ANTENA WIDEBAND MIKROSTRIP SLOT ARRAY 8 ELEMEN Iskandar Fitri1 ABSTRACT Mikrostrip slot antenna is one of techniques in design of microstrip antenna that has a potential for wider bandwidth. The bandwidth in antennas system generally is defined as a range between low frequency (f1) and high frequency (f2) referring to VSWR ≤ 2 or return loss RL = -10 dB, which is formulated as BW = f2 – f1. In one side use of single radiating elements (slot) in microstrip antenna is limited for wider bandwidth. In another side, the antenna with configuration of multi radiating elements or array configuration can be alternative of widening bandwidth of microstrip antenna. In array configuration is needed an impedance network for feeding line system. For simplifying its network impedance is proposed of a matching technique with multi tuning stubs. In this research had been designed an array microstrip slot antenna with 8 rectangular elements. The antenna has an operation frequency ranging from 5.5 GHz to 40.9 GHz or bandwidth impedance h of 35.4 GHz.
ABSTRAK Antena Slot Mikrostrip (ASM) merupakan salah satu jenis perancangan antena mikrostrip yang berpotensi untuk memperlebar bandwidth. Bandwidth pada sistem antena umumnya didefinisikan sebagai jarak antara frekuensi rendah (f1) dan frekuensi tinggi (f2) terhadap nilai VSWR ≤ 2 atau nilai return loss RL = -10 dB yang diformulasikan sebagai BW = f2 – f1. Dis satu sisi penggunaan elemen peradiasi (slot) tunggal dalam antena mikrostrip sangat terbatas untuk memperlebar bandwidth. Disisi lain, antena dengan konfigurasi multi elemen peradiasi atau array dapat dijadikan sebagai alternatif dalam memperlebar bandwidth antena mikrostrip.r Dalam konfigurasi array dibutuhkan jaringan impedansi untuk sistem saluran pencatunya. Untuk menyederhanakan desain jaringan impedansinya maka diusulkan teknik penyesuaian dengan multi tuning stub. Pada penelitian ini dilakukan perancangan antena mikrostrip slot array 8 elemen persegiempat. Antena ini mempunyai cakupan kerja frekuensi dari 5.5 GHz sampai 40.9 GHz atau impedansi bandwidth sebesar 35.4 GHz.
1
Universitas Nasional Jakarta, Fakultas Teknik dan Sains
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
261
1.
PENDAHULUAN
Saat ini kebutuhan pasar telekomunikasi mengarah pada penyaluran informasi dalam kapasitas besar. Sehingga diperlukan perangkat komunikasi yang bekerja dengan bandwidth yang sangat lebar atau wideband. Untuk menunjang kebutuhan tersebut diperlukan antena yang mempunyai karakteristik wideband. Bila mengacu dari definisi ITU bahwa penggunaan frekuensi radio dengan bandwidth lebih besar atau sama dengan 1 MHz merupakan kategori wideband. Lebar bandwidth tersebut khususnya untuk aplikasi sistem gelombang mikro (ITU, 2044). Dalam rekomendasinya ITU telah menjabarkan kebutuhan bandwidth untuk kasus wideband ke dalam beberapa alokasi frekuensi yaitu (ITU, 2004) – (Ministry of Economic Development of New Zealand, 2005); banwidth 10 MHz untuk jarak frekuensi dari 30 MHz sampai 10 GHz, 50 MHz untuk 1 GHz sampai 3 GHz, 100 Mhz untuk 3 GHz sampai 10 GHz, 250 MHz untuk 10 GHz sampai 15 GHz, dan 500 MHz untuk jarak frekuensi diatas 15 GHz. Terdapat beberapa alokasi sistem komunikasi gelombang mikro yang memerlukan bandwidth yang sangat lebar seperti fixed-satellite service (FSS) yang menempati beberapa alokasi frekuensi (3.4 – 4.2 GHz, 5.725 – 6.726 GHz, 7.25 – 7.75 GHz, 7.9 – 8.84 GHz, 10,7 – 12.75 GHz, 12.75 – 13,25 GHz, dan 13.75 – 14.8 GHz), Broadcastingsatellite service (11.7-12.75 GHz), aeronautical telemetry (3 – 16 GHz), sistem bergerak IMT-2000 (1.885 – 2.025 GHz, 2.110 – 2.2 GHz, 1.98 – 2.010 GHz, dan 2.17 – 2.2 GHz). 262
Aplikasi lain yang membutuhkan bandwidth yang sangat lebar yaitu teknologi ultrawideband (UWB). Di sebagian negara (Ministry of Economic Development of New Zealand, 2005) terdapat beberapa alternatif alokasi frekuensi untuk aplikasi ultrawideband seperti Amerika dan Eropa mengalokasikan untuk sistem radar pencitraan dengan band frekuensi dibawah 900 MHz, 1.9 – 10.6 GHz dan 3.1 – 10.6 GHz. Kedua untuk vehicular radar system pada 22 – 29 GHz, 24 – 24.25 GHz dan 23.6 – 24 GHz. Ketiga untuk aplikasi pada sistem komunikasi tanpa kabel yang beroperasi pada 3.1 – 10.6 GHz. Dilain pihak, Infocomm Development Authority (IDA), sebuah badan regulasi spektrum Singapura menetapkan alokasi frekuensi UWB pada 2.2 – 10.6 GHz. Sehingga masih besar kemungkinan penggunaan spektrum frekuensi untuk aplikasi UWB dari 0.3 GHz sampai 100 GHz di beberapa negara lainnya. Sehingga saat ini mencuat istilah multiwideband. Konsep multi-wideband ditemukan dalam perancangan antena ditujukan agar satu antena dapat diaplikasikan pada banyak sistem komunikasi pita-lebar yang menggunakan alokasi frekuensi yang berbeda-beda seperti yang telah dicontohkan pada paragaf diatas. Untuk menunjang teknologi tersebut dibutuhkan antena yang mempunyai karakteristik yang dapat menerima frekuensi yang lebar (wideband) dan sekaligus ringkas untuk mendukung komunikasi bergerak. Salah satu jenis antena yang dapat menunjang teknologi tersebut dengan beberapa keuntungan adalah antena mikrostrip. Jenis antena ini memiliki beberapa keunggulan Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007
terutama pada rancangan antenanya yang tipis, kecil, ringan dan dapat diterapkan ke dalam Microwave Integrated Circuit (MICs). Salah satu teknik perancangan dalam antenna mikrostrip adalah slot lebar (wide slot) atau dikenal dengan istilah microstrip slot antenna (MSA). Beberapa penelitian dengan menggunakan MSA baik dengan slot sempit maupun slot lebar untuk meningkatkan bandwidth telah dilakukan. Dimana antena-antena mikrostrip slot dengan menggunakan elemen peradiasi tunggal telah diperoleh dengan lebar bandwidth yang bervariasi dari 0.7 GHz sampai lebar bandwidth 8.8 GHz (Akhavan, 1995) – (Klem, 2005). Jika antena mikrostrip slot dirancang dalam konfigurasi array diperoleh lebar bandwidth sebesar 14 GHz (Waterhouse, 2002). Tetapi sejauh yang penulis ketahui belum ada penelitian pada MSA untuk konfigurasi array yang dicatu secara gandeng elektromagnetik dengan menggunakan jaringan impedansi multi tuning stub untuk antena wideband. Pada penelitian ini diusulkan suatu teknik baru untuk meningkatkan bandwidth pada antena mikrostrip dengan konfigurasi array menggunakan 8 elemen peradiasi slot. Teknik perancangan yang diusulkan menggunakan jaringan impedansi multi tuning stub yang dicatukan ke setiap slot secara kopel elektromagnetik (electromagnetic coupled). Bentuk elemen peradiasi yang diujikan adalah persegi-empat. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang menggunakan 2 elemen (Fitri, 2005) dan 4 elemen (Fitri, 2006), (Fitri, 2006) dengan teknik yang sama. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
2.
ANTENA SLOT MIKROSTRIP
Bentuk celah (slot) pada antena mikrostrip merupakan bagian alternatif dari fungsi elemen peradiasi. Struktur antena mikrostrip terdiri dari dua elemen konduktor yang dicetak pada substrat. Elemen peradiasi dapat dieksitasi oleh saluran transmisi koaksial, saluran mikrostrip, atau kopling elektromagnetik. Pada antena mikrostrip celah (slot) meliputi suatu slot yang memotong pada bidang tanah dengan saluran mikrostrip, sehingga slot akan tegak lurus dengan konduktor pada saluran mikrostrip. Bentuk antena mikrostrip slot tunggal dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Geometri Antena Celah (slot) Tunggal
Mikrostrip slot antena meliputi suatu slot yang berada didalam bidang groundplane dan tegak lurus terhadap saluran mikrostrip, medan radiasi dihasilkan oleh saluran pencatu 263
terhadap slot yang berada pada bidang groundplane dan bisa di lihat pada Gambar 1a. Mengacu pada Gambar 1b, frekuensi kerja antena slot mikrostrip (MSA) ditentukan oleh panjang slot Lr yang diformulasikan pada persamaan (1) (Garg, 2001). Lr =
λS 2
......(1)
λs = 1.194 − 0.24 ln ε r λ0
(W / λ0 ) 0.621ε r − 1.344 + W / h ε + 2 − 0.0617 1.91 − r ln (h / λ0 ) ε r ......(2) dimana
λS
0.48
merupakan
panjang gelombang pada slot dan λ0 = c f0 merupakan panjang gelombang di ruang bebas dengan frekuensi kerja yang ∆LS diberikan pada diinginkan. persamaan (3) merupakan panjang ekivalen yang dihubungkan dengan nilai induktansi pada ujung slot. Dimana h merupakan tebal substrat dan W adalah lebar slot yang ditentukan menggunakan persamaan (4) (Balanis, 1997). Lebar slot ditetukan berdasarkan nilai permitivitas relatif ε r dan frekuensi operasi fr . Untuk menentukan nilai permitivitas relatif efektif dengan menggunakan persamaan (5). W ε reff + 0.3 + 0.264 ∆LS h = 0.412 h W ε reff − 0,258 + 0.8 h .....(3)
( (
264
)
)
c 2 fr
2 εr +1 .......(4)
ε r ef f =
ε r +1 2 2
− ∆LS
0.835
W=
(ε r − 1) 0.4516 + 0.2416 1 − ε r 2 H ' (ε r + 1) ……(5) 2.1. Mekanisme Peningkatan Bandwidth pada MSA Mekanisme kopling dapat diinduksikan secara kapasitif dan induktif. Dalam kasus MSA kopling diinduksikan secara induktif yang diberikan dari saluran catu ke slot (Garg, 2001). Posisi saluran transmisi berada dibawah lempengan antena dan berhimpitan (posisi overlap), mulai dari pinggir lempengan sampai sejauh ls menuju ujung terbuka (open end circuit) dari saluran seperti terlihat pada Gambar 1b. Medan pinggir yang terbentuk dari sirkit ujung terbuka saluran ini menghasilkan suatu mekanisme kopling utama kepada antena (slot). Lempengan antena ini disebut mengalami efek pengkopelan secara elektromagnetik. Semakin besar efek kopling yang terjadi, akan menurunkan faktor kualitas rangkaian. Semakin menurunnya faktor kualitas rangkaian, semakin meningkatnya bandwidth antena. Efek kopling dikontrol oleh dua faktor utama, yaitu jarak penyisipan saluran dibawah elemen peradiasi dan lebar elemen peradiasi yang sebatas pada lebar Wm. Dimana kopling simetris Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007
(a)
(b) Gambar 2. (a) Struktur antena slot yang dicatu saluran mikrostrip, (b) rangkaian ekivalen antena slot.
terhadap pusat elemen peradiasi dan penurunan lebar elemen peradiasi akan menaikan kopling. Dengan membuat bercabang dua pada ujung saluran catu akan menambah efek kopling dua kali lebih kuat pada elemen peradiasi. Hal ini dijelaskan karena pada kedua cabang tersebut menghasilkan efek kopling dua kali lebih kuat dan pada akhirnya akan meningkatkan bandwidth (Sze & Wong, 2000). Untuk memahami mekanisme pelebaran bandwidth pada antena slot mikrostrip yang dicatu secara kopel elektromagnetik dapat dijabarkan dengan pemodelan rangkaiannya. Oleh Akhavan dan Syahkal dimodelkan rangkaian ekivalen antena slot sempit dengan pencatuan saluran mikrostrip tunggal (Akhavan & Syahkal, 1995). Dari acuan tersebut dilakukan modifikasi pemodelan rangkaian ekivalen antena slot lebar yang dicatu dengan saluran mikrostrip seperi terlihat pada Gambar 2. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
Rangkaian antena slot diasumsikan kopel secara magnetik terhadap rangkaian ekivalen saluran catu. Dimana kopel magnetik sebagai transformator antara rangkaian saluran mikrostrip dan rangkaian antena. Pada Gambar 2a, lm merupakan panjang saluran mikrostrip dimana arus yang mengalir memberikan kontribusi terhadap kerapatan daya magnet menuju slot. Panjang slot LS dan lebar slot WS merupakan fungsi dari frekuensi kerja dari antena slot. Sebagai fungsi impedansi karakteristik saluran catu mikrostrip diwakili dengan lebar Wm. Rangkaian ekivalen untuk antena slot dan saluran pencatunya diperlihatkan dalam Gambar 2b. Antena slot terdiri dari rangkaian-tertutup yang paralel dengan konduktansi Gs, mewakili daya yang diradiasikan dari slot. Sehingga Ys= Gs+jBs merupakan admitansi pada masukan rangkaian ekivalen antena slot. Pada sisi saluran mikrostrip terdapat Gm yang merupakan 265
radiasi dari ujung saluran terbuka pada saluran mikrostrip. Sehingga Ym=Gm+jBm merupakan admitansi pada masukan ujung terbuka stub mikrostrip. Pada sisi transformer terdapat mutual induktansi antara L1 sebagai lilitan primer dan L2 sebagai lilitan sekunder. Induktansi L1 terhubung dengan panjang saluran mikrostrip lm dan L2 terhubung dengan lebar slot yang terbatas hanya pada lebar Wm. Sehingga nilai induktansi bersama L1 dan L2 dapat diperoleh menggunakan induktansi per satuan unit panjang dari saluran mikrostrip dan slot. Induktansi bersama M dapat ditentukan dengan formulasi seperti pada persamaan (6) (Akhavan & Syahkal, 1995). M =Z
ε eff
................ (6) c Dimana Z merupakan impedansi karakteristik dari saluran mikrostrip dan ε eff adalah konstanta dielektrik efektif dari substrat. Nilai c adalah kecepatan cahaya. Sehingga Zs adalah nilai impedansi dan ε eff s konstanta dielektrik efektif pada spot. Sedangkan Zm hádala nilai impedansi dan ε eff m adalah konstanta dielektrik efektif pada saluran mikrostrip. Sehingga nilai induktansi bersama dapat ditentukan dengan mengubah panjang dan lebar saluran mikrostrip. Dengan kata lain transformator tersebut merupakan suatu rangkaian tala (tuned circuit) yang mengubah dari level impedansi rendah ke impedansi yang lebih tinggi. Sehingga rangkaian tala tersebut berfungsi sebagai jaringan impedansi penyesuaian antara resistansi sumber dan beban. Rangkaian tala pada 266
kasus antenna slot mikrostrip merupakan rangkaian paralel RLC yang beresonansi bila sudut fasa φ sama dengan nol. Hal ini berarti reaktansi induktif XL sama dengan reaktansi kapasitif XC. Sehingga frekuensi resonansi dapat diperoleh seperti pada persamaan (9). 1 ωr L = ................(7) ωr C 1 ωr = ................ (8) LC 1 fr = ................ (9) 2π LC Dari persamaan (7) sampai (9) menjelaskan bahwa pada saat resonansi impedansi rangkaian adalah resistif murni. Sedangkan induktansi L dan kapasitansi C dapat disetel untuk membawa rangkaian tersebut ke dalam keadaan resonansi dengan frekuensi yang diinginkan. Untuk rangkaian tala paralel nilai impedansi diberikan pada persamaan (10) (Bilkent University 2004).
Z P (ω ) = (1 / R + jωC + 1 / jωL) −1 = jωLR /( R + jωL − ω 2 LCR ) = jωL /[(1 − ω 2 LC ) + jωL / R] ................ (10) Pada saat beresonansi dengan nilai frekuensi seperti pada persamaan (9), impedansi komplek pada persamaan (10) menjadi, ................ (11) Penggunaan yang paling luas dari rangkaian tala ialah sebagai suatu filter yang selektif untuk suatu lebar frekuensi Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007
Z P (ω0 ) = jω0 L /[(0) + jω0 L / R ] =R tertentu. Pengaruh dari rangkaian tala paralel pada suatu sinyal frekuensi tergatung pada berapa dekat sinyal tersebut dari frekuensi resonansinya. Selain itu juga tergantung pada suatu karakteristik rangkaian yang disebut selektivitas. Dimana selektivitas itu merupakan fungsi dari faktor Q atau faktor kualitas dari rangkaian yang dirumuskan dalam persamaan (12). R ................ (12) ω0 L Impedansi rangkaian tala paralel pada persamaan (10), jika dengan harga Q persamaan tersebut menjadi, Q=
Z P (ω ) = R /[1 + jQ (ω / ω 0 - ω 0 / ω )] ................ (13) Dimana pada saat ω = ω 0 , impedansi rangkaian paralel
Z P (ω )
mencapai
maksimum pada Z P (ω ) = R dan sebaliknya jika terjadi selisih dari ω 0 maka Z P (ω ) akan menuju nilai minimum. Pada bagian nyata dan imajiner dari impedansi rangkaian paralel [ Z P (ω ) = RP (ω ) + jX P (ω )] , ketika RP (ω ) mencapai R yang dinormalkan pada saat resonansi, X P (ω ) menjadi nol. Terdapat dua nilai frekuensi ω1 dan ω 2 , sehingga nilai impedansi Z P (ω1 ) = R / (1 − j ) dan Z P (ω 2 ) = R / (1 + j ) . RP (ω ) menjadi R/2 untuk kedua nilai impedansi, sehingga X P (ω1 ) = R / 2 dan X P (ω 2 ) = − R / 2 . Kedua frekuensi tersebut dengan nilai faktor kualitas Q dapat dirumuskan pada persamaan (14), dimana rentang dari kedua frekuensi tersebut diformulasikan pada persamaan (15). Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
ω 2,1 = ±ω 0 (2Q) + (1 + 4Q 2 )1 / 2 ω 0 /(2Q) ................ (14)
ω 2 − ω1 = ω 0 / Q
............... (15)
Untuk rangkaian-rangkaian gelombang mikro selektifivitas diukur menurut lebar-bidang (bandwidth) frekuensi terhadap nilai -3 dB. Namun dalam kasus impedansi penyesuaian diberikan dengan nilai VSWR = 2 atau ekivalen dengan nilai return loss sebesar -9.54 dB. Sehingga pada kasus antena bandwidth didefinisikan sebagai nilai frekuensi rendah f1 dan frekuensi tinggi f2 terhadap nilai -9.54 dB. Dimana nilai f1 dan f2 telah dijabarkan dalam (Roddy & Coolen, 1990). Sehingga bandwidth dapat dijabarkan menggunakan formulasi seperti pada persamaan (16). f ................ (16) BW = f 2 − f 1 = r Q Dari persamaan (16) menunjukan betapa pentingnya faktor Q dalam menentukan selektivitas, dimana faktor Q yang rendah akan menghasilkan suatu bandwidth yang lebar demikian juga sebaliknya. Sehingga dengan membuat dua kali lipat jumlah saluran catu mikrostrip yang disisipkan dibawah slot antena, akan meningkatkan efek kopling induktif dua kalinya. Meningkatnya efek kopling akan menurunkan faktor kualitas Q rangkaian tala. Semakin rendah faktor kualitas Q dari rangkaian akan membuat bandwidth semakin lebar. 3.
PERANCANGAN ANTENA
Perancangan antena mikrostrip slot segiempat delapan slot disimulasikan dengan piranti lunak Microwave Office 2002. Antena mikrostrip ini 267
menggunakan satu substrate dengan dua lapisan konduktor. Lapisan atas berfungsi sebagai elemen peradiasi dan lapisan bawah sebagai saluran pencatu dengan nilai enclosure 30/82 pada dimensi x dan 30/82 dimensi y serta mempunyai konstanta dielektrik substrat ( εr ) sebesar 3,2 dan konduktivitas sebesar 5,88 x 107 S/m serta impedansi masukan sebesar 50 ohm. Tebal substrat dari bahan yang digunakan sebesar 1.52 mm. Dalam piranti lunak Microwave Office 2002 diperoleh lebar bandwidth dan parameter-parameter antena yang diinginkan. Geometri Antena Hasil Perancangan terlihat pada gambar 3 ( L11 = L12 = L13 = L14 = L15 = L16 = L17 = L18 = 1.097 mm, L21 = L22 = L23 = L24 = L25 = L26 = L27 = L28 = 2.926 mm, L31 = L32 = L33 = L34 = L35 = L36 = L37 = L38 = 0.731 mm, S1 = S2 = S3 = S4 = S5 = S6 = S7 = S8 = 4.390 mm, W1 = W2 = W3 = W4 = W5 = W6 = W7 = W8 = W9= 4.024 mm, ds1 = 1.463 mm, ds2 = ds3 = ds4 = ds5 =
ds6 = ds7 = ds8= ds9 = 0.365 mm). Gambar itu merupakan antenna mikrostrip slot array menggunakan delapan elemen dimana masing-masing elemen dicatu oleh saluran mikrostrip berbentuk seperti garpu. Model sistem pencatuan dalam antenna ini menggunakan konfigurasi saluran catu paralel. Untuk menyesuaikan impedansi antara saluran masuk dan empat elemen slot digunakan tuning stub pada setiap cabang saluran. Dengan kata lain sistem jaringan impedansi pada antenna ini menggunakan teknik multi tuning stub. Stub pendek tersebut berfungsi sebagai penyesuai impedansi di setiap cabang pembagi pada sistem pencatuan. Geometri antenna ini terdiri dari lebar slot ( W1,W2,W3,W4, W5, W6, W7, W8), panjang slot (L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, L8) Tuning stub bentuk garpu pada setiap slot terdiri dari panjang stub (l31 – l38), dua cabang stub dengan panjang yang sama (l21 – l28), dan jarak antara pusat saluran kedua cabang (l11 – l18). Untuk
Gambar 3. Geometri Antena Hasil Perancangan
268
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007
setiap cabang pembagi pada sistem pencatuan masing-masing diberikan stub pendek dengan panjang stub ls (ls1, ls2, ls3, ls4, ls5, ls6, ls7, ls8, ls9) dan jarak ds (ds1, ds2, ds3, ds4, ds5, ds6, ds7, ds8, ds9). 4.
HASIL SIMULASI ANALISA
DAN
4.1. Lebar Bandwidth Terhadap Perubahan Geometri Antena Pada Bagian ini dilakukan perubahan terhadap geometri antena mikrostrip slot segiempat delapan radiator untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mendapatkan lebar pita yang optimal dilakukan dengan cara merubah-rubah geometri panjang slot serta geometri saluran catu berbentuk garpu meliputi lebar garpu, panjang garpu dan jarak garpu dengan pinggir slot. Untuk mendapatkan frekuensi yang diinginkan dilakukan perubahan jarak antara Stub dengan sumber pencatu. Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi frekuensi kerja dan lebar bandwith, untuk lebih jelasnya mengenai perubahan-perubahan yang telah disimulasikan maka penjelasan dibahas perubahan tersebut secara bertahap dalam sub bab ini. Perubahan geometri pada garpu dibagi menjadi tiga bagian yaitu lebar garpu (L1), panjang garpu ( L2 ) dan jarak garpu dengan pinggir slot (L3). Perubahan-perubahan dilakukan secara urut, untuk lebih jelasnya mengenai perubahan-perubahan tersebut dibahas berikut ini. 4.1.1. Variasi perubahan jarak antara pusat saluran kedua cabang (l11 – l18) terhadap bandwidth Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
Perubahan yang dilakukan terhadap jarak antara pusat saluran kedua cabang atau disebut sebagai lebar garpu dibagi menjadi delapan bagian yaitu l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17 dan l18 (Gambar 4). Dibawah ini diperlihatkan hasil simulasi terhadap lebar garpu secara serempak dimana masing-masing lebar garpu dilakukan pergeseran sebanyak lima kemungkinan. Efek variasi lebar garpu berpengaruh terhadap perubahan lebar pita. Seperti terlihat pada Gambar 4 bahwa antena mikrostrip hasil perancangan akan mengalami variasi lebar-pita. Jika l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17 dan l18 digeser sebesar 0.365 mm maka bandwidth antena mikrostrip akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.01 Ghz, sebaliknya jika l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17 dan l18 sebesar 1.097 mm maka akan mengalami penyempitan lebar-pita sebesar 0.01 Ghz. Jika l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17 dan l18 sebesar 1.463 mm terjadi penyempitan lebar-pita sebesar 0.2125 Ghz, dan jika l11, l12, l13, ,l14, l15, l16, l17 dan l18 sebesar 1.829 mm maka lebarpita akan menyempit sebesar 0.1864 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 4 perubahan geometri yang terjadi pada lebar garpu antena mikrostrip delapan slot segiempat ternyata tidak terlalu mempengaruhi lebar-pita frekuensi antena mikrostrip hasil perancangan secara signifikan. 4.1.2. Variasi perubahan dua cabang stub dengan panjang yang sama (l21 – l28) terhadap bandwidth Pada bagian ini juga dilakukan hal sama seperti sebelumnya bahwa dua cabang stub dengan panjang yang sama atau panjang garpu dibagi atas l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan l28. Dimana masing269
Gambar 4. Grafik perubahan lebar garpu (l11 – l18) secara serempak terhadap bandwidth pada antena mikrostrip delapan slot array
masing-masing panjang garpu pergeseran sebanyak lima kali. Efek variasi panjang garpu memberikan variasi lebar-pita seperti terlihat pada Gambar 5. Jika l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan l28 sebesar 1.463 mm akan terjadi penyempitan lebar-pita antena sebesar 0.0806 Ghz, pada saat L12, L22, L32, L42, L52, L62, L72, dan L82 1.829 mm terjadi penyempitan lebar pita sebesar 0.7912 Ghz. Jika l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan l28 sebesar 2.195 mm terjadi penyempitan sebesar 0.7241 Ghz, dan pada saat l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan l28 sebesar 2.560 mm terjadi penyempitan sebesar 0.0038 Ghz. Kemudian untuk l21, l22, l23, l24, l25, l26, l27, dan l28 sebesar 2.926 mm maka antena mikrostrip hasil perancangan akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.713 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 5, perubahan geometri panjang garpu antena ini ternyata tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan lebar-pita frekuensi antena mikrostrip hasil perancangan. 4.1.3. Variasi perubahan panjang stub (l31 – l38) terhadap bandwidth
Gambar 5. Grafik perubahan panjang garpu (l21 – l28) secara serempak terhadap bandwidth pada antena mikrostrip delapan slot array.
270
Pada perubahan panjang stub dibagi menjadi delapan bagian yaitu l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38. Perubahan tersebut dilakukan secara berurut dengan sampel pergeseran sebanyak lima kali. Efek perubahan l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37, dan l38 berpengaruh terhadap perubahan lebar-pita. Seperti terlihat pada Gambar 6 bahwa antena ini mengalami variasi lebar-pita. Dari hasil simulasi l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 lebih besar dari 1.097 mm maka mengalami pelebaran Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007
lebar-pita, sebaliknya jika l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 lebih kecil dari 1.097 mm maka perolehan lebar-pita akan mengalami penyempitan. Pada saat l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 sebesar 1.463 mm terjadi pelebaran lebar-pita sebesar 0.0333 Ghz. Pada saat l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 sebesar 1.829 mm maka lebar-pita sebesar 0.0261 Ghz. Lalu jika l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 sebesar 2.560 mm terjadi pelebaran sebesar 0.3764 Ghz. Kemu dian pada saat l31, l32, l33, l34, l35, l36, l37,dan l38 sebesar 0.731 mm lebar-pita yang diperoleh menyempit sebesar 0.0041 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 6 bahwa perubahan yang terjadi pada panjang stub tidak terlalu mempengaruhi lebar-pita antena mikrostrip hasil perancangan secara signifikan. 4.1.4. Perubahan krostrip
Gambar 6. Grafik perubahan panjang garpu (l31 – l38) secara serempak terhadap bandwidth pada antena mikrostrip delapan slot array
Panjang Slot Mi-
Dibawah ini diperlihatkan hasil simulasi perubahan terhadap panjang radiator yang dibagi menjadi delapan bagian yaitu L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8, perubahan dilakukan secara berurut dan diambil sebanyak lima sample perubahan. Dari hasil simulasi terhadap L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8 secara serempak terlihat dalam Gambar 7 bahwa perancangan antena mikrostrip menghasilkan variasi lebar-pita. Dari hasil simulasi diketahui jika L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 4.39 mm maka antena mikrostrip hasil perancangan akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.0164 Ghz. Jika L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 5.853 mm maka mengalami pelebaran lebarpita sebesar 0.0252 Ghz. Jika L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 6.951 mm Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
Gambar 7. Grafik perubahan panjang slot (L1-8) secara serempak terhadap bandwidth pada antena mikrostrip delapan slot array
271
Bandwidth (Ghz)
Grafik Pergeseran Stub Tak Serem pak Terhadap Bandw idth
40 35 30 25 20 15 10 5 0 1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
1.463
0.365
1.097
1.663
1.829
2.56
Perubahan Pergeseran Stub (m m)
Gambar 8. Grafik perubahan jarak stub (ds1-9) secara serempak terhadap bandwidth pada antena mikrostrip delapan slot array
antena akan melebar sebesar 0.0203 Ghz, pada saat L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 7.682 mm antena melebar sebesar 0.0184 Ghz dan pada saat L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, dan L8 sebesar 8.414
mm antena mikrostrip hasil perancangan akan melebar sebesar 0.0164 Ghz. Seperti yang terlihat pada Gambar 7, perubahan yang terjadi pada panjang radiator secara serempak ternyata tidak terlalu mempengaruhi lebar-pita antena mikrostrip slot segiempat hasil perancangan secara signifikan. 4.1.5. Variasi perubahan jarak stub (ds1, ds2, ds3, ds4, ds5, ds6, ds7, ds8, ds9) terhadap bandwidth Pergeseran pada stub utama dimana ds2, ds3, ds4, ds5, ds6, ds7, ds8, dan ds9 konstan (1.463), ds1 diubah-ubah. Jika ds1 0.365 mm maka antena mikrostrip hasil perancangan akan mengalami penyempitan lebar-pita sebesar 0.1733 Ghz, jika ds1 1.097 mm lebar-pita antena hasil perancangan akan menyempit sebesar 0.022 Ghz. Tetapi jika ds1 1.663 mm maka antena hasil perancangan akan mengalami pelebaran lebar-pita sebesar 0.01 Ghz, jika ds1 1.829 mm maka antena akan mengalami
Gambar 9. Hasil simulasi bandwidth antena mikrostrip delapan slot array
272
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007
0
10
30
30
40
20
0
10
20
40
0
30
30
40
10
40
60 -6 0
70
70
-7 0
-70
80
80
80
-80
50
-5 0
60 -6 0
70
Mag Max 2.5
0 -4
-5 0
60
-7 0
80
-10
0 -3
0
50
50
0
-6 0
70 -70
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
-20
-4 -5
60 -6 0
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2
0 -4
0
-5 0
0 -3
-20 -3
0 -4
50
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
Mag Max 2
-20
20
Pola Radiasi
| PPC_ETheta [0,1]| samsung2
-10
10
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
| PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2
-10
0 -3
-20
-10
0
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
20
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
-80 -80
-80
90
90 90
90
-90
-90 -90
-90
100
-17 0 0
30
30
40 -170
-1 40
20
Mag Max 2.5 40
30
20 30
0
0
10
40
40
10
-17 0
-160
-15
0
-1 40
30
20
10
0
40
40
0
10
20
-170
-1 40
30
20
10
-170 0 -170
-160
- 15 0
-1 40
40
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
-10
30
20
-1
0 -1 5
40 -170
-1 50
40
20 30
10
0
10
-160
-170
-1 40
-1 50
-160
0
10
20
0 15
-1 40
0 14
-1 50
0 15
170
160
-160
0 14
170
180
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
0 -3
0 -4
0
Mag Min 0
Frekuensi 20.3 Ghz
-2 0
-5
50
50
-5 0
0
60
60
60
-6 0
-6 0
70
70
-7 0
80
160
0 15
50
-6 0
70
-10
0 -4
0 14
170
160
60 0
0.5 Per Div
Mag Max 2.5
0 -4
-5
-10
0 -3
0 -4
0 0
Mag Min 0
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
-2 0
-4
0 -3
0
-2 0
-3
-10
-10
-20
50
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2.5
13 0 30 -1
Frekuensi 18.3 Ghz
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
180
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
180
0 -3
0 -4
160
0 15
180
170
160
0 15
Frekuensi 16.3 Ghz
1 Per Div
12 0
20 -1
13 0 30 -1
Mag Min 0
110 -110
12 0
20 -1
0 14
0 14
170
180
0.5 Per Div
-70
-20
0
-10 0
13 0 30 -1
Mag Max 2.5
100
110 -110
12 0
20 -1
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
-10
-3
0 -4
100 -10 0
0
Frekuensi 14.3 Ghz
90 -90
110 -110
13 0
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
-80
90 -90
100
Mag Min 0
80
-80 90
-10 0
0.5 Per Div
70 -70
80
-90
12
60 -6 0
70
-80
110
-6
-20
0 -3
0 -4
60 -6 0
-70
90
-100
Mag Max 2.5
50
-5 0
80
100
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
50
70
-90
30 -1
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 3
60 -6 0
-70 80
Mag Min 0
Frekuensi 12.3 Ghz
-5 0
70
-80
0.5 Per Div
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
50
60 -6 0
-70
20 -1
170
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2.5
-5 0
-110
160
160
0
-20
-10
-20
-10
0 -3
50
Mag Min 0
Frekuensi 10.3 Ghz
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
180
15
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2.5
-5 0
-5
0.5 Per Div
13 0 30 -1
0 15
0
Mag Min 0
12 0
20 -1
13 0 30 -1
Frekuensi 8.3 Ghz
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
180
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
170
0.5 Per Div
Frekuensi 6.3 Ghz
0
14
0 15
Mag Min 0
-110
12 0
2 -1
13 0 30 -1
0 14
0 14
170
160
180
0.5 Per Div
-110
12 0
20 -1
-1 40
-1 10
13 0 30 -1
-160
12 0
20 -1
110
-1 50
110
-110
-10 0
110
-100
- 15 0
11 0
100
-100
-160
100
-160
100 -100
70
-7 0
-7 0
80
80
80
-80 -80
90
-80
-80
90
-90
90
-90
-90
90 -90
100 100
-160
-170
-170
0
20 30
40
20 30
10
0
40
30
20
10
0
10
40
30
20
0
0 -1 4
50 -1
-170
0
-160
40 -1
50 -1
40
0 -3
-20
Mag Max 2.5
0 -4
0 -4
50
-5 0
60
-6 0
70
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
50
-5 0
60
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2.5
-10
10
180
170
160
0 15
0 15
-160
0
0 14
14
170
160
-10
0 -3
0 -4
0 -4
50
-6 0 70
Mag Min 0
Frekuensi 28.3 Ghz
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
-20
-20
-10
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2.5
-5 0 60
0.5 Per Div
Frekeunsi 26.3 Ghz
0
-6 0
60
-6 0
70
-70
-7 0
Mag Min 0
0
13 0 30 -1
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
50
0.5 Per Div
180
160
0 15
180
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2.5
0 -3
-10
0 -3
-2 0
-5
Frekuensi 24.3 Ghz
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
170
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Min 0
12
20 -1
13 0 30 -1
0
0
0.5 Per Div
Frekeunsi 22.3 Ghz
0
14
15
Mag Min 0
-1 10
12 0
-12
13 0 30 -1
0 14
160
180
170
0.5 Per Div
-1 10
12 0 0
-1 4
-12
110
-1 40
-1 10
0
0
30
50
13 -1
-1
12
20 -1
-100
110
-160
-110
-100
110
-170
-100
110
100
-1 50
-100
100
80
70
-70
-70 80
80
80
-80 -80
-80
90 -90
100 -100
110
110
-110
-170
-1 40
40
20 30
40
30
0
0
10
20
10
-160
-170
-160
-170
-1 40
0 -1 4
50
0 15
-1
0 14
180
Frekuensi 36.3 Ghz
Mag Max 2.5
0
0 -4
0 -4
-5
170
-10
-3
0
50
0
Mag Min 0
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
50
0
60 -6
0.5 Per Div
160
0 15
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
Mag Max 2.5
-2 0
-10
-3
-2 0
-5
Mag Min 0
Frekuensi 34.3 Ghz
Pola Radiasi
|PPC_ETheta[0,1]| samsung2
170
|PPC_EPhi[50,1]| samsung2
160
Frekuensi 32.3 Ghz
0.5 Per Div
180
180
170
160
0 15
0 15
Frekuensi 30.3 Ghz
Mag Min 0
13 0
30 -1
0 14
0
0.5 Per Div
12 0
20 -1
13 0
30 -1
110
-110
12 0
20 -1
0 14
14
180
170
Mag Min 0
-110
0
13 0
30 -1
0
160
0.5 Per Div
12
20 -1
13 0 3 -1
100 -100
110
-1 50
12 0 20
-1 5
-1
0
-1 10
-100
-160
-100
100
-1 40
100
90 -90
-170
-90
-1 50
90 90
-90
-160
-80
60 -6
0
0
70
70
-7 0
-7 0 80
-80
80 -80
90 -90
90 -90
100 -100
100 -100
110 -110
12
40
-170
-170
0
-1
50
40 -1
15
50
0
180
170
Frekuensi 38.3 Ghz
0.5 Per Div
16 0
0
Mag Min 0
0
0
14
15
-1
13 30 -1
0
-1 60
12
20 -1
14
180
170
16 0
0.5 Per Div
-110 0
0
-1
13 30 -1
-1 60
20 -1
110
Mag Min 0
Frekuensi 40.3 Ghz
Gambar 10. Pola radiasi antenna perancangan pada Gambar 3 untuk setiap tahap frekuensi Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
273
Tabel 1. Hasil Simulasi Optimal Antena Mikrostrip
loss sebesar -10 dB dan hasil impendasi masukannya sebesar 50 Ohm.
Frequency (Ghz)
H( )
E( )
VSWR
4.2.Pola Radiasi Antena
6.3 8.3 10.3 12.3 14.3 16.3 18.3 20.3 22.3 24.3 26.3 28.3 30.3 32.3 34.3 36.3 38.3 40.3
80.06 81.98 66.7 50.83 42.03 32.48 45.32 37.35 65.34 57.21 54.32 54.23 45.32 23.67 23.42 22.53 22.69 30.96
27.78 24.05 45.36 37.49 51.26 44.58 41.17 39.77 33.58 33.58 46.65 32.52 38.13 68.02 64.45 67.99 83.76 71.3
1.7608 1.1047 1.2043 1.1205 1.4642 1.4914 1.5784 1.249 1.3594 1.463 1.5414 1.2844 1.3518 1.4314 1.4402 1.7423 1.3462 1.2064
Hasil simulasi pola radiasi dari antena ini dimulai dari frekuensi 6.3 GHz, sampai 40.3 GHz dengan step frekuensi 2 GHz seperti diperlihatkan pada Gambar 10. Dimana beamwidth terhadap nilai 3-dB bervariasi disetiap step frekuensi. Pada bidang-H beamwidth terbesar terdapat pada frekuensi 6.3 GHz sebesar 800 dan tersempit 220 pada frekuensi 38.3. Untuk bidang-E diperoleh beamwidth terlebar sebesar 830 pada frekuensi 38.3 GHz dan beamwidth tersempit sebesar 220. Nilai VSWR yang dicapai pada setiap step frekuensi tersebut antara 1.1 sampai 1.7. Secara lengkap nilai beamwidth pada setiap step frekuensi pada antena ini dapat dilihat pada Tabel 1.
0
0
penyempitan lebar-pita sebesar 0.2183 Ghz dan jika ds1 2.560 mm maka antena mikrostrip hasil perancangan akan mengalami penyempitan lebar-pita yang sangat signifikan yaitu sebesar 24.0939 Ghz. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8. Seperti yang terlihat pada Gambar 8 bahwa perubahan posisi stub secara tidak serempak memberikan dampak yang sangatsignifikan terhadap terhadap lebar-pita frekuensi antena. Gambar 9 menunjukkan hasil simulasi yang optimal dari perancangan antena mikrostrip pada Gambar 3. Hasil simulasi antena ini didapatkan bandwidth yang paling lebar sebesar 35.4 GHz yang bekerja pada range frekuensi 5.5 – 40.9 Ghz. Lebar bandwidth yang optimal adalah selisih antara frekuensi akhir dengan frekuensi awal dalam satuan GHz dimana return 274
5.
KESIMPULAN
Telah dirancang antena mikrosrip persegiempat 8 elemen untuk meningkatkan bandwidth. Efek kopling yang diberikan oleh saluran mikrostrip berbentuk seperti garpu dapat meningkatkan bandwidth sebesar 35.4 Ghz yang bekerja pada cakupan frekuensi dari 5.5 sampai 40.9 Ghz. Bandwidth yang paling lebar dicapai pada ukuran saluran catu mikrostrip seragam pada setiap slot. Pada setiap step frekuensi dicapai penyesuaian terhadap nilai VSWR ≤ 2 dengan lebarberkas yang bervariasi. Penyesuaian tersebut dicapai dengan mengendalikan jarak stub pendek yang dihubung secara shunt. Lebar-berkas antena dapat Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007
disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi dengan cara merubah jarak antar slot. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segala hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. DR. Ir. Djuheri CD atas saran dan dukungannya selama proses penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Akhavan, H.G. & Syahkal, D.M. (1995),”A Simple Technique for Evaluation of Input Impedance of Microstrip-Fed Slot Antennas”, IEE Conference Publication, No. 407. Behdad, N. & Sarabandi, K. (2005),”A Wide-Band Slot Antenna Design Employing A Fictitious Short Circuit Concept”, IEEE Transaction on Antennas and Propagation, Vol. 53, No. 1. Bilkent University, Analog Electronic, http://www.ee.blikent.edu.tr/neee21 1/lecture notes/chapter%20%2004.pdf Balanis, C.A. (1997),”Antenna Theory”, Second Edition, John Wiley & Sons, United State. Choi, S.H., Park, J.K., Kim, S.K. & Park, J.Y. (2004),”A New UltraWideband Antenna for UWB Applications”, Microwave and Optical Technology Letters, Vol. 40, No.5. Collin, R. (1992), “Foundations For Microwave Engineering”, Second edition, McGraw-Hill. Du, B., Yung, E.K., Yang, K.Z., & Zhang, W.J. (2002),”Wide-Band Linearly or Circularly Polarized Monopulse Tracking Corrugated Horn”, IEEE Transaction on Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 4, November 2007
Antennas and Propagation, Vol. 50, No. 2. Fitri, I dan Rahardjo, E.T. (2005),”Antena Wideband Mikrostrip Dua Slot Menggunakan Jaringan Impedansi Multi Batang Penyetelan,” Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 15 No. 4, UKI, Jakarta. Fitri, I dan Rahardjo, E.T. (2006),”A Compact Microstrip Slot Antennas Fed By A Microstripline With A Multi Tuning Stubs For UWB”, Asia Pacific Microwave Conference Proceeding, Japan. Fitri, I dan Rahardjo, E.T.,”Microstrip Slot Array Antennas Fed By A Microstripline With Multi Tuning Stubs For Multi-Wideband”, International symposium on Antennas and Propagation Proceeding, Singapore, November 2006. Garg, R., Bhartia, P., Bahl, I., and Ittipiboon, A. (2001),”Microstrip Antenna Design Handbook”, Artech House, Noorwod. Hirokawa, J., Arai, H., & Goto, N. (1989),”Cavity-Backed Wide Slot Antenna”, IEE Proceedings, Vol. 136, No. 1. International Telecommunication Union (ITU-R) (2004), Appendix 3 (Rev.WRC-03), Editisi 2004. Kramer, B.A., Lee, M., Chen, C.C. & Volakis, J.L. (2005),”Design and Performance of an Ultrawide-Band Ceramic-Loaded Slot Spiral”, IEEE Transaction on Antennas and Propagation, Vol. 53, No. 7. Klemm, M., Kovcs, I.Z., Pedersen, G.F. & Troster, G. (2005),”Novel Small-Size Directional Antenna for UWB WBAN/WPAN Applications”, IEEE Transaction on 275
Antennas and Propagation, Vol. 53, No. 12. Ministry of Economic Development Manatu Ohanga (2005), An Engneering Discussion paper on Spectrum Allocations for Ultra Wide Band Devices, Radio Spectrum Policy andPlanning Resources and Networks Branch Ministry of Economic Development, POBox 473, Wellington, New Zealand. Ma, T.G., & Jeng, S.K. (2005),”Planar Miniature Tapered-Slot-Fed Annular Slot Antennas for Ultrawide-Band Radios”, IEEE Transaction on Antennas and Propagation, Vol. 53, No. 3. Ma, T.G. & Jeng, S.K. (2005),”A Printed Dipole Antenna With Tapered Slot Feed for Ultrawide-
276
Band Applications”, IEEE Transaction on Antennas and Propagation, Vol. 53, No. 11. Roddy, D. & Coolen, J. (1990),”Komunikasi Elektronika”, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, 1984. Hal : 25 – 30. Sze, J.Y., & Wong, K.L. (2000),”Bandwidth Enhancement of A Printed Wide Slot Antenna Fed By A Microstripline With A ForrkLike Tuning Stub”, Proceeding of ISAP. Waterhouse, R.B., Novak, D. (2002), Nirmalathas, A., & Lim, C.,”Broadband Printed Sectorized Coverage Antennas for MilimeterWave Wireless Applications”, IEEE Transaction on Antennas and Propagation, Vol. 50, No. 1.
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.4, November 2007