Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DATA INDERAJA HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN KALIMANTAN TIMUR Adnan*) *)
Staf pengajar FPIK Univ. Mulawarman E-mail ;
[email protected]
Abstract : Sea surface temperature (SST) and Chlorophyll-a are important oceanographic parameters to estimate the abundance and distribution of fish. This research aims to observe the variability of SST and Chlorophyll-a, and to analise the relationship between catch and SST as well as between catch and Chlorophylla. This study was conducted in the Eastern Kalimantan waters. Data applied is from satellite image data Aqua MODIS level 3, meteorological data and catch data from the Central of Fish Landing (PPI) Selili Samarinda. Majority fish caught in The Eastern Kalimantan waters is tuna, Euthynnus affinis. All variables were analysed its variability. Interpretation data of Sea surface temperature and Chlorophyll-a together with fish catch data were mapped in order to predict the Fishing Ground of Euthynnus affinis, which is validated with the data position of fisherman operational area. Keyword: Remote sensing, SST, Chlorophyl-a, fishing ground.
Kutai Timuar dari 7 kabupaten ini yang
PENDAHULUAN Perairan laut Kalimantan Timur
memiliki total produksi ikan tangkap
terbentang sepanjang Selat Makasar hingga
sebesar 59.342,32 ton/tahun, 4 penghasil
Laut Sulawesi. Perairan Kalimantan Timur
terbesar adalah Kota Balikpapan dengan
berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan
hasil produksi 12.986 ton/tahun, Kabupaten
(WPP IV) yang memiliki potensi perikanan
Bulungan dengan hasil produksi 12.502
yang cukup besar terutama kelompok ikan
ton/tahun, Kabupaten Pasir dengan hasil
pelagis kecil. Potensi ikan pelagis kecil di
produksi
WPP IV mencapai 605 ribu ton/tahun.
Samarinda dengan hasil produksi 12.116
Jumlah
ton/tahun (Anonimus, 2004).
tangkapan
yang
diperbolehkan
sebesar 484 ribu ton/tahun sedangkan produksi
hanya
333
ribu
ton/tahun,
12.265
ton/tahun,
dan
Kota
Belum
maksimalnya pemanfaatan hasil perikanan di Kalimantan Timur diduga karena nelayan
sehingga baru 67 % yang dimanfaatkan dari
dalam melakukan penangkapan ikan masih
jumlah
diperbolehkan
menggunakan cara-cara konvensional yaitu
(Anonimus, 2005). Sentra penghasil ikan
dengan mengandalkan pengalaman dengan
tangkap laut di Provinsi Kalimantan Timur
pemanfaatan
tersebar di kabupaten/kota yaitu Kota
menemukan daerah penangkapan (fishing
Balikpapan, Kota Samarinda, Kabupaten
ground).
tangkapan
yang
indera
untuk
Dalam melakukan penangkapan
Penajam Paser Utara, Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Pasir, Kabupaten
panca
ikan,
informasi
daerah
penangkapan
1
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
sangatlah
penting
agar
efisiensi
dan
lingkungan
laut
yang
mempengaruhi
efektifitas penangkapan dapat ditingkatkan.
distribusi
Informasi daerah penangkapan
dapat
diperoleh secara berkala, cepat dan dengan
diperoleh melalui parameter oseanografi.
cakupan area yang luas, dan kemudian
Parameter oseanografi merupakan salah
dipetakan
satu
berpengaruh
Hasil pemetaan ini akan sangat membantu
terhadap variabilitas hasil tangkapan ikan,
dalam kegiatan penangkapan ikan di laut
seperti klorofil-a dan suhu permukaan laut.
mengingat telah diketahuinya area dimana
Fitoplankton yang berada pada lapisan
ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang
cahaya (fotik) mengandung klorofil-a yang
besar.
faktor
yang
sangat
berguna untuk fotosintesis.
dan kelimpahan ikan dapat
dengan
menggunakan
SIG.
Klorofil-a
Masalah yang umum dihadapi
mampu menyerap cahaya biru dan hijau,
dalam pemanfaatan sumberdaya ikan adalah
sehingga keberadaan fitoplankton dapat
keberadaan
dideteksi berdasarkan kemampuan klorofil-
bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah
a tersebut. Plankton, baik fitoplankton
mengikuti perubahan parameter lingkungan.
maupun zooplankton mempunyai peranan
Belum
penting
karena
menangkap ikan maka nelayan masih
plankton menjadi bahan makanan bagi
melakukan pencarian daerah penangkapan
berbagai
ikan, sehingga produktvitas hasil tangkapan
dalam
ekosistem
jenis
hewan
laut
laut
lainnya.
Parameter oseanografi ini dapat direkam dan
diintrepretasi
melalui
Foto
Salah menawarkan menentukan adalah
adanya
penangkapan
rujukan
untuk
yang
tempat
nelayan belum optimal.
Citra
(penginderaan jauh).
daerah
Berdasarkan uraian diatas dan belum optimalnya usaha perikanan tangkap,
satu
alternatif
yang
maka dipandang perlu untuk melakukan
solusi
terbaik
dalam
penelitian menyangkut dengan “Variabilitas
ikan
hasil tangkapan ikan dan hubungannya
daerah
dengan
penangkapan
mengkombinasikan
dengan
sebaran
klorofil-a
dan
suhu
kemampuan SIG dan penginderaan jauh.
permukaan laut.”, yang diharapkan dapat
SIG atau sistem informasi geografis adalah
meningkatkan
alat
keberlanjutan usaha kegiatan penangkapan
dengan
system
komputer
yang
digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi. Dengan
pencitraan,
faktor-faktor
pendapatan
serta
ikan. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisis variabilitas hasil tangkapan
2
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
ikan tongkol, SPL dan konsentrasi klorofil-
melakukan
a
;
menggunakan rekaman tanggal 01 Januari
2)menganalisis hubungan SPL, klorofil-a,
2007 sampai tanggal 30 Desember 2007.
terhadap hasil tangkapan ikan tongkol; 3)
Data meteorologi berupa curah hujan,
membuat
penyinaran matahari dan kecepatan angin
di
perairan
Kalimantan
peta
potensial.
sebaran
Timur
temporal
DPI
Manfaat dari penelitian ini
pemetaan
diperoleh
dari
daerah
Stasiun
potensial
Meteorologi
sebagai bahan informasi daerah potensial
Balikpapan. Data perikanan yang meliputi
penangkapan ikan. Upaya pengembangan
jenis ikan hasil tangkapan dan daerah
teknologi pengideraan jauh dalam kaitannya
penangkapan
pengelolaan perikanan tangkap di kawasan
melakukan wawancara langsung dengan
pesisir dan laut.
nelayan di Pusat Pendaratan Ikan (PPI)
Memberikan wawasan
bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil
lokasi
studi
di
perairan o
diperoleh
dengan
Selili Kota Samarinda.
dengan teknik penginderaan jauh dan SIG. METODOLOGI
ikan,
Data sekunder adalah data hasil tangkapan
per
Pendaratan
Ikan
minggu
dari
Pusat
(PPI)
Selili
Kota
Samarinda selama dua tahun kebelakang untuk melihat hasil tangkapan mulai tahun
Kalimantan Timur pada posisi 02 00'00"
2006 sampai 2007, dengan rincian datanya
LU – 02o30'00" LS dan posisi bujur
adalah sebagai berikut:
o
o
116 00'00"- 120 00'00" BT.
Penelitian
1) Data hasil tangkapan nelayan menurut
dilakukan selama enam bulan dari bulan
jenis ikan yang didaratkan di Pusat
September 2007 - Februari 2008.
Pendaratan Ikan (PPI) Selili Kota
Data
yang
digunakan
dalam
penelitian adalah data citra satelit Aqua
Samarinda ; 2) Posisi daerah penangkapan ikan.
MODIS level 3 dalam format HDF
Pengolahan data yang dilakukan
(Hierarchical Data Format) rekaman tahun
dalam penelitian ini adalah citra SPL level
2006 setiap minggu selama setahun dengan
3 diolah menggunakan progran SeaDAS,
jumlah citra yaitu 46 citra klorofil-a dan 46
untuk
SPL serta rekaman tahun 2007 setiap
mendapatkan data ancillary-nya.
minggu selama setahun dengan jumlah citra
menggunakan algorithm MODIS kanal 31
yaitu 46 citra klorofil-a dan 46 SPL untuk
dan 32,
mendapatkan data time series.
berikut:
Untuk
croping
daerah
penelitian
dan SPL
algorithm SPL adalah sebagai
3
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
MODIS_SST = C1 + C2*T31 + C3*T31-32 + C4
Regresi
*(sec(e)-1)* T31-32
SPSS 10.
Keterangan:
Dalam penentuan variabilitas
setiap variabel dilakukan Spectral Analysis
T31, T32 = Brightness temperatur dari kanal
dengan menggunakan sofware Statistica 6.
31 dan kanal 32 E
dengan menggunakan soft ware
Analisis
= sudut Zenit satelit
daerah
potensi
Pengolahan data yang dilakukan
penangkapan ikan merupakan hasil dari
dalam penelitian ini untuk citra klorofil-a
sebaran suhu permukaan laut dari citra
level
progran
MODIS yang diintegrasikan dengan
SeaDAS, untuk croping daerah penelitian
data klorofil-a citra MODIS. Dengan
dan
ancillary-nya.
mengetahui distribusi suhu permukaan laut
Menurut McClain dan Feldman (2004),
suatu wilayah perairan, akan dapat diamati
algorithm
sebagai
pola serta fenomena upwelling/front, untuk
standar dalam pengolahan citra satelit Aqua
kemudian dapat diestimasi daerah potensi
MODIS untuk mendapatkan data klorofil-a
penangkapan ikan.
perairan
tersebut
3
diolah
menggunakan
mendapatkan
data
OC3M
secara
digunakan
global.
Persamaan
sangat
Hubungan faktor jelas
karena
suhu
algorithm OC3M (O’Reilly et al., 2000)
permukaan laut merupakan salah satu
yaitu:
faktor yang berhubungan dengan habitat
OC3M Ca = 10 0.283 – 2.753 R + 1.457 R ² + 0.659 R ³ -1.403 R 4
Rrs443 Rrs490 R = log 10 Rrs550 Rrs550 Keterangan :
Ca = Konsentrasi klorofil-a
suatu ikan. Umumnya setiap spesies ikan mempunyai kisaran suhu yang sesuai sebagai
lingkungannya
untuk
makan,
memijah dan aktivitas lainnya (Laevastu dan Hela, 1970).
Oleh karena itu suhu
3
(mg/m ) R
permukaan laut dapat digunakan sebagai
= Rasio reflektansi
Rrs = Remote sensing reflectance
salah satu indikator untuk pengkajian daerah potensi penangkapan ikan.
Data hasil tangkapan ikan yang
Dari
penentuan
sebaran
suhu
didaratkan di PPI Selili selama dua tahun
permukaan laut yang digabungkan dengan
dari tahun 2006
sebaran klorofil-a dan variabilitas hasil
sampai tahun 2007, untuk
tangkapan ikan, maka daerah yang diduga
menggambarkan hasil tangkapan. Untuk
merupakan daerah potensi penangkapan
menentukan
ikan adalah daerah yang mempunyai suhu
dianalisis
secara
derajat
deskriptif
hubungan
antara
variabel-vaiabel maka dilakukan Analisis
optimum
dan
mempunyai
kandungan
4
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
klorofil-a yang tinggi sebagai indikator
musim barat. Tingginya suhu permukaan
kesuburan
makanan)
laut pada Mei (musim peralihan barat-
kemudian divalidasi dengan daerah operasi
timur) diduga karena pada bulan tersebut
penangkapan ikan oleh nelayan.
curah hujan terlihat cukup rendah dan
perairan
(sumber
hembusan angin umumnya lemah. Nontji HASIL DAN PEMBAHASAN
(2002)
Suhu Permukaan Laut (SPL)
menyatakan
bahwa
musim
peralihan angin barat masih berhembus tetapi kecepatannya berkurang.
Perubahan SPL tahun 2006/2007
Pada bulan Februari musim barat
cenderung dipengaruhi oleh musim. SPL tertinggi terjadi pada musim peralihan
suhu
barat-timur, bulan Mei tahun 2006 dengan
disebabkan karena pengaruh curah hujan
rata-rata 30,49 0C dan musim peralihan
yang cukup tinggi. Menurut Nontji (2002),
barat – timur, bulan Mei 2007 dengan rata-
angin musim membawa pengaruh pula
rata 30,47 0C, sedangkan suhu permukaan
pada curah hujan, pada umumnya musim
laut terendah terjadi pada musim barat,
barat
bulan
rata-rata
Selanjutnya Wyrtki (1961) menyatakan
28,67 0C dan musim barat, bulan Februari
bahwa aliran massa air hangat dari
Februari 2006
dengan
tahun 2007 dengan rata-rata 28,94
0
permukaan
laut
banyak
yang
membawa
rendah
hujan.
kawasan utara yang dominan terjadi pada
C
bulan Maret sampai dengan bulan Juni
(Gambar 1). Secara umum, suhu permukaan
sedangkan aliran lintasan terendah pada
laut tertinggi pada bulan Mei tahun 2006
saat musson barat laut, bulan Desember
dan bulan Mei 2007 akhir musim peralihan
sampai Februari pada arus lintas Indonesia
barat - timur, sedangkan suhu permukaan
(Arlindo). Kondisi perairan Kalimantan
laut terendah yaitu pada bulan Februari
Timur dipengaruhi curah hujan, kecepatan
2006 dan bulan Februari tahun 2007 akhir
angin dan massa air.
SPL oC
SPL 2006
SPL 2007
31.5 31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27 26.5 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Jan
Feb
Musim Barat
Mar
April Peralihan B - T
Mei
Juni
Juli Musim Timur
Agst
Sep
Okt Peralihan T - B
Nop
Des Musim Barat
Gambar 1. Sebaran suhu permukaan laut Kalimantan Timur tahun 2006/2007 5
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
0,376
Konsentrasi Klorofil-a
mg/m3,
sedangkan
konsentrasi
tahun
klorofil-a terendah terjadi pada bulan
2006/2007 cenderung dipengaruhi oleh
Nopember (musim peralihan timur-barat)
musim.
Konsentrasi klorofil-a tertinggi
tahun 2006 dengan rata-rata 0,118 mg/m3
terjadi pada bulan Februari (musim barat)
dan bulan Mei (musim peralihan barat-
tahun 2006 dengan rata-rata 0,420 mg/m3
timur) tahun 2007 dengan rata-rata 0,153
dan Februari tahun 2007 dengan rata-rata
mg/m3 (Gambar 2).
Perubahan
klorofil-a
Klorofil-a 2006
Klorofil-a 2007
mg/m 3
0.500 0.450 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Jan
Feb
Mar
Musim Barat
April
Mei
Peralihan B - T
Juni
Juli
Agst
Musim Timur
Sep
Okt
Nop
Peralihan T - B
Des Musim Barat
Gambar 2. Sebaran klorofil-a di perairan Kalimantan Timur tahun 2006/2007 Dari hasil pengamatan ditemukan
Tingginya
konsentrasi
klorofil-a
pada
bahwa secara umum konsentrasi klorofil-a
bulan Februari musim barat disebabkan
tertinggi yaitu pada akhir musim barat
karena pada bulan Januari dan Februari
dibulan Februari tahun 2006 dan akhir
2006 musim barat curah hujan rata-rata
musim barat pada bulan Februari tahun
yang cukup tinggi menyebabkan adanya
2007, sedangkan konsentrasi klorofil-a
suplai nutrien dari daratan melalui sungai
terendah yaitu pada akhir musim Peralihan
sehingga
timur – barat bulan Nopember tahun 2006
tinggi pada bulan Februari.
dan akhir musim perlaihan
barat -
Januari dan Februari 2007 juga terlihat
timur bulan Mei tahun 2007 (Gambar 2).
curah hujan yang cukup tinggi sehingga
Tingginya
pada
konsentrasi klorofil-a cenderung tinggi
bulan Februari 2006 yang terkonsentrasi
pada bulan Februari akhir musim barat.
didaerah pantai disebabkan karena adanya
Konsentrasi klorofil-a yang rendah pada
suplai nutrien melalui run-off dari daratan
bulan
yang keluar di muara sungai mahakam.
disebabkan karena pada bulan Oktober dan
konsentrasi
klorofil-a
konsentrasi
Nopember
klorofil-a
2006,
cukup
Pada bulan
kemungkinan
6
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
Nopember 2006 terlihat curah hujan yang
(musim barat), yaitu 375 mm, penyinaran
rendah. Selanjutnya pada bulan Mei 2007
matahari 45,4 % dan kecepatan angin 6
klorofil-a yang rendah akibat rendahnya
knot.
curah hujan pada bulan Maret dan April
2007 (musim barat), yaitu 258,3 mm,
2007.
penyinaran matahari 24 % dan kecepatan
Curah hujan pada bulan Februari
angin 5 knot.
Meteorologi Kondisi faktor-faktor meteorologi
Hasil Tangkapan
di lokasi penelitian yang meliputi curah
Hasil tangkapan yang dominan
hujan, penyinaran matahari dan kecepatan
didaratkan di pusat pendaratan ikan (PPI)
angin. Curah hujan pada bulan Mei 2006
Selili Kota Samarinda Provinsi Kalimantan
(musim peralihan barat-timur), yaitu 244,5
Timur yaitu ikan tongkol. Pada umumnya
mm, penyinaran matahari 40,3 % dan
ikan tongkol banyak tertangkap setiap
kecepatan angin 5 knot. Curah hujan pada
musim. Namun pada musim timur tahun
bulan Mei 2007 (musim peralihan barat-
2007, ikan tongkol lebih banyak tertangkap
timur),
penyinaran
(Gambar 3). Variabilitas mingguan hasil
matahari 54 % dan kecepatan angin 4 knot.
tangkapan ikan pada tahun 2006/2007
Curah hujan pada bulan Februari 2006
disajikan pada Gambar 4.
yaitu
250,3
mm,
Produksi (ton)
Tongkol
1000 800 600 400 200 0 Musim Barat
Peralihan B-T
Musim Timur
2006
Peralihan T-B
Musim Barat
Peralihan B-T
Musim Timur
Peralihan T-B
2007
Gambar 3. Variabilitas hasil tangkapan ikan tongkol per musim tahun 2006-2007
7
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
2006 / 2007 ikan
200000 150000 100000
Musim Barat
Peralihan B - T
Musim Timur
Peralihan T - B
Musim Barat
Peralihan B - T
2006
Musim Timur
Des
Nop
Okt
Sep
Juli
Agst
Juni
Mei
April
Mar
Feb
Jan
Des
Nop
Okt
Sep
Juli
Agst
Juni
Mei
April
Mar
0
Feb
50000 Jan
Produksi kg
250000
Peralihan T - B
2007
Gambar 4. Variabilitas hasil tangkapan tahun 2006-2007
Hubungan Parameter SPL dan Klorofil-
musim barat yang ditemukan pada lokasi penelitian. Ikan tongkol banyak tertangkap
a dengan Hasil Tangkapan Ikan
pada suhu yang rendah, diduga karena Berdasarkan menunjukkan
bahwa,
analisis
regresi
hubungan
SPL
dengan hasil tangkapan ikan tongkol tahun 2006/2007 cukup erat dengan koefisien korelasi 0,53.
Hasil spectra analisis
menunjukkan adanya tendensi dimana SPL yang rendah menghasilkan tangkapan yang relatif tinggi.
Sebaliknya, dengan SPL
yang
maka
tinggi,
cenderung menurun
hasil
tangkapan
(gambar 5).
hubungannnya dengan hasil tangkapan terlihat bahwa penurunan suhu permukaan terdapat
meningkat peningkatan
hasil
begitu suhu
tangkapan juga
yang
sebaliknya,
permukaan
suhu
yang
tinggi,
ikan
akan
bermigrasi ke lokasi atau perairan yang lebih dalam di luar jangkauan alat tangkap yang dioperasikan nelayan.
Dengan
demikian peluang ikan tertangkap lebih kecil
dan
akibatnya
hasil
tangkapan
menurun. Hasil
spectra
analisis
antara
variabilitas klorofil-a dan variabilitas hasil tangkapan ikan tongkol yang di-plot pada
Kondisi suhu permukaan laut
laut
pada
laut
menyebakan penurunan hasil tangkapan. Pada saat suhu permukaan laut yang relatif rendah terdapat hasil tangkapan tinggi pada
gambar
6,
menunjukkan
adanya
kecenderungan dimana klorofil-a yang tinggi diikuti dengan hasil tangkapan yang tinggi, begitu juga sebaliknya dengan klorofil-a yang rendah, hasil tangkapan juga menurun. Hubungan regresi klorofila dengan hasil tangkapan ikan tongkol tahun
2006/2007
cukup
erat
dengan
koefisien korelasi 0,63.
8
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
Musim Peralihan B - T Musim Timur Peralihan T - B Musim Barat Peralihan B - T Musim Timur 2006
Des
Nop
suhu 0C
32 31 30 29 28 27 26
Okt
Sep
Juli
Agst
Juni
Mei
April
Mar
Feb
Jan
Des
Okt
Sep
Juli
Agst
Mei
Juni
Mar
April
Feb
Jan
SPL
Nop
produksi ton
tongkol 120 100 80 60 40 20 0
Peralihan T - B
2007
Gambar 5. Sebaran suhu permukaan laut dan hasil tangkapan Ikan tongkol tahun 2006/2007
Klorofil-a 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 -
Musim Peralihan
Musim
Peralihan
Musim
Peralihan
2006
Musim
Des
Nop
Okt
Sep
Juli Agst
Juni
Mei
April
Feb Mar
Jan
Des
Nop
Okt
Sep
Juli Agst
Mei
Juni
April
Feb Mar
mg/m 3
120 100 80 60 40 20 0
Jan
produksi ton
tongkol
Peralihan T -
2007
Gambar 6. Sebaran klorofil-a dan hasil tangkapan ikan tongkol tahun 2006/2007 Selanjutnya hubungan konsentrasi
erat dengan tingkat kesuburan perairan
klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan
yang sangat menunjang proses kehidupan
tongkol
di perairan.
terlihat
konsentrasi
bahwa
klorofil-a
meningkatnya terdapat
hasil
tangkapan yang meningkat, begitu juga
Analisis Daerah Potensial Penangkapan Ikan
sebaliknya penurunan konsentrasi klorofilBerdasarkan
a terdapat hasil tangkapan ikan yang menurun. Pada saat konsentrasi klorofil-a cukup tinggi terdapat hasil tangkapan yang tinggi pada musim barat yang ditemukan pada lokasi penelitian. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a di
perairan
signifikan
memberikan
terhadap
pengaruh
peningkatan
hasil
tangkapan ikan. Hal ini tentunya berkaitan
dengan pendaratan
nelayan ikan
hasil yang
di
wawancara melakukan
PPI Selili
Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, daerah penangkapan ikan tersebar di seluruh perairan Kalimantan Timur (Selat Makassar).
Nelayan yang mendaratkan
hasil tangkapan di PPI Selili selain nelayan dari Kalimantan Timur, juga terdapat
9
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
beberapa nelayan dari Sulawesi. Nelayan
pengangkut
dari Kalimantan Timur dan dari Sulawesi,
didaratkan di PPI dengan lama trip
menggunakan purse seine dengan kapal
operasional 1 – 2 minggu. Pada bulan Juni
berukuran 30 – 100 ton dan lama trip
sampai dengan bulan Desember 2007,
operasional 1 – 2 bulan. Selain itu terdapat
operasi penangkapan ikan oleh nelayan
juga
GT
tersebar di berbagai tempat yaitu Muara
bahan
Pantuan, Mamuju, Palu, Muara Jawa
kapal
berukuran
30
sebagai
kapal
penyuplai
bakar,
kebutuhan
pokok
116
117
sekaligus
hasil
tangkapan
untuk
Handil dan Pasir (Gambar 7).
118
119
120
2
2
114
116
118
120
122
4
4
2
2
0
0 -2
-2
1
1
-4
-4 114
116
118
120
122
N Kalimantan Timur 0
\ &
0
50
#& \ %
0
50
Kilometers
Legenda Lokasi Penelitian
-1
a % $
S
tM el a
s aka
-1
sar ³ #
a % -2
# [% a % -2
0 # \ &
116
117
118
%
119
TPI Samarinda
$
BMG Balikpapan
#
Daerah Penangkapan Bulan Juni
a %
³ #
[ %
Bulan Juli
\ &
Bulan Agustus
³ #
Bulan September
a %
Bulan Oktober
0 #
Bulan Desember
120
Gambar 7. Daerah operasional penangkapan ikan bulan Juni – Desember 2007 Hasil
analisis
citra
suhu
berbagai tempat di perairan
Kalimantan
permukaan laut dan klorofil-a pada tahun
Timur dan penyebaran DPI lebih luas
2007 yang di-overlay (tumpang susun),
hingga lepas pantai. Hal ini disebabkan
diprediksi daerah penangkapan ikan yang
karena pada musim tersebut konsentrasi
potensial adalah daerah yang konsentrasi
klorofil-a cenderung lebih tinggi dan SPL
klorofil-a tinggi.
cenderung lebih rendah.
Selanjutnya divalidasi
Konsentrasi
dengan daerah operasi penangkapan oleh
klorofil-a yang tinggi, berkaitan erat
nelayan, untuk dipetakan setiap bulan
dengan ketersediaan makanan untuk ikan.
selama satu tahun. Daerah penangkapan
Sebagaimana kita ketahui bahwa ikan, baik
ikan yang potensial adalah daerah yang
kecil maupun besar akan bergerak mencari
konsentrasi klorofil-a tinggi dengan suhu
daerah yang subur untuk mendapatkan
optimum untuk distribusi ikan.
Pada
makanan. Kondisi SPL yang rendah pada
musim barat dan musim timur, daerah
musim barat dan musim timur, yang
penangkapan ikan potensial
merupakan suhu optimun untuk distribusi
tersebar di
10
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
ikan. Secara umum, daerah penangkapan
Mengacu pada keterbatasan yang
setiap musim banyak terdapat di daerah
ditemukan
pantai dan dekat muara sungai.
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
Hal ini
selama
penelitian,
maka
disebabkan, tingkat kesuburan di daerah
1) Perlu dilakukan validasi data daerah
pantai dan dekat muara sungai cenderung
penangkapan ikan yang dihasilkan oleh
lebih tinggi dibandingkan dengan lepas
data inderaja dengan data in situ.
pantai. Hal ini disebabkan oleh tingginya
2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
kadar zat hara dalam perairan pantai bila
tentang
dibandingkan dengan perairan lepas pantai.
oseanografi terhadap jenis ikan yang
Zat-zat hara ini menjadi sumber nutrien
tertangkap setiap musim.
bagi
pertumbuhan
fitoplankton.
dan
kelimpahan
Selanjutnya
kelimpahan
fitoplankton ini dapat digunakan sebagai indikator kelimpahan stok ikan (Gaol, 2006). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Variabilitas hasil tangkapan, konsetrasi klorofil-a
dan
SPL
di
perairan
Kalimantan Timur cenderung bersifat musiman. 2) Hubungan
Konsentrasi
cukup erat dan berpengaruh nyata. 3) Pada musim barat dan musim timur, penyebaran DPI potensial lebih luas. Pada musim peralihan barat-timur dan peralihan
DAFTAR PUSTAKA Anonimus, 2004. Kalimantan Timur dalam Angka. BPS Kalimantan Timur. Anonimus, 2005. Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun 2005. Pusat Data. Statistik dan Informasi Sekretaris Jenderal. DKP. Jakarta. 374 hlm. Gaol J.L. 2006. Kondisi Lingkungan Laut Arafura dari Hasil Kajian Multi Sensor Satelit. In Monintja, D.R, Sularso, A, Sondita, M.F.A dan Purbayanto, A (ed). Presfektif Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap Laut Arafura. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Bogor. 222 hlm.
klorofil-a
dengan hasil tangkapan ikan tongkol
musim
parameter-parameter
timur-barat,
penyebaran DPI potensial lebih sempit.
Laevastu T, and Hela I. 1970. Fisheries Oceanography. London: Fishing News Books.238 p. Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Penerbit Djambatan. Jakarta.368 hlm. O’Reilly, J. E. and 21 co-authors. 2000. Ocean color cholorophyll-a algorithms for SeaWIFS, OC2, and
11
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
OC4: version 4. in O’Reilly, J. E. and 24 co- authors, 2000: SeaWIFS postlaunch calibration and validation analyses, part 3. 347 p.
Naga Report. Vol. 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California. La Jolla. California. La Jolla II. 195 p.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The South East Asian Waters.
12