ANALISIS STRUKTURAL DALAM CERPEN HANA KARYA AKUTAGAWA RYOUNOSUKE
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Sastra
Oleh :
EVA RESITA C12.2010.00316
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014
i
ANALISIS STRUKTURAL DALAM CERPEN HANA KARYA AKUTAGAWA RYOUNOSUKE
SKRIPSI
Oleh :
EVA RESITA C12.2010.00316
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014
i
ii
iii
iv
MOTO
Orang yang menginginkan impiannya menjadi kanyataan, harus menjaga dirinya agar tidak tertidur. - Richard Wheeler -
v
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini saya persembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibu saya tercinta, yang sudah membesarkan saya dan memberi kesempatan saya untuk mengenyam pendidikan sampai strata 1. 2. Adikku tercinta yang selalu bikin aku termotivasi untuk segera lulus. 3. Pacarku Bangun Anjung yang selalu kasih semangat buat saya menyelesaikan skripsi saya. 4. Kepada Adik baru ku Janita Antares Putri dan tante Rheza Rahmatul Ummah yang selalu mendengarkan curhatan saya tentang skripsi saya. 5. Rully Akbar Wirawan yang telah membantu saya menerjemahkan abstrak inggris saya. 6. Sahabatku Ika tudung rahayu yang selalu aku repotkan dengan pertanyaan – pertanyaan seputar materi atau apapun. 7. Teman – teman angkatan 2010 (Izu, Nandi, Rinta, Rifty, Ike, Puput, Epis, Santi, Niken, Jashos, Wakhit, Chui dkk) 8. Teman – teman kost ku (Janita, Tante ita, Tante ummah/ echa, indy, jenk yanu) yang selalu kasih dukungan semangat sama saya. 9. Kohai-kohai ku angkatan 2011, 2012, 2013 yang masih mengenal aku. 10. 0rang yang telah mengatakan bahwa saya ambil jurusan yang salah dan tidak bisa move on, karena kata-katanya saya menjadi bermotivasi untuk membuktikan kalau saya bisa lulus sebelum mereka. Sudah move on kah kalian?
vi
KATA PENGANTAR Skripsi saya ini manganalisis struktur dalam cerpen hana karya Akutagawa Ryounosuke. Skema aktan sendiri terdiri dari enam aktan fungsi yaitu pengirim, penerima, objek, subjek, penentang, penolong. Sedangkan model fungsionalnya terdiri dari 3 tahap yaitu situasi awal, tahap transformasi, situasi akhir. Pada saat yang paling bahagia ini, saya memanjatkan doa dan syukur kepada Tuhan YME yang telah member kesempatan saya untuk mnyelesaikan pendidikan akhir dan tugas akhir ini. Dalam kesempatan ini juga saya ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini, yaitu : 1. Rektor UDINUS Bapak Dr.Ir. Edi Noer Sasongko,M.kom 2. Ibu Sri Oemiati, S.S.,M.Hum, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia dan berkenan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya mengajar untuk memeriksa skripsi saya, serta membantu saya memberi kritik dan saran atas topik yang saya ambil. 3. Bapak Bayu Aryanto, S.S.,M.Hum, selaku kaprogdi Jepang yang baru yang telah membantu proses pengurusan tugas ini. 4. Seluruh dosen sastra jepang, Asep sensei, Budy sensei, Dyah sensei, Irma sensei, Pipit sensei, Yuka sensei yang telah memberikan banyak ilmu selama empat tahun ini. 5. Kepada kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan doa, dukungan materil, dan pelajaran tentang kehidupan. 6. Kepada Staf Administrasi Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan pelayanan dan bantuan administratif. Akhir kata saya ingin meminta maaf jika ada pihak yang belum saya sebutkan dalam penelitian ini.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..........................................................................................................
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
i
........................................................................................
ii
PERNYATAAN PERSEJUTUAN PUBLIKASI ..........................................................................
iii
PENGESAHAN
.....................................................................................................
iv
.........................................................................................................................
v
MOTO
PERSEMBAHAN
..........................................................................................................
vi
.....................................................................................................
vii
...................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI ABSTRAK
........................................................................................
..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
.........................................................................................
Xi Xii
1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
......................................................................................
2
Tujuan penelitian.................................................................................................
2
1.3
1.4 Ruang lingkup masalah...........................................................................................
2
1.5 Manfaat penelitian
2
.......................................................................................
1.5.1 Secara praktis
…………………………………………………………………………………………………
2
1.5.2 secara teoritis
…………………………………………………………………………………………………
3
1.6 Sistematika Penelitian.............................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
………..............................................................
4
2.1 Penelitian sebelumnya ........................................................................................
4
2.2 Kajian teori
4
......................................................................................
2.2.1
Teori strukturalisme ...........................................................................................
5
2.2.2
Skema aktan Greimas
5
2.2.3
Model fungsional
.......................................................................................
.............................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian
……........................................................................
........................................................................................
viii
6
8 8
3.2 Satuan analisis 3.3 Sumber data
...................................................................................... .................................................................................................
8 8
3.4 Teknik pengumpulan data ...........................................................................................
9
3.5 Teknik analisis data
.......................................................................................
9
.............................................................................................
10
4.1 Analisis cerita dengan tabel fungsional dan skema aktan ….................................
10
4.1.1 Paragraf kedua : kekhawatiran yang dialami Naigu ………………………………….
10
4.1.2 Paragraf ketiga : alasan yang dimiliki Naigu terkait hidungnya…………………….
12
4.1.3 Paragraf kelima : pikiran yang dimiliki Naigu……………………............................
14
BAB IV Analisis data
4.1.4 Paragraf ketujuh : keinginan Naigu untukmenemukan orang dengan hidung sepertinya ……………………………......................................................................
17
4.1.5 Paragraf kesepuluh :Naigu yang pura-pura tidak mempedulikan hidungnya….
19
4.1.6 Paragraf keempat belas : hidung Naigu yang di rebus …………………………………..
21
4.1.7 Paragraf keenam belas : hidung Naigu yang mulai memperlihatkan perubahan ………………………………………………………………………………………………………………………….
24
4.1.8 Paragraf kedua puluh: kecemasan yang dialami Naigu…………………….................
14
4.1.9 Paragraf kedua puluh satu : kejadian di luar dugaan yang dialami Naigu........
26
4.1.10Paragraf kedua puluh lima : suasana hati Naigu …………………………………………..….
28
4.1.11Paragraf kedua puluh enam : perasaan menyesal yang dialami Naigu …….…..
30
4.1.12Paragraf kedua puluh delapan : perasaan bahagia Naigu………………………………
32
4.2 Kuantitas Aktan
.......................................................................................
33
BAB V KESIMPULAN
.........................................................................................
37
........................................................................................
37
5.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI 1. Daftar suku kata penulisan huruf Romawi.
2. Penulisan khusus kata bantu adalah sebagai berikut. は wa へ
e
x
を
wo
3. Penulisan khusus kata serapan adalah sebagai berikut. ティ
ti
トゥ tu
ディ
di
デゥ du
フゔ
fa
フィ fi
フェ
fe
フォ fo
ヴィ
wi
ウェ we
ウォ
wo
4. Penulisan bunyi panjang dituliskan sesuai penulisan Furigana. Contoh どうも doumo 修二
Shuuji
きれい
kirei
親しい
shitashii
5. Penulisan 「ん」 dilambangkan dengan “n”. Contoh 新聞 shinbun 今晩
konban
すいません
suimasen
6. 「っ」 (っ kecil)dilambangkan dengan merangkap konsonan berikutnya, khusus「っち」 (「っちゃ」、dan「っちゅ」) merupakan kekecualian. Contoh: 実際 jissai ~になっちゃって~
-ninatchatte-
*-ninacchatte-
7. Penulisan kata asing menggunakan cetak miring, kecuali nama orang dan kutipan yang dikutip sesuai aslinya. Contoh sumimasen intimate Takie Sugiyama Lebra
xi
ABSTRAK
Eva Resita. 2014. Analisis struktural dalam cerpen Hana karya Akutagawa Ryounosuke. Program Studi Sastra Jepang, Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. Pembimbing : Sri Oemiati.
Kata kunci : cerpen, hana, teori struktural, skema aktan, model fungsional
Penelitian ini membahas tentang penerapan skema aktan Greimas dan model fungsionalnya pada cerita hana karya Akutagawa Ryounosuke. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis alur cerita Hana tersebut menggunakan teori aktan Greimas. Skema aktan meliputi enam aktan fungsi yaitu sebagai pengirim, penerima, objek, subjek, penentang, dan penerima. Model fungsional Greimas terdiri dari tiga tahap yaitu situasi awal, tahap transformasi, dan situasi akhir. Dari analisis bisa disimpulkan bahwa cerita ini memiliki dua belas skema aktan, yang mempunyai fungsi utuh atau sempurna.
xii
要旨 芥川龍之介の『鼻』に見られるの構造的分析
氏名
:エファ・レシタ
本文 参考文献 研究資料
学生番号: C12.2010.00316
卒業論文データ :36 ページ :14 ぺージ :短編小説『鼻』:全 6 章
スマラン、ディアン・ヌスワントロ大学、日本語・日本文 学科
キーワード:短編小説、鼻、構造理論、スキームアクタン、機能モデル
本論文では、芥川龍之介『鼻』の物語に見られる Greimas のスキームア クタンと機能モデルの適用について説明する。本研究の目的は、Greimas のアクタンの理論を用いて『鼻』のストーリーを分析することである。ス キームアクタンは6つ の機能があり、すなわち送り手、受け手、客体(対 象)、主体(主人公)、反対者、補助者である。―方、Greimas の機能モ デルは3つの場面から成り、始まり、進行、終結の場面である。分析の結 果によると、データは12の完全な機能を持つスキームアクタンを有して いると結論付けることができる。
xiii
ABSTRACT
Eva Resita. 2014. Story analysis struktural of Akutagawa Ryounosuke’s Hana. Japanese Study Program, Dian Nuswantoro University. Adviser: Sri Oemiati.
Key words: short story, hana, structural theory, actan scheme, fungtional model.
In this research discusses the application of Greimas actan scheme and fungtional model to Akutagawa Ryounosuke’s work. The purpose of this research is analysing Hana’s story using actan theory of Greimas and fungtional model. Actan theory divided into 6 fungtions ; sender, receiver, object, subject, opposition, and helper. Moreover , fungtional model consists of 3 stages ; first stage, transformation stage, and final stage. From the analysis can be concluded that the story of Hana has 12 actan schemes which have intact fungtion.
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru (2012:158) cerita diartikan sebagai tuturan yang membentangkan bagaimana sesuatu terjadi, peristiwa hal atau kejadian dsb,karangan yang mengisahkan perbuatan pengalaman, penderitaan orang dsb, dongengan; cerpen : cerita pendek. Cerpen itu sendiri adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi. Cerpen meruntut penceritaannya yang serba ringkas sehingga mudah dipahami pembaca. Kepadatan cerita merupakan unsur yang hanya terdapat pada cerpen, sehingga menjadi ciri khusus dari cerpen. Berbeda dengan karya sastra lain, yang biasanya sulit dipahami, cerpen lebih mudah dipahami karena alurnya relatif lebih sederhana. Pada penelitian ini penulis menganalisis cerpen yang berjudul Hana (鼻) karya
Akutagawa Ryounosuke ( 芥 川 隆 介 ) yang terdapat pada buku
chikumashobo (筑摩書房). Hana bercerita tentang kejadian yang dialami oleh seorang biksu yang ada di Ike no O yang bernama Zenchi Naigu memiliki hidung yang sangat panjang menjuntai ke bawah. Dalam cerita tersebut Biksu Naigu dihormati tetapi Naigu sendiri merasa aneh dengan bentuk hidungnya yang panjang. Karena setiap dia akan makan dia selalu meminta bantuan salah seorang muridnya untuk berada disebelahnya memegang kayu penyangga agar hidungnya tidak jatuh dalam makanannya. Sampai sang murid ini pergi ke seorang dokter dan menanyakan bagaimana cara untuk membuat hidung sang guru menjadi normal lagi. Setelah sang murid mengetahui caranya dia pulang dan mencoba mempraktekkan teori yang dia dapet dari sang dokter. Ternyata itu
1
berhasil dan hidung yang biksu bisa menjadi normal. Tetapi karena kejadian itu Biksu Naigu menjadi tidak dihormati oleh masyarakat yang melihatnya dan malah justru seperti membicarakan keanehan pada hidup sang Biksu. Lama kelamaan sang Biksu merasa menyesal karena sudah merubah bentuk hidungnya. Sampai suatu hari ternyata hidungnya menjadi panjang lagi dan dia merasa senang sekali. Berdasarkan cerita yang ada penulis ingin menganalisis alur cerita dengan teori aktan Greimas. Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Teori Struktural model aktan oleh A.J Greimas. Teori struktural model aktan biasanya mengacu pada alur cerita. Alur (Kutha Ratna 2013; 139) merupakan energi terpenting yang menggerakkan cerita sehingga menjadi penceritaan, dengan episode terpenting yang terdiri atas permulaan, komplikasi, dan penyelesaian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat masalah tentang bagaimana alur cerita pada tindakan tokoh utama yang terdapat dalam cerita Hana menurut teori struktural model aktan Greimas. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis model pendekatan alur cerita berdasarkan tindakan tokoh utama cerita yang ada dalam cerita Hana dengan menggunakan teori struktural model aktan Greimas. 1.4 Ruang lingkup penelitian Untuk menghindari terjadinya perluasan permasalahan, maka penulis hanya membatasi penelitian pada alur cerita berdasarkan tindakan tokoh utama yang ada dalam cerita Hana. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Secara Praktis
2
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembaca sebagai sarana untuk mempelajari dan memahami teori struktural model aktan Greimas dan penerapannya dalam cerpen, khususnya bagi Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Dian Nuswantoro. 1.5.2 Secara Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
sumbangan
ide
bagi
pengembangan ilmu sastra jepang khusus nya dalam bidang teori struktural model aktan Greimas.
1.6 Sistematika Penulisan Bab I adalah Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah Tinjauan Pustaka yang terdiri dari penelitian sebelumnya, dan kajian teori. Bab III adalah Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, satuan analisis,sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV adalah pembahasan yang berisi tentang alur cerpen Hana menggunakan teori struktural aktan A.J Greimas. Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan. Daftar Pustaka Lampiran.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian yang berkaitan dengan teori strukturalisme model Aktansial Greimas telah banyak dilakukan. Di antaranya adalah penelitian dari Finna Dwi Estianingrum jurusan pendidikan bahasa dan sastra Universitas Negeri Semarang tahun 2011 berjudul cerita rakyat Ki Sondong majeruk dan Ki Sondong makerti dalam perspektif Greimas. Penelitian Finna ini membahas bagaimana skema Aktan dan struktural fungsional teks cerita, dan bagaimana korelasi atau hubungan skema Aktan dan struktur fungsional dalam membentuk cerita utama. Dari hasil penelitian ditemukan dua belas skema Aktan dan struktural fungsional dalam teks cerita. Penelitian mengenai skema Aktan Greimas dengan sumber data novel juga dilakukan oleh salah seorang mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro yang bernama Renda Ika Arisya dengan judul struktural skema Aktan dan model fungsional Greimas pada cerpen Yabu no Naka karya Akutagawa Ryounosuke. Penelitian Renda menganalisis tindakan-tindakan para tokoh yang ada dalam cerpen Yabu no Naka dengan menggunakan teori struktural model Aktan Greimas. Dari penelitian tersebut Renda menemukan 7 skema Aktan yang terdapat dalam cerita Yabu no Naka. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya karena samasama menggunakan skema Aktan Greimas dalam menganalisis ceritanya. 2.2 Kajian teori Naratologi menurut beberapa ahli dalam buku Ratna (2013, 128-132) Naratologi, dari kata narratio(bahasa latin, berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat) dan logos (ilmu). Narratologi juga disebut teori wacana (teks) naratif. Baik naratologi maupun teori wacana (teks) naratif diartikan sebagai seperangkat konsep mengenai cerita dan pen(cerita)an. 4
naratologi
berkembang atas dasar analogi linguistik, seperti model sintaksis, sebagaimana hubungan antara subjek, predikat, dan objek penderita.
2.2.1 Teori Strukturalisme Aktan Greimas Objek penelitian Greimas tidak terbatas pada genre tertentu, yaitu dongeng, tetapi diperluas pada mitos (Ratna, 2013;137). Untuk analisis tentang aktan dan fungsinya di dalam cerita, akan digunakan model aktan yang terdapat dalam buku penelitian sastra karya Kutha Ratna. Analisis aktan dan fungsi merupakan analisis alur cerita yang didasari hubungan antar aktan. (Greimas dalam Ratna 2013;139 menyatakan, aktan (actant) merupakan peran-peran abstrak yang dapat dimainkan oleh seseorang atau sejumlah pelaku). Greimas lebih mementingkan aksi dibandingkan dengan pelaku.
2.2.2 Skema Aktan Greimas Jika disusun menjadi sebuah bagan, maka dapat dilihat bagaimana bentuk Skema yang melukiskan hubungan 6 faktor aktan tersebut :
Pengirim
Penolong
objek
Penerima
Subjek
Penentang
Keterangan : 1. Pengirim adalah seseorang atau sesuatu yang menggerakkan cerita, dan mencapai objek yang diinginkan. 2. Objek adalah seseorang atau sesuatu yang dicari atau diinginkan oleh subjek.
5
3. Subjek adalah seseorang atau sesuatu yang mendapat tugas untuk menemukan dan mengambil objek tersebut. 4. Penentang adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha subjek untuk mendapatkan objek yang dicarinya. 5. Penolong adalah seseorang atau sesuatu yang akan mempermudah usaha subjek untuk mendapat objek. 6. Penerima adalah seseorang atau sesuatu yang menerima objek hasil pencarian subjek. Perlu dikemukakan bahwa satu aktan dapat menempati beberapa fungsi. (Kutha Ratna 2013,139) 2.2.3 Model Fungsional Greimas Greimas bukan hanya mengemukakan bagian aktan, dia juga menunjukkan adanya suatu model cerita sebagai jalan cerita (alur) yang terdiri dari tindakan-tindakan yang tercakup dalam apa yang disebut fungsi. Fungsifungsi ini dinyatakan dengan kata benda, seperti misalnya, keberangkatan, kedatangan, kedatangan inkognito, hukuman, dan seterusnya. (Zaimar, 1992;5) Operasi transformasi alur ceritanya terbagi dalam 3 tahapan : 1. Cobaan awal atau tahap uji kecakapan 2. Cobaan utama 3. Cobaan untuk mencapai kegemilangan Tabel model fungsional tersebut adalah sebagai berikut :
TRANSFORMASI Tahap uji
Cobaan Utama
Cobaan untuk
kecakapan atau
mencapai
cobaan awal
kegemilangan
Keterangan : 6
1. Situasi awal Cerita dimulai dengan pernyataan adanya sesutau yang diingini atau diperlukan. Itulah yang disebut karsa. Pengirim memberi tugas kepada subjek untuk mendapatkannya. 2. Transformasi (a) Tahap uji kecakapan Subjek berangkat dan menghadapi tantangan. Mereka yang tak mampu mengatasi tantangan pada tahap ini, akan didiskualifikasi sebagai subjek. pada tahap ini, subjek memperoleh kecapakan yang diperlukan untuk melakukan perbuatan atau misi yang direncanakan. Subjek harus mempunyai kemampuan untuk berbuat atau pengetahuan atau keterampilan untuk berbuat. (b) Cobaan utama Tahap ini mengacu kepada peristiwa atau perbuatan utama. Subjek sudah dipersiapkan dan objek penyelidikan dipertaruhkan. Pada cerita-cerita petualangan, cobaan utama sering memakai bentuk konfrontasi atau konflik di antara subjek dan anti subjek. (c) Cobaan untuk mencapai kegemilangan Setelah cobaan utama dapat dilalui, subjek masih harus menyerahkan objek pencarian kepada penerima. Pada tahap ini, hasil peristiwa sudah tampak, cobaan utama sebelumnya berhasil atau gagal, subjek disambut gembira atau dihukum. Semuanya menunjukkan hasil perbuatan yang diinterpretasi dan dievaluasi oleh pengirim. (Martin;18-148) 3. Situasi akhir Subjek mendapatkan objek, kemudian objek diserahkan kepada penerima (sender).
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Karena penelitian dilakukan pada objek yang ilmiah atau dengan maksud objek berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu. Menurut Miler and Hubeman dalam Sukidin (2002;2) pengertian metode penelitian kualitatif adalah : “ Metode penelitian kuantitatifberusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah”. 3.2 Satuan Analisis Penulis membaca cerita dalam sebuah buku, sebelum mencari masalah penulis menentukan cerita mana yang akan digunakan sebagai bahan analisis. Setelah menentukan cerita yang akan dianalisis kemudian penulis mencari masalah yang ada dalam cerita itu. Sesudah
memperoleh masalah penulis
kemudian mencari teori yang akan digunakan untuk mengupas masalah yang ada. Penulis memutuskan untuk memilih cerita Hana sebagai bahan penelitian. Cerita ini ada dalam buku yang berjudul Chikumasobou karya Akutagawa Ryounosuke. 3.3 Sumber Data Sumber data pada penelitian ini didapat dari buku karya Akutagawa Ryounosuke yang berjudul Hana. Yang terdiri dari 14 halaman dan kemudian dikelompokkan menjadi 11 aktan yang digunakan untuk analisis.
8
3.4 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dimulai dari membaca teks cerita yang ada. Selesai membaca dilanjutkan dengan menerjemahkan cerita itu dalam bahasa Indonesia agar mempermudah penulis untuk melakukan analisis.
Setelah
menerjemahkan teks cerita tersebut penulis kemudian mengklasifikasikan data yang ada dalam teks cerita tersebut berdasarkan masalah yang telah ditentukan oleh penulis sebelumnya. 3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data ini dimulai dengan mengklasifikasikan data yang ada dalam teks cerita berdasarkan masalah. Jika sudah diklasifikasikan datanya maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan teori yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah semua data yang ada selesai dianalisis maka tahap terakhir yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan hasil analisis.
9
BAB IV ALUR CERPEN HANA KARYA AKUTAGAWA RYOUNOSUKE MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURAL AKTAN A.J GREIMAS 4.1 Analisis cerita dengan teori Aktan dan tabel fungsional. Penulis menganalisis aktan dalam tiap bagian dari cerpen Hana. Aktan itu sendiri terdiri dari beberapa bagian. Tiap bagian tersebut merupakan kisah yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada dalam cerita Hana. 4.1.1 Paragraf kedua : kekhawatiran yang dialami Naigu Berikut ini adalah kutipan bagian pertama dari cerita Hana yang menceritakan tentang kekhawatiran yang sedang dialami oleh Naigu. 五十歳を越えた内共は、沙弥の昔から、内道揚供奉の職に陞った今日まで、内心 では始終の鼻を苦に病んで来た。もちろん表面では、今でもさほど気にならない ような顔をしてすましている。これは専念に当来の浄土を渇仰すべき僧侶の身で、 鼻の心配をするのが嫌だったからである。内供は日常の談話の中に、鼻と云う語 が出て来るの何よりも惧れていた。 (芥川隆介、3536)
Go roku sai wo koeta naigu wa, syami no mukashi kara, naidoujyougubu no shoku ni nobatta nonnichi made, naishin dewa shiju kono hana wo ku ni yande kita. Mochiron hyomen dewa, ima de sahodo ki ni naranai youna kao to shite sumashiteiru tourai no joudo wo katsugyou subeki souriyo no mi de, hana no shinpai wo suru no ga warui to omotta kara bakari dewa nai. Sore yori mushiro, jibun de hana wo ki ni shite iru to iu koto wo, hito ni shirareru no ga iyadatta kara de aru. Naigu wa niche jou no danwa no naka ni, hana to iugo ga de te kuru no wo nani yori mo osoreteita. Naigu berusia 50 tahun. Sejak muda sudah mengabdi di istana kaisar sampai sekarang.selama ini batinnya tersiksa karena banyak hidungnya. Tentu saja kekhawatirannya itu tidak Nampak pada raut wajahnya, karena menurutnya sebagai seorang biksu yang taat dan menginginkan masuk surga tidak baik hanya mengkhawatirkan bentuk hidungnya. Lebih dari itu, naigu merasa khawatir dengan pembicaraan tentang hidungnya dalam percakapan sehari-hari. Kutipan diatas menceritakan tentang tokoh utama yang bernama Naigu yang
10
Sudah menggabdi pada istana kaisar dari dulu sampai sekarang. Serta kekhawatiran yang dialami Naigu. Tabel Model Fungsional : Situasi awal
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan
Sejak muda Naigu sudah mengabdi di istana kaisar sampai sekarang
Situasi akhir
Cobaan utama
Cobaan untuk kegemilangan
Batin Naigu Kekhawatiran yang tersiksa Naigu tentang karena hidungnya bentuk hidung yang berbeda
Kekhawatiran Naigu dengan pembicaraan tentang hidungnya dalam percakapan sehari-hari.
Naigu menerima keadaannya meskipun merasa khawatir dengan pembicaraan orang-orang
Pada situasi awal menggambarkan Naigu sudah mengabdi di istana kaisar sejak dulu sampai sekarang. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan batin Naigu yang tersiksa karena bentuk hidung yang berbeda. Karena batin yang tersiksa ini sehingga menimbulkan rasa khawatir dalam diri Naigu, dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap untuk mencapai kegemilangan yaitu kekhawatiran yang berlanjut karena selalu menjadi bahan pembicaraan.Situasi akhir terjadi ketika Naigu akhirnya menerima keadaan meskipun merasa khawatir dengan pembicaraan orang-orang. Skema Aktan Greimas :
Pengirim
Objek
Penerima
Batin Naigu yang tersiksa
Keadaan zenchi naigu
Zenchi naigu
11
Penolong
Subjek
Penentang
Zenchi naigu
Diri Zenchi Naigu
Rasa kekhawatiran Naigu
Zenchi Naigu sebagai penolong sekaligus penerima, karena Naigu disini yang melakukan aktifitasnya. Pengirimnya adalah batin Naigu yang tersiksa, karena pada paragraph ini memperlihatkan bagaimana batin Naigu tersiksa dengan keadaannya yang berbeda. Objeknya adalah keadaan Naigu. Sedangkan penentang yang ada dalam data ini adalah rasa khawatir yang dimiliki oleh Naigu itu sendiri. 4.1.2 Paragraf 3 : alasan yang dimiliki oleh Naigu terkait dengan hidungnya. Kutipan dibawah ini bercerita tentang alasan mengapa Naigu mempunyai keinginan untuk memendekkan hidungnya. 内供が鼻を持てあました理由は二つある。一つは実際的に、鼻の長いのが不便だ ったからである。第、一飯を食う時にも独りでは食えない。独りで食えば、鼻の 先が鋺の中の飯へとどいてしまう。そこで内供は弟子の一人を膳の向うへ座らせ て、飯を食う間中、広さ一寸長さ二尺ばかりの板で、鼻を持ち上げていてもらう 事にした。しかしこうして飯を食うと云う事は持上げている弟子にとっても、持 上げられている内供にとっても、決して容易な事ではない。一度この弟子の代り をした中童子が、嚏をした拍子に手がふるえて、鼻を粥の中へ落した話は、当時 京都まで喧伝された。 けれどもこれは内供にとって、決して鼻を苦に病んだ重 な理由ではない。内供は実にこの鼻によって傷つけられる自尊心のために苦しん だのである。 (芥川隆介、36) Naigu ga hana o mote ama shita riyu wa futatsu aru. Hitotsu wa jissai-teki ni, hana no nagai no ga fubendatta kara de aru. Dai, ichi meshi o kuu toki ni mo hitori de dokuniri dewa kaenai. Hitori de kueba, hana no saki ga kanamari no naka no meshi e todoite shimau. Sono de Naigu wa deshi no hitori o zen no mukau e suwarasete, meshi o kuu manaka, hirosa issuni nagasa ni shaku bakari no ita de, hana o mochi ageteite morau koto ni shita. Shikashi koushite meshi o kuu to iu koto wa,mocha agete iru deshi ni totte mo,mochi agerarete iru Naigu ni totte mo, kesshite yoi na koto dewa nai. Ichido kono deshi no kawari o shita chuudouji ga, kusame o shita hyoushi nit e ga furuete hana o kayu no naka e ochi shita hanashi wa touji Kyoto made kenden sareta. Keredo mo korewa Naigu ni totte, kesshite hana o ku ni yanda omona riyu dewa nai. Naigu wa mi ni kono hana yotte kizu kerareru jisonshin no tameni kushinda no de aru. 12
Naigu mempunyai dua alasan mengenai hidungnya yang menyusahkan itu. Salah satunya bahwa hidungnya yang panjang tidak praktis. Pertama saat makan, dia tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, ketika sedang makan Naigu meminta seorang muridnya untuk duduk di samping meja dan menggangkat hidungnya dengan kayu kira-kira panjangnya 60 cm dan lebar sekitar 2,5 cm. tetapi makan nasi dengan cara demikian, bagi muridnya yang mengangkat hidung Naigu dan bagi Naigu yang diangkat hidungnya bukan merupakan hal mudah. Suatu kali biarawan yang menggantikan murid Naigu, tangannya bergetar saat bersin dan hidung Naigu jatuh ke dalam bubur. Cerita tentang jatuhnya hidung Naigu ke dalam bubur tersebar sampai Kyoto. Hal ini sama sekali bukan alasan yang penting baginya untuk merasa sedih dengan hidungnya itu.
Kutipan diatas bercerita tentang alasan yang dimiliki oleh Naigu terkait dengan hidungnya yang tidak praktis apalagi ketika makan. Tabel Model Fungsional : Situasi awal
Naigu yang memiliki 2 alasan tentang hidungnya
TRANSFORMASI Cobaan awal atau tahap uji kecakapan Hidung Naigu yang menyusahkan
Situasi akhir
Cobaan utama Cobaan untuk kegemilangan Hidung Naigu yang tidak praktis membuat Naigu merepotkan orang lain, dan suatu kali hidungnya terjatuh ke dalam bubur
Kabar tentang jatuhnya hidung Naigu dalam bubur akhirnya menyebar
Naigu tidak merasa sedih tentang berita dirinya yang sudah tersebar
Pada situasi awal menggambarkan Naigu yang memiliki 2 alasan tentang hidungnya. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan Hidung Naigu yang selalu menyusahkan. Karena hidung yang tidak praktis membuat Naigu selalu merepotkan orang lain, sampai suatu ketika hidung Naigu dijatuhkan oleh chudouchi kedalam mangkuk bubur dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap
13
untuk mencapai kegemilangan yaitukabar tentang jatuhnya hidung Naigu dalam sudah menyebar.Situasi akhir terjadi ketika Naigu tidak merasa sedih dengan kabar yang sedang beredar tentang jatuhnya hidung Naigu ke dalam bubur. Skema Aktan Greimas :
Pengirim
Objek
Penerima
Keinginan Naigu untuk tidak selalu merepotkan muridnya
Hidung Naigu yang merepotkan
Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Perasaan untuk ingin meiliki hidung yang pendek
Hidung Naigu
Kabar tentang jatuhnya hidung Naigu
Perasaan untuk ingin memiliki hidung yang pendek sebagai penolong. Karena hal itu yang membantu Naigu untuk merubah hidung nya agar tidak selalu merepotkan orang lain. Penentangnya adalah kabar tentang jatuhnya hidung Naigu membuat dia sedikit khawatir. Sedangkan yang bertugas sebagai pengirim adalah keinginan yang di miliki Naigu untuk memendekkan hidungnya supaya tidak selalu merepotkan ketika akan melakukan aktifitas. 4.1.3 Paragraf kelima : pikiran yang dimiliki Naigu Kutipan di bawah ini menceritakan tentang Naigu yang sedang memikirkan tentang hidungnya. 第一に内供の考えたのは、この長い鼻を実際以上に短く見せる方法である。これ は人のいない時に、鏡へ向って、いろいろな角度から顔を映しながら、熱心に工 夫を凝らして見た。どうかすると顔の位置を換えるだけでは、安心が出来なくな って、頰杖をついたり頤の先へ指をあてがったりして、根気よく鏡を覗いて見る 事もあった。しかし自分でも満足するほど、鼻が短く見えた事は、これまでにた だの一度もない。時によると、苦心すればするほど、かえって長く見えるようん
14
気さえした。内供は、こう云う時には、鏡を箱へしまいながら、今更のようにた め息をついて、不承不承にまた元の経机をよみに帰るのである。 (芥川隆介、3 7)
Dai ichi ni Naigu no kangaeta nowa, kono nagai hana o jissai ijou ni mijikaku miseru houhou de aru. Kore wa hito no inai toki ni, kagami e mukkate, iroiro na kakudo kara kao o utsushinagara, nesshin ni kufuu o korashite mita. Doukasuru to, kao no ichi o kaeru dake dewa, anshin ga dekinakunatte, houdzue o tsuitari ago no sen e yubi o ate gattarishite, konki yoku anshin o nozoite miru koto mo atta. Shikashi jibun de mo manzoku suru hodo, hana ga mijiku mieta koto wa, kore made ni tada no ichido mo nai. toki ni yoru to, kushin sureba suru hodo, kaette nagaku mieru youna kisaeshita. Naigu wa kou iu toki wa, kagami o hook e shimai nagara, imasara no youni tame iki o tsuite, fushou bushou ni mata gen no kyoudzukue, kannonkyou o yomi ni kaeru node aru. Hal pertama yang dipikirkan Naigu adalah cara memperlihatkan agar hidungnya yang panjang terlihat pendek dari ukuran aslinya. Saat tidak ada orang, Naigu menghadap cermin dengan serius sambil mengamati pantulan wajahnya yang ada di cermindari berbagai sudut. Kadang-kadang hanya dengan mengubah letak wajahnya dia merasa tidak puas,lalu menopang dagu, meletakkan jarinya diujung dagu dan dengan penuh kesabaran mengamati wajahnya di cermin. Tetapi memperlihatkan agar hidungnya terlihat pendek selama ini tidak sekalipun memuaskan dirinya. Seiring berjalannya waktu, semakin mengkhawatirkan hidungnya semakin merasa terlihat bertambah panjang. Saat-saat demikian, sambil menyimpan cerminnya di laci, Naigu menghela nafas dan dengan terpaksa kembali ke meja membaca kitab suci dewi kannon.
Kutipan diatas menceritakan bagaimana Naigu sedang berpikir tentang bagaimana cara memperlihatkan hidungnya supaya menjadi pendek. Tabel Model Fungsional : Situasi awal
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan
Naigu dengan pikiran tentang hidung
Naigu berharap melihat hidungnya menjadi pendek di pantulan cermin
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan
Cobaan utama
Hanya Meskipun sudah dengan dengan sabar menggeser Naigu letak cermin memperlihatkan Naigu bentuk berusaha agar hidungnya di hidungnya dalam cermin terlihat tetapi belum pendek juga berubah
15
Naigu putus asa dengan bentuk hidungnya dan akhirnya menyimpan cermin itu kemudian membaca
alkitab
Pada situasi awal menggambarkan Naigu yang sedang memikirkan cara untuk membuat hidungnya terlihat memendek. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan tentang Naigu yang berharap agar melihat hidung terlihat pendek. Karena memikirkan cara akhirnya Naigu bercermin dan kadangkadang memindah letak cermin tersebut agar melihat hidungnya memendek dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap untuk mencapai kegemilangan yaitu kesabaran Naigu yang melihat hidungnya meskipun belum adaperubahan. Situasi akhir terjadi ketika Naigu mulai putus asa dengan bentuk hidungnya sehingga kemudian Naigu menyimpan cerminnya dan memutuskan untuk membaca kitab.
Skema Aktan Greimas : Pengirim
Objek
Penerima
Pemikiran tentang bentuk hidung Naigu
Perubahan bentuk hidung
Zenchi Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Usaha Naigu untuk memendekkan hidung
Hidung Naigu
Usaha yang tidak memperlihatkan hasil
16
Hidung Naigu sebagai subjek, karena hidung Naigu yang ingin mengalami perubahan bentuk. Sehingga menyebabkan Naigu merusaha untuk melalulan cara hidungnya mengalami perubahan. Tetapi cara yang dilakukan Naigu tidak menunjukkan hasil, ini merupakan penentang yang ada pada kutipan ini. 4.1.4 Paragraf 7 : keinginan Naigu untuk menemukan orang dengan hidung sepertinya. Kutipan dibawah ini bercerita tentang keinginan Naigu untuk menemukan orang yang memiliki bentuk hidung seperti dirinya. 最後に、内供は、内典外典の中に、自分と同じような鼻のある人物を見出して、 せめても幾分の心やりにしようとさえ思った事がある。けれども、目連や、舎利 弗の鼻が長かったとは、どの経文にも書いてない。もちろん竜樹や馬鳴も、人並 の鼻を備えた菩薩である。内供は、震旦の話の序に蜀漢の割玄徳の耳が長かった と云う事を聞くいた時に、それが鼻だったら、どのくらい自分は心細くなくなる だろいと思った。 (芥川隆介、 38) Saigo ni, Naigu wa, naitengeten no naka ni, jibun to onaji youna hana no aru jinbutsu o miidashite, semete mo ikubun no kokoroyari ni shiyou to sae omotta koto ga aru. Keredomo, mekuren ya sharihotsu no hana ga nagakatta to wa, dono kyoumon ni mo kai tenai. Mochiron ryuuki ya memyou mo, hitonami no hana o sonaeta bosatsu de aru. Nagu wa, shintan no hanashi no jo ni shokkan no wari gen toku no mimi ga nagakatta to iu koto o kiku ita toki ni, sore ga hanadattara dono kurai jibun wa kokorobososkunaku narudaro ito omotta. Untuk terakhir kali, Naigu akan merasa sedikit lega jika menemukan orang yang mempunyai hidung yang sama dengan dirinya di dalam kitab suci dan kitab-kitab lain. Tetapi di kitab suci maupun tidak tertulis tentang panjang hidung maudgalgayana dan sariputra. Tentu saja Nagarjuna dan Asvaghosa mempunyai hidung sama seperti orang pada umumnya. Saat mendengar bahwa Cina terdapat cerita tentang telingga panjang raja pertama dari dinansti Shu, dia merasa kecewa. Seanndainya cerita itu tentang hidung, dia akan merasa lega dan tidak merasa sendirian.
Kutipan tersebut berisi tentang apa yang telah dilakukan Naigu agar hidungnya bisa terlihat pendek seperti hidung masyarakat yang lain. Tabel Model Fungsionalnya :
17
Situasi awal
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan
Naigu akan merasa lega jika menemukan orang yang berhidung sama dengan dirinya
Di dalam kitab tersebut tidak di tuliskan panjang hidung dari maudagalgayana dan saroputra
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan
Cobaan utama Perasaan kecewa Naigu setelah mendengar cerita tentang telingga panjang raja pertama di dinasti shu
Naigu tidak menemukan hidung yang sama dengan hidungnya
Naigu merasa sendiri dengan keadaan hidung yang seperti itu
Pada situasi awal menggambarkan Naigu yang akan merasa lega jika menemukan orang yang berhidung seperti dirinya. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan Naigu yang sedang mencari informasi tentang hidung panjang didalam alkitab yang Naigu miliki dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap untuk mencapai kegemilangan yaitu tidak ditemukannya informasi seperti yang diharapkan Naigu. Situasi akhir terjadi ketika Naigu merasa sendiri dengan bentuk hidung yang berbeda dengan masyarakat umumnya. Skema Aktan Greimas :
Pengirim
Objek
Penerima
Keinginan Naigu untuk menemukan orang dengan hidung yang sama
Orang dengan hidung yang sama
Zenchi Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Kitab yang dimiliki Naigu serta orang yang dating ke kuil
Zenchi Naigu
Tidak adanya orang dengan hidung seperti Naigu
18
Keinginan Naigu untuk menemukan orang dengan hidung seperti dirinya sebagai pengirim, karena keinginan ini yang mendasari Naigu untuk membaca kitab serta melihat orang yang dapat ke kuil. Penentang yang ada dalam data ini adalah tidak ditemukannya orang dengan bentuk hidung seperti Naigu. 4.1.5 Paragraf 10 : Naigu yang pura-pura tidak memperdulikan hidungnya. Kutipan ini menceritakan Naigu yang pura-pura tidak mempedulikan bentuk hidungnya yang panjang. 内供は、いつものように、鼻などは気にかけないと云う風をして、わざとその法 もすぐにやって見ようとは云わずにいた。そうして一方では、気軽な囗調で、食 事の度ごとに、弟子の手数をかれるのが、心苦しいと云うような事を会った。内 心ではもちろん弟子の僧が、自分を説伏せて、この法を試みさせるのを待ってい たのである。弟子の僧にも、内供のこの策略がわからないはずはない。しかしそ れに対する反感よりは、内供のそう云う策略をとる心もちの方が、より強くこの 弟子の僧の同情と動かしたのであろう。弟子の僧は、内供の子期通り、口を極め て、この法を試みる事を勧め出した。そうして、内供自身もまた、その予期通り、 結局この熱心な勧告に聴徒する事になった。 (芥川隆介、 40) Naigu wa, itsumo no youni, hana nado wa ki ni kakenai to iu kaze o shite, wazoto sono hou mo sugu ni yatte miyou to wa iwazu ni ita. Soushite ippoude wa, kigaruna de, shokuji no do goto ni, deshi to tekazu o kareru no ga, kokorogurushii to iu youna koto o atta. Naishinde wa mochiron deshi no sou ga, jibun o tokifusete, kono hou o kokoromi saseru no matte ita nodearu. Deshi no sou ni mo, Naigu no kono sakuryaku ga wakaranai hazu wanai. Shikashi sore ni taisuru hankan yori wa, Naigu no sou iu sakuryaku o toru kokoromochi no kata ga, yori tsuyoku kono deshi no sou no doujou to ugokashita no de aru. Deshi no sou wa, Naigu no kokidouri, kuchiwokiwamete, kono hou o kokoro miru koto o susume dashita. Soshite, Naigu jishin mo mata, sono yoki douri kekkyoku kono nesshin na kankoku ni akira to suru koto ni natta. Naigu seperti biasa berpura-pura tidak mempedulikan hidungnya, dengan sengaja tidak berkomentar apapun dan segera melakukan cara itu. Di pihak lain, dengan nada ringan mengatakan bahwa dia merasa tidak enak karena ketika makan selalu merepotkan muridnya. Di dalam hatinya, dia menunggu muridnya yang akan meyakinkan dirinya untuk mencoba cara ini. Muridnya pun pasti tahu apa yang diinginkan oleh oleh Naigu. Tetapi perasaan antipati yang dihadapi Naigu ini menggerakan simpati muridnya untuk meyakinkan mencoba cara itu sesuai yang diinginkan oleh Naigu. Sesuai yang diinginkan
19
Naigu, muridnya itu diberitahu berbagai macam dan menganjurkan cara ini.
Kutipan diatas memperlihatkan bagaimana Naigu berupaya untuk menyembunyikan keinginannya memiliki hidung yang pendek. Tabel Model Fungsional : Situasi awal
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan
Naigu pura-pura tidak memperdulikan hidungnya
Naigu melakukan saran muridnya dengan alasan tidak enak karena selalu merepotkan
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan
Cobaan utama Naigu menunggu muridnya membujuk untuk melakukan cara itu
Naigu tidak ingin memperlihatkan perasaannya
Naigu di beritahu oleh muridnya berbagai macam cara yang dianjurkan
Pada situasi awal menggambarkan Naigu yang pura-pura tidak mempedulikan bentuk hidungnya sendiri. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan tentang Naigu yang sedang melakukan saran dari sang murid untuk memendekkan hidungnya dengan alasan tidak ingin selalu merepotkan muridnya. Naigu menunggu muridnya agar membujuk dirinya untuk mau melakukan cara dari muridnya dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap
untuk
mencapai
kegemilangan
yaitu
ketidak
inginan
Naigu
memperlihatkan perasaannya termasuk kepada sang murid. Situasi akhir terjadi ketika Naigu diberitahu oleh sang murid berbagai cara yang bisa dilakukan untuk memendekkan hidungnya. Skema Aktan Greimas : Pengirim
Objek
Penerima
Rasa pura-pura Naigu
Cara 20 untuk memendekkan hidung
Zenchi Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Bujukan dari sang murid
Keinginan memiliki hidung pendek
Perasaan malu Naigu
Objek yang ada dalam data ini adalah keinginan Naigu untuk memiliki hidung pendek. Tetapi Naigu malu ketika nanti ada orang yang mengetahui jika Naigu sedang mencari cara memendekkan hidungnya. Penentang yang timbul adalah perasaan malu jika ada orang yang mengetahui bahwa Naigu sedang berusahan untuk memendekkan hidungnya. 4.1.6 Paragraf 14 : hidung Naigu yang direbus Kutipan dibawah ini menceritakan bagaimana Naigu melakukan cara yang disarankan oleh sang murid. 弟子の僧は、内供が折敷のから鼻をぬくと、そのまだ湯気の立っている鼻 を、両足に力を入れながら、踏みはじめた。内供は横になって、鼻を床板 の上へのばしながら、弟子の僧の足が上下に動くのを眼の前に見ているの である。弟子の僧は、時々気に毒そうな顔をして、内供の禿げ顔を見下し ながら、こんな事を云った。痛うはござらぬかな。医師は責めてと申した で。じゃが、痛うわござらぬかな。 (芥川隆介、 44) Deshi no sou wa, Naigu ga oshiki no kara hana o nuku to, sono mada yuge no tatte iru hana o, ryouashi ni shikara o irenagara, fumi hajimeta. Naigu wa yoko ni natte, hana o yukuita no ue e nobashinagara, deshi no sou no ashi ga jouge ni ugoku no o me no mae ni mite iru no de aru. Deshi no sou wa, tokidoki ki ni doku souna kao o shite, Naigu no
21
hage gao o mikudashinagara, kon’na koto o yutta. Itau wagozaranu kana. Ishi wa semete to mou shita de. Jaga tsou uwagozaranu kana. Naigu mencabut hidungnya dari lubang baki, seandainya kedua kaki murid Naigu dapat masuk ke lubang baki hidungnya akan diinjak dengan asap yang masih mengepul di hidungnya. Naigu berbaring miring dan menaruh hidungnya diatas papan lantai sambil melihat di depan matanya sendiri muridnya menggerakkan kedua kakinya keatas kebawah. Kadang-kadang muridnya merasa kasihan sambil melihat kepala botak Naigu dan dia berkata “Apa tidak sakit? Dokter menyuruh menginjak keras. Kalau begini apa tidak sakit?”
Kutipan tersebut menceritakan tentang hidung Naigu yang sudah selesai direbus oleh sang murid didalam baki. Tabel Model Fungsional : Situasi awal
Hidung Naigu di cabut dari dalam lubang baki
Transformasi Cobaan awal Cobaan utama atau tahap uji kecakapan Rasa sakit yang Naigu melihat timbul jika denganmata kedua kaki sang sendiri jika sang murid murid sedang digunakan menggerakkan untuk kaki di atas menginjak hidung nya Naigu
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan Kesakitan yang timbul karena injakan kedua kaki muridnya
Hidung Naigu diinjak oleh sang murid
Pada situasi awal menggambarkan Naigu yang sedang mencabut hidungnya dari dalam lubang baki. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan tentang rasa sakit pada hidung Naigu yang timbul jika kedua kaki sang murid digunakan untuk menginjak. Naigu akhirnya melihat sendiri hidungnya sedang di injak-injak sang murid dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap untuk mencapai kegemilangan yaitu kesakitan yang
22
timbul karena injakan dari sang murid.Situasi akhir terjadi ketika hidung Naigu akhirnya selesai di injak oleh sang murid. Skema Aktan Greimas :
Pengirim
Objek
Penerima
Keinginan Naigu
Hidung Naigu
Zenchi Naigu
Penolong
Penentang
Subjek
Rasa sakit yang timbul dari cara itu Pengirim yang ada dalam kutipan ini adalah keinginan Naigu yang
Sang murid
Saran dari sang murid
kemudian dibantu oleh sang murid untuk mendapatkan bentuk hidung sesuai yang di harapkan. subjek yang ada adalah saran dari sang murid untuk memendekkan hidung Naigu. Penentangnya adalah rasa sakit yang muncul ketika cara yang disarankan oleh sang murid mulai dilakukan. 4.1.7 Paragraf 16 : hidung Naigu yang mulai memperlihatkan perubahan. Kutipan dibawah menceritakan bagaimana hidung Naigu akhirnya mengeluarkan butiran-butiran serjewawut dan menunjukkan perubahan setelah direbus dan diinjak. Tabel Model Fungsional : Situasi awal
Hidung Naigu mulai mengeluarkan butira-butiran serjewawut
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan Bentuk hidung Naigu seperti burung yang habis dipanggang
Cobaan utama Dihentikannya aktifitas yang dilakukan oleh sang murid pada hidung
23
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan Dicabutinya butiran-butiran itu dengan menggunakan pencabut bulu
Perubahan bentuk hidung Naigu setelah di injak
Naigu
Pada
situasi
awal
menggambarkan
hidung
Naigu
yang
sudah
mengeluarkan butiran-butiran serjewawut. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan bentuk hidung Naigu yang seperti burung yang habis di panggang. Setelah melihat itu akhirnya sang murid berhenti menginjak hidung Naigu, dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap
transformasi adalah tahap untuk
mencapai kegemilangan yaitu di cabutinya butiran yang keluar dari pori-pori hidung dengan menggunakan pencabut bulu. Situasi akhir terjadi ketika Naigu mengalami perubahan pada hidungnya. Skema Aktan Greimas : Pengirim
Objek
Penerima
Keluarnya butiran dari hidung
Hidung pendek
Hidung Naigu
Penolong
Subjek
Injakan dari sang murid
Naigu
Penentang Rasa sakit
Dari kutipan diatas dapat kita lihat bagaimana skema yang terbentuk. Pengirim yang menjalankan cerita ini adalah keluarnya butiran-butiran dari hidung Naigu. yang membantu mngeluarkan adalah injakan dari sang murid sehingga hidung Naigu benar-benar mengalami perubahan. 4.1.8 Paragraf 20 : kecemasan yang dialami oleh Naigu Kutipan dibawah ini menceritakan bagaimana kecemasan yang dialami oleh Naigu setelah hidungnya memendek.
24
しかし、その日はまだ一日、鼻がまた長くなりはしないかと云う不安があった。 そので内供は誦経する時にも、食事をする時にも、暇さえあれば手を出して、そ っと鼻の先にさわって見た。が、鼻は行儀よく唇の上に納まっているだけで、格 別それようり下へぶら下って来る景色もない。それから一晩寝てあくる日早く眼 がさめると内供はまず、第一に、自分の鼻を撫でて見た。鼻は俵然として短い。 内供はそこで、幾年にもなく法華経書写の功を積んだ時のような、のびのびした 気分になった。 (芥川隆介、 43-44) Shikashi, sonohi wa mada tsuitachi, hana ga mata nagaku nari wa shinai ka to iu fuan ga atta. Sono de naigu wa zukyō suru toki ni mo, shokuji o suru toki ni mo, hima sae areba te o dashite, sotto hana no saki ni sawatte mita. Ga, hana wa gyōgi yoku kuchibiru no ue ni osamatte iru dake de, kakubetsu sore-yōri shita e bura kudatte kuru keshiki mo nai. Sorekara hitoban nete akuruhi hayaku me ga sameru to naigu wa mazu, daiichi ni, jibun no hana o nadete mita. Hana wa Tawara Zen to shite mijikai. Naigu wa soko de, ikutose ni mo naku hokekyō shosha no kō o tsunda toki no yōna, nobinobi shita kibun ni natta. Tetapi hari itu, baru hari pertama Niagu cemas kalau hidungnya memanjang kembali. Maka saat membaca doa, maupun makan juga setiap ada kesempatan, Naigu meraba ujung hidungnya. Hidungnya tetap berada di atas bibir dan keadaannya tidak menggayut kebawah . setelah tidur semalam, Naigu bangun pago-pagi keesokan harinya, pertamatama yang dilakukannya adalah merasa hidungnya sendiri. Hidungnya masih pendek. ,aka dia merasa lega seperti saat selesai menulis kitab suci setelah beberapa tahun. Tabel Model Fungsional :
Situasi awal
Kecemasan Naigu akan keadaan hidungnya yang tiba-tiba bisa memanjang lagi
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan Saat Naigu melakukan aktifitas, Naigu merasa aneh
Situasi akhir
Cobaan utama Cobaan untuk kegemilangan Naigu khawatir akan hidungnya yang akan memanjang
Pengecekkan hidung yang dilakukan setiap hari
Hidung Naigu masih tetap pendek
Pada situasi awal menggambarkan Naigu sedang mengalami kecemasan jiak seatu saat hidungnya tiba-tiba memanjang lagi. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan,
25
dimana pada tahap ini menceritakan saat Naigu melakukan aktifitas, Naigu merasa ada yang aneh. Keanehan yang muncul mungkin Karena rasa khawatir akan hidung Naigu yang akan memanjang dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap untuk mencapai kegemilangan yaitu dilakukannya pengecekan hidung setiap hari. Situasi akhir terjadi ketika hidung Naigu masih dalam keadaan pendek. Skema Aktan Greimas : Pengirim
Objek
Penerima
Kecemasan Naigu
Sikap Naigu
Zenchi Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Keadaan hidung Naigu
Kekhawatiran Naigu
Bentuk hidung yang tetap pendek
4.1.9
Paragraf 21 : kejadian di luar dugaan yang dialami Naigu
Kutipan dibawah ini menceritakan tentang kejadian yang dai alami oleh Naigu dan di luar dugaan. ところが二三日たつ中に、内供は意外な事実を発見した。それは扜から、用事が あって、池の尾の時を訪れた持が、前よりも一層可笑しそうな顔をして、話も 碌々せずに、じろじろ内供の鼻ばかり眺めていた事である。それのみならず、か つて、内供の鼻を粥の中へ落した事のある中童子なぞは、講堂の外で内供と行き ちがった時に、始めは、下を向いて可笑さをこらえていたが、とうとうこらえか ねたと見えて、一度にふっと吹き出してしまった。用を云いつかった下法師たち が、面と向っている間だけは、一度や二度の事ではない。 (芥川隆介、 44) Tokoroga nisan'nichi tatsu naka ni, naigu wa igaina jijitsu o hakken shita. Sore wa Kara, yōji ga atte, ike noo no toki o otozureta ji ga, mae yori mo issō okashi-sōna kao o shite,banashi mo rokuroku sezu ni, jirojiro naigu no hana bakari nagamete ita kotodearu. Sore
26
nomi narazu, katsute, naigu no hana o kayu no naka e otoshita koto no aru chūdōji nazo wa, kōdō no soto de naigu to iki chigatta toki ni, hajime wa,-ka o muite ka Emi-sa o koraete itaga, tōtō korae kaneta to miete, ichido ni futto fukidashite shimatta.-Yō o ii tsukatta shimobōshi-tachi ga,-men to mukatte iru ma dake wa, ichido ya nido no kotode wanai. Dua-tiga hari berikutnya di kuil Ike no O, Naigu mengalami kejadian yang diluar dugaan. Bertepatan dengan datangnya seorang samurai mengunjungi kuil Ike no O untuk suatu keperluan. Samurai dengan wajah aneh tanpa mengucapkan sepatah kata, samurai hanya memandang hidung Naigu. Tidak hanya itu biarawan yang pernah menjatuhkan hidung Naigu kedalam bubur ketika berpapasan dengan Naigu di luar ruangan mulamula memandang ke bawah menahan geli tetapi tawanya pecah tak tertahankan lagi. tidak hanya sekali-dua kali, biarawan pesuruh yang diberinya perintah mula-mula mendengarkan dengan hormat saat berhadapan dengan Naigu tetapi kemudian tertawa terpingkal-pingkal setelah membelakangi Naigu.
Tabel Model Fungsional :
Situasi awal
Hasil perebusan hidung Naigu untuk kedua kalinya
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan Perubahan hidung Naigu yang tidak ada bedanya dengan burung betet
Situasi akhir
Cobaan utama Cobaan untuk kegemilangan Rasa malu dan ragu-ragu Naigu untuk mengetahui hasilnya
Saat Naigu menerima cermin dari sang murid untuk mengetahui hasilnya
Hidung Naigu menjadi benar-benar pendek
Pada situasi awal menggambarkan hasil perebusan hidung Naigu untuk kedua kalinya. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan perubahan hidung Naigu yang tidak ada bedanya dengan burung betet. Karena perubahan itu Naigu merasa malu dan ragu untuk mengetahui hasil dari
27
perebusan hidungnya dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap untuk mencapai kegemilangan yaitu saat Naigu menerima cermin dari sang murid untuk kemudian melihat hasilnya. Situasi akhir terjadi ketika hidung Naigu akhirnya benar-benar menjadi pendek.
Skema Aktan Greimas : Pengirim
Objek
Penerima
Proses perebusan kedua
Perubahan hidung
Zenchi Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Bantuan sang murid
Hidung Naigu
Rasa malu dan ragu
Pengirim yang ada dalam kutipan ini adalah proses perebusan kedua yang dilakukan. Sedangkan penolongnya adalah bantuan sang murid untuk membantu proses perebusan tersebut. Dan penentang yang ada yaitu rasa malu dan ragu yang dimiliki Naigu ketika akan mengetahui hasil perebusan tersebut. 4.1.10 Paragraf 25 : suasana hati Naigu Kutipan dibawah ini menceritakan suasana hati yang dialami oleh Naigu. そこで内供は日ごとに機嫌が悪くなった。二言めには、誰でも意池悪く叱りつけ る。しまいには鼻の療治をしたあの弟子の僧でさえ、「内供は法慳貪の罪を受け られるぞ」と陰口をきくほどになった。殊に内供を怒らせたのは、例の悪戯な中 童子である。ある日、けたたましく犬の吠える声がするので、内供が何気なく外 へ出て見ると、中童子は、二尺ばかりの木の片をふりまわして、毛の長い、痩せ た尨犬を逐いまわしている。それもただ、逐いまわしているのではない。「鼻を 打だれまい。それ、鼻を打だれまい」と囃しながら、逐いまわしているのである。 内供は、中童子の手からその木の片をひったくって、したたかその顔を打った。 木の片は以前の鼻持上げの木だったのである。 (芥川隆介、 46)
28
Sokode naigu wa Ni~Tsu-goto ni kigen ga waruku natta. Nigon-me ni wa, daredemo i ike waruku shikaritsukeru. Shimaini wa hana no ryōji o shita ano deshi no sōde sae,`naigu wa hō kendon no tsumi o uke rareru zo' to kageguchiwokiku hodo ni natta. Kotoni naigu o okora seta no wa, rei no itazurana chūdōjidearu. Aru Ni~Tsu, ketatamashiku inu no hoeru koe ga surunode, naigu ga nanigenaku soto e dete miru to,-chū dōji wa, ni-shaku bakari no ki no kata o furimawashite, ke no nagai, yaseta mukuinu o oi mawashite iru. Sore mo tada, oi mawashite iru node wanai. `Hana o da daremai. Sore, hana o da dare mai' to hayashinagara, oi mawashite iru nodearu. Naigu wa,-chū dōji no te kara sono Ki no kata o hittakutte, shitataka sono-gao o utta. Ki no kata wa izen no hana mochiage no kidatta nodearu. dari hari ke hari, suasana hati Naigu kian memburuk. Naigu selalu memarahi siapapun yang berperilaku buruk. Puncaknya adalah ketika muridnya yang telah merawat hidungnya menggosipkan Naigu menggukum orang yang tidak bersalah. Terutama biarawan yang nakal yang dimarahi Naigu. Suatu hari karena mendengar gonggongan anjing, Naigu keluar rumah. Tanpa sengaja dia melihat biarawan sedang memburu anjing kurus berbulu dan mengayun-ayunkan kayu yang panjang kira-kira 60 cm. tidak hanya itu dia mengejar sambil mengolok-olok,” Awas kupukul hidungmu! Nanti kupukul hidungmu!” Naigu merebut kayu dari tangan biarawan dan sekuat tenaga memukulkan ke wajah muridnya. Ki no kire adalah kayu yang digunakan untuk mengangkat hidungnya dulu. Tabel Model Fungsional :
Situasi awal
Susana hati Naigu yang kian memburuk
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan Naigu selalu memarahi siapapun yang berperilaku buruk
Cobaan utama Digosipkannya Naigu yang menghukum murid tidak berdosa
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan Naigu melihat seorang biarawan yang sedang mengejar anjing dengan menggayunayunkan kayu
Naigu merebut kayu yang dulu digunakan untuk menggangkat hidungnya, sekarang digunakan untuk memukul anjing
Pada situasi awal menggambarkan suasana hati Naigu yang kian memburuk. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan Naigu yang selalu memarahi siapapun yang berperilaku buruk. Tersiksa. Karena
29
sering memarahi muridnya Naigu digosipkan jika Naigu suka menghukum murid yang tidak bersalah dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap
transformasi adalah tahap untuk
mencapai kegemilangan yaitu Naigu yang melihat chudouchi memengejar anjing dengan menggayun-ayunkan kayu.Situasi akhir terjadi ketika Naigu merebut kayu dari tangan chudouchi. Skema Aktan Greimas :
Pengirim
Objek
Penerima
Suasana hati Naigu
Perasaan Naigu
Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Sikap chudouchi
Naigu
Rasa kecewa Naigu
Pengirim nya adalah suasana hati dari Naigu yang kian hari kian tidak karuan. Apalagi Naigu sering memarahi semua orang termasuk murid yang tidak bersalah. Subjeknya adalah Naigu itu sendiri. Sedangkan objeknya adalah suasana hati dari Naigu. 4.1.11 Paragraf 26 : perasaan menyesal yang daialami Naigu Kutipan dibawah ini bercerita tentang perasaan menyesal yang dialami Naigu karena telah memendekkan hidung dengan paksa. 内供はなまじいに、鼻の短くなったのが、かえって恨めしくなった。するとある 夜の事である。日が暮れてから急に風が出たと見えた、塔の風鐸の鳴る音が、う るさいほど枕に通って来た。その上、寒さもめっきり加わったので、老年の内供 は寝つこうとしても寝つかれない。そので床の中でまじまじしていると、ふと鼻 がいつになく、むず痒いのに気がついた。手をあてて見ると少し水気だ来たよう にむくんでいる。どうやらそこだけ、熱さえもあるらしい。 無理に短うしたで、 病が起ったのかも切れぬ.内供は、前に香花を供えるような恭しい手つきで、鼻 を抑えながら、こう粒やいた。 (芥川隆介、 47) Naigu wa namajī ni, hana no mijikaku natta no ga, kaette urameshiku natta. Suruto aru yoru no kotodearu.-Bi ga kurete kara kyū ni kaze ga deta to mieta,-tō no kaze No naru oto ga, urusai hodo makura ni tōtte kita. Sono Ue, samu-sa mo mekkiri kuwawattanode,
30
rōnen no naigu wa netsukou to shite mo netsuka renai. Sono de yuka no naka de majimaji shite iru to, futo hana ga itsu ni naku, muzugayui no ni kigatsuita. Te o atete miru to sukoshi mizukeda kita yō ni mukunde iru. Dōyara soko dake, netsu sae mo arurashī. Muri ni mijikau shita de,-byō ga okotta no kamo kirenu. Naigu wa, mae ni kōbana o sonaeru yōna uyauyashī tetsuki de, hana o osaenagara, kō tsubu yaita. Naigu menyesal telah memendekkan hidungnya. Suatu malam, karena karena hempasan angin tiba-tiba bunyi berisik lonceng menara kuil terdengar oleh Naigu di tempat tidur. Lebih daripada itu karena udaranya dingin, Naigu yang sudah tua ingin tidur tetapi tidak bisa. Ketika berbaring tidur di tempat tidur tiba-tiba merasa gatal pada hidungnya. Saat diraba hidungnya lembab membengkak. Rupanya tidak hanya itu, badannya pun terasa panas,”mungkin sakitnya karena memendekkan hidup dengan paksa”, gumamnya sambil menekan hidungnya seperti ketika membakar dupa dan menyajikan bunga pada sang budha. Tabel Model Fungsional :
Situasi awal
Perasaan menyesal Naigu karena telah memendekkan hidungnya
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan
Cobaan
Naigu yang tidak bisa tidur karena bunyi brisik lonceng dan angin
Rasa gatal yang tiba-tiba pada hidung Naigu
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan
utama
Hidung Naigu terasa lembab
Badan Naigu terasa panas karena memendekkan hidung secara paksa
Pada situasi awal menggambarkan perasaan penyesalan yang dialami Naigu karena telah memendekkan hidung. Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan Naigu yang tidak bisa tidur karena suara lonceng dan juga suara angin. Pada saat yang bersamaan hidungnya Naigu juga mengalami gatal dan inilah yang masuk dalam transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap
transformasi adalah tahap untuk
mencapai kegemilangan yaitu hidung Naigu yang mulai terasa lembab.Situasi akhir terjadi ketika badan Naigu terasa panas mungkin karena memendekkan hidung secara paksa. Skema Aktan Greimas :
31
Pengirim
Objek
Penerima
Perasaan menyesal Naigu
Penyesalan Naigu
Hidung Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Perubahan yang dialami
Keadaan Naigu
Hidung yang masih pendek
Pengirim dari data ini adalah perasaan menyesal yang dialami Naigu pasca pemendekkan hidungnya. Penolongny adalah perubahan yang dialami Naigu sendiri. Penerimanya adalah Hidung Naigu. sedangkan penentangnya adalah hidung Naigu yang masih pendek.
4.1.12 Paragraf 28 : Kutipan dibawah ini bercerita tentang 内供は慌てて鼻へ手をやっ。手にさわるものは、昨夜の短い鼻ではない。上唇の 上から唇顋の下まで、五六寸あまりもぶら下っている。昔の長い鼻である。内供 は鼻が一夜の中に、また元の涌り長くなったのを知った。そうしてそれと同時に、 鼻が短くなった時と同じような、はればれした心もちが、どこからともなく帰っ て来るのをじた。 こうなれば、もう誰を哂うものはないにちがいない。内供は心の中でこう自分に 囁いた。長い鼻をあげ方の秋風にぶらつかぜながら。 (芥川隆介、 48) Naigu wa awatete hana e te o ya~tsu. Te ni sawaru mono wa, sakuya no mijikai hanade wanai. Uwakuchibiru no ue kara kuchibiru No shita made, gorokusun amari mo bura kudatte iru. Mukashi no nagai hanadearu. Naigu wa hana ga ichiya no naka ni, mata gen no Ri nagaku natta no o shitta. Sōshite sore to dōjini, hana ga mijikaku natta toki to onajiyōna, harebare shita kokoromochi ga, doko karatomo naku kaette kuru no ojita. Kō nareba, mō dare o warau mono wa nai ni chigainai. Naigu wa kokoro no naka de kō jibun ni sasayaita. Nagai hana o age-kata no akikaze ni buratsuka zenagara.
32
Naigu panik langsung meletakkan tangannya ke hidung. Yang teraba dengan tangan bukan hidung yang pendek semalem tetapi hidung panjang yang menggayut 15-16 cm dari atas bibir sampai bawah dagu. Naigu sadar bahwa hidungnya memanjang dalam semalam. Bersamaan dengan itu, entah dari mana, perasaan lega seperti ketika merasakan hidungnya menjadi pendek muncul kembali. “kalau begini pasti tidak aka nada seorangpun yang menertawakanku lagi”,bisiknya dalam hati sambil mengibasibaskan hidungnya yang panjang pada angin musim gugur. Tabel Model Fungsional :
Situasi awal
Naigu yang panic langsung meletakkan tangannya di hidung
Transformasi Cobaan awal atau tahap uji kecakapan
Cobaan
Naigu meraba hidung yang ternyata sudah panjang kembali
Perasaan lega Naigu sama seperti ketika hidungnya pendek
Situasi akhir Cobaan untuk kegemilangan
utama
Rasa percaya Naigu bahwa tidak ada orang yang akan menertawakannya
Hidung Naigu kembali memanjang pada musim gugur
Pada situasi awal menggambarkan Naigu yang panik langsung meletakkan tangannya di hidung.Tahap transformasi terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama
adalah cobaan awal atau tahap uji kecakapan, dimana pada tahap ini menceritakan Naigu meraba hidung yang ternyata sudah panjang kembali . Perasaan lega Naigu sama seperti ketika hidungnya pendek dan inilah yang masuk dalam
transformasi yang kedua, yaitu cobaan utama.Tahap ketiga dalam tahap transformasi adalah tahap untuk mencapai kegemilangan yaitu Rasa percaya Naigu bahwa tidak ada orang yang akan menertawakannya.Situasi akhir terjadi ketika Hidung Naigu kembali memanjang pada musim gugur.
Skema Aktan Greimas : Pengirim
Objek
Penerima
Rasa panik Naigu
Perubahan hidung Naigu menjadi panjang
Naigu
Penolong
Subjek
Penentang
Rasa aneh Naigu
Hidung Naigu
Rasa tidak percaya Naigu
33
Pengirim pada data ini adalah rasa panic Naigu ketika bangun, karena hidungnya sudah menjadi panjang kembali dalam semalam. Penentangnya adalah rasa tidak percaya bahwa hidung Naigu bisa kembali kebentuk semula. 4.2 Kuantitas Aktan Kuantitas aktan dalam cerita Hana berjumlah 11 buah. Kesebelas aktan tersebut dalam bentuk skema adalah sebagai berikut : 1) Batin Naigu yang tersiksa
keadaan Naigu
Zenchi
Naigu (Pengirim)
Zenchi Naigu Naigu (penolong) 2) keinginan Naigu
(objek)
Diri Zenchi naigu
(penerima)
Rasa
(subjek)
khawatir (penentang)
hidung Naigu yang merepotkan
Zenchi
Naigu (pengirim)
perasaan untuk
(objek)
hidung Naigu
memiliki hidung pendek
(penerima)
kabar tentang jatuhnya
hidung
Naigu (penolong)
3) Pemikiran tentang
(subjek)
perubahan bentuk hidung
(penentang)
Zenchi Naigu
Bentuk hidung (pengirim)
usaha Naigu untuk
(objek)
Hidung Naigu
(penerima)
usaha Naigu untuk
tidak memendekkan hidung
memperlihatkan hasil
34
(penolong)
4) keinginan Naigu untuk menemukan
(subjek)
(penentang)
orang dengan hidung
zenchi Naigu
yang sama
orang (pengirim)
kitab Naigu
(objek)
Zenchi Naigu
(penerima)
tidak adanya orang yang seperti Naigu
(penolong)
5) Rasa pura-pura
(subjek)
(penentang)
cara untuk memendekkan hidung
Zenchi
Naigu (pengirim)
Bujukan dari murid
(objek)
keinginan Naigu
(penerima)
perasaan
malu
Naigu (penolong) 6) keinginan Naigu (pengirim)
(subjek)
(penentang)
hidung Naigu (objek)
zenchi Naigu (penerima)
sang murid
saran dari sang murid
(penolong)
(subjek)
(penentang)
hidung pendek
hidung Naigu
(objek)
(penerima)
7) Keluarnya butiran (pengirim)
rasa sakit hati
Injakan sang murid
Naigu
Rasa sakit
(penolong)
(subjek)
(penentang)
sikap Naigu
Zenchi Naigu
(objek)
(penerima)
8) Kecemasan Naigu (pengirim)
35
Keadaan hidung
kekhawatiran Naigu
bentuk hidung
(subjek)
(penentang)
perubahan hidung
Zenchi Naigu
(pengirim)
(objek)
(penerima)
Bantuan sang murid
hidung Naigu
Rasa malu dan
(subjek)
(penentang)
perasaan Naigu
Naigu
(pengirim)
(objek)
(penerima)
Sikap Naigu
Naigu
Rasa
tetap (penolong) 9) Proses perebusan ke2
ragu (penolong) 10) Suasana hati Naigu
kecewa
Naigu (penolong) 11) Perasaan menyesal Naigu
(Subjek)
(penentang)
penyesalan Naigu
Hidung Naigu
(pengirim)
(objek)
(penerima)
Perubahan yang dialami
keadaan Naigu
hidung
(subjek)
(penentang)
Perubahan hidung
Naigu
(pengirim)
(objek)
(penerima)
Rasa aneh Naigu
Hidung Naigu
rasa
(subjek)
(penentang)
yang
pendek (penolong) 12) Rasa panic Naigu
tidak
percaya (penolong)
Secara keseluruhan semua aktan yang ada memiliki fungsi aktan sempurna.
36
BAB V KESIMPULAN
5. Kesimpulan Setelah penulis selesai melakukan analisis pada cerita Hana dengan menggunakan skema aktan Greimas dan tabel fungsional Greimas, kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis dari analisis yang dilakukan di bab IV adalah sebagai berikut : 1. Semua aktan yang ada dalam cerita ini mempunyai fungsi peran yang sempurna. Karena keduabelas aktan yang ada tidak ada yang kosong.
37
DAFTAR PUSTAKA Arisya, Renda Ika. (2012). Struktural aktan Greimas dan model fungsional Greimas pada cerpen yabu no naka. UDINUS Semarang : tidak diterbitkan. Estiningrum, Finna Dwi. (2011). Cerita rakyat ki sondong makerti dalam perspektif Greimas. UNNES Semarang : tidak diterbitkan. Heriyanto Dwi, Agus Cahyono. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang : Widya karya. Kutha Ratna, Nyiman, Prof. Dr. S.U. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ryounosuke, Akutagawa. Chikuma Nihon Bungakku 002 . chikumasobou. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2027031-pengertian-metodekualitatif/ http://bangpek-kuliahsastra.blogspot.com/2013/07/implementasi-struktur-naratifaj.html http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00303-JP%20Bab%202.pdf
DAFTAR PUSTAKA Arisya, Renda Ika. (2012). Struktural aktan Greimas dan model fungsional Greimas pada cerpen yabu no naka. UDINUS Semarang : tidak diterbitkan.
38
Estiningrum, Finna Dwi. (2011). Cerita rakyat ki sondong makerti dalam perspektif Greimas. UNNES Semarang : tidak diterbitkan. Heriyanto Dwi, Agus Cahyono. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang : Widya karya. Kutha Ratna, Nyiman, Prof. Dr. S.U. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ryounosuke, Akutagawa. Chikuma Nihon Bungakku 002 . chikumasobou. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2027031-pengertian-metodekualitatif/ http://bangpek-kuliahsastra.blogspot.com/2013/07/implementasi-struktur-naratifaj.html http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00303-JP%20Bab%202.pdf
39
Lampiran teks hana Orang-orang di Ike no O tidak ada yang tidak tahu tentang hidung biksu Naigu. Panjang hidungnya sekitar 15-16 cm, menjuntai dari atas bibir sampai bawah dagu. Bentuknya sama besar dari pangkal hingga ujung hidung. Katakanlah sperti sosis yang ciut panjang dan menggayut di tengah-tengah wajah. Naigu berusia 50 tahun. Sejak muda sudah mengabdi di istana kaisar sampai sekarang. Selama ini batinnya tersiksa karena bentuk hidungnya. Tentu saja kekhawatirannyaitu tidak Nampak pada raut wajahnya, karena menurutnya sebagai biksu yang taat dan menginginkan masuk surge tidak baik hanya mengkhawatirkan bentuk hidungnya. Lebih daripada itu, Naigu merasa khawatir dengan pembicaraan tentang hidungnya dalam percakapan sehari-hari. Naigu mempunyai dua alasan mengenai hidungnya yang menyusahkan itu. Salah satunya bahwa hidungnya yang panjang tidak praktis. Pertama saat makan, dia tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, ketika sedang makan Naigu meminta seorang muridnya untuk duduk di samping meja dan menggangkat hidungnya dengan kayu kira-kira panjangnya 60 cm dan lebar sekitar 2,5 cm. tetapi makan nasi dengan cara demikian, bagi muridnya yang mengangkat hidung Naigu dan bagi Naigu yang diangkat hidungnya bukan merupakan hal mudah. Suatu kali biarawan yang menggantikan murid Naigu, tangannya bergetar saat bersin dan hidung Naigu jatuh ke dalam bubur. Cerita tentang jatuhnya hidung Naigu ke dalam bubur tersebar sampai Kyoto. Hal ini sama sekali bukan alasan yang penting baginya untuk merasa sedih dengan hidungnya itu. Oroang-orang di Ike no O mengatakan bahwa Naigu beruntung menjadi seorang biksu karena berhidung seperti iyu. Dengan berhidung demikian, maka tidak ada seorang wanita pun yang akan menjadi istrinya. Namun ada pula di antara orang-orang itu yang beranggapan Naigu menjadi biksu agama budha karena hidungnya. Padahal dia merasa terganggu dengan hidungnya meskipun dirinya seorang biksu. Naigu terlalu peka terhadap kenyataan yang dihadapinya seperti istri. Oleh Karena itu, dia mencoba mengembalikan kehormatannya dengan cara aktif dan pasif. Hal pertama yang dipikirkan Naigu adalah cara memperlihatkan agar hidungnya yang panjang terlihat pendek dari ukuran aslinya. Saat tidak ada orang, Naigu menghadap cermin dengan serius sambil mengamati pantulan wajahnya yang ada di cermindari berbagai sudut. Kadang-kadang hanya dengan mengubah letak wajahnya dia merasa tidak puas,lalu menopang dagu, meletakkan jarinya diujung dagu dan dengan penuh kesabaran mengamati wajahnya di cermin. Tetapi memperlihatkan agar hidungnya terlihat pendek selama ini tidak sekalipun memuaskan dirinya. Seiring berjalannya waktu, semakin mengkhawatirkan hidungnya semakin merasa terlihat bertambah panjang. Saat-saat demikian, sambil menyimpan cerminnya di laci, Naigu menghela nafas dan dengan terpaksa kembali ke meja membaca kitab suci dewi kannon. Setelah itu, Naigu kembali terus menerus memperhatikan hidung orang lain. Kuil Ike no O adalah kuil yang sering digunakan untuk menjamu para biksu dan memberikan ajaran budha. Di dalam kuil masih berlangsung pembangunan rumah biksu dan setiap hari para biksu mendidihkan air di tempat pemandian kuil. Oleh Karena itu, banyak orang yang datang
40
dan pergi ke kuil baik dari kalangan biksu maupun orang biasa. Dengan amat sabar Naigu memperhatikan wajah orang-orang yang datang dan pergi itu. Dia akan merasa senang jika dapat menemukan orang yang berhidung seperti dirinya meskipun hanya seorang.oleh karena itu, dia tidak mempedulikan pakaian berwarna biru dan pakaian yangberwarna putih. Apalagi topi yang berwarna merah apel dan pakaian berwarana abu-abu tidak tampak berbeda dimatanya. Naigu tidakmelihat orang, hanya hidung saja yang dilihatnya. Tetapi meskipun ada hidung yang meruncing dan menghadap ke bawah, tidak ada seorangpun yang memiliki hidung seperti dirinya. Berulang kali Naigu tidak menemukan seseorang yang memiliki hidung seperti itu dan perasaannya makin tidak senang lagi. tanpa sadar Naigu menjepit ujung hidungnya yang menjuntai sambil berbicara dengan orang lain dank arena malu wajahnya memerah padam. Perbuatannya itu digerakkan oleh perasaan yang sama sekali tidak senang. Untuk terakhir kali, Naigu akan merasa sedikit lega jika menemukan orang yang mempunyai hidung yang sama dengan dirinya di dalam kitab suci dan kitab-kitab lain. Tetapi di kitab suci maupun tidak tertulis tentang panjang hidung maudgalgayana dan sariputra. Tentu saja Nagarjuna dan Asvaghosa mempunyai hidung sama seperti orang pada umumnya. Saat mendengar bahwa Cina terdapat cerita tentang telingga panjang raja pertama dari dinansti Shu, dia merasa kecewa. Seanndainya cerita itu tentang hidung, dia akan merasa lega dan tidak merasa sendirian. Tidak dikatakan disini secara khusus bahwa secara pasif mencari di kitab suci dia merasa pusing, dia juga dengan aktif mencari berbagai cara untuk memendekkan hidungnya. Sedapat mungkin dia melakukan berbagai hal. Dia juga pernah mencoba minum rebusan air timun dan mengoleskan air kencing tikus ke hidungnya. Tetapi bagaimanapun juga, bukankah hidungnya masih menjuntai dari atas bibir dan panjangnya 15-16cm seperti dulu. Suatu ketika di musim gugur, muridnya pergi ke Kyoto, untuk belajar cara memendekkan hidung yang panjang dari dokter kenalannya demi kepentingan Naigu. Dokter itu adalah seorang laki-laki dating dari Cina, dalam waktu yang sama dia menjadi tabib dan biksu di kuil Choraku. Naigu seperti biasa berpura-pura tidak mempedulikan hidungnya, dengan sengaja tidak berkomentar apapun dan segera melakukan cara itu. Di pihak lain, dengan nada ringan mengatakan bahwa dia merasa tidak enak karena ketika makan selalu merepotkan muridnya. Di dalam hatinya, dia menunggu muridnya yang akan meyakinkan dirinya untuk mencoba cara ini. Muridnya pun pasti tahu apa yang diinginkan oleh oleh Naigu. Tetapi perasaan antipati yang dihadapi Naigu ini menggerakan simpati muridnya untuk meyakinkan mencoba cara itu sesuai yang diinginkan oleh Naigu. Sesuai yang diinginkan Naigu, muridnya itu diberitahu berbagai macam dan menganjurkan cara ini. Kemudian Naigu sendiri akhirnya mendengarkan saran ini dengan sungguh –sungguh, sarannya sangat mudah yaitu hanya dengan merebus hidung kedalam air panas kemudian diinjak. Setiap hari air panas dididihkan di tempat pemandian kuil. Di situ muridnya segera menuangkan air yang sangat panas kedalam teko yang diambil dari tempat pemandian. Saking panasnya sampai-sampai jarinya pun tidak sanggup untuk dicelupkan ke dalam teko. Tetapi kalau mencelupkan hidung secara langsung ke dalam teko, dikhawatirkan wajah naigu akan terbakar karena
41
hembusan uap panas. Oleh Karen aitu, muridnya melubangi baki dan menutup teko dengan baki yang sudah dilubangi. Lalu dari dalam lubang baki, hidung Naigu dicelupkan ke dalam air panas. Dengan hanya “ sudah saatnya direbus!”, kata muridnya beberapa saat kemudian. Naigu tersenyum pahit. Karena kalau ada yang mendengar tentu siapapun tidak akan berpikir bahwa yang dibicarakan adalah tentang hidung. Setelah diuapi dengan air panas, hidungnya terasa gatal seperi digigit kutu. Naigu mencabut hidungnya dari lubang baki, seandainya kedua kaki murid Naigu dapat masuk ke lubang baki hidungnya akan diinjak dengan asap yang masih mengepul di hidungnya. Naigu berbaring miring dan menaruh hidungnya diatas papan lantai sambil melihat di depan matanya sendiri muridnya menggerakkan kedua kakinya keatas kebawah. Kadangkadang muridnya merasa kasihan sambil melihat kepala botak Naigu dan dia berkata “Apa tidak sakit? Dokter menyuruh menginjak keras. Kalau begini apa tidak sakit?” Naigu berusaha menggeleng menandakan tidak sakit. Tetepi karena hidungnya terinjak maka lehernya tidak bisa menggeleng. Sambil memperhatikan kaki muridnya yang pecahpecah, Naigu menjawab dengan suara seperti orang marah.”tidak sakit!” sebenarnya karena diinjak pada bagian yang gatal, hidungnya terasa lebih enak daripada merasa sakit. Setelah diinjak, maka hidung Naigu mulai mengeluarkan seperti butiran-butiran jewawut. Bentuknya seperti burung yang dipanggang setelah dicabuti bulunya. Ketika melihat hal itu, muridnya menghentikan injakan kakinya dan berkata seperti berbicara kepada dirinya sendiri, “ini dicabut dengan pencabut bulu.” Naigu menggembungkan pipinya merasa tidak puas. Tetapi dia tetap membiarkan muridnya. Tentu saja Naigu tidak mengetahui kabaikan hati muridnya. Meskipun tahu, muridnya akan memperlakukan seperti hidungnya sendiri, karena merasa tidak enak. Wajah Naigu seperti pasien yang dioperasi oleh dokter yang tidak dipercaya. Naigu memperhatikan muridnya yang sedang mencabut lemak dari pori-pori hidungnya dengan pencabut bulu. Lemaknya kira-kira 12 mili dan bentuknya seperti batang bulu burung . setelah selesai melakukan ini, muridnya terlihat lega. “sebaiknya direbus sekali lagi!”, perintah muridnya. Naigu mengernyitkan dahi dan memperlihatkan wajah mengeluh, lalu menuruti perkataan muridnya . setelah direbus untuk kedua kalinya, hidung Naigu berubah menjadi pendek. Hidungnya yang berubah menjadi pendek tidak ada bedanya seperti paruh burung betet. Dengan ragu-ragu dan malu, Naigu melihat ke cermin yang diberikan oleh muridnya sambil mengusap hidungnya yang pendek. Hamper tidak dapat dipercaya, hidungnya yang semula menjuntai sampai bawah dagu berubah menjadi pendek. Kini hidungnya berada di atas bibir dan Naigu melanjutkan hidungnya. Disana sini tampak bintik-bintik merah bekas injakan kaki. Kalau begini pasti tidak akan ada lagi yang menertawakan. Wajah yang ada di dalam cermin melihat wajah Naigu yang ada diluar cermin lalu mengedipkan mata merasa puas. Tetapi hari itu, baru hari pertama Niagu cemas kalau hidungnya memanjang kembali. Maka saat membaca doa, maupun makan juga setiap ada kesempatan, Naigu meraba ujung hidungnya. Hidungnya tetap berada di atas bibir dan keadaannya tidak menggayut kebawah . setelah tidur semalam, Naigu bangun pago-pagi keesokan harinya, pertama-tama yang dilakukannya adalah merasa hidungnya sendiri. Hidungnya masih pendek. ,aka dia merasa lega seperti saat selesai menulis kitab suci setelah beberapa tahun. Dua-tiga hari berikutnya di kuil Ike no
42
O, Naigu mengalami kejadian yang diluar dugaan. Bertepatan dengan datangnya seorang samurai mengunjungi kuil Ike no O untuk suatu keperluan. Samurai dengan wajah aneh tanpa mengucapkan sepatah kata, samurai hanya memandang hidung Naigu. Tidak hanya itu biarawan yang pernah menjatuhkan hidung Naigu kedalam bubur ketika berpapasan dengan Naigu di luar ruangan mula-mula memandang ke bawah menahan geli tetapi tawanya pecah tak tertahankan lagi. tidak hanya sekali-dua kali, biarawan pesuruh yang diberinya perintah mula-mula mendengarkan dengan hormat saat berhadapan dengan Naigu tetapi kemudian tertawa terpingkal-pingkal setelah membelakangi Naigu. Mula-mula Naigu menduga hal ini terjadi karena ada perubahan di wajahnya. Tetapi hanya berupa dugaan, hal itu tidak cukup untuk menjelaskan. Tentu saja penyebabnya biarawan dan biarawan pesuruh tertawa pasti karena perubahan itu. Meskipun tertawanya sama, entah bagaimana tertawanya berbeda dibandingkan ketika hidungnya masih panjang dulu. Kalau tidak biasa melihat hidung yang pendek lebih menggelikan daripada hidung panjang yang biasa dilihar sebelumnya. Tetepi rupanya masih ada sesuatu. “ padahal dulu mereka tidak tertawa seenaknya seperti itu”,kadang Naigu mengumam begitu lalu menghentikan kitab suci yang baru saja dibacanya, sambil memiringkan kepalanya yang botak. Naigu yang welas asih ketika mengalami hal seperti itu melamun sambil melihat gambar dewa fugen menunggang gajah putih yang terletak disisinya dan teringat kembali hidungnya yang panjang empat-lima hari yang lalu. Dia menjadi murung mengenang masa lalunya yang menyenangkan dan sekarang merasa direndahkan. Tapi saying, Naigu menjawab jawaban yang bijaksana tentang hal-hal yang mengecewakannya. Di dalam hati manusa ada dua perasaan yang saling bertentangan. Tentu saja tidak ada seorangpun yang tidak bersimpati terhadap penderitaannya tidak tahu kenapa ada yang tidak bersimpati. Kalau dikatakan secara berlebihan, ada perasaan ingin menjatuhkan orang itu ke dalam penderitaan yang sama sekali lagi. secara negatifnya tanpa sadar menaruh rasa permusuhan kepada orang itu. Meskipun tidak tahu sebabnya, Naigu merasa tidak suka terhadap sikap para biksu dan keegoisan orangorang di Ike no O. dari hari ke hari, suasana hati Naigu kian memburuk. Naigu selalu memarahi siapapun yang berperilaku buruk. Puncaknya adalah ketika muridnya yang telah merawat hidungnya menggosipkan Naigu menggukum orang yang tidak bersalah. Terutama biarawan yang nakal yang dimarahi Naigu. Suatu hari karena mendengar gonggongan anjing, Naigu keluar rumah. Tanpa sengaja dia melihat biarawan sedang memburu anjing kurus berbulu dan mengayun-ayunkan kayu yang panjang kira-kira 60 cm. tidak hanya itu dia mengejar sambil mengolok-olok,” Awas kupukul hidungmu! Nanti kupukul hidungmu!” Naigu merebut kayu dari tangan biarawan dan sekuat tenaga memukulkan ke wajah muridnya. Ki no kire adalah kayu yang digunakan untuk mengangkat hidungnya dulu. Naigu menyesal telah memendekkan hidungnya. Suatu malam, karena karena hempasan angin tiba-tiba bunyi berisik lonceng menara kuil terdengar oleh Naigu di tempat tidur. Lebih daripada itu karena udaranya dingin, Naigu yang sudah tua ingin tidur tetapi tidak bisa. Ketika berbaring tidur di tempat tidur tibatiba merasa gatal pada hidungnya. Saat diraba hidungnya lembab membengkak. Rupanya tidak hanya itu, badannya pun terasa panas,”mungkin sakitnya karena memendekkan hidup dengan paksa”, gumamnya sambil menekan hidungnya seperti
43
ketika membakar dupa dan menyajikan bunga pada sang budha. Keesokan paginya, ketika bangun pagi-pagi seperti biasa, dia melihat daun ginko dan daun berangan berguguran di dalam halaman kuil, sehingga halaman kuil terang laksana emas yang berkilau. Mungkin juga Karen a embun es yang turun dan membeku diatas atap. Sembilan lingkaran logam yang bertaut di atas menara kuil berkilauan terkena cahaya matahari pagi. Naigu berdiri di serambi yang jendelanya sudah terbuka lalu menghirup nafas dalam-dalam. Saat itulah sekali lagi muncul perasaan yang sudah hampir dilupakannya. Naigu panik langsung meletakkan tangannya ke hidung. Yang teraba dengan tangan bukan hidung yang pendek semalem tetapi hidung panjang yang menggayut 15-16 cm dari atas bibir sampai bawah dagu. Naigu sadar bahwa hidungnya memanjang dalam semalam. Bersamaan dengan itu, entah dari mana, perasaan lega seperti ketika merasakan hidungnya menjadi pendek muncul kembali. “kalau begini pasti tidak aka nada seorangpun yang menertawakanku lagi”,bisiknya dalam hati sambil mengibas-ibaskan hidungnya yang panjang pada angin musim gugur.
44