http://jurnal.fk.unand.ac.id
Artikel Penelitian
Pola Sensitivitas Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Napas Bawah
Non
Tuberkulosis
Terhadap
Kotrimoksazol
di
Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 1
2
Inez Amelinda , Aziz Djamal , Elly Usman
3
Abstrak Penyakit infeksi saluran napas, terutama Infeksi Saluran Napas Bagian Bawah (ISPB) non tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang sering dihadapi. Penegakan diagnosis secara tepat dan tepat serta pemilihan antibiotika berdasarkan uji sensitivitas akan sangat membantu dalam tatalaksana penyakit. Kotrimoksazol merupakan antibiotika lini pertama dan banyak digunakan dibeberapa puskesmas sebagai salah satu pengobatan infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis.Tujuannya untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi saluran napas bawah serta sensitivitasnya terhadap kotrimoksazol. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bersifat cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 671 permintaan pemeriksaan mikrobiologis yang mencantumkan diagnosis klinis sebagai infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis, sebagian besar ditegakkan diagnosis pneumonia (87,78%), diikuti oleh bronkiektasis (5,96%), bronkitis kronis (4,32%), dan bronkitis akut (1,94%). Selain itu, dari hasil penelitian ditemukan bakteri penyebab terbanyak infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis yang utama adalah Klebsiella pneumoniae (51,92%), Streptococcus α hemolyticus (17,78%), dan Pseudomonas sp. (9,25%). Persentase sensitivitas bakteri penyebab infeksi saluran napas bawah terhadap kotrimoksazol sebesar 18,78%. Kata kunci: infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis, bakteri penyebab, sensitivitas, kotrimoksazol
Abstract Respiratory tract infections diseases, especially lower respiratory tract infections non tuberculosis is a health problem that is often encountered. Proper diagnosis and appropriate antibiotic selection based on testing and sensitivity will be helpful in the treatment of disease. Co-trimoxazole is a first-line antibiotic and widely used in several health centers as one of the treatment of lower respiratory tract infections non tuberculosis.The goal of this research was to discover which bacterium causes lower respiratory tract infection and its sensitivity to Cotrimoxazole. This research was a cross-sectional descriptive study. The results of research showed that there were 671 requests for microbiological examination which included a clinical diagnosis of lower respiratory tract infectionas non-tuberculosis, most revealed clinical sign as pneumonia (87,78%), followed by bronchiectasis (5,96%), chronicbronchitis (4,32%), and acutebronchitis (1,94%). Besides that, according to the research result, bacteria that cause lower respiratory tract infection are Klebsiella pneumoniae (51,92%), Streptococcus α hemolyticus (17,78%), and Pseudomonas sp. (9,25%). All the bacteria has 18,78% sensitivity to cotrimoxazole. Keywords:lower respiratory tract infection, bacteria, sensitivity, cotrimoxazole. Affiliasi penulis : 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Mikrobiologi FK UNAND, 3. Bagian Farmakologi FK UNAND
PENDAHULUAN Infeksi
pada
saluran
napas
merupakan
Korespondensi : Inez Amelinda,email :
[email protected],
penyakit yang umum terjadi pada masyarakat.Infeksi
Telp: 081380640999
saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
387
http://jurnal.fk.unand.ac.id
menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran
(ISPA) pada balita masih merupakan kasus yang
napas bawah. Umumnya, penyebab dari infeksi
terbanyak. Walaupun mengalami penurunan kasus,
saluran
mikroorganisme,
akan tetapi secara proporsi mengalami peningkatan
namun yang terbanyak yakni oleh karena infeksi virus
5,4%. Pada tahun 2010 kasus penyakit terendah
napas
dan bakteri.
adalah
berbagai
1
adalah
Penyebab infeksi saluran napas bawah cukup beragam. Penelitian Djamil
Padang
Desember
2006
pneumonia
(780
kasus).
Pneumonia
mengalami peningkatan pada tahun 2011 yaitu 1246
sebelumnya di RSUP DR M.
kasus.Berdasarkan hasil rekapan tahunan puskesmas
periode 1 Januari – 31
diperoleh pola penyakit terbanyak adalah dengan
pada oleh
Ramadhaniati,
didapatkan
kasus ISPA karena daerah Sumatera Barat adalah
bakteri penyebab infeksi saluran napas bawah non
daerah dengan iklim tropis sehingga kemungkinan
tuberkulosis adalah Streptococcus pneumoniae diikuti
terkena
oleh Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus,
kunjungan kasus ISPA bukan pneumonia tahun 2011
2
ISPA
itu
sangat
cukup
tinggi.
Jumlah
Psedumonas sp.,dan Proteus sp. Penelitian lain di
sebanyak 39.961 kasus, turun dibanding tahun 2010
Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran
(43.160 kasus).Sedangkan kasus ISPA pneumonia
Universitas Indonesia (LMK FKUI) periode Februari –
tahun 2011 sebanyak 587 kasus (6,6%), turun
April 2008 yang dilaporkan oleh Shirly Kumala,dkk
dibanding tahun 2010 sebanyak 803 kasus (10%),
tahun 2010, dari 124 sampel didapatkan bakteri
tetapi masih jauh dari target (70%) pada tahun 2011.
penyebab
infeksi
saluran
napas
bawah
non
Menurut
Perhimpunan
Dokter
5
Paru
tuberkulosis terbanyak adalah Klebsiella pneumoniae,
Indonesia, untuk saat ini, penatalaksanaan infeksi
diikuti
Acinetobacter
saluran napas bawah masih menggunakan metode
anitratus). Data di Indonesia, menurut Perhimpunan
oleh
Pseudomonas
sp.dan
empirik, biasanya dengan menggunakan antibiotika
Dokter Paru Indonesia tahun 2003 dari hasil Survei
spektrum luas. Pemberian antibiotika empirik tentu
Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001,
saja tidak dapat diberikan terus-menerus, apalagi jika
penyakit
bawah
secara klinis pasien tidak membaik bahkan cenderung
menempati urutan ke 2 sebagai penyebab kematian
memburuk. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan
tertinggi
RSUP
yang disesuaikan dengan bakteri penyebab sesuai
Persahabatan tahun 2001, infeksi juga merupakan
hasil uji kepekaan bakteri tersebut terhadap antibiotika
penyakit paru utama, yang mana 11,6% dari 58%
tertentu.
3
infeksi
di
saluran
masyarakat.
napas
Di
bagian
SMF
Paru
kasus rawat jalan di rumah sakit tersebut termasuk
4
Dalam tatalaksana infeksi saluran napas
infeksi paru non tuberkulosis. Begitu juga di Di RSUP
bawah
H. Adam Malik Medan, terdapat 53,8% kasus infeksi
dijadikan pilihan pengobatan di pusat layanan primer.
dan 28,6% diantaranya infeksi nontuberkulosis.
4
Selain itu, berdasarkan data dari laporan
non
tuberkulosis,
kotrimoksazol
masih
Kotrimoksazol merupakan salah satu broad spectrum dalam pengobatan infeksi saluran napas bawah.
seluruh Puskesmas di Kota Padang, pada tahun 2011
Antibiotika
ini
merupakan
penyakit infeksi saluran pernapasan akut menduduki
antibiotika:
trimetoprim
peringkat teratas 10 penyakit terbanyak dengan kasus
(TMP/SMX),
dan
kombinasi dan
termasuk
dua
obat
sulfametoksazol
golongan
bakterisid
6
sebanyak 115.361 atau sebesar 46,5%. Presentase
(membunuh kuman). Kombinasi kedua antibiotika ini
tahun 2011 naik dimana pada tahun 2010 kejadian
dapat
infeksi saluran napas akut hanya sebesar 43,57%.
Streptococcushemoliticus, H.influenzae, bakteri gram
Selain itu, berdasarkan surveilans beberapa Rumah
negatif aerob (E. coli dan Klebsiella sp.), dan
Sakit yang terdapat di Kota Padang tahun 2011
Enterobacter.
menghambat
Staphylococcus
aureus,
7
terhadap sepuluh penyakit rawat jalan di Puskesmas
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
sekota Padang disebutkan bahwa penyakit terbanyak
Shirly Kumala, dkk tahun 2010 di Laboratorium
adalah infeksi saluran pernafasan akut dengan jumlah
Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
kasus 9.044. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun
Indonesia (LMK FKUI) periode Februari – April 2008
sebelumnya, penyakit infeksi saluran pernapasan akut
menyebutkan bahwa dari 124 sampel yang berasal
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
388
http://jurnal.fk.unand.ac.id
dari sputum, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella
tidak diikutsertakan dalam penelitian ini apabila hasil
pneumoniae dan juga Escherichia coli mengalami
uji sensitivitas bakteri yang bersangkutan terhadap
resistensi
kotrimoksazol
kotrimoksazol tidak ditulis mengenai bakteri tersebut
(64,24%). Penelitian lain oleh Darlington,dkk tahun
yang
tinggi
terhadap
resisten, sensitif atau intermediet dan isolat yang tidak
2010 yang dilakukan pada anak di Zambia juga
diuji terhadap kotrimoksazol. Alat yang digunakan
menemukan bahwa 59% koloni spesimen dari S.
adalah alat tulis dan data sekunder. Data diambil dari
pneumoniae dan 56% koloni spesimen dari H.
data pemeriksaan hasil uji sensitivitas yang berasal
influenzae,
terhadap
dari sputum di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M.
Sebuah studi oleh Amin,dkk tahun
Djamil Padang yang telah dilakukan identifikasi satu
dilakukan dirumah sakit anak-anak
persatu bakteri penyebab infeksi saluran napas bawah
3
keduanya
kotrimoksazol.
8
2007 yang
resisten
terbesar di Bangladesh juga menyimpulkan bahwa
non
resistensi
umum
bronkitis, bronkiektasis periode 1 Januari 2012 – 31
(43,6%) dalam pengobatan infeksi saluran napas
Desember 2012. Pengolahan data dilakukan secara
terhadap
kotrimoksazol
sangat
bawah untuk anak di bawahusia lima tahun.
9
tuberkulosis
manual
yang
dengan
didiagnosis
mencatat
data
pneumonia,
dari
buku
Diperlukan kajian berkala terhadap spektrum
pemeriksaanhasil uji sensitivitas. Selanjutnya, setelah
bakteri penyebab infeksi saluran napas bawah non
didapat pola kepekaan dari masing-masing bakteri,
tuberkulosis dan pola kepekaan isolat bakteri tersebut
seluruhnya
terhadap
bentuk tabel distribusi, frekuensi dan narasi.
antibiotika
khususnya
golongan
ditabulasikan
dan
ditampilkan
dalam
kotrimoksazol, sehingga dapat membantu klinisi dalam menentukan
antibiotika
pemeriksaan tatalaksana
empirik
mikrobiologi infeksi
napas
hasil
HASIL
Dalam
pemeriksaan hasil uji sensitivitas dari sputum periode
tuberkulosis, kotrimoksazol masih dipakai di pusat
1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 di Laboratorium
layanan primer. Ada kebijakan dari Departemen
Mikrobiologi RSUP DR. M. Djamil Padang, didapatkan
Kesehatan
hasil penelitian sebagai berikut :
Sumatera
bawah
Berdasarkan data yang diperoleh dari buku
non
Provinsi
saluran
sebelum
diperoleh.
Barat
mengenai
penyediaan dan pemberian kotrimoksazol di puskesmas untuk infeksi saluran napas bawah, salah satunya
Tabel 1. Tabel Karakteristik Data Penelitian Secara
di Puskemas Andalas yang menerapkan pemberian
Umum
kotrimoksazol sebagai salah satu pengobatan infeksi saluran
napas
Namun,
saat
ini
No
Keterangan
Jumlah
mulai
1.
Isolat
671 isolat
dipertanyakan keefektivitasannya. Jika ternyata tidak
2.
Jumlah Kuman Penyebab
703 kuman
efektif, maka akan digantikan dengan obat lainnya
3.
Umur : <10 th – 40th
136 orang
yang lebih efektif.
bawah.
41 th − >60 th
10
4.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
535 orang
Jenis Kelamin : Laki-Laki
pola sensitivitas bakteri penyebab infeksi saluran
426 orang
Perempuan
244 orang
Tidak tertulis
1 orang
napas bawah non tuberkulosis terhadap kotrimoksazol di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Diagnosis Klinis Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) Non Tuberkulosis
METODE Penelitian
No. dilakukan
di
Laboratorium
Diagnosis
Frekuensi
Klinis
Persentase (%)
Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis
1.
Pneumonia
589
87,78
penelitian ini adalah deskriptif cross sectional yang
2.
Bronkiektasis
40
5,96
telah dilaksanakan pada bulan Juli 2013 – Januari
3.
Bronkitis Kronis
29
4,32
2014. Pengambilan sampel data penelitian ini dengan
4.
Bronkitis Akut
13
1,94
Total
671
100
menggunakan teknik total sampling. Subyek yang
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
389
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 671 permintaan pemeriksaan sputum yang mencantumkan
kuman. Tidak ditemukan pertumbuhan lebih dari dua macam kuman dalam satu media kultur.
diagnosis klinis sebagai infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis di Laboratorium Mikrobiologi RSUP
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jumlah Pertumbuhan
Dr. M. Djamil, Padang selama periode 1 Januari 2012
Kuman Yang Ditemukan Pada Pemeriksaan Sputum
– 31 Desember 2012, didapatkan bahwa diagnosis
Penderita ISPB Non Tuberkulosis
terbanyak adalah pneumonia sebanyak 589 bahan pemeriksaan
(87,78%),
diikuti
kronis sebanyak 29 bahan pemeriksaan (4,32%) dan bronkitis akut sebanyak 13 bahan pemeriksaan (1,94%).
Frekuensi
Penderita
ISPB
Nontuberkulosis Berdasarkan Kelompok Umur No
Umur
Diagnosis Penyakit
Pertumb.
Pneu
BA
BK
BE
n
%
Kuman
oleh bronkiektasis
sebanyak 40 bahan pemeriksaan (5,96%), bronkitis
Tabel 3. Distribusi
No
1
1 macam
560
12
27
39
638
95,08
2
2 macam
29
1
2
1
33
4,92
0 589
0 13
0 29
0 40
0 671
0 100
3 >2macam Total
Keterangan : n Pneu BA BK BE
: Jumlah pertumbuhan kuman : Pneumonia : Bronkitis Akut : Bronkitis Kronis : Bronkiektasis
Total
Tabel 5 menggambarkan kuman penyebab
(th) Pneu
BA
BK
BE
n
%
infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis yang
1.
<10
5
0
0
0
5
0,75
dapat diisolasi dan diidentifikasi dari pemeriksaan
2.
11-20
25
1
3
2
31
4,62
sputum penderita infeksi saluran napas bawah non
3.
21-30
39
3
0
1
43
6,41
tuberkulosis.
4.
31-40
53
2
0
2
57
8,49
5.
41-50
85
3
0
4
92
13,71
6.
51-60
193
3
7
14
217
32,34
7.
>60
189
1
19
17
226
33,68
Total
589
13
29
40
671
100
Keterangan : n Pneu BA BK BE
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kuman Penyebab ISPB Non Tuberkulosis yang Ditemukan pada Pemeriksaan Sputum No
1
: Jumlah pasien : Pneumonia : Bronkitis Akut : Bronkitis Kronis : Bronkiektasis
Kuman Penyebab Klebsiella
N
(%)
365
51,92
125
17,78
pneumoniae
2
Streptococcus α hemolyticus
Berdasarkan distribusi umur, terlihat bahwa umur penderita yang sering mengalami penyakit infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis adalah
3
Pseudomonas sp.
65
9,25
4
Streptococcus
47
6,69
46
6,54
37
5,26
viridans
5
lanjut usia atau umur lebih dari 60 tahun yaitu 226 orang (33,68%). Diikuti oleh umur antara 51-60 tahun
Staphylococcus aureus
6
Streptococcus β hemolyticus
yaitu 217 orang (33,24%) dan umur antara 41-50 tahun yaitu 92 orang (13,71%), juga sebagian kecil
7
Proteus sp.
7
1,00
ditemukan pada umur kurang dari 10 tahun yaitu 5
8
Escherecia coli
4
0,57
9
Streptococcus γ
3
0,43
2
0,28
orang (0,75%). Dari
semua
biakan
sputum
ditemukan
pertumbuhan kuman 1-2 jenis kuman penyebab infeksi
hemolyticus
10
epidermidis
saluran nafas bawah non tuberkulosis dalam satu sediaan media kultur. Terlihat bahwa pada biakan
11
bahan pemeriksaan (4,92%) ditemukan 2 macam
Streptococcus
1
0.14
1
0.14
pneumoniae
kuman ditemukan pertumbuhan 1 macam kuman sebanyak 638 bahan pemeriksaan (95,08%), dan 33
Staphylococcus
12
Staphylococcus saprophyticus Total
703
100
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
390
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Didapatkan
bahwa
kuman
penyebab
S. aureus + Streptococcus β
7
isolat
kuman
Streptococcus
(51,92%),
α
hemolyticus sebanyak 125 isolat kuman (17,78%), dan Pseudomonas sp.
sebanyak 65 isolat (9,25%).
Beberapa kuman lain sebagai penyebab infeksi saluran
napas
Streptococcus
bawah
non
viridians
Staphylococcus
tuberkulosis
47
aureus
isolat
46
Streptococcus β hemolyticus
yaitu
(6,69%),
isolat
(6,54%),
3,03
1 33
3,03
hemolyticus
terbanyak adalah Klebsiella pneumoniae sebanyak 365
1
391
S. aureus + Pseudomonas sp.
8
Total Keterangan: n K.pneumoniae S. α hemolyticus S. β hemolyticus S.viridans S. aureus
100
: Jumlah kombinasi kuman : Klebsiella pneumoniae :Streptococcus αhemolyticus : Streptococcus β hemolyticus : Streptococcus viridans : Staphylococcus aureus
37 isolat (5,26%),
Adapun kombinasi kuman penyebab infeksi
Proteus sp. 7 isolat (1,00%), Escherecia coli 4 isolat
saluran napas non tuberkulosis yang ditemukan 2
(0,57%), Streptococcus γ hemolyticus 3 isolat (0,43%),
macam pertumbuhan kuman diperlihatkan pada tabel
Staphylococcus
(0,28%),
di atas. Terlihat bahwa Klebsiella pneumoniae dengan
Streptococcus pneumoniae 1 isolat (0,14%), dan
Streptococcus α hemolyticus sering ditemukan secara
Staphylococcus saprophyticus 1 isolat (0,14%).
bersamaan yaitu 12 bahan pemeriksaan (36,37%),
epidermidis
2
isolat
Klebsiella Tabel 6. Distribusi
Frekuensi
Kombinasi
Kuman
pneumoniae
dengan
Streptococcus
β
hemolyticus yaitu 7 bahan pemeriksaan (21,21%),
Penyebab ISPB Non Tuberkulosis yang Ditemukan
Klebsiella
pada Pemeriksaan Sputum
viridians yaitu 5 bahan pemeriksaan (15,15%), serta
No
Kombinasi Kuman
n
K. pneumoniae + S. α hemolyticus
1 2 3 4 5
K. pneumoniae + S. α hemolyticus K.pneumoniae + S. viridans K.pneumoniae + S. aureus S. α hemolyticus + Pseudomonas sp S. α hemolyticus + S. aureus
6
Tabel 7.
(%)
pneumoniae
dengan
Streptococcus
Klebsiella pneumoniae dengan Staphylococcus aureus
12 7 5 3 3
36,37
yaitu
21,21
merupakan kombinasi Streptococcus α hemolyticus
1
3,03
15,15 9,09
3
bahan
pemeriksaan
(9,09%).
Sisanya
atau Staphylococcus aureus dengan kuman-kuman penyebab lainnya.
9,09
Distribusi Frekuensi Kuman Penyebab ISPB Non Tuberkulosis yang Ditemukan pada Pemeriksaan
Sputum Berdasarkan Diagnosis Klinis No
Kuman Penyebab
Pneumonia
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Klebsiella pneumoniae Streptococcus α hemolyticus Pseudomonas sp. Streptococcus viridans Staphylococcus aureus Streptococcus β hemolyticus Proteus sp. Escherecia coli Streptococcus γ hemolyticus Staphylococcus epidermidis Streptococcus pneumoniae Staphylococcus saprophyticus
n 328 104 54 42 42 32 6 4 2 2 0 1
% 53,16 16,86 8,75 6,81 6,81 5,19 0,97 0,65 0,32 0,32 0 0,16
n 6 3 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0
Total
617
100
14
Bronkitis Akut % 42,86 21,43 14,28 21,43 0 0 0 0 0 0 0 0 100
Bronkitis Kronis n % 12 38,71 9 29,03 1 3,23 2 6,45 3 9,67 2 6,45 0 0 0 0 1 3,23 0 0 1 3,23 0 0
N 19 9 8 0 1 3 1 0 0 0 0 0
% 46,34 21,95 19,51 0 2,44 7,32 2,44 0 0 0 0 0
31
41
100
100
Bronkiektasis
Tiga kuman penyebab yang paling sering
(16,86%), dan Pseudomonas sp. sebanyak 54 isolat
menimbulkan infeksi pneumonia adalah Klebsiella
(8,75%). Pada bronkitis akut, tiga kuman penyebab
pneumoniae
tersering yakni Klebsiella pneumoniae sebanyak 6
sebanyak
328
isolat
(53,16%),
Streptococcus α hemolyticus sebanyak 104
isolat
isolat (42,86%), Streptococcus α hemolyticus dan
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
http://jurnal.fk.unand.ac.id
392
Streptococcus viridians masing-masing sebanyak 3
isolat (9,67%). Sedangkan pada bronkiektasis, tiga
isolat (21,43%). Pada bronkitis kronis, tiga kuman
kuman penyebab yang paling sering yakni Klebsiella
penyebab
Klebsiella
pneumoniae
sebanyak
(38,71%),
Streptococcus
α hemolyticus
yang
paling
sering
pneumoniae
sebanyak
12
Streptococcus
α hemolyticus
yakni isolat
sebanyak 9
isolat
(29,03%), dan Staphylococcus aureus sebanyak 3
19
isolat
(46,34%),
sebanyak 9
isolat
(21,95%), dan Pseudomonas sp.sebanyak 8 isolat (19,51%).
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pola Sensitivitas 703 Kuman Penyebab ISPB Non Tuberkulosis Pada Pemeriksaan Sputum Terhadap Kotrimoksazol No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kuman Penyebab Klebsiella pneumoniae Streptococcus α hemolyticus Pseudomonas sp. Streptococcus viridans Staphylococcus aureus Streptococcus β hemolyticus Proteus sp. Escherecia coli Streptococcus γ hemolyticus Staphylococcus epidermidis Streptococcus pneumoniae Staphylococcus saprophyticus Total
Sensitif 88 5 5 8 18 2 4 0 1 0 0 1 132 (18,78 %)
Pada tabel 8, terlihat 132 isolat bakteri
Kotrimoksazol Intermediet 19 3 0 0 4 2 0 0 0 1 0 0 29 (4,12%)
Resisten 258 117 60 39 24 33 3 4 2 1 1 0 542 (77,10 %)
dengan 88 isolat, diikuti oleh Staphylococcus aureus
non
dengan 18 isolat, Streptococcus viridans dengan 8
tuberkulosis sensitif terhadap kotrimoksazol (18,78%),
isolat, Streptococcus α hemolyticus danPseudomonas
29 isolat masih intermediet (4,12%), sedangkan 542
sp. masing-masing dengan 5 isolat. Diikuti oleh
isolat sisanya sudah mengalami resistensi (77,10%).
Proteus sp. dengan 4 isolat dan Streptococcus β
Sensitivitas antibiotika kotrimoksazol terhadap bakteri
hemolyticus dengan 2 isolat. Pada Escherechia coli,
penyebab
Staphylococcus
penyebab
infeksi
infeksi
saluran
saluran
napas
napas
bawah
bawah
non
tuberkulosis terbanyak yaitu Klebsiella pneumoniae
epidermidis,
dan
Streptococcus
pneumoniae tidak ditemukan isolat yang sensitif.
Tabel 9. Persentase Distribusi Pola Sensitivitas 6 Kuman Penyebab Terbanyak ISPB Non Tuberkulosis pada Pemeriksaan Sputum Terhadap Kotrimoksazol No 1 2 3 4 5 6
Kuman Penyebab K.pneumoniae S.α hemolyticus Pseudomonas sp. S.viridans S.aureus S.β hemolyticus
Keterangan : N S. α hemolyticus S. viridians S.aureus S. β hemolyticus S I R
N 365 125 65 47 46 37
Kotrimoksazol I (%) 5,21 4 0 0 8,70 5,41
S (%) 24,11 4 7,69 17,02 39,13 5,41
R (%) 70,68 93,6 92,31 82,98 52,17 89,18
: Jumlah kuman : Streptococcus α hemolyticus : Streptoccus viridans : Staphylococcus aureus : Streptococcus β hemolyticus : Sensitif : Intermediet : Resisten
Pada tabel 9 diatas hanya diambil 6 isolat kuman penyebab terbanyak sebagai perwakilan dari
keseluruhan kuman penyebab infeksi saluran napas bawah
non
tuberkulosis
yang
ditemukan
di
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
http://jurnal.fk.unand.ac.id
393
Laboratorium Mikrobiologi RSUP DR. M. Djamil
tanpa resep untuk pengobatan sendiri atau self
Padang. Kuman sisanya hanya memiliki isolat yang
medication.
12
sedikit, sehingga tidak dapat dipresentasekan.
Dari 671 sampel yang memenuhi kriteria
Dari hasil uji sensitivitas, secara keseluruhan didapatkan
sensitivitas
antibiotika
dalam penelitian ini, seperti yang diperlihatkan pada
kotrimoksazol
tabel 2, didapatkan distribusi penyakit infeksi saluran
terhadap bakteri penyebab infeksi saluran napas
napas bawah non tuberkulosis yang terbanyak adalah
bawah non tuberkulosis kurang baik. Hal ini dapat
pneumonia
dikarenakan ada perubahan pola penyebab bakteri
(5,96%), dan bronkitis kronis (4,32%). Diagnosis
terbanyak dari gram positif sekarang berubah menjadi
pneumonia
gram negatif. Dari 703 jumlah keseluruhan bakteri
pemeriksaan hasil uji sensitivitas dari sputum periode
didapatkan pola sensitivitas terhadap kotrimoksazol
1 Januari 2012 – 31 Desember 2012, ini terdiri dari
diantaranya
Community Acquired Pneumonia, Hospital Acquired
sensitivitas
hanya
sebesar
18,77%,
(87,78%),
yang
diikuti
ditemukan
oleh
bronkiektasis
dalam
dari
data
intermediet sebesar 4,13% dan sudah menunjukkan
Pneumonia, dan
resistensi sebesar 77,10%. Pola sensitivitas secara
dengan
keseluruhan ini diperlukan untuk melihat kesimpulan
Ramadhaniati tahun 2007 di RSUP DR M.
secara umum tanpa melihat dari masing-masing jenis
Padang pada periode1 Januari – 31 Desember 2006,
bakterinya.
kotrimoksazol
didapatkan bahwa distribusi penyakit infeksi saluran
terhadap bakteri penyebab infeksi saluran napas
napas bawah non tuberkulosis yang terbanyak juga
bawah non tuberkulosis bakteri terbanyak yaitu
bronkopneumonia/pneumonia (69,42%), diikuti oleh
Staphylococcus
oleh
bronkitis kronis (20%), dan bronkiektasis (4,70%). Di
viridians
negara berkembang, pneumonia hingga saat ini masih
Klebsiella
Sensitivitas
sp
antibiotika
aureus
(39,13%),
(24,11%),
diikuti
Streptococcus
hasil
bronkopneumonia. Sama halnya penelitian
yang
dilakukan
oleh Djamil
2
13
(17,02%). Sedangkan yang bakteri yang menunjukkan
tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama.
resistensi terhadap kotrimoksazol yakni Streptococcus
Pada negara maju sekalipun, seperti Amerika Serikat,
α hemolyticus (93,6%), Pseudomonas sp. (92,31%),
angka kejadian pneumonia cukup tinggi, terlihat masih
dan
Streptococcus
Streptococcus
β
aureus
hemolyticus (82,98%),
dan
(89,18%),
terdapat sekitar lima puluh ribu kematian setiap
Klebsiella
tahunnya akibat pneumonia.
pneumoniae (70,68%).
14
Penyakit infeksi saluran
napas bawah non tuberkulosis ini dapat mengenai berbagai
kelompok
umur.
Pada
penelitian
ini
didapatkan insiden untuk umur di bawah 10 tahun
PEMBAHASAN Insiden infeksi saluran napas bawah non
sebanyak 5 orang yang didiagnosis pneumonia. Isolat
tuberkulosis di RSUP Dr. M. Djamil padang periode 1
yang ditemukan sangat sedikit itu kemungkinan
Januari 2012 – 31 Desember 2012 masih cukup tinggi.
dikarenakan bahan pemeriksaan pada anak-anak
Hal ini dikarenakan bahwa infeksi ini merupakan
bukan diambil dari sputum, disebabkan pada anak
penyakit akut dan kualitas penatalaksanaannya belum
sulit
mendapatkan spesimen
atau
sputumsecara
15
memadai, bisa juga dikarenakan oleh penggunaan
langsung dari saluran napas. Insiden penyakit infeksi
obat yang tidak rasional dan dipicu oleh rendahnya
saluran napas bawah non tuberkulosis yang paling
kesadaran
kesadaran
banyak adalah golongan lanjut usia (lansia) atau umur
masyarakat ini bisa ditandai dengan penggunaan obat
di atas 60 tahun, yaitu 33,68%. Berkurangnya refleks
yang tidak sesuai dengan ketentuan atau petunjuk
batuk serta perubahan fisiologis dan anatomis dari
dokter menyebabkan tidak efektifnya obat tersebut
tubuh lansia menyebabkan penurunan daya tahan
sehingga kemampuan membunuh kuman berkurang
tubuh, sehingga sangat rentan terjadi berbagai macam
atau resisten.
masyarakat.
11
Rendahnya
Beberapa hal yang memicu terjadinya
infeksi.
16
Dari
semua
bahan
pemeriksaan
yang
resistensi antibiotika, yaitu ketidaktepatan penanganan
dilakukan biakan / kultur kuman ditemukan partum-
penderita, seperti penggunaan antibiotika yang salah,
buhan kuman tunggal (1 macam kuman) sebanyak
penggunaan antibiotika yang berulang, ketidakpatuhan
638 bahan pemeriksaan dan pertumbuhan kombinasi
pasien minum obat, serta penggunaan antibiotika
2 macam kuman atau menandakan terjadinya infeksi
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
http://jurnal.fk.unand.ac.id
394
ganda sebanyak 33 bahan pemeriksaan. Infeksi ganda
genus Klebsiella dan Pseudomonas menempati urutan
ini terjadi akibat terganggunya keseimbangan kuman
teratas dalam penyebab infeksi saluran napas bawah
dalam saluran napas, walaupun sulit memastikan
non tuberkulosis, berdasarkan penelitian sebelumnya
kuman mana yang menjadi penyebab infeksi jika
dan juga pada penelitian ini. Organisme dalam famili
terdapat lebih dari satu jenis kuman yang tumbuh
ini
dalam biakan, sehingga jenis kuman yang dikenal
mempunyai peran penting di dalam infeksi, salah
patogen diantara biakan tersebut dianggap sebagai
satunya infeksi saluran napas.
penyebabnya. paling
17
Pada penelitian ini, kombinasi yang
banyak
ditemukan
pneumoniae dengan (36,37%)
dan
batang
negatif
18
gram
dan
Ada perbedaan pola
penyebab kuman terbanyak dari tahun 2007 ke 2012 berubah dari gram positif menjadi gram negatif.
Streptococcus α hemolyticus
Seperti tergambar pada penelitian oleh Ramadhaniati
pneumoniae
dengan
Streptococcus β hemolyticus (21,21%). Penelitian
dalam
Klebsiella
Klebsiella
adalah
termasuk
tahun 2007 di RSUP Dr M.
Djamil Padang
pada
periode 1 Januari – 31 Desember 2006, yang
sebelumnya oleh Ramadhaniati
didominasi
oleh
bakteri
gram
positif,
periode 1 Januari – 31 Desember 2006, dari 98 kuman
penelitian di negara lain, misalnya penelitian oleh
penyebab didapatkan bakteri penyebab infeksi saluran
Gamal,dkk tahun 2009 di Mesir sebesar 360 isolat dan
napas bawah non tuberkulosis adalah Streptococcus
penelitian oleh Taura dkk tahun 2011 di Nigeria,
pneumoniae
(57,14%),
diikuti
Klebsiella
keduanya didapat bakteri penyebab infeksi saluran
pneumoniae
(30,62%),
Staphylococcus
aureus
napas bawah didominasi oleh bakteri gram positif,
2
yakni
S.pneumoniae, 19,20
halnya
S.
pneumoniae
(6,12%), Psedumonas sp. (4,08%), dan Proteus sp.
Sama
yakni
tahun 2007 di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
oleh
(57,14%).
2
masing-masing
Kedokteran Universitas Indonesia (LMK FK UI)
terbanyak dari gram positif menjadi gram negatif ini
periode Februari – April 2008 yang dilaporkan oleh
termasuk salah satu penyebab terjadinya resistensi
Shirly Kumala dkk tahun 2010, dari 124 sampel
terhadap kotrimoksazol. Hal ini bisa dikarenakan oleh
didapatkan bakteri penyebab infeksi saluran napas
pemakaian antibiotika yang tidak rasional.
penyebab
11
bawah non tuberkulosis terbanyak adalah Klebsiella
(11%) dan Acinetobacter anitratus (10%).
bakteri
dan
25,6%.
3
pola
36%
(2,04%). Di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas
pneumoniae (23%), diikuti oleh Pseudomonas sp.
Perubahan
dengan
Pada
penelitian
ini
didapatkan
bahwa
Klebsiella pneumoniae sebagai kuman penyebab terbanyak pneumonia, bronkiektasis, bronkitis kronis
Pola kuman penyebab infeksi saluran napas
dan bronkitis akut. Klebsiella sp. merupakan salah
bawah non tuberkulosis pada penelitian ini didominasi
satu genus dari famili Enterobacteriaceae, yang
oleh kuman Klebsiella pneumoniae sebanyak 365
termasuk bakteri gram negative.
isolat kuman (51,92%), Streptococcus α hemolyticus
kuman
sebanyak
laboratorium
125
isolat
Pseudomonas sp.
kuman
(17,78%),
dan
sebanyak 65 isolat (9,25%).
Beberapa kuman lain sebagai penyebab infeksi saluran
napas
Streptococcus
bawah
non
tuberkulosis
batang
negatif
Mikrobiologi
21
Sebanyak 80% dari
gram
yang
Klinik
diisolasi
adalah
di
kuman
Enterobactericeae dan 50% dari jumlah tersebut adalah isolat yang berasal dari bahan klinik.
18
yaitu
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
viridians
47
isolat
(6,69%),
Shirly Kumala, dkk tahun 2010 di Laboratorium
aureus
46
isolat
(6,54%),
Mikrobiologi Klinik FKUI (LMK FKUI) periode Februari
37 isolat (5,26%),
– April 2008 menyebutkan bahwa dari 124 sampel
Proteus sp. 7 isolat (1,00%), Escherecia coli 4 isolat
yang berasal dari sputum, Pseudomonas aeruginosa
(0,57%), Streptococcus γ hemolyticus 3 isolat (0,43%),
tingkat
Staphylococcus
(83,3%),
Staphylococcus
Streptococcus β hemolyticus
epidermidis
2
isolat
(0,28%),
resistensi Klebsiella
terhadap
kotrimoksazol
pneumoniae
tinggi
juga mengalami
Streptococcus pneumoniae 1 isolat (0,14%), dan
resistensi terhadap kotrimoksazol (64,24%) dan sama
Staphylococcus
(0,14%).
halnya dengan Escherichia coli terlihat resisten
Dengan kata lain bahwa, organisme dalam bakteri
(100%). Sama hal nya dengan penelitian di Nigeria
gram negatif famili Enterobactericeae yang terdiri dari
oleh Taura,dkk tahun 2011 menyatakan bahwa bakteri
saprophyticus
1
isolat
3
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
http://jurnal.fk.unand.ac.id
S. pneumonia, S.aureus, P.aeruginosa, K. pneumonia, dan
H.influenza
sudah
terhadap kotrimoksazol.
menunjukkan
resistensi
DAFTAR PUSTAKA 1.
20
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pola penyakit 50 peringkat utama di rumah sakit di Indonesia tahun 2005. Jakarta; 2005.
KESIMPULAN
2.
Berdasarkan
hasil
penelitian
maka
infeksi
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1.
dan
pada
Djamil
Dokter, Fakultas Kedokteran, Unand; 2007.
Padang,
yang
mana
distribusi 3.
tahun
2006.
Padang:
Pendidikan
Kumala S, Dimas AM, Mardiastuti. Pola
bawah non tuberkulosis terbanyak adalah
resistensi antibiotik terhadap isolat bakteri
pneumonia.
sputum penderita tersangka infeksi saluran
Distribusi frekuensi infeksi saluran napas
napas bawah. Jurnal Farmasi Indonesia. 2010; 5(1): 24-32. 4.
Persatuan
Dokter
Paru
Indonesia.
(lansia) atau umur di atas 60 tahun.
Pneumonia komuniti pedoman diagnosis dan
Pola pertumbuhan kuman tunggal paling
penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta; 2003. 5.
Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan
bawah non tuberkulosis adalah Klebsiella
tahunan tahun 2011. Edisi Terbit Tahun
pneumoniae, diikuti oleh Streptococcus α
2012. (diunduh 23 Mei 2013). Tersedia dari:
hemolyticus
sp.
URL: HYPERLINK http://dinkeskotapadang1.
kuman
files.wordpress.com/2012/04/laporan-tahunan
dan
Sedangkan
Pseudomonas
pola
pertumbuhan
kombinasi yang paling banyak ditemukan adalah
Klebsiella
pneumoniae
dengan
-2011-top-12bgt.pdf 6.
Spiritia. Profilaksis kotri untuk bayi dan anak.
Streptococcus α hemolyticus
2012 (diunduh 26 Desember 2013). Tersedia
Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri
dari: URL: HYPERLINK http://www.spiritia.
utama
or.id/li/bacali.php?lino=95
penyebab
infeksi
pneumonia,
bronkiektasis, bronkitis kronis, dan bronkitis
7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
akut.
Pedoman
Streptococcus α hemolyticus, Pseudomonas
Jakarta: Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
sp.,
dan
Streptococcus
β
hemolyticus
merupakan bakteri terbanyak yang sudah menunjukkan
resistensi
Secara
keseluruhan,
penggunaan
antibiotik.
terhadap
Darlington M. Mwenya, Charalambous BM, Philips PPJ, James L Mwansa, Sarah L.Batt, Andrew
sensitivitas
umum
Kesehatan; 2011. 8.
kotrimoksazol. 6.
tuberkulosis
tuberkulosis masih tinggi di RSUP Dr. M.
banyak ditemukan pada infeksi saluran napas
5.
non
di laboratorium RS Dr. M. Djamil Padang
paling banyak adalah golongan lanjut usia
4.
paru
penyebab
kepekaannya terhadap beberapa antibiotika
bawah non tuberkulosis berdasarkan umur
3.
Mikroorganisme
Insiden infeksi saluran napas bawah non
frekuensi penyakit infeksi saluran napas
2.
Ramadhaniati.
bakteri
J.
cotrimoxazole
Nunn, on
et
cariage
al.
Impact
and
of
antibiotic
penyebab infeksi saluran napas bawah non
resistance of streptococcus pneumonia and
tuberkulosis terhadap kotrimoksazol kurang
haemophilus influenza in hiv-infected children
baik.
in zambia. Antimicrob. Agents Chemother. 2010
54(9):
3756-62.
Doi
10.1128/AAC.01409-09.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada dr. H. A. Aziz
June;
9.
Amin R, Hoque AMW, Khan RF, Rahman M.
Djamal, M.Sc, DTM&H, Sp.MK(K) dan Dra. Hj. Elly
Respiratory tract infections and antimicrobial
Usman, M.Si, Apt, atas bimbingan, bantuan, dan
sensitivity: An exploratory analysis. Malaysian
motivasi dalam penelitian ini.
Journal of Microbiology. 2009; 5(2):109-12.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
395
http://jurnal.fk.unand.ac.id
10. Irene. Kefektivitasan penggunaan kotrimok-
2013 (diunduh 21 Desember 2013). Tersedia
sazol untuk infeksi saluran napas bawah non
dari: URL: HYPERLINK http://www.imunisasi
tuberkulosis.
dewasa.com/index.php?option=com_content
(komunikasi
personal).
July
2012.
&view=article&id=54:vaksinasi-pada-usia-
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Gunakan
antibiotik
mencegah
secara
kekebalan
tepat
kuman.
untuk
17. Tanjung A. Branhamella catarrhalis kuman
Pusat
patogen baru penyebab infeksi saluran napas
Komunikasi Publik. Jakarta; 2011.
bawah. Cermin Dunia Kedokteran.1993;(84):
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes Buka 6th Symposium of Indonesia Antimicrobial
Resistance Watch. Jakarta;
2010. 13. The
lanjut&catid=3:ilmiah&Itemid=53
23-7. 18. Karsinah.
Batang
negatif
gram.
Dalam:
Syahrurachman, et al, editor (penyunting). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran: Binarupa
United
Nations
Children’s
Fund
Aksara Publisher; 2009. hlm. 185.
(UNICEF) WHO. Global action plan for
19. Gamal A, Mohamed S, Gad Y, Farghally E,
prevention and control of pneumonia (GAPP).
Mohammedin H, Rashed H, et al. Bacterial
2009 (diunduh 22 Desember 2013). Tersedia
profile, antibiotic sensitivity and resistance of
dari: URL: HYPERLINK http://www.unicef.
lower respiratory tract infections in upper
org/media/files/GAPP3_web.pdf
Egypt.
14. Parhusip. Pola bakteriologi infeksi saluran napas bawah. 2004 (diunduh 22 Desember
Mediterranean
Haematology
and
Journal
Infectious
of
Diseases.
2009;5(1) 2. Doi: 10.4084/MJHID.2013.056.
2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
20. Taura DW, Hassan A, Yayo AM, Takalmawa
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
H. Bacterial isolates of the respiratory tract
9/3451/1/paru-parhusip3.pdf
infection and their current sensitivity pattern
15. Antonius. Faktor risiko infeksi respiratorik
among
patients
attending
Aminu
Kano
akut bawah pada anak di RSUP Dr. Kariadi.
Teaching Hospital Kano Nigeria. International
2009 (diunduh 21 Desember 2013). Tersedia
Research Journals. 2013;4(9):226-31.
dari: URL: HYPERLINK http://eprints.undip. ac.id/28909/1/Rony_Antonius_P_Tesis.pdf 16. Ramadian O. Vaksinasi pada usia lanjut.
21. Brooks G, Butel, Janet, Morse, Stephen. J Mikrobiologi
Kedokteran.
Jakarta:
EGC;
2008.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
396