68
Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and Answering (RQA) Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan Akademik Berbeda Arsad Bahri Universitas Negeri Makassar
[email protected]
Abstrak –Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional terhadap retensi mahasiswa berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan Biologi Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest control group design. Retensi mahasiswa diukur menggunakan tes essay. Data dianalisis secara dengan analisi kovariat 2 jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) strategi pembelajaran dan kemampuan akademik berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibandingkan strategi lainnya, 2)retensi mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih tinggi daripada kemampuan akademik bawah, 3) interaksi antara strategi dengan kemampuan akademik tidak berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA dapat diimplementasikan pada pembelajaran lainnya . Kata kunci:Problem-based learning, reading questioning answering, retensi, kemampuan akademik Abstract – The aim of this research was to determine the effect of PBL, RQA, PBLRQA, and conventional learning on retention of students with different academic level in Basic Biology classroom. This research was a quasi experiment with pretest-posttest control group design. Student’s retention was measured by essay test. Data were analyzed with one way ANCOVA. The result of research showed that: 1) learning strategy and academic level effected on student’s retention. PBLRQA had the potency to improve student’s retention greater than others strategy, 2) retention of students with higher academic level was greater than lower academic level, 3) interaction between learning strategy and academic level did not effect on student’s retention. PBLRQA could implement to the others subjects. Key words: Problem-based learning, reading questioning answering, retention, academic level I. PENDAHULUAN Salah satu penentu kualitas pendidikan adalah keberhasilan pendidikan pada perguruan tinggi. Strategi, model atau pola perkuliahan merupakan aspek penting dalam proses pendidikan selain materi untuk pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa selama perkuliahan berlangsung sangat berperan dalam pembentukan kemampuan dan menentukan kualitas dari perkuliahan. Oleh karena itu, dosen memiliki tanggung jawab membentuk pengalaman belajar mahasiswa salah satunya melalui penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Informasi dari hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa strategi pembelajaran konvensional sebagian besar masih mendominasi pola perkuliahan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar (FMIPA UNM). Strategi pembelajaran tersebut belum optimal dalam membangkitkan motivasi dan minat belajar mahasiswa dimana mahasiswa terlihat kurang antusias mengikuti perkuliahan. Sementara, motivasi memiliki peran utama terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa [1] dan [2] (Kiswanto, 2012; Bahri & Corebima, 2015) dan sering dikaitkan dengan kualitas lulusan [3]. Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran Biologi Dasar juga diduga disebabkan karena masih banyaknya permasalahan-permasalahan terkait materi biologi di jenjang sekolah sebelumnya yang belum terpecahkan. Selain itu minat baca mahasiswa terhadap materi perkuliahan untuk menyiapkan diri mengikuti perkuliahan selanjutnya masih sangat rendah, sehingga
pengetahuan awal mahasiswa pada saat perkuliahan berlangsung masih kurang. Pustaka [4] mengemukakan bahwa peserta didik harus memiliki pengetahuan awal yang akan mereka jadikan dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya. Keberhasilan pembelajaran umumnya diukur dari seberapa jauh mahasiswa menguasai konsep yang diajarkan. Akan tetapi, untuk mengetahui efektifnya model pembelajaran, perlu dianalisis apakah konsep-konsep yang diajarkan dapat lekat dalam memori jangka panjang (retensi) mahasiswa. Pembelajaran di FMIPA UNM kurang memperhatikan faktor retensi padahal retensi merupakan salah satu indikator bermutunya pembelajaran. Hasil survey menunjukkan bahwa hanya 60% dosen yang berupaya menerapkan strategi pembelajaran yang membuat mahasiswa dapat menyimpan pengetahuan yang diperoleh dapat melekat pada memori jangka panjang mereka. Retensi mahasiswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Pemahaman konsep dan retensi dipengaruhi oleh strategi pembelajaran [5], [6], dan [7]. Kemampuan mahasiswa menyimpan materi dalam memori jangka panjang juga berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan retensi [8]. Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan retensi mahasiswa terhadap materi. Strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk diterapkan adalah strategi yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivistik
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
69 seperti Problem Based Learning(PBL). PBL didasari bahwa belajar bukan hanya proses menghafal konsep atau fakta tetapi proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. PBL juga dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan di era pengetahuan [9] dan [10]karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar, pembelajaran mandiri, mengembangkan kemampuan bekerja kooperatif, dan belajar sepanjang hayat [11]. PBL dapat diaplikasikan di perguruan tinggi karena PBL berbasiskan pada masalah, melibatkan aktivitas berpikir untuk memecahkan masalah, dan berkorelasi dengan fungsi kognitif peserta didik [12]. PBL meningkatkan motivasi belajar [13], berpotensi memberdayakan keterampilan metakognitif [14], [15], dan [16], dan meningkatkan daya retensi mahasiswa [17]. Penggunaan PBL telah mengungkapkan berbagai kelebihan. Namun di samping itu, terdapat kekurangan dari strategi pembelajaran ini. Penelitian [18] dan [19], menunjukkan bahwa penggunaan PBL pada perguruan tinggi lebih banyak menghabiskan waktu jika dibandingkan strategi konvensional. Pustaka [20] juga menyatakan bahwa sulit untuk menerapkan PBL di semua kelas. PBL kurang tepat dengan siswa yang tidak bisa sepenuhnya memahami nilai atau lingkup masalah dengan konten sosial. PBL sulit bagi pengajar untuk mengubah gaya mengajar mereka Sulit untuk menilai pembelajaran dalam PBL[20] dan [19].dan peserta didik mungkin tidak berkinerja baik pada tes pilihan ganda [21]. PBL sulit diterapkan oleh dosen karena panduan kurikulum dan buku teks tidak mengandung berbagai contoh masalah atau alat penilaian yang diperlukan [21]. Hal ini dapat berakibat mahasiswa atau bahkan pengajar kesulitan mengajukan permasalahan autentik terkait materi pembelajaran. Tidak semua materi cocok untuk diajarkan dengan PBL. PBL membutuhkan banyak materi dan membuat mahasiswa harus lebih banyak menggunakan sumber buku teks untuk mencari informasi [19]. Mahasiswa juga terkadang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan karena kurangnya pengetahuan awal mahasiswa terkait topik yang dibahas karena kurangnya minat baca mahasiswa. Strategi pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi kekurangan PBL adalah strategi pembelajaran Reading Questioning and Aswering (RQA). RQA merupakan strategi yang baru dikembangkan atas dasar kenyataan bahwa hampir semua mahasiswa tidak membaca materi kuliah perkuliahan, yang berakibat strategi perkuliahan yang dirancang sulit atau tidak terlaksana dan pada akhirnya pemahaman terhadap materi perkuliahan menjadi rendah. Pustaka [22] mengemukakan bahwa implementasi RQA terbukti mampu memaksa para mahasiswa untuk membaca materi kuliah yang ditugaskan, sehingga strategi perkuliahan yang dirancang dapat terlaksana dan pemahaman terhadap materi perkuliahan berhasil ditingkatkan hampir 100%. RQA sebagai strategi pembelajaran inovatif terbukti mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa perkuliahan dengan menggunakan RQA menyenangkan bagi mahasiswa. Ketika proses perkuliahan menyenangkan bagi mahasiswa, maka dengan sendirinya akan mendorong motivasi
mahasiswa untuk belajar. Peningkatan motivasi belajar tersebut akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar kognitif mahasiswa. Selain itu, dengan pengalaman belajar yang diperoleh maka materi yang dipelajari akan tersimpan dalam memori jangka panjang mahasiswa. Melalui RQA, metakognisi mahasiswa juga diharapkan meningkat. Penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa RQA mampu mengembangkan keterampilan metakognitif mahasiswa. Dengan adanya peningkatan keterampilan metakognitif, diharapkan juga akan meningkatkan hasil belajar kognitif mahasiswa. Menurutpustaka [24], sejauh mana metakognisi mempengaruhi pencapaian belajar tergantung pada pola motivasi seseorang. Hal inimenjelaskan kemungkinan adanya hubungan antara metakognisi dan motivasidalam mempengaruhi prestasi pelajar [25]. Kekurangan PBL yang memerlukan interdisiplin ilmu dapat diatasi dengan RQA di mana dalam sintaksnya, mahasiswa bekerja secara kolaboratif untuk mencari solusi permasalahan. Pustaka [26] menyatakan bahwa dalam proses pemecahan masalah, mahasiswa mengeksplorasi berbagai disiplin dan memperluas basis pengetahuan mereka melalui studi mandiri dan bekerja sama dengan teman sekelas mereka.Pustaka [27]melihat PBL sebagai peniruan situasi kehidupan nyata dan menjadi interdisipliner secara inheren, yang memungkinkan mahasiswa untuk memahami bagaimana disiplin ilmu yang berbeda berinteraksi ketika memecahkan masalah. Integrasi RQA ke dalam sintaks PBL diharapkan dapat Pengintegrasian kedua strategi tersebut didasarkan pada pendapat pustaka [28] yang menyatakan bahwa jika ada beberapa masalah yang akan diselesaikan maka RQA dapat menjadi cara yang efektif agar pembelajaran lebih mendalam sebelum sharing informasi dengan teman-teman kelasnya pada saat presentasi kelas. Perpaduan RQA dengan PBL menjadikan mahasiswa akan lebih banyak membaca dan mencari informasi. Selain itu permasalahan yang diangkat pada kelas perpaduan RQA dan PBL bersumber dari mahasiswa sendiri, maka dengan sendirinya pengetahuan yang berupa solusi atas permasalahan akan tersimpan lebih lama dalam memori jangka panjang mahasiswa. Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam proses perkuliahan adalah kemampuan akademik awal mahasiswa karena sangat berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Kemampuan akademik awal ini harus diberdayakan, terutama kemampuan akademik awal yang rendah untuk mendapatkan hasil yang sama dengan yang berbeda kemampuan awalnya [29] dan [30].Hasil penelitian pustaka [31]menunjukkan bahwa pembelajaran dalam kelompok berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik berkemampuan akademik rendah, sedang, dan tinggi. Pustaka [6] melaporkan bahwa ada perbedaan retensi antara peserta didik berkemampuan akademik berbeda. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa baik strategi PBL maupun RQA terbukti mampu mengupayakan agar mahasiswa dengan kemampuan akademik awal rendah dapat meningkatkan prestasinya atau mensejajarkan dirinya dengan mahasiswa pada kelompok lain yang berbeda kemampuan awalnya [23] dan [32].
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
70 II. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang didesain untuk membandingkan pengaruh strategi pembelajaran PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional terhadap retensi mahasiswa yang dilakukan pada tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester satu pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Makassar, yang memprogramkan mata kuliah Biologi Dasar. Mahasiswa yang menjadi sampel penelitian terdiri atas 142 orang mahasiswa yang diperoleh dengan random sampling dengan kemampuan akademik awal yang homogen berdasarkan grouping test. Kemampuan akademik mahasiswa terdiri atas mahasiswa berkemampuan akademik atas dan kemampuan akademik bawah. Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design[33] faktorial 4x2. Empat kelas yang digunakan dalam penelitian ini mewakili masing-masing strategi pembelajaran. Retensi mahasiswa diukur dengan menggunakan tes essay sebanyak 21 nomor
dan divalidasi ahli dan empiris sebelum digunakan. Rubrik yang digunakan adalah rubrik hasil belajar kognitif [34]. Keempat kelas diberi perlakuan strategi pembelajaran yang berbeda selama 1 semester, selanjutnya diberikan tes hasil belajar kognitif pada akhir penelitan. Tes kognitif diberikan lagi dua minggu setelah posttest untuk mengukur retensi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik Retensi mahasiswa diukur dua minggu setelah diberikan posttest. Selanjutnya, data dianalisis dengan statistik deskriptif untuk mengetahui rerata dan persentase perubahan skor mahasiswa dari posttest ke retensi. Data hasil penelitian terkait rerata skor dan persentase perubahan skor posttest ke retensi pada setiap strategi pembelajaran menurut kemampuan akademik (KA) ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rerata Skor dan Persentase Perubahan Skor Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik Rerata Strategi Kemampuan Perubahan No Keterangan Pembelajaran Akademik (%) Posttest Retensi 1
2
3
4
PBLRQA
PBL
RQA
Konv
Total
KA Atas
70,12
63,27
-10,84
Menurun
KA Bawah
60,44
46,67
-29,50
Menurun
Total
65,28
54,97
-18,76
Menurun
KA Atas
58,66
45,37
-29,30
Menurun
KA Bawah
51,13
33,60
-52,17
Menurun
Total
54,89
39,48
-39,03
Menurun
KA Atas
49,42
41,60
-18,81
Menurun
KA Bawah
37,86
36,97
-2,39
Menurun
Total
43,64
39,29
-11,09
Menurun
KA Atas
54,29
34,92
-55,48
Menurun
KA Bawah
36,41
20,95
-73,82
Menurun
Total
45,35
27,93
-62,36
Menurun
KA Atas
58,12
46,29
-25,57
Menurun
KA Bawah
46,46
34,55
-34,48
Menurun
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa retensi mahasiswa yang diajar dengan PBLRQA, PBL, RQA, dan pembelajaran konvensional mengalami penurunan dengan persentase yang bervariasi baik antar strategi .
pembelajaran, kemampuan akademik yang berbeda, dan kombinasi strategi pembelajaran dan kemampuan akademik. Data rerata retensi dapat divisualisasi seperti pada Gambar 1.
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
PBL+RQA
PBL
RQA
Total
KA Bawah
KA Atas
Total
KA Bawah
KA Atas
Total
KA Bawah
KA Atas
Total
KA Bawah
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 KA Atas
Rerata Skor Retensi
71
Postes Retensi
KONV
Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik
Gambar 1. Rerata Skor Retensi Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran Menurut Kemampuan Akademik Hasil Analisis Statistik Inferensial Hasil uji anakova perbedaan retensi mahasiswa berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan Biologi Dasar antara yang diberi strategi PBLRQA, PBL,
RQA, dan pembelajaran konvensional ditunjukkan pada Lampiran 20. Ringkasan hasil uji hipotesis dengan anakova retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 2.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Anakova Retensi Mahasiswa Type III Sum Source of Squares df Mean Square F a Corrected Model 31357,921 8 3919,740 38,010 Intercept 17,.676 1 178,676 1,733 Xret 12382,212 1 12382,212 120,071 Strategi 4106,634 3 1368,878 13,274 KemampuanAkademik 414,461 1 414,461 4,019 Strategi * KA 877,469 3 292,490 2,836 Error 13715,467 133 103,124 Total 277217,598 142 Corrected Total 45073,388 141 Berdasarkan sumber strategi pembelajaran, kemampuan akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA diperoleh p-level lebih kecil dari alpha 0.05 (p < 0.05) dengan sig. 0,000; 0,047; dan 0,041. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran, kemampuan
Sig. 0,000 0,190 0,000 0,000 0,047 0,041
akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA terhadap retensi mahasiswa. Hasil uji lanjut pengaruh strategi pembelajaran terhadap retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Mahasiswa Strategi Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation 45,347 27,931 32,788 a,m KONV 17,416 54,893 39,484 37,778 b PBL 15,409 43,640 39,285 45,317 c RQA 4,355 PBLRQA 65,280 54,968 10,312 46,120 c antara kemampuan akademik atas dengan kemampuan Hasil uji BNT menunjukkan bahwa strategi akademik bawah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan PBLRQAtidak berbeda nyata dari strategi RQA, tetapi bahwa rata-rata skor terkoreksi pada kemampuan berbeda sangat nyata dengan strategi PBL dan akademik atas sebesar 42,361 sedangkan pada kemampuan pembelajaran konvensional yaitu lebih tinggi 18,09% dan akademik bawah sebesar 38,641. Ini menunjukkan bahwa 28,91%. rata-rata skor terkoreksi retensi mahasiswa pada Dengan demikian, strategi PBLRQAdan RQA lebih kemampuan akademik atas lebih tinggi 8,78% dari berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibanding kemampuan akademik bawah. strategi PBL dan pembelajaran konvensional. Hasil uji lanjut pengaruh interaksi strategi pembelajaran Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dengan kemampuan akademik terhadap retensi mahasiswa perbedaan yang signifikan (nyata) retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 4. Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
72 Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Kemampuan Akademik terhadap Retensi Mahasiswa Strategi Akademik Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation 36,408 20,946 31,950 a,m KONV KA Bawah 15,463 54,286 34,916 33,627 a, , KONV KA Atas 19,370 51,125 33,598 34,483 a b PBL KA Bawah 17,527 58,661 45,369 41,073 bc PBL KA Atas 13,291 60,436 46,668 41,151 bc PBLRQA KA Bawah 13,767 37,859 36,974 43,653 c RQA KA Atas 0,885 49,422 41,597 46,980 cd RQA KA Bawah 7,825 70,124 63,268 51,089 d PBLRQA KA Atas 6,856 Penyebab lain dari besarnya kemampuan mahasiswa Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa rerata terkoreksi skor yang diajar dengan strategi PBLRQA untuk retensi terendah pada kombinasi strategi pembelajaran mempertahankan pengetahuannya dalam memori jangka konvensional-KA bawah yaitu 31,950 dan tertinggi pada panjangnya, adalah dengan adanya kegiatan kolaboratif di kombinasi strategi PBLRQA-KA atas yaitu 51,089. Rerata dalam pembelajaran PBLRQA tersebut. Hasil penelitian terkoreksi skor retensi mahasiswa pada kombinasi strategi pustaka [37] dan [38]melaporkan bahwa peserta didik yang PBLRQA-KA atas berbeda nyata lebih tinggi 19,45% dari dibelajarkan strategi pembelajaran kombinasi PBLRQA-KA bawah. Kombinasi RQA-KA kooperatifmampumempertahankankonseplebih baik bawah tidak berbeda nyata dari kombinasi strategi RQA-KA daripadapeserta didik yang dibelajarkan dengan atas, kombinasi strategi PBL-KA atas tidak berbeda nyata menggunakanpendekatan pembelajarankonvensional. dari kombinasi PBL-KA bawah, kombinasi strategi Pustaka [39] menyatakan bahwa melalui tahapan RQA pembelajaran konvensional-KA atas tidak berbeda nyata dalam PBLRQA, retensi mahasiswa berhasil dipertahankan. dengan kombinasi konvensional-KA bawah. Dengan Penelitian ini juga menunjukkan bahwa skor retensi demikian, dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran mahasiswa yang berkemampuan akademik atas lebih tinggi PBLRQAlebih tepat untuk mempertahankan retensi dibandingkan yang berkemampuan akademik bawah. Hasil mahasiswa KA atas, sedangkan strategi pembelajaran penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian [6], [32], dan lainnya mampu mempertahankan retensi mahasiswa KA [40] yang melaporkan adanya perbedaan retensi antara bawah sama dengan KA atas. Kombinasi perlakuan yang peserta didik berkemampuan akademik atas dengan peserta dianggap baik untuk mempertahankan retensi mahasiswa didik berkemampuan akademik bawah, dimana peningkatan adalah kombinasi strategi PBLRQA-KA atas. skor retensi peserta didik berkemampuan akademik atas Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik retensi mahasiswa yang diajar dengan PBL, RQA, berkemampuan akademik rendah. PBLRQA, dan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian Meskipun demikian, kemampuan akademik bukan satuini juga sejalan dengan temuan pustaka [32]dan [35] yang satunya faktor yang mempengaruhi retensi. Faktor lain menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh yang dapat mempengaruhi retensi adalah perhatian terhadap retensi. (konsentrasi) saat proses pembelajaran berlangsung, serta Kemampuan menyimpan pengetahuan pada memori minat atau kemauan peserta didik untuk mengingat. Selain jangka panjang (long-term memory) pada mahasiswa yang itu, motivasi yang kuat, terutama motivasi intrinsik dan diajar dengan PBLRQA juga disebabkan oleh adanya kesadaran akan tujuan yang harus dicapai mendorong tahapan dimana mahasiswa melakukan kegiatan individual peserta didik untuk melibatkan diri dalam proses sebagai tahapan dari RQA dan kegiatan kelompok sebagai pembelajaran yang akan berdampak lebih mudah tahapan dari PBL. Pada sintaks ini mahasiswa melakukan mengingat materi yang sedang dipelajari. Pernyataan ini kerja sama untuk mencari penyelesaian masalah dalam didukung oleh pustaka [41] bahwa sejauh mana suasana kooperatif baik pada diskusi kelompok, maupun keterampilan metakognitif mempengaruhi pencapaian, diskusi kelas. Aktivitas mahasiswa pada tahapan tersebut sebenarnya sangat tergantung pada pola motivasi. menunjukkan adanya kegiatan belajar dari melakukan Selain itu, pustaka [42] menjelaskan mengenai retensi (learning by doing) dan belajar bersama (learning siswa bahwa terdapat lima kondisi yang dapat together). Dengan demikian, mahasiswa menerima mempengaruhi retensi, yaitu harapan (expectation), informasi bukan hanya berasal dari dosen, akan tetapi juga dukungan (support), umpan balik (feedback), keterlibatan berasal dari kegiatan belajarnya sendiri dan kerja sama (involvement), dan pembelajaran (learning). Berdasarkan dengan teman-temannya. Selain itu, mahasiswa yang pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa retensi siswa dibelajarkan strategi PBLRQA tidak hanya melibatkan berkemampuan akademik tinggi maupun rendah dapat indera pendengaran akan tetapi melibatkan lebih dari satu meningkat apabila kelima kondisi tersebut benar-benar panca indera sehingga hasil belajar dapat disimpan dalam dilaksanakan. Jadi, siswa berkemampuan akademik rendah waktu lama. Hal ini didukung oleh pernyataanpustaka [36] pun bisa memiliki retensi yang lebih baik apabila bahwa jika informasi yang dipelajari secara bermakna maka mendapatkan kelima kondisi tersebut dengan baik. lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara Hasil penelitian juga melaporkan bahwa strategi hapalan. PBLRQA lebih tepat mempertahankan retensi mahasiswa Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
73 yang berkemampuan akademik atas. Hal ini disebabkan karena selama pembelajaran mahasiswa berkemampuan akademik atas berusaha untuk dapat mengetahui dan memahami permasalahan dan dan solusinya agar mahasiswa tersebut dapat mengajari sesama anggota kelompoknya. Aktivitas mahasiswa yang demikian dapat memacu terbentuknya keterampilan berpikir dan keterampilan metakognitif pada dirinya. Selama penerapan strategi PBLRQA, mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih banyak terbantu untuk mengembangkan keterampilan metakognisi dan mempertahankan pemahaman konsep yang diketahuinya pada saat perkuliahan. Terkait dengan pembelajaran, pembelajaran PBLRQA yang banyak melibatkan panca indera dalam proses berpikir dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga dengan demikian memungkinkan kuatnya retensi mahasiswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pengalaman belajar yang dilakukan oleh mahasiswa secara langsung akan memberikan dampak yang besar terhadap materi yang diterima oleh mahasiswa, sehingga mereka dapat menyimpan dan mengingat materi yang sudah diperolehnya dengan baik. Pernyataan ini didukung oleh temuan hasil penelitian pustaka [43] bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi PBL dapat meningkatkan kebermaknaan proses belajar, sehingga dapat meningkatkan jumlah materi yang dapat diingat dalam jangka waktu yang relatif lama. Pustaka [44] juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dapat mempengaruhi retensi dan berdampak pada hasil belajar siswa. Apabila dalam pembelajaran mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan atau mengamati objek secara langsung, maka konsep yang dipelajari akan bertahan lama dalam ingatan. Kondisi ini berlaku untuk semua mahasiswa, baik mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun rendah. Mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun rendah dalam pembelajaran dengan strategi PBLRQA dituntut aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pada mahasiswa berkemampuan akademik bawah dengan strategi pembelajaran yang sama yaitu PBLRQA, ada faktor lain yang berpengaruh terhadap retensi selain metakognisi. Terkait dengan hal tersebut, pustaka [45] mengemukakan bahwa suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat dengan baik segera setelah diajarkan, akan tetapi dalam jangka waktu tertentu dapat terjadi perubahan karena yang diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya. Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi retensi peserta didik adalah jumlah hal yang dipelajari dalam waktu tertentu, adanya kegiatan-kegiatan lain sesudah belajar yang merupakan interference yang mengganggu apa yang diingat itu, dan waktu yang lewat setelah berlangsungnya belajar yang juga dapat mengandung kegiatan yang mengganggu. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran, kemampuan akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA terhadap retensi mahasiswa.Strategi
PBLRQAdan RQA lebih berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibanding strategi PBL dan pembelajaran konvensional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kemampuan akademik atas memiliki retensi lebih besar dibandingkan mahasiswa dengan kemampuan akademik bawah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa dengan KA atas yang diajar dengan strategi PBLRQAlebih mampu mempertahankan retensinya dibandingkan dengan strategi pembelajaran lainnya dengan kemampuan akademik yang berbeda. Dengan demikian hasil penelitian ini merekomendasikan penggunaan strategi PBLRQA pada perkuliahan lain agar retensi mahasiswa terhadap materi dapat dipertahankan. PUSTAKA [1] N.C.D. Kiswanto, Pengaruh Kecerdasan Emosional, Efikasi Diri Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,Bachelor Thesis, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012. [2] A. Bahri, &A.D. Corebima, The Contribution of Learning Motivation and Metacognitive Skill on Cognitive Learning Outcome of Students within Different Learning Strategies,Journal of Baltic Science Education, vol. 14, no. 4 , 2015, pp. 487-500. [3] A. Darmawati, Analisis Motivasi dan Pengaturan Diri untuk Belajar Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,Laporan Penelitian, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2009. [4] M.Yamin, Paradigma Pendidikan Kostruktivistik, Gaung Persada Press, Jakarta, 2008. [5] Z.W.M. Warouw, Pengaruh Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi Cooperative Script, dan Reciprocal Teaching pada Kemampuan Akademik Berbeda Terhadap Kemampuan dan Keterampilan Metakognitif, Berpikir Kritis, Hasil Belajar Biologi Siswa, serta Retensinya di SMP Negeri Manado,Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang, Malang, 2009. [6] Jamaluddin, Pengaruh Pembelajaran Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan Dipadukan Strategi Kooperatif dan Kemampuan Akademik terhadap Keterampilan Mtakognitif, Berpikir Kreatif, Hasil Belajar Kognitif IPA-Biologi, dan Retensi Siswa SD di Mataram,Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang, Malang, 2009. [7] Zahri, Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle terhadap Kualitas Proses, Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam Basa Kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar, Master Thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2010. [8] D.RFauziyah,Hubungan Keterampilan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Biologi dan Retensi Siswa Kelas X dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Think Pair Share di SMA Negeri 6 Malang. Bachelor thesis,Universitas Negeri Malang, Malang,2013. [9] B.J.Duch, S. E. Groh, &E.A. Debora, The Power of Problem Based Learning: A Practical “How To” for
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
74 Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline,Stylus Publishing,Sterling, 2001. [10] O.S. Tan, Problem Based Learning Innovation. Using Problem to Power Learning in the 21st Century, Cengage Learning Asia Pte. Ltd., Singapore, 2003. [11]T. R.Steck, W.DiBiase, C. Wang, &A.Boukhtiarov,The Use of Open-Ended PBL Scenarios in an Interdisciplinary Biotechnology Class: Evaluation of a PBL Course Across Three Years,Journal of Microbiology & Biology Education, vol. 13, no. 1, 2012, pp. 2-10. [12] R.E. Izzaty, Problem-Based Learning dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Paradigma, vol. 1, no. 1, 2006, 77 – 83. [13] A.A. Keziah, A Comparative Study of PBL and Lecture-Based Learning in Secondary School Students’ Motivation to Learn Science, International Journal of Science and Technology Education Research, vol. 1, no. 6, 2010, pp. 126 – 131. [14] B. Ackay, PBL in Science Education,Journal of Turkish Science Education, vol. 6, no. 1, 2009, pp. 26 -36. [15] A.D. Corebima, &A. Bahri, Reading, Questioning, and Answering (RQA): A New Learning Strategy to Enhance Student Metacognitive Skill and Concept Gaining. Paper presented at International Symposium at Nanyang Technology University, Singapura, 2011. [16] M. Danial, Pengaruh strategi pembelajaran PBL dan Group Investigation terhadap metakognisi dan penguasaan konsep Kimia Dasar Mahasiswa JurusanBiologi FMIPA UNM, Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang, Malang, 2010. [17] M. Palennari, Exploring The Correlation between Metacognition and Cognitive Retention of Students using Some Biology Teaching Strategies,Journal of Baltic Science Education, vol. 15,no. 5, 2016, pp. 617629. [18] S. Meier, R. Hovde,&R. Meier, Problem Solving: Teachers’ Perceptions, Content Area Models, and Interdisciplinary Connections,School Science and Mathemataics,vol. 96, no. 1, 1996, pp. 230-237. [19]O. Akinoglu, &R.O. Tandogan, The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning,Eurasia Journal of Mathematic, Science & Technology Education, vol. 3, no. 1, 2007, pp. 71-81. [20]D.F. Treagust, &R.F. Peterson, Learning To Teach Primary Science Trough Problem Based Learning, Science Education, vol. 82, no. 2, 1998, pp. 215-237. [21]J.D.Ward,& C.L. Lee, A Review Of Problem-Based Learning,Journal of Family and Consumer Sciences Education, vol. 20, no. 1, 2002, pp. 16-26. [22]A.D. Corebima, Pengalaman Berupaya Menjadi Guru Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Genetika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Orasi ilmiah disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang Malang, 2009. [23]A. Bahri, Pengaruh strategi pembelajaran RQA pada perkuliahan Fisiologi Hewan tehadap kesadaran metakognitif, keterampilan metakognitif dan hasil
belajar kognitif mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA UNM,Master thesis, Universitas Negeri Malang, Malang,2010. [24] V.Z.C.V. Tamsen, Examining metacognitive selfregulation within the context of daily academic tasks,Doctoral dissertation, The State University of New York, 1998. [25] S. Rahman, &J.A. Phillips, Hubungan antara Kesedaran Metakognisi, Motivasi dan Pencapaian Akademik Pelajar Universiti,Jurnal Pendidikan, vol. 31, no. 1, 2006, pp.21 – 39. [26] W.Stepien, S.Gallagher, &D. Workman, Problembased learning for traditional and interdisciplinary classrooms, Journal for the Education of the Gifted, vol. 16, no. 1, 1993, pp. .338-357. [27] S. Gallagher, W. Stepien, B. Sher, &D. Workman, Implementing Problem-Based Learning in Science Classrooms,School Science and Mathematics, vol. 95, no. 1, 1995, pp. 136-146. [28] D.E. Allen, B.J. Duch, & S.E. Groh,Strategies for Using Groups. In Duch. B.J et. (ed). The Power of Problem Based Learning: A Practical “How To” for Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline, Stylus Publishing, Sterling,2001. [29] I. Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2001. [30] A.D. Corebima,Strategi Pembelajaran yang Memberdayakan Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Siswa Berpotensi Akademik Rendah. Makalah disajikan pada The International Conference on Mathemathics and Science Education di UNJ Jakarta pada tanggal 29-30 Nopember 2006. [31] S. Amnah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TPS, Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif dan Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa di SMA Negeri Kota Pekan Baru Riau. Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang, Malang, 2009. [32] Muhiddin, Pengaruh Integrasi PBL dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan kemampuan Akademik terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa pada Perkuliahan Biologi DasarDoctoral dissertation, Universitas Negeri Malang, Malang, 2012. [33] W.L. Borg, &M.D. Gall, Educational Research, An Introduction. 4th Edition,Longman Inc., New York and London, 1983. [34] D. Hart, Authentic Assesment a Hand Book for Educators California. Addison-Wesley Publishing Company, New York, 1994. [35]A.G.C. Wicaksono, Pengaruh Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching Dipadu dengan Jigsaw Terhadap Kemampuan Metakognitif, Hasil Belajar dan Retensi Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang, Bachelor thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2011. [36] R.W. Dahar, Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta, 1991. [37] A. Sukkrong, &A. Teo, Learning Achievement, Retention, and Attitude towards English Vocabulary Learning of Students Taught Through Games and
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
75
[38]
[39]
[40]
[41]
[42]
[43]
[44] [45]
Conventional Method.Paper presented on The 2nd International Conference on Humanities and Social Sciences April 10th, 2010. M.M.Chianson, M.S., Kurumeh, &J.A. Obida, Effect of Cooperative Learning Strategy on Students’ Retention in Circle Geometry in Secondary Schools in Benue State, Nigeria,American Journal of Scientific and Industrial Research, vol. 2, no. 1, 2011, pp. 33 – 36. H. M. Sumampouw,Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran Genetika (Artikulasi Konsep dan Verifikasi Empiris),Jurnal Bioedukasi, vol. 4, no. 2, 2011, pp. 23-39. L.T. Antika, Perbandingan Keterampilan Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi Antara Siswa Berkemampuan Akademik Tinggi dan Rendah Kelas X SMA di Malang melalui Strategi Problem Based Learning (PBL), Bachelor thesis,Universitas Negeri Malang., Malang, 2013. M.S.C.Yuwono, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif jigsaw Modifikasi dari Aronson dan Slavin serta Pengaruhnya terhadap Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda di SMA Kota Denpasar,Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang, Malang, 2012. V. Tinto, Promoting Student Retention Through Classroom Practice. Amster-Paper VT(1). (Online), (http://www.staffs.ac.uk/accessstudies/ docs/AmsterpaperVT%281%29.pdf), 2003. Zaidi,Pengaruh Metode Pembelajaran PBL vs Ceramah dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Kota Malang, Master thesis,Universitas Negeri Malang, Malang, 2006. Slameto,Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010. W.N. Nasution, Efektivitas Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. Online http://litagama.org/index.htm, 2006.
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017