APLIKASI STEEL SLAG, DOLOMIT, SILICA GEL DAN PUPUK MIKRO PADA TANAMAN PADI DI TANAH GAMBUT
FIQOLBI NURO POHAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aplikasi Steel Slag, Dolomit, Silica Gel dan Pupuk Mikro pada Tanaman Padi di Tanah Gambut adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor,
Desember 2012
Fiqolbi Nuro Pohan NRP A151100031
3
ABSTRACT FIQOLBI NURO POHAN. Application of Steel Slag, Dolomite, Silica Gel, and Micro Fertilizer in Rice Plant on Peat Soil. Under direction of KOMARUDDIN IDRIS, SUWARNO and ATANG SUTANDI Steel slag as a by-product formed in the process of steel manufacturing consists of iron-making slag or blast furnace slag (BFS) and steel-making slag or electric furnace slag (EFS) had been used as Si fertilizer and liming materials. Steel slag containing silicate, micro elements, and bases can be used to improve chemical properties of peat soil that are poor in nutrients. Steel slag contains a lot of silicate needed by especially Si accumulator plants such as paddy rice plant. This research aimed to compare paddy rice plant’s response of IR64 and Air Tenggulang to EF slag, BF slag, dolomite, silica gel and micro fertilizer application for improving chemical properties of peat soil, to know the reason of paddy rice plant’s response on peat soil to steel slag application and to evaluate steel slag effect in content of hazardous heavy metal in brown rice. This research consisted of an incubation and a greenhouse experiments. Both of them were single factor experiment arranged in a completely randomized design. The treatments were both EFS and BFS (0%, 2%, 4%, 6%, 8% w/w of the soil), both dolomite and silica gel equivalent EFS dosage and also micro nutrients with three replications. The results showed that application of EFS on peat soil significantly improved the availability of Fe and Mn, BFS on peat soil significantly improved the availability of Si and Mg and dolomite on peat soil significantly improved soil pH and availability of Ca. Paddy rice grown on peat soil highly responded to steel slag application. Plant height, number of tillers, weight of spikilets, SiO2 of straw were significantly raised with EFS application and content of hazardous heavy metal in brown rice still within limit of food maximum pollution, but Pb and Hg were not detected. In general, the highest rice yield was achieved at dosage of EFS 8%. In conclusion, paddy rice grown responded to steel slag application was associated in increasing soil pH, the availability of Ca, Mg, Fe, Mn and Si on peat soil. Generally, Paddy rice grown on peat soil highly responded to EFS application better than the others. It meaned that not only silicate as the main factor in improving peat soil chemistry and rice yield, but also increasing soil pH, availability of Ca, Mg and micro nutrients. Keywords: peat soil, rice plant, soil ameliorant, steel slag
4
RINGKASAN FIQOLBI NURO POHAN. Aplikasi Steel Slag, Dolomit, Silica Gel dan Pupuk Mikro pada Tanaman Padi di Tanah Gambut. Dibimbing oleh KOMARUDDIN IDRIS, SUWARNO dan ATANG SUTANDI Produk sampingan industri pengolahan logam sangat banyak ditemukan saat ini, beberapa di antaranya dapat dijadikan sebagai alternatif amelioran tanah. Produk sampingan seperti steel slag terdiri atas iron-making slag atau blast furnace slag (BFS) dan steel-making slag (converter furnace slag dan electric furnace slag). Steel slag di Indonesia masih dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut PP No 18 dan No 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, sehingga belum digunakan dalam bidang pertanian. Untuk merevisi peraturan tersebut perlu dilakukan penelitian mencakup evaluasi kadar logam berat beracun dalam beras yang diberi perlakuan steel slag, sehingga dapat diketahui beras masih layak konsumsi atau tidak. Pengaruh steel slag Indonesia pada tanaman padi sawah yang ditanam di tanah gambut secara nyata lebih baik dibandingkan dengan yang ditanam di tanah mineral. Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 18.3 juta ha, tetapi hanya 6 juta ha yang layak untuk pertanian. Pengoptimalan lahan gambut diperlukan untuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah. Aplikasi steel slag merupakan salah satu upaya pengoptimalan lahan gambut dengan adanya peningkatan pH tanah, Si, unsur hara makro maupun mikro, sehingga terjadi peningkatan produksi padi di lahan gambut. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan untuk membandingkan respons padi varietas IR 64 dan Air Tenggulang terhadap penggunaan EF slag, BF slag, dolomit, silica gel dan pupuk mikro dalam memperbaiki sifat kimia tanah gambut, mengetahui penyebab terjadinya respon tanaman padi di tanah gambut terhadap aplikasi steel slag dan mengevaluasi pengaruh steel slag terhadap kandungan logam berat dalam beras. Penelitian ini terdiri atas percobaan inkubasi dan rumah kaca yang merupakan percobaan faktor tunggal terdiri atas 18 perlakuan dan 3 ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pada bahan tanah gambut dengan kedalaman 0-20 cm dan tanaman padi varietas IR 64 dan Air Tenggulang. Perlakuan terdiri atas EFS (DN=66.1%; % SiO2 = 12.7%), BFS, dolomit, silica gel dan pupuk mikro. Dosis EFS dan BFS yaitu 0, 2, 4, 6, 8 % dari bobot kering mutlak tanah. Dosis dolomit dan silica gel setara EFS 0, 2, 4, 6, 8 %. Penentuan dosis dolomit berdasarkan penyetaraan % daya netralisasi (DN) EFS terhadap % DN dolomit untuk setiap taraf dosis EFS, sedangkan dosis silica gel berdasarkan penyetaraan % SiO2 EFS terhadap % SiO2 silica gel untuk setiap taraf dosis EFS. Pupuk mikro dosis setara 10 kg/ha. Data pengamatan dianalisis secara statistika dengan menggunakan ANOVA, perlakuan yang nyata akan diuji lanjut dengan menggunakan uji DMRT α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi EFS di tanah gambut setelah inkubasi satu bulan lebih baik dalam meningkatkan Fe dan Mn tersedia tanah gambut serta meningkatkan tinggi, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, produksi, kadar SiO2 dalam jerami padi IR 64 maupun padi Air Tenggulang daripada BFS, dolomit, silica gel serta pupuk mikro. Electric furnace
5
slag lebih baik dalam perbaikan sifat kimia tanah gambut serta pertumbuhan dan produksi padi, berkaitan dengan selain berperan dalam meningkatkan Si tersedia juga dapat meningkatkan pH tanah, memberikan sumbangan Ca dan Mg serta unsur mikro sehingga tercipta kondisi kesetimbangan unsur hara dalam tanah. Kadar Pb dan Hg dalam beras setelah aplikasi steel slag tidak terdeteksi dan kadar Cd masih di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan sehingga beras aman dikonsumsi. Kata kunci: amelioran tanah, padi, steel slag, tanah gambut
6 © Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Copyright © 2012 Bogor Agricultural University Copyright are protected by law
1. It is prohibited to cite all or part of this thesis without referring to and mentioning the source a. Citation only permitted for the sake of education, research, scientific writing or reviewing scientific problem b. Citation doesn’t inflict the name and honor of Bogor Agricultural University 2. It is prohibited to republish and reproduce all or part of this thesis without the written permission from Bogor Agricultural University
7
APLIKASI STEEL SLAG, DOLOMIT, SILICA GEL DAN PUPUK MIKRO PADA TANAMAN PADI DI TANAH GAMBUT
FIQOLBI NURO POHAN
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Tanah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
8
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc.
9
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aplikasi Steel Slag, Dolomit, Silica Gel dan Pupuk Mikro pada Tanaman Padi di Tanah Gambut”. Produk sampingan industri pengolahan logam dapat dijadikan sebagai alternatif amelioran tanah. Steel slag mengandung kalsium silikat yaitu hasil sampingan yang terbentuk dalam proses pembuatan baja. Steel slag terdiri atas iron-making slag atau blast furnace slag dan steel-making slag (converter furnace slag dan electric furnace slag). Jenis steel slag yang biasa digunakan sebagai pupuk Si dalam budidaya padi sawah di Jepang, Korea, Cina dan Taiwan adalah blast furnace slag. Steel slag dapat dimanfaatkan sebagai amelioran tanah di tanah gambut yang memiliki pH masam, miskin unsur hara makro (Ca dan Mg), mikro (Cu dan Zn), Si dan mengandung asam-asam organik yang bersifat racun bagi tanaman. Steel slag mengandung Si yang dibutuhkan tanaman akumulator Si seperti padi, namun mengandung logam berat yang tidak berbahaya jika masih di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Suwarno, M.Sc., dan Ir. Atang Sutandi, M.Si., Ph.D., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, masukan dan saran dalam berbagai kesempatan diskusi yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.
Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc., selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas kesediaannya, masukan dan saran.
3.
Ir. Atang Sutandi, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Ilmu Tanah atas segala bantuan, arahan dan saran.
4.
Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Tanah atas ilmu yang diberikan selama menempuh studi di SPs-IPB.
5.
Projek kerja sama Institut Pertanian Bogor dengan Research Institute of Industrial Science and Technology Korea yang telah mendanai penelitian ini.
6.
Kedua orang tua tercinta yang saya banggakan, abang, kakak dan adik tersayang atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya.
10
8.
Rekan satu tim penelitian (Alfarizi, Ehsa, Hasti, Sri) dan rekan-rekan Pascasarjana Program Studi Ilmu tanah angkatan 2010 (Indri, Desi, Mba Lina, Mas ari), 2009, 2008, 2011 atas bantuan dan kebersamaan selama ini.
9.
Para staf tata usaha dan laboran di lingkungan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan atas segala bantuannya.
10. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk semua kerjasama dan bantuan yang diberikan. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lainnya yang berkaitan dengan aplikasi steel slag terhadap tanaman padi di lahan gambut. Bogor,
Desember 2012
Fiqolbi Nuro Pohan
11
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tangal 24 Agustus 1987 dari Ayah Drs. H. Aminullah Pohan dan ibu Hj. Nurhalimah Pasaribu. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Tahun 2005 penulis diterima di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2009. Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar Ilmu Tanah pada tahun ajaran 2006/2007, mata kuliah Kimia Tanah pada tahun ajaran 2007/2008, mata kuliah Analisis Tanah dan Tanaman serta mata kuliah Perancangan Percobaan pada tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun 2008 dan 2009 penulis menerima beasiswa dari Bank Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) USU pada tahun 2006-2009. Penulis pernah bekerja sebagai staf Research and Development di salah satu perusahaan swasta bergerak di bidang pupuk kimia selama sepuluh bulan. Kemudian, penulis resign dan melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana IPB pada tahun 2010 pada Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
12
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2 1.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 3 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Steel Slag (Terak Baja) sebagai Pupuk Si ............................................. 4 2.2 Manfaat Silika (Si) bagi Tanaman Padi ................................................ 5 2.3 Permasalahan dan Potensi Lahan Gambut ............................................ 6 2.3.1 Pembentukan dan Penyebaran Gambut .......................................... 6 2.3.2 Sifat Kimia Tanah Gambut ............................................................. 6 2.4 Aplikasi Amelioran pada Gambut ....................................................... 9 2.4.1 Terak Baja (Steel Slag) sebagai Amelioran di Tanah Gambut ....... 9 2.4.2 Dolomit sebagai Bahan Pengapuran ............................................... 10 2.4.3 Karakteristik Silica gel .................................................................... 11 2.5 Pemupukan dengan Pupuk Mikro ......................................................... 11 2.6 Karakteristik dan Permasalahan Logam Berat ...................................... 12 2.7 Karakteristik Tanaman Padi .................................................................. 13 III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 15 3.2 Bahan dan Alat ..................................................................................... 15 3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 16 3.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 16 3.5 Peubah yang Diamati ........................................................................... 19 3.6 Analisis Data ........................................................................................ 19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Inkubasi .............................................................................. 20 4.1.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Kimia Tanah Gambut selama Inkubasi .............................................................................. 20 4.1.1.1 Dinamika pH tanah ................................................................ 20 4.1.1.2 Perubahan pH, P-tersedia, N-total, dan SiO2-tersedia Tanah .......................................................................... 22 4.1.1.3 Perubahan Ca, Mg, Na, dan K dapat Ditukar Tanah.............. 26 4.1.1.4 Perubahan Fe, Mn, Cu dan Zn-tersedia Tanah....................... 28 xii
13
4.1.1.5 Kadar Pb, Hg, Cd dan Cr-tersedia Tanah .............................. 31 4.2 Percobaan Rumah Kaca ...................................................................... 34 4.2.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi ... 34 4.2.1.1 Tinggi Tanaman ................................................................. 35 4.2.1.2 Jumlah Anakan................................................................... 37 4.2.1.3 Produksi Tanaman Padi ..................................................... 39 4.2.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar SiO2 dalam Jerami dan Logam Berat dalam Beras .................................................. 42 4.2.2.1 Kadar SiO2 dalam Jerami ................................................... 42 4.2.2.2 Kadar Logam Berat dalam Beras ....................................... 44 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 46 5.2 Saran .................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47
xiii
14
DAFTAR TABEL Halaman 1 Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan ............................ 13 2 Taraf Perlakuan pada Percobaan Inkubasi dan Percobaan Rumah Kaca ..... 17 3 Nilai pH, P-tersedia, dan SiO2-tersedia Tanah pada Perbandingan Taraf Perlakuan………………………………………….....................23 4 Nilai Ca dan Mg dapat Ditukar Tanah pada Perbandingan Taraf Perlakuan…………………………………………………………......27 5 Nilai Fe, Mn, Cu, dan Zn-tersedia Tanah pada Perbandingan Taraf Perlakuan…………………………………................................29 6 Kadar Pb dan Cr-tersedia Tanah pada Perbandingan Taraf perlakuan.......31 7 Kadar Pb, Hg, dan Cd total yang Terkandung dalam Beras……................45
xiv
15
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Nilai pH Tanah Gambut Beberapa Taraf Perlakuan selama Inkubasi ......... 21 2 Perbandingan pH Tanah Gambut setelah Aplikasi Perlakuan Taraf 6% dan 8% .............................................................................................. 22 3 Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Taraf Perlakuan ................................ 36 4 Jumlah Anakan Maksimum dan Anakan Produktif Padi pada berbagai Taraf Perlakuan ................................................................................. 38 5 Produksi Padi pada Berbagai Taraf Perlakuan............................................. 40 6 Kadar SiO2 dalam Jerami Padi pada Berbagai Taraf Perlakuan .................. 43
xv
16
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Rangkaian Percobaan Inkubasi ................................................................... 52 2 Rangkaian Percobaan Rumah Kaca ............................................................ 52 3 Analisis Awal Sifat Kimia Tanah Gambut ................................................. 53 4 Analisis Sifat Kimia BF Slag Korea dan EF Slag Indonesia ...................... 53 5 Deskripsi Padi ............................................................................................. 54 6 Ambang Batas Kritis Logam Berat dalam Tanah ....................................... 55 7 Nilai pH Tanah setelah Aplikasi Perlakuan selama Inkubasi ..................... 56 8 Pengaruh Perlakuan terhadap pH Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ....... 57 9 Analisis Ragam pH tanah setelah Inkubasi Satu Bulan .............................. 57 10 Pengaruh Perlakuan terhadap P-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan…………………………………………………………58 11 Analisis Ragam P-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan .................. 58 12 Pengaruh Perlakuan terhadap N-total tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ... 59 13 Analisis Ragam N-total Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ....................... 59 14 Pengaruh Perlakuan terhadap Si-tersedia Tanah setelah inkubasi Inkubasi Satu Bulan ....................................................................................... 60 15 Analisis Ragam Si-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ................. 60 16 Pengaruh Perlakuan terhadap Ca-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan .... 61 17 Analisis Ragam Ca-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ........................ 61 18 Pengaruh Perlakuan terhadap Mg-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ... 62 19 Analisis Ragam Mg-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ....................... 62 20 Pengaruh Perlakuan terhadap Na-dd tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ..... 63
xvi
17
21 Analisis Ragam Na-dd tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ......................... 63 22 Pengaruh Perlakuan terhadap K-dd tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ....... 64 23 Analisis Ragam K-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan .......................... 64 24 Pengaruh Perlakuan terhadap Fe-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 65 25 Analisis Ragam Fe-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ................ 65 26 Pengaruh Perlakuan terhadap Mn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 66 27 Analisis Ragam Mn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ............... 66 28 Pengaruh Perlakuan terhadap Cu-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 67 29 Analisis Ragam Cu-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ................. 67 30 Pengaruh Perlakuan terhadap Zn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 68 31 Analisis Ragam Zn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ................. 68 32 Pengaruh Perlakuan terhadap Pb-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 69 33 Analisis Ragam Pb-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ................. 69 34 Pengaruh Perlakuan terhadap Hg-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 70 35 Analisis Ragam Hg-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ................ 70 36 Pengaruh Perlakuan terhadap Cd-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 71 37 Analisis Ragam Cd-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ................. 71 38 Pengaruh Perlakuan terhadap Cr-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan................................................................................................ 72 39 Analisis Ragam Cr-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan ............... 72 40 Tinggi Tanaman Padi IR 64 selama Masa Vegetatif..................................73
xvii
18
41 Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi IR 64 pada 11 MST ...................... 75 42 Tinggi Tanaman Padi Air Tenggulang selama Masa Vegetatif ................. 76 43 Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Air Tenggulang pada 11 MST ..... 78 44 Jumlah anakan padi IR 64 selama Masa Vegetatif.................................... 79 45 Analisis Ragam Jumlah Anakan Padi IR 64 pada 11 MST ....................... 80 46 Jumlah Anakan padi Air Tenggulang selama Masa Vegetatif................... 81 47 Analisis Ragam Jumlah Anakan Padi Air Tenggulang pada 11 MST ....... 82 48 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Maksimum Padi IR 6483 49 Analisis Ragam Jumlah Anakan Maksimum Padi IR 64 ........................... 83 50 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Maksimum Air Tenggulang .................................................................................... 84 51 Analisis Ragam Jumlah Anakan Maksimum Air Tenggulang .................. 84 52 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif Padi IR 64 ......... 85 53 Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Padi IR 64 .............................. 85 54 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif Air Tenggulang . 86 55 Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Air Tenggulang...................... 86 56 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Padi IR 64 ................................... 87 57 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Padi Air Tenggulang ................... 88 58 Analisis Ragam BGKG Padi IR 64 ............................................................ 89 59 Analisis Ragam BKGB Padi IR 64 ............................................................ 89 60 Analisis Ragam BGKG padi Air Tenggulang ........................................... 90 61 Analisis Ragam BKGB Padi Air Tenggulang ........................................... 90 62 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar SiO2 dalam Jerami Padi IR 64 dan Air Tenggulang ............................................................. 91 63 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Pb, Hg, dan Cd Total dalam Beras Padi IR 64 ...................................................................................... 92 xviii
19
64 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Pb, Hg, dan Cd Total dalam Beras Padi Air Tenggulang ...................................................................... 93 65 Keadaan Tanaman Umur 17 MST padi pada Perbandingan Perlakuan EFS-BFS ........................................................................................ 94 66 Keadaan Tanaman Umur 17 MST Padi pada Perbandingan Perlakuan EFS - Dolomit setara EFS .............................................................. 95
xix
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Produk sampingan industri pengolahan logam sangat banyak ditemukan saat ini, beberapa di antaranya dapat dijadikan sebagai alternatif amelioran tanah. Produk sampingan seperti steel slag terdiri atas iron-making slag atau blast furnace slag (BFS) dan steel-making slag (converter furnace slag dan electric furnace slag). Steel slag yang biasa digunakan sebagai pupuk Si dalam budidaya padi sawah adalah BFS di Jepang, Korea, Taiwan, dan Cina. Steel slag yang diproduksi di Indonesia sebanyak 540.000 ton/tahun yaitu jenis electric furnace slag (EFS) berasal dari tanur listrik. Steel slag ini memiliki kandungan Si, Ca, Mg, Fe dan relatif tinggi hara mikro, namun belum digunakan dalam bidang pertanian (Suwarno dan Goto 1997a). Blast furnace slag (BFS) yang berasal dari tanur tinggi juga belum pernah diaplikasikan di Indonesia. Steel slag di Indonesia masih dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut PP No 18 dan No 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3. Limbah B3 yaitu limbah usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasi dan jumlahnya, secara langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup, membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk merevisi peraturan tersebut perlu dilakukan penelitian mencakup evaluasi kadar logam berat beracun dalam beras yang diberi perlakuan steel slag, sehingga dapat diketahui beras masih layak konsumsi atau tidak. Pengaruh steel slag Indonesia pada tanaman padi sawah yang ditanam di tanah gambut secara nyata lebih baik dibandingkan dengan yang ditanam di tanah mineral. Percobaan pot dengan tanah gambut asal Dendang, Jambi menunjukkan bahwa aplikasi steel slag berpengaruh sangat nyata meningkatkan ketersediaan Si, pH, Ca dan Mg dapat ditukar tanah, mengurangi kandungan bahan organik, Fe, Mn, Zn tersedia tanah dan meningkatkan pertumbuhan serta produksi padi (Suwarno 2002). Penelitian lanjutan berupa percobaan lapangan oleh Hidayatuloh
2
(2006) di Sanggau, Kalimantan Barat menunjukkan bahwa pemberian steel slag berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH, K, Ca dan Mg dapat ditukar, Si, Fe, Mn, Cu tersedia tanah, tinggi tanaman, bobot kering gabah total, bobot kering gabah bernas serta menurunkan persentase gabah hampa. Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 18.3 juta ha. Namun, hanya 6 juta ha yang layak untuk pertanian (BB Litbang SDLP 2008). Pengoptimalan lahan gambut diperlukan untuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah, yaitu mencukupi kebutuhan beras yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Permasalahan yang terdapat di tanah gambut seperti pH tanah masam, kadar silika (Si) yang rendah, miskin unsur hara sehingga kesuburan tanah rendah serta kahat unsur hara mikro yang menyebabkan gejala defisiensi Cu, Zn dan Mo pada tanaman (Rachim 1995). Aplikasi steel slag merupakan salah satu upaya pengoptimalan lahan gambut dengan adanya peningkatan pH tanah, Si, unsur hara makro maupun mikro, sehingga terjadi peningkatan produksi padi di lahan gambut. Berdasarkan pada paparan di atas dilaksanakan penelitian lanjutan yang membandingkan efek dari pemberian steel slag, dolomit, silica gel dan pupuk mikro dalam memperbaiki sifat kimia tanah serta peningkatan pertumbuhan dan produksi padi varietas IR 64 dan Air Tenggulang di tanah gambut yang berasal dari Desa Arang Arang, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: -
Membandingkan respons padi varietas IR 64 dan Air Tenggulang terhadap penggunaan EF slag, BF slag, dolomit, silica gel dan pupuk mikro dalam memperbaiki sifat kimia tanah gambut.
-
Mengetahui penyebab terjadinya respon tanaman padi di tanah gambut terhadap aplikasi steel slag.
-
Mengevaluasi pengaruh steel slag terhadap kandungan logam berat dalam beras.
3
1.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah: -
Aplikasi EF slag lebih baik dibandingkan dengan dengan BF slag, dolomit, silica gel dan pupuk mikro dalam memperbaiki sifat-sifat kimia tanah gambut serta mendukung pertumbuhan dan produksi padi.
-
Peningkatan pertumbuhan dan produksi padi di tanah gambut disebabkan oleh perbaikan sifat kimia tanah gambut dengan adanya sumbangan silikat, basa-basa dapat ditukar dan unsur hara mikro yang terkandung dalam steel slag.
-
Kadar logam berat beracun dalam beras setelah aplikasi steel slag masih di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan sehingga beras tersebut masih aman dikonsumsi.
4
I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Steel Slag (Terak Baja) sebagai Pupuk Si Steel slag adalah lelehan campuran oksida logam dan silikat yang mengandung fosfat, borat, sulfat, karbon dan halida. Steel slag terjadi akibat penggumpalan mineral silika, kalium dan natrium dalam proses peleburan logam atau melelehnya mineral-mineral tersebut dari bahan wadah pelebur akibat proses panas yang tinggi (Syarif 2010). Steel slag merupakan hasil sampingan yang terbentuk dalam proses pembuatan baja yang mengandung kalsium silikat. Steel slag terdiri atas ironmaking slag atau blast furnace slag (BFS) dan steel-making slag jenis converter furnace slag dan electric furnace slag (EFS). Steel slag mengandung silika (Si) yang merupakan benefecial element untuk tanaman akumulator Si seperti padi, sehingga dapat dijadikan sebagai pupuk Si. Jenis steel slag yang diproduksi di Indonesia adalah electric furnace slag, digunakan sebagai pupuk silikat bermanfaat mengurangi persentase gabah hampa dan meningkatkan produksi padi di tanah dengan ketersediaan Si yang rendah (Suwarno dan Goto 1997b). Steel slag yang biasa digunakan sebagai pupuk Si dalam budidaya padi sawah di Jepang, Korea, Taiwan, dan Cina adalah blast furnace slag (De Datta 1981; Ma dan Takahashi 1993). Blast furnace slag memiliki komposisi yang sangat bervariasi bergantung pada proses pengolahan. Penelitian tentang BF slag di Indonesia sampai saat ini belum ada. Das et al. (2007) menunjukkan bahwa BF slag mengandung beberapa unsur hara seperti silika (30-35%), kalsium oksida (28-35%), magnesium oksida (1-6%), dan Al2O3/Fe2O3 (18-258%). Penelitian menggunakan EF slag Indonesia terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah di tanah gambut dari Dendang, Jambi menunjukkan bahwa EFS berpengaruh sangat nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi (Suwarno 2002). Akan tetapi, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 dan 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), steel slag termasuk limbah B3 dari sumber yang spesifik. Untuk merevisi peraturan
5
tersebut, diperlukan penelitian yang mencakup evaluasi kadar logam berat beracun dalam beras dari tanaman padi yang diberi perlakuan steel slag. Pemahaman dan penelitian tentang pupuk Si sebagai nutrisi tanaman masih sangat terbatas di Indonesia, bahkan dapat dikatakan hampir tidak ada. Sejarah pemupukan tanah sawah dengan Si belum ada, sehingga metode penetapan yang digunakan juga belum berkembang. Di Jepang, Korea, dan Cina penelitian kebutuhan Si pada tanaman pangan sudah dimulai sejak tahun 1955, yang menghasilkan rekomendasi pemupukan Si pada tanah-tanah sawah di Jepang dan tebu di Cina. Selama ini dipahami bahwa ketersediaan Si sangat tinggi apabila total Si di dalam tanah juga tinggi. Pada kenyataannya tidak demikian, tingginya total kandungan Si tidak berkorelasi positif dengan ketersediaannya bagi tanaman (Husnain 2009b; Kyuma 2004). 2.2 Manfaat Silika (Si) bagi Tanaman Padi Steel slag mengandung silika sebagai unsur benefisial yang sangat penting artinya bagi tanaman padi. Unsur ini menyebabkan daun padi menjadi lebih tegak, dapat memperbaiki pertumbuhan, memperkuat batang dan akar, mendorong pembentukan malai lebih awal, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah (De Datta 1981). Silika juga berpengaruh menurunkan laju transpirasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan ketahanan terhadap serangan jamur, serangga, dan tungau (Makarim et al. 2007), mengurangi pengaruh negatif nitrogen terhadap ketahanan rebah, penggerek batang, dan penyakit seperti blight leaf (Idris et al. 1975). Selain itu, Si juga dapat mengurangi keracunan Mn dan Fe (Horiguchi 1988). Ketersediaan Si yang cukup dalam tanah juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap ketidakseimbangan unsur hara seperti kelebihan N, kekurangan dan kelebihan P, dan keracunan Na, Fe, Mn, Al. Ketersediaan P dalam tanah dipengaruhi oleh konsentrasi Fe dan Mn. Ketersediaan P dalam tanah akan berkurang bila konsentrasi Fe dan Mn tinggi. Ketersediaan Si yang cukup dapat mengurangi kelarutan Fe dan Mn dalam tanah, sehingga P menjadi lebih tersedia. Selain itu, suplai Si dapat meningkatkan translokasi P ke malai, sehingga peran P lebih optimal bagi tanaman (Husnain 2009a).
6
Silika (Si) merupakan unsur hara penting bagi beberapa tanaman pangan seperti padi dan tebu (Epstein 1999; Matichenkov dan Calvert 2002). Silika dikenal sebagai beneficial element untuk tanaman padi (Epstein 1999). Meskipun syarat sebagai unsur hara essensial tidak terpenuhi, unsur ini diketahui diserap tanaman dalam jumlah besar pada tanaman akumulator Si.
2.3 Permasalahan dan Potensi Lahan Gambut 2.3.1 Pembentukan dan Penyebaran Gambut Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah melapuk ataupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob atau kondisi lingkungan lainnya yang
menyebabkan
rendahnya
tingkat
perkembangan
biota
pengurai.
Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang merupakan proses pedogenik. Tanah gambut merupakan tanah yang kaya bahan organik (C-organik >18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara (Agus dan Subiksa 2008). Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 18.3 juta ha yang tersebar di pulau-pulau besar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Lahan gambut yang layak untuk dijadikan areal pertanian hanya sekitar 6 juta ha (BB Litbang SDLP 2008).
2.3.2
Sifat Kimia Tanah Gambut Sifat tanah gambut berbeda dengan tanah mineral. Menurut Agus dan
Subiksa (2008) gambut mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3-5. Semakin tebal gambut basa-basa yang dikandungnya semakin rendah dan reaksi tanah menjadi semakin masam. Gambut dangkal mempunyai pH lebih tinggi (pH 4.0-5.1) dibandingkan dengan gambut dalam (pH 3.1-3.9).
7
Nilai pH tanah yang rendah disebabkan oleh asam-asam organik dan ion hidrogen dapat ditukar (H-dd) yang tinggi terkandung dalam tanah gambut. Menurut Buckman dan Brady (1982) kompleks koloid gambut dipengaruhi oleh hidrogen yang menyebabkan pH tanah gambut lebih rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi mengandung gugus-gugus reaktif yang mendominasi kompleks pertukaran yang bertindak sebagai asam lemah sehingga dapat terdisosiasi dan menghasilkan ion H+ dalam jumlah banyak, bergantung pada jumlah gugus fungsional dan derajat disosiasi. Rachim (1995) menyatakan bahwa muatan pada bahan organik sekitar 85 sampai 95% disebabkan oleh gugus karboksil dan fenol. Tingkat kesuburan gambut ditentukan oleh kandungan bahan mineral dan basa-basa, bahan substratum/dasar gambut dan ketebalan lapisan gambut. Berdasarkan pada kedalamannya gambut dibedakan menjadi: gambut dangkal (50–100 cm), gambut sedang (100–200 cm), gambut dalam (200–300 cm), dan gambut sangat dalam (>300 cm). Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari 5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawa-senyawa humat sekitar 10-20% dan sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya. Kapasitas tukar kation (KTK) gambut tergolong tinggi. Muatan negatif yang menentukan KTK pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan bergantung pada pH (pH dependent charge), dimana KTK akan naik bila pH gambut ditingkatkan (Salampak
1999). Nilai KTK yang tinggi disebabkan oleh
banyaknya kandungan asam-asam organik pada tanah tersebut. Asam-asam organik dengan gugus karboksil (-COOH) dan gugus fenol (-OH) memberikan kontribusi yang besar bagi tingginya nilai KTK tanah gambut. Kejenuhan basa (KB) tanah gambut sangat rendah, dikarenakan bahan dasar pembentukan gambut di Indonesia merupakan pelapukan kayu-kayuan yang mengandung lignin dalam jumlah besar dan miskin unsur hara. Lignin yang mengalami proses degradasi dalam keadaan anaerob akan terurai menjadi senyawa humat dan asam-asam fenolat. Asam-asam fenolat dan derivatnya bersifat fitotoksik (meracuni tanaman) yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Asam fenolat merusak sel
8
akar tanaman sehingga asam-asam amino dan bahan lain mengalir keluar dari sel, menghambat
pertumbuhan
akar
dan
serapan
hara
yang
menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, daun mengalami klorosis yang pada akhirnya tanaman akan mati (Driessen 1978). Tanah gambut dengan ciri KTK sangat tinggi dan kejenuhan basa sangat rendah akan menyulitkan penyerapan hara terutama basa-basa yang diperlukan oleh tanaman. Tanah gambut umumnya mempunyai C/N rasio yang tinggi. Unsur hara N yang terkandung di tanah gambut cukup tinggi, tetapi pertumbuhan tanaman sering terlihat mengalami gejala defisiensi N (Munir 1995). Driessen (1978) menyatakan bahwa pada tanah gambut, N tersedia kurang dari 3% dan selebihnya terdapat dalam bentuk bahan organik yang kompleks. Rachim (1995) menyatakan bahwa pada umumnya kandungan N total tanah organik lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral. Sebagian besar N total tanah ada dalam bentuk senyawa organik dan setelah mengalami proses aminisasi, amonifikasi atau nitrifikasi, terbentuk senyawa NH4-N dan NO3-N yang tersedia bagi tanaman. Tanaman padi yang tumbuh di tanah gambut sering mengalami defisiensi Cu dan kehampaan gabah yang tinggi. Tan (1998) menyatakan bahwa pada tanah yang mengandung bahan organik tinggi, ketersediaan unsur hara mikro seperti Cu, Fe, Mn, dan Zn sangat rendah karena diikat oleh senyawa-senyawa organik. Tanah gambut bereaksi masam. Dengan demikian, diperlukan upaya ameliorasi untuk meningkatkan pH sehingga memperbaiki media perakaran tanaman. Kapur, tanah mineral, pupuk kandang dan abu sisa pembakaran dapat diberikan sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan pH dan basa-basa tanah (Salampak 1999). Nilai pH tanah gambut cukup ditingkatkan sampai pH 5 saja karena gambut tidak memiliki potensi Al yang beracun. Peningkatan pH sampai tidak lebih dari 5 dapat memperlambat laju dekomposisi gambut. Pengaruh buruk asam-asam organik beracun juga dapat dikurangi dengan menambahkan bahanbahan amelioran yang banyak mengandung kation polivalen seperti terak baja, tanah mineral laterit atau lumpur sungai (Salampak 1999; Sabiham et al. 1997).
9
2.4 Aplikasi Amelioran pada Gambut Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat pH secara nyata, mampu memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, dan mampu mengusir senyawa beracun terutama asamasam organik. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Beberapa bahan amelioran yang sering digunakan di lahan gambut antara lain: dolomit, batu fosfat, tanah mineral, lumpur, pupuk kompos atau bokasi, pupuk kandang (kotoran ayam, sapi dan kerbau) dan steel slag (Susilawati et al. 2011).
2.4.1 Terak Baja (Steel Slag) sebagai Amelioran di Tanah Gambut Terak baja (steel slag) merupakan produk sampingan dari proses pembuatan baja. Steel slag terdiri atas iron-making slag atau blast furnace slag dan steel-making slag (converter furnace slag dan electric furnace slag) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah masam ataupun sebagai sumber silikat bagi tanaman padi. Kandungan unsurunsur dalam steel slag bervariasi tergantung dari sifat dan jenis steel slag. Pada umumnya, steel slag mengandung Ca, Mg, Fe, Si, dan beberapa unsur mikro. Steel slag Indonesia (electric furnace slag) mengandung: 42% Fe2O3, 7.2% Al2O3, 21.5% CaO, 11.2% MgO, 14.6% SiO₂, dan 0.4% P2O5 (Suwarno dan Goto 1997a). Menurut Susilawati et al. (2011) steel slag dapat dimanfaatkan sebagai amelioran pada tanah gambut berdasarkan pada penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian pada tahun 2007-2010. Pemberian amelioran seperti steel slag dapat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 14%. Nicolas (2002) menunjukkan bahwa pemberian steel slag sekitar 6 ton/ha di lahan gambut Sampit dan Samuda, Kotawaringin, Kalimantan Tengah dapat meningkatkan produksi gabah sekitar 38%. Pemberian steel slag dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi di tanah sawah, berhubungan dengan pengisian gabah dimana kandungan steel slag
10
didominasi adalah Fe, Ca, Mg, Si, dan Al (Suwarno dan Goto, 1997b). Oleh sebab itu, steel slag dapat dijadikan sebagai alternatif amelioran di tanah gambut. Syihabuddin (2011) menunjukkan bahwa pemberian steel slag di tanah gambut dalam Jambi berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH, Ca dan Mg dapat ditukarkan, serta Mn tersedia tanah. Pemberian steel slag juga berpengaruh sangat nyata meningkatkan tinggi, jumlah anakan maksimum dan anakan produktif, biomassa tanaman, bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling dan bobot kering gabah bernas, serta menurunkan persentase gabah hampa.
2.4.2 Dolomit sebagai Bahan Pengapuran Kapur yang diberikan ke dalam tanah gambut akan memperbaiki kondisi tanah gambut dengan cara: menaikkan pH tanah, mengurangi ketersediaan senyawa-senyawa organik beracun, meningkatkan kejenuhan basa, menambah unsur Ca dan Mg, menambah ketersedian hara, dan memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah termasuk yang berada di dalam bintil-bintil akar. Dolomit merupakan salah satu jenis kapur yang digunakan untuk kesuburan tanah dan mengurangi keasaman, secara teoritis mengandung 45.6% MgCO3 atau 21.9% MgO dan 54.3% CaCO3 atau 30.4% CaO. Reaksi pelarutan partikel kapur dalam tanah sebagai berikut: CaCO3 + H2O
Ca2+ + HCO3- +OH-
unsur Ca dan Mg dalam kapur akan terlarut dan menggantikan posisi H+ yang berasal dari disosiasi asam-asam organik sehingga dapat menaikkan pH tanah gambut. Selain itu, dengan pengapuran dapat mengurangi pengaruh buruk asamasam organik dalam mengkhelat unsur hara seperti P, sehingga ketersediaan P dalam tanah akan meningkat. Pemberian kapur, selain dapat mengurangi kemasaman tanah, juga dapat meningkatkan kandungan kation-kation basa, yaitu Ca dan Mg, dan meningkatkan kejenuhan basa gambut (Hardjowigeno 1986). Pengapuran pada lahan gambut dapat memperbaiki kesuburan tanah gambut, namun efek residunya tidak berlangsung lama hanya 3-4 kali musim tanam sehingga pengapuran harus dilakukan secara periodik. Pengapuran mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara yaitu peningkatan
11
ketersediaan unsur Ca dan Mg, serta perbaikan ketersediaan unsur-unsur lain yang ketersediaannya bergantung pada pH tanah (Driessen 1978).
2.4.3 Karakteristik Silica Gel Silica gel adalah butiran seperti kaca dengan bentuk butiran granular. Silica gel dibuat secara sintetis dari natrium silikat yang dikenal dengan nama silica gel padat. Silica gel adalah mineral alami yang dimurnikan dan diolah menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik. Silica gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agar-agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silica gel dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penyangga katalis. Silica gel mulai banyak diproduksi dalam bentuk silica gel biasa maupun nano silica gel, yang memiliki keunggulan sebagai pupuk Si yang cepat tersedia bagi tanaman (http://id.wikipedia.org/wiki/gel_silica). Kelemahan penggunaan silica gel adalah rendahnya efektivitas dan selektivitas permukaan dalam berinteraksi dengan ion logam berat, sehingga silica gel tidak mampu berfungsi sebagai adsorben yang efektif untuk ion logam berat. Hal ini terjadi karena gugus aktif yang ada hanya berupa gugus silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si). Akan tetapi, kekurangan ini dapat diatasi dengan memodifikasi permukaan dengan menggunakan gugus aktif yang sesuai untuk mengadsorpsi ion logam berat yang dikehendaki (Astuti et al. 2012). 2.5 Pemupukan dengan Pupuk Mikro Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru CuSO4.5H2O triklin. Pentahidratnya kehilangan empat molekul air pada suhu 110oC dan yang ke lima pada suhu 1500C membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri di antaranya untuk membuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu (Syabatini 2010).
12
Senyawa tembaga (Cu) dan seng (Zn) merupakan unsur mikro yang diperlukan bagi tanah dan tanaman, khususnya pada gambut yang sangat miskin unsur mikro seperti Cu dan Zn. Unsur Cu berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses penyimpanan cadangan makanan dan elemen dalam pembentukan pro vitamin A. Tembaga berperan sebagai bagian penyusun enzim kloroplas plastosianin dalam sistem transpor elektron antara fotosistem I dan II. Unsur hara ini jika cukup bagi tanaman, menyebabkan daun tumbuh lebih banyak dan luas daun lebih besar. Hal ini memungkinkan tanaman menangkap sinar matahari secara maksimal sehingga meningkatkan hasil fotosintesis. Bila proses fotosintesis berjalan dengan baik, maka fotosintat yang terbentuk meningkat kemudian ditranslokasikan ke bagian vegetatif tanaman untuk membentuk organorgan baru (Gardner et al. 1991). 2.6 Karakteristik dan Permasalahan Logam Berat Logam berat adalah unsur kimia dengan berat jenis lebih besar dari 5 g cm³ terletak di sudut kanan bawah daftar berkala, memiliki afinitas yang tinggi dengan unsur S (Sulfur) dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 4 sampai 7 (Dewi dan Saeni 1997). Berdasarkan pada kebutuhan hara tanaman, logam berat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat essensial dan non essensial bagi tanaman. Logam berat yang bersifat essensial adalah unsur logam yang diperlukan oleh tanaman untuk proses fisiologisnya misalnya Fe, Cu, dan Zn. Logam berat non essensial meliputi beberapa logam berat yang belum diketahui kegunaannya, maupun yang dalam jumlah relatif dapat menyebabkan keracunan misalnya Hg, Pb, Cd, dan As (Darmono 1995). Menurut Darmawan dan Wada (1999) logam berat dalam tanah terdapat dalam lima fraksi, yaitu: fraksi terlarut, fraksi yang dapat dipertukarkan, fraksi yang terikat pada oksida dan hidroksida Fe dan Mn, fraksi khelat bahan organik, dan residu. Fraksionasi logam berat dipengaruhi oleh reaksi yang terjadi di dalam tanah, jenis mineral liat, serta kandungan bahan organik. Ross (1994) menyatakan bahwa proses utama yang berkaitan dengan mobilitas logam dalam tanah antara lain: pelapukan mineral, pelarutan, pengendapan, serapan oleh tanaman, immobilisasi oleh mikroorganisme,
13
pertukaran kation dalam tanah, adsorpsi, pengkhelatan, dan pencucian. Pada prinsipnya, proses yang mempengaruhi terlarutnya logam berat dalam tanah adalah pH, kadar bahan organik terlarut, dan reaksi redoks tanah. Tanaman memiliki suatu mekanisme untuk mengurangi bahaya logam berat. Mekanisme toleransi tanaman terhadap pencemaran logam berat meliputi: (1) selektivitas serapan ion, (2) penurunan permeabilitas, (3) immobilisasi ion logam berat pada akar, (4) deposisi ion logam berat dalam bentuk tak larut sehingga tidak terlibat dalam metabolisme, (5) perubahan pola metabolisme yaitu peningkatan sistem enzim yang menghambat atau meningkatkan metabolik antagonis, (6) adaptasi terhadap pergantian ion logam fisiologis dalam enzim oleh logam berat, serta (7) pelepasan ion logam berat dari tanaman melalui pencucian lewat daun, gutasi, dan eskresi lewat daun (Kabata dan Pendias 2011). Beberapa jenis logam berat terdapat pada steel slag yang merupakan produk sampingan proses pembuatan baja. Aplikasi steel slag pada tanaman padi, secara tidak langsung menyebabkan logam berat dapat terkandung dalam beras. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7387 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan tertera pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Elemen Logam Berat
Batas Maksimum (ppm)
Pb
1
Cd
0.4
As
0.5
Sn
40
Hg
0.05
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009).
2.7 Karakteristik Tanaman Padi
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang,
14
Cianjur),
Bali,
Madura,
Sulawesi,
dan
akhir-akhir
ini
Kalimantan
(Prihatman 2000). Kebutuhan unsur hara Si tanaman padi jauh melebihi kebutuhan unsur hara makro N, P, dan K. Hasil padi sebanyak 5 t/ha, dibutuhkan sebanyak 230470 kg Si/ha, sedangkan N, P, dan K berturut-turut hanya berkisar 75-120 kg N/ha, 20-25 kg P/ha, dan 23-257 kg K/ha (Casman et al. 1997). Peranan Si sebagai unsur hara belum mendapat perhatian, tidak seperti unsur hara N, P, dan K. Menurut Savant et al. (1997) rendahnya ketersediaan Si pada tanah-tanah sawah di daerah tropis merupakan salah satu penyebab penurunan produktivitas tanaman padi. Tanaman padi menyerap Si dalam jumlah banyak dari sekitarnya, yaitu setiap 100 kg gabah kering giling (GKG) terserap 2.1 kg N, 0.5 kg P, 3.3 kg K, 0.7 kg Ca dan 20 kg SiO2. Tanaman padi mendapatkan silikat dari berbagai sumber antara lain air irigasi, jerami padi, kompos, dan pupuk silikat (Makarim et al. 2007). Varietas-varietas padi yang dianggap toleran terhadap kondisi-kondisi tanah yang serba terbatas seperti tanah gambut, kemasaman dan salinitas di lahan pasang surut adalah Banyuasin, Batanghari, Dendang, Indragiri, Punggur, Martapura, Margasari, Siak Raya, IR 64, Air Tenggulang, Lambur dan Mendawak (Sembiring dan Gani 2010).
15
II. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah dan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, sedangkan percobaan rumah kaca dilaksanakan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor mulai Februari sampai dengan September 2012.
3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tanah gambut sebagai media tanam. Sebagai bahan amelioran tanah digunakan steel slag, dolomit, silica gel dan pupuk mikro. Steel slag berukuran kurang dari 2 mm yaitu electric furnace slag (EFS) berasal dari PT Krakatau Steel, CilegonIndonesia dan blast furnace slag (BFS) berasal dari PT Posco, Korea. Dosis EFS dan BFS yaitu 0, 2, 4, 6, 8 % dari bobot kering mutlak tanah. Taraf dosis didasarkan pada kisaran dosis optimum aplikasi EFS di tanah gambut penelitian sebelumnya. Dosis dolomit dan silica gel setara EFS 0, 2, 4, 6, 8 %. Penentuan dosis dolomit berdasarkan penyetaraan % daya netralisasi (DN) EFS terhadap % DN dolomit untuk setiap taraf dosis EFS, dan dosis silica gel berdasarkan penyetaraan % SiO2 EFS terhadap % SiO2 silica gel untuk setiap taraf dosis EFS. Pupuk mikro (CuSO4 dan ZnSO4) dosis setara 10 kg/ha. Pupuk urea dengan dosis setara 300 kg/ha, SP-36 setara 300 kg/ha dan KCl setara 150 kg/ha sebagai pupuk dasar, benih padi varietas IR 64 dan Air Tenggulang sebagai tanaman uji serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman di laboratorium. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pot plastik sebagai wadah media tanam, plastik, meteran, penggaris, hand sprayer, timbangan, kain
16
kassa, bambu, dan beberapa peralatan untuk analisis tanah dan tanaman di laboratorium
yaitu
labu
kjeldahl
digestion,
destilator
dan
labunya,
spectrophotometer, flamephotometer, atomic absorption spectrophotometer (AAS) serta alat-alat analisis lainnya.
2.3 Metode Penelitian Percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca merupakan percobaan faktor tunggal dengan 18 perlakuan dan tiga ulangan sehingga diperoleh 54 satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan tertera pada Tabel 2. Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL). Adapun model matematika rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut: Yijk = µ + αi + єij dimana : Yijk = Respon tanaman yang diamati µ = Nilai tengah umum αi = Pengaruh perlakuan ke-i єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke -j
2.4 Pelaksanaan Penelitian 1. Percobaan Inkubasi Bahan tanah yang diambil dihomogenkan dengan cara dicampur merata lalu ditimbang dengan melakukan terlebih dahulu penetapan kadar air tanah gambut didasarkan metode gravimetri. Penetapan kadar air dilakukan pada suhu 105°C selama 24 jam. Kadar air (KA) gambut dihitung sebagai berikut: kadar Air (% KA ) =
x 100%
= 303.52 % setelah kadar air diketahui, maka ditentukan bobot tanah yang harus dimasukkan ke dalam pot berdasarkan bobot kering mutlak (BKM) tanah sebesar 100 g/pot, sehingga bobot tanah dihitung sebagai berikut: bobot tanah = (KA x BKM) + BKM = 403.52 g
17
selanjutnya diaplikasikan bahan amelioran sesuai dosis masing-masing (Tabel 2). Diaduk merata setiap perlakuan bersama tanah, digenangi dengan tinggi genangan 2.5 cm, lalu diinkubasi selama tiga bulan (Lampiran 1). Setelah inkubasi satu bulan, diambil contoh tanah tiap perlakuan untuk dianalisis sifat kimianya yang meliputi: N total, P-tersedia, basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, K), Si, Fe, Mn, Cu, Zn, Pb, Cd, Hg, Cr tersedia. Peubah pH tanah diukur setiap tiga hari sekali selama dua minggu, lalu sekali seminggu sampai akhir inkubasi dengan langsung menggunakan pH meter setelah dikalibrasi pH 4 dan pH 7 terlebih dahulu. Tabel 2 Taraf Perlakuan pada Percobaan Inkubasi dan Percobaan Rumah Kaca Perlakuan Kontrol EF slag 2%* EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2%* BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Dolomit setara EFS 2%** Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Silica gel setara EFS 2%*** Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Unsur Mikro
Dosis (g/kg) 0 20 40 60 80 20 40 60 80 12.34 24.69 37.03 49.37 2.54 5.08 7.62 10.16 0.05
Keterangan : *) = % dari bobot kering mutlak (BKM) tanah **) = dosis berdasarkan penyetaraan DN EFS (66.1%) terhadap DN dolomit (107.1%) dari setiap dosis EFS ***) = dosis berdasarkan penyetaraan % SiO2 EFS (12.7 %) terhadap % SiO2 silica gel (100%) dari setiap dosis EFS.
18
2. Percobaan Rumah Kaca Persiapan Media Tanam Bahan tanah gambut yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam pot sebanyak 7.06 kg/pot yang setara 1.75 kg BKM. Diaplikasikan bahan amelioran sesuai taraf dosis dengan mengaduk secara merata, lalu dikondisikan seperti tanah sawah (tinggi genangan 5 cm) dan diinkubasi selama satu bulan. Sehari sebelum tanam diaplikasikan pupuk dasar yaitu pupuk urea (1/3 bagian saat tanam, 1/3 bagian umur 21 HST, 1/3 bagian umur 35 HST), dan pupuk SP 36 dan KCl diberikan seluruhnya saat tanam (Lampiran 2). Penanaman dan Pemeliharaan Persemaian benih padi varietas IR 64 dan Air Tenggulang dilakukan selama 21 hari, setelah itu dipindahtanamkan sebanyak 2 batang/pot. Tinggi air genangan disesuaikan dengan kondisi di lapang yaitu setiap 2-3 hari sekali pot disiram sampai tinggi air genangan mencapai 5 cm dari permukaan tanah. Setelah malai mulai tumbuh, dipasang plastik sungkup setiap tanaman untuk menghindari serangan burung di rumah kaca. Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan meliputi: tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif. Variabel produksi meliputi: bobot gabah kering panen (BGKP), bobot gabah kering giling (BGKG), bobot kering gabah bernas (BKGB), dan analisis SiO2 dalam jerami dan kadar Pb, Hg, Cd total dalam beras. Pemanenan Panen dilakukan setelah terjadi fase pematangan pada tahap gabah setengah matang. Kriteria siap panen dapat berupa tanaman berumur 120-127 hari
19
atau 95 % bulir padi sudah menguning, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah. Gabah yang telah dipanen dipisahkan dari malai, ditimbang sebagai bobot gabah kering panen (BGKP). Gabah dioven pada suhu 60oC selama 24 jam, dan ditimbang sebagai bobot gabah kering giling (BGKG). Setelah itu, dilakukan pemisahan antara gabah bernas (BKGB) dan gabah hampa dan ditimbang masing-masing bobotnya. Jaringan tanaman diambil, dicuci dan dioven untuk analisis tanaman.
2.5 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada percobaan inkubasi meliputi: pH H2O (1:5) yaitu 10 g tanah dalam 50 mL aquades, N total (metode Kjeldahl), P-tersedia (metode Bray I), basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, K) metode NH4OAc 1 N pH 7, Si tersedia metode ekstraksi natrium asetat 1 N pH 4, unsur-unsur mikro seperti Fe, Mn, Cu, Zn tersedia metode ekstraksi DTPA (Dietilen Triamine Penta Acetic Acid) pH 7.3, logam-logam berat (Pb, Hg, Cd, Cr) tersedia metode ekstraksi HCl 0.05 N. Pada percobaan rumah kaca terdiri atas variabel vegetatif yang diamati meliputi: tinggi tanaman dan jumlah anakan (3-11 MST). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai dengan ujung daun tertinggi setelah diluruskan. Variabel generatif meliputi: jumlah anakan produktif, produksi gabah (BGKP, BGKG, BKGB). Analisis jaringan tanaman yang dilakukan yaitu penetapan kadar SiO2 dalam jerami dan kadar Pb, Hg, Cd total dalam beras metode ekstraksi HNO3 dan HClO4 (destruksi basah).
3.6 Analisis Data Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) p 0.05, lalu diuji lanjutan bagi perlakuan yang sangat nyata dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%.
20
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Percobaan Inkubasi 4.1.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Kimia Tanah Gambut setelah Inkubasi Hasil analisis awal kimia tanah gambut sebelum aplikasi perlakuan (Lampiran 3) memiliki pH yang rendah dengan kadar N total tinggi, kadar Ptersedia sedang, dan kadar K tersedia rendah menurut kriteria kesuburan tanah gambut Institut Pertanian Bogor (1976). Selain itu, berdasarkan pada kriteria Imaizumi dan Yoshida (1958) Si tersedia dalam tanah ini tergolong dalam kelas I (SiO2 < 10.5%). Aplikasi steel slag yang kaya akan Ca, Mg, Fe, Mn, Si (Lampiran 4) diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat kimia tanah gambut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi.
4.1.1.1 Dinamika pH tanah Pengamatan pH tanah gambut setelah aplikasi beberapa perlakuan selama inkubasi (Lampiran 7) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pH tanah yang signifikan untuk setiap perlakuan. Gambar 1 menunjukkan bahwa secara umum trend pH tanah pada perlakuan kontrol, EFS, BFS, dolomit setara EFS, silica gel setara EFS dan unsur mikro memiliki pola yang sama selama inkubasi. Aplikasi perlakuan dan lama inkubasi menyebabkan pH tanah meningkat mencapai pH maksimum, lalu cenderung akan menurun. Hal ini disebabkan oleh penggenangan tanah dapat menyebabkan perubahan beberapa sifat kimia tanah salah satunya meningkatkan pH tanah. Penggenangan menciptakan kondisi anaerob sehingga terjadi reaksi reduksi dalam tanah. Aktivitas mikrob berubah menjadi mikrob fakultatif maupun anaerob. Mikrob ini mengambil H+ pengganti O2 sebagai akseptor elektron dalam respirasi, sehingga dapat mengurangi kemasaman tanah. Keadaan reduksi dalam tanah juga menyebabkan transformasi besi ferri menjadi besi ferro yang akan melepaskan OH- sehingga terjadi peningkatan pH tanah.
21
Perlakuan yang menghasilkan pH tanah tertinggi sampai terendah yaitu dolomit setara EFS > EFS > BFS > kontrol > silica gel setara EFS > unsur mikro.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 1 Nilai pH Tanah Gambut Beberapa Taraf Perlakuan: (a) EFS, (b) BFS, (c) Dolomit Setara EFS, dan (d) Silica Gel setara EFS selama Inkubasi. Gambar 2 menunjukkan bahwa pH tertinggi terdapat pada perlakuan dolomit setara EFS 8% yaitu 5.47 (inkubasi 43 hari) dan terendah perlakuan unsur mikro yaitu 3.63 (inkubasi 85 hari). Unsur Ca dan Mg dalam dolomit akan terlarut dan menggantikan posisi H+ yang berasal dari disosiasi asam-asam organik sehingga dapat menaikkan pH tanah gambut.
22
(a)
(b)
Gambar 2 Perbandingan pH Tanah Gambut setelah Aplikasi Perlakuan Taraf 6% dan 8%: (a) EFS - BFS, (b) EFS - Dolomit Setara EFS.
4.1.1.2 Perubahan pH, P-tersedia, N-total, dan SiO2-tersedia Tanah Analisis ragam pada Lampiran 9, 11, 13, dan 15 memperlihatkan bahwa aplikasi perlakuan setelah inkubasi satu bulan berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH, P-tersedia, SiO2-tersedia tanah, namun tidak berpengaruh nyata terhadap N-total tanah gambut. Peningkatan ini sejalan dengan penambahan dosis perlakuan. Pemberian beberapa amelioran tanah diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi padi dengan baik. Nilai pH, P-tersedia, dan SiO2-tersedia tanah gambut setelah inkubasi satu bulan pada perbandingan beberapa perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
23
Tabel 3
Nilai pH, P-tersedia, dan SiO2-tersedia Tanah pada Perbandingan Beberapa Taraf Perlakuan Perlakuan
pH
P-tersedia SiO2-tersedia ---------------(ppm)-------------
EFS – BFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro
3.50 a 3.73 b 4.03 c 4.18 de 4.35 f 4.07 cd 4.28 ef 4.37 f 4.53 g 3.55 a
49 a 81 abc 87 bcd 109 cd 120 d 88 bcd 80 abc 66 ab 78 bc 69 ab
53 a 240 ab 294 abc 278 abc 258 ab 392 bc 468 bc 312 bc 739 c 43 a
EFS - Dolomit setara EFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
3.50 a 3.73 b 4.03 c 4.18 d 4.35 e 4.22 d 4.63 f 4.77 g 5.07 h 3.55 a
49 a 81 abc 87 bc 109 cd 120 d 60 ab 56 ab 52 a 69 ab 69 ab
53 a 240 b 294 b 278 b 258 b 30 a 56 a 49 a 31 a 43 a
EFS - Silica gel setara EFS Kontrol 3.50 a EF slag 2% 3.73 b EF slag 4% 4.03 c EF slag 6% 4.18 d EF slag 8% 4.35 e Silica gel setara EFS 2% 3.77 b Silica gel setara EFS 4% 3.73 b Silica gel setara EFS 6% 3.70 b Silica gel setara EFS 8% 3.73 b Unsur mikro 3.55 a
49 a 81 abc 87 bc 109 cd 120 d 64 ab 74 ab 69 ab 64 ab 69 ab
53 a 240 b 294 b 278 b 258 b 67 a 75 a 74 a 55 a 43 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda menurut uji DMRT α=5%.
24
Tabel 3 menunjukkan bahwa setelah inkubasi satu bulan, aplikasi dolomit dan steel slag (EFS dan BFS) dapat meningkatkan pH, P-tersedia, dan SiO2-tersedia tanah gambut. Nilai pH tanah tertinggi terdapat pada perlakuan dolomit setara EFS 8% yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan unsur mikro. Dolomit dapat meningkatkan pH tanah dengan sumbangan kation basa seperti Ca dan Mg, sehingga Ca-dd dan Mg-dd meningkat. Reaksi pelarutan dolomit dalam tanah sebagai berikut: CaMg(CO3)2 + 2 H2O
Ca2+ + Mg2+ 2 HCO3- + 2 OH-
dimana unsur Ca dan Mg dalam dolomit akan terlarut dan menggantikan posisi H+ yang berasal dari disosiasi asam-asam organik sehingga dapat menaikkan pH tanah gambut. Steel slag juga berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah. Reaksi pembentukan ligan antara asam-asam organik seperti asam karboksilat dan fenolat dengan gugus hidroksil dari Fe dan Al (berasal dari steel slag) membebaskan OHsehingga pH meningkat. Selain itu, steel slag bereaksi dengan H2O dan CO2 (anaerob) di tanah gambut menghasilkan kation basa (Ca dan Mg) dan basa konjugasi (hidroksida, silikat, karbonat) sehingga meningkat konsentrasinya dalam larutan tanah. Ion Ca dan Mg menggantikan posisi H+ yang berasal dari disosiasi asam-asam organik dalam tanah gambut. Pada saat yang bersamaan, senyawa hidroksida (OH-) dan silikat (H3SiO3-) bereaksi dengan H+ yang akan menghasilkan H2O dan H4SiO4, proses ini akan mengurangi konsentrasi H+ yang menyebabkan peningkatan pH tanah. Pemberian dolomit menghasilkan pH tanah lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian steel slag. Hal ini disebabkan oleh kandungan Ca dan Mg dalam dolomit lebih cepat larut dan tersedia, serta daya netralisasi dolomit yang lebih tinggi. Kondisi ini tidak berarti bahwa dolomit lebih baik dalam memperbaiki sifat kimia tanah gambut dibandingkan dengan steel slag. Nilai P-tersedia tertinggi setelah inkubasi satu bulan terdapat pada perlakuan EFS 8% yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan unsur mikro dan silica gel setara EFS. Pemberian steel slag
25
dapat meningkatkan P-tersedia tanah. Peningkatan P-tersedia tanah kemungkinan disebabkan oleh sumbangan P2O5 yang cukup tinggi dari EFS (P2O5 = 0.05%) dan pH tanah yang meningkat setelah aplikasi EFS. Peningkatan pH tanah mendukung peningkatan aktivitas mikrob yang dapat membantu mineralisasi P organik menjadi bentuk tersedia dalam tanah. Ketersediaan SiO2 tertinggi dalam tanah setelah inkubasi satu bulan, terdapat pada perlakuan BFS 8% yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali EFS dan terendah pada perlakuan kontrol yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan dolomit setara EFS, silica gel setara EFS dan unsur mikro. Steel slag dapat meningkatkan SiO2-tersedia tanah gambut disebabkan oleh sumbangan dari kandungan SiO2 yang tinggi dalam steel slag. Kadar SiO2 BFS = 34.4% sedangkan EFS = 12.7%, sehingga BFS lebih baik dalam meningkatkan Si tersedia tanah. Unsur Si menjadi benefecial element yang diserap tanaman akumulator Si seperti padi dalam jumlah banyak sehingga steel slag dapat dijadikan sebagai pupuk Si. Pemberian BFS lebih baik dalam meningkatkan SiO2-tersedia tanah dibandingkan perlakuan lainnya, namun tidak hanya Si saja sebagai faktor pembatas pertumbuhan padi di tanah gambut. Permasalahan gambut lainnya seperti pH tanah masam, kahat unsur hara makro (Ca dan Mg) dan mikro (Cu dan Zn) serta kandungan asam-asam organik yang dapat bersifat racun bagi tanaman. Komposisi hara beberapa amelioran tanah di tanah gambut diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia tanah secara keseluruhan. Berdasarkan pada hasil analisis awal EFS dan BFS (Lampiran 4), diharapkan secara keseluruhan dari komposisi EFS dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut sehingga mendukung pertumbuhan dan produksi padi. Tanah gambut pada penelitian ini memiliki rasio C/N = 14.92 dengan tingkat kematangan gambut saprik dan N-total tanah cukup tinggi. Unsur hara N di tanah gambut umumnya tinggi, tetapi tanaman sering mengalami kahat N sehingga pertumbuhannya jelek. Hal ini berkaitan dengan bentuk N-total tanah gambut didominasi oleh N-organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Aplikasi perlakuan setelah inkubasi satu bulan tidak berpengaruh nyata terhadap N total tanah, bahkan cenderung menurun. Hal ini diduga karena pH tanah meningkat
26
setelah aplikasi perlakuan yang sejalan dengan terjadinya dekomposisi bahan organik, menyebabkan kandungan bahan organik menurun. Selama proses dekomposisi terjadi mineralisasi N-organik menjadi N-anorganik. Namun, pada tingkat kematangan gambut saprik N-total tanah akan konstan selama proses dekomposisi jika tidak ada bentuk gas nitrogen yang lepas ke atmosfer (volatilisasi). Pada proses inkubasi diduga terjadi volatilasasi dimana N dalam bentuk gas terlepas ke atmosfer, sehingga terjadi penurunan N-total tanah jika dibandingkan dengan N-total tanah sebelum diinkubasi.
4.1.1.3 Perubahan Ca, Mg, Na, dan K dapat Ditukar Tanah Analisis ragam pada Lampiran 17, 19, 21 dan 23 memperlihatkan bahwa aplikasi perlakuan setelah inkubasi satu bulan berpengaruh sangat nyata meningkatkan Ca-dd dan Mg-dd tanah, namun tidak berpengaruh nyata terhadap Na-dd dan K-dd tanah gambut. Peningkatan Ca-dd dan Mg-dd tanah, seiiring dengan penambahan dosis perlakuan. Tabel 4 menunjukkan bahwa setelah inkubasi satu bulan, aplikasi dolomit dan steel slag dapat meningkatkan Ca-dd dan Mg-dd tanah gambut. Nilai Ca-dd tanah tertinggi terdapat pada perlakuan dolomit setara EFS 8% yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan unsur mikro. Nilai Mg-dd tanah tertinggi terdapat pada perlakuan BFS 8% yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lain, sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan unsur mikro yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan silica gel setara EFS. Dolomit yang mengandung Ca dan Mg, diharapkan lebih dapat menyumbangkan Ca sehingga Ca-dd tanah meningkat. Peningkatan Ca-dd tanah seiring dengan peningkatan pH tanah pada perlakuan ini. Hardjowigeno (1986) menyatakan bahwa dolomit dapat bermanfaat menaikkan pH tanah, meningkatkan kejenuhan basa, serta menambah unsur Ca dan Mg.
27
Tabel 4 Nilai Ca dan Mg dapat Ditukar Tanah pada Perbandingan Beberapa Taraf Perlakuan Perlakuan
Ca-dd Mg-dd -----------(me/100g)---------
EFS – BFS Kontrol EF slag 2 % EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro
4.43 a 15.04 b 20.96 cd 26.37 ef 35,87 g 17.74 bc 26.76 ef 23.33 de 27.93 f 5.10 a
3.60 a 4.38 ab 5.67 bc 6.13 cd 7.34 d 5.82 cd 7.22 d 7.45 d 8.92 e 3.39 a
EFS – Dolomit setara EFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
4.43 a 15.04 b 20.96 bc 26.37 c 35.87 d 18.62 b 37.25 d 45.22 e 49.60 e 5.10 a
3.60 a 4.38 bc 5.67 bc 6.13 bc 7.34 c 3.70 a 4.59 bc 5.33 bc 5.74 bc 3.39 a
EFS – Silica gel setara EFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Unsur mikro
4.43 a 15.04 b 20.96 c 26.37 d 35.87 e 5.82 a 5.27 a 6.73 a 6.39 a 5.10 a
3.60 a 4.38 ab 5.67 bc 6.13 cd 7.34 d 3.27 a 4.01 a 3.80 a 3.92 a 3.39 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda menurut uji DMRT α = 5%.
28
Kandungan steel slag juga didominasi oleh Ca dan Mg sehingga dapat menyumbangkan Ca dan Mg ke dalam tanah. Suwarno dan Goto (1997b) menyatakan bahwa kation-kation yang dominan dalam steel slag termasuk unsur Ca dan Mg. Hal ini terbukti dengan meningkatnya Mg-dd tanah pada perlakuan BFS. Hasil analisis awal EFS dan BFS yaitu EFS mengandung CaO = 26% dan MgO = 7.9%, sedangkan BFS mengandung CaO = 40.8% dan MgO = 4.8%. Perlakuan BFS lebih baik dalam meningkatkan Mg-dd tanah dibandingkan dengan EFS, meskipun kandungan MgO lebih kecil. Hal ini diduga karena adanya sifat antagonisme Ca dan Mg, perlakuan EFS lebih baik dalam meningkatkan Ca-dd tanah dibandingkan dengan perlakuan BFS. Nilai Na-dd dan K-dd tanah gambut setelah inkubasi tidak berbeda nyata antara perlakuan. Nilai Na-dd dan K-dd yang tidak meningkat setelah aplikasi steel slag, kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kadar Na (BFS Na2O = 0.2%; EFS Na2O = 0.3%) dan K (BFS K2O = 0.4%; EFS K2O = 0.04%).
4.1.1.4 Perubahan Fe, Mn, Cu, dan Zn-tersedia Tanah Analisis ragam pada Lampiran 25, 27, 29 dan 31 memperlihatkan bahwa setelah inkubasi satu bulan, aplikasi perlakuan berpengaruh sangat nyata meningkatkan Fe dan Mn-tersedia tanah gambut. Peningkatan Fe dan Mn-tersedia tanah diikuti dengan tingginya dosis yang diberikan, sebaliknya aplikasi perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Cu dan Zn-tersedia tanah. Tabel 5 menunjukkan bahwa aplikasi steel slag dapat meningkatkan Fe dan Mn-tersedia tanah gambut. Kadar Fe dan Mn-tersedia tertinggi terdapat pada perlakuan EFS 8% yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan Fe-tersedia terendah diperoleh pada perlakuan kontrol dan Mn-tersedia terendah pada perlakuan unsur mikro, keduanya tidak berbeda nyata dengan perlakuan dolomit setara EFS dan silica gel setara EFS.
29
Tabel 5 Nilai Fe, Mn, Cu, dan Zn-tersedia Tanah pada Perbandingan Beberapa Taraf Perlakuan Perlakuan
Fe-tersedia Mn-tersedia Cu-tersedia Zn-tersedia -------------------------------(ppm)----------------------------
EFS – BFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro
410 a 588 bc 684 c 837 d 855 d 478 ab 473 ab 350 a 376 a 483 ab
6.4 a 37.5 b 54.7 cd 67.2 e 81.4 f 38.4 b 47.5 bc 39.0 b 63.5 de 5.5 a
15.9 bc 17.3 cd 14.4 ab 14.2 ab 17.3 cd 18.5 d 14.7 abc 13.1 a 15.3 abc 34.6 e
12.0 12.6 11.0 14.1 14.8 10.4 11.8 10.4 10.7 31.4
EFS – Dolomit setara EFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
410 ab 588 cd 684 d 837 e 855 e 403 ab 330 a 395 ab 393 ab 483 ab
6.4 a 37.5 b 54.7 c 67.2 d 81.4 e 9.4 a 8.3 a 8.1 a 9.2 a 5.5 a
15.9 abc 17.3 bc 14.4 ab 14.2 a 17.3 bc 18.8 c 18.2 c 16.9 abc 17.7 c 34.6 e
12.0 ab 12.6 abc 11.0 a 14.1 bc 14.8 c 13.0 abc 12.2 ab 12.2 ab 13.5 bc 31.4 e
EFS – Silica gel setara EFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Unsur mikro
410 a 588 bc 684 c 837 d 855 d 440 ab 411 a 410 a 428 a 483 ab
6.4 a 37.5 b 54.7 c 67.2 d 81.4 e 9.1 a 10.9 a 8.9 a 5.6 a 5.5 a
15.9 abcd 17.4 bcd 14.4 abc 14.2 ab 17.3 bcd 12.8 a 17.8 d 17.5 cd 18.8 d 34.6 e
12.0 ab 12.6 abc 11.0 a 14.1 bcd 14.8 cd 11.8 ab 12.9 abcd 15.0 cd 15.2 d 31.4 e
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda menurut uji DMRT α = 5%.
Ketersediaan Fe dan Mn yang meningkat disebabkan oleh kandungan Fe dan Mn dalam EFS (Fe2O3 = 43.18%; Mn= 12400 ppm) lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Fe dan Mn dalam BFS (Fe2O3 = 0.79%; Mn = 2750 ppm), sehingga dapat meningkatkan ketersediaan kedua unsur ini dalam tanah.
30
Peningkatan Fe-tersedia tanah pada perlakuan EFS disebabkan oleh EFS mengandung
beberapa
mineral
salah
satunya
mineral
forsterit
feroan
((Mg,Fe)2SiO4) yang dapat menyumbangkan Fe. Perlakuan EFS terhadap peningkatan Fe-tersedia tanah tidak berbeda jauh dengan perlakuan BFS, meskipun kandungan Fe2O3 dalam EFS jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh dari hasil identifikasi mineral ditemukan mineral dalam bentuk besi oksida seperti wuestit, magnetit dan dikalsium ferit yang kelarutannya rendah pada kisaran pH gambut serta dipengaruhi oleh potensial redoks tanah (Suwarno dan Goto 1997a). Peningkatan pH tanah dapat mengubah kesetimbangan antara bentuk Mn2+ (terlarut) menjadi bentuk MnO2 (tidak larut). Selain itu, Mn sering ditemui dalam bentuk khelat dengan senyawa organik yang dapat mengurangi ketersediaan Mn. Reaksi steel slag di tanah gambut menghasilkan Mn2+ karena steel slag mengandung Mn cukup tinggi (Lampiran 4), tidak dalam bentuk MnO2 yang dapat terkhelat dengan senyawa organik sehingga ketersediaan Mn meningkat. Setelah inkubasi satu bulan, Cu dan Zn tersedia tanah gambut tertinggi terdapat pada perlakuan unsur mikro yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Nilai Cu-tersedia tanah terendah diperoleh pada perlakuan silica gel setara EFS yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya sedangkan Zn-tersedia terendah terdapat pada perlakuan BFS 2% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali perlakuan unsur mikro. Pemberian unsur mikro (CuSO4+ZnSO4) yang diberikan berupa larutan lebih efektif dalam meningkatkan Cu dan Zn-tersedia tanah gambut karena Cu dan Zn lebih cepat tersedia. Peningkatan pH tanah setelah aplikasi beberapa amelioran tanah seperti dolomit dan steel slag dapat menekan mobilitas Cu, kemudian Cu mengendap dan ditransformasikan kedalam bentuk hidroksida dan khelat bahan organik. Selain itu, peningkatan Ca2+ dalam tanah seiiring meningkatnya dosis dolomit dan steel slag yang diberikan juga berpengaruh terhadap mobilitas Cu. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Ca2+ menjadi kompetitor Cu dalam mengisi larutan tanah. Menurut Driessen (1978) tanah gambut mengerap Cu cukup kuat sehingga hara Cu tidak tersedia bagi tanaman yang menyebabkan gejala gabah hampa pada tanaman padi. Kandungan unsur mikro pada tanah gambut dapat ditingkatkan dengan menambahkan pupuk mikro.
31
4.1.1.5 Kadar Pb, Hg, Cd, dan Cr-tersedia Tanah Analisis ragam pada Lampiran 33, 35, 37 dan 39 memperlihatkan bahwa aplikasi perlakuan setelah inkubasi satu bulan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Hg dan Cd, sedangkan untuk kadar Pb dan Cr secara statistik menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan. Tabel 6 Kadar Pb dan Cr-tersedia Tanah pada Perbandingan Beberapa Taraf Perlakuan Perlakuan
Pb-tersedia Cr-tersedia -------------(ppm)-----------
EFS – BFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro
0.35 abc 0.00 a 0.00 a 0.70 c 0.23 abc 0.60 bc 0.59 bc 0.34 abc 0.23 abc 0.13 ab
0.32 c 0.18 abc 0.24 bc 0.13 abc 0.25 bc 0.04 ab 0.07 ab 0.12 abc 0.07 ab 0.00 a
EFS - Dolomit setara EFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
0.35 0.00 0.00 0.70 0.23 0.27 0.06 0.06 0.07 0.13
0.32 c 0.18 bc 0.24 bc 0.13 ab 0.25 bc 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a
EFS – Silica gel setara EFS Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Unsur mikro
0.35 0.00 0.00 0.70 0.23 0.13 0.12 0.23 0.12 0.13
0.25 cd 0.00 a 0.18 bcd 0.24 cd 0.13 abc 0.06 ab 0.04 ab 0.07 ab 0.05 ab 0.00 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda menurut uji DMRT α = 5%.
32
Hasil analisis sifat kimia tanah gambut setelah inkubasi satu bulan menunjukkan bahwa pemberian amelioran berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pH, Ca-dd, Mg-dd, Fe, Mn, Cu, Zn dan Si-tersedia tanah gambut. Kandungan hara setiap amelioran memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri yang dapat mempengaruhi sifat kimia tanah gambut. Perlakuan kontrol menunjukkan bahwa kesuburan tanah gambut rendah dengan pH masam, kekahatan hara makro (Ca dan Mg) dan unsur mikro (Cu dan Zn) serta ketersediaan Si yang rendah. Hal ini menjadi faktor pembatas yang menentukan kecukupan hara di tanah gambut untuk mendukung pertumbuhan dan produksi padi. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan pertumbuhan padi yang optimum bahkan tanaman mati seperti pada percobaan rumah kaca. Permasalahan di tanah gambut sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman sehingga perlu dilakukan upaya menyeluruh perbaikan sifat kimia tanah. Pemberian dolomit selain dapat mengurangi kemasaman tanah, juga dapat meningkatkan kandungan kation-kation basa yaitu Ca dan Mg dan meningkatkan kejenuhan basa gambut. Pemberian dolomit saja tidak dapat memenuhi kecukupan hara tanah gambut. Aplikasi dolomit lebih baik dalam peningkatan pH dan Ca-dd tanah dibandingkan dengan perlakuan lain, namun tidak dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut menyeluruh untuk mendukung pertumbuhan dan produksi padi. Tanaman perlakuan dolomit pada percobaan rumah kaca terlihat tidak tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pemberian pupuk mikro (Cu dan Zn) lebih baik dalam meningkatkan Cu dan Zn-tersedia tanah gambut dibandingkan dengan perlakuan lain. Peningkatan produksi padi sawah di tanah gambut memerlukan input unsur mikro khususnya Cu, unsur Cu dapat mengurangi gabah hampa padi yang sering terjadi di tanah gambut. Aplikasi pupuk mikro tanpa adanya peningkatan pH tanah tidak dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut untuk mendukung pertumbuhan padi. Tanaman padi perlakuan unsur mikro pada percobaan rumah kaca terlihat mati, tidak berbeda dengan kondisi tanaman perlakuan kontrol. Silica
gel
yang
mengandung
SiO2 =
100%
diharapkan
dapat
menyumbangkan SiO2 di tanah gambut lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Hasil analisis tanah setelah inkubasi satu bulan menunjukkan bahwa
33
pemberian silica gel tidak dapat meningkatkan ketersediaan SiO2 tanah gambut. Hal ini diduga karena silica gel murni memiliki kelarutan yang rendah di tanah gambut dengan pH yang masam. Selain itu, bentuk butiran granular silica gel menyebabkan
kelarutan
rendah
dan
tidak
dapat
menyumbangkan
Si.
Pertumbuhan tanaman pada perlakuan ini di percobaan rumah kaca terlihat tidak berbeda dengan tanaman perlakuan kontrol dan unsur mikro. Hal ini berkaitan dengan tidak hanya kahat Si, Cu dan Zn menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman padi di tanah gambut. Upaya peningkatan pH tanah dan kecukupan hara secara seimbang penting dilakukan dalam memenuhi kebutuhan tanaman padi berproduksi. Pemberian steel slag diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut menyeluruh. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa aplikasi steel slag dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut dengan adanya peningkatan pH tanah, Ca-dd, Mg-dd, Fe, Mn dan Si-tersedia tanah. Hal ini terlihat pada kondisi tanaman padi di percobaan rumah kaca yang lebih baik dan dapat berproduksi. Hasil analisis komposisi hara EFS dan BFS pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa BFS didominasi oleh unsur Ca, Si, Al, dan Mg sedangkan EFS didominasi oleh unsur Fe, Ca, Si, Mg, dan Al. Kadar total CaO, SiO2, dan Al2O3 BFS lebih tinggi dibandingkan dengan EFS, namun kadar total Fe dan Mg lebih rendah. Selain itu, kadar total Cu BFS lebih tinggi daripada EFS tetapi kadar total Mn dan Zn BFS lebih rendah. Oleh sebab itu, sebagai pupuk silikat kemampuan BFS untuk mensuplai Si dan Ca lebih tinggi daripada EFS namun kemampuan BFS untuk mensuplai Mg, Fe, Mn, dan Zn lebih rendah. Kadar total As, Cd, Pb, dan Hg BFS lebih tinggi daripada EFS tetapi kadar total Cr BFS lebih rendah. Analisis kimia tanah gambut setelah inkubasi satu bulan menunjukkan bahwa pemberian EFS lebih baik dalam meningkatkan Fe dan Mn-tersedia tanah. Perlakuan BFS lebih baik dalam meningkatkan Mg-dd dan Si-tersedia tanah gambut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan kemampuan BFS untuk mensuplai Si lebih tinggi daripada EFS, namun kemampuan BFS untuk mensuplai Fe dan Mn lebih rendah.
34
Perbaikan sifat kimia tanah gambut secara menyeluruh diperoleh pada perlakuan EFS. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan dan produksi padi pada perlakuan ini di percobaan rumah kaca lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Berdasarkan pada perbaikan sifat kimia tanah gambut setelah aplikasi perlakuan dan kaitannya dengan kondisi tanaman pada percobaan rumah kaca, dapat disimpulkan bahwa silikat bukan satu-satunya faktor yang menentukan perbaikan sifat kimia tanah gambut dan produksi padi. Perlakuan EFS tidak lebih baik meningkatkan Si tersedia tanah, namun diperoleh perbaikan sifat kimia tanah gambut menyeluruh seiiring dengan adanya peningkatan pH tanah, sumbangan Ca, Mg, Fe dan Mn serta kation polivalen (Fe, Al, Cu dan Zn) diharapkan dapat mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun. Kation-kation tersebut membentuk ikatan koordinasi dengan ligan organik membentuk senyawa kompleks/khelat. Perbaikan sifat kimia tanah dengan perlakuan EFS diduga dapat menciptakan kondisi kesetimbangan dalam tanah untuk pertumbuhan dan produksi padi yang lebih baik.
4.2 Percobaan Rumah Kaca 4.2.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Pengamatan di rumah kaca, pemberian steel slag dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi varietas IR 64 dan Air Tenggulang. Tanaman perlakuan kontrol, silica gel setara EFS dan unsur mikro terlihat tidak berkembang, kerdil dan akhirnya mati pada umur 8 MST sehingga tidak berproduksi. Hal ini berkaitan dengan pengaruh yang berbeda tiap perlakuan terhadap sifat kimia tanah gambut. Tanaman
perlakuan
unsur
mikro
dan
silica
gel
setara
EFS
pertumbuhannya terhambat seperti tanaman perlakuan kontrol. Hal ini berkaitan dengan perubahan sifat kimia tanah setelah aplikasi perlakuan tersebut. Pupuk mikro yang mengandung Cu dan Zn dan silica gel yang mengandung SiO2 tidak dapat memperbaiki sifat kimia tanah gambut. Perlakuan dolomit setara EFS dapat meningkatkan pH tanah dan Ca-dd tanah gambut. Akan tetapi, tanaman perlakuan ini pertumbuhan dan produksinya tidak lebih baik jika dibandingkan dengan
35
tanaman perlakuan steel slag (EFS dan BFS). Sebaliknya, kedua varietas padi terlihat lebih baik petumbuhan dan produksinya setelah diaplikasikan steel slag, sejalan dengan perbaikan sifat kimia tanah. Aplikasi steel slag berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah, Ca-dd, Mg-dd, Fe, Mn dan Si tersedia tanah gambut. Analisis ragam pada Lampiran 41, 43, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 58 dan 60 memperlihatkan
bahwa
aplikasi
perlakuan
berpengaruh
sangat
nyata
meningkatkan tinggi tanaman, anakan maksimum, anakan produktif serta produksi padi. Pertumbuhan dan produksi padi terlihat lebih baik seiring dengan meningkatnya dosis. Respon padi pada perlakuan EFS lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini berkaitan dengan perbaikan sifat kimia tanah gambut pada perlakuan ini. Kondisi tanaman padi kedua varietas umur 17 MST (sebelum panen) pada percobaan rumah kaca dapat dilihat pada Lampiran 65 dan 66.
4.2.1.1 Tinggi Tanaman Gambar 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman (11 MST) kedua varietas padi dari tertinggi sampai terendah adalah tanaman perlakuan EF slag > BF slag > dolomit setara EFS. Analisis ragam (Lampiran 41 dan 43) terlihat bahwa aplikasi perlakuan berpengaruh sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman kedua varietas. Umumnya, peningkatan tinggi tanaman seiring dengan penambahan dosis yang diberikan. Tanaman perlakuan steel slag lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Syihabuddin (2011) menyatakan bahwa pemberian steel slag berpengaruh sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum dan anakan produktif, serta biomassa tanaman. Tinggi tanaman padi varietas IR 64 yang tertinggi terdapat pada perlakuan EFS 6%, sedangkan pada varietas Air Tenggulang diperoleh pada perlakuan EFS 8%. Tinggi tanaman Air Tenggulang lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman IR 64. Air Tenggulang lebih sensitif terhadap kesuburan tanah gambut yang rendah. Respon tanaman pada beberapa taraf perlakuan terlihat sangat jelek pada perlakuan yang tidak terjadi perbaikan sifat kimia tanahnya, sebaliknya akan terlihat lebih baik pada perlakuan yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah.
36
(a)
(b) Gambar 3 Tinggi Tanaman Padi: a) IR 64, (b) Air Tenggulang pada Berbagai Taraf Perlakuan Pertumbuhan terbaik terlihat pada perlakuan steel slag (EFS dan BFS) untuk kedua varietas. Keadaan tanaman padi IR 64 lebih baik jika dibandingkan dengan padi Air Tenggulang. Padi IR 64 lebih toleran terhadap tanah gambut yang memiliki pH masam sekaligus miskin unsur hara, responnya lebih signifikan terhadap pemberian steel slag. Air Tenggulang merupakan varietas padi yang dapat tumbuh di daerah rawa dan pasang surut, namun respon yang baik pertumbuhan padi ini hanya di tanah mineral saja.
37
Malai keluar untuk kedua varietas saat 10 MST yaitu pada perlakuan EFS 6%, EFS 8% dan BFS 2%. Suwarno dan Goto (1997b) menyatakan bahwa tanaman yang diberi steel slag tampak lebih segar, daun tegak, serta batang lebih besar dan keras. Efek perlakuan EFS terhadap tinggi tanaman lebih baik jika dibandingkan dengan efek perlakuan BFS dan dolomit setara EFS dengan dosis yang sama. Hasil analisis tanah setelah inkubasi satu bulan menunjukkan bahwa perlakuan BFS lebih baik dalam meningkatkan SiO2-tersedia tanah dan perlakuan dolomit setara EFS lebih baik dalam meningkatkan pH tanah gambut dibandingkan dengan perlakuan EFS. Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya peningkatan ketersediaan Si, Ca, Mg dan pH tanah yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan padi, namun perlakuan EFS dengan komposisi haranya dapat menciptakan kondisi kimia tanah yang baik untuk menunjang pertumbuhan dan produksi padi.
4.2.1.2 Jumlah Anakan Analisis ragam pada Lampiran 49, 51, 53 dan 55 memperlihatkan bahwa aplikasi perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif tanaman kedua varietas padi. Hal ini membuktikan bahwa steel slag yang mengandung Si sebagai beneficial element merupakan unsur yang penting dalam mendukung pertumbuhan padi yang diserap tanaman dalam jumlah besar (Epstein 1999; Matichenkov dan Calvert 2002). Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif tertinggi padi IR 64 terdapat pada perlakuan EFS 6%, sedangkan padi Air Tenggulang terdapat pada perlakuan EFS 8% yang berbeda nyata dengan perlakuan BFS dan dolomit setara EFS. Secara umum, bertambahnya jumlah anakan maksimum dan anakan poduktif seiring peningkatan dosis perlakuan. Jumlah anakan padi meningkat sejalan dengan peningkatan tinggi tanaman.
38
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4 Jumlah Anakan Maksimum Padi (a) IR 64, (b) Air Tenggulang dan Anakan Produktif Padi (c) IR 64, (d) Air Tenggulang pada Berbagai Taraf Perlakuan. Jumlah anakan mulai tumbuh umur 5 MST pada perlakuan steel slag (EFS dan BFS) sedangkan perlakuan dolomit setara EFS diperoleh umur 6 MST, serta perlakuan silica gel setara EFS dan unsur mikro diperoleh pada 7 MST. Jumlah anakan perlakuan kontrol tidak bertambah sejak awal penanaman sampai saat panen sedangkan jumlah anakan perlakuan steel slag terus bertambah hingga tanaman berumur 11 MST, saat itu jumlah anakan telah mencapai maksimum. Anakan maksimun dan anakan produktif tidak diperoleh pada perlakuan kontrol, unsur mikro dan silica gel setara EFS dikarenakan tanaman mati umur 8 MST.
39
Pemberian EFS yang mengandung Si sebagai beneficial element yang sangat penting artinya bagi tanaman padi. Unsur ini menyebabkan daun padi menjadi lebih tegak, dapat memperbaiki pertumbuhan, memperkuat batang dan akar, meningkatkan jumlah anakan padi, mendorong pembentukan malai lebih awal, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah (De Datta 1981). Hal inilah yang diduga menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik seperti terlihat pada tanaman perlakuan kontrol, unsur mikro, silica gel dan dolomit setara EFS karena fungsi silika tidak berperan. Beberapa gejala penyakit pada daun mulai terlihat dan serangan hama seperti belalang, kutu, burung saat tanaman berumur 11 MST. Penyemprotan pestisida dengan Dacis sesuai dosis anjuran dilaksanakan, dan diberi sungkup plastik tipis yang transparan pada setiap pot untuk menghindari serangan burung. Hampir semua bulir padi terkena bercak coklat. Bercak-bercak coklat sedikit terdapat pada perlakuan steel slag. Unsur Si dalam steel slag dapat mengurangi cekaman abiotik seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta serangan penyakit dan hama. Keadaan lingkungan rumah kaca yang tidak mendukung menjadi penyebab munculnya serangan hama dan penyakit tanaman padi.
4.2.1.3 Produksi Padi Analisis ragam pada Lampiran 58, 59, 60 dan 61 memperlihatkan bahwa aplikasi perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi IR 64 dan Air Tenggulang. Variabel produksi yang diamati adalah bobot gabah kering panen (BGKP), bobot gabah kering giling (BGKG), bobot kering gabah bernas (BKGB). Semakin tinggi dosis perlakuan yang diberikan, maka semakin meningkat bobot gabah padi. Tanaman yang pertumbuhannya jelek dan mati seperti pada perlakuan kontrol, unsur mikro dan silica gel setara EFS serta beberapa taraf perlakuan dolomit setara EFS menyebabkan tanaman padi tidak sampai berproduksi. Gambar 5 menunjukkan bahwa pemberian steel slag dapat meningkatkan produksi padi yang diwakili dengan bobot gabah kering giling (BGKG). Produksi
40
padi IR 64 dan Air tenggulang (BGKG) tertinggi terdapat pada perlakuan EFS 8% yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.
(a)
(b) Gambar 5 Produksi Padi (BGKG): (a) IR 64, (b) Air Tenggulang pada Berbagai Taraf Perlakuan. Produksi kedua varietas pada perlakuan BFS tidak lebih baik jika dibandingkan dengan produksi pada perlakuan dolomit setara EFS. Hasil analisis tanah setelah inkubasi satu bulan menunjukkan bahwa perlakuan BFS lebih baik dalam meningkatkan SiO2-tersedia tanah dibandingkan dengan perlakuan lain. Peningkatan SiO2-tersedia tanah belum tentu dapat meningkatkan produksi padi, tetapi berkaitan dengan fisiologis tanaman dalam menyerap Si untuk
41
dimanfaatkan dalam metabolisme yang akan mempengaruhi produksi padi. Kadar SiO2 jerami padi IR 64 perlakuan dolomit setara EFS lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan BFS. Hal ini menandakan bahwa SiO2 dalam tanah pada perlakuan ini diserap baik oleh tanaman, sehingga menghasilkan produksi padi (BGKG) lebih baik dibandingkan dengan perlakuan BFS. Umumnya, produksi (BGKG) padi Air Tenggulang lebih tinggi dibandingkan dengan padi IR 64. Hal ini berkaitan dengan padi Air Tenggulang lebih baik terhadap tinggi dan jumlah anakan produktif padi dibandingkan dengan padi IR 64 yang sejalan dengan produksi padi. Peningkatan BGKG seiiring dengan penambahan dosis EFS yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh selain Si, EFS Indonesia mengandung Ca, Mg, Fe serta relatif tinggi hara mikro sehingga dapat lebih baik memperbaiki sifat kimia tanah gambut. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Hidayatuloh (2006) di Mukok, Sanggau-Kalimantan Barat menyatakan bahwa pemberian steel slag berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan pH, K, Ca dan Mg dapat didapat ditukar, Si, Fe, Mn tersedia serta meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering gabah total, bobot kering gabah bernas dan menurunkan persentase gabah harnpa. Pemanenan dilakukan tidak serempak sebagian besar dipanen pada umur 17 MST, sedangkan sisanya menunggu hingga bulir padi masak. Pada percobaan ini, pertumbuhan dan waktu panen tanaman lebih lambat jika dibandingkan umur tanaman yang dianjurkan oleh BBPT Padi di tanah mineral. Keadaan tanah gambut yang sangat masam dan kurang unsur hara, kondisi atap rumah kaca yang berlumut menyebabkan kurang intensitas cahaya matahari, sehingga menghambat fotosintesis. Hal ini diduga turut menghambat proses pematangan bulir padi. Pematangan bulir padi lebih cepat terlihat pada perlakuan steel slag. Makin tinggi dosis steel slag maka semakin cepat bulir padi matang. Bulir padi Air Tenggulang lebih cepat matang dan banyak jika dibandingkan dengan padi IR 64, hal ini berkaitan dengan perbedaan karakteristik fisiologis kedua varietas tersebut berdasarkan deskripsi BBPT Padi (Lampiran 5).
42
4.2.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar SiO2 dalam Jerami dan Logam Berat dalam Beras Analisis tanaman yang dilakukan adalah penetapan kadar SiO2 dalam jerami dan analisis logam berat (Pb, Hg dan Cd) total dalam beras padi IR 64 dan Air Tenggulang (Lampiran 62, 63 dan 64). Nilai yang diperoleh tidak dilakukan analisis ragam disebabkan oleh terdapat tanaman yang mati pada beberapa perlakuan, sehingga tidak menghasilkan jaringan tanaman yang layak untuk dianalisis dan tidak berproduksi. Pemberian steel slag dapat meningkatkan kadar SiO2 dalam jerami. Kadar logam berat beracun yang terkandung dalam beras masih dibawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan menurut SNI 7387 tahun 2009 (Tabel 1), sehingga beras yang dihasilkan masih aman untuk dikonsumsi.
4.2.2.1 Kadar SiO2 dalam Jerami Steel slag (EFS dan BFS) dapat meningkatkan kadar SiO2 dalam jerami sejalan dengan meningkatnya dosis steel slag, namun pengaruh BFS tidak sebaik pengaruh EFS. Gambar 6 menunjukkan bahwa kadar SiO2 dalam jerami padi IR 64 tertinggi pada perlakuan EFS 4%. Hal ini berarti bahwa terjadi penyerapan maksimum SiO2 oleh tanaman padi dan pada dosis ini telah memenuhi kecukupan hara Si di tanah gambut. Namun, hasil produksi tertinggi terdapat pada perlakuan EFS 8%. Hal ini membuktikan bahwa pada dosis ini, padi dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Selain itu, bukan hanya Si saja yang berperan penting dalam pertumbuhan dan produksi padi. Keseimbangan hara dalam tanah dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman padi. Kadar SiO2 dalam jerami padi Air Tenggulang tertinggi pada perlakuan EFS 8%. Secara umum, peningkatan kadar SiO2 dalam jerami kedua varietas sejalan dengan penambahan dosis yang diberikan. Perlakuan BFS memiliki kandungan SiO2 dan peningkatkan SiO2-tersedia lebih tinggi, namun tidak untuk penyerapan Si dalam jerami padi. Tanaman pada perlakuan EFS dan dolomit setara EFS menyerap Si lebih baik, terbukti dengan kadar SiO2 dalam jerami lebih
43
tinggi dibandingkan dengan perlakuan BFS yang sejalan dengan produksi gabah yang dihasilkan.
(a)
(b) Gambar 6 Kadar SiO2 dalam Jerami Padi: (a) IR 64, (b) Air Tenggulang pada Berbagai Taraf Perlakuan. Pada percobaan rumah kaca, respon padi IR 64 di tanah gambut lebih baik dibandingkan padi Air Tenggulang. Hal ini berkaitan dengan karakteristik fisiologis yang berbeda dari kedua varietas berdasarkan deskripsi padi oleh BBPT Padi (2010). Hasil keseluruhan variabel pertumbuhan dan produksi padi IR 64 maupun Air Tenggulang di tanah gambut terbukti bahwa tidak hanya kahat Si, Ca,
44
Mg, Cu, Zn dan pH masam yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman padi di tanah gambut. Perbaikan sifat kimia tanah gambut menyeluruh dan seimbang diperlukan, sehingga memenuhi kebutuhan tanaman padi untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian, respon padi perlakuan EFS di tanah gambut lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini membuktikan bahwa bukan hanya silikat sebagai faktor penentu perbaikan sifat kimia tanah gambut dan produksi padi pada perlakuan EFS, tetapi dengan adanya peningkatan pH tanah, sumbangan Ca, Mg, unsur hara mikro serta kation polivalen (Fe, Al, Cu dan Zn) diharapkan dapat mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun. Pemberian EFS diduga dapat menciptakan kondisi kesetimbangan dalam tanah untuk pertumbuhan dan produksi padi yang lebih baik.
4.2.2.2 Kadar Logam Berat dalam Beras Analisis kadar logam berat yang terkandung dalam beras padi kedua varietas menunjukkan bahwa terdeteksi logam berat yaitu Cd, sedangkan kadar Pb dan Hg tidak terdeteksi. Tabel 7 menunjukkan bahwa beras padi kedua varietas kadar Pb dan Hg tidak terdeteksi sedangkan kadar Cd tertinggi pada perlakuan dolomit setara EFS 6% untuk padi IR 64 dan EFS 8% untuk padi Air Tenggulang. Pengaruh aplikasi perlakuan terhadap logam berat dalam beras sulit untuk dilihat, disebabkan oleh terdapat tanaman yang mati atau tidak berproduksi pada beberapa perlakuan sehingga tidak ada sampel untuk dianalisis. Kadar logam berat dalam beras terukur pada perlakuan EFS, BFS dan dolomit setara EFS namun masih dibawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan menurut SNI 7387 tahun 2009 (Tabel 1), sehingga beras masih aman untuk dikonsumsi. Hal ini berarti bahwa aplikasi steel slag tidak berbahaya dan layak untuk dijadikan amelioran tanah di bidang pertanian dan terbantahkan bahwa steel slag dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut PP No 18 dan No 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3.
45
Tabel 7 Kadar Pb, Hg dan Cd Total yang Terkandung dalam Beras Perlakuan K EF 2% EF 4% EF 6% EF 8% BF 2% BF 4% BF 6% BF 8% DM 2% DM 4% DM 6% DM 8% SG 2% SG 4% SG 6% SG 8% UM
IR 64 Pb total Hg total Cd total ----------------(ppm)-------------td td 0.13 td td 0.17 td td 0.13 0.40 td 0.10 td td 0.25 td td 0.23 -
Air Tenggulang Pb total Hg total Cd total ---------------(ppm)-------------td td 0.60 td td 0.30 td td 1.60 td td td td td td td td td -
td = tidak terdeteksi, (-) = tidak ada sampel; K = Kontrol, UM = Unsur Mikro, EF = EF slag, BF= BF slag, DM= Dolomit setara EFS, SG = Silica gel setara EFS.
Selain itu, kelarutan logam berat dalam tanah dapat dikurangi dengan aplikasi steel slag yang dapat meningkatan pH sehingga unsur-unsur tersebut menjadi kurang mobil dan kurang tersedia (Syihabuddin
2011). Ukuran
kelayakan dari steel slag dapat bermanfaat jika diaplikasikan untuk tanaman padi yaitu pada beras tidak terdeteksi logam berat atau masih dalam ambang batas cemaran logam berat dalam pangan. Unsur Si sebagai beneficial element untuk tanaman akumulator Si seperti padi di tanah mineral, namun tidak berlaku di tanah gambut. Pada tanah gambut peningkatan pH, ketersediaan Ca dan Mg serta unsur mikro yang sejalan dengan peningkatan Si saja tidak cukup, namun diperlukan kondisi kesetimbangan unsurunsur hara. Kadar hara dalam tanah harus sesuai dengan kisaran kecukupan hara tanaman padi sehingga mendukung pertumbuhan dan produksi padi yang baik di tanah gambut.
46
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Electric furnace slag di tanah gambut setelah inkubasi satu bulan lebih baik dalam meningkatkan ketersediaan Fe dan Mn tersedia tanah gambut serta meningkatkan tinggi, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, produksi, kadar SiO2 dalam jerami padi IR 64 dan padi Air Tenggulang daripada blast furnace slag, dolomit, silica gel serta unsur mikro.
2. Electric furnace slag lebih baik dalam perbaikan sifat kimia tanah gambut serta pertumbuhan dan produksi padi, berkaitan dengan selain berperan dalam meningkatkan Si tersedia juga dapat meningkatkan pH tanah, memberikan sumbangan Ca dan Mg serta unsur mikro sehingga tercipta kondisi kesetimbangan unsur hara dalam tanah.
3. Kadar Pb dan Hg dalam beras setelah aplikasi steel slag tidak terdeteksi dan kadar Cd masih di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan sehingga beras aman dikonsumsi.
5.2 Saran Pengoptimalan peran steel slag di tanah gambut terhadap pertumbuhan dan produksi padi dapat dilakukan verifikasi berupa percobaan lapang dengan perlakuan dan dosis yang sama.
47
DAFTAR PUSTAKA Agus, F., dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor. Astuti, M.D., R. Nurmasari, dan D.R. Mujiyanti. 2012. Immobilisasi 1,8 dihidroxyanthraquinon pada silika melalui proses sol-gel. Jurnal Sains 6(1):25-34. [BB Litbang SDLP] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008. Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian. BB Litbang SDLP, Bogor. [BBPTP] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Deskripsi: Varietas Padi. Litbang BBPTP. Kementerian Pertanian, Bogor. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7387: Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan. BSN, Jakarta. Buckman, H.O., and N.C. Brady. 1982. Soil Science. Macmillan Publishing Company, New York. Casman, K.G., S.Peng, and A.Dobermann. 1997. Nutritional physiology of the rice plants and productivity declined of irrigated rice systems in the tropics. Soil Science and Plant Nutrition 43:1101-1106. Darmawan and S.I. Wada. 1999. Kinetic of speciation of copper, lead, and zinc loaded to soils that differ in cation exchanger composition at low moisture content. Community Soil Science and Plant analysis 30(17):2363-2375. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta. Das, B., S. Prakash, P.S.R. Reddy, and V.N. Misra. 2007. An overview of utilization of slag and sludge from steel industries. Resources Conservation and Recycling 50:40–57. De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Willey and Sons, Inc., New York. Dewi, K.S.P., dan M.S. Saeni. 1997. Tingkat pencemaran logam berat (Hg, Pb, dan Cd) di dalam sayuran, air minum dan rambut di Denpasar, Gianyar dan Tabanan. Buletin Kimia IPB 12:66-78.
48
Driessen, P. M. 1978. Peat soils. pp.763–779. In Soils and Rice International Rice Research Institute, Los Banos. Epstein, E. 1999. Silicon in plants: facts vs concepts. pp.1-5. In Datnoff (Ed.). Silicon in Agriculture Elsevier Science, Amsterdam. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan G.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI-Press, Jakarta. Hardjowigeno, S. 1986. Sumber Daya Fisik Wilayah dan Tata Guna Lahan: Histosol. Fakultas Pertanian Institut Pertanian, Bogor. Hidayatuloh, S. 2006. Pengaruh slag terhadap sifat kimia tanah dan produksi padi sawah pada tanah gambut Mukok, Sanggau [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Horiguchi, T. 1988. Mechanism of manganese toxicity and tolerance of plnts IV. Effects of silicon on alleviation of manganesetoxicity of rice plants. Soil Science and Plant Nutrition 34:65-73. http://id.wikipedia.org/wiki/Gel_silika.html. [12 April 2012].
Proses
pembuatan
silica
gel.
Husnain. 2009a. Ketersediaan silika (Si) pada tanah sawah dan metode penetapan Si tersedia di dalam tanah serta perbandingan beberapa metode ekstraksinya. Balai Penelitian Tanah, Bogor. _______. 2009b. Nutrient dynamics in watersheds and lowland sawah in java island in relation to the sustainability of sawah farming systems in Indonesia [dissertation]. Graduated School of Agricultural Sciences, Tottori University, Japan. Idris, M., M.M. Hossain, and F.A. Chounhury. 1975. The effect of silicon on lodging of rice in presence of added nitrogen. Plant and Soil 43:691-695. Imaizumi, K., and S.Yoshida. 1958. Edaphological studies on silicon supplying power of paddy soils. Bull. Natl. Inst. Agric. Sci. B. 8:261-304. Kabata, A., and H. Pendias. 2011. Trace Elements in Soils and Plants. 4th Edition. CRC Press. Boca Raton, Florida. Kyuma, K. 2004. Paddy Soil Science. Kyoto University Press and Trans Pacific Press, Melbourne. Ma, J.F. and E. Takahashi. 1993. Interaction between calcium and silicon in water culture rice plants. Plant and Soil 148:107-113.
49
Makarim, A.K., E. Suhartatik, dan A. Kartohardjono. 2007. Silika: hara penting pada sistem produksi padi. Iptek Tanaman Pangan 2(2):195-204. Matichenkov, V.V. and D.V. Calvert. 2002. Silicon as a beneficial element for sugarcane. American Society. Sugarcane Technology 22:21-30. Munir, M. 1995. Tanah-tanah Utama di Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta. Nicolas. 2002. Peranan amelioran tanah mineral diperkaya dengan besi slag terhadap perubahan kadar serat dan produktivitas gambut disawahkan [tesis]. Program Magister Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Prihatman, K. 2000. Budidaya Pertanian: sistem informasi manajemen pembangunan di pedesaan. Proyek PEMDA-BAPPENAS. BPP Teknologi, Jakarta. Rachim, A. 1995. Penggunaan kation-kation polivalen dalam kaitannya dengan ketersediaan fosfat untuk meningkatkan produksi jagung pada tanah gambut [disertasi]. Program Magister Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ross, S.M. 1994. Retention, transformation, and mobility of toxic metals in soils. pp.63-152. In Ross (Ed.). Toxic Metals in Soil Plant Systems. John Wiley & Sons, New York. Sabiham, S., T.B. Prasetyo, and S. Dohong. 1997. Phenolic acid in Indonesian peat. pp.289-292. In Rieley and Page (Eds.). Biodiversity and Sustainability of Tropical Peat and Peatland. Samara Publishing Ltd., Cardigan. UK. Salampak. 1999. Peningkatan produktivitas tanah gambut yang disawahkan dengan pemberian bahan amelioran tanah mineral berkadar besi tinggi [disertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saragih, E.S. 1996. Pengendalian asam-asam organik meracun dengan penambahan Fe (III) pada tanah gambut Jambi, Sumatera [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Savant, N.K., G.H. Snyder, and L.E. Datnoff. 1997. Silicon management and sustainable rice production. pp. 151-199. In D.L. Sparks (Ed.). Advances in Agronomy. Academic Press, San Diego. Sembiring, H., dan A. Gani. 2010. Adaptasi Varietas Padi pada Tanah Terkena Tsunami. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. BPPT Deptan, Bogor. Syabatini, A. 2010. Pembuatan CuSO4.5H2O. Kimia-FMIPA Univesitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan.
50
Susilawati, H.L., M. Ariani, R. Kartikawati, dan P. Setyanto. 2011. Ameliorasi tanah gambut meningkatkan produksi padi dan menekan emisi gas rumah kaca. Jurnal Agroinovasi 6:141-142 Suwarno. 2002. Utilization of steel slag in wetland rice cultivation on peat soil. pp. 211-214. In Proceedings of the International Symposium on Land Managament and Biodiversity in Southeast Asia, Bali-Indonesia. Suwarno and I. Goto. 1997a. Mineralogical and chemical properties of Indonesian electric furnace slag and its application effect as soil amandment. Agricultural Science Journal 42:151-162. _________________. 1997b. Effects of Indonesian electric furnace slag on rice yield and chemical properties of soils. pp.803-804. In T. Ando et al (Eds.). Plant Nutrition for Sustainable Food Production and Environment. Kluwer Academic Publishers, Japan. Syarif, N. 2010. Karakterisasi sifat kimia fisika terak pengolahan bijih besi sebagai pencampur mortar/bahan keramik. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah 13:110-115. Syihabuddin, M. 2011. Pengaruh slag terhadap sifat kimia tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Oryza sativa) pada tanah gambut dalam dari kumpeh, Jambi [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor. Tan, K.H. 1998. Principles of Soil Chemistry. 3rd Edition. Marcel Dekker, Inc., New York.
51
LAMPIRAN
52
Lampiran 1
(a)
(b)
(c)
(d)
Rangkaian Percobaan Inkubasi: (a) EF slag, (b) BF slag, (c) Penghomogenan Tanah dengan Perlakuan dan (d) Inkubasi Perlakuan.
(a)
(b)
(c)
Lampiran 2 Rangkaian Percobaan Rumah Kaca: (a) Pengambilan Contoh Tanah, (b) Aplikasi Perlakuan dan (c) Pengadukan dan Penggenangan tanah.
53
Lampiran 3 Analisis Awal Sifat Kimia Tanah Gambut Sifat Kimia
Metode
C-org (%) N-total (%) P-tersedia (ppm) Ca-dd (me/100g) Mg-dd (me/100g) K-dd (me/100g) Na-dd (me/100g) KTK (me/100g) KB (%) Al-dd (me/100g) H-dd (me/100g) Fe-tersedia (ppm) Cu-tersedia (ppm) Zn-tersedia (ppm) Mn tersedia (ppm) Pb tersedia (ppm) Cd-tersedia (ppm) Cr-tersedia (ppm) As-tersedia (ppm) Hg-tersedia (ppm) SiO2 (%) *tr = tidak terukur.
Walkey&Black Kjeldahl Bray I N NH4OAc pH 7.0 N NH4OAc pH 7.0 N NH4OAc pH 7.0 N NH4OAc pH 7.0 N NH4OAc pH 7.0
Nilai 55.54 3.72 24.5 5.54 3.11 2.9 1.84 133.68 9.71 3.28 5.99 923.2 17.94 57.92 142.51 2.9 tr* 1.82 tr 22.7 10.5
N KCl N KCl DTPA DTPA DTPA DTPA 0.05 N HCl 0.05 N HCl 0.05 N HCl 0.05 N HCl 0.05 N HCl N NaOAc pH 4.0
Lampiran 4 Analisis Sifat Kimia BF slag Korea dan EF slag Indonesia Kadar Total Fe2O3 CaO SiO2 MgO Al2O3 K 2O P2O5 Na2O Mn Cu Zn Daya Netralisasi Logam Berat Beracun As Cd Cr Pb Hg *td = tidak terdeteksi.
Satuan % % % % % % % % ppm ppm ppm % ppm ppm ppm ppm ppm
BF slag Korea 0.8 40.8 34.4 4.8 16.1 0.4 0.21 0.2 2750 108000 27000 84.8
EF slagIndonesia 43.2 26 12.7 7.9 7.2 0.04 0.05 0.3 12400 22000 79000 66.1
10.92 28.45 td* 242 2.05
3.17 0.17 832 5.0 0.08
54
Lampiran 5 Deskripsi Padi IR 64 • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Nomor Seleksi Asal persilangan Golongan Umur tanaman Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan produktif Warna kaki Warna batang Warna telinga daun Warna lidah daun Warna daun Muka daun Posisi daun Daun bendera Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur nasi Kadar amilosa Indeks glikemik Bobot 1000 butir Rata-rata hasil Potensi hasil Ketahanan terhadap hama
•
Penyakit
•
Anjuran tanam
• •
Pemulia Dilepas tahun
: IR 18348-36-3-3 : IR 5657/ IR 2061 : Cere : 110-120 hari : Tegak : 115-126 cm : 20-35 batang : Hijau : Hijau : Tidak berwarna : Tidak berwarna : Hijau : Kasar : Tegak : Tegak : Ramping, panjang : Kuning bersih : Tahan : Tahan : Pulen : 23% : 70 : 24.1 g : 5.0 ton/ ha : 6.0 ton :Tahan wereng coklat biotipe 1, 2, dan agak tahan wereng coklat biotipe 3 :Agak tahan hawar daun bakteri strain IV, tahan virus kerdil rumput :Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang. : Introduksi dari IRRI : 1986
Air Tenggulang • • • • • • • •
Asal persilangan Kelompok Nomor seleksi Golongan Umur tanaman Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan produktif
: Batang Ombilin/Siam 29/Batang Ombilin : Padi Sawah : B9709D-KA-137 : Cere : 123 – 127 hari : Tegak : 118 – 122 cm : 15 – 20 batang
55
Lampiran 5 Lanjutan • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
• • • • •
Warna kaki Warna batang Warna telinga daun Warna lidah daun Muka daun Warna daun Permukaan daun Posisi daun Daun bendera Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur nasi Kadar amilosa Indeks glikemik Bobot 1000 butir Rata-rata hasil Potensi hasil Ketahanan terhadap Hama
: Hijau : Hijau : Tidak berwarna : Tidak berwarna : Kasar : Hijau : Kasar : Tegak : Tegak : Gemuk : Kuning bersih : Agak tahan : Agak tahan : Pera : 26% : 50 : 27 gram : 5.0 t/ha : 6.0 t/ha
:Tahan terhdap wereng coklat biotipe 2 dan rentan biotipe 3 Penyakit :Tahan terhadap penyakit blas daun dan blas leher, agak tahan bercak daun coklat, tahan hawar daun bakteri strain III, dan agak tahan terhadap strain IV Anjuran tanam :Sesuai untuk padi rawa pasang surut, lahan sulfat masam dan bergambut Pemulia :B. Kustianto, Suwarno, T. Suahrtini, dan Adijono P Teknisi :Sudarna, Sularjo, Supartopo, Basaruddin N., Sunaryo dan Panca Hadi Siwi Alasan utama dilepas : Padi rawa, toleran keracunan Fe dan Al, tahan blast Dilepas tahun : 2001
Lampiran 6 Ambang Batas Kritis Logam Berat dalam Tanah Elemen Pb Cd As Sn Hg
Batas Normal Batas Kritis ………….(mg/kg)…………. 2-300 100-400 0.01-2.0 3.0-8.0 0.1-40 20-50 1-200 50 0.01-0.5 0.3-5
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009).
56
Lampiran 7 Nilai pH Tanah setelah Aplikasi Perlakuan selama Inkubasi Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur Mikro
3
6
9
12
15
22
3.59 3.65 3.98 4.28 4.24 3.87 4.17 4.20 4.43 3.99 3.90 3.92 3.93 4.12 4.44 4.76 5.08 3.99
3.68 3.76 4.07 4.37 4.34 3.96 4.26 4.28 4.43 4.03 3.94 3.95 3.98 4.20 4.52 4.84 5.14 4.02
3.76 3.86 4.16 4.45 4.43 4.05 4.34 4.35 4.44 4.07 3.98 3.99 4.02 4.27 4.60 4.92 5.20 4.06
3.84 3.95 4.24 4.53 4.52 4.13 4.42 4.42 4.44 4.10 4.01 4.02 4.06 4.34 4.67 4.99 5.25 4.08
3.91 4.03 4.32 4.60 4.60 4.20 4.49 4.48 4.44 4.13 4.04 4.04 4.09 4.40 4.74 5.05 5.29 4.11
4.06 4.21 4.48 4.74 4.76 4.35 4.64 4.61 4.44 4.18 4.09 4.09 4.16 4.53 4.88 5.18 5.38 4.15
Waktu (Hari) 29 36 43 4.18 4.34 4.61 4.85 4.90 4.45 4.76 4.70 4.45 4.22 4.13 4.11 4.20 4.62 4.99 5.28 5.44 4.17
4.27 4.44 4.71 4.94 5.00 4.52 4.85 4.77 4.45 4.23 4.15 4.12 4.23 4.69 5.07 5.36 5.47 4.17
4.33 4.49 4.78 4.99 5.08 4.54 4.91 4.80 4.45 4.23 4.14 4.11 4.24 4.72 5.12 5.40 5.47 4.15
50
57
64
71
78
85
4.36 4.51 4.82 5.02 5.13 4.53 4.94 4.81 4.45 4.20 4.12 4.08 4.23 4.73 5.14 5.41 5.44 4.11
4.36 4.48 4.83 5.02 5.15 4.48 4.94 4.79 4.45 4.16 4.07 4.03 4.20 4.71 5.13 5.40 5.38 4.06
4.33 4.42 4.82 4.98 5.13 4.39 4.91 4.74 4.45 4.10 4.01 3.95 4.14 4.65 5.09 5.35 5.29 3.98
4.27 4.32 4.77 4.92 5.09 4.25 4.85 4.65 4.45 4.01 3.93 3.86 4.07 4.57 5.03 5.28 5.18 3.88
4.18 4.18 4.69 4.83 5.02 4.08 4.77 4.54 4.45 3.91 3.83 3.75 3.98 4.46 4.93 5.17 5.03 3.77
4.07 4.00 4.59 4.71 4.92 3.88 4.65 4.40 4.44 3.79 3.70 3.62 3.87 4.32 4.80 5.04 4.85 3.63
57
Lampiran 8 Pengaruh Perlakuan terhadap pH Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan I II III 3.50 3.50 3.50 3.70 3.80 3.70 4.00 4.00 4.10 4.10 4.25 4.20 4.40 4.35 4.30 4.00 4.10 4.10 4.30 4.25 4.30 4.40 4.40 4.30 4.60 4.40 4.60 3.80 3.80 3.70 3.90 3.70 3.60 3.70 3.70 3.70 3.80 3.70 3.70 4.20 4.20 4.25 4.70 4.60 4.60 4.80 4.80 4.70 5.20 5.00 5.00 3.60 3.55 3.50
Total Rataan 10.50 11.20 12.10 12.55 13.05 12.20 12.85 13.10 13.60 11.30 11.20 11.10 11.20 12.65 13.90 14.30 15.20 10.65
3.50 3.73 4.03 4.18 4.35 4.07 4.28 4.37 4.53 3.77 3.73 3.70 3.73 4.22 4.63 4.77 5.07 3.55
Lampiran 9 Analisis Ragam pH Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS – BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 3.45 0.08 3.52
Kuadrat F Hitung Tengah 0.383 99.86** 0.004
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS –Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 7.32 0.814 0.08 0.004 7,40
F Hitung 212.26**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat 2.02 0.09 2.11
Kuadrat Tengah 0.224 0.005
F Hitung 47.21**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
58
Lampiran 10 Pengaruh Perlakuan terhadap P-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ---------------------(ppm)---------------------40 59 46 146 49 108 71 64 243 81 97 68 95 260 87 140 97 90 327 109 155 93 111 359 120 101 93 71 264 88 83 71 86 240 80 60 62 76 199 66 87 57 89 233 78 69 54 66 189 63 88 63 71 222 74 64 71 73 208 69 53 64 75 193 64 64 54 59 177 59 63 57 50 169 56 48 63 46 157 52 78 66 64 207 69 66 66 75 206 69
Lampiran 11 Analisis Ragam P-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS – BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 11341.41 6807.61 18149.02
Kuadrat F Hitung Tengah 1260.156 3.70** 340.381
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
Jumlah Kuadrat 15652.98 5785.77 21438.75
Kuadrat F Hitung Tengah 1739.220 6.01** 289.289
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat 12733.67 6088.17 18821.84
Kuadrat Tengah 1414.852 304.409
F Hitung 4.65**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
59
Lampiran 12 Pengaruh Perlakuan terhadap N-total Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ------------------------(%)----------------------1.19 1.20 1.51 3.90 1.30 1.42 1.00 1.04 3.46 1.15 1.39 1.19 1.24 3.83 1.28 1.03 1.29 1.26 3.58 1.19 1.55 1.17 1.18 3.89 1.30 1.23 1.51 1.50 4.24 1.41 1.48 1.61 1.09 4.18 1.39 0.99 0.81 0.91 2.71 0.90 1.02 1.47 0.95 3.44 1.15 1.42 0.95 0.93 3.30 1.10 1.23 1.15 1.09 3.47 1.16 0.97 1.34 0.91 3.23 1.08 1.26 0.83 1.42 3.51 1.17 1.06 0.97 1.19 3.21 1.07 1.21 1.09 1.11 3.42 1.14 1.42 1.31 1.14 3.86 1.29 1.25 1.02 1.11 3.39 1.13 1.22 0.77 1.27 3.25 1.08
Lampiran 13 Analisis Ragam N-total Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total tn ) = tidak nyata.
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 0.72 1.33 2.05
Kuadrat Tengah 0.080 0.066
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.11 1.13 1.24
Kuadrat Tengah 0.013 0.056
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.14 1.44 1.58
Kuadrat Tengah 0.016 0.072
F Hitung
1.21tn
0.23tn
0.22tn
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
60
Lampiran 14 Pengaruh Perlakuan terhadap Si-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III -------------------------(ppm)-----------------------35 75 49 159 53 219 183 318 720 240 274 286 321 881 294 262 244 327 833 278 250 177 346 774 258 490 344 343 1177 392 415 506 484 1405 468 228 345 363 937 312 619 858 739 2216 739 79 67 56 202 67 80 69 75 224 75 83 69 70 222 74 79 65 72 215 72 14 14 60 89 30 83 46 39 169 56 70 33 43 146 49 48 37 43 128 43 61 26 43 129 43
Lampiran 15 Analisis Ragam Si-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat 1085355.22 88755.98 1174111.20
Kuadrat F Hitung Tengah 120595.024 27.17** 4437.799
Jumlah Kuadrat 360366.67 33802.39 394169.06
Kuadrat Tengah 40040.742 1690.119
F Hitung
Jumlah Kuadrat 305087.69 31047.84 336135.53
Kuadrat Tengah 33898.632 552.392
F Hitung
23.69**
21.84**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
61
Lampiran 16 Pengaruh Perlakuan terhadap Ca-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ---------------------(me/100g)----------------------3.62 5.23 4.43 13.28 4.43 13.64 16.76 14.73 45.13 15.04 23.36 17.13 22.41 62.89 20.96 26.38 26.23 26.50 79.11 26.37 38.03 35.87 33.70 107.60 35.87 18.03 16.57 18.61 53.21 17.74 22.56 30.50 27.21 80.27 26.76 24.46 23.32 22.21 69.98 23.33 30.24 23.70 29.84 83.79 27.93 5.93 5.61 5.92 17.45 5.82 6.04 4.26 5.52 15.82 5.27 7.53 6.35 6.31 20.20 6.73 5.74 5.72 7.72 19.18 6.39 15.29 18.51 22.05 55.85 18.62 41.57 35.92 34.26 111.75 37.25 46.82 45.50 43.36 135.67 45.22 53.65 54.21 40.93 148.79 49.60 4.98 4.77 5.56 15.31 5.10
Lampiran 17 Analisis Ragam Ca-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total **) = sangat nyata
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 2717.36 102.04 2819.40
Kuadrat Tengah 301.929 5.102
F Hitung
Jumlah Kuadrat 6756.73 209.78 6966.51
Kuadrat Tengah 750.748 10.489
F Hitung
Jumlah Kuadrat 3296.83 43.95 3340.78
Kuadrat Tengah 366.315 2.197
F Hitung
59.18**
71.58**
166.70**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
62
Lampiran 18 Pengaruh Perlakuan terhadap Mg-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ---------------------(me/100g)----------------------3.17 5.18 2.45 10.81 3.60 4.15 4.70 4.30 13.15 4.38 6.19 5.28 5.54 17.01 5.67 5.33 6.20 6.85 18.38 6.13 8.14 6.83 7.04 22.01 7.34 5.90 5.76 5.81 17.47 5.82 7.35 7.00 7.31 21.67 7.22 7.34 8.31 6.70 22.34 7.45 9.03 8.07 9.65 26.75 8.92 2.93 3.63 3.24 9.80 3.27 3.73 3.29 5.03 12.04 4.01 3.43 4.02 3.94 11.39 3.80 4.36 3.97 3.42 11.75 3.92 3.25 3.67 4.18 11.11 3.70 4.00 5.09 4.68 13.77 4.59 4.82 5.19 5.98 15.99 5.33 5.99 5.42 5.80 17.21 5.74 3.33 2.76 4.08 10.17 3.39
Lampiran 19 Analisis Ragam Mg-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat 87.63 10.31 97.94
Kuadrat Tengah 9.737 0.515
F Hitung
Jumlah Kuadrat 43.79 9.55 53.34
Kuadrat Tengah 4.866 0.477
F Hitung
Jumlah Kuadrat 50.02 10.17 60.20
Kuadrat Tengah 5.558 0.509
18.89**
10.19**
F Hitung 10.93**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
63
Lampiran 20 Pengaruh Perlakuan terhadap Na-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ---------------------(me/100g)----------------------7.53 7.24 6.84 21.61 7.20 5.60 6.57 8.33 20.51 6.84 6.93 5.10 4.03 16.07 5.36 6.64 5.91 6.08 18.62 6.21 7.39 4.75 4.76 16.89 5.63 5.42 7.38 4.27 17.06 5.69 7.62 7.38 6.36 21.36 7.12 6.40 5.43 6.08 17.91 5.97 4.92 7.32 7.35 19.60 6.53 5.74 8.71 5.43 19.88 6.63 5.80 6.25 4.60 16.65 5.55 5.70 3.46 6.59 15.75 5.25 6.52 5.53 6.59 18.64 6.21 5.96 4.64 5.85 16.45 5.48 4.41 5.48 4.50 14.38 4.79 4.03 5.52 3.16 12.71 4.24 5.53 4.53 4.14 14.19 4.73 5.43 4.63 6.21 16.26 5.42
Lampiran 21 Analisis Ragam Na-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 12.99 24.78 37.77
Kuadrat Tengah 1.443 1.239
F Hitung
Jumlah Kuadrat 23.50 20.61 43.71
Kuadrat Tengah 2.611 1.01
F Hitung
EFS – Silica gel Sumber db Jumlah Keragaman Kuadrat Perlakuan 9 12.82 Galat 20 28.5 Total 29 41.32 tn ) = tidak nyata; **) = sangat nyata.
Kuadrat Tengah 1.424 1.425
1.16tn
2.58**
F Hitung 1.00**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
64
Lampiran 22 Pengaruh Perlakuan terhadap K-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ---------------------(me/100g)--------------------2.29 2.20 1.88 6.37 2.12 1.89 1.88 2.04 5.80 1.93 2.03 1.65 1.69 5.38 1.79 1.94 1.95 1.82 5.71 1.90 1.99 1.61 1.76 5.36 1.79 1.85 2.06 1.92 5.83 1.94 2.09 2.04 1.96 6.09 2.03 1.93 1.80 1.92 5.65 1.88 1.99 1.98 2.10 6.07 2.02 1.89 2.10 1.85 5.84 1.95 1.98 1.98 1.94 5.89 1.96 2.04 1.96 2.20 6.20 2.07 2.14 1.92 2.18 6.24 2.08 1.70 1.93 2.00 5.63 1.88 1.77 2.01 1.91 5.69 1.90 1.77 1.96 1.71 5.45 1.82 2.04 1.97 1.75 5.76 1.92 2.04 1.88 2.05 5.97 1.99
Lampiran 23 Analisis Ragam K-dd Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 tn ) = tidak nyata.
Jumlah Kuadrat 0.30 0.35 0.65
Kuadrat Tengah 0.034 0.017
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.27 0.45 0.72
Kuadrat Tengah 0.030 0.023
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.35 0.40 0.75
Kuadrat Tengah 0.038 0.020
1.93tn
1.34tn
F Hitung 1.90tn
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
65
Lampiran 24 Pengaruh Perlakuan terhadap Fe-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan
Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ---------------------------(ppm)-------------------------412 413 405 1230 410 497 798 469 1764 588 761 633 658 2052 684 789 826 895 2511 837 879 769 918 2566 855 479 493 463 1435 478 516 458 445 1418 473 332 361 357 1051 350 393 346 388 1127 376 435 528 358 1321 440 433 373 427 1232 411 436 394 399 1229 410 445 418 421 1284 428 378 407 423 1208 403 357 328 305 991 330 372 414 400 1186 395 400 390 390 1180 393 489 405 556 1449 483
Lampiran 25 Analisis Ragam Fe-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 900686.51 100076.279 109792.86 5489.643 1010479.37
F Hitung 18.23**
Jumlah Kuadrat FHitung Kuadrat Tengah 1007754.68 111972.742 20.73** 108009.61 5400.481 1115764.29 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 854001.90 94889.100 122703.60 6135.180 976705.50
F Hitung 15.47**
F Tabel F 0.05 F0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
66
Lampiran 26 Pengaruh Perlakuan terhadap Mn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III -------------------------(ppm)-----------------------6.4 6.3 6.6 19.2 6.4 33.7 32.3 46.3 112.4 37.5 59.3 51.1 53.6 164.0 54.7 65.6 69.0 67.1 201.7 67.2 90.1 65.7 88.3 244.1 81.4 36.8 40.3 38.2 115.3 38.4 49.4 47.1 46.0 142.5 47.5 37.5 41.9 37.6 117.0 39.0 62.1 65.0 63.4 190.5 63.5 9.6 9.5 8.1 27.3 9.1 9.2 10.1 13.5 32.8 10.9 9.8 8.1 8.8 26.7 8.9 5.9 5.6 5.1 16.7 5.6 8.6 9.7 9.7 28.0 9.3 8.7 8.5 7.8 25.0 8.3 8.0 8.3 7.9 24.2 8.1 8.9 9.5 9.2 27.5 9.2 5.2 4.6 6.7 16.5 5.5
Lampiran 27 Analisis Ragam Mn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat 16311.03 60.67 16871.70
Kuadrat Tengah 1812.337 28.034
F Hitung
Jumlah Kuadrat 22926.06 533.12 23459.18
Kuadrat Tengah 2547.340 26.656
F Hitung
Jumlah Kuadrat 23017.83 544.76 23562.59
Kuadrat Tengah 2557.536 27.238
64.65**
95.56**
F Hitung 93.90**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
67
Lampiran 28 Pengaruh Perlakuan terhadap Cu-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III ------------------------(ppm)------------------------16.0 15.1 16.5 47.7 15.9 14.5 18.3 19.2 52.0 17.3 15.5 13.4 14.1 43.1 14.4 13.5 14.5 14.6 42.6 14.2 17.2 15.8 18.9 51.9 17.3 18.4 19.7 17.5 55.6 18.5 15.0 14.4 14.7 44.1 14.7 12.7 13.5 12.9 39.2 13.1 15.1 14.4 16.4 45.9 15.3 12.8 14.7 10.9 38.4 12.8 19.7 15.2 18.3 53.2 17.7 19.2 16.1 17.3 52.6 17.5 19.9 18.0 18.4 56.3 18.8 16.4 19.8 20.2 56.4 18.8 19.5 18.5 16.7 54.7 18.2 16.2 17.6 16.9 50.6 16.9 17.4 18.1 17.6 53.1 17.7 37.0 34.9 32.0 103.9 34.6
Lampiran 29 Analisis Ragam Cu-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total **) = sangat nyata
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 1050.65 38.75 1089.40
Kuadrat Tengah 116.739 1.937
F Hitung
Jumlah Kuadrat 926.92 48.09 975.02
Kuadrat Tengah 102.992 2.405
F Hitung
Jumlah Kuadrat 1012.80 58.21 1071.01
Kuadrat Tengah 112.534 2.910
60.26**
42.83**
F Hitung 38.67**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
68
Lampiran 30 Pengaruh Perlakuan terhadap Zn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III --------------------------(ppm)----------------------11.8 11.0 13.3 36.1 12.0 11.3 12.7 13.7 37.7 12.6 11.1 10.8 11.1 32.9 11.0 13.6 13.9 14.7 42.3 14.1 15.9 12.6 15.7 44.3 14.8 10.2 10.7 10.1 31.1 10.4 11.6 10.9 12.9 35.4 11.8 9.4 11.6 10.1 31.1 10.4 10.1 10.9 11.1 32.1 10.7 11.1 13.5 10.7 35.3 11.8 13.2 13.6 11.9 38.7 12.9 16.2 13.9 14.7 44.9 15.0 15.2 14.8 15.4 45.4 15.1 11.7 13.7 13.6 39.0 13.0 13.3 12.0 11.3 36.6 12.2 11.3 12.9 12.3 36.6 12.2 13.7 14.5 12.3 40.5 13.5 29.5 30.8 33.7 94.1 31.4
Lampiran 31 Analisis Ragam Zn-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber aKeragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total **) = sangat nyata
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 1078.02 27.98 1105.99
Kuadrat Tengah 119.779 1.399
F Hitung
Jumlah Kuadrat 961.25 30.95 992.20
Kuadrat Tengah 106.806 1.547
F Hitung
Jumlah Kuadrat 942.84 31.32 974.16
Kuadrat Tengah 104.760 1.566
85.62**
69.03**
F Hitung 66.90**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
69
Lampiran 32 Pengaruh Perlakuan terhadap Pb-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III --------------------------(ppm)----------------------1.06 td td 1.06 0.35 td td td 0.00 0.00 td td td 0.00 0.00 0.37 1.15 0.57 2.09 0.70 0.19 0.32 0.19 0.70 0.23 0.80 0.63 0.38 1.81 0.60 0.82 0.77 0.20 1.78 0.59 0.32 0.55 0.16 1.03 0.34 0.20 0.19 0.21 0.61 0.20 0.18 0.21 td 0.39 0.13 0.20 0.17 td 0.37 0.12 0.00 0.52 0.18 0.70 0.23 0.19 0.19 0.00 0.37 0.12 0.17 0.43 0.21 0.82 0.27 td td 0.18 0.18 0.06 td td 0.19 0.19 0.06 0.20 td td 0.20 0.07 td 0.20 0.20 0.40 0.13
Lampiran 33 Analisis Ragam Pb-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 1.69 1.53 3.21
Kuadrat Tengah 0.187 0.076
F Hitung
Jumlah Kuadrat 1.25 1.24 2.49
Kuadrat Tengah 0.139 0.062
F Hitung
EFS – Silica gel Sumber db Jumlah Keragaman Kuadrat Perlakuan 9 1.12 Galat 20 1.34 Total 29 2.46 tn ) = tidak nyata; *) = nyata.
Kuadrat Tengah 0.125 0.067
2.46*
2.24tn
F Hitung 1.87tn
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
70
Lampiran 34 Pengaruh Perlakuan terhadap Hg-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III --------------------------(ppm)------------------------0.0009 td td 0.0009 0.000291 td 0.0004 0.0005 0.0009 0.000295 td td 0.0015 0.0015 0.000507 0.0011 td td 0.0011 0.00038 td 0.0010 td 0.0010 0.000331 td td td 0.0000 0 td td 0.0004 0.0004 0.000134 td td td 0.0000 0 td td td 0.0000 0 td 0.0013 td 0.0013 0.000436 td 0.0007 td 0.0007 0.000236 td 0.0007 0.0011 0.0018 0.000609 td 0.0004 td 0.0004 0.000126 0.0004 0.0004 0.0004 0.0012 0.000411 0.0004 td 0.0004 0.0008 0.000273 td td td 0.0000 0 td td td 0.0000 0 td td td 0.0000 0
Lampiran 35 Analisis Ragam Hg-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total tn ) = tidak nyata.
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 0.00 0.00 0.00
Kuadrat Tengah 0.000 0.000
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.00 0.00 0.00
Kuadrat Tengah 0.000 0.000
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.00 0.00 0.00
Kuadrat Tengah 0.000 0.000
0.57tn
0.54tn
F Hitung 0.32tn
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
71
Lampiran 36 Pengaruh Perlakuan terhadap Cd-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III --------------------------(ppm)----------------------0.07 0.09 0.08 0.24 0.08 0.06 0.02 0.05 0.13 0.04 0.10 0.04 0.07 0.21 0.07 0.01 0.03 0.07 0.12 0.04 0.07 0.01 0.03 0.11 0.04 0.06 0.05 0.03 0.14 0.05 0.08 0.06 0.05 0.19 0.06 0.02 0.01 0.05 0.09 0.03 0.06 0.06 0.02 0.14 0.05 td 0.10 0.10 0.20 0.10 td 0.10 0.10 0.10 0.03 0.10 0.10 0.10 0.20 0.07 0.03 0.10 0.03 0.20 0.07 0.09 0.03 0.07 0.19 0.06 0.07 0.02 td 0.08 0.03 0.07 0.02 0.01 0.10 0.03 0.02 0.02 0.03 0.06 0.02 0.01 0.02 0.03 0.07 0.02
Lampiran 37 Analisis Ragam Cd-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total tn ) = tidak nyata.
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 0.01 0.01 0.02
Kuadrat Tengah 0.001 0.001
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.01 0.01 0.02
Kuadrat Tengah 0.001 0.001
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.01 0.01 0.02
Kuadrat Tengah 0.001 0.001
1.81tn
1.82tn
F Hitung 1.20tn
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
72
Lampiran 38 Pengaruh Perlakuan terhadap Cr-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III --------------------------(ppm)----------------------0.56 0.31 0.11 0.97 0.32 0.21 0.10 0.24 0.55 0.18 0.33 0.19 0.19 0.71 0.24 0.10 0.10 0.20 0.39 0.13 0.29 0.17 0.30 0.76 0.25 td 0.11 td 0.11 0.04 td 0.10 0.10 0.20 0.07 0.08 0.19 0.09 0.36 0.12 0.21 td td 0.21 0.07 0.01 0.08 0.07 0.17 0.06 0.02 0.05 0.06 0.13 0.04 0.07 0.08 0.06 0.20 0.07 0.03 0.10 0.03 0.16 0.05 td td td 0.00 0.00 td td td 0.00 0.00 td td td 0.00 0.00 td td td 0.00 0.00 td td td 0.00 0.00
Lampiran 39 Analisis Ragam Cr-tersedia Tanah setelah Inkubasi Satu Bulan EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 0.30 0.19 0.49
Kuadrat Tengah 0.033 0.010
F Hitung
Jumlah Kuadrat 0.45 0.14 0.59
Kuadrat Tengah 0.050 0.007
F Hitung
EFS – Silica gel Sumber db Jumlah Keragaman Kuadrat Perlakuan 9 0.01 Galat 20 0.01 Total 29 0.02 tn ) = tidak nyata; **) = sangat nyata.
Kuadrat Tengah 0.001 0.001
3.40**
7.03**
F Hitung 1.20tn
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
73
Lampiran 40 Tinggi Tanaman Padi IR 64 selama Masa Vegetatif Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Umur tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST -------------------------------------------------------------(cm)-----------------------------------------------------------17.53 15.53 15.93 16.33 16.37 13.70 13.20 14.57 15.40 25.63 26.07 29.80 34.93 37.60 42.17 43.60 48.53 51.27 38.37 43.27 50.53 59.33 64.33 69.73 69.20 75.17 76.50 38.47 48.57 60.87 67.93 68.37 76.30 82.87 84.33 84.00 39.43 47.23 58.10 66.40 72.43 76.77 80.73 81.97 83.67 18.03 15.70 16.60 17.03 16.67 15.73 15.80 16.83 18.57 37.33 43.43 47.80 54.13 57.73 63.17 62.50 64.63 66.73 41.90 49.40 53.70 60.93 63.07 66.90 67.87 75.10 76.67 37.10 45.80 54.73 63.30 65.67 67.83 73.43 73.33 74.33 17.47 17.47 15.77 15.80 16.60 15.77 15.77 15.77 15.77 17.53 15.53 15.93 16.33 16.37 13.70 13.20 14.57 15.40 25.63 26.07 29.80 34.93 37.60 42.17 43.60 48.53 51.27 38.37 43.27 50.53 59.33 64.33 69.73 69.20 75.17 76.50 38.47 48.57 60.87 67.93 68.37 76.30 82.87 84.33 84.00 39.43 47.23 58.10 66.40 72.43 76.77 80.73 81.97 83.67 23.83 26.43 30.83 35.07 35.60 36.67 36.73 36.63 36.93 25.83 28.00 32.83 35.53 33.30 37.93 40.00 44.27 49.00 24.80 27.07 29.30 29.80 31.43 41.87 50.20 55.57 60.30 16.77 16.37 16.77 19.60 25.60 33.57 41.77 48.70 57.07 17.47 17.47 15.77 15.80 16.60 15.77 15.77 15.77 15.77
74
Lampiran 40 Lanjutan Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Unsur mikro
Umur tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST -------------------------------------------------------(cm)---------------------------------------------------17.53 15.53 15.93 16.33 16.37 13.70 13.20 14.57 15.40 25.63 26.07 29.80 34.93 37.60 42.17 43.60 48.53 51.27 38.37 43.27 50.53 59.33 64.33 69.73 69.20 75.17 76.50 38.47 48.57 60.87 67.93 68.37 76.30 82.87 84.33 84.00 39.43 47.23 58.10 66.40 72.43 76.77 80.73 81.97 83.67 22.67 18.60 21.67 21.90 22.93 21.57 23.03 23.60 24.67 16.93 16.00 15.53 16.43 15.87 10.47 11.87 12.07 12.43 20.20 15.43 18.80 14.87 14.57 13.77 11.73 13.63 14.13 19.77 18.23 18.70 16.60 18.40 18.47 18.13 18.43 18.87 17.47 17.47 15.77 15.80 16.60 15.77 15.77 15.77 15.77
75
Lampiran 41 Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi IR 64 pada 11 MST EFS – BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 22614.06 2243.21 24857.27
Kuadrat Tengah 2512.673 112.160
F Hitung
Jumlah Kuadrat 16802.23 3689.91 20492.15
Kuadrat Tengah 1866.915 184.496
F Hitung
Jumlah Kuadrat 25812.08 2158.71 27970.78
Kuadrat Tengah 2868.008 107.935
F Hitung
22.40**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
10.12**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
26.57**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
76
Lampiran 42 Tinggi Tanaman Padi Air Tenggulang selama Masa Vegetatif Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Umur tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST --------------------------------------------------------------(cm)-----------------------------------------------------------13.20 a 12.30 a 12.60 a 13.40 a 15.20 a 14.60 a 14.57 a 14.80 a 14.00 a 19.60 ab 20.80 ab 22.27 a 23.33 a 23.10 ab 23.20 a 28.33 ab 31.30 ab 34.10 ab 23.40 abc 25.10 abc 35.47 ab 32.30 ab 44.70 bc 51.70 b 52.33 bcd 52.20 bc 63.27 bc 35.40 d 43.80 d 60.93 c 54.20 c 70.00 d 75.40 bcd 79.60 ef 80.40 cd 96.10 cd 38.00 d 46.70 d 54.97 bc 62.07 c 73.30 d 85.70 d 89.50 f 96.20 d 106.40 d 20.50 ab 19.50 a 20.30 a 21.00 a 23.60 ab 23.40 a 25.63 ab 27.90 ab 29.20 a 31.00 cd 38.50 cd 49.03 b 44.73 bc 52.40 cd 52.50 b 52.80 cd 55.40 bc 63.73 bc 30.10 bcd 38.30 cd 52.97 b 45.03 bc 60.00 cd 63.70 bc 64.10 de 65.90 c 70.43 cd 32.30 cd 37.10 bcd 53.03 b 49.53 bc 59.50 cd 59.90 bc 62.50 de 64.30 c 65.57 bc 17.70 a 16.10 a 18.00 a 17.40 a 17.40 a 15.70 a 15.17 a 15.40 a 15.40 a 13.20 a 12.30 a 12.60 a 13.40 a 15.20 a 14.60 a 14.57 a 14.80 a 14.00 a 19.60 ab 20.80 ab 22.27 a 23.33 ab 23.10 a 23.20 a 28.33 a 31.30 ab 34.10 ab 23.40 b 25.10 b 35.47 ab 32.30 bc 44.70 b 51.70 b 52.33 b 52.20 b 63.30 b 35.40 c 43.80 c 60.93 c 54.20 c 70.00 c 75.40 c 79.60 c 80.40 c 96.10 c 38.00 c 46.70 c 54.97 bc 62.07 c 73.30 c 85.70 c 89.50 c 96.20 c 106.40 c 14.10 a 13.00 a 12.77 a 15.77 a 13.10 a 13.50 a 13.47 a 13.50 a 13.50 a 21.10 ab 19.90 ab 19.80 a 21.83 ab 20.20 a 23.60 a 23.17 a 24.80 ab 27.90 a 23.10 ab 22.70 ab 17.87 a 22.10 ab 21.80 a 20.50 a 21.40 a 22.90 a 24.20 a 17.60 b 16.50 ab 22.07 a 20.73 ab 22.60 a 25.30 a 31.10 ab 36.90 ab 39.50 ab 17.70 ab 16.10 ab 18.00 a 17.40 a 17.40 a 15.70 a 15.17 a 15.40 a 15.40 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda menurut uji DMRT α = 5%.
77
Lampiran 42 Lanjutan
Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Unsur mikro
Umur tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST --------------------------------------------------------(cm)-----------------------------------------------------------13.20 a 12.30 a 12.60 a 13.40 a 15.20 a 14.60 a 14.57 ab 14.80 ab 14.00 a 19.60 ab 20.80 ab 22.27 a 23.33 ab 23.10 a 23.20 a 28.33 b 31.30 b 34.10 a 23.40 b 25.10 b 35.47 ab 32.30 b 44.70 b 51.70 b 52.33 c 52.20 c 63.30 b 35.40 c 43.80 c 60.93 c 54.20 c 70.00 c 75.40 c 79.60 d 80.40 d 96.10 c 38.00 c 46.70 c 54.97 bc 62.07 c 73.30 c 85.70 c 89.50 d 96.20 d 106.40 c 14.40 a 13.30 a 13.13 a 15.73 a 13.90 a 13.80 a 13.77 ab 13.80 ab 13.80 a 18.60 ab 17.50 ab 17.53 a 19.33 a 19.10 a 16.80 a 16.40 a 16.00 ab 15.80 a 14.70 a 13.30 a 12.60 a 14.47 a 13.70 a 10.20 a 11.10 a 11.10 a 11.10 a 15.30 a 14.10 a 15.00 a 15.50 a 14.70 a 14.30 a 14.73 ab 14.00 ab 14.00 a 17.70 ab 16.10 ab 18.00 a 17.40 a 17.40 a 15.70 a 15.17 ab 15.40 ab 15.40 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda menurut uji DMRT α = 5%.
78
Lampiran 43 Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Air Tenggulang pada 11 MST EFS – BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 27527.97 6145.42 33673.39
Kuadrat Tengah 3058.664 307.271
F Hitung
Jumlah Kuadrat 31192.31 5974.62 37166.93
Kuadrat Tengah 3465.812 298.731
F Hitung
Jumlah Kuadrat 36527.59 3008.25 39535.83
Kuadrat Tengah 4058.621 150.412
F Hitung
9.95**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
11.60**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
26.98**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
79
Tabel 44 Jumlah Anakan Padi IR 64 selama Masa Vegetatif Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS2% Dolomit setara EFS4% Dolomit setara EFS6% Dolomit setara EFS8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS8%
Umur tanaman 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST ----------------------------------------------------(batang)-----------------------------------------------------------0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 5.0 5.0 3.0 2.7 4.0 0.7 2.7 11.7 12.3 8.3 9.3 8.3 3.0 4.7 17.0 19.7 15.0 16.3 13.3 3.0 4.3 13.3 16.3 12.7 14.0 11.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.0 0.0 0.3 2.0 2.3 10.3 11.0 5.0 5.0 7.7 2.7 4.3 11.0 12.3 10.7 11.0 10.0 2.0 3.7 11.0 12.3 9.7 14.0 7.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 5.0 5.0 3.0 2.7 4.0 0.7 2.7 11.7 12.3 8.3 9.3 8.3 3.0 4.7 17.0 19.7 15.0 16.3 13.3 3.0 4.3 13.3 16.3 12.7 14.0 11.7 0.0 0.0 2.3 2.3 1.3 1.3 2.3 0.3 1.0 4.0 4.3 2.7 5.0 3.0 0.0 0.3 1.0 1.0 1.3 1.7 3.7 0.0 0.0 1.0 1.0 1.7 1.3 2.7 0.0 0.0 0.0 0.7 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
80
Lampiran 45 Analisis Ragam Jumlah Anakan Padi IR 64 pada 11 MST EFS – BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 660.30 130.00 790.30
Kuadrat Tengah 73.367 6.500
F Hitung
Jumlah Kuadrat 582.70 162.00 744.70
Kuadrat Tengah 64.744 8.100
F Hitung
Jumlah Kuadrat 779.87 80.00 859.87
Kuadrat Tengah 86.652 4.000
F Hitung
11.29**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
7.99**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata
21.66**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
81
Tabel 46 Jumlah Anakan Padi Air Tenggulang selama Masa vegetatif
Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Unsur mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit setara EFS2% Dolomit setara EFS4% Dolomit setara EFS6% Dolomit setara EFS8%
Umur tanaman 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST -------------------------------------------(batang)----------------------------------0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.3 a 0.3 a 0.3 a 0.3 a 1.0 a 1.7 ab 1.7 abc 0.7 ab 1.3 ab 1.3 ab 1.3 a 4.7 ab 4.7 abc 3.7 abc 3.0 bc 5.7 c 5.7 bc 7.3 bc 10.3 bc 9.0 cd 10.3 d 5.0 c 10.3 c 10.3 d 13.3 d 13.3 c 11.3 d 13.7 d 0.7 ab 0.7 a 2.3 ab 2.3 a 0.3 a 1.0 ab 0.7 ab 1.3 ab 3.3 abc 6.3 c 6.7 bc 5.3 ab 6.0 bc 7.7 cd 2.0 ab 3.3 abc 6.3 c 7.0 bc 8.7 bc 7.3 cd 7.3 bcd 2.3 ab 4.3 bc 10.3 d 10.7 bc 9.7 bc 10.3 cd 12.3 d 0.0 a 0.0 a 0.7 a 0.7 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.3 a 0.3 a 0.3 a 0.3 a 1.0 a 1.7 ab 1.7 a 0.7 a 1.3 a 1.3 a 1.3 a 4.7 a 4.7 ab 3.7 a 3.0 b 5.7 b 5.7 b 7.3 b 10.3 b 9.0 c 10.3 b 5.0 c 10.3 c 10.3 c 13.3 c 13.3 b 11.3 c 13.7 b 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 ab 0.0 a 0.0 a 0.0 a 2.0 a 2.0 a 1.0 a 0.7 ab 0.7 a 0.0 a 0.0 a 2.0 a 2.0 a 0.0 a 0.7 ab 1.3 a 0.0 a 0.7 a 1.7 a 1.7 a 1.7 a 2.0 ab 2.3 a
Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8%
0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a
Perlakuan
0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a
0.0 a 1.0 a 0.0 a 0.0 a
0.0 a 1.0 a 0.0 a 0.0 a
0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a
0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda menurut uji DMRT α = 5%.
0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a
82
Lampiran 47 Analisis Ragam Jumlah Anakan Padi Air Tenggulang pada 11 MST EFS – BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 738.53 239.33 977.87
Kuadrat Tengah 82.059 11.967
F Hitung
Jumlah Kuadrat 582.70 162.00 744.70
Kuadrat Tengah 64.744 8.100
F Hitung
Jumlah Kuadrat 671.20 138.67 809.87
Kuadrat Tengah 74.578 6.933
F Hitung
6.86**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29
7.99**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
10.76**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
83 Lampiran 48 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Maksimum Padi IR 64
Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III -----------------------(batang)----------------------0 0 0 0 0.0 0 3 9 12 4.0 8 10 7 25 8.3 15 14 11 40 13.3 15 8 12 35 11.7 0 0 1 1 0.3 12 3 8 23 7.7 10 8 12 30 10.0 7 8 8 24 8.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 4 0 3 7 2.3 0 3 6 9 3.0 1 9 1 11 3.7 0 3 5 8 2.7 0 0 0 0 0.0
Lampiran 49 Analisis Ragam Jumlah Anakan Maksimum Padi IR 64 EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat 660.30 239.33 977.87
Kuadrat Tengah 73.367 11.967
F Hitung
Jumlah Kuadrat 582.70 162.00 744.70
Kuadrat Tengah 64.744 8.100
F Hitung
Jumlah Kuadrat 779.87 80.00 859.87
Kuadrat Tengah 86.652 4.000
F Hitung
11.29**
7.99**
21.66**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
84
Lampiran 50
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Maksimum Padi Air Tenggulang
Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III -----------------------(batang)----------------------0 0 0 0 0.0 0 3 9 12 7.0 15 14 13 42 14.0 15 18 15 48 16.0 22 18 20 60 20.0 8 7 5 21 7.0 17 15 10 42 14.0 13 11 12 36 12.0 20 15 19 54 18.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 4 0 3 7 2.0 0 3 6 9 2.3 1 9 1 11 3.3 0 3 5 8 2.7 0 0 0 0 0.0
Lampiran 51 Analisis Ragam Jumlah Anakan Maksimum Padi Air Tenggulang EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 1442.80 104.67 1547.47
Kuadrat Tengah 160.311 5.233
F Hitung
Jumlah Kuadrat 1415.37 140.00 1555.37
Kuadrat Tengah 157.263 7.000
F Hitung
Jumlah Kuadrat 1729.20 58.00 1787.20
Kuadrat Tengah 192.133 2.900
30.63**
22.47**
F Hitung 66.25**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
85
Lampiran 52 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif Padi IR 64 Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III -----------------------(batang)----------------------0 0 0 0 0.0 1 5 6 12 4.0 8 10 7 25 8.3 15 15 9 39 13.3 15 8 12 35 11.7 0 0 0 0 0.0 5 1 6 12 4.0 9 1 6 16 5.3 7 7 0 14 4.7 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 1 2 4 7 2.3 1 8 1 10 3.3 0 3 5 8 2.7 0 0 0 0 0.0
Lampiran 53 Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Padi IR 64 EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29
EFS – Silica gel Sumber db Keragaman Perlakuan 9 Galat 20 Total 29 **) = sangat nyata.
Jumlah Kuadrat 590.03 146.67 736.70
Kuadrat Tengah 65.559 7.333
F Hitung
Jumlah Kuadrat 626.13 117.33 743.47
Kuadrat Tengah 69.570 5.867
F Hitung
Jumlah Kuadrat 760.97 67.33 828.30
Kuadrat Tengah 84.552 3.367
8.94**
11.86**
F Hitung 25.11**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
86
Lampiran 54 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif Padi Air Tenggulang Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Ulangan Total Rataan I II III -----------------------(batang)----------------------0 0 0 0.0 0.0 0 1 1 2.0 0.7 1 2 2 5.0 1.7 3 16 4 23.0 7.7 19 9 15 43.0 14.3 0 1 0 1.0 0.3 2 2 1 5.0 1.7 3 0 3 6.0 2.0 6 3 2 11.0 3.7 0 0 0 0.0 0.0 0 0 0 0.0 0.0 0 0 0 0.0 0.0 0 0 0 0.0 0.0 0 0 0 0.0 0.0 2 2 0 4.0 1.3 0 0 0 0.0 0.0 0 3 0 3.0 1.0 0 0 0 0.0 0.0
Lampiran 55 Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Padi Air Tenggulang EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total **)=sangat nyata
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 556.13 172.67 728.80
Kuadrat Tengah 61.793 8.633
F Hitung
Jumlah Kuadrat 597.33 165.33 762.67
Kuadrat Tengah 66.370 8.267
F Hitung
Jumlah Kuadrat 624.70 156.67 781.37
Kuadrat Tengah 69.411 7.833
F Hitung
7.16**
8.03**
8.86**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
87
Lampiran 56 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Padi IR 64 Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
I 0.00 0.11 5.97 21.33 26.92 0.00 0.39 3.10 0.95 0.00 0.11 5.97 21.33 26.92 0.00 0.05 0.81 1.49
BGKP (g/pot) Ulangan II III 0.00 0.00 0.62 1.38 3.28 4.54 14.98 11.67 15.58 16.51 0.00 0.00 0.01 0.39 0.04 0.56 1.30 0.00 0.00 0.00 0.62 1.38 3.28 4.54 14.98 1167 15.58 16.51 0.00 0.00 0.40 0.23 5.03 1.05 1.90 4.56
Rataan 0.00 0.70 4.60 15.99 19.67 0.00 0.26 1.23 0.75 0.00 0.70 4.60 15.99 19.67 0.00 0.23 2.30 2.65
BGKG (g/pot) Ulangan Rataan I II III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 0.55 1.23 0.63 5.31 2.92 4.04 4.09 18.98 13.33 10.39 14.23 23.96 13.87 14.69 17.51 0.00 0.00 0.00 0.00 0.35 0.01 0.35 0.23 2.76 0.04 0.50 1.10 0.85 1.16 0.00 0.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 0.55 1.23 0.63 5.31 2.92 4.04 4.09 18.98 13.33 10.39 14.23 23.96 13.87 14.69 17.51 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.36 0.20 0.20 0.72 4.48 0.93 2.04 1.33 1.69 4.06 2.36
BGKB (g/pot) Ulangan I II III 0.00 0.00 0.00 0.02 0.01 0.03 3.61 0.50 2.03 15.56 11.08 8.26 19.29 11.67 12.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.35 0.00 0.00 0.01 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.01 0.03 3.61 0.50 2.03 15.56 11.08 8.26 19.29 11.67 12.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 2.91 0.02 0.88 0.69 2.61
Rataan 0.00 0.02 2.06 13.32 15.48 0.00 0.00 0.18 0.01 0.00 0.02 2.05 11.63 14.34 0.00 0.00 1.08 1.39
88
Lampiran 57 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Padi Air Tenggulang Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
I 0.00 0.00 0.08 4.36 26.94 0.00 0.43 0.51 2.43 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.21 0.00 0.28 0.00
BGKP (g/pot) Ulangan II III 0.00 0.00 0.15 1.28 2.02 6.14 14.87 12.29 16.31 18.77 0.07 0.00 0.82 0.09 0.00 0.15 0.53 0.19 0.00 0.00 0.00 0.00 3.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 0.00 0.00 0.00 5.65 0.00 0.00 0.00
Rataan 0.00 0.42 2.44 9.35 18.40 0.02 0.40 0.20 0.93 0.00 0.00 1.01 0.00 0.00 0.11 0.00 1.98 0.00
I 0.00 0.00 0.07 3.88 23.98 0.00 0.38 0.45 2.16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.19 0.00 0.25 0.00
BGKG (g/pot) BGKB (g/pot) Ulangan Ulangan Rataan Rataan II III I II III 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 1.14 0.42 0.00 0.11 1.01 0.37 1.80 5.46 2.44 0.04 1.54 5.19 2.27 13.23 10.94 9.35 3.79 10.61 9.23 7.91 14.52 16.71 18.40 21.26 13.21 14.69 16.39 0.06 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.73 0.08 0.40 0.28 0.17 0.00 0.15 0.00 0.13 0.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.47 0.17 0.93 1.31 0.02 0.01 0.45 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.70 0.00 0.90 0.00 1.46 0.00 0.49 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 0.00 0.09 0.15 0.00 0.00 0.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.03 0.00 1.76 0.00 4.70 0.00 1.59 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
89
Lampiran 58 Analisis Ragam BGKG padi IR 64 EFS – BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 808.06 79.59 887.65
Kuadrat Tengah 89.785 3.979
F Hitung
Jumlah Kuadrat 783.29 84.19 867.48
Kuadrat Tengah 87.032 4.209
F Hitung
Jumlah Kuadrat 830.22 77.67 907.89
Kuadrat Tengah 92.247 3.884
F Hitung
22.56**
20.68**
23.75**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
Lampiran 59 Analisis Ragam BKGB Padi IR 64 EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 797.68 68.89 866.57
Kuadrat Tengah 88.631 3.444
F Hitung
Jumlah Kuadrat 765.67 76.08 841.74
Kuadrat Tengah 85.074 3.804
F Hitung
Jumlah Kuadrat 799.86 68.80 868.66
Kuadrat Tengah 88.873 3.440
25.73**
11.86**
F Hitung 25.83**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
90
Lampiran 60 Analisis Ragam BGKG Padi Air Tenggulang EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 699.77 76.57 776.34
Kuadrat Tengah 77.752 3.828
F Hitung
Jumlah Kuadrat 696.93 88.67 785.60
Kuadrat Tengah 77.437 4.433
F Hitung
Jumlah Kuadrat 708.09 76.89 784.99
Kuadrat Tengah 78.677 3.845
F Hitung
20.31**
17.47**
20.46**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
Lampiran 61 Analisis Ragam BKGB Padi Air Tenggulang EFS - BFS Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS -Dolomit Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total EFS – Silica gel Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 9 20 29 db 9 20 29 db 9 20 29
Jumlah Kuadrat 781.44 78.55 859.99
Kuadrat Tengah 86.826 3.927
F Hitung
Jumlah Kuadrat 771.03 92.11 863.14
Kuadrat Tengah 85.670 4.606
F Hitung
Jumlah Kuadrat 783.30 78.82 862.11
Kuadrat Tengah 87.033 3.941
F Hitung
22.11**
18.60**
22.09**
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
F Tabel F 0.05 F 0.01 2.40 3.45
91
Lampiran 62 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar SiO2 dalam Jerami Padi IR 64 dan Air Tenggulang Perlakuan Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag Silica gel8% setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
IR 64 Air Tenggulang Ulangan Ulangan Rataan Rataan I II III I II III ------------------------------------------(%)------------------------------------------------3.68 13.52 20.17 12.46 0.51 9.99 5.25 20.52 19.96 17.75 19.41 3.34 5.98 6.79 5.37 21.73 20.92 13.78 18.81 7.76 11.89 10.71 10.12 12.04 7.16 7.63 8.94 10.99 10.07 11.79 10.95 5.64 5.64 7.61 7.61 6.75 6.32 10.54 7.87 6.17 6.43 6.51 6.37 6.90 7.35 8.08 7.44 7.24 7.05 7.14 7.14 7.37 4.48 5.55 5.80 8.10 10.84 6.86 8.60 1.39 0.51 0.84 0.91 2.57 2.57 0.45 0.39 0.42 1.46 3.56 2.51 4.93 7.18 11.04 7.71 1.54 7.16 4.35 9.43 11.61 12.06 11.04 1.59 1.59 10.71 10.59 11.74 11.01 3.11 5.89 4.50 -
92
Lampiran 63 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Pb, Hg dan Cd Total dalam Beras Padi IR 64 Perlakuan
Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Pb Rataan Hg Rataan Cd Rataan Ulangan Ulangan Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 …………………………….…………............(ppm)…………………………………………………. td td td td td td td td 0.40 td td 0.13 td td td td td td td td 0.30 0.20 td 0.17 td td td td td td td td 0.10 0.10 0.20 0.13 0.40 0.40 td td 0.10 0.10 td td td td td td 0.20 0.30 0.25 td td td td 0.20 td td td 0.10 0.20 0.40 0.23 -
93
Lampiran 64 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Pb, Hg dan Cd Total dalam Beras Padi Air Tenggulang Perlakuan
Kontrol EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% BF slag 2% BF slag 4% BF slag 6% BF slag 8% Silica gel setara EFS 2% Silica gel setara EFS 4% Silica gel setara EFS 6% Silica gel setara EFS 8% Dolomit setara EFS 2% Dolomit setara EFS 4% Dolomit setara EFS 6% Dolomit setara EFS 8% Unsur mikro
Pb Rataan Hg Rataan Cd Rataan Ulangan Ulangan Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 …………………………….…………........(ppm) ...…………………………………………………. td td td td td td td td 1.2 0.0 0.6 0.6 td td td td td td td td 0.5 td 0.5 0.3 td td td td td td td td 2.5 1.4 1.0 1.6 td td td td td td td td td td td td td td td td td td 0.0 td -
94
(a)
(b) Lampiran 65 Keadaan Tanaman umur 17 MST Padi (a) IR 64 dan (b) Air Tenggulang pada Perbandingan Perlakuan EFS - BFS.
95
(a)
(b) Lampiran 66 Keadaan Tanaman umur 17 MST Padi (a) IR 64 dan (b) Air Tenggulang pada Perbandingan Perlakuan EFS - Dolomit setara EFS.
96
97