PERAN THEORY OF PLANED BEHAVIOR DAN ETIKA TERHADAP KETAATAN PAJAK
ARNIATI Politeknik Batam This study contributes to the compliance literature by studying the theory of planned behaviour by Icak Ajzen (1991) and ethics behaviour of tax compliance to use research aimed at determining those changes in tax laws which would encourage higher levels of compliance, i.e hypotetical situation tax audit. The results generally not confirm the predictions of TPB, only subjective norms affected intention tax compliance. Relations among, intents, perceived behaviour control, and ethics generally not supported hypothesis two, only perceived behaviour control related significant with tax compliance at 25% audit. This study providing evidence direct related perceived behaviour control on tax compliance. Key words: Tax compliance, Theory planned behaviour
1
1. Pendahuluan Pajak merupakan sumber pendapatan tertinggi bagi APBN dinegara kita, setiap tahun hampir mencapai 80% dari total APBN selalu bersumber dari pajak sehingga pemerintah berharap pajak adalah sebagai nafas kehidupan bangsa. Untuk itu sektor ini harus benar-benar dibenahi untuk mencapai optimalisasi baik dari sisi penerimaan maupun citra dan pelayanannya. Dirjen Pajak telah melakukan reformasi dibidang perpajakan, yaitu melakukan perubahan mendasar di segala aspek perpajakan untuk mewujudkan citra dan target pajak menjadi nyata. Reformasi dilakukan terhadap empat sasaran utama yaitu mereformasi UU Perpajakan, moral etika dan integritas pelayanan kepada wajib pajak, serta pengendalin atas kepatuhan wajib pajak. UU perpajakan perlu direformasi untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pemungutan pajak supaya sejalan dengan perkembangan
dunia
usaha.
Reformasi
moral
etika
dilakukan
dengan
memperbaiki image DJP di masyarakat karena selama ini masyarakat menganggap jelek image DJP antara lain bahwa DJP itu arogan, tidak konsisten, tidak transparan dan ujung-ujungnya duit. Perubahan terbaru yang dilakukan DJP dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dengan diterapkannya e-system (e-Registrasi, e-SPT dan e-Filing) sejak tahun pajak 2005. Namun demikian sebaik-baik sistem perpajakan dibuat, semodern apapun administrasi pajak disajikan, pada akhirnya kembali kepada manusia yang melaksanakan sistem dan modernisasi administrasi itu sendiri. Untuk itu, tidak hanya pegawai pajak semata yang harus berperan, namun juga sangat diharapkan peran serta wajib pajak. Peran serta wajib pajak dapat ditunjukkan dari berbagai faktor seperti sikap, norma, pengendalian dan etika. Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak tersebut dengan membuktikan theory of
planned behavior (TPB) dari Icek Ajzen (1991) yaitu sikap, norma dan pengendalian dari penelitian Trivedi, Shehata dan Mestelman (2005) di Canada. Serta memperluas penelitian dengan menambahkan satu variabel etika dari Machiavellin. Peneliti juga memperluas penelitian dengan menguji pengaruh tidak
2
langsung dari sikap, norma, pengendalian dan etika terhadap kepatuhan pajak serta menguji pengaruh langsung dari pengendalian dan etika terhadap kepatuhan wajib pajak. Menurut pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini masih jarang dilakukan di Indonesia dan dari penelitian berdasarkan penelitian Heuer et al. (1999) yang menyatkan bahwa faktor budaya Indonesia dan Amerika yang makin mendekati kesamaan, memotivasi peneliti untuk mencoba menerapkan ide penelitian tersebut di Indonesia. Berdasarkan
pendekatan
tersebut,
penelitian
ini
bertujuan
untuk
membuktikan apakah theory planned behaviour (Ajzen, 1991) mampu memberikan penjelasan terhadap perilaku kepatuhan pajak, dan apakah faktor etika mempengaruhi kepatuhan pajak.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak terutama teori perilaku. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penentu kebijakan perpajakan di negara kita terutama dalam sistem perpajakan di negara kita.
2. Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis Theory of Planned Behavior Ada beberapa teori perilaku yang telah digunakan untuk meramalkan tentang keterlibatan, keikutsertaan, kontribusi, pencapaian, ogranisasional kewarganegaraan, inovasi, serta konsep-konsep lain tentang perilaku individu.
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan salah satu model psikologi sosial yang paling sering digunakan untuk meramalkan perilaku, dan TPB dirancang untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku manusia dalam konteks yang spesifik. TPB merupakan prediksi perilaku yang baik karena diseimbangkan oleh niat untuk melaksanakan perilaku. Model TPB yang akan digunakan dalam penelitian ini, merupakan pengembangan dari theory of reasoned action dari Ajzen & Fishbein (1980) dan Fishbein & Ajzen (1975). Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa TPB merupakan niat individu untuk melaksanakan perilaku tertentu. Niat diasumsikan untuk
3
menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku, yang mengindikasikan seberapa kuat keinginan orang untuk mencoba, atau seberapa besar usaha yang dilakukan dalam rangka melaksanakan suatu perilaku. Pada umumnya semakin kuat niat untuk melakukan sesuatu, maka semakin memungkinkan untuk pencapaian perilaku (Ajzen, 1991). Ajzen (1991), pada gambar 1 tentang TPB mendalilkan bahwa ada tiga faktor penentu niat yang berdiri sendiri. Pertama adalah sikap arah prilaku yang mengacu pada persetujuan bahwa seseorang telah dinilai baik atau tidak baik, atau penilaian perilaku yang dipermasalahkan. Faktor yang kedua adalah faktor sosial berupa norma subjektif, yang mengacu pada tekanan sosial yang diterima untuk melaksanakan atau untuk tidak melaksanakan perilaku tertentu. Faktor penentu niat yang ketiga adalah pengawasan prilaku yang dapat diterima yang mengacu pada kesukaran dan kemudahan yang dirasakan dalam melaksanakan perilaku dan diasumsikan terhadap pencerminan pengalaman masa lalu seperti halangan dan rintangan yang sudah di antisipasi.
G a m b a r 1 T h e o ry o f P la n n e d B e h a v io r o le h Ic e k A jz e n
A ttitu d e to w a r d th e b e h a vio r
S u b je ctive n o r m
In te n tio n
B e h a vio r
P e r ce ive d b e h a vio r a l co n tr o l
Ketiga faktor tersebut menurut Ajzen (1991) dikatakan mempunyai kontribusi secara mandiri terhadap niat dan perilaku, karena faktor tersebut
4
diharapkan memberikan pengaruh perilaku yang berbeda pada situasi yang berbeda
Etika Menurut Chompoux (2003), perilaku beretika adalah pertimbangan perilaku untuk menjadi baik, benar, adil, terhormat dan patut dipuji. Sedangkan perilaku tidak beretika adalah pertimbangan perilaku untuk menjadi, salah, tidak adil, memalukan, atau kurang memenuhi syarat sebagai suatu kewajiban. Pertimbangan perilaku beretika atau tidak beretika berdasarkan pada prinsip, aturan atau petunjuk yang berasal dari teori etika yang spesifik, ciri karakter, atau nilai sosial. Teori etika menurut Chompoux (2003) terdiri dari 4 teori utama, yaitu utilitarianisme, kebenaran (rights), keadilan (justice), dan egoisme. Etika yang dimaksudkan dalam penelitian ini cenderung pada etika sebagai utilitarianisme, karena tindakan yang kita lakukan akan memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan tindakan lainnya, tapi bukan tidak mungkin etika untuk kepatuhan pajak ini akan menuju kepada etika berdasarkan keadilan, karena wajib pajak yang merasa sudah mendapatkan manfaat dari pembayaran pajaknya dan diterapkannya undang-undang perpajakan yang adil, akan mendorong wajib pajak untuk patuh dalam membayar dan melaporkan pajaknya. Sebagaimana diungkapkan Williams (2003) bahwa kepatuhan pajak adalah merupakan tanggung jawab etis seseorang, dengan keyakinan bahwa pemenuhan pajak itu dilandasi oleh pertimbangan keadilan/kewajaran dari hukum dan administrasi perpajakan yang diterapkan. Ajzen (1991) menyatakan bahwa TPB terbuka untuk memasukkan tambahan variabel prediktor, jika ingin meningkatkan prediksi niat atau perilaku setelah variabel asli diperhitungkan. Sehingga etika nampaknya menjadi pilihan alami sebagai tambahan prediktor yang mempengaruhi perilaku secara langsung dan melalui niat perilaku.
5
G a m b a r 2 T h e o r y o f P l a n n e d B e h a v i o r d a n v a r i a b e l e ti k a
A t t it u d e t o w a r d t h e b e h a v io r
S u b je c t iv e n o r m
I n t e n t io n
B e h a v io r
P e r c e iv e d b e h a v io r a l c o n tr o l
E t h ic s
Kepatuhan Pajak Alm, Sanchez dan De Juan (1995) melakukan eksperimen untuk menyelidiki
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kepatuhan
pajak, dengan
membandingkan eksperimen kepatuhan pajak di negara-negara yang berbeda (seperti Spanyol dan Amerika Serikat). Negara-negara yang memiliki budaya dan sejarah yang berbeda menghasilkan kepatuhan pajak yang berbeda signifikan. Perbandingan ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dan perubahan dalam kepatuhan disebabkan adanya inovasi kebijakan yang berbeda untuk negaranegara yang berbeda, dengan demikian memberikan bukti eksperimen bahwa sikap sosial kearah kepatuhan pajak merupakan suatu dampak yang penting dan terukur pada perilaku individu. Penghindaran pajak dipengaruhi oleh adanya interaksi sosial merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fortin, Lacroix dan Clarie (2003), dengan melakukan eksperimen menggunakan program komputer yang bertujuan menguji partisipan dalam melaporkan pendapatannya dengan tarif pajak tertentu
dan
6
adanya kemungkinan diperiksa dengan adanya manipulasi berupa informasi dengan lingkungan dimana partisipan dibiarkan berinteraksi dengan partisipan lainnya. Hasil penelitian yang menguji adanya pengaruh penyesuaian, pengaruh keadilan dan pengaruh penyortiran ini, menunjukkan bahwa hanya pengaruh keadilan yang diterima dan untuk pengaruh penyesuaian dan penyortiran ditolak. Penelitian tentang kepatuhan pajak telah dilakukan oleh Donna dan Richard (2003), dengan menggunakan theory of planned behavior sebagai kerangka teori untuk lebih memperluas penelitian sebelumnya yang menguji niat kepatuhan wajib pajak dengan menambahkan kewajiban moral secara eksplisit ke TPB (Ajzen, 1991). Kewajiban moral diharapkan untuk memberikan pengaruh moderasi
pada
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
kepatuhan
pajak
berdasarkan TPB. Penelitian Trivedi, Shehata dan Mestelman (2005), menguji theory
planned behaviour untuk menjelaskan kepatuhan pajak dengan menambahkan variabel etika. Penelitian ini melakukan dua cara yaitu melalui eksperimen dan dengan mengajukan kuesioner yang berupa hypotetical situation compliance. Eksperimen dan hypotetical situation compliance, merupakan upaya mendeteksi kepatuhan pajak, melalui eksperimen dilihat dari kemungkinan wajib pajak melaporkan pajaknya dengan tepat dengan dimanipulasi oleh kemungkinan diperiksa dan tidak diperiksa yang menyebabkan akan diberikan sanksi jika diperiksa sehingga akan berdampak pada berkurangnya penghasilan wajib pajak. Sedangkan melalui kuesioner wajib pajak menyatakan kepatuhannya dengan diberikan pertanyaan mengenai kepatuhan dalam beberapa hal yaitu kepatuhan dilihat dari kemungkinan diperiksa dan tidak diperiksa, kepatuhan dilihat dari respon terhadap kasus dan kepatuhan dilihat dari pelaporan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya dan pada tahun sekarang.
7
Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan pajak digunakan sebagai alat ukur dalam banyak penelitian, diantaranya seperti beberapa penelitian yang telah diuraikan diatas. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak, adalah dengan adanya pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak yang melanggar peraturan perpajakan, akan dikenakan sanksi-sanksi yang akan mengurangi jumlah pendapatan tahunan wajib pajak. Menurut Undang-undang perpajakan pasal 1 angka 24 UU No.28/2007, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan. Adapun sasaran pemeriksaan ini adalah meliputi interpretasi dari undang-undang yang tidak benar, kesalahan hitung, penggelapan penghasilan secara khusus, dan pemotongan dan pengurangan yang tidak seharusnya (Tjahyono dan Husein, 2000). Pihak yang berwenang memeriksa kepatuhan pemenuhan kewajiban pajak ini adalah Dirjen Pajak.
Hipotesis Berdasarkan penjelasan teori dan gambar satu dan dua, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1: Niat kepatuhan pajak ditentukan oleh sikap terhadap perilaku, norma subyektif, pengawasan perilaku yang diterima, dan etika. H2: Perilaku Kepatuhan pajak ditentukan oleh niat kepatuhan pajak, pengawasan perilaku yang diterima dan etika H3: Prilaku Kepatuhan pajak ditentukan oleh sikap terhadap perilaku, norma subyektif, pengendali perilaku yang diterima dan etika melalui niat
8
3. Metode Penelitian Metode dan Sampel Sampel penelitian ini adalah peserta kursus brevet pajak yang sebagian besar sudah bekerja, beberapa diantaranya bekerja sebagai pembuat laporan pajak. Peneliti beranggapan sampel sudah paham dengan sistem mekanisme pembayaran dan pelaporan pajak di Indonesia. Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menyampaikan kuesioner berupa hypotetical situation compliance kepada responden dan meminta mereka untuk menjawab kuesioner itu dengan lengkap. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan eksperimen untuk menguji kepatuhan responden seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya, karena tujuan peneliti hanya menguji kepatuhan pajak dengan menggunakan theory planned
behaviour dilihat secara kognitif saja yaitu dengan menggunakan kuesioner hypotetical situation compliance.
Ukuran Variabel Sikap Terhadap Perilaku Ukuran variabel yang digunakan untuk mengukur sikap yang mengarah kepada kepatuhan dalam pemenuhan pajak, menggunakan instrumen dari Trivedi, Shehata dan Mestelman (2005), terdiri dari 7 item berpasangan yang berhubungan dengan komponen kewajiban warga negara. Penelitian Trivedi, Shehata dan Mestelman (2005) hanya menggunakan 5 item dari 7 item tersebut berdasarkan analisis faktor yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti sudah melakukan analisis faktor untuk menentukan apakah item yang digunakan itu valid atau tidak, dan menghasilkan tiga item yang dapat digunakan untuk pengujian karena memiliki load faktor diatas 0,4, role of thumb faktor loading >0,4 item dapat digunakan (Hair et al., 1998, hal.111). Ukuran variabel sikap terhadap perilaku yang lain adalah sikap yang berhubungan dengan komponen kemajuan sistem. Ada lima item yang digunakan dalam penelitian ini dari penelitian trivedi dan kawan-kawan (2005). Berdasarkan
9
analisis faktor yang dilakukan terdapat satu item yang tidak dapat digunakan, hasil analisis faktor ini mempunyai kesamaan dengan penelitian sebelumnya. Kemudian terdapat dua item sikap yang berhubungan dengan komponen pertimbangan keuangan, yang digunakan dalam penelitian Trivedi dan kawankawan (2005) menghasilkan load factor diatas 0,4 seperti ditunjukkan pada tabel 1 di lampiran. Secara keseluruhan terdapat 9 item variabel sikap yang dapat diuji, namun kesembilan variabel ini menghasilkan cronbach alpha sangat rendah yaitu 0,220. Cronbach alpha yang rendah ini mungkin didebabkan responden tidak memahami dengan baik instrumen yang diberikan oleh peneliti.
Norma Subyektif Norma subyektif juga menggunakan item berpasangan yang terdiri dari enam item. Keenam faktor tersebut seperti pada penelitian sebelumnya semua load faktor diatas 0,4 sehingga semua item dapat digunakan untuk pengujian hipotesis dengan cronbach alpha 0,921, berarti reliabel karena lebih dari 0,6. Berikut adalah tabel load factor untuk norma subyektif. Keenam item ini berhubungan dengan pentingnya keputusan persetujuan kepatuhan pajak dari teman, pembuat laporan pajak, rekan kerja, suami atau istri, pemberi kerja dan keluarga.
Kontrol Perilaku yang Diterima Item untuk mengukur kontrol perilaku merupakan item-item yang berhubungan dengan komponen finalti dan komponen pelaporan dari pihak ketiga. Tiga item yang digunakan untuk mengukur control perilaku mempunyai cronbach alpha 0,701 dan load factor diatas 0,4 sehingga item tersebut dinyatakan valid dan reliabel untuk pengujian hipotesis.
Etika Penelitian ini menggunakan skala Mach IV dari Christie and Geis, 1970. Mach IV menggunakan 7 skala dari opini sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Berdasarkan penelitian Richmond (2001), yang menggunakan instumen ini untuk
10
mengukur kepatuhan siswa dilihat dari faktor etika. Gosh dan Crain (1996), mengindikasikan bahwa perilaku machiavelin lebih memungkinkan untuk terlibat dalam perilaku ketidakpatuhan dalam pemenuhan pajak. Dari 20 item skala Mach IV, setelah dilakukan analisis faktor ternyata hanya 7 item yang dinyatakan valid karena mempunyai load factor diatas 0,4 dengan cronbach alpha 0,115.
Niat Ukuran niat kepatuhan pajak, peneliti menggunakan instrumen Hanno dan Violette (1996) yang, menggunakan dua dimensi pengukur niat yaitu dua item instrument niat untuk patuh dan tiga instrumen niat untuk menyajikan laporan dengan benar. Dari pengujian validitas yang dilakukan untuk dimensi niat untuk patuh, kedua varabel valid dengan cronbach alpha -0,604. Untuk dimensi niat untuk menyajikan laporan dengan benar menghasilkan tiga variabel yang valid dengan cronbacah alpha 0,525.
Kepatuhan Pajak Kepatuhan pajak dalam penelitian ini menggunakan tiga dimensi ukuran yang pengujiannya dilakukan secara sendiri-sendiri terhadap ketiga dimensi itu. Load factor untuk masing-masing item dapat dilihat di tabel 1. Dari ketiga dimensi yang digunakan hanya dua dimensi yang dapat diujikan, yaitu kepatuhan dari dimensi diperiksa atau tidak diperiksa dan dimensi kepatuhan dari kasus. Kepatuhan dari dimensi diaudit atau tidak mempunyai cronbach alpha 0,830 sedangkan kepatuhan dari dimensi kasus, dari empat item pertanyaan hanya dua item yang valid dan mempunyai cronbach alpha 0,631.
11
4. Hasil Penelitian Analisa Deskriptif Data demograpi responden terdiri dari 44 responden, dengan rata-rata umur 22 tahun, berjenis kelamin laki-laki 13 dan perempuan 31. Dari 44 responden tersebut yang sudah bekerja 10 responden dengan pengalaman bekerja dibidang pajak 5 responden dengan rata-rata pendapatan dirinya sendiri atau keluarga antara 1 sampai 2 juta. Diskriptif data menunjukkan mean yang sangat variatif karena pengaruh dari model pengukuran yang berpasangan (dengan mengalikan salah satu item dengan nilai berdasarkan skala -3 sampai dengan +3, dikalikan dengan nilai dari 1 sampai 7 untuk item pasangannya).
Analisa Korelasi Korelasi antara variabel diuji dengan korelasi person, ada beberapa variabel yang menunjukkan adanya korelasi yang signifikan, diantaranya korelasi antara kontrol perilaku dengan sikap dan dengan norma subyektif signifikan pada tingkat 0,01, kontrol perilaku dengan etika signifikan pada tingkat 0,1 dengan nilai r sebesar -0,267, dan kontrol perilaku mempunyai korelasi signifikan dengan tingkat kepatuhan saat diperiksa 0,382 dengan tingkat signifikansi 0,01. Kemudian Norma subyektif berkorelasi dengan niat untuk patuh dan niat untuk menyajikan laporan dengan benar pada tingkat signifikansi 0,01. Sedangkan korelasi norma subyektif dengan kepatuhan ketika ada kemungkinan diperiksa signifikan pada tingkat 0,05. Terdapat juga hubungan signifikan antara sikap dengan kepatuhan audit pada kondisi kemungkinan diperiksa dengan tingkat signifikan 0,1 dan korelasi antara etika dengan kepatuhan audit pada kondisi kemungkinan diperiksa dengan tingkat signifikansi 0,05, serta korelasi antara niat dan tingkat kepatuhan ketika ada kemungkinan tidak diperiksa pada tingkat signifikansi 0,1 (data terlampir di tabel 1).
12
Asumsi klasik Pada kasus penelitian cross section dan model penelitian ini asumsi klasik yang harus diperhatikan adalah homoskedastisitas, multikoloniaritas dan autokorelasi. R square 0,414 atau 41,4% menunjukkan bahwa niat untuk kepatuhan dipengaruhi oleh faktor ini sebanyak 41,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan R square untuk niat untuk menyajikan laporan dengan benar 0,279 atau 27,9%. Nilai R square yang rendah menunjukkan penyebaran data yang tinggi, sehingga kemungkinan adanya homokedastisitas kecil. Mulitikoliniaritas dapat dilihat dari Vif yang menunjukkan nilai rata-rata lebih dari 1 dan kurang dari 10, pada penelitian ini nilai Vif menunjukkan batasan nilai tersebut, yang berarti pada model ini tidak terdapat multikoloniaritas. Nilai yang digunakan untuk menguji adanya autokorelasi adalah dengan melihat durbin Watson, untuk nilai Durbin Watson dibawah 5, menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Untuk kasus niat kepatuhan dilihat dari keinginan untuk patuh Durbin Watson 2,316 dan niat kepatuhan dilihat dari keinginan untuk melaporkan pendapatan dengan benar Durbin Watson 1,963, sehingga berarti tidak terdapat autokorelasi. Demikian pula dengan model kepatuhan dari dimensi kasus dan hubungan tiga faktor yang secara langsung mempengaruhi kepatuhan tersebut, yaitu niat untuk patuh, kontrol perilaku dan etika mempunyai R square yang sangat rendah yaitu 2%, dan kepatuhan dilihat dari kasus dengan tiga faktor yang secara langsung mempengaruhi kepatuhan tersebut berupa niat untuk melaporkan pendapatan dengan benar, kontrol perilaku dan etika, mempunyai R square 13%. Serta tidak terdapat multikoliniaritas antar variabel untuk kedua model niat tersebut karena nilai Vifnya berada antara 1 dan 10. Demikian pula dengan autokorelasi yang ditunjukkan oleh nilai Durbin Watson di bawah 5. Sedangkan untuk model kepatuhan ketika ada kemungkinan diperiksa dan ada kemungkinan tidak diperiksa, juga diketahui bahwa model tersebut tidak mempunyai penyakit homokedastisitas, multikoliniaritas dan autokorelasi dilihat
13
dari tiga aturan tersebut, yaitu R square yang rendah, nilai Vif antara 1 sampai dengan 10, dan nilai Durbin watson di bawah 5.
Analisa Regresi Regresi harus dilakukan beberapa kali dalam penelitian ini karena model yang rumit dan terdapatnya dua dimensi pengukur untuk niat dan tiga dimensi pengukur untuk kepatuhan. Dimensi pengukur yang banyak ini menunjukkan bahwa penelitian ini bersifat eksplorasi untuk ukuran yang tepat dalam melihat niat dan kepatuhan.
Dimensi ukuran tersebut adalah: 1. Dua dimensi ukuran niat yaitu niat untuk patuh dan niat untuk melaporkan pendapatan dengan benar. 2. Tiga dimensi ukuran kepatuhan yaitu kepatuhan dilihat dari respon terhadap kasus, kepatuhan dilihat dari ketika ada kemungkinan diperiksa, dan kepatuhan dilihat dari ketika ada kemungkinan tidak diperiksa.
Regresi yang pertama dilakukan adalah untuk menguji hubungan antara empat faktor yang mempengaruhi niat yaitu sikap, norma subyektif, kontrol perilaku, dan etika secara bersama-sama. Dari regresi dengan dimensi niat untuk patuh, dihasilkan nilai F=6,893 dengan nilai p value 0,000, berarti berada dibawah tingkat keyakikan 0,01 sehingga model ini dapat digunakan untuk memprediksi. Nilai t untuk masing-masing variabel prediktor
hanya dua variabel yang
signifikan yaitu norma subyektif yang signifikan pada tingkat keyakinan 0,01 dan kontrol perilaku signifikan pada tingkat keyakinan 0,05. Sedangkan regresi untuk niat melaporkan pendapatan dengan benar mempunyai nilai F=3,772 dengan tingkat signifikansi 0,011, sehingga signifikan pada tingkat keyakinan 0,05, berarti model ini juga bisa digunakan, tapi hanya variabel norma subyektif yang signifikan pada tingkat keyakinan 0,01. Dari pengujian ini terlihat bahwa hanya norma subyektif dan kontrol perilaku yang berpengaruh terhadap niat untuk patuh
14
(mendukung hipotesis 1) dan hanya norma subyektif yang berpengaruh terhadap niat untuk melaporkan pendapatan dengan benar (mendukung hipotesis 1). Regresi berikutnya dilakukan untuk menguji hubungan niat yang mewakili sikap dan norma subyektif, dan hubungan langsung kontrol perilaku, dan etika terhadap kepatuhan.
Regresi niat untuk patuh, kontrol perilaku, dan etika
terhadap kepatuhan dari dimensi merespon kasus menghasilkan F=0,033 dengan tingkat signifikansi 0,992. Sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa model ini tidak dapat dipergunakan. Demikian pula hasil regresi untuk niat melaporkan pendapatan dengan benar, kontrol perilaku, dan etika terhadap kepatuhan dari dimensi merespon kasus, juga diperoleh F yang tidak signifikan sehingga model ini juga tidak dapat digunakan untuk memprediksi. Kemudian regresi berikutnya untuk menguji hubungan niat yang mewakili sikap dan norma subyektif, dan hubungan langsung kontrol perilaku, dan etika terhadap kepatuhan pada dimensi kemungkinan diperiksa. Jika dimensi niat adalah niat untuk patuh, maka diperoleh F=3,366 dengan tingkat signifikansi 0,028, berarti modelnya dapat digunakan namun hanya variabel kontrol perilaku yang mempunyai hubungan signifikan, sedangkan variabel niat dan etika tidak berhubungan signifikan. Sedangkan jika dimensi niatnya adalah keinginan untuk melaporkan dengan benar, diperoleh F=3,609 dengan tingkat signifikansi 0,021, berarti model dapat digunakan, dan hasilnya hampir sama dengan pengujian niat untuk patuh yaitu hanya control perilaku yang berhubungan signifikan pada tingkat keyakinan 0,05. Regresi yang terakhir adalah dengan menguji dimensi kepatuhan dari kemungkinan tidak diperiksa. Untuk model ini tidak satupun dihasilkan F yang signifikan sehingga model ini tidak dapat digunakan untuk menguji kepatuhan. Dari tiga dimensi kepatuhan ini hanya kepatuhan dengan dimensi kemungkinan diperiksa yang dapat digunakan sebagai model, dan hasilnya hanya kontrol perilaku yang menunjukkan adanya hubungan langsung terhadap kepatuhan. Sehingga hanya variabel kontrol perilaku yang diterima yang mendukung hipotesis 2 menunjukkan adanya hubungan langsung control perilaku terhadap
15
kepatuhan,
hal
ini
dimungkinkan
karena
pengalaman
mendapat
denda
menyebabkan wajib pajak berusaha untuk patuh dalam membayar pajaknya. Untuk menguji apakah hubungan tidak langsung dari keempat faktor (sikap, norma subyektif, control perilaku, dan etika) berpengaruh terhadap kepatuhan melalui niat, maka dilakukan pengujian path analysis. Pengujian ini dilakukan dengan mengalikan koefisien yang dihasilkan dari regresi pada tahap satu dengan regresi pada tahap dua pada model yang menghasilkan nilai F signifikan atau untuk model yang diterima. Dari pengujian ini tidak terdapat hasil yang
menunjukkan variabel-varaibel yang mempunyai hubungan dengan
kepatuhan melalui niat, ditunjukkan dengan selisih nilai korelasi antara faktor dengan kepatuhan dengan koefisien hubungan langsung dan hubungan tidak langsung mempunyai nilai lebih besar dari 0,05 (Bartol, 1983).
5. Simpulan dan Saran Penelitian ini bertujuan menguji apakah theory planned behaviour mampu menjelaskan perilaku kepatuhan pajak, serta apakah adanya tambahan variabel etika juga mempengaruhi niat kepatuhan pajak dan perilaku kepatuhan pajak baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel norma subyektif dan pengawasan prilaku yang diterima yang terbukti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dari dimensi niat untuk patuh. Sedangkan dari dimensi niat untuk melaporkan pendapatan dengan benar hanya variabel norma subyektif yang terbukti mendukung hipotesis 1. Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berupa niat kepatuhan pajak, pengawasan prilaku yang diterima dan etika (hipotesis 2) hanya variabel kontrol perilaku yang dapat membuktikan model prediksi untuk kepatuhan pada saat terdapat kemungkinan diperiksa. Pengujian analisis path untuk menguji hubungan tidak langsung melalui niat terhadap kepatuhan ketika ada kemungkinan diperiksa, tidak membuktikan adanya hubungan faktor sikap, norma subyektif, kontrol perilaku, dan etika berpengaruh terhadap kepatuhan melalui variabel niat.
16
Beberapa faktor yang membatasi penelitian ini adalah: 1.
Masih terbatasnya kemampuan responden terhadap pengetahuan perpajakan.
2.
Instrumen yang berhubungan dengan kepatuhan tidak sesuai dengan jenis responden yang ada, merupakan masukan yang sangat penting buat penelitian berikutnya supaya menyiapkan responden sebaik mungkin dan sesuai dengan kondisi perpajakan di negara kita.
3.
Instrumen yang berhubungan dengan etika merupakan instrumen etika secara umum, akan lebih baik jika menggunakan instrumen etika yang sesuai dengan perpajakan (dibidang perpajakan).
4.
Penelitian ini tidak menguji faktor ekonomi yang mempengaruhi kepatuhan perpajakan, mendorong supaya penelitian berkutnya memperhatikan faktor ini karena faktor ini kemungkinan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepatuhan.
5.
Model penelitian yang terlalu rumit, mungkin akan lebih baik jika penelitian berikutnya mengujinya dengan menggunakan pendekatan SEM.
17
DAFTAR PUSTAKA Alm, James, Sanchez, Isabel, dan De Juan, Ana, “Economic and Noneconomic Factor in Tax Compliance”, Kyklos, (1995), vol. 48, issue 1, hal 3-18. Bartol, K. M., “Turnover among DP Personnel: A Causal Analysis”. Communications of the ACM, 26, 1983 Bobek, Donna D. dan Hatfield, Richard C, “An investigation of the Theory of Planned Behavior and the role of moral obligation in tax compliance” Behavioral Research in Accounting (Januari 2003), vol.15, hal 13-38. Chompoux, Joseph E., Organizational Behavior, Essential Tenets. ed 2. Thomson, 2003. Fortin, Bernard, Lacroix, Guy dan Clarie, Marie Villeval, “Tax Evasion and Social Interactions” CIRANO Desember 2004 Ghosh, D. and T.L. Crain.”Experimental Investigation of Ethical Standards and Perceived Probability on Intentional Noncompliance”, Behavioral Research in Accounting 8 (1996), hal 219-242. Hair, Josep F et al. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition, New Jersey: Prentice Hall, Inc. 1998 Icek Ajzen, “The Theory of Planned Behavior”, dalam Organizational Behavior and Human Decision Processes 50., Academic Press Inc., 1991, hal. 179211. Jackson, Betty R dan Milliron, Valerie C, “Tax Compliance Research: Findings, Problems, and Prospects” Journal of Accounting Literature vol.5 (1986), hal. 125-161. Kohlberg, L. “Stage and sequence: The Cognitive-developmental Approach to Socialization” In D. Goslin (Ed.), Handbook of Socialization Theory and Research. Chicago: Rand-McNally, 1969. Richmond, Kelly Ann, “Ethical Reasoning, Machiavellian Behavior, and Gender: The Impact on Accounting Students’ Ethical Decision Making”, unpublished dissertation Virgini Politechnic Institute & State University, 2001 Tjahyono, Achmad dan Husein, Muhammad Fakhri. Perpajakan. Edisi kedua, UPP AMP YKPN, 2000.
18
Trivedi, Shehata dan Mestelman, “Attitudes, Incentives, and Tax Compliance” (2005) working paper 1-29 (Department of Economics McMaster University) Williams, B John Jr, “Ethical responsibilities to ensure compliance with tax laws and fairness in tax administration”, Taxes (Maret 2003). “Samakan Sikap, Langkah, Pandangan, dan Bahasa dalam Melayani Wajib Pajak”, Berita Pajak No.1491/Tahun XXXV/15 Mei 2003, hal 15-16 “Kepatuhan WP Meningkatkan Penerimaan Pajak”, Berita Pajak No.1535/Tahun XXXVII/15 Maret 2005, hal 15-17 “Kemauan Baik WP Jadi Harapan”, Berita Pajak No.1535/Tahun XXXVII/15 Maret 2005, hal 22-23 “Penerimaan Pajak Tahun 2000 Sampai 2005 Mencapat Rp1.100 Triliun”, Berita Pajak No.1532/Tahun XXXVII/1 Februari 2005, hal 8-9 Undang-undang Perpajakan, tahun 2000
19
Lampiran Tabel 1. Statistik Diskriptif Statistics
TA
TN
TPA
TMach
TIN
TINC
TCCas e
TCAudit
TCNonAudi t
TCth2pre v
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Mean
33,11
44,14
(4,11)
65,05
3,75
1,98
2,48
0,79
0,77
0,20
0,27
Std. Error of Mean
5,64
6,64
2,85
1,46
0,55
0,36
0,82
0,06
0,06
0,06
0,07
Median
29,50
34,50
-
66,00
4,00
2,00
4,00
1,00
1,00
-
-
Mode
23,00
108,00
(42,00)
71,00
2,00
2,00
4,00
1,00
1,00
-
-
Std. Deviation
37,39
44,05
18,91
9,68
3,65
2,40
5,45
0,38
0,37
0,41
0,45
Variance
1.398,29
1.940,49
357,54
93,63
13,31
5,74
29,65
0,14
0,14
0,17
0,20
Skewness Std. Error of Skewness
0,48
(0,20)
(0,47)
0,19
(0,75)
(0,59)
(0,73)
(1,47)
(1,24)
1,52
1,06
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
Kurtosis
0,05
(0,16)
0,57
(0,10)
0,82
0,20
(0,21)
0,42
(0,08)
0,31
(0,93)
Std. Error of Kurtosis
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
Minimum
(31)
(65)
(42)
45
(7)
(4)
(10)
-
-
-
-
Maximum
132
114
42
87
9
6
12
1
1
1
1
Sum
1.457
1.942
(181)
2.862
165
87
109
35
34
9
12
N
Valid Missin g
TCthlal u 44 -
20
Tabel 2. Analisis Path Koefisien Path Variabel Independen
Variabel Dependen
TA TN TP Tmach TIN TA TN TP Tmach TINC
TIN TIN TIN TIN TCAudit TINC TINC TINC TINC TCAudit
Koefisien Path
nilai t
p value
0,002 0,056 0,056 0,052 0,011 0,016 0,028 -0,003 0,013 0,010
0,092 4,958 2,574 0,524 0,665 1,079 3,410 -0,200 0,178 0,395
0,927 0,000 0,014 0,603 0,510 0,287 0,002 0,842 0,859 0,695
Analysis Path Dimensi TIN Path 1 0,002 x Path 2 0,056 x Path 3 0,056 x Path 4 0,052 x Dimensi TINC Path 1 0,016 x Path 2 0,028 x Path 3 -0,003 x Path 4 0,013 x
0,011 0,011 0,011 0,011
= = = =
0,00002 0,00062 0,00062 0,00057
0,010 0,010 0,010 0,010
= 0,00016 = 0,00028 = -0,00003 = 0,00013
Komposisi path dan korelasi Hubungan Dimensi TIN TA/TCAudit TN/TCAudit TP/TCAudit Tmach/TCAudit Dimensi TINC TA/TCAudit TN/TCAudit TP/TCAudit Tmach/TCAudit
Pengaruh tidak Langsung
Pengaruh Spurious (palsu)
Korelasi
Pengaruh langsung
0,269 -0,353 0,382 -0,315
0,001 -0,002 0,003 -0,016
0,00002 0,00062 0,00062 0,00057
0,267978 -0,351616 0,378384 -0,299572
0,269 -0,353 0,382 -0,315
0,001 -0,002 0,003 -0,016
0,00016 0,00028 -0,00003 0,00013
0,26784 -0,35128 0,37903 -0,29913
21