Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
APLIKASI ACTIVITY-BASED COST SYSTEM DALAM SISTEM INFORMASI BIAYA MANUFAKTUR Saarce Elsye Hatane*, Antonio Sugianto**, dan Oviliani Yenty Yuliana*** *Jurusan Akuntansi FE Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto No. 121-131 Surabaya 60236 email:
[email protected] ** &***Jurusan Teknik Informatika FTI Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto No. 121-131 Surabaya 60236 ***email:
[email protected]
ABSTRACT Technology development in manufactured industry makes a change in manufacturing cost structure. When cost systems develop at 1800s, cost and activity data had to be collected manually. Consequently, the emphasis was on simplicity. Companies often established a single overhead cost pool for an entire facility or department. Overhead cost was measured by volume. Along with the growth of technology, activity and costs collection become easier. Company can measure the overhead costs by activity. The overhead cost is applied to product by activity that consume by product. Activity-based costing (ABC) is a method for determining accurate costs, especially for the modern industry. ABC is a costing approach that assigns resource costs to cost objects based on activities performed for the cost objects Initially, many firms adopt activitybased costing to reduce distortions in product costs often found in their volume-based costing systems. One major limitation of a volume-based costing system is that it tends to under-cost low-volume products and over-cost high-volume products. The activity-based costing system presents a more accurate measurement of product costs by tracing overhead consumption. Distorted or inaccurate product costing can lead to inappropriate inventory valuations, unrealistic pricing, ineffective resource allocations, misplaced strategic focus, misidentified critical success factors, and lost competitive advantage. Keywords: Product Costing System, Overhead Costs, Cost Pools, Activity-based Costing
1. PENDAHULUAN Pada era persaingan global, organisasi bisnis dituntut untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan daya saing. Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan informasi telah menjadikan orgnisasi bisnis berusaha semaksimal mungin untuk menerapkan teknologi guna meningkatkan kualitas prosesnya. Sistem informasi yang terkomputerisasi sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Perkembangan teknologi juga membuat perusahaan mengembangkan product diversity yang mengkonsumsi overhead costs lebih besar (Garrison et al, 2006). Sistem informasi terkomputerisasi yang menyertakan perhitungan biaya manufaktur yang akurat dapat meningkatkan keunggulan kompetitif suatu perusahaan. Informasi biaya yang akurat membantu perusahaan untuk membangun dan mementukan strategi perusahaan melalui penyajian informasi jumlah biaya produksi, jumlah biaya yang berhubungan dengan customer ISBN : 978-979-1165-74-7
II-201
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
service, jumlah biaya yang berhubungan dengan supplier, dan jumlah biaya pendukung proses bisnis dalam perusahaan (Blocher, et al, 2008). Seiring dengan perkembangan teknologi, pengumpulan data costs dan aktivitas yang dikonsumsi perusahaan menjadi lebih mudah. Perusahaan dapat mengembangkan overhead costs pool menjadi lebih beragam, sehingga sistem costs seperti activity based costing (ABC), yang dapat memberikan informasi overhead costs yang lebih akurat, menjadi tidak mahal untuk diterapkan (Garrison et al, 2006). ABC merupakan suatu sistem informasi biaya yang menempatkan aktivitas sebagai faktor utama timbulnya biaya. Biaya overhead tidak timbul sebagai akibat dari volume, melainkan karena ada aktivitas yang dilakukan, sehingga perhitungan biaya berbasis aktivitas lebih sesuai untuk perusahaan yang telah menerapkan modernisasi dalam proses produksinya. Pembuatan sistem informasi biaya yang menggunakan sistem ABC ini diaplikasikan pada suatu industri manufaktur produk plastik, CV Mustika Indah.
2. METODE PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah •
Studi literatur
•
Pengumpulan data
•
Perencanaan aplikasi
•
Pembuatan aplikasi
•
Pengujian aplikasi
•
Penarikan kesimpulan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses membangun suatu sistem ABC melalui tiga tahapan: •
Mengidentifikasi biaya atas sumber daya dan aktivitas yang digunakan. Perusahaan mencatat biaya atas sumber daya yang digunakan dalam bentuk perkiraan akuntansi. Analisa aktivitas dilakukan melalui wawancara dengan setiap personel dalam perusahaan dan observasi. Pertanyaan yang biasanya diajukan: (1) Apa pekerjaan atau aktivitas yang anda lakukan? (2) Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut? (3) Apa sumber daya yang diperlukan ketika menjalankan aktivitas tersebut? (4) Value apa yang diberikan aktivitas tersebut terhadap produk, pelanggan dan perusahaan?
ISBN : 978-979-1165-74-7
II-202
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
•
Meng-assign biaya sumber daya ke dalam aktivitas. ABC system menggunakan cost driver berupa sumber daya yang dikonsumsi untuk mengassign biaya sumber daya ke dalam aktivitas. Penetapan cost driver tersebut berdasarkan hubungan sebab-akibat.
•
Meng-assign biaya aktivitas ke dalam cost object. Biaya aktivitas di-assign ke dalam cost object berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi.
3.1 Master Activity Pada tahap pertama, pengalokasian perhitungan biaya overhead yang ingin ditetapkan pada setiap produk menggunakan metode ABC, dengan mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dari hasil wawancara dan pengamatan, terdapat lima kegiatan umum yang dilakukan yaitu: • Pencampuran bahan, adalah aktivitas mencampur biji plastik dengan bahan pewarna yang diberi minyak dengan formula tertentu. • Pencetakan barang jadi, adalah aktivitas memasukkan biji plastik yang telah dicampur dengan pewarna pada tempat yang disediakan pada mesin injeksi dan mesin akan mencetak bahan menjadi produk barang jadi yang sesuai dengan bentuk cetakan. • Pemeriksaan mutu barang jadi, adalah aktivitas memeriksa apakah ada hasil produksi barang jadi yang cacat atau tidak memenuhi standar perusahaan. • Perakitan dan pengendalian mutu barang assembly, adalah aktivitas merakit beberapa barang jadi menjadi satu set barang assembly dan memeriksa barang assembly tersebut telah memenuhi standar atau belum. • Perawatan mesin, adalah aktivitas merawat mesin dan cetakan injeksi sehingga tidak menggangu jalannya produksi. Setelah menentukan aktivitas produksi, langkah selanjutnya adalah penentuan cost driver pada setiap aktivitas. Cost driver yang digunakan untuk mengukur biaya pada aktivitas pencampuran bahan adalah kilogram bahan yang dicampur. Pada aktivitas pencetakan barang jadi, cost driver yang digunakan adalah jam mesin. Pada aktivitas pengendalian mutu barang jadi, yang dijadikan cost driver adalah jumlah barang jadi yang diproduksi. Sedangkan pada aktivitas perakitan dan pengendalian mutu barang assembly yang digunakan sebagai cost driver adalah jumlah barang assembly yang diproduksi. Terakhir, aktivitas perawatan mesin, cost driver yang digunakan adalah jam tenaga kerja tidak langsung. Cara memasukkan cost driver tampak pada Gambar 1.
ISBN : 978-979-1165-74-7
II-203
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Gambar 1. Form Activity
3.2 Biaya Overhead per Periode Form Biaya Overhead per Periode digunakan untuk mengubah data biaya overhead dalam satu periode. Dalam pengujian pencatatan estimasi biaya overhead, data biaya yang dipakai adalah data biaya overhead pada periode tahun 2007. Untuk memasukkan data biaya overhead, harus terlebih dahulu dihitung secara manual total biaya overhead pada setiap activity sesuai dengan Master Detail_Activity selama periode tahun 2007. Berdasarkan data pada Tabel 1, jumlah biaya overhead per masing- masing activity dimasukkan ke dalam form Biaya Overhead per Periode. Gambar 2 menunjukkan proses entry data biaya overhead Listrik dan Air pada activity Pencetakan Barang Jadi dalam periode 2007 sebesar Rp. 185.070.345,-. Tabel 1. Pembebanan Biaya Overhead Kepada Activity Tahun 2007 Perakitan dan Pencetakan Pengendalian Pengendalian Aktivitas / Pencampuran Barang Mutu Biaya Overhead Bahan Mutu Jadi Barang Jadi Barang Assembly Biaya Listrik dan Air 185,070,345 Biaya Gaji Bagian Bengkel Biaya Gaji Satpam 35,600,000 Bahan Pewarna 150,825,975 Perlengkapan Produksi 75,384,250 60,348,500 Biaya Suku Cadang Mesin Minyak 9,540,500 Biaya Asuransi Mesin 1,534,900 Biaya Penyusutan Mesin 76,525,500 Biaya Pemeliharaan Gedung 15,830,500 ISBN : 978-979-1165-74-7
Perawatan Mesin
41,670,276 78,509,500
35,365,800
II-204
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Biaya Penyusutan Gedung Biaya Asuransi Gedung Jumlah
38,926,248
195,966,475 263,130,745
1,172,000 131,312,998
60,348,500 155,545,576
Sumber : Wawancara dengan staff akuntansi
Gambar 2. Form Biaya Overhead per Periode 3.3 Volume Cost Driver per Periode Form Volume Cost Driver per Periode yang tampak pada Gambar 3 digunakan untuk mengubah data jumlah volume pemakaian cost driver dalam satu periode pada Tabel 2. Bila pencatatan pada suatu periode belum pernah dilakukan, maka program akan secara otomatis menjumlahkan seluruh volume pemakaian cost driver yang telah digunakan selama periode tersebut. Tabel 2. Pemakaian Cost Driver Tahun 2007 Nama Cost Driver Volume Jam Mesin 18,360 Jam Tenaga Kerja Tidak Langsung 12,000 Kilogram Bahan yang dicampur 581,585 Jumlah Barang Jadi yang diproduksi 6,436,233 Jumlah Barang Assembly yang diproduksi 2,753,483 Sumber : Wawancara dengan staff akuntansi
ISBN : 978-979-1165-74-7
II-205
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Gambar 3. Form Volume Cost Driver per Periode
3.4 Perhitungan Cost Driver Rate Dalam penelitian ini, data periode 2007 digunakan untuk perhitungan dalam proses produksi periode tahun 2008. Perhitungan cost driver rate tidak bisa dilakukan bila belum adanya pencatatan pada estimasi biaya overhead dan volume konsumsi cost driver pada periode yang sama. Form Perhitungan Cost Driver Rate yang tampak pada Gambar 4 akan menampilkan perhitungan tarif cost driver untuk setiap activity. Jumlah biaya yang muncul pada setiap activity merupakan penjumlahan biaya overhead pada setiap activity seperti yang tampak pada Tabel 1. Sedangkan jumlah volume yang muncul merupakan jumlah pemakaian cost driver setiap activity sesuai pada Tabel 2. Jumlah cost driver rate didapatkan dari pembagian antara jumlah biaya overhead yang dibebankan dibagi dengan jumlah volume konsumsi cost driver setiap activity.
3.5 Hasil Produksi Form Hasil Produksi digunakan untuk mengolah data hasil produksi seperti mencari, menambah, mengubah atau menghapus data hasil produksi. Proses entry detail pengiriman barang dapat dilihat pada Gambar 5. Dalam menambahkan activity kedalam detail hasil produksi, selain pengecekan kolom yang belum terisi ada juga pengecekan untuk jam mulai dan jam selesai. Bila waktu pada jam selesai lebih dahulu atau sama dibandingkan waktu pada jam mulai, maka akan muncul pesan error seperti pada Gambar 6
ISBN : 978-979-1165-74-7
II-206
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Gambar 4. Form Perhitungan Cost Driver Rate
Gambar 5. Tambah Detail Hasil Produksi
Gambar 6. Pesan Error Jika Jam Selesai Sebelum Jam Mulai Ada tiga activity yang akan dimasukkan kedalam detail hasil produksi, yaitu activity pencampuran bahan yang dilakukan oleh Joko dengan upah Rp.3.500,-/Jam pada pukul 06.30 sampai dengan 08.30, activity perawatan mesin oleh Agus pada pukul 08.45 sampai dengan 10.15 dan activity pencetakan oleh Farida dengan upah Rp. 4.000,-/Jam pada pukul 11.00 sampai pukul 18.00. dari ketiga activity tersebut dihasilkan 3.142 biji. Proses entry data hasil produksi dapat dilihat pada Gambar 7. Sedangkan pada Gambar 8 merupakan tampilan bila data ISBN : 978-979-1165-74-7
II-207
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
pengiriman dicetak. Laporan pemakaian tenaga kerja langsung yang terjadi setelah terjadinya transaksi produksi dapat dilihat pada Gambar 9. Pemakaian tenaga kerja langsung diperhitungkan berdasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung dalam melakukan activity yang dilakukan oleh tenaga kerja langsung. Dalam produksi no. HP/0408/09/001, yang masuk dalam perhitungan pemakaian tenaga kerja langsung adalah Joko yang melakukan activity pencampuran bahan sebesar (2 Jam * Rp.3.500) = Rp.7.000 dan Farida yang melakukan activity pencetakan barang jadi sebesar (7 Jam * Rp.4.000) = Rp.28.000. Jadi total pemakaian tenaga kerja langsung setelah terjadi produksi adalah sebesar (Rp.7.000 + Rp.28.000) = Rp.35.000,-.
Gambar 7. Form Hasil Produksi
Gambar 8. Hasil Produksi
ISBN : 978-979-1165-74-7
II-208
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Laporan pemakaian biaya overhead yang terjadi setelah terjadinya transaksi produksi pada dilihat pada Gambar 10. Pemakaian biaya overhead diperhitungkan berdasarkan volume cost driver yang terpakai dikali dengan cost driver rate setiap activity. Dalam produksi no. HP/0408/09/001, yang masuk dalam perhitungan pemakaian biaya overhead adalah activity pencampuran bahan, activity pencetakan barang jadi dan activity perawatan mesin.
Gambar 9. Laporan Pemakaian Tenaga Kerja
Gambar 10. Laporan Pemakaian Overhead
Laporan batch cost sheet untuk order produksi no. PO/0408/08/001 tampak pada Gambar 11. Laporan batch cost sheet ini menampilkan jumlah total pemakaian biaya produksi yang dihasilkan, jumlah barang yang telah dihasilkan dan harga pokok produk. Harga pokok produk setiap unit barang yang dihasilkan dapat diperhitungkan dari total biaya produksi dibagi
ISBN : 978-979-1165-74-7
II-209
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
dengan jumlah barang yang dihasilkan. 3.6 Laporan Harga Pokok Produksi Laporan harga pokok produksi untuk suatu periode dapat dilihat pada Gambar 12. Harga pokok produksi dihasilkan dari perhitungan persediaan awal periode barang dalam proses ditambahkan dengan biaya produksi yang ditimbulkan selama periode dan dikurangi dengan persediaan akhir periode dalam proses. Jadi perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp. 3.882.814,- berasal dari penjumlahan antara persediaan akhir dalam proses sebesar Rp. 0,dengan total barang dalam proses sebesar Rp. 8.550.000,- dan dikurangi dengan persediaan akhir dalam proses sebesar Rp. 4.667.686,-.
Gambar 11. Laporan Batch Cost Sheet
Gambar 12. Laporan Harga Pokok Produksi
ISBN : 978-979-1165-74-7
II-210
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
3.7 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Berdasarkan data perhitungan harga pokok produk per order produksi dari perusahaan dan data pengujian perhitungan harga pokok produk menggunakan metode ABC, maka dapat diketahui perbandingan antara kedua metode. Perusahaan menggunakan plantwide rate (single overhead cost pool, yaitu jumlah unit produksi yang selesai) dalam mengalokasikan overhead costs per unit barang. Harga pokok produk yang ditetapkan menggunakan metode plantwide rate mengalami over-costing atau under-costing. Penerapan harga pokok produk yang mengalami over-costing akan mempengaruhi perhitungan harga pokok penjualan. Semakin tinggi harga pokok produksi maka semakin tinggi harga pokok penjualannya sehingga dapat menyebabkan melemahnya daya saing perusahaan. Penerapan perhitungan harga pokok produk yang mengalami under-costing akan mempengaruhi perhitungan laporan laba rugi perusahaan. Semakin banyak harga pokok produk yang mengalami under-costing maka akan semakin sedikit laba perusahaan.
4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : •
Sistem ABC sesuai diterapkan pada perusahaan yang telah melakukan modernisasi pada prosesnya, dimana biaya overheadnya lebih besar daripada biaya langsungnya.
•
Penerapan sistem ABC akan meningkatkan keakuratan perhitungan biaya manufaktur produk.
•
Dengan adanya aplikasi ini maka perusahaan tidak harus melakukan perhitungan secara manual melainkan dapat langsung dihitung melalui komputer sehingga dapat menghasilkan harga pokok produksi yang detail dan akurat.
•
Dengan adanya aplikasi ini maka direktur ataupun staff perusahaan dapat melihat berbagai macam laporan yang dibutuhkan seperti: laporan order yang belum selesai, laporan produksi, laporan mutasi barang, dan laporan harga pokok produksi secara otomatis.
DAFTAR PUSTAKA Blocher, S., Cokins, Chen. 2008. Cost Management, A Strategic Emphasis 4th edition. McGraw – Hill, USA, p.120. Garrison, N., Brewer. 2006. Cost Management. McGraw – Hill, USA, p. 316. Hansen, D. R., Mowen, M. M. 2006. Cost management: Accounting and control. Thomson South-Western, Cincinmati. Romney, Marshall B, & Steinbart, Paul J. 2000. Accounting information system 8th edition. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. ISBN : 978-979-1165-74-7
II-211