Analisis Tindak Tutur Dan Teknik Humor Dalam Wacana Internet Meme “Y U No Guy” Pada Situs Memebase.Cheezburger.Com Nurul Hikmah Khairunnisa, Diding Fahrudin (Pembimbing) Program Studi Inggris, FIB, Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak
Meme adalah perwujudan unit dalam suatu budaya yang dapat berupa lagu, ide, slogan, atau mode pakaian, yang tertanam dalam pikiran manusia dan tersebar melalui proses imitasi. Seiring dengan maraknya penggunaan internet, meme menyebar dalam dunia maya dan membentuk internet meme. Salah satu internet meme bernama “Y U NO Guy” terindikasikan sebagai gambar berkalimat yang memiliki tindak tutur beragam dan menunjukkan nuansa humor. Penelitian dalam skripsi ini kemudian menjadikan “Y U NO Guy” sebagai sebuah wacana untuk mengetahui tindak tutur apa saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO Guy”, dan bagaimana humor dibangun di dalamnya. Dengan menggunakan metode analisis wacana dengan pendekatan linguistik dan humor, penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas data merupakan tindak ilokusi ekspresif yang menunjukkan sikap psikologis para pengguna “Y U NO Guy”, dan terdapat kecenderungan pemakaian teknik imitasi dalam membangun nuansa humor di dalamnya.
Analysis of Speech Act and Humor Technique in the Discourse of Internet Meme “Y U NO Guy” at memebase.cheezburger.com
Abstract
Meme is a manifestation of a unit of a culture such as songs, ideas, catch-phrases, or clothes fashions, that exist in people’s mind and spread via imitation process. As internet grows rapidly, meme appears in cyber world and becomes internet meme. One of the internet memes namely “Y U NO Guy” is indicated as a captioned image which has several speech acts and depicts a sense of humor. This paper then perceives “Y U NO Guy” as a discourse in order to found out what speech acts are actually performed and how humor is build within it. Using discourse analysis as a method with linguistic and humor approaches, this paper concludes that the majority of datas are expressive illocutionary act which depicts the psychological attitude of the “Y U NO Guy” user, and there is a tendency of using imitation technique to build a sense of humor within it. Keywords: Discourse Analysis; Humor Technique; Internet Meme; Speech Act; “Y U NO Guy”
Pendahuluan Pada era teknologi sekarang ini, internet merupakan teknologi yang sudah tak asing lagi dalam kehidupan manusia. Internet dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan pengguna
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
internet lainnya, misalnya melalui situs jejaring sosial, situs blog, atau melalui situs-situs seperti forum atau rubrik berita elektronik yang memungkinkan seseorang untuk menuliskan sesuatu. Selain itu, internet juga dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan menggunakan gambar-gambar yang dilengkapi dengan kalimat atau teks. Gambar-gambar berkalimat inilah yang saat ini mulai digemari beberapa pengguna internet dalam menyampaikan berbagai macam ide atau informasi yang dimilikinya. Gambar-gambar tersebut dikenal sebagai internet meme. Istilah internet meme berasal dari kata meme yang diperkenalkan oleh Dawkins (2006). Menurutnya, meme adalah perwujudan unit dalam suatu budaya yang dapat berupa lagu, ide, slogan, atau mode pakaian, yang dalam proses penyebarannya memperbanyak diri dengan cara menanamkan unit-unit budaya tersebut dalam pikiran banyak orang sehingga terjadi proses imitasi yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Proses imitasi tersebut dapat terjadi melalui intensitas percakapan sehari-hari, sehingga penyebarannya bersifat dari mulut-kemulut (mouth-to-mouth). Namun, dalam era modern, meme memasuki dunia maya dan menjadi internet meme, yaitu penyebaran meme melalui internet. Cara penyebaran melalui internet ini pun membedakan pengertian antara meme dengan internet meme. Berbeda dengan meme yang besifat mouth-to-mouth, internet meme lebih dikenal sebagai “a humorous image, video, piece of text, etc. that is copied (often with slight variations) and spread rapidly by internet users” (Oxford Dictionaries, n.d.). Gil (n.d.), seorang certified computer instructor yang berasal dari Kanada, juga mengatakan bahwa “Memes now travel instantly via the internet and most modern internet memes are humor-centered”. Dalam dunia maya atau dunia internet, terdapat berbagai macam internet meme yang bisa ditemui dalam bentuk gambar, video pendek, atau tulisan (Internet Memes: Sharing Cultural Ideas, 2013). Dari berbagai macam internet meme tersebut, saya memilih salah satu internet meme yang bernama “Y U NO Guy”1 sebagai objek penelitian karena saya tertarik dengan bentuknya yang berupa gambar animasi dengan muka yang unik seperti orang marah yang sedang melotot. Berikut ini adalah gambar dari “Y U NO Guy”.
1
Selanjutnya saya akan menyebut internet meme ini sebagai “Y U NO Guy” saja.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Gambar 1. “Y U NO Guy” yang Diunggah Pertama Kali
Menurut informasi dan penjelasan pada laman sebuah situs internet (“Y U NO” Guy, 2010), “Y U NO Guy” adalah sebuah image macro, yang merupakan istilah umum untuk menjelaskan sebuah captioned image atau gambar yang diberikan keterangan, pesan, kalimat, atau slogan. Diketahui juga bahwa keterangan atau kalimat yang dituliskan pada gambar “Y U NO Guy” menggunakan kalimat yang disingkat seperti SMS dan tidak mengikuti aturanaturan yang berlaku dalam tata bahasa yang baik. Selain itu, terdapat suatu rumus khusus yang harus diikuti dalam penulisan kalimat pada gambar “Y U NO Guy”, dan terdapat indikasi bahwa kalimat pada “Y U NO Guy” menunjukkan keluhan karena adanya permintaan yang tidak terpenuhi. Namun, terdapat argumen dari Tatman (2013) yang mengatakan bahwa makna kalimat “Y U NO Guy” bukanlah mengeluh, tetapi menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang dianggap baik oleh penutur, atau dalam hal ini dianggap baik oleh pengguna/pengunggah “Y U NO Guy”. Berdasarkan definisi “Y U NO Guy” dan pendapat Tatman, saya pun akhirnya mempertimbangkan keterkaitan “Y U NO Guy” dengan tindak bertanya, mengeluh, dan menyuruh sebagai indikasi adanya tindak tutur yang beragam pada kalimat “Y U NO Guy”. Kemudian, Tatman (Ibid.) juga mengemukakan bahwa kalimat pada “Y U NO Guy” selalu mengandung ridiculous suggestion di dalamnya. Disebutkan pula oleh Weissman (2013) bahwa “Y U No Guy” adalah “a startup with a sense of humor”. Dengan demikian, maka unsur atau nuansa humor bisa dipastikan terkandung dalam “Y U NO Guy”. Hal ini menjadi pertimbangan saya untuk mencari tahu humor seperti apa yang dibangun pada “Y U NO Guy”. Pada penjelasan sebelumnya, definisi “Y U NO Guy” adalah sebuah image macro/captioned image yang merupakan gambar yang diberikan keterangan, pesan, kalimat, atau slogan. Definisi tersebut sejalan dengan pendapat Johstone (2002: 2-3) yang membahas mengenai wacana sebagai penggunaan bahasa dalam berkomunikasi yang dapat juga melibatkan media lain selain bahasa seperti gerak tubuh, suara, atau simbol-simbol gambar. Oleh karena hal tersebut, saya pun menjadikan “Y U NO Guy” sebagai suatu kesatuan wacana
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
karena adanya praktik penggunaan bahasa untuk berkomunikasi yang melibatkan media lain, yaitu gambar. Selain itu, “Y U NO Guy” terlihat banyak digunakan oleh pengguna internet sebagai media untuk berkomunikasi, walaupun komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah karena tidak ditemukan adanya dialog antara penulis (pengunggah “Y U NO Guy”) dengan pembacanya. Dengan demikian,“Y U NO Guy” tergolong sebagai wacana transaksional yang merupakan praktik penggunaan bahasa dalam menyampaikan pesan atau informasi yang tidak memerlukan respon atau jawaban dari penerima pesan (Arifin & Rani, 2000: 6-8). Kalimat pada “Y U NO Guy” merupakan kalimat yang menggunakan kata tanya “why” yang mencirikan kalimat pertanyaan, namun “Y U NO Guy” dikatakan memiliki makna bertanya, mengeluh, dan menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan dengan tindak tutur. Selain itu, “Y U NO Guy” juga dicirikan mengandung ridiculous suggestion dan memiliki sense of humor. Berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Tindak tutur apa saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO Guy”?, (2) Bagaimana tindak tutur dalam kalimat pada “Y U NO Guy” ditampilkan?, dan (3) Bagaimana nuansa humor dalam “Y U NO Guy” dibangun?. Kemudian, dari sub permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui tindak tutur apa saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO Guy”, (2) Mengetahui bagaimana tindak tutur dalam kalimat pada “Y U NO Guy” ditampilkan, dan (3) Mengetahui bagaimana nuansa humor dalam “Y U NO Guy” dibangun
Tinjauan Teoritis Fokus penelitian ini adalah kalimat yang tertulis pada judul “Y U NO Guy”, kalimat pada “Y U NO Guy”, serta gambar “Y U NO Guy” itu sendiri. Telah disebutkan pula bahwa “Y U NO Guy” adalah salah satu jenis internet meme yang dipastikan memiliki unsur atau nuansa humor di dalamnya sehingga fokus penelitian juga akan melihat elemen humor pada “Y U NO Guy”. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan teori konteks situasi, referen-referensi, inferensi, tindak tutur, struktur informasi lama-baru, struktur topikkomen, dan teknik-teknik humor. Sejak tahun 1970an, para peneliti bahasa mulai menyadari pentingnya sebuah konteks dalam menginterpretasi kalimat karena keakuratan hasil interpretasi akan sangat tergantung kepada konteksnya (Brown & Yule, 1983: 37). Tidak hanya itu, salah seorang peneliti
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
bernama Dell Hymes (2001: 13) juga menekankan pentingnya mempertimbangkan segi etnografi dalam peristiwa komunikasi sebagai wujud penggunaan bahasa. Ia pun menentukan fitur-fitur konteks yang dianggap relevan dalam mengidentifikasi peristiwa komunikasi, yang beberapa di antaranya bisa dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1. Beberapa Fitur-Fitur Konteks Menurut Hymes No.
Fitur
1.
Code
2.
Participant
3.
Audience
4.
Channel
5.
Setting
6.
Message-form
7.
Topic
8.
Key
9.
Purpose
Pengertian Bagaimana pesan dalam komunikasi dapat dimengerti dari segi bahasa, dialek, atau gaya bahasa yang digunakan. Terdiri dari Addressor atau penutur/penulis yang mengutarakan ujaran, dan Addressee atau pendengar/pembaca yang menjadi penerima ujaran. Orang-orang yang berada dalam peristiwa komunikasi dan mendengar ujaran dari Addressor. Bagaimana kontak antara partisipan dalam peristiwa komunikasi terjaga (misal melalui tuturan, tulisan, sinyal asap). Dimana dan kapan peristiwa komunikasi terjadi. Bentuk komunikasi yang dimaksudkan (misal obrolan santai, debat, khotbah, dongeng) Hal yang sedang dibicarakan dalam peristiwa komunikasi Evaluasi akan sesuatu yang berada dalam peristiwa komunikasi (misalnya penjelasan materi yang disampaikan oleh seorang guru dianggap tidak baik cara penyampaiannya) Apa yang dimaksudkan partisipan harus menjadi hasil yang dicapai dalam suatu peristiwa komunikasi
Fitur-fitur tersebut merupakan fitur umum yang cukup relevan menurut Hymes, dan dijelaskan pula olehnya bahwa semua fitur tersebut tidak harus ada dalam sebuah peristiwa komunikasi (Ibid.: 16). Kibrik (2011: xxvi) berkata bahwa ketika seseorang tengah membicarakan sesuatu, ia akan secara tidak langsung melakukan acuan kepada orang atau objek. Ia juga menambahkan bahwa “human cognition represents a large part of our experience in terms of entities, or referents” (Ibid.: 3). Dijelaskan olehnya bahwa maksudnya adalah, pengalaman seseorang akan mempengaruhi pemahaman terhadap referen yang merupakan sebuah image yang ada di benak seseorang. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa referen adalah image suatu entitas (orang atau objek) yang diketahui berdasarkan pengalaman dan tersimpan dalam benak seseorang. Setelah sebuah image entitas tersimpan dalam benak seseorang, maka dibutuhkan sebuah cara untuk mengekspresikan image tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Brown dan Yule (1983: 28) yang mengatakan bahwa “the relationship which holds between words and things is the relationship of reference”. Contohnya pada kalimat “aku baru saja menginjak katak”. Referen dalam kalimat tersebut adalah image katak yang ada dalam benak seseorang, sementara referensi membuat hubungan antara image katak dalam benak tersebut
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
dengan pengekspresiannya dalam kata (“katak”). Akan berbeda jika pengekspresiannya adalah “aku baru saja menginjak hewan”, karena image katak menjadi sulit dipahami lawan bicara dan malah menimbulkan referen berupa hewan selain katak. Lalu, dalam referensi, terdapat dua jenis referensi berdasarkan letak objek acuannya (Yuwono, 2005: 96). Dua jenis referensi tersebut adalah referensi eksoforis dan referensi endoforis. Yuwono menjelaskan bahwa referensi eksoforis memiliki objek acuan yang berada di luar teks, sementara referensi endoforis memiliki objek acuan di dalam teks. Selain itu, Halliday & Hasan (1976: 18) juga menambahkan bahwa referensi endoforis dapat terbagi menjadi dua macam, yaitu referensi anafora yang mengacu pada teks lain yang mendahuluinya atau sebelumnya, dan katafora yang mengacu pada teks lain yang mengikutinya atau setelahnya (Ibid.: 33). Kemudian, selain referensi eksoforis dan endoforis, Yuwono (2005: 97) juga menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis referensi berdasarkan tipe objeknya. Ia menjelaskan bahwa yang pertama adalah referensi personal yang ditandai dengan pemakaian pronomina persona atau kata ganti orang, seperti “saya” atau “Anda”, lalu yang kedua adalah referensi demonstratif yang ditandai dengan penggunaan demonstrativa atau kata tunjuk seperti “itu”, “situ”, “sana”, dan “sini”, dan yang terakhir adalah referensi komparatif yang ditandai dengan pemakaian kata yang digunakan untuk membandingkan, seperti “sama”, “serupa”, dan “berbeda”. Setelah mengetahui referensi, selanjutnya adalah melakukan inferensi. Inferensi merupakan sebuah proses yang dialami pembaca/pendengar ketika mencoba menginterpretasi makna yang dimaksudkan oleh penulis/penutur setelah memahami makna literalnya (Brown & Yule, 1983: 256). Sementara, menurut Ehara (2008: 29), secara pragmatik inferensi juga merupakan proses interpretasi yang terjadi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca/pendengar. Ia kemudian menjelaskan bahwa terdapat tiga kategori inferensi. Yang pertama yaitu informational inferences atau inferensi yang dilakukan pembaca/pendengar berdasarkan penyebutan entitas atau benda yang diacu secara eksplisit. Yang kedua adalah explanatory inferences atau inferensi yang dilakukan pembaca/pendengar berdasarkan pengalaman untuk menjelaskan kondisi sebuah peristiwa yang diacu secara implisit. Yang terkahit yaitu evaluative inferences atau inferensi yang dilakukan pembaca/pendengar untuk menilai informasi yang diacu pada teks. Dalam berkomunikasi, seseorang tidak hanya mengucapkan kalimat dan kata-kata, tetapi juga melakukan tindakan melalui ucapannya (Yule, 1996: 47). Misalnya saja dalam situasi ketika seorang bos perusahaan berkata “kamu saya pecat”, maka ucapan tersebut memiliki makna lebih dari sekedar pernyataan karena ucapan tersebut mengindikasikan
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
tindakan memberhentikan seorang pegawai perusahaan. Contoh lainnya adalah ketika seseorang berkata “masakanmu sangat lezat”, yang mengindikasikan tindakan memuji dan menyanjung orang yang memasak makanan tersebut. Tindakan yang dilakukan melalui ucapan seperti ini disebut dengan tindak tutur atau speech act, dan biasanya digolongkan dalam kategori seperti apology, complaint, invitation, promise, or request (Ibid.). Dalam tindak tutur, terdapat tiga jenis tindakan yang saling berhubungan satu sama lain (Ibid.: 48). Yang pertama yaitu locutionary act atau tindak lokusi, yang merupakan dasar dari setiap ucapan. Dalam locutionary act, kemampuan memproduksi ekspresi linguistik sangat ditekankan, karena jika penutur tidak bisa atau mengalami kesulitan dalam memproduksi kalimat yang dapat dimengerti mitra tutur atau lawan bicaranya, maka ia dikatakan gagal melakukan tindak lokusi (Ibid.). Contohnya ialah ketika seseorang mengucapkan kalimat “aha mokofa” dan tidak dimengerti lawan bicaranya, maka kalimat tersebut bukanlah tindak lokusi. Dengan demikian, tindak lokusi hanyalah merupakan tindak mengucapkan (menuliskan) suatu kalimat yang dapat dimengerti. Selanjutnya, jenis yang kedua dinamakan illocutionary act atau tindak ilokusi. Berbeda dengan tindak lokusi yang merupakan pengucapan suatu kalimat, tindak ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan ketika mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pertanyaan, mengeluarkan perintah atau permintaan (Lyons, 1977: 730). Pendapat yang sedikit berbeda diutarakan oleh Arifin dan Rani (2000: 139) yang menjelasan bahwa tindak ilokusi merupakan tindak mengatakan sesuatu yang di dalamnya mengandung tanggung jawab si penutur untuk melaksanakan sesuatu yang sesuai dengan maksud tuturannya. Kemudian, mengutip dari Searle (1979: 12-16), tindak ilokusi dideskripsikan ke dalam lima jenis tindak tutur. Yang pertama adalah asertif atau representatif, yaitu tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya, misalnya pemberian pernyataan, pemberian saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya. Yang kedua adalah komisif, yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya bersumpah, berjanji, dan mengusulkan. Yang ketiga yaitu direktif atau tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar agar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, meminta, menasihati. Keempat, ekspresif atau tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap, misalnya berupa tindakan meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji, menyatakan belasungkawa, dan mengkritik. Tindakan ini berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap mitra tutur. Yang kelima adalah deklarasi, yakni tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya, misalnya menghukum, menetapkan, memecat, dan memberi nama. Tindak ini
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
sangat spesifik, sehingga hanya berlaku jika diucapkan oleh orang yang mempunyai tugas khusus untuk melakukannya, seperti hakim yang bertugas menjatuhkan hukuman atau pejabat yang meresmikan dimulainya acara seminar. Selanjutnya, dalam tindak tutur, terdapat dua jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung dan tidak langsung. Tindak tutur langsung mudah dikenali dengan melihat tipe kalimatnya (Yule, 1996: 54). Yule juga menjelaskan bahwa “whenever there is a direct relationship between a structure and a function, we have a direct speech act”. Dengan demikian, struktur kalimat deklaratif akan memiliki fungsi meyatakan sesuatu, seperti misalnya kalimat “disana ada pohon rambutan”. Struktur kalimat interogatif akan memiliki fungsi mempertanyakan sesuatu, seperti misalnya “dimana rumahmu?”. Lalu, struktur kalimat imperatif akan memiliki fungsi memerintah atau meminta sesuatu, seperti misalnya “pakailah sabuk pengaman!” Berbeda dengan tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung memiliki hubungan tidak langsung antara struktur kalimat dengan funsinya. Jika struktur deklaratif yang digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah tindak tutur langsung, maka struktur deklaratif yang digunakan untuk meminta sesuatu adalah tindak tutur tidak langsung. Perlu juga diketahui bahwa biasanya tindak tutur tidak langsung dipengaruhi oleh konteks tertentu, seperti misalnya pertimbangan kesantunan dan kedekatan dengan lawan bicara. Setelah membahas mengenai tindak tutur, maka berikutnya akan membahas mengenai teori struktur informasi. Studi mengenai struktur informasi dimulai oleh Sekolah Praha, tetapi kemudian dikembangkan oleh Halliday (2005) yang menjelaskan bahwa sebuah informasi dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu informasi baru (new information) dan informasi terdahulu (given information) (64). Menurut Tomlin et al. (1997: 77), setiap teori yang membahas struktur wacana akan selalu membedakan antara given information dan new information, atau disebut juga sebagai old vs new, known vs unknown, dan shared vs new. Ia juga menambahkan bahwa setiap tuturan memiliki elemen yang, oleh penutur, dipercayai sudah diketahui secara umum oleh pendengarnya dan juga memiliki elemen yang belum diketahui oleh pendengarnya. Dalam penelitian ini, penutur adalah pengunggah “Y U NO Guy” yang diasumsikan sebagai penulis, dan istilah yang akan digunakan adalah informasi lama (old) dan informasi baru (new). Tomlin et al. (Ibid.: 79), mengatakan bahwa informasi lama menunjukkan kesamaan referen yang dimiliki penulis dan pembaca, sementara informasi baru merupakan informasi yang belum diketahui oleh pembaca. Kemudian, ia melanjutkan penjelasannya bahwa informasi lama merupakan informasi yang diasumsikan oleh penulis dapat dibayangkan
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
referennya oleh pembaca, sedangkan informasi baru adalah informasi yang tidak bisa dibayangkan referennya oleh pembaca. Dari penjelasan tersebut, maka informasi lama adalah informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dan mungkin dimiliki juga oleh pembaca, sementara informasi baru adalah informasi atau pengetahuan yang dimiliki penulis tetapi tidak dimiliki pembaca. Sedikit menambahkan penjelasan Tomlin et.al, Chafe (1987: 25) mengatakan bahwa informasi dan pengetahuan akan pengalaman yang pernah dihadapi semasa hidup seseorang akan tersimpan dalam otak dan memori. Ia melanjutkan penjelasan dengan mengatakan bahwa terdapat tiga konsep kemampuan otak dalam mengaktifkan pengetahuan yang tersimpan dalam memori, yaitu inactive concept, active concept, dan semiactive concept. Diantara ketiga kondisi tersebut, informasi lama berada pada kondisi active concept. Maksudnya adalah, dalam menyampaikan pesan atau informasi yang dimilikinya, penulis akan memperkirakan apakah pembacanya mampu mengaktifkan referen yang sama dengan dirinya (Ibid.: 26). Jika dapat mengingat kembali informasi yg diacu, maka terjadi perubahan dari inactive concept menuju active concept. Jika memori mengenai hal yang diacu hanya terlupakan dalam jangka waktu yang tidak lama dan relatif singkat, maka terjadi perubahan dari semi-active concept menuju active concept. Sementara, mengenai informasi baru, Chafe (Ibid.: 36) mengatakan bahwa informasi baru tidak selalu berarti informasi yang tidak diketahui sama sekali oleh pembaca karena informasi baru merupakan ‘informasi tambahan’ (added information) dalam memori seseorang yang cepat atau lambat akan berhubungan dengan informasi baru lainnya. Secara sederhana, maksudnya adalah dalam suatu wacana sebuah informasi baru akan menjadi informasi lama. Finegan (2008: 251) juga menambahkan bahwa “new information is information just being introduced into the discourse”. Menurutnya, informasi baru hanyalah potongan informasi yang belum disebutkan sehingga referennya tidak bisa dibayangkan oleh pembaca. Setelah memahami konsep informasi lama-infromasi baru, berikutnya akan dibahas mengenai teori struktur topik-komen. Davies (2010: 175) menjelaskan bahwa “The topiccomment structures consist of a topic NP in initial position and a sentence, the comment.” Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur topik-komen berada dalam tingkatan kalimat, dan hubungan antara topik dan komennya berlaku secara langsung (direct) karena topik menempati posisi awal kalimat (initial position) yang diikuti oleh komen yaitu kalimat itu sendiri. Selain itu, ia juga mengkategorikan karakteristik yang terdapat pada struktur topikkomen menjadi dua kategori. Kategori yang pertama adalah struktur topik-komen yang menyerupai struktur subjek-predikat. Maksudnya, klausa yang membentuk komen akan
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
menyatakan suatu kejadian yang menimpa subjek. Pada kategori ini, varian topik-komen dapat tercipta dari struktur subjek-predikat dengan menambahkan kata ganti subjek pada klausa komen. Kategori yang kedua yaitu struktur topik-komen yang menyerupai struktur subjek-predikat dalam hubungan kepemilikan. Klausa komen dengan karakteristik seperti ini menyatakan elemen atau properti yang berhubungan dengan possessor (pemilik) yang menempati posisi topik. Pada kategori ini, varian topik-komen dapat tercipta dari struktur subjek-predikat dengan menambahkan kata ganti yang menunjukkan hubungan kepemilikan subjek. Dengan demikian, terdapat dua kategori struktur topik-komen yang sama-sama menempatkan topik pembicaraan di posisi awal dan diikuti komen yang ditunjukkan melalui kalimat atau frase yang mengikutinya. Begitupun stuktur ini menyerupai struktur subjekpredikat dalam pernyataan suatu kejadian dan kepemilikan. Mengenai teknik humor, Berger (1998: 30-38) mengutarakan bahwa ada beberapa teknik yang bisa dipakai untuk menciptakan nuansa humor dalam teks, diantaranya yaitu definitions, exposure, imitation and pretense, impersonation and recognition, satire, dan eccentricity. Definitions adalah pendefinisian suatu kata yang definisinya tidak memenuhi ekspektasi orang-orang yang mengira bahwa definisi suatu kata harus terkesan serius. Teknik definisi memberikan “kekuasaan” bagi pengguna teknik ini untuk menyertakan komen pribadi atau stereotype yang ia miliki akan sesuatu. Teknik exposure memiliki maksud untuk membongkar atau membuka kebodohan diri sendiri, atau membongkar hal yang tersembunyi (“hidden”) dalam diri sendiri. Imitation and pretense memiliki artian bahwa seseorang berpura-pura menjadi sesuatu yang lain, misalya seperti robot, anjing, atau hewan lainnya, tetapi tetap mempertahankan identitas dirinya sendiri. Dalam imitasi, identitas diri sendiri tidak hilang, hanya digabungkan dengan identitas sesuatu yang diimitasikan. Nuansa humor yang terbentuk terlihat dari perbedaan antara hal yang diimitasi dengan sifat dasar sang imitator. Impersonation and recognition digunakan ketika identitas seseorang seakan-akan hilang dari dirinya, dan biasanya berubah menjadi identitas lainnya. Dengan kata lain, teknik ini mengedepankan hilangnya identitas diri sendiri untuk meniru identitas orang lain. Kelima, teknik satire menekankan ejekan dan cenderung mengolok-olok sifat buruk manusia, institusi, atau objek lainnya. Biasanya teknik ini bergantung pada peristiwa sosial dan politik, dan bertujuan untuk memberikan kritik sosial. Terakhir, teknik eccentricity adalah nuansa humor yang dibangun dengan mengacu pada perbedaan antara realita dengan apa yang dianggap “seharusnya”. Teknik ini melanggar pola pikir, atau perilaku yang ada di masyarakat.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, dan metode yang digunakan adalah analisis wacana dengan menggunakan pendekatan linguistik dan humor. Penelitian dilakukan melalui empat tahap. Tahap pertama ialah pengumpulan data “Y U NO Guy” yang diambil dari situs memebase.cheezburger.com. Situs tersebut saya pilih sebagai sumber pengambilan data karena situs tersebut memiliki visi sebagai penyimpan segala jenis unggahan internet meme2. Pengumpulan data dilakukan sepanjang tahun 2012. Terjadi proses seleksi data dengan pertimbangan bahwa data yang ada harus memiliki konteks situasi yang dapat dicari dan diketahui berdasarkan pengalaman, memori, atau melalui mesin pencari (search engine). Pada akhirnya, jumlah data yang berhasil terseleksi sepanjang tahun 2012 berjumlah sebanyak 20 data. Kemudian, setelah data terkumpul, tahap kedua yang dilakukan adalah analisis data dengan teori yang berkaitan dengan ruang lingkup analisis wacana, linguistik, dan humor. Dalam ruang lingkup analisis wacana, saya akan menggunakan teori konteks situasi, referenreferensi, dan inferensi. Pada ruang lingkup linguistik, akan digunakan teori tindak tutur, struktur informasi lama-baru, dan struktur topik-komen. Terakhir, dalam ruang lingkup humor, saya akan memakai teori teknik-teknik humor.
Hasil Penelitian Analisis pada 20 data penelitian berupa “Y U NO Guy” dilakukan untuk mencari tahu tindak tutur apa saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO Guy”, bagaimana tindak tutur tersebut ditampilkan dalam kalimat, serta bagaimana nuansa humor dibangun dalam “Y U NO Guy”. Proses analisis yang dilakukan pada tahap pertama adalah dengan menelaah kalimat judul, yang kemudian akan dilanjutkan dengan menelaah kalimat pada gambar “Y U NO Guy”. Pada tahap tersebut, proses analisis kedua kalimat menggunakan konteks situasi yang muncul dan akan melihat struktur informasinya. Hasil yang didapatkan dari analisis tahap pertama adalah diketahuinya inferensi awal dari kalimat judul dan kalimat pada gambar yang akan menunjukkan pemahaman terhadap tindak lokusi. Setelah analisis tahap pertama, tahap kedua akan melihat hubungan antara kalimat judul dan kalimat pada gambar sehingga mampu memahami inferensi simpulan yang paling mungkin dari kedua aspek tersebut. Hasil yang didapatkan dari analisis tahap kedua ini adalah memahami tindak ilokusi dalam kalimat pada “Y U NO Guy” berdasarkan inferensi simpulan. Kemudian, tahap 2
Hal tersebut tertulis pada jargon situs tersebut yaitu “All Your Memes Are In Our Base”
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
terakhir yang dilakukan dalam menganalisis data adalah menentukan teknik humor yang digunakan. Dengan melihat hasil analisis terhadap konteks situasi, inferensi, dan tindak tutur pada tahap-tahap sebelumnya, tahap ini juga akan melihat kaitannya dengan gambar sehingga hasil yang didapatkan adalah diketahuinya kevalidan simpulan teknik humor yang digunakan. Perlu diketahui bahwa tahapan-tahapan analisis dilakukan secara bersamaan. Selain itu, informasi lama dan baru dalam “Y U NO Guy” dilakukan kata per kata sesuai dengan fungsinya. Setelah proses analisis selesai dilakukan, saya menemukan bahwa tindak tutur dan teknik humor yang digunakan dalam “Y U NO Guy” dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok atau kategori utama. Pengelompokkan ini dibuat dengan menggabungkan tindak ilokusi dan teknik humor dalam satu kesatuan dan tidak terpisah sendiri-sendiri agar dapat terlihat bagaimana tindak ilokusi tertentu dapat ditunjukkan bersamaan dengan nuansa humor yang menjadi ciri khas “Y U NO Guy”. Pengelompokkan tidak memperhitungkan tindak tutur lokusi karena walaupun tindak lokusi merupakan tindak tutur yang ada dalam “Y U NO Guy”, tindak lokusi tidak mewakili makna yang sebenarnya ingin ditampilkan oleh penutur. Dengan demikian, tidak ditemukan pertimbangan lain dalam membuat pengelompokkan 20 data “Y U NO Guy” dalam penelitian ini. Sebelum menjelaskan hasil analisis yang dikelompokkan dalam empat kelompok utama, perlu diingatkan kembali bahwa tindak ilokusi dalam penelitian ini mewakili makna yang sebenarnya terdapat dalam “Y U NO Guy”. Dan berikut ini adalah pengelompokkan yang telah dibuat berdasarkan tindak ilokusi dan teknik humornya. Tabel 1. Pengelompokkan Hasil Analisis 20 Data Penelitian No.
Tindak Ilokusi
1.
Direktif
2.
Ekspresif
3.
Asertif
4.
Kosong (Tanpa Tindak Tutur)
Teknik Humor Imitation Impersonation Imitation Definition Exposure Satire Eccentricity Imitation Exposure Imitation
Frekuensi 4 1 3 2 1 1 1 5 1 1
Pembahasan Pada tabel pengelompokkan sebelumnya (tabel 1), terdapat 5 data dengan makna direktif yang memunculkan dua teknik humor yaitu imitation dan impersonation. Frekuensi dari masingmasing teknik humor tersebut adalah: imitation sebanyak 4 data dan impersonation sebanyak
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
1 data. Frekuensi tersebut menunjukkan bahwa dalam menyampaikan tindak ilokusi direktif, yaitu tindak tutur yang mendorong seseorang agar melakukan sesuatu, penutur lebih menyukai menggunakan teknik humor yang mana tokoh Guy dapat diubah menjadi: (1) sesuatu yang mencitrakan kondisi yang ingin dilakukan oleh orang yang lain, (2) sesuatu yang menyerupai orang yang disuruh, dan (3) sesuatu yang menyerupai orang yang mendorong orang lain melakukan sesuatu. Interpretasi ketiga kategori tersebut merupakan interpretasi berdasarkan hasil analisis data penelitian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa merubah tokoh Guy menjadi entitas yang berkaitan dengan ketiga kategori tersebut dapat membantu tindak ilokusi agar lebih mudah dipahami. Pada tabel 1 juga tertera bahwa terdapat 8 data dengan makna ekspresif yang memunculkan lima teknik humor yaitu imitation, definition, exposure, satire, dan eccentricity. Frekuensi dari masing-masing teknik humor tersebut yaitu: imitation sebanyak 3 data, definition sebanyak 2 data, exposure sebanyak 1 data, dan satire sebanyak 1 data. Berdasarkan hasil tersebut, diinterpretasikan bahwa dalam menyampaikan tindak ilokusi ekspresif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap mitra tutur, penutur bebas menggunakan teknik humor apa saja selama masih sesuai dengan keadaan, situasi, orang, atau benda yang mempengaruhi sikap psikologis penutur. Selanjutnya, terdapat 6 data dengan makna asertif yang memunculkan dua teknik humor yaitu imitation dan exposure. Frekuensi dari masing-masing teknik humor tersebut adalah: imitation sebanyak 5 data, dan exposure sebanyak 1 data. Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyampaikan tindak ilokusi asertif, yaitu tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya, penutur lebih menyukai untuk membuat tokoh Guy menjelaskan keadaan, situasi, atau karakteristik dari referen atau benda yang dijelaskan apa adanya, dan teknik imitation lebih sering muncul karena teknik tersebut dapat membuat tokoh Guy menyerupai keadaan yang dimaksud, situasi, atau karakteristik yang dimaksud. Pada kelompok tindak ilokusi dengan makna kosong, terdapat teknik humor yang muncul yaitu imitation dengan frekuensi hanya 1. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun kalimat pada “Y U NO Guy” tidak memilikin makna apapun, nuansa humor tetap dapat dibangun dengan teknik imitation yang membuat tokoh Guy berpura-pura menjadi sesuatu yang lain dengan tetap mempertahankan identitas dirinya sendiri. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa terdapat penutur yang tidak memiliki keinginan untuk menyampaikan makna tertentu dan hanya ingin membangun nuansa humor saja.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Kesimpulan Analisis tindak tutur dan teknik humor yang terdapat dalam wacana internet meme “Y U NO Guy” merupakan penelitian yang berkaitan dengan ruang lingkup analisis wacana, linguistik, dan humor. Dari keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan, telah ditemukan dan disimpulkan tiga temuan yang menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Pertama, telah ditemukan bahwa “Y U NO Guy” memiliki tindak tutur lokusi dan ilokusi, namun tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang menyampaikan makna yang sebenarnya terdapat dalam kalimat-kalimat “Y U NO Guy”. Dengan demikian, tindak tutur yang sebenarnya terdapat dalam “Y U NO Guy” bukan sekedar tindak tutur lokusi bertanya saja, tetapi juga terdapat tindak lokusi pernyataan. Terlebih lagi, terdapat pula tindak ilokusi dari 20 data yang masing-masing menunjukkan keberagaman makna dan lebih kompleks dari sekedar bertanya atau menyatakan sesuatu. Makna-makna yang muncul dari 20 data penelitian terbagi dalam empat kelompok yaitu makna direktif, ekspresif, asertif, dan makna kosong (tanpa tindak tutur). Dari keempat kelompok tersebut, yang mendominasi keduapuluh data adalah makna ekspresif dengan jumlah 8 data, diikuti dengan makna asertif sebanyak 6 data, direktif sebanyak 5 data, dan makna kosong sebanyak 1 data. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kalimat-kalimat dalam “Y U NO Guy” kebanyakan merupakan sarana untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap sesuatu. Namun, adanya makna asertif juga menunjukkan bahwa “Y U NO Guy” dapat digunakan sebagai sarana melempar suatu wacana atau topik pembicaraan kepada publik dalam bentuk pertanyaan karena pada dasarnya kalimat “Y U NO Guy” menggunakan kata tanya “why”. Dengan melemparkan topik pembicaraan tertentu, “Y U NO Guy” bisa dimanfaatkan menjadi sarana jajak pendapat, persuasi, atau memerhatikan suara publik. Selain itu, terdapat pula makna direktif yang menegaskan bahwa “Y U NO Guy” juga dapat menjadi sarana untuk mendorong seseoran agar melakukan sesuatu. Terakhir, adanya makna kosong menandakan bahwa jumlah orang yang menggunakan “Y U NO Guy” sebagai unsur kesenangan semata tidak sebanyak orang yang menggunakannya untuk melakukan suatu tindak tutur. Temuan yang kedua menjawab rumusan masalah bahwa tindak tutur dalam “Y U NO Guy” ditunjukkan melalui hubungan antara kalimat judul, kalimat pada gambar, konteks luar teks, dan kadang hubungannya dengan gambar itu sendiri. Hasil analisis 20 data “Y U NO Guy” menunjukkan bahwa hubungan antara kalimat judul dan kalimat pada gambar dapat memberikan petunjuk untuk mencari konteks luar teks yang lebih dalam. Oleh karena itu, hubungan keduanya menjadi penting untuk mencari tahu konteks yang secara tidak langsung
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
berkontribusi dalam memahami tindak tutur yang dilakukan penutur. Selain dari kalimat judul dan kalimat pada gambar, terkadang aspek gambar itu sendiri menjadi penting jika petunjuk konteks tidak dapat diketahui dari kalimat-kalimat tersebut. Temuan yang ketiga menjawab masalah bahwa nuansa humor pada “Y U NO Guy” dibangun melalui gambar dan konteks situasi yang familiar. Konteks situasi yang familiar tersebut dapat pula terbangun dari hubungan antara kalimat judul dan kalimat pada gambar. Menariknya, seorang teman pernah berkata bahwa nuansa humor dalam penelitian yang berkaitan dengan ruang lingkup wacana atau linguistik akan terbngun dari pelanggaran maksim yang terjadi. Namun, hal itu tidak terjadi pada “Y U No Guy” karena tidak adanya dialog antara penutur dan petutur (penulis dan pembaca) sehingga tidak memungkinkan terjadinya pelanggaran maksim. Pada proses analisis sudah dibuktikan bahwa nuansa humor terbangun dengan penggunaan teknik-teknik humor dan hubungan konteks yang tercipta dari kalimat judul dan kalimat pada gambar. Berdasarkan frekuensi teknik humor yang dipakai dalam 20 data penelitian, yang mendominasi adalah teknik imitation yaitu sejumlah 13 data. Kemudian, teknik humor yang mendominasi berikutnya yaitu teknik definition dan exposure yang masing-masing berjumlah sama yaitu 2 data. Terakhir, teknik humor yang jarang digunakan adalah impersonation, satire, dan eccentricity yang masing-masing terdiri dari 1 data. Frekuensi seringnya teknik humor imitation digunakan menunjukkan bahwa dalam berhumor dengan“Y U NO Guy”, yang sebenarnya tidak menunjukkan siapa penutur aslinya, orang-orang cenderung mengimitasi ciri khas orang atau benda lain untuk dijadikan bahan lelucon dan humor. Ketiga temuan yang dijelaskan di atas merupakan temuan yang dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Sementara itu, dari proses analisis dan penelitian yang dilakukan, terdapat satu kesimpulan yang dapat ditarik secara general, yaitu adanya unsur pertukaran infromasi antara sesama pengguna internet. Cakupan wilayah yang luas dan global, didukung dengan bebasnya penggunggahan “Y U NO Guy”, telah menimbulkan pertukaran informasi yang dapat berdampak positif sebagai tambahan ilmu dalam mengenal budaya dan pengalaman orang lain. Terkait dengan penggunaan internet meme “Y U NO Guy” sebagai sarana humor yang dominan dengan teknik imitation, maka saya menyimpulkan bahwa humor dalam “Y U NO Guy” cenderung egoisan karena menjadikan orang atau tokoh lain sebagai bahan humor. Sementara, terkait dengan penyampaian tindak tutur dengan tindak ilokusi dominan ekspresif, saya menyimpulkan bahwa kalimat dalam “Y U NO Guy” memiliki kecenderungan besar sebagai media pengekspresikan dan pengungkapan sikap
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
psikologis penutur terhadap mitra tutur seperti kemarahan, rasa tidak suka, rasa bahagia, dan rasa senang.
Saran Data penelitian yang digunakan dalam menganalisis tindak tutur dan teknik humor pada “Y U NO Guy” masih terbatas pada 20 data yang dikumpulkan dalam jangka waktu satu tahun. Oleh karena itu, penelitian ini membuka kesempatan pada peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan objek yang sama yaitu “Y U NO Guy” dengan menambah jumlah data agar lebih
merepresentasikan
fenomena
“Y U NO Guy” secara
akurat,
atau
dapat
menambahkannya dengan objek penelitian lainnya seperti internet meme selain “Y U NO Guy” sehingga dapat berfungsi sebagai analisis komparatif. Dalam penelitian ini, saya memahami bahwa masih terdapat kekurangan dari ketepatan interpretasi makna dan aspek linguistik yang dianalisis seperti nomina dan fungsi pronomina, sehingga akan lebih baik jika diadakan penelitian lanjutan dengan teori yang lebih representatif dalam menentukan tindak tutur dan humor, misalnya dengan teori representasi subjek/objek atau humor verbal. Akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain untuk menganalisis internet meme “Y U NO Guy” atau internet meme lainnya dengan cakupan yang lebih luas, mendalam, dan menyeluruh, karena fenomena praktik penggunaan bahasa melalui internet meme masih merupakan hal yang baru bagi para linguis. Selain itu, bagi para pengguna internet yang tidak paham linguistik, memahami internet meme akan menghindari terjadinya kesalahpahaman dan dapat meningkatkan kenyamanan berkomunikasi dengan gaya internet meme ketika tergabung dalam komunitas-komunitas internet atau forum-forum internet. Namun, yang paling penting bagi saya, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan pengetahuan mengenai aplikasi penggunaan teknik humor dan meningkatkan kesadaran pentingnya memahami tindak tutur dalam berkomunikasi.
Daftar Referensi Arifin, B., & Rani, A. (2000). Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Berger, A. A. (1998). An Anatomy of Humor. New Jersey: Transaction Publishers. Brown, G., & Yule, G. (1983). Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Chafe, W. (1987). Cognitive Constraints on Information Flow. Dalam R.S. Tomlin (Ed.), Coherence and Grounding in Discourse (hal. 21-51). Philadelphia: John Benjamins Publishing. Davies, W.D. (2010). A Grammar of Madurese. Berlin: Walter de Gruyter. Dawkins, R. (2006). The selfish gene (30th anniversary ed.). New York: Oxford University Press Inc. Finegan, E. (2008). Language: Its Structure and Use (5th ed.). Boston: Thomson Wadsworth. Gil, P. (n.d.) What is a ‘meme’? What are examples of modern internet memes?. Diakses Juni 7, 2012. http://netforbeginners.about.com/od/weirdwebculture/f/What-Is-an-InternetMeme.htm Halliday, M. A. K., & Hasan, R. (1976). Cohesion in English. London: Longman Group Ltd. Halliday, M.A.K. (2005). Studies in English Language. New York: Continuum. Hymes, D. (2001). Foundations in Sociolinguistics. London: Routledge. Internet Memes: Sharing Cultural Ideas. (2013). Diakses Juli 1, 2013. http://spotlightenglish.com/listen/internet-memes-sharing-cultural-ideas Johnstone, B. (2002). Discourse Analysis. Massachucetts: Blackwell Publishers Inc. Kibrik, A. A. (2011). Reference in Discourse. New York: Oxford University Press Inc. Lyons, J. (1977). Semantics (vol.2). Cambridge: Cambridge University Press. Oxford dictionaries. (n.d.). Diakses Mei 25, 2013. http://oxforddictionaries.com/definition/english/meme Tatman,
R.
(2013).
Meme
grammar.
Diakses
April
9,
2013.
http://makingnoiseandhearingthings.com/tag/humor/ Tomlin, R.S., Forrest, L., Pu, M.M., Kim, M.H. (1997). Discourse Semantic. Dalam T.A. van Dijk (Ed.), Discourse as Structure and Process (hal. 63-111). London: SAGE Publications Ltd. Weissman, S. (2013). 5 memes that made it into ads. Diakses Juni 11, 2013. http://digiday.com/brands/5-memes-that-made-it-into-ads/ “Y U NO” Guy. (2010). Diakses Februari 23, 2012. http://knowyourmeme.com/memes/y-uno-guy Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press. Yuwono, U. (2005). Wacana. Dalam Kushartanti, U. Yuwono, & M. R.M.T. Lauder (Eds.), Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (hal. 91-103). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013