ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAS PUSUR KABUPATEN KLATEN
EKA FIBRIANTIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Spasial dan Temporal Kebutuhan Air Irigasi DAS Pusur Kabupaten Klaten” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Eka Fibriantika NIM G24090025
ABSTRAK EKA FIBRIANTIKA. Analisis Spasial dan Temporal Kebutuhan Air Irigasi DAS Pusur Kabupaten Klaten. Dibimbing oleh HIDAYAT PAWITAN dan HENDRI SOSIAWAN. Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Jawa Tengah dengan sawah beririgasi seluas 18689.44 ha atau sebebsar 0.03% dari total sawah irigasi di Jawa Tengah. Ketersediaan air sangat mempengaruhi produktivitas tanaman padi. Daerah irigasi Pusur merupakan salah satu daerah irigasi yang sering mengalami kekurangan air pada musim kemarau. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik daerah irigasi, menganalisis kebutuhan air irigasi, dan menyusun peta neraca air irigasi DAS Pusur. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data dari tahun 2009-2011, musim tanam kedua yang jatuh pada musim kemarau merupakan musim tanam yang memiliki nilai pemenuhan irigasi paling kecil, sedangkan musim tanam pertama dan ketiga memiliki nilai yang relatif sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan musim tanam kedua. Berdasarkan analisis dengan menggunakan data debit andalan dari Dinas PU Kabupaten Klaten, daerah irigasi Plosowareng merupakan daerah irigasi yang memiliki nilai persentase pemenuhan kebutuhan irigasi tertinggi sebesar 92.41%, sedangkan daerah irigasi Jetak memiliki nilai persentase pemenuhan kebutuhan irigasi terendah, yaitu 57.93%. Namun pada kenyataannya daerah irigasi Jetak mendapatkan limpasan air dari daerah irigasi yang lebih tinggi sehingga persentase pemenuhan irigasinya menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil analisis dengan menggunakan debit andalan. Kata Kunci : DAS Pusur, daerah irigasi, kebutuhan air irigasi lahan sawah
ABSTRACT EKA FIBRIANTIKA. Spatial and Temporal Analysis of Irrigation Water Requirement in Pusur Watershed Klaten. Supervised by HIDAYAT PAWITAN and HENDRI SOSIAWAN. Klaten is one of rice production centers in Central Java Province with irrigated rice paddies covering an area of 18689.44 ha, representing 0.03% of irrigated rice fields in central Java. The availability of water greatly affects the productivity of the rice plant. Pusur irrigation area is one of the irrigation area often have deficiency of irrigation water in the dry season. The purpose of this research is to identify the characteristics of the irrigated area, irrigation water needs, analyzing and compiling a map of irrigation water balance DAS Pusur. Based on analysis that has been done to the data from 2009-2011, the second planting season which happen in the dry season is a planting season that has most small irrigation fulfillment, while the first and the third planting season have a relatively equal value and higher compared to the second growing season. Based on analysis using discharge data from the Agency of Public Works Klaten. Plosowareng have the highest percentage of irrigation needs, that was 92.41%, while Jetak have the lowest percentage of irrigation needs, that was 57.93%. In fact, Jetak got irrigation water runoff from higher areas so that the percentage of fulfillment of irrigation is higher when compared with the results of analysis by using a discharge data from the Public Works Agency. Keywords: irrigation area, irrigation water requirements of wetland, Pusur watershed,
ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAS PUSUR KABUPATEN KLATEN
EKA FIBRIANTIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Mayor Meteorologi Terapan
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Spasial dan Temporal Kebutuhan Air Irigasi DAS Pusur Kabupaten Klaten Nama : Eka Fibriantika NIM : G24090025
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Hidayat Pawitan, M.Sc.E Pembimbing I
Ir Hendri Sosiawan, CESA Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Rini Hidayati, M. Si Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah kekeringan, dengan judul Analisis Spasial dan Temporal Kebutuhan Air Irigasi DAS Pusur Kabupaten Klaten. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Prof Dr Ir Hidayat Pawitan, M. Sc. E dan Bapak Ir Hendri Sosiawan, CESA selaku pembimbing 2. Bapak Dr Ir Budi Kartiwa, CESA dan Bapak Bruno Lidon atas saran dan masukkannya 3. Bapak Dr Ir Haris Syahbuddin, DEA sebagai Kepala Balitklimat beserta seluruh staf Balitklimat Cimanggu atas bantuannya 4. Bapak Ir Tadjudin Akbar sebagai Kepala UPTD Pekerjaan Umum Wilayah II Kabupaten Klaten dan Bapak Harjaka SST. MT sebagai kepala Bidang SDA beserta staf UPTD Pekerjaan Umum Wilayah II Kabupaten Klaten, yang telah membantu dalam penyediaan data. 5. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya. 6. Rikson, Teh Rini, Risna, Putri, Ka Syela, Ka Nurmi, Ade Seni dan temanteman di Kost Qyu-Qyu yang selalu menemani dalam pembuatan skripsi ini 7. Teman-teman GFM 46, Bang Nowa, May, Edo, Enda dan semua civitas GFM atas dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013 Eka Fibriantika
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Budidaya Padi
2
Neraca Air
2
Kebutuhan Air Irigasi Lahan Sawah
3
METODE
4
Bahan
4
Alat
4
Prosedur Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Karakteristik Wilayah Kajian
7
Kebutuhan Air Irigasi Secara Temporal
8
Kebutuhan Air Irigasi Secara Spasial SIMPULAN DAN SARAN
13 16
Simpulan
16
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
44
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Karakteritik daerah irigasi yang dianalisis Kebutuhan air irigasi masing-masing DI tahun 2009 Kondisi irigasi daerah irigasi Plosowareng tahun 2010 Kondisi irigasi daerah irigasi Jetak tahun 2011
7 10 14 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Neraca air lahan sawah Kebutuhan irigasi padi sawah Asumsi penggenangan lahan sawah Kinerja irigasi tahun 2010, persen pemenuhan irigasi (a), surplus/defisit air (b) 5 Kinerja irigasi tahun 2011, persen pemenuhan irigasi (a), surplus/defisit air (b) 6 Kinerja kebutuhan air irigasi secara spasial tahun 2009 MT 1 (a), MT 2 (b), MT 3 (c) 7 Persen pemenuhan irigasi daerah irigasi Jetak tahun 2012
2 5 6 11 12 13 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta DAS Pusur 2 Curah hujan tipe Monsoon pada stasiun hujan Plosowareng (a), Wantil (b), Juwiring (c) 3 Peta Daerah Irigasi Tahun 2010 MT1 (a), MT2 (b), MT3 (c) 4 Peta Daerah Irigasi Tahun 2011 MT1 (a), MT2 (b), MT3 (c) 5 Kinerja irigasi tahun 2010 6 Kinerja irigasi tahun 2011 7 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Plosowareng tahun 2009 8 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Taman tahun 2009 9 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Wantil tahun 2009 10 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bagor tahun 2009 11 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Dolikan tahun 2009 12 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bogem tahun 2009 13 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2009 14 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Taman tahun 2010 15 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Wantil tahun 2010 16 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bagor tahun 2010 17 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Dolikan tahun 2010 18 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bogem tahun 2010 19 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2010 20 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Plosowareng tahun 2011 21 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Taman tahun 2011 22 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Wantil tahun 2011 23 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bagor tahun 2011 24 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Dolikan tahun 2011 25 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bogem tahun 2011 26 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2012 data AWLR 27 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2012 data PU
19 19 20 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan utama sumberdaya air di Indonesia adalah adanya ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan air, baik dalam perspektif ruang (secara spasial) maupun waktu. Secara spasial hal ini ditunjukkan dengan apa yang yang terjadi di Pulau Jawa dimana ketersediaan airnya hanya 4.5% dari total nasional, namun menggunakan sumber daya air 65% dari total penduduk Indonesia (Kartiwa dan Sosiawan 2012). Di lain pihak kompetisi penggunaan air antar sektor semakin komplek dan meningkat sehingga seringkali menimbulkan konflik antara petani pengguna air dengan sektor lainya. Air mempunyai konstribusi sangat penting dalam bidang pertanian untuk menjamin keberlanjutan produksi dan produktivitas tanaman. Klaten merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Tengah dengan luas sawah 33374 ha. Berdasarkan data BPS tahun 2011, produksi padi Kabupaten Klaten sebesar 206815 ton dengan produktivitasnya sebesar 43.19 kw/ha (Kiswanto 2013) dan sebagian besar produksi padi tersebut dihasilkan dari daerah irigasi Pusur. Kawasan ini memanfaatkan potensi sumber daya air permukaan dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur. Sepanjang Sungai Pusur, terdapat 22 daerah irigasi berukuran antara 21 ha hingga 1100 ha dengan total luas daerah irigasi seluas 3613 ha (Balitklimat 2009). Sebanyak 7 dari daerah irigasi tersebut merupakan objek kajian dalam penelitian ini. Masalah kelangkaan air pada DAS Pusur sering terjadi selama satu kali musim tanam yaitu pada bulan-bulan kemarau (Juli - Oktober). Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Balitklimat 2009). Dengan berkurangnya luas lahan yang ditanami padi pada musim kemarau, maka akan berpengaruh terhadap jumlah produksi padi pada musim tanam tersebut. Keterbatasan air untuk sektor pertanian di Klaten semakin terasa oleh para petani terutama pada wilayah pertanian yang berada di bagian hilir DAS Pusur yang terdiri atas beberapa daerah irigasi (DI), diantaranya DI Bagor, DI Dolikan, DI Bogem, dan DI Jetak. Keterbatasan air pada daerah irigasi bagian hilir DAS Pusur diduga terjadi karena distribusi air irigasi pada masing-masing daerah irigasi masih belum sesuai dengan luas daerah oncoran. Debit yang dialirkan untuk masing-masing DI harus disesuaikan dengan luas daerah oncoran DI tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara menganalisis jumlah debit yang masuk tiap-tiap DI. Dengan memperhatikan luas lahan yang harus dialiri maka akan dapat diketahui daerah-daerah irigasi yang mengalami surplus atau defisit air. Dengan diketahuinya hal tersebut maka diharapkan pembagian debit untuk masing-masing DI akan lebih sesuai sehingga diharapkan tidak terjadi lagi kekurangan air termasuk pada bagian hilir DAS Pusur. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1 Mengidentifikasi karakteristik DI pada DAS Pusur
2 2 Menganalisis kebutuhan air irigasi masing-masing DI pada DAS Pusur menurut skenario awal tanam dan pola tanam 3 Menyusun peta neraca air DI pada DAS Pusur.
TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Padi Padi merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropik dengan curah hujan rata-rata bulanan 200 mm atau 1500-2000 mm/tahun (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bandung 2011). Tanaman padi umumnya dibudidayakan pada lahan sawah, baik sawah irigasi, tadah hujan maupun rawa. Lahan pertanian di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu lahan pertanian basah dan lahan kering. Luas lahan pertanian basah di Indonesia sebesar 7.8 juta ha sedangkan luas pertanian lahan kering sebesar 6.43 juta ha (Kalsim 2010). Menurut Grist (1960), tanaman padi termasuk ke dalam family Gramineae dan genus Oryza. Berikut ini taksonomi tanaman padi: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Famili : Gramineae Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa L. Neraca Air Neraca air adalah prosedur untuk mempelajari kesetimbangan antara air yang masuk dan air yang keluar dari suatu sistem. Konsep neraca air sangat penting dalam upaya memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan suatu sistem budidaya pertanian pada lahan tertentu. Pada neraca air lahan sawah terdapat istilah faktor input dan faktor output. Faktor input adalah air yang masuk ke dalam lahan sawah yaitu presipitasi (CH), air irigasi (I), dan air rembesan (seepage, S). Sedangkan faktor output adalah air yang hilang dari suatu lahan sawah yang terdiri dari evapotranspirasi (ET), infiltrasi atau perkolasi (deep percolation, Pd) dan drainase (D).
Gambar 1 Neraca air lahan sawah
3 Penampang vertikal dari suatu lahan padi dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pada ketinggian 0-10 cm di atas permukaan tanah terdiri atas genangan air. Di bawah permukaan tanah setebal 10-20 cm merupakan lapisan tanah atas yang berlumpur. Di bawah lapisan tanah yang berlumpur terdapat lapisan bajak yang terbentuk beberapa dekade atau abad yang lalu yang merupakan hasil dari proses pelumpuran. Setelah lapisan bajak maka terdapat lapisan tanah yang tidak terganggu (undisturbed subsoil). Karena tergenang secara alami, lahan padi memiliki neraca air yang berbeda dengan tanaman lahan kering seperti gandum atau jagung. Kebutuhan Air Irigasi Lahan Sawah Irigasi tanaman padi sawah adalah suatu proses penambahan air hujan untuk memenuhi keperluan air tanaman. Tanaman padi sawah memerlukan air cukup banyak, selain untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, genangan air dapat dimanfaatkan untuk menekan pertumbuhan gulma. Tinggi genangan air untuk padi varietas unggul sekitar 50-75 mm sedangkan untuk varietas local antara 100120 mm. Sedangkan genangan air maksimum untuk padi varietas unggul sekitar 150 mm. Kebutuhan air tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengelolaan lahan, penggunaan konsumtif, perlokasi, penggantian lapisan air, dan sumbangan hujan efektif. Periode pengolahan lahan membutuhkan air paling besar dibandingkan dengan tahap pertumbuhan. Sawah irigasi dunia seluas 79 juta ha menyediakan 75% dari total produksi padi dunia. Pada sawah irigasi, ketersediaan irigasi harus mempertahankan genangan air setidaknya 80% dari durasi tanaman (Bouman et al. 2007). Proses penanaman padi dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu persemaian dan penanaman bibit pada lahan persawahan. Sebelum tanaman padi benar-benar tumbuh, masukan air sudah diperlukan untuk persiapan lahan basah. Setelah proses pelumpuran, sawah biasanya dibiarkan bera dan tergenang dalam beberapa hari (atau 1 sampai 4 minggu) sebelum bibit ditransplantasikan. Jumlah air yang digunakan untuk persiapan lahan basah berkisar antara 100-150 mm ketika jarak antara penggenangan dan penanaman berselang beberapa hari saja. Namun dalam skala besar sistem irigasi yang memiliki kontrol air yang buruk dan jarak antara penggenangan dan penanaman berselang sampai 2 bulan maka masukan air untuk tahap ini bisa mencapai 940 mm (Tabbal et al. 2002). Setelah tanaman tumbuh dengan baik di lahan, tanah umumnya tetap tergenang dengan lapisan air mencapai 5-10 cm hingga 1-2 minggu sebelum panen. Kondisi budidaya padi lahan sawah irigasi di Indonesia dikenal mengkonsumsi air yang sangat banyak bahkan berlebih. Para petani umumnya merasa tidak puas jika lahan sawah tidak tergenangi air secara terus menerus. Banyak penelitian membuktikan bahwa pemberian air irigasi macak-macak dan sistem irigasi bergilir tidak berbeda nyata dengan sistem irigasi dengan penggenangan tinggi secara terus menerus (Subagyono et al. 2004). Beberapa keuntungan melakukan pengggenangan air secara terus menerus diataranya cara pemberian irigasi praktis, menekan pertumbuhan populasi spesies gulma, memberikan hasil gabah yang lebih tinggi, dan meningkatkan ketersediaan hara. Namun terdapat juga dampak negatif dari penggenangan air secara terus menerus yaitu tingkat konsumsi air relatif banyak, memicu perkembangan hama dan
4 penyakit, memicu emisi gas metan, menyebabkan kerebahan akibat lemahnya batang padi, dan menekan ketersediaan hara mikro seperti seng (Zn) (Setiobudi 2008).
METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan harian pada stasiun hujan Juwiring, Wantil dan Cokrotulung tahun 2009-2011, data debit 15-harian masing-masing DI dari tahun 2009-2011, data iklim Sleman tahun 2009-2011 untuk menduga nilai Evapotranspirasi dengan metode PenmanMonteith, peta dan luas Daerah Irigasi (DI), pola tanam tahunan masing-masing DI tahun 2009-2011, data debit AWLR daerah irigasi Jetak tahun 2012, data tinggi genangan air lahan sawah hasil pengukuran dan wawancara.
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya model neraca air lahan sawah SIMPADI rancangan tim Balitklimat, Software ArcMAP 9.3, GPS. Prosedur Analisis Data Identifikasi karakteristik daerah irigasi pada DAS Pusur Parameter yang diamati adalah: a. Awal tanam berdasarkan data realisasi tanam tahun 2009-2011 dari UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten. b. Pola tanam berdasarkan data pola tanam tahun 2009-2011 dari UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten. c. Luas daerah oncoran berdasarkan data luas tanam tahun 2009-2011 dari UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten dengan data luas daerah oncoran hasil survei tim GIS Balitklimat tahun 2010. Tinggi genangan air lahan sawah Identifikasi karakteristik tinggi genangan air lahan sawah ini dilakukan dengan cara mengukur ketinggian genangan pada suatu petak sawah. Berdasarkan hasil pengukuran dan wawancara di lapangan, tinggi genangan minimum yang diaplikasikan pada daerah kajian sebesar 0 mm pada irigasi macak-macak dan tinggi genangan maksimum sebesar 70 mm.
5 Analisis kebutuhan air irigasi lahan sawah Irigasi akan diberikan jika tinggi genangan pada lahan sawah lebih rendah dari batas ketinggian genangan terendah yang diharapkan. Metode keseimbangan air (inflow-outflow) dari petakan lahan sawah: dengan RN: hujan, IR:inflow air permukaan (irigasi), DR: outflow air pemukaan (drainase), GI: lateral inflow air tanah dangkal, GO: lateral outflow air tanah dangkal, ET:evapotranspirasi, WD: perubahan simpanan (storage), P:perkolasi.
Gambar 2 Kebutuhan irigasi padi sawah Sumber : Balitklimat (2013)
Gi Gmin
Iri Gmax Gi-1 Infli ETci CHi
: tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-i (mm) : tinggi genangan air lahan sawah minimum (mm)
dengan : : Kebutuhan air irigasi pada hari ke-I (mm) : Tinggi genangan air lahan sawah maksimum (mm) : Tinggi genangan air lahan pada hari ke-(i-1) (mm) : Infiltrasi (mm/hari) : Evapotranspirasi tanaman pada hari ke-I (mm) : Curah hujan pada hari ke-I (mm). ∑
6
Dengan: Keb iri net : kebutuhan irigasi netto (mm) Keb iri : kebutuhan irigasi (lt/s/ha) Keb iri tot : kebutuhan irigasi total (lt/s) Luas DI : luas daerah irigasi (ha) Ket iri : ketersediaan irigasi (lt/s) % pem iri : persentase pemenuhan irigasi (%) Surplus defisit : surplus defisit air irigasi (lt/s) Rata-rata debit irigasi 15 –harian (lt/s) Efisiensi saluran irigasi 70% Kebutuhan irigasi 15-harian (mm). Asumsi- asumsi yang digunakan pada model ini yaitu: Kondisi irigasi macak-macak Efisiensi saluran irigasi 70% Pemberian air setelah penanaman = 50 mm Tinggi genangan minimum = 0 mm Tinggi genangan maksimum = 70 mm Infiltrasi = 0.5 mm/hari Koefisien tinggi genangan = 1 Umur tanaman padi 115 hari Kondisi keragaan daerah irigasi diasumsikan seragam (homogen). Penggenangan lahan sawah umumnya dilakukan seperti gambar berikut ASUMSI PENGGENANGAN LAHAN SAWAH
8
Aplikasi Pemupukan dan Insektisida
7
Tinggi Genangan (cm)
6
5
1
4
3
2
1
0 1
5
9
13
17
21
25
29
33
37
41
45
49
53
57
61
65
69
73
77
81
85
89
93
97
101 105
Hari Setelah Tanam (HST )
Gambar 3 Asumsi penggenangan lahan sawah Sumber : Balitklimat (2013) Peta neraca air irigasi DAS Pusur Luaran informasi kebutuhan air irigasi dari model neraca air lahan sawah kemudian dibuat dalam bentuk peta neraca air daerah irigasi pada DAS Pusur dengan menggunakan program ArcMAP 9.3.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Daerah Kajian DAS Pusur (Lampiran 1) memiliki luas sebesar 66.24 km2 atau 6624 ha terletak membentang dari Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali hingga Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Letak geografis DAS Pusur terletak pada 110032’0”-110046’0” Bujur Timur dan 7034’0”-7040’0” Lintang Selatan (Purnamadani 2013). Pola curah hujan pada ketiga stasiun hujan yaitu Plosowareng, Wantil dan Juwiring berdasarkan data curah hujan harian dari tahun 2009-2011 menunjukkan bahwa pada wilayah tersebut memiliki pola curah hujan tipe monsoon (Lampiran 2) atau curah hujan dengan grafik tahunan berbentuk seperti huruf V. Pada umumnya pola hujan monsoon akan mengalami presipitasi dalam jumlah banyak pada bulan Desember - Februari dan akan mengalami sedikit presipitasi pada bulan Juni – Agustus (WWF 2007). Berdasarkan hasil analisis hujan bulanan menunjukkan bahwa periode bulan kering (CH < 100 mm) umumnya terjadi pada bulan Juni-September dimana pada periode tersebut merupakan musim tanam kedua (MT 2) sehingga memerlukan air irigasi yang cukup banyak. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan data untuk tahun 2009-2011 dari UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten, data luas daerah oncoran dari UPTD PU jika dibandingkan dengan data luas daerah oncoran hasil survei Tim GIS Balitklimat tahun 2010, didapatkan bahwa luas sebagian besar daerah oncoran (DO) irigasi mengalami peningkatan dibandingkan dengan luas awal, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Pemberian debit irigasi yang tetap tiap tahunnya dan terjadinya perluasan daerah oncoran, mengakibatkan peluang terjadinya kekurangan air semakin besar. Pola tanam pada tujuh daerah irigasi tersebut untuk tiga kali musim tanam berturut-turut menanam padi. Pada musim tanam kedua atau musim tanam pada musim kemarau, sebagian kecil petani menanam palawija, namun sebagian besar memilih untuk menanam padi dengan kondisi air yang sangat terbatas. Awal tanam untuk masing-masing daerah irigasi tidak dilakukan secara serempak. Penentuan awal tanam memiliki fluktuasi yang sangat tinggi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama faktor ketersediaan air. Kondisi awal tanam yang tidak serempak ini dapat memicu serangan hama yang berkelanjutan. Pada tahun 2010 wilayah ini mengalami serangan hama wereng yang cukup parah dan pada tahun 2013 terjadi serangan hama tikus yang mengakibatkan mundurnya awal tanam pada MT 2. Karakteristik daerah irigasi tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik daerah irigasi yang dianalisis No
Daerah Irigasi
Luas Awal Luas GIS (ha) Debit Rata-rata (ha) (1) (2) harian (l/s) (3)
Pola Tanam MT 1
MT 2
Posisi Bendung MT 3
Desa (4)
Bujur (5)
Lintang (5)
1
Plosowareng
1100
1598.19
1185.76
Padi
Padi
Padi
Polan
110. 6563
07. 60759
2
Taman
211
250.38
128.63
Padi
Padi
Padi
Krecek
110. 68945
07. 61618
3
Wantil
500
573.09
210.21
Padi
Padi
Padi
Tlobong
110. 70448
07. 62534
4
Bagor
451
521.48
200.76
Padi
Padi
Padi
Juwiring
110.72384
07.64794
5
Dolikan
323
388.49
145.93
Padi
Padi
Padi
Bulurejo
110. 72446
07. 65846
6
Bogem
290
221.79
111.92
Padi
Padi
Padi
Kenaiban
110. 74343
07. 66351
7
Jetak
44
164.27
25.09
Padi
Padi
Padi
Boloplered
110. 75307
07. 66368
8 (1) Data pola tanam DAS Pusur Tahun 2009-2011, sumber : UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten (2) Data luas daerah oncoran hasil survei tim GIS Balitklimat Tahun 2010 (3) Data Debit 15-harian pada tujuh daerah irigasi Tahun 2009-2011, sumber : UPTD PU Wilayah II Kabupatem Klaten (4) Basis Data Daerah Irigasi Kabupaten Klaten (5) Hasil pengukuran di lapangan menggunakan GPS. Sistem pembagian irigasi untuk daerah Plosowareng, Taman, dan Wantil tidak terdapat sistem khusus. Petani di daerah ini dapat mengakses air irigasi secara langsung dari saluran-saluran irigasi. Sedangkan sistem pemberian irigasi untuk daerah irigasi Bagor, Dolikan, Bogem dan Jetak pada musim kemarau dengan cara digilir, yaitu jika kondisi air tidak dapat mencukupi untuk seluruh luas daerah oncoran maka tiap-tiap petak sawah hanya mendapatkan air irigasi satu kali dalam seminggu. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, maka petani di daerah irigasi Bagor, Dolikan, Bogem, dan Jetak harus menggunakan pompa untuk mengairi sawahnya. Penyewaan pompa dilakukan antar petani dengan biaya sewa sebesar Rp10 000 per jam. Pompanisasi dilakukan setiap seminggu sekali dengan waktu pemompaan kurang lebih 8 jam. Kebutuhan Air Irigasi Secara Temporal Kebutuhan air irigasi ditentukan dengan menggunakan model neraca air lahan sawah yang disusun oleh Balitklimat. Penentuan kebutuhan air irigasi dilakukan untuk tahun 2009 hingga 2011 dengan luas daerah oncoran yang digunakan adalah data hasil survei tim GIS Balitklimat pada tahun 2010. Data curah hujan stasiun Plosowareng digunakan untuk daerah irigasi Plosowareng, stasiun hujan Wantil digunakan untuk daerah irigasi Taman dan Wantil, sedangkan data stasiun hujan Juwiring digunakan untuk daerah irigasi Bagor, Dolikan, Bogem, dan Jetak. Data evapotranspirasi didapatkan dari hasil pendugaan menggunakan data iklim daerah Sleman. Penggunaan data iklim Sleman disebabkan karena keterbatasan data iklim pada Kabupaten Klaten. Model neraca air lahan sawah ini merupakan model yang menggunakan data harian sebagai masukan, sedangkan luaran model ini berupa nilai kebutuhan air tanaman tiap 15-harian atau kebutuhan air tanaman per fase perkembangan tanaman. Fase perkembangan tanaman dalam model ini terbagi menjadi tiga fase yaitu fase penanaman dan perkembangan vegetatif selama 75 hari, fase pembungaan selama 30 hari, dan fase pembentukan biji selama 15 hari. Model ini juga menghasilkan nilai persentase pemenuhan irigasi dan surplus atau defisit air irigasi per 15-harian (Lampiran 7). Dengan menjumlahkan nilai surplus atau defisit air irigasi per 15-harian selama satu kali musim tanam maka akan didapatkan kondisi surplus atau defisit air untuk musim tanam tersebut, sedangkan untuk nilai persentase pemenuhan irigasi dalam satu musim tanam merupakan hasil rata-rata dari persentase pemenuhan irigasi per 15-harian dari satu musim tanam. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kinerja irigasi secara umum yaitu pada musim tanam kedua atau yang jatuh pada musim kemarau, persentase pemenuhan air irigasi cukup kecil yaitu 65.71%, sedangkan musim tanam pertama dan ketiga nilai persentase pemenuhan irigasi cukup besar
9 mencapai 84.13%. Kondisi ini dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang terjadi pada musim tanam tersebut. Ringkasan kondisi daerah irigasi pada tahun 2009 disajikan dalam Tabel 2. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai defisit atau surplus air irigasi diperoleh dari jumlah nilai surplus atau defisit air irigasi tiap 15-harian selama satu kali musim tanam, sedangkan nilai persentase pemenuhan irigasi diperoleh dari rata-rata persentase pemenuhan irigasi tiap 15-harian. Kinerja irigasi tahun 2009 (Tabel 2) secara umum mengalami surplus air irigasi pada musim tanam pertama, namun terjadi defisit air pada musim tanam kedua dan musim tanam ketiga kecuali daerah irigasi Plosowareng dan daerah irigasi Taman yang hanya mengalami defisit air pada musim tanam kedua saja. Awal tanam pada musim tanam 1 dilakukan pada bulan januari rewasa 1 dan rewasa 2, dengan persentase pemenuhan air irigasi rata-rata tiap daerah irigasi lebih dari 80%. Rewasa 1 merupakan 15 hari pertama dalam setiap bulan, sedangkan rewasa 2 merupakan 15 hari kedua setelah rewasa 1 pada setiap bulan. Persentase yang tinggi ini disebabkan karena adanya curah hujan yang cukup tinggi dengan selang antara 18 mm (Lampiran 7) hingga 299 mm (Lampiran 9) per 15 hari. Jika musim tanam dilakukan dengan skenario tersebut, maka akan terjadi cekaman kekurangan air pada fase penanaman dan perkembangan vegetatif dengan tingkat pemenuhan irigasi kurang dari 75%. Untuk daerah irigasi Plosowareng cekaman terjadi pada fase pembentukan biji dengan persentase pemenuhan irigasi sebesar 67.49% (Lampiran 7). Cekaman kekeringan pada tiap tahap pertumbuhan padi dapat menurunkan hasil (Eko et al. 2012). Tanaman padi sensitif terhadap cekaman kekeringan terutama pada masa pembungaan, Cekaman kekeringan dapat mengakibatkan tertundanya fase pembungaan selama 2-3 minggu (Fischer et al. 2003). Frekuensi pemberian irigasi mempengaruhi terhadap produksi padi yang dihasilkan. Pemberian irigasi 16 hari sekali akan menghasilkan produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian irigasi 4 hari sekali (Eko et al. 2012). Hal ini terjadi karena pemberian irigasi 16-harian menyebabkan kekeringan, sehingga produksi menurun. Musim tanam kedua (MT 2) tahun 2009 dimulai pada bulan Mei rewasa 2 dan Juni rewasa 1. Pada musim tanam kedua nilai persentase pemenuhan irigasi lebih kecil jika dibandingkan dengan musim tanam pertama dan ketiga. Hal ini disebabkan karena curah hujan pada musim tanam kedua sangat rendah berkisar antara 0 mm hingga 107 mm. Persentase pemenuhan irigasi pada musim tanam kedua rata-rata kurang dari 75% kecuali daerah irigasi Plosowareng yang mencapai 86.10%. Dengan kondisi tersebut maka hampir setiap fase petumbuhan tanaman mengalami kekurangan air irigasi. Untuk daerah irigasi Bagor, Dolikan, Bogem dan Jetak, fase yang persentase pemenuhan irigasinya mencapai 100% hanya pada fase pembungaan pada rewasa kedua sedangkan untuk fase yang lain persentase pemenuhan irigasi kurang dari 75%. Daerah irigasi Plosowareng (Lampiran 7) memiliki persentase pemenuhan irigasi yang cukup tinggi yaitu ratarata diatas 75%, sedangkan fase yang mengalami persentase pemenuhan irigasi kurang dari 75% hanya terdapat pada fase penanaman dan perkembangan vegetatif rewasa kedua dan ketiga dan fase pembentukan biji. Untuk daerah irigasi Taman (Lampiran 8), fase yang memiliki nilai persentase pemenuhan irigasi kurang dari 75% adalah fase penanaman dan perkembangan vegetatif dan fase pembentukan biji. Sedangkan untuk daerah irigasi Wantil (Lampiran 9) seluruh
10 fase perkembangannya memiliki nilai persentase pemenuhan irigasi kurang dari 75%. Hal ini menunjukkan besarnya peluang terjadinya kekurangan air jika musim tanam kedua dimulai sekitar bulan Mei hingga Juni. Defisit air yang terjadi pada musim tanam kedua ini berkisar antara 304.78 l/s (Lampiran 8) hingga 2127.96 l/s (Lampiran 9) dari 3758.08 l/s yang dibutuhkan. Untuk mencegah penurunan produksi akibat kondisi air yang terbatas maka para petani di wilayah ini menggunakan pompa air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi mereka. Tabel 2 Kebutuhan air irigasi masing-masing DI tahun 2009 Tahun 2009 No
DI
1
Plosowareng
2
Taman
3
Wantil
4
Bagor
5
Dolikan
6
Bogem
7
Jetak
Musim Tanam
Awal tanam
MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3
Jan Rew 2 Juni rew 1 Nov rew 2 Jan Rew 1 Mei Rew 2 Nov rew 2 Jan Rew 1 Mei Rew 2 Okt rew 2 Jan Rew 1 Mei Rew 2 Okt rew 1 Jan Rew 1 Mei Rew 2 Okt rew 1 Jan Rew 1 Mei Rew 2 Okt rew 1 Jan Rew 1 Mei Rew 2 Okt rew 1
Pemenuhan irigasi (%) 92.25 86.10 99.62 94.55 73.13 90.07 93.19 44.42 75.01 87.56 52.03 62.84 87.70 51.26 60.76 91.15 62.09 73.79 80.53 27.00 47.73
Surplus / Defisit air (l/s) 2,677.06 -1,591.87 6,875.97 659.92 -304.78 411.26 1,039.40 -2,127.96 -25.41 775.04 -1,585.21 -965.60 624.29 -1,215.78 -815.14 542.01 -515.15 -143.54 -58.06 -815.26 -604.24
Musim tanam ketiga (MT 3) pada tahun 2009 dimulai sekitar bulan Oktober dan November. Pada musim tanam ketiga ini persentase pemenuhan irigasi ratarata tiap daerah irigasi sangat berfluktuasi. Daerah irigasi Plosowareng yang terletak pada bagian tengah DAS Pusur memiliki nilai persentase pemenuhan irigasi tinggi yaitu sebesar 99.62%, sedangkan daerah irigasi Jetak yang terletak paling hilir dari DAS Pusur memiliki persentase pemenuhan irigasi hanya sebesar 47.73%. Daerah irigasi lainnya memiliki persentase pemenuhan irigasi lebih dari 60%. Pada musim tanam ketiga ini, sebagian besar daerah irigasi yang berada pada hilir DAS Pusur juga mengalami defisit air irigasi. Defisit air terbesar terjadi pada daerah irigasi Bagor yaitu sebesar 965.60 l/s dari 2565.16 l/s yang
11 dibutuhkan. Sedangkan defisit terkecil terjadi pada daerah irigasi Wantil yaitu 25.41 l/s dari 1758.7 l/s yang dibutuhkan. Kebutuhan air irigasi tahun 2010 (Lampiran 5) jika dibandingkan dengan tahun 2009 memiliki pola yang berbeda. Musim tanam pertama pada tahun 2010 cenderung memiliki nilai persentase pemenuhan irigasi yang lebih kecil dibandingkan dengan musim tanam pertama pada tahun 2009, sedangkan nilai persentase pemenuhan irigasi pada musim tanam kedua dan ketiga pada tahun 2010 lebih besar jika dibandingkan dengan musim tanam kedua dan ketiga pada tahun 2009. Hal ini disebabkan karena jumlah curah hujan yang terjadi pada musim tanam kedua dan ketiga pada tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009. Curah hujan 15-harian pada musim tanam kedua dan ketiga tahun 2010 masing-masing berkisar antara 0 mm hingga 170 mm dan 0 mm hingga 379 mm (Lampiran 15), sedangkan pada tahun 2009, curah hujan 15-harian untuk musim tanam kedua dan ketiga masing-masing hanya mencapai 0 mm hingga 107 mm (Lampiran 10) dan 0 mm hingga 302 mm (Lampiran 10). Selain itu awal tanam pada musim tanam kedua dan ketiga pada tahun 2010 mundur dibandingkan awal tanam pada tahun 2009. Persentase rata-rata pemenuhan kebutuhan irigasi untuk 7 daerah irigasi pada tahun 2010 pada musim tanam pertama, kedua dan ketiga masing-masing 77.01% , 80.69% , 79.09%. Pada tahun 2010 cekaman kekurangan air rata-rata untuk ketiga musim tanam tersebut terjadi pada fase penanaman dan perkembangan vegetatif dan fase pembentukan biji dengan persentase pemenuhan irigasi kurang dari 75%. Pada tahun 2010, hanya daerah irigasi Plosowareng dan Taman saja yang tidak mengalami defisit air pada ketiga musim tanam, daerah irigasi lainnya minimal mengalami defisit pada salah satu musim tanam. Kondisi kinerjaTahun irigasi tahun 20102010 disajikan pada Gambar 4. 100
Persen Pemenuhan irigasi
90 80
plosowareng
70
taman
60
Wantil
50
Bagor
40 30
Dolikan
20
Bogem
10
Jetak
0 MT 1
MT 2
MT 3
Tahun (a)2010 6000.00
Surplus/Defisit Air (l/s)
5000.00 plosowareng
4000.00
taman
3000.00
Wantil
2000.00
Bagor Dolikan
1000.00
Bogem
0.00 -1000.00
Jetak MT 1
MT 2 Musim Tanam
Gambar 4
MT 3
(b) Kinerja irigasi tahun 2010, persen pemenuhan irigasi (a), surplus/defisit air (b)
12 Tahun 2011 merupakan tahun yang memiliki variasi awal tanam tertinggi jika dibandingkan dengan tahun 2009 dan tahun 2010. Namun pola pemenuhan kebutuhan irigasinya memiliki pola yang hampir sama dengan tahun 2009 yaitu musim tanam kedua persentase pemenuhan irigasinya lebih rendah jika dibandingkan dengan musim tanam pertama dan ketiga. Kondisi ini disebabkan karena jumlah curah hujan yang terjadi pada musim tanam kedua pada tahun 2011 lebih kecil jika dibandingkan dengan musim tanam pertama dan ketiga pada tahun tersebut. Curah hujan 15-harian pada musim tanam kedua maksimum sebesar 179 mm (Lampiran 21) sedangkan pada musim tanam pertama dan ketiga masing masing dapat mencapai 352 mm (Lampiran 23) dan 327 mm (Lampiran 20). Fase perkembangan tanaman yang mengalami cekaman kekurangan air pada musim tanam pertama dan ketiga rata-rata terjadi pada fase penanaman dan perkembangan vegetatif dan fase pembentukan biji. Sedangkan untuk musim tanam kedua seluruh fase perkembangan tanaman mengalami kekurangan air. Persentase rata-rata pemenuhan kebutuhan irigasi untuk 7 daerah irigasi pada tahun 2011 pada musim tanam pertama, kedua dan ketiga masing-masing 85.81% , 59.88% , 81.28%. Daerah irigasi Plosowareng merupakan satu-satunya daerah irigasi yang mengalami surplus air selama 3 musim tanam. Kondisi daerah irigasi Jetak sangat berbeda dengan daerah irigasi Plosowareng, daearah irigasi Jetak mengalami defisit selama 3 musim tanam. Daerah irigasi lainnya mengalami defisit air irigasi hanya pada musim tanam kedua. Rekapitulasi kinerja temporal Tahun 2011pada Gambar 5. kebutuhan air irigasi pada tahun 2011 disajikan 100
Persen Pemenuhan Irigasi
90 80
plosowareng
70
taman
60
Wantil
50 40
Bagor
30
Dolikan
20
Bogem
10
Jetak
0 MT 1
MT 2
Tahun (a)2011
MT 3
6000.00
Surplus/Defisit Air (l/s)
5000.00 4000.00
plosowareng
3000.00
taman
2000.00
Wantil
1000.00
Bagor
Dolikan
0.00
-1000.00
MT 1
MT 2
Gambar 5
Bogem Jetak
-2000.00 -3000.00
MT 3
Musim Tanam
(b) Kinerja irigasi tahun 2011, persen pemenuhan irigasi (a), surplus/defisit air (b)
13 Kebutuhan Air Irigasi Secara Spasial Kebutuhan air irigasi tujuh daerah irigasi pada tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 6. Persentase pemenuhan irigasi kurang dari 50% ditunjukkan oleh warna merah, 50% hingga 75% ditunjukkan oleh warna kuning, dan 75% hingga 100 % ditunjukkan oleh warna hijau. Daerah irigasi Plosowareng yang terletak paling tinggi dibandingkan daerah irigasi lainnya selalu memiliki nilai persentase pemenuhan irigasi lebih dari 75%, sedangkan daerah irigasi yang lainnya persentase pemenuhan irigasi sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang terjadi pada suatu musim tanam. Seperti daerah irigasi Wantil, meskipun letaknya tidak jauh dengan daerah irigasi Plosowareng, namun pada musim tanam kedua tahun 2009 pemenuhan irigasinya kurang dari 50%, hal ini disebabkan oleh jumlah curah hujan yang hanya mencapai 163 mm pada musim tanam tersebut dan nilai kebutuhan irigasi total yang tinggi mencapai 3758.08 l/s.
(a) (b) (c) Gambar 6 Kinerja kebutuhan air irigasi secara spasial tahun 2009 MT 1 (a), MT 2 (b), MT 3 (c) Pada tahun 2010 (Lampiran 3), musim tanam pertama terjadi kekurangan air di beberapa daerah irigasi dengan tingkat pemenuhan irigasi rata-rata kurang dari 75%. Untuk musim tanam kedua, daerah irigasi yang memiliki persentase pemenuhan irigasi kurang dari 75% hanya daerah irigasi Wantil dan Jetak. Sedangkan pada musim tanam ketiga daerah irigasi yang memiliki tingkat persentase pemenuhan irigasi kurang dari 75% adalah daerah irigasi Dolikan dan Jetak. Kondisi tersebut diakibatkan karena jumlah kebutuhan irigasi total yang dibutuhkan dalam satu kali musim tanam lebih besar jika dibandingkan dengan total curah hujan dan debit irigasi yang tersedia dalam waktu tersebut. Daerah irigasi Plosowareng yang terletak pada bagian tengah DAS Pusur pada musim tanam ketiga tahun 2010 (Tabel 3) memiliki persentase pemenuhan irigasi sebesar 93.81%. Fase penanaman dan perkembangan vegetatif sebagian besar memiliki nilai persentase pemenuhan irigasi 100%, hanya pada Desember Rewasa 1 persentase pemenuhannya hanya 85.28%. Fase pembungaan memiliki persentase pemenuhan irigasi 100%, sedangkan fase pembentukan biji hanya memiliki persentase pemenuhan irigasi 65.17%. Defisit air irigasi pada musim tanam ini terjadi pada saat fase penanaman dan perkembangan vegetatif Desember Rewasa 1 sebesar 198.21 l/s dan fase pembentukan biji sebesar 613.68 l/s.
14 Tabel 3 Kondisi irigasi daerah irigasi Plosowareng tahun 2010 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
: Plosowareng
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 1598.19306
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Juni
Nov
1
16-Jun
16-Nov
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
52.2
265.0
0.0
0.00
Jan Rew 2
59.5
313.0
79.6
0.88
Feb Rew 1
61.7
191.0
77.1
0.85
Feb Rew 2
70.7
181.0
0.0
0.00
Mart Rew 1
61.5
236.0
0.0
0.00
Mart Rew 2
45.1
145.0
0.0
April Rew 1
48.8
75.0
Pembentukan Biji April Rew 2
24.2
Juni Rew 2 Juli Rew 1
Fase
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Total Neto (mm) (l/s/ha) (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Surplus / Defisit (l/s)
1241.6
100.0
1,241.6
1,401.6
1237.0
88.3
-164.6
1,358.5
1116.7
82.2
-241.8
-
1118.9
100.0
1,118.9
-
1330.0
100.0
1,330.0
0.00
-
1330.0
100.0
1,330.0
0.0
0.00
-
1330.0
100.0
1,330.0
88.0
95.0
1.05
1,673.6
1330.0
79.5
-343.6
50.4
20.0
53.0
0.58
933.5
1148.0
100.0
214.5
52.8
0.0
93.0
1.03
1,638.9
1148.0
70.0
-490.9
Juli Rew 2
56.2
7.0
76.7
0.85
1,351.9
1148.0
84.9
-203.9
Agus Rew 1
59.1
13.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
Agus Rew 2
61.2
170.0
0.0
0.00
-
1132.1
100.0
1,132.1
Sept Rew 1
63.6
73.0
70.6
0.78
Sept Rew 2
50.5
131.0
0.0
0.00
Pembentukan Biji Okt Rew 1
21.7
24.0
100.0
1.10
Nov Rew 2
54.5
102.0
54.1
Des Rew 1
58.6
42.0
Des Rew 2
16.3
29.0
Jan Rew 1
16.8
Jan Rew 2
17.9
Feb Rew 1 Feb Rew 2
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
-
MT 3
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
1,243.6
1223.8
98.4
-19.8
1148.0
100.0
1,148.0
1,761.7
1224.2
69.5
-537.5
0.60
952.6
1148.0
100.0
195.4
76.4
0.84
1,346.2
1148.0
85.28
-198.2
71.9
0.79
1,266.7
1330.0
100.0
63.3
231.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
92.0
0.0
0.00
-
1144.8
100.0
1,144.8
21.4
169.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
44.4
224.0
0.0
0.00
-
1155.8
100.0
1,155.8
17.9
81.0
100.0
1.10
1148.0
65.17
-613.7
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
-
Pembungaan Pembentukan Biji Mart Rew 1
1,761.7
Kondisi kebutuhan air irigasi pada tahun 2011 (Lampiran 4) memiliki pola yang hampir sama dengan kondisi tahun 2009. Pada musim tanam pertama, seluruh daerah irigasi memiliki persentase pemenuhan irigasi lebih dari 75%. Musim tanam kedua hanya daerah irigasi Plosowareng saja yang memiliki persentase pemenuhan irigasi lebih dari 75%, sedangkan daerah yang lain kurang dari 75%, bahkan daerah irigasi Jetak kurang dari 50%. Musim tanam ketiga hampir seluruh daerah irigasi memiliki persentase pemenuhan irigasi lebih dari 75%, hanya daerah irigasi jetak yang kurang dari 75%. Kondisi kekurangan air irigasi pada musim tanam kedua disebabkan karena besarnya kebutuhan irigasi total sedangkan jumlah curah hujan pada musim tersebut sangat kecil.
15 Tabel 4 Kondisi irigasi daerah irigasi Jetak tahun 2011 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 164.267
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Jetak
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
MT 3
Januari
Mei
Okt
1
16-May
1-Oct
Bulan
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
16.0
297.0
0.0
0.00
-
23.0
Jan Rew 2
18.2
108.0
71.6
0.79
129.6
Feb Rew 1
18.9
214.0
0.0
0.00
-
Feb Rew 2
50.7
167.0
0.0
0.00
Mart Rew 1
50.6
148.0
0.0
Mart Rew 2
47.3
352.0
Aprl Rew 1
48.8
Pembentukan Biji April Rew 2
Fase
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Pemenuhan Irigasi (%)
Surplus / Defisit (l/s)
100.0
23.0
28.0
21.6
-101.6
23.0
100.0
23.0
-
26.0
100.0
26.0
0.00
-
27.0
100.0
27.0
0.0
0.00
-
28.0
100.0
28.0
188.0
0.0
0.00
-
29.0
100.0
29.0
30.0
26.0
100.0
1.10
181.1
26.0
14.4
-155.1
Mei rew 2
45.1
26.0
54.0
0.60
97.8
24.0
24.5
-73.8
Juni rew 1
48.9
0.0
77.7
0.86
140.8
24.0
17.0
-116.8
Juni rew 2
11.3
20.0
70.7
0.78
128.0
23.0
18.0
-105.0
Juli rew 1
60.1
6.0
0.0
0.00
-
21.0
100.0
21.0
Juli rew 2
62.8
44.0
74.2
0.82
134.4
20.0
14.9
-114.4
Agus rew 1
64.3
0.0
142.1
1.57
257.2
20.0
7.8
-237.2
Agus rew 2
60.5
0.0
0.0
0.00
-
22.0
100.0
22.0
Pembentukan Biji Sept Rew 1
29.4
0.0
100.0
1.10
181.1
22.0
12.1
-159.1
Okt rew 1
50.2
4.0
53.5
0.59
96.8
21.0
21.7
-75.8
Okt rew 2
61.1
288.0
0.0
0.00
-
23.0
100.0
23.0
Nov rew 1
55.4
178.0
76.9
0.85
139.2
25.0
18.0
-114.2
Nov rew 2
60.2
125.0
0.0
0.00
-
26.0
100.0
26.0
Des Rew 1
53.6
153.0
0.0
0.00
-
27.0
100.0
27.0
Des Rew 2
60.1
162.0
0.0
0.00
-
28.0
100.0
28.0
Jan Rew 1
15.2
217.0
0.0
0.00
-
23.0
100.0
23.0
Pembentukan Biji Jan Rew 2
5.4
211.0
88.0
0.97
159.3
28.0
17.6
-131.3
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
Daerah irigasi Jetak yang terletak pada bagian hilir DAS Pusur pada musim tanam ketiga tahun 2011 (Tabel 4) memiliki persentase pemenuhan irigasi sebesar 69.65%. Pada fase penanaman dan perkembangan vegetatif terdapat nilai persentase pemenuhan irigasi yang sangat kecil yaitu pada Oktober rewasa 1 dan November rewasa 1 masing-masing sebesar 21.69% dan 17.96%. Fase pembentukan biji juga memiliki nilai persentase yang sangat kecil yaitu 17.57%. Untuk fase lainnya persentase pemenuhan irigasi mencapai 100%. Defisit air terjadi pada fase penanaman dan perkembangan vegetatif Oktober rewasa 1 dan November rewasa 1 dan fase pembentukan biji.
16 Khusus untuk daerah irigasi Jetak, berdasarkan data debit andalan UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten, hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa daerah irigasi Jetak merupakan daerah irigasi yang paling rentan terhadap kekurangan air irigasi. Dengan asumsi data pola tanam dan evapotranspirasi tahun 2012 sama dengan tahun 2011, maka didapatkan nilai persentase pemenuhan irigasi daerah irigasi Jetak tahun 2012 untuk musim tanam pertama, kedua dan ketiga berdasarkan data debit andalan tahun 2012 dari UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten sebesar 61.21%, 36.76%, dan 70.12%. Namun kondisi di lapangan berbeda dengan hasil analisis tersebut. Daerah irigasi Jetak mendapatkan tambahan air dari limpasan daerah irigasi yang terletak lebih tinggi secara topografi. Kondisi daerah irigasi jetak yang sebenarnya digambarkan melalui hasil analisis neraca air dengan input data debit dan curah hujan yang diukur menggunakan AWLR pada tahun 2012 oleh Balitklimat. Dengan asumsi pola tanam dan awal tanam yang sama dengan tahun 2011 maka kondisi kinerja pemenuhan irigasi Jetak untuk musim tanam pertama, kedua, dan ketiga masingmasing sebesar 100%, 84.36% , dan 89.70%. 100
Persen Pemenuhan irigasi
90 80 70 60
Tahun 2012 PU
50
Tahun 2012 AWLR
40 30 20
10 0 MT 1
MT 2
MT 3
Gambar 7 Persentase pemenuhan irigasi daerah irigasi Jetak tahun 2012
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Neraca air lahan sawah sangat penting untuk menentukan pola tanam, awal tanam, dan luas tanam. Musim tanam kedua merupakan musim tanam yang paling rentan terhadap kekurangan air, sedangkan musim tanam pertama dan ketiga pemenuhan irigasinya tinggi mencapai 84.13% dan tidak jauh berbeda. Daerah irigasi Plosowareng yang posisi elevasinya lebih tinggi dan terletak di bagian tengah DAS memiliki persentase pemenuhan irigasi paling besar mencapai 92.41%, sedangkan daerah irigasi Jetak yang posisi elevasinya paling rendah dan terletak di hilir memiliki nilai pemenuhan irigasi terkecil yaitu hanya mencapai 57.93% berdasarkan analisis debit andalan dari UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten. Namun kondisi sebenarnya pada daerah irigasi Jetak
17 mendapatkan limpasan air dari daerah irigasi yang letaknya lebih tinggi dari daerah irigasi Jetak sehingga pemenuhan irigasinya dapat mencapai 91.35%. Kebutuhan air daerah irigasi secara keseluruhan hanya dapat dipenuhi sekitar 75.86%, dengan nilai pemenuhan kebutuhan irigasi terendah di daerah irigasi Dolikan dan nilai pemenuhan irigasi terbesar di daerah irigasi Plosowareng. Sebagai konsekuensinya akan mengakibatkan produktivitas hasil panen rata-rata dari daerah irigasi Pusur maksimum hanya akan mencapai 75.86% dari produktivitas optimum yaitu produksi padi pada lahan sawah dengan kondisi air irigasi kecukupan. Saran Strategi pembagian air irigasi dengan cara penggolongan dan penjadwalan pemberian air irigasi pada masing-masing daerah irigasi dengan mempertimbangkan kondisi luas daerah yang akan ditanami dan debit irigasi yang tersedia mengacu pada debit andalan yang disediakan oleh UPTD PU Wilayah II Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten perlu dilakukan. Selain itu pengadaan dan pemasangan Automatic Water Level Recorder (AWLR) di setiap daerah irigasi menjadi penting untuk mendapatkan data debit actual di daerah irigasi untuk menunjang strategi pembagian air irigasi.
DAFTAR PUSTAKA Balitklimat. 2009. Identifikasi Perubahan Teknis dan Kelembagaan untuk Memperbaiki Kondisi Akses Air pada MT 3 di Daerah Irigasi Kali Pusur. Bogor : Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Bouman BAM, Lampayan RM, Tuong TP. 2007. Water management in irrigated rice. Los Baños : International Rice Research Institute. Eko S, Suwarno, Iskandar L, Deni S. 2012. Pengaruh frekuensi irigasi terhadap pertumbuhan dan produksi lima galur padi sawah. Agrovigor. 5(1):1-7. Fischer KS, Laffite R, Fukai S, Atlin G, Hardy B. 2003. Breeding Rice for Drought-Prone Environments. Los Banos : International Rice Research Institute. Grist DH. 1960. Rice. Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. London : Longmans, Green and Co Ltd. Kalsim DK. 2010. Pembangunan Infrastruktur Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Kartiwa B, Sosiawan H. 2012. Ketersediaan Air Sektor Pertanian: Tantangan dan Strategi Pemecahan Masalah. Bogor : Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Kiswanto. 2013. Produksi padi Klaten [internet]. [diacu 2013 Februari 22]. http://www.klaten.info/berita/revitalisasi-klaten-sebagaiTersedia dari: lumbung-padi-kendala-dan-solusinya.html. Maclean JL, Dawe D, Hardy B, Hettel GP, editors. 2002. Rice almanac. Los Baños: International Rice Research Institute. Pemerintah provinsi Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2011. Informasi Teknologi Budidaya Padi Inbrida. Bandung.
18 Purnamadani D. 2013. Teknologi Konservasi Tanah dan Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur Boyolali-Klaten. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Setiobudi D. 2008. Teknologi hemat air dalam budidaya padi sawah di lahan beririgasi. Makalah Seminar Rutin Puslitbangtan. Oktober 2008. Strahler A. 2007. Visualizing Physical Geography. USA: The National Geographic Society. Subagyono K, Dariah A, Surmaini E, Kurnia U. 2004. Pengelolaan air pada tanah sawah. Tanah sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tabbal DF, Bouman BAM, Bhuiyan SI, Sibayan EB, Sattar MA. 2002. On-farm strategies for reducing water input in irrigated rice: case studies in the Philippines. Agricultural Water Management. 56:93-112. WWF. 2007. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pengelolaan DAS Citarum. Jakarta : WWF-Indonesia.
19 Lampiran 1 Peta DAS Pusur
Sumber : Balitklimat (2013)
Lampiran 2 Curah hujan tipe Monsoon pada stasiun hujan Plosowareng (a), Wantil (b), Juwiring (c) 450
400 350
250 200 Ploso
150
100 50 0 Jan
Feb Mar Apr May Jun
Jul
Aug Sep
Oct
Nov Dec
Bulan
(a) 400 350 300
CH (mm)
CH (mm)
300
250 200 150
Wantil
100 50 0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Bulan
(b)
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
20 450 400
350
CH (mm)
300
250 200 Juwiring
150
100 50 0
Jan
Feb Mar Apr May Jun
Jul
Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
(c) Lampiran 3 Peta Daerah Irigasi Tahun 2010 MT1 (a), MT2 (b), MT3 (c)
(a)
(b)
(c)
Lampiran 4 Peta Daerah Irigasi Tahun 2011 MT1 (a), MT2 (b), MT3 (c)
(a)
(b)
(c)
21 Lampiran 5 Kinerja irigasi tahun 2010 Tahun 2010 No
DI
1
Plosowareng
2
Taman
3
Wantil
4
Bagor
5
Dolikan
6
Bogem
7
Jetak
Musim Tanam MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3
Awal tanam Jan rew 1 Jun rew 2 Nov rew 2 Jan rew 1 Juli rew 1 Nov rew 2 Jan rew 1 Juli rew 2 Des rew 1 Feb rew 1 Jun rew 2 Nov rew 2 Jan rew 1 Jun rew 2 Nov rew 2 Jan rew 1 Jun rew 2 Nov rew 2 Jan rew 1 Jun rew 2 Nov rew 2
Pemenuhan irigasi (%) 93.74 90.36 93.81 93.67 82.70 80.81 82.71 66.08 87.33 70.58 87.20 76.22 68.75 78.87 73.29 78.29 91.01 81.87 51.31 68.6 60.3
Surplus / Defisit air (l/s) 5600.56 2390.45 4043.43 595.51 179.32 115.56 528.20 -554.36 808.07 -415.81 680.39 23.26 -291.05 69.34 -110.66 -70.04 481.77 152.15 -406.46 -272.52 -337.74
22 Lampiran 6 Kinerja irigasi tahun 2011 Tahun 2011 No
1
2
3
4
5
6
7
DI
Musim Tanam
MT 1 Plosowareng MT 2 MT 3 MT 1 Taman MT 2 MT 3 MT 1 Wantil MT 2 MT 3 MT 1 Bagor MT 2 MT 3 MT 1 Dolikan MT 2 MT 3 MT 1 Bogem MT 2 MT 3 MT 1 Jetak MT 2 MT 3
Awal tanam
Pemenuhan irigasi (%)
Nov rew 2 April rew 2 Okt rew 1 Nov rew 2 April rew 2 Okt rew 2 jan rew 1 Mei rew 2 Nov rew 1 jan rew 1 Mei rew 2 Okt rew 2 jan rew 1 Mei rew 2 Okt rew 1 jan rew 1 Mei rew 2 Okt rew 2 jan rew 1 Mei rew 2 Okt rew 1
93.81 89.19 92.81 81.61 66.20 83.19 85.21 54.57 79.15 85.90 53.06 79.94 85.95 56.32 79.63 88.73 63.03 84.57 79.50 36.79 69.65
Surplus / Defisit air (l/s) 4043.43 1195.57 4827.21 151.44 -382.67 276.66 607.10 -1762.11 240.27 655.69 -1450.39 308.68 506.97 -1117.43 182.01 482.52 -471.10 321.19 -100.69 -763.30 -194.35
23 Lampiran 7 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Plosowareng tahun 2009 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
: Plosowareng
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 1598.19306
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Juni
Nov
16
1-Jun
16-Nov
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 2
53.3
133.0
54.3
0.60
956.0
1178.2
100.0
222.2
Feb Rew 1
63.2
80.0
73.9
0.81
1,301.3
1188.5
91.3
-112.7
Feb Rew 2
61.0
211.0
75.4
0.83
1,327.6
1203.7
90.7
-123.9
Mart Rew 1
62.9
142.0
0.0
0.00
-
1190.5
100.0
1,190.5
Mart Rew 2
61.0
218.0
0.0
0.00
-
1060.1
100.0
1,060.1
April Rew 1
46.6
18.0
73.7
0.81
1149.0
88.5
-149.8
April Rew 2
50.5
42.0
0.0
0.00
1163.3
100.0
1,163.3
31.2
70.0
100.0
1.10
1,761.7
1188.9
67.5
-572.7
Juni Rew 1
53.9
50.0
53.9
0.59
949.4
1148.0
100.0
198.6
Juni Rew 2
53.9
0.0
102.7
1.13
1,809.2
1028.0
56.8
-781.2
Juli Rew 1
56.5
0.0
78.9
0.87
1,390.6
1028.0
73.9
-362.6
Juli Rew 2
69.3
9.0
71.2
0.79
1,254.6
1247.3
99.4
-7.4
Agus Rew 1
64.0
0.0
70.6
0.78
1,243.3
1260.2
100.0
16.9
Agus Rew 2
68.8
0.0
71.5
0.79
1,260.4
1265.0
100.0
4.6
Sept Rew 1
46.3
0.0
70.4
0.78
1,240.4
1079.3
87.0
-161.1
Pembentukan Biji Sept Rew 2
29.3
0.0
100.0
1.10
1,761.7
1261.9
71.6
-499.7
Nov Rew 2
55.5
0.0
55.0
0.61
968.3
1326.4
100.0
358.1
Des Rew 1
63.5
42.0
77.6
0.86
1,367.9
1326.4
97.0
-41.5
Des Rew 2
56.3
35.0
0.0
0.00
-
1290.3
100.0
1,290.3
Jan Rew 1
55.6
276.0
0.0
0.00
-
1241.6
100.0
1,241.6
Jan Rew 2
59.6
302.0
0.0
0.00
-
1237.0
100.0
1,237.0
Feb Rew 1
68.3
191.0
0.0
0.00
-
1116.7
100.0
1,116.7
Feb Rew 2
60.4
181.0
0.0
0.00
-
1118.9
100.0
1,118.9
22.5
236.0
44.0
0.49
775.1
1330.0
100.0
554.9
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Total Neto (mm) (l/s/ha) (l/s)
MT 3
1,298.8
Surplus / Defisit (l/s)
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji Mei rew 1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
-
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji Mart Rew 1
24 Lampiran 8 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Taman tahun 2009 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 250.378
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Taman
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Mei
Nov
1
16-May
16-Nov
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
51.1
83.0
0.0
0.00
-
119.5
100.0
119.5
Jan Rew 2
56.4
299.0
0.0
0.00
-
113.1
100.0
113.1
Feb Rew 1
61.2
120.0
73.2
0.81
202.0
114.0
56.4
-88.0
Feb Rew 2
65.9
120.0
0.0
0.00
-
111.5
100.0
111.5
Maret Rew 1
60.5
106.0
0.0
0.00
-
111.3
100.0
111.3
Maret Rew 2
51.8
208.0
0.0
0.00
-
116.1
100.0
116.1
April Rew 1
45.5
145.0
0.0
0.00
-
111.3
100.0
111.3
April Rew 2
30.3
164.0
32.0
0.35
88.3
153.3
100.0
65.0
Mei Rew 2
54.4
73.0
53.9
0.59
148.8
153.4
100.0
4.6
Juni Rew 1
54.1
16.0
73.0
0.81
201.6
114.0
56.6
-87.6
Juni Rew 2
54.1
0.0
77.1
0.85
212.7
115.5
54.3
-97.2
Juli Rew 1
62.5
74.0
73.3
0.81
202.4
116.2
57.4
-86.2
Juli Rew 2
66.6
0.0
74.4
0.82
205.3
156.6
76.3
-48.7
Agust Rew 1
62.8
0.0
70.9
0.78
195.8
161.2
82.3
-34.6
Agust Rew 2
46.3
0.0
0.0
0.00
-
160.4
100.0
160.4
Sept Rew 1
29.3
0.0
100.0
1.10
276.0
160.5
58.1
-115.5
Nov Rew 2
55.5
0.0
55.0
0.61
151.7
150.8
99.4
-0.9
Des Rew 1
63.5
49.0
77.6
0.86
214.3
150.6
70.3
-63.7
Des Rew 2
56.3
92.0
76.8
0.85
211.8
142.7
67.4
-69.2
Jan Rew 1
55.6
99.0
0.0
0.00
-
151.4
100.0
151.4
Jan Rew 2
59.6
279.0
0.0
0.00
-
147.8
100.0
147.8
Feb Rew 1
69.0
261.0
0.0
0.00
-
135.8
100.0
135.8
Feb Rew 2
55.6
100.0
0.0
0.00
-
140.1
100.0
140.1
Mart Rew 1
20.9
276.0
66.0
0.73
182.2
152.1
83.5
-30.0
Bulan
Surplus / Defisit (l/s)
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji
25 Lampiran 9 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Wantil tahun 2009 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 573.085
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Wantil
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Mei
Okt
1
16-May
16-Oct
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
51.1
83.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Jan Rew 2
56.4
299.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Feb Rew 1
61.2
120.0
73.2
0.81
462.4
210.5
45.5
-251.9
Feb Rew 2
65.9
120.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Maret Rew 1
60.5
106.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Maret Rew 2
51.8
208.0
0.0
0.00
-
211.7
100.0
211.7
April Rew 1
45.5
145.0
0.0
0.00
-
224.0
100.0
224.0
April Rew 2
30.3
164.0
32.0
0.35
202.1
224.7
100.0
22.6
Mei Rew 2
54.4
73.0
53.9
0.59
340.6
203.3
59.7
-137.4
Juni Rew 1
54.1
16.0
73.0
0.81
461.4
220.0
47.7
-241.4
Juni Rew 2
54.1
0.0
77.1
0.85
486.7
218.0
44.8
-268.7
Juli Rew 1
62.5
74.0
73.3
0.81
463.2
218.9
47.3
-244.3
Juli Rew 2
66.6
0.0
74.4
0.82
469.8
182.0
38.7
-287.8
Agst Rew 1
64.8
0.0
70.9
0.78
448.1
181.0
40.4
-267.1
Agst Rew 2
66.4
0.0
72.3
0.80
456.5
204.0
44.7
-252.5
Sept Rew 1
33.7
0.0
100.0
1.10
631.7
203.0
32.1
-428.7
Okt Rew 2
48.3
93.0
53.9
0.59
340.6
211.0
61.9
-129.6
Nov Rew 1
70.3
0.0
70.3
0.78
444.3
214.0
48.2
-230.3
Nov Rew 2
56.7
0.0
78.1
0.86
493.6
217.0
44.0
-276.6
Des Rew 1
61.8
49.0
0.0
0.00
-
214.0
100.0
214.0
Des Rew 2
60.7
92.0
0.0
0.00
-
220.3
100.0
220.3
Jan Rew 1
60.1
99.0
0.0
0.00
-
217.0
100.0
217.0
Jan Rew 2
55.6
279.0
0.0
0.00
-
219.0
100.0
219.0
Feb Rew 1
20.9
256.0
76.0
0.84
480.1
221.0
46.0
-259.1
Bulan
Surplus / Defisit (l/s)
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji
26 Lampiran 10 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bagor tahun 2009 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 521.483
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Bagor
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
MT 3
Januari
Mei
Okt
1
16-May
1-Oct
Pemenuhan Irigasi (%)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
51.1
135.8
0.0
0.00
-
194.0
100.0
194.0
Jan rew 2
56.4
214.6
72.7
0.80
417.8
205.0
49.1
-212.8
Feb Rew 1
61.2
104.0
70.2
0.77
403.5
207.4
51.4
-196.1
Feb Rew 2
65.9
151.0
0.0
0.00
-
206.2
100.0
206.2
Mart Rew 1
60.5
88.0
0.0
0.00
-
205.0
100.0
205.0
Mart Rew 2
51.8
166.0
0.0
0.00
-
208.4
100.0
208.4
April Rew 1
45.5
113.0
0.0
0.00
-
220.0
100.0
220.0
Pembentukan Biji April Rew 2
30.3
192.0
12.0
0.13
69.0
219.3
100.0
150.3
Mei Rew 2
54.4
107.0
53.9
0.59
310.0
196.3
63.3
-113.7
Juni Rew 1
54.1
26.0
104.9
1.16
603.1
215.5
35.7
-387.6
Juni Rew 2
54.1
0.0
77.1
0.85
442.9
209.8
47.4
-233.1
Juli Rew 1
62.5
0.0
73.0
0.80
419.4
210.4
50.2
-209.0
Juli Rew 2
66.6
17.0
70.8
0.78
406.8
173.6
42.7
-233.3
Agus Rew 1
61.8
0.0
70.2
0.77
403.7
172.6
42.8
-231.1
Agus Rew 2
56.2
0.0
0.0
0.00
-
200.6
100.0
200.6
34.0
0.0
100.0
1.10
574.8
196.9
34.2
-378.0
Okt Rew 1
67.8
0.0
130.4
1.44
749.6
188.9
25.2
-560.7
Okt Rew 2
52.7
38.0
75.4
0.83
433.2
188.8
43.6
-244.4
Nov Rew 1
67.4
0.0
74.4
0.82
427.7
199.4
46.6
-228.3
Nov Rew 2
58.4
0.0
71.1
0.78
408.5
201.7
49.4
-206.8
Des Rew 1
62.4
102.0
0.0
0.00
-
202.3
100.0
202.3
Des Rew 2
65.4
42.0
0.0
0.00
-
208.3
100.0
208.3
Jan Rew 1
55.6
169.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Pembentukan Biji Jan Rew 2
20.9
302.0
95.0
1.05
546.1
207.2
37.9
-338.9
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Fase
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji Sept Rew 1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
27 Lampiran 11 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Dolikan tahun 2009 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 388.489
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Dolikan
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Mei
Okt
1
16-May
1-Oct
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
51.1
135.8
0.0
0.00
-
147.6
100.0
147.6
Jan Rew 2
56.4
214.6
72.7
0.80
311.2
154.0
49.5
-157.2
Feb Rew 1
61.2
104.0
70.2
0.77
300.6
156.7
52.1
-143.9
Feb Rew 2
65.9
151.0
0.0
0.00
-
157.7
100.0
157.7
Mart Rew 1
60.5
88.0
0.0
0.00
-
163.8
100.0
163.8
Mart Rew 2
51.8
166.0
0.0
0.00
-
160.5
100.0
160.5
April Rew 1
45.5
113.0
0.0
0.00
-
171.6
100.0
171.6
Pembentukan Biji April Rew 2
30.3
192.0
12.0
0.13
51.4
175.7
100.0
124.3
Mei Rew 2
54.4
107.0
53.9
0.59
230.9
150.9
65.4
-80.0
Juni Rew 1
54.1
26.0
104.9
1.16
449.3
161.5
35.9
-287.9
Juni Rew 2
54.1
0.0
77.1
0.85
330.0
158.0
47.9
-172.0
Juli Rew 1
62.5
0.0
73.0
0.80
312.4
158.0
50.6
-154.4
Juli Rew 2
66.6
17.0
70.8
0.78
303.1
115.8
38.2
-187.3
Agust Rew 1
61.8
0.0
70.2
0.77
300.8
115.0
38.2
-185.8
Agust Rew 2
56.2
0.0
0.0
0.00
-
134.8
100.0
134.8
Pembentukan Biji Sep Rew 1
34.0
0.0
100.0
1.10
428.2
145.0
33.9
-283.2
Okt Rew 1
67.8
0.0
130.4
1.44
558.5
127.8
22.9
-430.7
Okt Rew 2
52.7
38.0
75.4
0.83
322.7
131.9
40.9
-190.9
Nov Rew 1
67.4
0.0
74.4
0.82
318.6
134.0
42.1
-184.6
Nov Rew 2
58.4
0.0
71.1
0.78
304.3
136.5
44.9
-167.8
Des Rew 1
62.4
102.0
0.0
0.00
-
135.9
100.0
135.9
Des Rew 2
65.4
42.0
0.0
0.00
-
146.8
100.0
146.8
Jan Rew 1
55.6
169.0
0.0
0.00
-
139.0
100.0
139.0
Pembentukan Biji Jan Rew 2
20.9
302.0
95.0
1.05
406.8
144.0
35.4
-262.8
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
MT 3
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
28 Lampiran 12 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bogem tahun 2009 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 221.791
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Bogem
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Mei
okt
1
16-May
1-Oct
Pemenuhan Irigasi (%)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
51.1
135.8
0.0
0.00
-
108.0
100.0
108.0
Jan Rew 2
56.4
214.6
72.7
0.80
177.7
112.0
63.0
-65.7
Feb Rew 1
61.2
104.0
70.2
0.77
171.6
113.6
66.2
-58.0
Feb Rew 2
65.9
151.0
0.0
0.00
-
114.8
100.0
114.8
Mart Rew 1
60.5
88.0
0.0
0.00
-
116.8
100.0
116.8
Mar Rew 2
51.8
166.0
0.0
0.00
-
115.8
100.0
115.8
April Rew 1
45.5
113.0
0.0
0.00
-
115.2
100.0
115.2
Pembentukan Biji April Rew 2
30.3
192.0
12.0
0.13
29.3
124.5
100.0
95.2
Mei Rew 2
54.4
107.0
53.9
0.59
131.8
120.0
91.0
-11.8
Juni Rew 1
54.1
26.0
104.9
1.16
256.5
110.9
43.2
-145.6
Juni Rew 2
54.1
0.0
77.1
0.85
188.4
109.0
57.9
-79.4
Juli Rew 1
62.5
0.0
73.0
0.80
178.4
109.0
61.1
-69.4
Juli Rew 2
66.6
17.0
70.8
0.78
173.0
85.8
49.6
-87.3
Agus Rew 1
61.8
0.0
70.2
0.77
171.7
85.3
49.7
-86.4
Agus Rew 2
56.2
0.0
0.0
0.00
-
101.0
100.0
101.0
34.0
0.0
100.0
1.10
244.5
108.1
44.2
-136.3
Okt Rew 1
67.8
0.0
130.4
1.44
318.8
95.6
30.0
-223.2
Okt Rew 2
52.7
38.0
75.4
0.83
184.3
99.8
54.1
-84.5
Nov Rew 1
67.4
0.0
74.4
0.82
181.9
106.0
58.3
-75.9
Nov Rew 2
58.4
0.0
71.1
0.78
173.7
202.8
100.0
29.1
Des Rew 1
62.4
102.0
0.0
0.00
-
105.2
100.0
105.2
Des Rew 2
65.4
42.0
0.0
0.00
-
116.8
100.0
116.8
Jan Rew 1
55.6
169.0
0.0
0.00
-
110.0
100.0
110.0
Pembentukan Biji Jan Rew 2
20.9
302.0
95.0
1.05
232.3
111.3
47.9
-120.9
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Fase
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji Sept Rew 1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
29 Lampiran 13 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2009 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 164.267
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Jetak
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Mei
Okt
1
16-May
1-Oct
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Bulan
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
51.1
135.8
0.0
0.00
-
22.9
100.0
22.9
Jan Rew 2
56.4
214.6
72.7
0.80
131.6
27.9
21.2
-103.7
Feb Rew 1
61.2
104.0
70.2
0.77
127.1
29.3
23.0
-97.8
Feb Rew 2
65.9
151.0
0.0
0.00
-
29.2
100.0
29.2
Mart Rew 1
60.5
88.0
0.0
0.00
-
27.0
100.0
27.0
Mart Rew 2
51.8
166.0
0.0
0.00
-
27.9
100.0
27.9
Aprl Rew 1
45.5
113.0
0.0
0.00
-
29.1
100.0
29.1
Pembentukan Biji April Rew 2
30.3
192.0
12.0
0.13
21.7
29.1
100.0
7.3
Mei Rew 2
54.4
107.0
53.9
0.59
97.6
24.3
24.8
-73.4
Juni Rew 1
54.1
26.0
104.9
1.16
190.0
24.3
12.8
-165.7
Juni Rew 2
54.1
0.0
77.1
0.85
139.5
22.9
16.4
-116.6
Juli Rew 1
62.5
0.0
73.0
0.80
132.1
23.0
17.4
-109.1
Juli Rew 2
66.6
17.0
70.8
0.78
128.1
20.0
15.6
-108.1
Ags Rew 1
61.8
0.0
70.2
0.77
127.2
20.0
15.7
-107.2
Ags Rew 2
56.2
0.0
0.0
0.00
-
22.0
100.0
22.0
Pembentukan Biji Sept Rew 1
34.0
0.0
100.0
1.10
181.1
23.9
13.2
-157.1
Okt Rew 1
67.8
0.0
130.4
1.44
236.1
25.0
10.6
-211.1
Okt Rew 2
52.7
38.0
75.4
0.83
136.5
23.0
16.9
-113.5
Nov Rew 1
67.4
0.0
74.4
0.82
134.7
24.9
18.5
-109.9
Nov Rew 2
58.4
0.0
71.1
0.78
128.7
26.0
20.2
-102.7
Des Rew 1
62.4
102.0
0.0
0.00
-
25.0
100.0
25.0
Des Rew 2
65.4
42.0
0.0
0.00
-
27.9
100.0
27.9
Jan Rew 1
55.6
169.0
0.0
0.00
-
25.0
100.0
25.0
Pembentukan Biji Jan Rew 2
20.9
302.0
95.0
1.05
172.0
27.0
15.7
-145.0
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
MT 3
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
30 Lampiran 14 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Taman tahun 2010 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 250.378
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Taman
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Juli
Nov
1
1-Jul
16-Nov
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
52.2
99.0
53.3
0.59
147.2
151.4
100.0
4.2
Jan Rew 2
59.5
279.0
75.3
0.83
207.9
147.8
71.1
-60.1
Feb Rew 1
61.7
256.0
0.0
0.00
-
135.8
100.0
135.8
Feb Rew 2
70.7
105.0
0.0
0.00
-
140.1
100.0
140.1
Maret Rew 1
61.5
276.0
70.4
0.78
194.3
152.1
78.3
-42.1
Maret Rew 2
46.3
117.0
0.0
0.00
-
115.0
100.0
115.0
April Rew 1
45.9
22.0
0.0
0.00
-
152.3
100.0
152.3
April Rew 2
28.4
271.0
0.0
0.00
-
150.4
100.0
150.4
Juli Rew 1
52.8
4.0
54.5
0.60
150.3
114.0
75.8
-36.3
Juli Rew 2
55.2
1.0
0.0
0.00
-
107.5
100.0
107.5
Agust Rew 1
54.5
14.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Agust Rew 2
63.3
98.0
0.0
0.00
-
107.5
100.0
107.5
Sept Rew 1
63.9
113.0
73.9
0.81
204.0
149.3
73.2
-54.6
Sept Rew 2
59.2
164.0
70.0
0.77
193.3
114.0
59.0
-79.3
Okt Rew 1
50.5
0.0
0.0
0.00
-
148.7
100.0
148.7
Okt Rew 2
21.7
11.0
100.0
1.10
276.0
147.9
53.6
-128.1
Nov Rew 2
54.5
71.0
54.1
0.60
149.2
114.0
76.4
-35.2
Des Rew 1
58.6
150.0
72.3
0.80
199.5
114.0
57.2
-85.5
Des Rew 2
16.3
84.0
72.9
0.80
201.1
142.3
70.8
-58.7
Jan Rew 1
16.8
320.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Jan Rew 2
17.9
81.0
0.0
0.00
-
107.5
100.0
107.5
Feb Rew 1
21.4
205.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Feb Rew 2
44.4
155.0
0.0
0.00
-
116.0
100.0
116.0
Mart Rew 1
17.9
175.0
98.0
1.08
270.5
114.0
42.1
-156.5
Bulan
Surplus / Defisit (l/s)
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji
31 Lampiran 15 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Wantil tahun 2010 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 573.085
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Wantil
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Juli
Des
1
16-Jul
1-Dec
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
52.2
99.0
53.3
0.59
337.0
217.0
64.4
-120.0
Jan Rew 2
59.5
279.0
75.3
0.83
475.8
219.0
46.0
-256.8
Feb Rew 1
61.7
256.0
0.0
0.00
-
221.0
100.0
221.0
Feb Rew 2
70.7
105.0
0.0
0.00
-
226.0
100.0
226.0
Maret Rew 1
61.5
276.0
70.4
0.78
444.6
228.0
51.3
-216.6
Maret Rew 2
46.1
117.0
0.0
0.00
-
211.0
100.0
211.0
April Rew 1
48.5
22.0
0.0
0.00
-
228.0
100.0
228.0
April Rew 2
28.8
271.0
0.0
0.00
-
235.7
100.0
235.7
Juli rew 2
55.1
1.0
51.4
0.57
324.5
204.0
62.9
-120.5
Ags Rew 1
53.5
14.0
0.0
0.00
-
199.0
100.0
199.0
Agst Rew 2
57.8
98.0
76.5
0.84
483.0
204.0
42.2
-279.0
Sept Rew 1
66.9
113.0
72.8
0.80
460.1
214.0
46.5
-246.1
Sept Rew 2
58.9
164.0
70.0
0.77
442.5
114.0
25.8
-328.5
Okt Rew 1
53.3
0.0
0.0
0.00
-
199.0
100.0
199.0
Okt Rew 2
44.4
0.0
0.0
0.00
-
215.6
100.0
215.6
Nov Rew 1
25.2
131.0
63.0
0.69
398.0
204.0
51.3
-194.0
Des Rew 1
55.0
150.0
0.0
0.00
-
218.0
100.0
218.0
Des Rew 2
19.6
84.0
72.8
0.80
460.0
221.0
48.0
-239.0
Jan Rew 1
16.3
320.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Jan Rew 2
17.7
81.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Feb Rew 1
19.7
205.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Feb Rew 2
51.3
155.0
0.0
0.00
-
209.0
100.0
209.0
Mart Rew 1
45.3
175.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Mart Rew 2
17.3
379.0
66.0
0.73
416.9
211.0
50.6
-205.9
Bulan
Surplus / Defisit (l/s)
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji
32 Lampiran 16 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bagor tahun 2010 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 521.483
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Bagor
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
MT 3
Februari
Juni
Nov
1
16-Jun
16-Nov
Pemenuhan Irigasi (%)
Curah Hujan (mm)
Feb rew 1
60.6
257.0
126.3
1.39
726.1
208.0
28.6
-518.1
Feb Rew 2
67.2
181.0
80.5
0.89
462.8
212.8
46.0
-250.0
Mart Rew 1
58.9
0.0
79.5
0.88
456.8
214.0
46.8
-242.8
Mart Rew 2
59.2
2.0
0.0
0.00
-
207.4
100.0
207.4
April Rew 1
52.0
122.0
0.0
0.00
-
214.0
100.0
214.0
April Rew 2
46.5
165.0
0.0
0.00
-
217.0
100.0
217.0
Mei rew 1
48.8
166.0
0.0
0.00
-
215.0
100.0
215.0
Pembentukan Biji mei rew 2
24.2
114.0
79.0
0.87
454.1
195.9
43.1
-258.2
Juni Rew 2
50.4
17.0
53.0
0.58
304.6
190.0
62.4
-114.6
Juli Rew 1
52.8
21.0
98.0
1.08
563.5
198.4
35.2
-365.1
Juli Rew 2
56.2
2.0
0.0
0.00
-
195.0
100.0
195.0
Agus Rew 1
59.1
31.0
0.0
0.00
-
198.8
100.0
198.8
Agus Rew 2
61.2
95.0
0.0
0.00
-
195.0
100.0
195.0
Sept Rew 1
65.7
129.0
0.0
0.00
-
201.2
100.0
201.2
Sep rew 2
50.5
65.0
0.0
0.00
-
189.0
100.0
189.0
Pembentukan Biji Okt rew 1
21.7
137.0
2.0
0.02
11.5
192.6
100.0
181.1
Nov Rew 2
54.5
125.0
54.1
0.60
310.8
202.8
65.2
-108.0
Des Rew 1
58.6
153.0
76.4
0.84
439.3
205.0
46.7
-234.3
Des Rew 2
16.3
81.0
71.9
0.79
413.3
208.0
50.3
-205.3
Jan Rew 1
16.8
279.0
0.0
0.00
-
194.0
100.0
194.0
Jan Rew 2
17.9
108.0
0.0
0.00
-
205.0
100.0
205.0
Feb rew 1
19.9
215.0
0.0
0.00
-
194.0
100.0
194.0
Feb rew 2
15.2
166.0
0.0
0.00
-
204.0
100.0
204.0
5.4
172.0
75.0
0.83
431.1
205.0
47.6
-226.1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Fase
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji Mart rew 1
33 Lampiran 17 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Dolikan tahun 2010 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 388.489
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Dolikan
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 2 Juni
Nov
1
16-Jun
16-Nov
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
52.2
130.0
53.3
0.59
228.5
139.0
60.8
-89.5
Jan Rew 2
59.5
341.0
75.3
0.83
322.6
144.0
44.6
-178.6
Feb Rew 1
61.7
257.0
77.1
0.85
330.2
147.0
44.5
-183.2
Feb Rew 2
70.7
181.0
73.7
0.81
315.7
155.8
49.4
-159.8
Mart Rew 1
61.5
0.0
71.9
0.79
308.0
156.0
50.7
-152.0
Mart Rew 2
45.1
0.0
0.0
0.00
-
155.0
100.0
155.0
April Rew 1
48.8
39.0
0.0
0.00
-
156.0
100.0
156.0
Pembentukan Biji April Rew 2
24.2
251.0
0.0
0.00
-
161.0
100.0
161.0
Jun rew 2
50.4
17.0
53.0
0.58
226.9
143.0
63.0
-83.9
Juli rew 1
52.8
21.0
98.0
1.08
419.8
143.2
34.1
-276.6
Juli rew 2
56.2
2.0
0.0
0.00
-
146.0
100.0
146.0
Agust Rew 1
59.1
31.0
0.0
0.00
-
145.0
100.0
145.0
Agust Rew 2
61.2
95.0
0.0
0.00
-
146.0
100.0
146.0
Sept Rew 1
63.6
129.0
0.0
0.00
-
134.0
100.0
134.0
Sept Rew 2
50.5
65.0
0.0
0.00
-
142.1
100.0
142.1
21.7
47.0
100.0
1.10
428.2
145.0
33.9
-283.2
Nov Rew 2
54.5
125.0
54.1
0.60
231.6
136.0
58.7
-95.6
Des Rew 1
58.6
153.0
76.4
0.84
327.2
142.0
43.4
-185.2
Des Rew 2
16.3
81.0
71.9
0.79
307.9
146.0
47.4
-161.9
Jan Rew 1
16.8
279.0
0.0
0.00
-
147.0
100.0
147.0
Jan Rew 2
17.9
108.0
0.0
0.00
-
154.0
100.0
154.0
Feb Rew 1
23.3
215.0
0.0
0.00
-
147.0
100.0
147.0
Feb Rew 2
51.8
166.0
0.0
0.00
-
152.0
100.0
152.0
8.0
148.0
99.0
1.09
423.9
156.0
36.8
-267.9
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi (l/s/ha) Total (l/s)
MT 3
Kebutuhan Tanaman (mm)
Fase
Kebutuhan Irigasi Neto (mm)
MT 1 Januari
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji Okt Rew 1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji Mart Rew 1
34 Lampiran 18 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bogem tahun 2010 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 221.791
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Bogem
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Juni
Nov
1
16-Jun
16-Nov
Pemenuhan Irigasi (%)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
52.2
130.0
53.3
0.59
130.4
110.0
84.3
-20.4
Jan Rew 2
59.5
341.0
75.3
0.83
184.2
116.0
63.0
-68.2
Feb Rew 1
61.7
257.0
77.1
0.85
188.5
117.0
62.1
-71.5
Feb Rew 2
70.7
181.0
73.7
0.81
180.2
132.9
73.8
-47.3
Mart Rew 1
61.5
0.0
71.9
0.79
175.8
135.0
76.8
-40.8
Mar Rew 2
41.6
0.0
0.0
0.00
-
113.0
100.0
113.0
April Rew 1
48.8
39.0
0.0
0.00
-
135.0
100.0
135.0
Pembentukan Biji April Rew 2
24.2
180.0
85.0
0.94
207.8
138.0
66.4
-69.8
Juni rew 2
50.4
17.0
53.0
0.58
129.5
106.0
81.8
-23.5
Juli rew 1
52.8
21.0
98.0
1.08
239.7
110.9
46.3
-128.8
Juli rew 2
56.2
2.0
0.0
0.00
-
107.0
100.0
107.0
Agst rew 1
59.1
31.0
0.0
0.00
-
107.0
100.0
107.0
Agst rew 2
61.2
95.0
0.0
0.00
-
107.0
100.0
107.0
Sept Rew 1
65.7
129.0
0.0
0.00
-
105.7
100.0
105.7
Sept Rew 2
50.5
65.0
0.0
0.00
-
105.3
100.0
105.3
21.7
137.0
2.0
0.02
4.9
107.0
100.0
102.1
Nov rew 2
54.5
125.0
54.1
0.60
132.2
108.0
81.7
-24.2
Des Rew 1
58.6
153.0
76.4
0.84
186.8
114.0
61.0
-72.8
Des Rew 2
16.3
81.0
71.9
0.79
175.8
116.0
66.0
-59.8
Jan Rew 1
16.8
279.0
0.0
0.00
-
108.0
100.0
108.0
Jan Rew 2
17.9
108.0
0.0
0.00
-
112.0
100.0
112.0
Feb Rew 1
23.3
215.0
0.0
0.00
-
108.0
100.0
108.0
Feb Rew 2
51.8
166.0
0.0
0.00
-
111.0
100.0
111.0
8.0
148.0
99.0
1.09
242.0
112.0
46.3
-130.0
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Fase
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji Okt rew 1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji Mart Rew 1
35 Lampiran 19 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2010 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 164.267
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Jetak
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Juni
Nov
1
16-Jun
16-Nov
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Bulan
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
52.2
130.0
53.3
0.59
96.6
25.0
25.9
-71.6
Jan Rew 2
59.5
341.0
75.3
0.83
136.4
27.0
19.8
-109.4
Feb Rew 1
61.7
257.0
77.1
0.85
139.6
29.0
20.8
-110.6
Feb Rew 2
70.7
181.0
73.7
0.81
133.5
28.0
21.0
-105.5
Mart Rew 1
61.5
0.0
71.9
0.79
130.2
30.0
23.0
-100.2
Mart Rew 2
45.1
0.0
0.0
0.00
-
28.0
100.0
28.0
Aprl Rew 1
48.8
39.0
0.0
0.00
-
30.0
100.0
30.0
Pembentukan Biji April Rew 2
24.2
251.0
0.0
0.00
-
32.9
100.0
32.9
Jun rew 2
50.4
17.0
53.0
0.58
95.9
23.0
24.0
-72.9
Juli rew 1
52.8
21.0
98.0
1.08
177.5
22.5
12.7
-155.0
Juli rew 2
56.2
2.0
0.0
0.00
-
22.0
100.0
22.0
Agus rew 1
59.1
31.0
0.0
0.00
-
22.0
100.0
22.0
Agus rew 2
61.2
95.0
0.0
0.00
-
22.0
100.0
22.0
Sept Rew 1
63.6
129.0
0.0
0.00
-
25.0
100.0
25.0
Sept rew 2
50.5
65.0
0.0
0.00
-
23.5
100.0
23.5
Pembentukan Biji Okt Rew 1
21.7
47.0
100.0
1.10
181.1
22.0
12.1
-159.1
Nov rew 2
54.5
125.0
54.1
0.60
97.9
26.0
26.6
-71.9
Des Rew 1
58.6
153.0
76.4
0.84
138.4
27.0
19.5
-111.4
Des Rew 2
16.3
81.0
71.9
0.79
130.2
28.0
21.5
-102.2
Jan Rew 1
16.8
279.0
0.0
0.00
-
23.0
100.0
23.0
Jan Rew 2
17.9
108.0
0.0
0.00
-
28.0
100.0
28.0
Feb Rew 1
23.3
215.0
0.0
0.00
-
23.0
100.0
23.0
Feb Rew 2
51.8
166.0
0.0
0.00
-
26.0
100.0
26.0
8.0
148.0
99.0
1.09
179.3
27.0
15.1
-152.3
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
MT 3
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji Mart Rew 1
36 Lampiran 20 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Plosowareng tahun 2011 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
: Plosowareng
Tanggal Tanam
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 1598.19306
MT 1
MT 2
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Nov
April
Okt
16
16-Apr
1-Oct
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Fase
Tanggal
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Nov Rew 2
54.7
102.0
54.1
0.60
952.6
1148.0
Des Rew 1
58.4
42.0
76.4
0.84
1,346.2
Des Rew 2
18.5
29.0
71.9
0.79
1,266.7
Jan Rew 1
18.3
231.0
0.0
0.00
Jan Rew 2
17.9
92.0
0.0
0.00
Feb rew 1
19.1
159.0
0.0
Feb Rew 2
50.7
156.0
0.0
25.4
159.0
100.0
1.10
Apr Rew 2
49.5
76.0
53.9
Mei Rew 1
50.8
59.0
Mei Rew 2
45.9
25.0
Juni Rew 1
54.6
Juni Rew 2
12.4
Juli Rew 1 Juli Rew 2
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Neto Irigasi Irigasi Total (mm) (l/s/ha) (l/s)
MT 3
Pemenuhan Irigasi (%)
Surplus / Defisit (l/s)
100.0
195.4
1148.0
85.3
-198.2
1330.0
100.0
63.3
-
1148.0
100.0
1,148.0
-
1144.8
100.0
1,144.8
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
0.00
-
1155.8
100.0
1,155.8
1,761.7
1148.0
65.2
-613.7
0.59
950.2
1148.0
100.0
197.8
76.8
0.85
1,353.2
1148.0
84.8
-205.2
76.8
0.85
1,353.2
1144.8
84.6
-208.3
0.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
0.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
57.2
35.0
73.7
0.81
1,297.6
1148.0
88.5
-149.6
60.5
31.0
71.9
0.79
1,266.2
1144.8
90.4
-121.4
29.4
0.0
100.0
1.10
1,761.7
1148.0
65.2
-613.7
Okt Rew 1
50.2
0.0
0.0
0.00
1148.0
100.0
1,148.0
Okt Rew 2
61.1
98.0
71.4
0.79
1,257.8
1144.8
91.0
-113.0
Nov Rew 1
55.4
164.0
75.4
0.83
1,327.8
1148.0
86.5
-179.8
Nov Rew 2
60.2
102.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
Des Rew 1
53.6
42.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
Des Rew 2
60.1
37.0
0.0
0.00
-
1144.8
100.0
1,144.8
Jan Rew 1
15.2
327.0
0.0
0.00
-
1148.0
100.0
1,148.0
Pembentukan Biji Jan Rew 2
5.4
120.0
100.0
1.10
1144.8
65.0
-616.9
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji Mart Rew 1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji Agst Rew 1
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
-
Pembungaan 1,761.7
37 Lampiran 21 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Taman tahun 2011 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 250.378
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Taman
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Tanggal
MT 2
MT 3
Nov
April
Okt
16
16-Apr
16-Oct
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Nov Rew 2
54.7
82.0
54.1
0.60
149.2
114.0
76.4
-35.2
Des Rew 1
58.4
150.0
72.3
0.80
199.5
114.0
57.2
-85.5
Des Rew 2
18.5
68.0
72.9
0.80
201.1
142.3
70.8
-58.7
Jan Rew 1
18.3
336.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Jan Rew 2
17.9
81.0
0.0
0.00
-
107.5
100.0
107.5
Feb Rew 1
19.1
175.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Feb Rew 2
50.7
185.0
0.0
0.00
-
116.0
100.0
116.0
Mart Rew 1
25.4
175.0
85.0
0.94
234.6
114.0
48.6
-120.6
April Rew 2
49.5
52.0
53.9
0.59
148.9
114.0
76.6
-34.9
Mei Rew 1
50.8
179.0
92.3
1.02
254.8
114.0
44.7
-140.8
Mei Rew 2
45.9
7.0
76.8
0.85
212.0
109.1
51.5
-102.9
Juni Rew 1
54.6
0.0
71.8
0.79
198.3
114.0
57.5
-84.3
Juni Rew 2
12.4
1.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Juli Rew 1
58.1
3.0
71.2
0.79
196.6
114.0
58.0
-82.6
Juli Rew 2
63.6
72.0
0.0
0.00
-
110.8
100.0
110.8
Agust Rew 1
20.9
3.0
100.0
1.10
276.0
114.0
41.3
-162.0
Okt Rew 2
57.3
194.0
0.0
0.00
-
109.1
100.0
109.1
Nov rew 1
58.1
142.0
75.3
0.83
207.8
114.0
54.9
-93.8
Nov rew 2
58.4
71.0
78.6
0.87
217.1
114.0
52.5
-103.1
Des rew 1
53.0
150.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Des Rew 2
58.6
68.0
0.0
0.00
-
109.1
100.0
109.1
Jan Rew 1
18.5
317.0
0.0
0.00
-
115.7
100.0
115.7
Jan Rew 2
15.0
253.0
0.0
0.00
-
107.5
100.0
107.5
Feb Rew 2
0.0
104.0
71.0
0.78
196.0
114.0
58.2
-82.0
Bulan
Surplus / Defisit (l/s)
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji
38 Lampiran 22 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Wantil tahun 2011 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 573.085
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Wantil
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Mei
Nov
1
16-May
1-Nov
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
16.0
325.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Jan Rew 2
18.2
92.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Feb Rew 1
18.9
205.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Feb Rew 2
50.7
155.0
0.0
0.00
-
209.0
100.0
209.0
Maret Rew 1
50.6
175.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Maret Rew 2
47.3
329.0
71.6
0.79
452.2
211.0
46.7
-241.2
April Rew 1
48.8
226.0
0.0
0.00
-
224.0
100.0
224.0
April Rew 2
30.0
5.0
100.0
1.10
631.7
221.0
35.0
-410.7
Mei rew 2
45.1
7.0
54.0
0.60
341.3
203.0
59.5
-138.3
Juni rew 1
48.9
0.0
95.1
1.05
600.4
223.4
37.2
-377.0
Juni Rew 2
11.3
1.0
70.7
0.78
446.5
218.0
48.8
-228.5
Juli Rew 1
60.1
3.0
0.0
0.00
-
205.0
100.0
205.0
Juli Rew 2
62.8
72.0
74.2
0.82
468.9
182.0
38.8
-286.9
Agst Rew 1
63.4
0.0
141.1
1.56
891.6
181.0
20.3
-710.6
Agst Rew 2
47.9
0.0
0.0
0.00
-
204.0
100.0
204.0
Sept Rew 1
24.0
0.0
100.0
1.10
631.7
202.0
32.0
-429.7
Nov rew 1
54.3
142.0
0.0
0.00
-
214.0
100.0
214.0
Nov Rew 2
60.6
83.0
79.7
0.88
503.3
217.0
43.1
-286.3
Des Rew 1
51.2
138.0
71.6
0.79
452.5
218.0
48.2
-234.5
Des Rew 2
56.0
171.0
0.0
0.00
-
221.0
100.0
221.0
Jan Rew 1
17.0
214.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Jan Rew 2
15.5
254.0
0.0
0.00
-
210.0
100.0
210.0
Feb Rew 1
0.0
142.0
0.0
0.00
-
203.0
100.0
203.0
Feb Rew 2
0.0
193.0
79.0
0.87
499.0
209.1
41.9
-290.0
Bulan
Surplus / Defisit (l/s)
Pembungaan
MT 2 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
MT 3 - PADI
Pembentukan Biji
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan Pembentukan Biji
39 Lampiran 23 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bagor tahun 2011 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 521.483
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Bagor
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
MT 3
Januari
Mei
Okt
1
16-May
16-Oct
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
16.0
297.0
0.0
0.00
-
194.0
Jan Rew 2
18.2
108.0
71.6
0.79
411.5
Feb rew 1
18.9
214.0
0.0
0.00
-
Feb Rew 2
50.7
167.0
0.0
0.00
Mart Rew 1
50.6
148.0
0.0
Mart Rew 2
47.3
352.0
0.0
April Rew 1
48.8
188.0
Pembentukan Biji April Rew 2
30.0
Mei Rew 2
45.1
Juni Rew 1 Juni Rew 2
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Fase
Pemenuhan Irigasi (%)
Surplus / Defisit (l/s)
100.0
194.0
205.0
49.8
-206.5
194.0
100.0
194.0
-
204.0
100.0
204.0
0.00
-
205.0
100.0
205.0
0.00
-
206.0
100.0
206.0
0.0
0.00
-
219.0
100.0
219.0
26.0
100.0
1.10
574.8
215.0
37.4
-359.8
26.0
54.0
0.60
310.6
195.6
63.0
-115.0
48.9
0.0
77.7
0.86
446.9
214.0
47.9
-232.9
11.3
20.0
70.7
0.78
406.3
209.0
51.4
-197.3
Juli Rew 1
60.1
6.0
0.0
0.00
-
195.0
100.0
195.0
Juli Rew 2
62.8
44.0
74.2
0.82
426.7
173.0
40.5
-253.7
Agus Rew 1
65.2
0.0
70.3
0.77
404.0
172.0
42.6
-232.0
Agus Rew 2
63.6
0.0
73.4
0.81
421.7
200.0
47.4
-221.7
Pembentukan Biji Sept Rew 1
20.9
4.0
100.0
1.10
574.8
182.0
31.7
-392.8
Okt Rew 2
57.3
288.0
0.0
0.00
-
188.0
100.0
188.0
Nov Rew 1
58.1
178.0
76.8
0.85
441.2
201.8
45.7
-239.4
Noc Rew 2
58.4
125.0
78.6
0.87
452.1
202.8
44.9
-249.3
Des Rew 1
53.0
153.0
0.0
0.00
-
205.0
100.0
205.0
Des Rew 2
58.6
63.0
0.0
0.00
-
208.0
100.0
208.0
Jan Rew 1
18.5
316.0
0.0
0.00
-
194.0
100.0
194.0
Jan Rew 2
12.9
211.0
0.0
0.00
-
205.0
100.0
205.0
Pembentukan Biji Feb Rew 1
0.0
102.0
69.0
0.76
396.6
194.0
48.9
-202.6
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
40 Lampiran 24 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Dolikan tahun 2011 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 388.489
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Dolikan
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Mei
Okt
1
16-May
1-Oct
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
16.0
297.0
0.0
0.00
-
147.0
100.0
147.0
Jan Rew 2
18.2
108.0
71.6
0.79
306.5
154.0
50.2
-152.5
Feb Rew 1
18.9
214.0
0.0
0.00
-
147.0
100.0
147.0
Feb Rew 2
50.7
167.0
0.0
0.00
-
152.0
100.0
152.0
Mart Rew 1
50.6
148.0
0.0
0.00
-
156.0
100.0
156.0
Mart Rew 2
47.3
352.0
0.0
0.00
-
155.0
100.0
155.0
April Rew 1
48.8
188.0
0.0
0.00
-
170.7
100.0
170.7
Pembentukan Biji April Rew 2
30.0
26.0
100.0
1.10
428.2
160.0
37.4
-268.2
Mei Rew 2
45.1
26.0
54.0
0.60
231.4
150.0
64.8
-81.4
Juni rew 1
48.9
0.0
77.7
0.86
332.9
160.0
48.1
-172.9
Jun rew 2
11.3
20.0
70.7
0.78
302.7
158.0
52.2
-144.7
Juli rew 1
60.1
6.0
0.0
0.00
-
142.0
100.0
142.0
Juli rew 2
62.8
44.0
74.2
0.82
317.9
115.0
36.2
-202.9
Agust Rew 1
64.3
0.0
142.1
1.57
608.4
115.0
18.9
-493.4
Agust Rew 2
60.5
0.0
0.0
0.00
-
134.0
100.0
134.0
Pembentukan Biji Sept Rew 1
29.4
0.0
100.0
1.10
428.2
130.0
30.4
-298.2
Okt rew 1
50.2
4.0
53.5
0.59
229.0
127.0
55.5
-102.0
Okt rew 2
61.1
288.0
0.0
0.00
-
131.0
100.0
131.0
Nov rew 1
55.4
178.0
76.9
0.85
329.2
134.0
40.7
-195.2
Nov Rew 2
60.2
125.0
0.0
0.00
-
136.0
100.0
136.0
Des Rew 1
53.6
153.0
0.0
0.00
-
142.0
100.0
142.0
Des Rew 2
63.4
162.0
0.0
0.00
-
146.0
100.0
146.0
Jan Rew 1
15.2
217.0
0.0
0.00
-
147.0
100.0
147.0
Pembentukan Biji Jan Rew 2
5.4
211.0
88.0
0.97
376.8
154.0
40.9
-222.8
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
MT 3
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
41 Lampiran 25 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Bogem tahun 2011 NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 221.791
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Bogem
MT 1
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 2
MT 3
Januari
Mei
Okt
1
16-May
16-Oct
Pemenuhan Irigasi (%)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
16.0
297.0
0.0
0.00
-
108.0
Jan Rew 2
18.2
108.0
71.6
0.79
175.0
112.0
64.0
-63.0
Feb Rew 1
18.9
214.0
0.0
0.00
-
108.0
100.0
108.0
Feb Rew 2
50.7
167.0
0.0
0.00
-
111.0
100.0
111.0
Mart Rew 1
50.6
148.0
0.0
0.00
-
112.0
100.0
112.0
Mar Rew 2
46.3
352.0
0.0
0.00
-
113.0
100.0
113.0
April Rew 1
48.8
188.0
0.0
0.00
-
126.0
100.0
126.0
Pembentukan Biji April Rew 2
30.0
26.0
100.0
1.10
244.5
112.0
45.8
-132.5
Mei Rew 2
45.1
26.0
54.0
0.60
132.1
120.0
90.8
-12.1
Juni Rew 1
48.9
0.0
77.7
0.86
190.1
111.0
58.4
-79.1
Juni rew 2
11.3
20.0
70.7
0.78
172.8
109.0
63.1
-63.8
Juli rew 1
60.1
6.0
0.0
0.00
-
94.0
100.0
94.0
Juli rew 2
62.8
44.0
74.2
0.82
181.5
85.0
46.8
-96.5
Agst rew 1
65.2
0.0
70.3
0.77
171.8
85.0
49.5
-86.8
Agst rew 2
63.6
0.0
73.4
0.81
179.4
101.0
56.3
-78.4
Pembentukan Biji Sept Rew 1
20.9
4.0
100.0
1.10
244.5
96.0
39.3
-148.5
Okt Rew 2
57.3
288.0
0.0
0.00
-
98.0
100.0
98.0
Nov Rew 1
58.1
178.0
76.8
0.85
187.6
106.0
56.5
-81.6
Nov Rew 2
58.4
125.0
78.6
0.87
192.3
107.8
56.1
-84.5
Des rew 1
53.0
153.0
0.0
0.00
-
114.0
100.0
114.0
Des Rew 2
58.6
63.0
0.0
0.00
-
116.0
100.0
116.0
Jan Rew 1
18.5
316.0
0.0
0.00
-
108.0
100.0
108.0
Jan Rew 2
14.0
211.0
0.0
0.00
-
112.0
100.0
112.0
Pembentukan Biji Feb Rew 1
0.0
102.0
69.0
0.76
168.7
108.0
64.0
-60.7
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Bulan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Kebutuhan Tanaman (mm)
Fase
100.0
Surplus / Defisit (l/s)
108.0
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
42 Lampiran 26 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2012 data AWLR NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 164.267
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Jetak
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Mei
Okt
1
16-May
1-Oct
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Bulan
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
16.0
312.0
50.9
0.56
92.1
4305.3
100.0
4,213.2
Jan Rew 2
18.2
218.0
0.0
0.00
-
3265.0
100.0
3,265.0
Feb Rew 1
18.9
102.0
70.6
0.78
127.8
2471.4
100.0
2,343.6
Feb Rew 2
50.7
261.0
0.0
0.00
-
3907.3
100.0
3,907.3
Mart Rew 1
50.6
111.0
0.0
0.00
-
2146.5
100.0
2,146.5
Mart Rew 2
47.3
99.0
0.0
0.00
-
1570.0
100.0
1,570.0
Aprl Rew 1
48.8
216.0
74.0
0.82
134.0
2319.2
100.0
2,185.1
Pembentukan Biji April Rew 2
30.0
33.0
100.0
1.10
181.1
1444.8
100.0
1,263.8
Mei rew 2
45.1
0.0
54.0
0.60
97.8
560.9
100.0
463.1
Juni rew 1
48.9
12.0
96.1
1.06
173.9
484.2
100.0
310.3
Juni rew 2
11.3
0.0
70.9
0.78
128.3
421.9
100.0
293.6
Juli rew 1
60.1
0.0
0.0
0.00
-
59.7
100.0
59.7
Juli rew 2
62.8
0.0
74.2
0.82
134.4
52.7
39.2
-81.7
Agus rew 1
64.3
0.0
142.1
1.57
257.2
382.3
100.0
125.0
Agus rew 2
60.5
0.0
0.0
0.00
-
302.6
100.0
302.6
Pembentukan Biji Sept Rew 1
29.4
0.0
100.0
1.10
181.1
64.7
35.7
-116.4
Okt rew 1
50.2
18.0
53.5
0.59
96.8
349.0
100.0
252.2
Okt rew 2
61.1
44.0
77.4
0.85
140.2
618.6
100.0
478.4
Nov rew 1
55.4
99.0
0.0
0.00
-
551.1
100.0
551.1
Nov rew 2
60.2
273.0
0.0
0.00
-
2094.9
100.0
2,094.9
Des Rew 1
53.6
150.0
0.0
0.00
-
1836.1
100.0
1,836.1
Des Rew 2
60.1
137.0
0.0
0.00
-
2145.4
100.0
2,145.4
Jan Rew 1
15.2
217.0
0.0
0.00
-
27.6
100.0
27.6
Pembentukan Biji Jan Rew 2
5.4
211.0
88.0
0.97
159.3
28.0
17.6
-131.3
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
MT 3
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
43 Lampiran 27 Neraca air lahan sawah daerah irigasi Jetak tahun 2012 data PU NERACA KEBUTUHAN - KETERSEDIAAN AIR LAHAN SAWAH Nama Daerah Irigasi
:
Luas Layanan Irigasi (ha)
: 164.267
Efisiensi Saluran Irigasi (%)
:
Tanggal Tanam
Jetak
70.0%
Bulan
:
MT 1 - PADI
Pola Tanam
Tanggal
MT 1
MT 2
Januari
Mei
Okt
1
16-May
1-Oct
Ketersediaan Irigasi (l/s)
Pemenuhan Irigasi (%)
Bulan
Kebutuhan Tanaman (mm)
Curah Hujan (mm)
Jan Rew 1
16.0
312.0
50.9
0.56
92.1
25.0
27.1
-67.1
Jan Rew 2
18.2
218.0
0.0
0.00
-
27.0
100.0
27.0
Feb Rew 1
18.9
102.0
70.6
0.78
127.8
29.0
22.7
-98.8
Feb Rew 2
50.7
261.0
0.0
0.00
-
28.5
100.0
28.5
Mart Rew 1
50.6
111.0
0.0
0.00
-
29.9
100.0
29.9
Mart Rew 2
47.3
99.0
0.0
0.00
-
28.1
100.0
28.1
Aprl Rew 1
48.8
216.0
74.0
0.82
134.0
30.1
22.4
-104.0
Pembentukan Biji April Rew 2
30.0
33.0
100.0
1.10
181.1
31.6
17.5
-149.5
Mei rew 2
45.1
0.0
54.0
0.60
97.8
24.2
24.7
-73.7
Juni rew 1
48.9
12.0
96.1
1.06
173.9
24.0
13.8
-149.9
Juni rew 2
11.3
0.0
70.9
0.78
128.3
24.0
18.7
-104.3
Juli rew 1
60.1
0.0
0.0
0.00
-
22.5
100.0
22.5
Juli rew 2
62.8
0.0
74.2
0.82
134.4
22.4
16.6
-112.0
Agus rew 1
64.3
0.0
142.1
1.57
257.2
22.0
8.6
-235.2
Agus rew 2
60.5
0.0
0.0
0.00
-
22.0
100.0
22.0
Pembentukan Biji Sept Rew 1
29.4
0.0
100.0
1.10
181.1
21.1
11.6
-160.0
Okt rew 1
50.2
18.0
53.5
0.59
96.8
24.7
25.5
-72.1
Okt rew 2
61.1
44.0
77.4
0.85
140.2
25.0
17.8
-115.2
Nov rew 1
55.4
99.0
0.0
0.00
-
21.6
100.0
21.6
Nov rew 2
60.2
273.0
0.0
0.00
-
21.5
100.0
21.5
Des Rew 1
53.6
150.0
0.0
0.00
-
26.7
100.0
26.7
Des Rew 2
60.1
137.0
0.0
0.00
-
27.0
100.0
27.0
Jan Rew 1
15.2
217.0
0.0
0.00
-
23.3
100.0
23.3
Pembentukan Biji Jan Rew 2
5.4
211.0
88.0
0.97
159.3
28.0
17.6
-131.3
Fase
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Irigasi Irigasi Irigasi Neto (mm) (l/s/ha) Total (l/s)
MT 3
Surplus / Defisit (l/s)
MT 2 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
MT 3 - PADI
Pembungaan
Penanaman dan Perkembangan Vegetatif
Pembungaan
44
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis, tanggal 17 Februari 1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan Bapak Supardi dan Ibu Sunarsih. Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan kegiatan belajar di SMA Negeri 1 Pangandaran. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI, serta terdaftar menjadi mahasiswa Program Studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Selama masa studi di IPB, penulis pernah aktif dalam Himpro HIMAGRETO tahun 2010-2011. Pada tahun yang sama, penulis berpartisipasi dalam kegiatan Meteorologi Interaktif (METRIK) Pesta Sains IPB tingkat nasional. Penulis juga pernah mengikuti drama musikal antar Departemen dalam kegiatan Spirit FMIPA tahun 2011. Penulis telah melakukan kegiatan praktek lapang di Balai Agroklimat dan Hidrologi Bogor pada bulan Juli 2012.