasi dasarnya jelas, yaitu bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat, tapi yang lebih penting lagi harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari.
Analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dinilai dari : a. Perkembangan perusahaan b. Neraca perusahaan dan laporan laba-ruginya c. Proyeksi usaha d. rencana perluasan dan kerjasama dan lain-lain Pada
umumnya
apabila
kinerja
perusahaan
mengalami
perkembangan yang baik, akan bisa mengangkat harga saham. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional didahulukan oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang secara fundamental diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu efek. Analisis fundamental juga menekankan pada penentuan nilai instrinsik dari suatu saham. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham dan menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu, seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis, maupun pengaruh isu-isu lainnya. Di dalam analisis teknikal informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk analisis. misalnya, peningkatan atau penurunan harga biasanya berkaitan dengan peningkatan atau penurunan volume perdagangan. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan
membeli atau menjual saham dengan memanfaatkan indikatorindikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis. Pergerakan harga saham ini oleh pengamat pasar modal Amerika Dow Jones diteliti, hingga melahirkan Dow Theory, yang membagi pergerakan harga saham menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Primary Move Merupakan pergerakan harga jangka panjang dalam satu arah, baik pada saat naik terus-menerus atau sering disebut Bull market maupun pada saat turun Bear market. 2) Intermediate Move Pergerakan harga pada saat bear atau bull market. 3) Ripple Move Terjadi apabila dalam suatu kurun waktu tertentu harga saham mengalami kondisi stabil.
2.10. Pengaruh Tingkat Likuiditas, ROI dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan (Harga Saham) 2.10.1. Pengaruh Tingkat Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan (Harga Saham) Menurut
penelitian
Admin
(2007)
menjelaskan
likuiditas
perusahaan yang seringkali diukur menggunakan rasio lancar (current ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman. Analisis likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan lancar atau tidaknya suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya,
perusahaan
harus
mempunyai
alat-alat
untuk
membayar (berupa aktiva lancar) yang jumlahnya harus lebih besar dari seluruh kewajibannya (utang lancar). Semakin besar jumlah
aktiva lancar dibandingkan dengan seluruh kewajiban yang harus segera dipenuhi berarti semakin besar pula tingkat likuiditas perusahaan. Dari keterangan tersebut, berdasarkan penelitian (I G. K. A. ULUPUI) hasil penelitian mengungkapkan bahwa variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.10.2. Pengaruh ROI terhadap Nilai Perusahaan (Harga Saham) Analisa
terhadap
saham
yang
dilakukan
oleh
investor
memerlukan informasi. Salah satu informasi yang tersedia bagi investor adalah laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan. Laporan keuangan yang diperoleh investor baru akan berguna apabila telah dianalisa. Analisa terhadap laporan keuangan memiliki ukuran tertentu. Ukuran yang umum digunakan investor dalam menganalisa saham adalah return on investment (ROI). Menurut Bambang Riyanto (2001 : 336) arti ROI adalah : Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Menurut (Annas Misbachul Munir, 2007) memberikan bukti bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara ROI terhadap nilai perusahaan. Dalam jurnal penelitian Sari. S dan Inggrit Kumala yang berjudul
Pengaruh Dividend Per Share
dan Return On Investment terhadap harga saham memberikan bukti bahwa ROI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Jadi return on investment adalah sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Apabila ROI suatu perusahaan menurun dibandingkan periode sebelumnya, maka harga sahamnya menurun begitupun sebaliknya. Analisis atas laba perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi pemegang saham, sebagai pihak yang berkepentingan terhadap laba, karena peningkatan laba dapat menyebabkan terhadap Return on Investment perusahaan tersebut.
Besarnya ROI suatu perusahaan yang baik akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
2.10.3. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan (Harga Saham) Dalam kaitannya dengan nilai perusahaan, kebijakan dividen merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Apabila perusahaan dapat menentukan kebijakan dividen dengan tepat yaitu dapat menentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh untuk dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham maka hal tersebut akan berdampak kepada meningkatnya nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga saham. Kebijakan dividen itu sendiri adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Agus Sartono, 2001 : 281). Menurut Werner (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Studi Kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya Terhadap Harga
Saham
mengemukakan
bahwa
perusahaan
yang
membagikan deviden, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek ke depan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan deviden yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi. Temuan penelitiannya menunjukkan dukungan pada teori Signaling, dimana kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap harga saham. Dari penelitian-penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya kebijakan dividen yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut begitupun terhadap nilai perusahaannya.