qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ARTIKEL ILMIAH ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio ANALISIS JURNAL: The Effect of Performing Preoperative pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh Preparation Program on School Age Children’s Anxiety jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv 3/15/2012 bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw 1. Desak Putu Kristian Purnamiasih, S.Kep.,Ns ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio 2. Suwarsono, S.KM.,S.Pd.,M.Kes 3. Prihanto, S.Kep.,Ns pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh jklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnm qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan stressor bagi anak karena anak mengalami perubahan status kesehatan, lingkungan serta kebiasaan. Semua perubahan yang dialami anak akan mempengaruhi mekanisme koping anak dalam bentuk reaksi yang ditunjukkan secara fisik maupun psikologis, hal ini akan berpengaruh terhadap proses dan hasil perawatan di rumah sakit, waktu yang diperlukan untuk perawatan bisa lebih lama dari biasanya. Pada tahap perkembangan anak usia sekolah stressor yang dihadapi bila dirawat di rumah sakit adalah tindakan rutin seperti tirah baring yang dipaksakan, mandi dengan bantuan, berpindah dengan bantuan, semua itu akan menjadi ancaman langsung bagi rasa aman anak usia sekolah. Tindakan lain yang membuat anak usia sekolah merasa cemas adalah tindakan operasi, pada tindakan operasi, anak akan bertanya – tanya apakah tindakan operasi tersebut akan mendatangkan keadaan yang lebih baik atau tidak baik bagi mereka, sebagai contoh: anak yang akan menjalani tindakan general anestesi akan bertanya – tanya apakah mereka akan bisa hidup kembali setelah selesai operasi, anak yang akan menjalani operasi pada bagian kaki akan bertanya – tanya apakah bentuk kakinya setelah operasi bisa normal ataupun tidak. Stressor dan dampak stressor berupa kecemasan yang dialami anak memerlukan peran perawat dan juga tim profesional lain yang terlibat dalam perawatan anak di rumah sakit, kerjasama ini sangat penting karena setiap peran mempunyai manfaat yang bisa saling melengkapi untuk mencapai keberhasilan tindakan yang diberikan. Tindakan terapeutik yang bisa diberikan pada anak yang mengalami kecemasan selama dirawat di rumah sakit adalah bermain terapeutik. Bermain terapeutik
bermanfaat
untuk
menstimulasi
tumbuh
kembang
anak,
mengembangkan kreativitas anak, secara khusus pada anak usia sekolah yang akan menjalani tindakan operasi, bermain terapeutik ini dilakukan dengan tujuan agar anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stress.
2
Bermain terapeutik, terutama bermain yang ada kaitannya dengan gambaran tentang prosedur pra dan pasca operasi di rumah sakit yang penulis amati selama ini belum pernah diberikan pada anak – anak yang akan menjalani operasi, mungkin ada juga yang sudah melaksanakan di beberapa rumah sakit, dengan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisa jurnal penelitian yang ada kaitannya dengan bermain terapeutik sebagai sarana untuk mengurangi kecemasan pada anak usia sekolah yang akan menjalani operasi. 1.2 Tujuan Pembahasan jurnal “The Effect of Performing Preoperative Preparation Program on School Age Children’s Anxiety” mempunyai tujuan untuk melihat kemungkinan penerapan hasil penelitian ini di Indonesia sebagai suatu intervensi wajib bagi anak – anak usia sekolah yang akan menjalani tindakan operasi.
3
BAB 2 RESUME 2.1 Pendahuluan Kecemasan merupakan suatu masalah yang dihadapi anak – anak yang akan menjalani prosedur pembedahan, diperkirakan 60% anak mengalami kecemasan pada periode pra operasi. Kecemasan yang berlebihan dikaitkan dengan sejumlah perilaku negatif (misalnya agitasi, menangis, buang air kecil spontan), hal ini juga dapat menghambat pemulihan pasca operasi. Penelitian sebelumnya lebih banyak dilaksanakan pada anak usia pra sekolah untuk bermain terapeutik, sedangkan operasi elektif lebih banyak dilakukan pada anak usia sekolah (7 – 12 tahun) sehingga penelitian ini diarahkan pada pengaruh pelaksanaan program menggunakan intervensi bermain terapeutik terhadap kecemasan pada anak usia sekolah yang akan menjalani tindakan pembedahan. 2.2 Subyek dan metode penelitian Penelitian ini dilakukan antara Juli 2008 sampai dengan Oktober 2009 di Amirkola Pediatric Hospital, Mazandaran, Iran. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah anak berusia 7 – 12 tahun yang akan menjalani operasi elektif, mampu berbahasa Persia dan membaca, didampingi oleh ibu sebagai orang terdekat selama pra operasi dan saat operasi, sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anak – anak yang sebelumnya pernah menjalani operasi dan rawat inap setelah usia 18 bulan, mengalami
keterlambatan
perkembangan,
menggunakan
obat
penenang,
mempunyai penyakit kronis, mempunyai orang tua yang bekerja di instansi kesehatan. Responden yang masuk dalam kriteria inklusi dibuat menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan eksperimen dengan jumlah responden masing – masing kelompok adalah 61 orang. Pada kelompok kontrol, tindakan yang diberikan adalah tindakan persiapan operasi rutin, 1 hari sebelum operasi kepada anak – anak dan ibu mereka, tindakan itu meliputi penjelasan singkat perawatan pra dan pasca operasi antara lain waktu
4
puasa pra operasi, kebersihan diri, pemeriksaan tanda – tanda vital, lokasi balutan pasca operasi, perawatan luka, penggunaan analgetik pasca operasi. Pada kelompok eksperimen, tindakan yang diberikan adalah tindakan persiapan operasi rutin, 1 hari sebelum operasi kepada anak – anak dan ibu mereka ditambah dengan intervensi bermain terapeutik sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Isi dari kegiatan bermain terapeutik adalah kunjungan pre operasi ke ruang operasi, yang dikunjungi adalah area depan/bagian penerimaan, ruang pemulihan, kemudian di ruang operasi yang diamati adalah peralatan yang ada antara lain meja operasi, mesin monitor, lampu operasi. Pada saat demonstrasi, anak dan ibu dibawa kembali ke bangsal bedah dan disana sudah dipersiapkan suatu ruangan yang di dalamnya terdapat manikin yang mempunyai ukuran sama dengan anak usia 6 – 8 tahun, kemudian peneliti melakukan demonstrasi pemeriksaan tanda – tanda vital, pemeriksaan dada, memasang slang oksigen dan oksigen masker, melakukan tindakan pemberian terapi intravena pada manikin, setelah peneliti melakukan demonstrasi, anak dipersilahkan untuk melakukan hal yang sama pada manikin. Bermain terapeutik berlangsung selama 1 jam, untuk memastikan bahwa semua intervensi itu dapat diterapkan secara tepat, seorang psikolog dan dokter anak memantau pelaksanaannya. Instrumen untuk pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi kuesioner data demografi responden, The Spielberger State Anxiety Scale for children .(SSAS-C) yang terdiri dari 20 item, masing – masing item mempunyai skor 1 – 3. Anak – anak memberikan jawaban dengan memberi tanda “x” pada respon yang paling tepat menggambarkan apa yang mereka rasakan terkait kecemasan. Nilai total untuk SSAS-C antara 20 sampai 60, nilai total skor yang lebih tinggi menunjukkan kecemasan yang lebih besar. Pengumpulan data dibagi menjadi dua tahap: penilaian kecemasan pra operasi (pra intervensi) dan pada hari sebelum tindakan pembedahan dilakukan (post intervensi). Data yang dikumpulkan pra dan post intervensi diolah menggunakan SPSS versi 16, dianalisis menggunakan uji t – test dan chi- kuadrat independent.
5
2.3 Hasil Mean dan standar deviasi penilaian kecemasan anak – anak pada kelompok eksperimen dan kontrol sebelum intervensi adalah 35,52±6,99 dan 34,98±6,78, setelah intervensi adalah 31,44±5,87 dan 38,31±7,44. Anak – anak dalam kelompok eksperimen melaporkan skor kecemasan lebih rendah daripada anak – anak kelompok kontrol setelah diberikan intervensi (P=0,000).
6
BAB 3 PEMBAHASAN Penelitian tentang efek bermain terapeutik mempunyai jangkauan yang lebih luas karena harus memperhatikan berbagai macam prinsip antara lain tidak banyak mengeluarkan energi, mempertimbangkan keamanan, kelompok umur yang sama, permainan tidak bertentangan dengan pengobatan, melibatkan orang tua (Nursalam, 2008). Menurut Wong (2009) persiapan anak pra operasi meliputi persiapan fisik dan psikologis, beberapa persiapan tersebut dapat dilakukan melalui pemutaran film, cerita bergambar, permainan dan tur di rumah sakit. Pada jurnal yang dibahas menunjukkan bahwa persiapan pra operasi pada anak usia sekolah tidak hanya berupa pemberian informasi pra operasi tetapi bermain terapeutik juga dilakukan, bahkan menjadi intervensi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami anak usia sekolah dalam menjalani tindakan operasi. Jenis bermain terapeutik yang dilakukan pada penelitian ini terkait dengan tahap perkembangan kognitif usia anak menurut Piaget yaitu operasional konkrit, pada tahap ini anak akan berfikir dan menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka rasakan (Wong, 2004). Pemberian informasi sebelum dilakukan tindakan, tur ke ruang operasi dan juga demonstrasi menggunakan manikin dengan didampingi ibu sebagai anggota keluarga terdekat akan memberikan pemahaman yang lebih konkrit terhadap anak, sehingga anak dapat beradaptasi terhadap stressor yang didapat sebagai kejadian pertama kali dalam hidupnya menjalani perawatan di rumah sakit bahkan harus menjalani operasi. Pada tahap perkembangan usia sekolah jika dilihat dari sektor personal sosial, terutama pada usia 10 – 12 tahun anak akan sangat mengidolakan ayah ibunya, menghormati dan menyenangkan mereka dengan berbagai cara (Wong, 2004), pendampingan yang dilakukan oleh ibu selama periode perawatan akan mempunyai dampak positif terhadap sikap kooperatif anak dalam proses perawatan.
7
Pendampingan yang dilakukan oleh ibu selama proses perawatan dan keterlibatan langsung orang tua (ibu) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan sesuai dengan filosofi keperawatan pediatrik yaitu asuhan keperawatan berpusat – keluarga. Kerjasama yang dilakukan antara keluarga dan petugas kesehatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga dihargai sebagai bagian dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak, diberikan informasi secara jelas tentang perawatan yang akan diterima oleh anaknya sehingga keluarga bisa memberikan penguatan positif kepada anak untuk meningkatkan adaptasi yang baik terhadap stressor yang diterima (Wong, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan terhadap penurunan
kecemasan
anak
sebelum
dan
setelah
intervensi,
hal
ini
mengindikasikan bahwa intervensi serupa akan sangat bermanfaat bila dilakukan di Indonesia sebagai suatu intervensi wajib bagi anak usia sekolah untuk menerima informasi dan juga bermain terapeutik sebelum dilakukan tindakan operasi. Aplikasi hasil penelitian ini di Indonesia sangat memungkinkan karena selain pemberian informasi bagi pasien sebelum operasi merupakan intervensi yang umum dilaksanakan selama ini, bermain terapeutik merupakan intervensi yang sering dilakukan di ruang rawat inap anak, tetapi yang terkait gambaran proses pre sampai dengan pasca operasi kemungkinan belum dilaksanakan di beberapa rumah sakit. Alasan lain intervensi hasil penelitian ini bisa diterapkan di Indonesia adalah adanya area/ruangan khusus untuk bermain anak beserta dengan alat permainan yang disediakan, orang tua ataupun keluarga terdekat yang mendampingi anak selama perawatan di rumah sakit. Aplikasi hasil penelitian ini memerlukan kerjasama dengan profesi lain yaitu dokter bedah anak yang akan melakukan tindakan pembedahan bisa memberikan informasi tentang proses yang akan dihadapi anak selama di ruang operasi, psikolog anak yang akan memantau kondisi psikologis anak, perawat sebagai pemberi perawatan selama dirawat bisa menjelaskan tindakan perawatan apa saja yang akan diterima anak. Jika ada komunikasi dan koordinasi yang jelas dengan dasar/bukti yang kuat dari hasil penelitian, maka intervensi ini akan bisa berjalan sebagaimana mestinya.
8
Bila melihat pada proses penelitian dalam jurnal ini, anak didampingi oleh keluarga terdekat yaitu ibu, maka untuk selanjutnya perlu dilakukan lagi penelitian tentang pengaruh pemberian tindakan pemberian informasi dan bermain terapeutik pada anak yang akan menjalani operasi kepada anak yang tidak didampingi oleh keluarga terdekat, melainkan didampingi oleh anggota keluarga lain, misalnya: nenek, kakek atau sama sekali tidak ada hubungan keluarga sehingga bisa dilihat sejauh mana sebenarnya pengaruh tindakan tersebut terhadap kecemasan anak.
9
DAFTAR REFERENSI Nursalam. (2008). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika. Wong, L.D. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik (Agus Sutarna, Eni Juniarti & H.Y Kuncara, Penerjemah). Jakarta: EGC. Wong, L.D. (2004). Pedoman klinis keperawatan Pediatrik (Monica Ester, Penerjemah). Jakarta: EGC.