1 APLIKASI RUMUS PERSAMAAN UKURAN DIMENSI TUBUH UNTUK MENAKSIR BOBOT BADAN SAPI KEREMAN PADA KELOMPOK PETERNAK DI DESA TELAGA-BULELENG
OLEH :
Dewantari, Made., AA. Oka., NLP. Sriyani, I Gede Suranjaya, I.B. Mantra, I.N. Ardika
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
1 APLIKASI RUMUS PERSAMAAN UKURAN DIMENSI TUBUH UNTUK MENAKSIR BOBOT BADAN SAPI KEREMAN PADA KELOMPOK PETERNAK DI DESA TELAGA-BULELENG Dewantari, Made., AA. Oka., NLP. Sriyani, I Gede Suranjaya, I.B. Mantra, I.N. Ardika
ABSTRACT The activity service was conducted at Telaga village in order to improve the knowledge and skill of farmer in using the equation for estimating the live weight base on body dimension of bali cattle (kereman). The activity was held on Saturday, 28 July 2012, and is followed by 20 farmers of local society “Kelompok Peternak Sapi Bali Kereman Nandini” which is located at Telaga village, Buleleng regency. The method that have been used in this activity were counseling and demonstrating about the procedure to measure body dimension (body length, heart width) of cattle, estimate a live weight of cattle by using a equation besed on their body dimension, and then comparing the estimation result into a table conversion. Result of the activity indicate that the response of farmers at the time when the activity take place were very good. This matter is showed from a good enthusiasm of farmers at following the activity and the number of questions which emerge at the time of discussion. The questions were raised all about a equipment and how to use it in measuring body dimension, how to increase the estimation accuracy and how the impact of estimation result in animal transaction. At the time of demonstration all of farmers follow the practice with a good enthusiasm too and they also tray to measure a body dimension of cattle. From the activities result it can be concluded that a training as well as estimate of a live weight of cattle using that equation have perceivable by the farmers and promise to apply this knowledge in animal transaction. ABSTRAK Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat tentang Aplikasi Rumus Persamaan Dimensi Tubuh untuk menaksir Bobot Badan Sapi Bali Kereman telah dilaksanakan di Desa Telaga - Buleleng dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemahiran peternak untuk menaksir bobot hidup ternak berdasarkan ukuran dimensi tubuhnya. Kegiatan ini diselenggaraan pada tanggal 28 Juli 2012 dan diikuti oleh sebanyak 20 orang peternak anggota Kelompok Peternak Sapi Kereman Nandini di Desa Telaga-Buleleng. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah : 1). penyuluhan yang diisi dengan ceramah dan diskusi mengenai dimensi tubuh ternak dan teknik mengukurnya, teknik menaksir bobot badan berdasarkan dimensi tubuh, dan 2). Demo/Praktek tentang cara mengukur dimensi tubuh sapi secara langsung di lapangan, dan selanjutnya menaksir bobot badan sapi tersebut berdasarkan ukuran dimensi tubuh yang diperoleh. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa seluruh peserta mengikuti kegiatan sampai selesai, peserta sangat antusias dan bersemangat baik saat ceramah maupun saat diskusi. Ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta menyangkut materi yang disampaikan. Pada pelaksanaan praktek di lapangan peserta juga sangat antusias dan sebagian besar dapat melakukan pengukuran dengan baik, sedangkan terdapatnya beberapa peserta yang belum dapat melakukan pengukuran dengan baik adalah
2 disebabkan oleh belum terbiasanya dengan alat-alat ukur, juga disebabkan oleh keterbatasan peserta dalam membaca skala pada alat ukur akibat faktor umur. Antusiame peserta/peternak mengikuti kegiatan karena dirasakan selama ini belum pernah ada pembinaan atau penyuluhan tentang hal tersebut diatas, sehingga kelompok ini menjadi sangat berminat dengan alternatif yang ditawarkan yaitu teknik penaksiran bobot dengan menggunakan rumus persamaan bobot badan dengan dimensi tubuh. Pengetahuan dan ketrampilan ini dibutuhkan oleh kelompok peternak sapi Bali kereman di Desa Telaga-Buleleng adalah untuk dapat mengatasi kesulitan penyediaan timbangan ternak khususnya untuk sapi, peternak mampu menaksir bobot ternaknya dengan sendiri tanpa perlu bantuan orang lain/penaksir, meningkatkan akurasi hasil taksiran peternak terhadap bobot badan ternaknya, dan akhirnya dapat menghindari kerugian yang mungkin terjadi saat transaksi jual-beli ternak.
3 PENDAHULUAN Desa Telaga Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng tergolong sebagai desa agraris karena lahan perkebunan dan tegalan masih cukup luas serta perkembangan usaha tani di desa ini juga cukup baik. Saat ini di Desa Telaga juga berkembang usaha pemeliharaan sapi bali sistem kereman yang berintegrasi dengan cukup baik dengan usaha pertanian perkebunan masyarakat setempat. Model usaha pemeliharaan sapi kereman ini nampaknya sangat diminati untuk dikembangkan terus oleh petani peternak di desa ini karena dirasakan cukup potensial dijadikan sebagai penunjang perekonomian keluarga dan penyedia lapangan pekerjaan. Seperti di Desa Dauh Yeh Cani, Abiansemal-Badung, hasil penelitian Suranjaya, dkk (2010) mendapatkan bahwa usaha pemeliharaan sapi bali model kereman ini sudah dikembangkan sebagai suatu model agribisnis dan juga suatu proses produksi dengan melibatkan beberapa faktor in put seperti jumlah ternak, umur bakalan, lama pemeliharaan, jumlah pakan, jumlah tenaga kerja dan waktu kerja peternak yang berhubungan secara linear aditif dengan jumlah pendapatan peternak (out put). Hasil penelitian ini juga mendapatkan bahwa ternyata out put atau pendapatan peternak dari usaha ini cukup dapat menopang perekonomian peternak di desa itu. Pengetahuan mengenai bobot badan adalah salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemeliharaan sapi potong karena bermanfaat dalam menentukan jumlah pakan, dosis obat serta harga jual ternak. Bobot badan secara cepat dan tepat dapat diketahui dengan menimbangnya, namun timbangan kapasitas besar misalnya untuk sapi hanya tersedia di lokasi-lokasi tertentu saja seperti di pasar hewan dan rumah potong hewan, sedangkan di lokasi peternakan rakyat sama sekali tidak memiliki. Terkait dengan keberadaan kelompok peternak sapi potong di Desa Telaga umumnya sebagai usaha peternakan rakyat yang bersifat tradisional dan pada kelompok ini sering terjadi transaksi jual beli ternak antar anggota kelompok ataupun dengan pedagang luar kelompok. Transaksi itu dilakukan dengan menaksir saja bobot badan ternaknya, jarang dan bahkan sama sekali tidak dilakukan penimbangan. Beberapa ukuran tubuh (morfologi) pada ternak sapi seperti lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumba diyakini memiliki hubungan atau korelasi yang cukup kuat dengan bobot badannya, dimana sifat korelasional ini bisa dimanfaatkan dalam proses penaksiran bobot badan ternak. Penelitian oleh Tanner et al., (1965) yaitu tentang penaksiran bobot badan dan pertumbuhan dari bangsa sapi Hereford, angus, dan shorthorn berdasarkan atas perubahan dari 10 ukuran (dimensi) tubuh ternak tersebut. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa dari 10 demensi tubuh yang digunakan ternyata lingkar dada adalah paling tepat digunakan untuk menaksir bobot badan sapi-sapi tersebut. Sementara hasil penelitian Manggung (1978) dalam Djagra (1994) tentang korelasi antara bobot hidup dan bobot karkas dengan beberapa dimensi tubuh pada sapi bali, ternyata dimensi tubuh yang memiliki korelasi terbesar dengan bobot hidup dan bobot karkas adalah lingkar dada. Hubungan linear sederhana antara bobot hidup dengan lingkar dada diperoleh dengan persamaan Y = -433,7+4,39 L, dengan koefisien korelasi 0,92 , sedangkan antara bobot karkas dengan lingkar dada dengan persamaan K = 292,10+2,66 L dan koefisien korelasinya 0,95 dimana L adalah lingkar dada. Hal ini disebabkan karena tubuh ternak terutama sapi adalah berbentuk silindris dan pada dada adalah terjadinya perkembangan dan pertumbuhan perototan daging yang paling besar
4 sehingga semakin besar lingkar dadanya cenderung pertumbuhan ternak juga semakin besar sehingga bobotnya juga semakin berat. Penggabungan beberapa dimensi tubuh juga bisa digunakan dalam penaksiran bobot sapi dan hal itu ternyata mampu meningkatkan koefisien korelasi dari persamaan yang dihasilkan. Seperti penelitian Querashi dkk. tahun1980 dalam De Rose et al., (1988) pada sapi gir betina didapatkan koefisien korelasi 0,95 antara bobot hidup dengan gabungan panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada dengan persamaan Y = -0,9083 X1+3,4776 X2+2,4928 X3 (Y = bobot hidup, X1 = panjang badan, X2 = tinggi gumba, dan X3 = lingkar dada). Penelitian serupa yang dilakukan pada sapi pedaging oleh Hays dan Brinks (1980) yaitu menggunakan persamaan regresi berganda dengan melibatkan tinggi pundak, lingkar dada, dalam dada, dan panjang badan sebagai peubah bebas dan bobot badan sebagai peubah tidak bebas diperoleh hasil yaitu koefisien antar peubah cukup tinggi yakni sebesar 0,99. Penelitian ini lebih lanjut mendapatkan bahwa lingkar dada adalah sangat baik digunakan untuk menaksir bobot hidup dengan persamaan regresi Y = -231,32+3,04 LD dan koefisien korelasinya 0,98. Bilamana rumus persamaan tersebut dapat digunakan dengan baik dan benar, maka akan dihasilkan taksiran dengan akurasi yang tinggi dengan simpangan yang lebih kecil sehingga pada akhirnya dapat membantu peternak terhindar dari kerugian saat proses transaksi ternak. Berkaitan dengan hal itu, maka dilakukanlah pengabdian kepada masyarakat ini melalui kegiatan aplikasi rumus persamaan ukuran dimensi tubuh untuk menaksir bobot badan sapi kereman dalam upaya untuk meningkat ketrampilan peternak di desa Telaga untuk menaksir bobot badan ternak sehingga mampu dihasilkan taksiran dengan akurasi yang baik.
METODE PEMECAHAN MASALAH Untuk dapat mengatasi tidak tersedianya timbangan kapasitas besar seperti pada kelompok peternak sapi potong di Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu-Buleleng, maka alternatif pengukuran bobot ternak dapat dilakukan melalui teknik penaksiran menggunakan rumus/persamaan antara bobot ternak dengan beberapa ukuran /dimensi tubuh ternak khususnya sapi. Dilain pihak sebagian besar anggota kelompok ini tidak memiliki ketrampilan untuk mengukur dimensi tubuh ternak sapi serta belum memiliki pemahaman tentang rumus persamaan antara ukuran dimensi tubuh dengan bobot badan pada sapi. Melihat permasalahan tersebut, maka dengan memberikan pengetahuan tentang teknik penaksiran bobot ternak berdasarkan rumus persamaan antara bobot badan dengan dimensi tubuh ternak serta ketrampilan dalam mengukur dimensi tubuh sapi adalah sebagai solusi pemecahan permasalahan. Kegiatan ini diselenggaraan pada tanggal 28 Juli 2012 pada Kelompok Peternak Sapi Kereman Nandini di Desa Telaga-Buleleng mulai pukul 10.00 – 15.00 wita. . Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah “Kelompok Peternak Sapi Potong Nandini” di Desa Telaga Kecamatan Busungbiu Kabupaten. Buleleng, yang memiliki kemauan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya khalayak sasaran diharapkan dapat menyebarkan pengetahuan dan informasi yang diperolehnya dari kegiatan pengabdian yang dilaksanakan ini kepada kelompok peternak di desa lainnya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah : 1). Memberikan penyuluhan /ceramah tentang ukuran/dimensi tubuh pada sapi yang berkaitan dengan bobot
5 badannya, teknik/cara menaksir bobot badan sapi berdasarkan rumus persamaan dimensi tubuh dengan bobot badannya diberikan oleh IB. Mantra, AA. Oka dan Made Dewantari, 2). Memberikan pelatihan tentang cara mengukur dimensi tubuh ternak sapi potong yang benar melalui praktek di lapangan diberikan oleh I Gede Suranjaya, IN. Ardika, I Kt. Warsa Parimartha dan NLP. Sriyani.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan kelompok peternak sapi bali kereman “Nandini” yang berlokasi di Desa Telaga Kecamatan Busungbiu Kab. Buleleng, adalah tergolong kelompok peternak sapi yang berkembang cukup baik dan cukup aktif karena banyak kegiatan terutama yang berhubungan dengan peternakan sapi bali yang dilaksanakan. Kelompok ini beranggotakan sebanyak 20 orang peternak sapi bali yang bertempat tinggal di Desa Telaga dan sekitarnya. Nama anggota kelompok peternak yang aktif adalah : No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NAMA Nyoman Nama Made Ardila Gd. Laba Nasta Made Segare Kt. Bagiyase Nym Cami Kd. Yudi Sastrawan Pt Wera Kt Arnawa Kt. Mupu Kt. Jeneng Nyoman Lilir Km. Ardama `Gede Yama Md. Suka Atmaja Putra Made Badra Wy. Lobik Kd. Yase Made Sujana
JABATAN Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Pada pelaksanaan kegiatan, kelompok sangat antusias mengikutinya, ini terlihat dari jumlah peternak yang hadir yaitu mencapai 100% (seluruh) dari anggota kelompok. Antusiasme kelompok juga ditunjukkan pada saat kegiatan berlangsung yaitu seluruh anggota kelompok mengikutinya sampai selesai. Antusiasme kelompok juga ditunjukkan dengan cukup banyak pertanyaan yang diajukan menyangkut meteri yang diberikan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peternak anggota kelompok ini tertarik untuk lebih mendalami tentang ukuran/dimensi tubuh sapi, cara-cara mengukurnya dengan benar serta cara menaksir bobot ternak berdasarkan ukuran dimensi tubuhnya. Faktor lain yang juga ikut mendorong, karena selama ini belum pernah ada pembinaan atau penyuluhan
6 tentang yang berkaitan dengan hal tersebut diatas. Kelompok ini menjadi sangat berminat dengan pengetahuan alternatif yang ditawarkan yaitu teknik/cara penaksiran bobot dengan menggunakan rumus persamaan bobot badan dengan dimensi tubuh. Pengetahuan ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peternak dalam penyediaan timbangan untuk sapi, dapat meningkatkan akurasi hasil taksiran terhadap bobot ternaknya, mampu melakukan penaksiran bobot ternaknya dengan sendiri tanpa perlu lagi bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya dapat menghindari terjadinya kerugian saat jual beli ternak. Pada praktek mengukur dimensi tubuh sapi, peternak juga sangat antusias mengikutinya dan seluruh anggota kelompok melakukannya dengan baik. Dalam pelaksanaan praktek, digunakan 1 ekor sapi jantan untuk diukur dimensi tubuhnya. Sebelumnya diberikan contoh cara mengukur dimensi tubuh yang benar dan berikutnya peternak diberi kesempatan untuk mengukur masing-masing lingkar dada, panjang badan sapi jantan tersebut. Dari seluruh anggota kelompok itu, sebagian besar dapat melakukan pengukuran dengan baik selanjutnya juga dapat mengkonversikan hasil pengukuran yang diperolehnya ke tabel konversi untuk mendapatkan bobot badan taksiran. Ada juga sebagian kecil peternak yang belum mampu melakukan pengukuran dengan benar karena mungkin belum terbiasa dengan alat atau karena keterbatasan kemampuan penglihatan dalam membaca skala alat ukur akibat faktor umur. Menindaklanjuti praktek itu, maka setiap peternak diminta untuk mengukur dimensi tubuh sapi miliknya masing-masing dan berikutnya menaksir bobot badannya sesuai dengan tabel konversi. Pengukuran dilakukan dengan menggunaan alat ukur yang diberikan secara bergantian (bergilir) dan hasil pengukuran tersebut dikumpulkan pada bulan berikutnya. Pada bagian akhir dari kegiatan, untuk menindaklajuti hasil praktikum maka dipilih secara acak 4 orang peternak untuk melakukan penaksiran terhadap bobot badan seekor sapi jantan. Ternak itu telah ditimbang terlebih dahulu tetapi beratnya dirahasiakan kepada peternak. Selanjutnya ketiga peternak diminta menaksir bobot sapi jantan tersebut secara visual, masing-masing juga diminta mengukur lingkar dada dan panjang badannya, hasil pengukuran tersebut kemudian dikonversikan ke tabel konversi untuk mendapatkan bobot taksirannya berdasarkan rumus dan hasilnya ditampilkan seperti tabel berikut di bawah ini. Tabel 2. Hasil taksiran visual dan taksiran dengan menggunakan rumus persamaan ukuran dimensi tubuh dengan bobot badan. No. 1 2 3 4 5 6 7
Kriteria Bobot Nyata (kg) Taksiran visual (kg) Selisih 1 - 3 Panjang badan (cm) Lingkar dada (cm) Taksiran dgn rumus (kg) Selisih 1 - 6
Gd. Laba 358 300 +58 135 170 317 +41
Penaksir Pt. Wera Md. Badra 358 358 325 400 +33 -42 132 130 173 175 330 335 +28 +23
Kd. Yase 358 310 +48 128 175 332 +26
7 Dari Tabel 2 diatas nampak bahwa selisih antara bobot riil dengan taksiran peternak secara visual adalah berkisar antara - 42 sampai dengan +58 kg, ini berarti bahwa peternak tersebut secara visual menaksir bobot ternaknya jauh lebih tinggi ataupun lebih rendah dari bobot riilnya (bobot hasil penimbangan). Hal ini bisa terjadi karena memang peternak tersebut tidak mahir (trampil) ataupun karena tidak pernah sama melakukan penaksiran dan hanya menyerahkan kepada para balantih ternak saja untuk menaksir bobot ternaknya bila terjadi transaksi. Sedangkan bila dilihat hasil taksiran bobot berdasarkan rumus dari keempat peternak tersebut ternyata ada peningkatan akurasi taksiran. Hal ini bisa dilihat dari selisih antara bobot riil ternak dengan bobot hasil taksiran dengan rumus yaitu berada pada kisaran yang lebih kecil antara 23 – 41. Namun hasil taksiran tersebut masih dikatagorikan sebagai hasil taksiran yang belum akurat karena selisih dengan bobot riil masih cukup besar. Menurut Djagra (2001) bahwa hasil taksiran bobot yang dapat dikatagorikan sebagai hasil yang cukup baik (akurat) bila selisih antara bobot riil dengan bobot taksiran itu tidak melebihi kisaran 5 – 10 kg. Belum akuratnya hasil penaksiran dari peternak itu mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti: belum trampilnya peternak dalam mengukur dimensi tubuh ternak, bisa pula terjadi kesalahan dalam membaca skala dari alat ukur ataupun karena ternaknya tidak dalam posisi yang benar pada saat diukur. Kesalahan tersebut bisa ditanggulangi dengan terus berlatih dan berlatih sehingga akurasi taksiran menjadi semakin meningkat dan secara tekik menjadi semakin trampil.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Aplikasi Rumus Persamaan Ukuran Dimensi Tubuh untuk Menaksir Bobot Badan Sapi Kereman sangat strategis dilakukan pada kelompok peternak sapi potong di Desa Telaga Kecamatan Busungbiu Kab. Buleleng. Pengetahuan dan ketrampilan tersebut sangat dibutuhkan oleh kelompok peternak di desa ini dalam upaya untuk mengatasi kesulitan dalam penyediaan timbangan ternak kapasitas besar (untuk sapi). Peternak mampu menaksir bobot badan ternaknya dengan sendiri, tanpa tergantung lagi dengan orang lain (belantih), sehingga secara ekonomis, apabila telah dikuasainya teknik menaksir tersebut dengan baik oleh peternak, secara langsung ataupun tidak langsung dapat menghindari terjadinya kerugian secara finansial terutama pada saat terjadi transaksi ternak. Saran Penerapan cara atau teknik penaksiran bobot badan ternak berdasarkan dimensi tubuh pada ternak sapi ini perlu disebarkan kepada kelompok peternak yang lain atau ke desa lain agar terjadi kesamaan pemahaman dan ketrampilan dalam proses menaksir bobot ternaknya sehingga terjadi kesamaan pengetahuan dan ketrampilan sehingga tidak merugikan salah satu pihak pada proses transaksi atau jual beli ternak.
8 DAFTAR PUSTAKA Disnak Prov. Bali 2006. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Prov. Bali. Disnak Bali. De Rose, E.P., J.W. Wilson dan L.R. Haffer. 1988. Estimation of variant components for traits measured on station tested beef bull. J. Anim Sci vol 66. 626-634. Djagra, I.B. 1994. Pertumbuhan sapi bali: sebuah analisis berdasarkan dimensi tubuh. Maj. Ilmiah Unud. XXI; 39:73-83 Djagra, I.B. 2001. Judging dan Seleksi Sapi Bali Daging. Lab. Ilmu Ternak Potong & Kerja. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali. Hays, W.G. dan J.S. Brinks. 1982. Relationship of weight and height to beef cow productivity. J Anim.Sci 50(5): 793-799. Suranjaya, IGd., Md. Dewantari., AA Oka., L. Doloksaribu and I Kt. Warsa P. 2010. The Relationship between production factors and farmer income of traditional bali cettle fattening enterprise at Dauh Yeh Cani village, Badung Regency, Bali. Prosiding Seminar Nasional Rumunansia 2010. Fak. Peternakan Undip Semarang. 6 Oktober 2010. Tanner, J.E., R.J. Cooper dan W.E. Kruse. 1965. Relationship between weaning weight and measurement of their dams. J.Anim.Sci.24:280 (Abstr).