ANALISIS SOAL TES BUATAN GURU BIOLOGI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SE-JAKARTA SELATAN BERDASARKAN ASPEK KOGNITIF TAKSONOMI BLOOM
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syaratsyarat meraih gelar sarjana pendidikan
Oleh NOPITALIA 103016127097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nopitalia NIM : 103016127097 Jurusan/semester : Pendidikan IPA Biologi / XIV Angkatan tahun : 2003 Alamat : Jl. Thamrin Rt 01/04 No. 34 Kel. Ketapang, Kec. Cipondoh, Kota Tangerang 15147
Menyatakan dengan sesungguhnya Bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Jakarta Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom”, adalah benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan: 1. Nama : Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP
: 196501151987031020
2. Nama : Yanti Herlanti, M.Pd NIP
: 197101192008012010
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.
Jakarta, Oktober 2010 Yang menyatakan,
Nopitalia
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, maha suci Allah SWT yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya. Alhamdulillah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan jahiliyah ke jalan ilmu pengetahuan, beserta keluarga dan pada sahabatnya. Berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Jakarta Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom” ini dapat diselesaikan oleh penulis. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih, penghargaan serta rasa hormat kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hanna Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA. 4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., Pembimbing I yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Pembimbing II yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di Jurusan Pend. IPA (Biologi) yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.
iii
7. Kepala sekolah, Guru dan Staf di MTs Negeri Se-Jakarta Selatan, khususnya guru Biologi yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. 8. Bapak, ibu, Suami Tercinta (Doni Husein) dan adik-adikku (Ahmad Fauzan, Zulkifly dan Imam Faidzin), atas dorongan moril dan materil serta doa yang selalu berlimpah. 9. Sahabat seperjuanga yang tercinta Ika, Tina, Jubet, Zaki, Sarah, Irma, Anita, Melly, Helly, Sofi, Puroh, Wahyu, Novi, dan Ari, serta temanteman biologi, fisika, dan kimia angkatan 2003, terima kasih banyak atas bantuan, semangat, dan kebersamaan yang diberikan selama ini, yang takkan pernah terlupakan.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas amal baik.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Jakarta,
Oktober 2010
Penulis
iv
ABSTRAK
Nopitalia, Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Jakarta Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tes buatan guru biologi berdasarkan kesesuaiannya dengan dimensi kognitif taksonomi Bloom . Subjek penelitian ini adalah tujuh MTs Negeri yang berada di Jakarta Selatan. Dari ke tujuh MTs Negeri tersebut, terdapat dua belas orang guru biologi. Data yang berupa soal buatan guru biologi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu, soal obyektif berbentuk pilihan ganda dan soal berbentuk essay. Topik soal dibatasi pada materi bioteknologi yang telah diajarkan. Data tersebut dianalisis sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom serta mengelompokkan data sesuai topik dan memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Selain dianalisis sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom, data dianalisis sesuai dengan silabus dan rencana pembelajaran yang dibuat guru. Hasil analisis tersebut menggambarkan bahwa soal-soal tersebut didominasi pada ranah kognitif pengetahuan (C1) dengan persentase 60,26%, pemahaman (C2) 38,46%, dan analisis (C4) 1,28% serta kesesuaian soal buatan guru dengan silabus dan rencana pembelajaran secara keseluruhan mencapai 83,33% dengan persentase 85,3% untuk butir soal pilihan ganda dan 70% untuk butir soal uraian. Kata kunci: Soal tes buatan guru, Aspek kognitif taksonomi Bloom Revisi.
i
ABSTRACT
Nopitalia, Problem Analysis Artificial Test of State Islamic Junior High School Biology Teacher in South Jakarta Based on Cognitive Aspects of Bloom's Taxonomy, Biological Program Study, Majors Education of IPA, Faculty Science of Tarbiyah and Teachership of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This study aims to determine the quality of teacher-made tests for conformance with a biology based on Bloom's taxonomy. The subjects are seven Islamic Junior High Schools in South Jakarta. From the seven schools, there are twelve a biology teachers. The data that form the artificial problem of biology teachers are devided into two parts, namely, about the objective form of multiple choice questions and essay form. Topics about biotechnology is limited to material that has been taught. Data is analyzed according to the levels of Bloom's Taxonomy and classifying of data according to topic and select or sort the data so that only data used just left. Besides, it is analyzed according to the Bloom's taxonomy, the data is also analyzed according to the rules of writing based on the silabus and RPP. The results of the analysis illustrates that the questions focused 60.26% on knowledge aspect of the cognitive (C1), 38,46% on understanding aspect (C2), and 1,28% on analysis aspect (C4) and the result of the analysis illustrates that the question based on the silabus and RPP is 83,33% with specifically 85,3% to multiple choice questions and 70% to essay form. Keywords: teacher-made tests, the cognitive aspect of Bloom's Revised Taxonomy.
ii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK
…………………………………………………………….....
KATA PENGANTAR
……………………………………………….
i iii
DAFTAR ISI
……………………………………………………….
v
DAFTAR TABEL
....…….…………………………….…………………
viii
DAFTAR LAMPIRAN
.…………………………………….…………
ix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
…………………………..……
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
……..…….…..
3
..………………………
4
…....………………….……………….
4
C. Pembatasan Fokus Penelitian D. Perumusan Masalah
1
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
.……….………
4
BAB II. DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR A. Deskripsi Teoritis 1.
Tes…….………….………………..………………………… 5 a. Pengertian Tes……….……………………………..……... 5 b. Fungsi Tes………………………………………………… 10
2.
Soal……………………………………………..………….… 15 a.Kaidah Penulisan Soal………………………………….... 15 b. Soal yang Bermutu Baik………...…………....……….… 17 c.Teknik Penulisan Soal….………………………..…….… 18 d. Langkah-langkah Penyusunan Soal ……..….………..… 19 e.Penyusunan Butir Soal yang Menuntut Penalaran Tinggi………….………………………………… 19 f. Perakitan Butir Soal ………………….………………..
21
3.
Pengertian dan Tugas Utama Guru............………….…….
22
4.
Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Benyamin S. Bloom
5.
.…..…………………………………...
29
Pengertian Perencanaan Pembelajaran...........………….……. 37
v
6.
Hakikat Biologi ………………..……………………..
7.
Bioteknologi Sebagai Salah Satu Cabang Ilmu Biologi
B. Kerangka Berpikir
39
………..……………………..
40
…………………………..…………..
42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
……………………….
44
……………………….……………....
44
C. Populasi dan Sampel ..………………………………………
45
D. Objek Penelitian
……………….………..........…...…..
45
E. Teknik Pengumpulan Data ..……………….……………..…
45
F. Instrumen Penelitian ……………….………..........…...…..
46
G. Teknik Analisis Data ………………….………………...…..
46
B. Metode Penelitian
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Soal Tes Buatan Guru
...……………..……….
2.
Tingkat Kesinergian Soal Buatan Guru Dengan Standar
48
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
………………………………………..
49
3. Pengelompokan Pengelompokan Soal Tes Buatan Guru Biologi Berdasarkan Tingkatan Kognitif Menurut Taksonomi Bloom….. 50 4.
Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom …..
5.
Kesesuaian Soal Buatan Guru Biologi MTs Negeri
52
se-Jakarta Selatan dengan Silabus dan Rencana Pembelajaran……. 53 6.
Kesesuaian Soal Buatan Guru Biologi MTs Negeri se-Jakarta Selatan dengan Kaidah Penulisan Soal Menurut Departemen Pendidikan Nasional
.………………………........ 54
7.
H asil Wawancara dengan Guru Biologi MTs Negeri Se-Jakarta Selatan............…………….........…….………………...….......... 54
B. Pembahasan……………………..…………………………………..57
vi
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan
……………………………………….………………61
B. Saran
……………………………………………………….61
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………62
LAMPIRAN
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1), pendidikan adalah : 2 “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.3
Disinilah
peran
penting
pendidikan
dalam
menentukan
keberhasilan pembangunan yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Ahmad Sofyan indikator yang paling mudah dilihat adalah prestasi belajar atau lebih umum orang menyebutnya dengan hasil belajar siswa di setiap jenjang dan jalur pendidikan selama ini yang belum memenuhi harapan”.4 Keberhasilan atau kegagalan proses pendidikan sangat tergantung pada faktor berikut : peserta didik, instrument pembelajaran, instrument penunjang, dan penggerak proses pendidikan. Keempat faktor tersebut menentukan keberhasilan pembangunan. 1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2004), cet. Ke-9 (revisi), hal. 10 2 Ibid, hal. 1 3 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:Rineka Cipta,2003), hal. 130 4 Ahmad Sofyan, Jurnal Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN, (Jakarta:FITK UIN Syahid, 2003), hal. 63
2
Instrument pembelajaran utama yang menjadi penentu keberhasilan proses pendidikan adalah guru. Ukuran keberhasilan guru dalam mengajar dapat dilihat dari motivasi siswa dalam belajar. Adams dan Dickley mengemukakan bahwa guru berperan sebagai instructor (pengajar), counselor (pembimbing), scientist (ilmuan), dan person (pribadi). Guru sebagai pengajar bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas, mengelola kelas, dan mengevaluasi kemajuan hasil belajar siswa. 5 Pengevaluasian belajar siswa berfungsi melihat hasil-hasil belajar yang dicapai langsung, bertalian dengan penguasaan tujuan-tujuan pembelajaran yang menjadi target. Selain itu, menilai unsur-unsur yang relevan pada urutan perencanaan dan pelaksanaan pengajaran. 6 Alat evaluasi dalam pengajaran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : tes dan non tes. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya, dalam jangka waktu tertentu. Untuk keperluan evaluasi proses belajar mengajar, dapat digunakan tes yang telah distandardisasikan (Standardized test), maupun tes buatan guru sendiri (Teacher-made test). Standardized test adalah tes yang telah mengalami proses standardisasi, yakni proses validitas dan reliabilitas, sehingga tes tersebut benarbenar valid (shahih) dan reliable (ajeg) untuk suatu tujuan dan bagi kelompok tertentu. Standardized test oleh pemerintah pusat digunakan dalam Ujian Nasional. Sedangkan tes buatan guru sendiri adalah suatu tes yang disusun oleh guru sendiri untuk mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar. Biasanya tes buatan guru sendiri banyak dipergunakan di sekolah-sekolah. Tes buatan guru sendiri ini biasanya terbatas pada suatu kelas atau sekolah. 7 Soal-soal
yang
dibuat
guru
IPA
di
Indonesia
masih
sangat
mengkhawatirkan. Hal ini terbukti dari ketidaksiapan siswa-siswi Indonesia untuk bersaing di kancah global, pencapaian hasil Ujian Nasional yang memprihatinkan,
5 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta:2005), hal. 71-72 6 Ibid, hal. 95 7 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:Rineka Cipta,2006), hal. 278-279
3
dan terus terpuruknya Indonesia diposisi papan bawah dalam berbagai tes berstandar internasional (International standardized test) yang pernah diikuti.8 Berdasarkan Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2006, peringkat Indonesia untuk IPA turun dari 36 dari 40 negara (2003) menjadi 54 dari 57 negara (2006) dengan skor rata-rata turun dari 395 (2003) menjadi 393 (2006). Hasil yang kurang lebih sama juga terlihat dari kajian Trends in International Mathematics an Science Study (TIMSS) tahun 2003, dimana Indonesia berada diurutan 34 dari 45 negara. Untuk IPA, skor rata-rata siswa Indonesia hanya 395, sementara Thailand 429, Singapura 473, Malaysia 510. rendahnya skor ini hanya salah satu gambaran dari kualitas pendidikan di Indonesia yang memprihatinkan. 9 Ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal seperti yang tersaji dalam PISA dan TIMSS, tidak lepas dari kebiasaan siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas bagaimana kualitas soal-soal yang dibuat guru. Selanjutnya masalah tersebut yang dituangkan dalam penulisan skripsi dengan judul : “Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom (Studi Kasus di MTs Negeri Se-Jakarta Selatan).
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka hal yang ingin diketahui adalah bagaimana kualitas soal tes buatan guru biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan? apakah sudah memenuhi aspek kognitif taksonomi Bloom? apakah soal yang dibuat guru sudah sesuai dengan rencana pembelajaran dan silabus ?
8
Sri Hartati Samhadi, (2007). Mengukur Kualitas Tes. (Tersedia online) di www.kompascetak.com. Akses tanggal 7 Mei 2008 9 Ibid
4
C. Pembatasan Masalah Untuk lebih fokus dan sistematisnya penulisan skripsi ini, penelitian ini hanya terbatas pada permasalahan tes buatan guru biologi pada konsep bioteknologi jika ditinjau dari taksonomi yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom pada dimensi kognitif serta ditinjau dari kesesuaian terhadap rencana pembelajaran dan silabus yang dibuat oleh guru.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana soal tes buatan guru biologi MTs Negeri yang ada di Jakarta Selatan berdasarkan aspek kognitif taksonomi Blooms serta kesesuaiannya terhadap rencana pembelajaran dan silabus yang telah dibuat?”
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tes buatan guru biologi berdasarkan kesesuaiannya dengan aspek kognitif taksonomi Bloom serta terhadap rencana pembelajaran dan silabus yang telah dibuat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis dalam upaya perbaikan pembelajaran biologi, yaitu : 1. Bagi guru, hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan khususnya guru biologi dalam membuat tes yang sesuai dengan rencana pembelajaran dan silabus. 2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang bagaimana kondisi soal-soal yang dibuat guru MTs Negeri di Jakarta Selatan. 3. Berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada pembaca serta bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan kebijakan pendidikan selanjutnya.
5
BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN KERANGKA PIKIR
A. Deskripsi Teoretis 1. Tes a. Pengertian Tes Menurut Anas Sudjiono tes merupakan alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu.10 Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum dengan arti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi), sedangkan dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”.11 Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di atas, yaitu istilah test, testing, tester, dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda. Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen); sedangkan testee adalah pihak yang sedang dikenai tes(=peserta tes=peserta ujian), atau pihak yang sedang dikenai percobaan (=tercoba).12 Tes dalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.13 Dengan menekankan syarat kualitas utama, tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap sampel perilaku. Tes
10
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007), hal. 65 Ibid. hal. 66 12 Ibid 13 Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2000), hal. 25 11
6
merupakan sebuah prosedur yang sistematik guna mengukur sampel perilaku seseorang.14 Tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada muridmuridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya, dalam jangka waktu tertentu. 15 Di dalam pendidikan terdapat bermacam-macam alat penilaian yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar, seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Yang dimaksud dengan standardized test
ialah tes yang telah mengalami proses
standardisasi, yakni proses validasi dan keandalan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu. standardized test pada umumnya dibuat oleh para ahli psikologi dan banyak dipergunakan di lembaga-lembaga pemerintah yang memerlukannya, yaitu untuk mengetes para calon pegawai di suatu kantor dan perusahaan, mengetes orang-orang yang akan masuk tentara, dan sebagainya.16 Tes buatan guru yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang mempergunakan tes tersebut.17 Sehubungan dengan pengertian-pengertian tes yang telah diutarakan di atas, dapat disimpulkan dengan lebih khusus lagi yaitu bahwa tes merupakan suatu prosedur yang harus dilaksanakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Achievement test yang biasa dilakukan guru dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni tes lisan (oral test) dan tes tertulis (written test). Tes tertulis dapat dibagi atas tes essay atau essay examination dan tes objektif atau disebut juga short-answer test. 18
14
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Edisi II, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003), hal.3 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 33. 16 Ibid. hal.33-34 17 Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana. Op.cit. hal .26 18 Ngalim Purwanto, op.cit. hal 35 15
7
Ciri-ciri teacher-made test, yaitu : 1. Berdasarkan isi dan tujuan-tujuan khusus untuk kelas atau sekolah di tempat guru itu mengajar. 2. Dapat menyangkut topic, kecakapan, atau keterampilan khusus dan tertentu, tetapi dapat juga menyangkut bagian-bagian yang lebih luas dari pengetahuan dan keterampilan. 3. Biasanya dikembangkan oleh seorang guru dengan sedikit atau tanpa bantuan dari luar. 4. Menggunakan item-item yang jarang atau tidak pernah di-tryout-kan, dianalisis, atau direvisi sebelum menjadi bagian dari tes tersebut. 5. Memiliki keandalan yang rendah atau sedang saja. 6. Biasanya terbatas pada suatu kelas atau sekolah sebagai kelompok pemakainya.19 Bagi sebagian besar pendidik, istilah tes, pengukuran, dan penilaian adalah istilah yang sering digunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Namun pengertian yang sebenarnya sering dipertukarkan. Dari ketiga istilah tersebut masyarakat luas lebih banyak memakai istilah penilaian. Ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diberikan, tes hasil belajar yang biasa dipergunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar siswa-siswa di sekolah dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu : 2) Tes Obyektif Tes obyektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol. Kebaikan tes obyektif yaitu dapat dijawab dengan cepat oleh siswa, reliabilitas skor yang diberikan terhadap pekerjaan siswa dapat dijamin sepenuhnya, jawaban-jawaban tes obyektif dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat dengan mempergunakan kunci jawaban. Kelemahan tes obyektif yaitu kemungkinan untuk menerka dan mencontek jawaban sangat besar, biaya administrasi yang
19
Ibid. hal.34-35
8
dibutuhkan untuk mencetak tes tersebut cukup besar. Tipe-tipe tes obyektif yaitu true-false, multiple-choice, completion, dan matching. 3) Tes Essay Tes Essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Kebaikan tes essay yaitu cocok untuk mengukur hasil dari suatu belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan menggunakan tes obyektif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri, kemungkinan untuk menerka dan mencontek jawaban sangat kecil. Kelemahan tes essay yaitu pemberian skor terhadap jawaban tes essay kurang reliabel, waktu yang diperlukan lebih banyak karena tes essay menghendaki jawaban-jawaban yang relatif panjang sehingga dalam satu periode tes hanya dapat diberikan beberapa buah item saja, pengkoreksiannya memerlukan waktu yang cukup lama. Berdasarkan uraian-uraian tentang kelemahan dan kebaikan tes obyektif dan tes essay, guru selaku evaluator hendaknya dapat memilih bentuk tes seperti apa yang cocok diterapkan pada suatu konsep tertentu agar dapat diukur dengan mudah seberapa besar pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar adalah sebagai berikut : 1. Menentukan/ merumuskan tujuan tes 2. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur dengan tes tersebut 3. Menentukan hasil belajar yang spesifik, yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus 4. Merinci bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu 5. Menyiapkan table spesifikasi
9
6. Menggunakan table spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes 20 Untuk dapat merumuskan tujuan tes dengan baik, seorang guru atau pengajar perlu memikirkan apa tipe dan fungsi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan dibuatnya. Perlu diketahui bahwa tes itu mempunyai beberapa fungsi, bergantung pada tipe atau kegunaannya. Diagram di bawah ini menunjukkan apa tipe dan fungsi tes serta bagaimana ciri-ciri soalnya. Tabel 4.1. Ciri-ciri dari Empat Tipe Achievement Test Tipe Tes
Placement
Fungsi Tes
Konsiderasi Sampel
Ciri-ciri
Mengukur
Mencakup tiap-tiap
Items mudah dan
prerekuisit entry
prerekuisit entry
criterion-
skills
behavior
referenced
Menentukan entry
Memilih sampel yang
Items memiliki
formance tentang
mewakili tujuan
range kesukaran
tujuan pelajaran
pelajaran
yang luas dan norm-referenced
Formatif
Sebagai balikan
Jika mungkin,
Items memadukan
bagi siswa + guru
mencakup semua unit
kesukaran unit
tentang kemajuan
tujuan (yang esensial)
tujuan dan
belajar
criterionreferenced
Diagnostik
Sumatif
20
Menentukan
Mencakup sampel
Items mudah dan
kasulitan belajar
tugas-tugas yang
digunakan untuk
yang sering muncul berdasarkan sumber-
menunjuk sebab-
sumber kesalahan
sebab kesalahan
belajar yang umum
yang spesifik
Menentukan
Memilih sampel
Items memiliki
kenaikan
tujuan-tujuan
range kesukaran
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal .286.
10
tingkat/kelas atau
pelajaran yang
yang luas dan
kelulusan pada
representatif
norm-referenced
akhir program pengajaran
Hakikat evaluasi dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi juga system pengajarannya. Karena itu, dalam proses belajar mengajar terdiri dari rangkaian tes yang dimulai dari tes awal untuk mengatahui mutu atau isi pelajaran apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa yang belum, terhadap rencana pembelajaran yang diajarkan. Ada empat cara untuk menilai tes, yaitu: a.
Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran dan lain-lain keadaan soal tersebut
b.
Mengadakan analisis soal (terms analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun. Faedah mengadakan analisis soal yaitu membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek, memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut, dan memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
c.
Mengadakan checking validitas.
d.
Mengadakan checking realiabilitas.21
b. Fungsi tes Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu : a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai
21
H.M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2004), hal. 177-179
11
oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.22 Agar tes sesuai dengan fungsinya, maka sebelumnya penyusun tes harus mengetahui bagaimana ciri-ciri hasil tes belajar yang baik. Setidak-tidaknya ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu : a. Bersifat valid atau memiliki validitas. Kata “valid” sering diartikan dengan; tepat, benar, shahih, absah; jadi kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan dan tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik) secara tepat, benar, shahih, atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. b. Bersifat reliable. Kata “reliabilitas” sering diterjemahkan dengan keajegan (=stability) atau kemantapan (=consistency). Apabila istilah tersebut dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur mengenai keberhasilan belajar peserta didik, maka sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliable apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian dikatakan telah memiliki reliabilitas (=daya keajegan mengukur) apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya, adalah stabil, kapan saja, dimaa saja, dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai. c. Bersifat obyektif. Dalam hubungan ini sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif, apabila tes hasil belajar 22
Anas Sudjiono. Op.cit. hal. 67
12
tersebut disusun dan dilaksanakan “menurut apa adanya”. Ditinjau dari segi isi atau topik tesnya, maka istilah “apa adanya” itu mengandung pengertian bahwa topik tes tersebut adalah diambilkan atau bersumber dari topik atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan indikator yang telah ditentukan. Bahan pelajaran yang telah diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik itulah yang dijadikan acuan dalam pembuatan atau penyusunan tes hasil belajar tersebut. Ditilik dari segi pemberian skor dan penentuan nilai hasil tesnya, maka dengan istilah “apa adanya” itu terkandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor dan penentuan nilainya terhindar dari unsur-unsur subyektifitas yang melekat pada diri penyusun tes. d. Bersifat praktis (practicability) dan ekonomis. Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu : (a) bersifat sederhana, dalam arti tidak memerlukan peralatan yang banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya ; (b) lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci jawabannya dan pedoman scoring serta penentuan nilainya. Bersifat ekonomis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak. 23 Setelah mengetahui bagaimana ciri-ciri tes yang baik, penyusun tes harus mengetahui bagaimana teknik penyusunan kisi-kisi dan naskah soal yang akan diujikan. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 63 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, standar penilaian adalah standar penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar ini dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian yang menekankan pada proses ini bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, yang digunakan sebagai bahan penyususnan 23
Ibid. hal. 93-97
13
laporan kemajuan belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Standar penilaian ini memberikan dua hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian, yaitu penilaian menekankan pada proses dan bukan output semata, dan penilaian perlu dilakukan sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dan proses pembelajaran yang dilakukan. 24Penilaian merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru ) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.25 Hasil penilaian digunakan untuk membuat suatu kebijakan atau keputusan, misalnya, penilaian hasil belajar di sekolah digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam menguasai berbagai kemampuan yang dirancang berdasarkan kurikulum; penilaian suatu projek bermuara pada suatu kepetusan mengenai keberhasilan mencapai tujuan yang dirancang sejak semula. Dengan kata lain, pelaksanaan penilaian tidak bias lepas dari tujuan kegiatan yang dinilai. Petugas penilai sebelum memulai merancang aktivitas penilaian selalu memelukan informasi tentang tujuan kegiatan yang akan dinilai. Jadi untuk melakukan penilaian prosedur pertama dan utama yang harus dikerjakan adalah menentukan tujuan kegiatan dan tujuan sasaran yang akan dinilai. Prosedur lainnya adalah penentuan alat ukur yang tepat, mengembangkan kisi-kisi, pengumpulan data, pengolahan data, dan penulisan laporan. 26
24
Baedhowi, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan”Kebijakan Assesment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”, (Jakarta:Balitbang,2006), hal. 816-817 25 Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006), hal.4. 26 Noehi Nasution. Evaluasi pembelajaran Kimia. (Jakarta: Univ.Terbuka, 2007). Hal. 1.47
14
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soalsoal yang diperlukan oleh suatu tes atau ujian. Kisi-kisi atau Blueprint atau Tabel of Spesification bermanfaat untuk menjamis sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua kompetensi secara proporsional. Agar butir-butir tes mencakup keseluruhan topik secara proporsional maka sebelum menulis butir-butir tes terlebih dahulu harus dibuat kisi-kisi sebagai pedoman. Sebuah kisi-kisi memuat jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal, untuk setiap kompetensi atau setiap aspek kemampuan yang akan diukur. Kriteria kisi-kisi yang baik, yaitu : a. Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat b. Komponennya banyak dan rinci c. Komponennya jelas dan mudah dipahami d. Dapat disusun soalnya Kriteria pemilihan bahan ajar/topik asensial pada kisi-kisi : a. Urgensi : yakni secara teoretis kompetensi tersebut merupakan konsep dasar yang harus dikuasai oleh siswa b. Kontinuitas : merupakan kelanjutan atau pendalaman dari konsep yang sudah dipelajari sebelumnya c. Relevansi : merupakan kompetensi yang terkait dengan pemahaman terhadap bidang studi lain (kompetensi lintas) d. Keterpakaian : memiliki nilai aplikasi yang tinggi dalam kehidupan seharihari Berdasarkan kisi-kisi dalam bentuk tabel spesifikasi yang tersedia, maka dibuat butir-butir soal atau item-item tes. Banyaknya butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal, untuk setiap aspek kemampuan atau kompetensi yang hendak diukur harus disesuaikan dengan yang tercantum dalam kisi-kisi. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal atau item-item tes, yaitu : a. Soal yang dibuat harus valid dalam arti mampu mengukur tercapai tidaknya indikator kompetensi yang dirumuskan
15
b. Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi oleh kemampuan lain yang tidak relevan. Oleh karena itu maka soal yang dibuat harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir atau tafsir ganda. c. Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang sesungguhnya. Untuk soal bentuk uraian, dari penyelesaian dengan langkah-langkah lengkap tersebut dapat dikembangkan pedoman penilaian untuk setiap soal. d. Dalam membuat soal, hindari sejauh mungkin kesalahan-kesalahan ketik betapapun kecilnya, karena hal itu akan mempengaruhi validitas. e. Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang harus diukur untuk setiap soal yang dibuat. f. Berikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk setiap bentuk soal dalam suatu tes.27
2. Soal a. Kaidah Penulisan Soal Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. 28 Di bawah ini akan diuraikan kaidah penulisan soal bentuk uraian dan pilihan ganda. Adapun kaidah penulisan soal bentuk Pilihan ganda adalah sebagai berikut : a. Soal harus sesuai dengan indikator b. Pengecoh harus berfungsi c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu jawaban. Maksudnya kunci jawaban benar tidak lebih dari satu atau kurang dari satu. 27
Ibid. hal. 93-97. Safari. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Depdiknas,2005), hal. 48. 28
16
d. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. e. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. f. Pokok soal jangan memberi petunjuk kea rah jawaban yang benar g. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negative ganda. h. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi topik. i. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama. j. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “semua pilihan jawaban di atas salah/benar” k. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya. l. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. m. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti n. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. o. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. p. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/siswa. q. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat. r. Pilihan jawaban jangan meengulaang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.29 Adapun kaidah penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut : a. Soal harus sesuai dengan indikator b. Setiap pertanyaan harus diberikan jawaban yang diharapkan c. Topik yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran d. Topik yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas e. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai 29
Ibid. hal.55-67
17
f. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal g. Ada pedoman penskorannya h. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca i. Rumusan kalimat soal harus komunikatif j. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku) k. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian l. Tidak mempergunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu m. Tidak mengandung kata /ungkapan yang menyinggung perasaan siswa 30
b. Soal yang Bermutu Baik Bahan ujian atau soal yang bermutu baik dapat membantu para guru dalam meningkatkan pelaksanaan proses belajar mengajar. Soal yang bermutu baik dapat memberikan informasi dengan tepat tentang siswa mana yang belum atau sudah memahami topik yang telah diajarkan. Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan siswa. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam memahami topik yang telah diajarkan itu. Semakin rendah kemampuan siswa dalam memahami topik yang telah diajarkan, maka semakin kecil pula peluang menjawab benar suatu soal yang menanyakan topik yang telah diajarkan. Syarat soal yang bermutu baik adalah bahwa soal harus shahih (valid), handal (reliable), dan adil (fairness). Shahih maksudnya bahwa setiap alat ukur (butir-butir soalnya hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur (tes) harus dapat memberikan hasil pengukuran (skor/nilai) yang tepat, cermat, dan ajek. Adil maksudnya bahwa alat ukur yang dipergunakan berlaku sama bagi setiap peserta tes (tidak membeda-bedakan satu sama lainnya).31
30 31
Ibid. hal.49-54 Ibid. hal.12
18
Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes perlu dilakukan analisis butir soalnya karena kegunaan analisis butur soal diantaranya adalah: a. Dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atau tes yang diterbitkan, sangat relevan bagi penyusunan tes-tes informal dan local seperti kuis, ujian yang disiapkan guru untuk siswa di kelas b. Mendukung penullisan butir soal yang efektif c. Secara topik dapat memperbaiki tes-tes di kelas d.
Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas32
c. Teknik Penulisan Soal Ada beberapa langkah penting yang dapat dilakukan dalam penulisan soal, yaitu: a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostic, atau seleksi. b. Memperhatikan standar kompetensinya. Standar merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar. c. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan indikator/topik penting
sebagai
pendukung
kompetensi
dasar.
Syaratnya
adalah
indikator/topik yang diujikan harus urgensi (wajib dikuasai siswa), kontinuitas (merupakan topik lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Setelah menerapkan topik berdasarkan UKRK, langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tesnya dengan menanyakan apakah topik tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan? Bila jawabannya tepat, maka topik yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian? Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah jenis tes
32
Ibid. hal.15
19
perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya. d. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.33
d. Langkah-langkah Penyusunan Soal Agar soal yang dipersiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka dalam mempersiapkannya harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: a. menentukan tujuan tes b. menentukan kompetensi/indikator sangat essensial yang akan diujikan c. menentukan topik yang diujikan d. menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, topik, dan bentuk tesnya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian, tes praktik: kinerja, penugasan, hasil karya, dan pengamatan sikap/minat) e. menyusun kisi-kisinya f. menulis butir soalnya g. memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif h. merakit soal menjadi perangkat tes i. menyusun pedoman penskornya j. uji coba butir soal k. analisis butir soal secara kuantitatif dari data empiric hasil uji coba l. perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.
e. Penyusunan Butir Soal yang Menuntut Penalaran Tinggi
33
Ibid. hal.18
20
Pada penulisan butir soal, penulis soal memilliki kecenderungan untuk menulis butir-butir soal yang menuntut perilaku “ingatan”. Disamping mudah penulisan soalnya, topik yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh dari buku pelajaran. Untuk menuliskan butir soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis soal biasanya agak kesulitan dalam mengkreasinya. Disamping sulit menentukan perilaku, juga uraian topik yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia didalam buku pelajaran, sehingga beberapa penulis soal enggan menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi. Akibatnya siswa di dalam kelas selalu dikondisikan dengan pola “ingatan”. Artinya siswa selalu menerima contoh-contoh soal yang berpola ingatan, mengerjakan pekerjaan rumah, tugas-tugas, ulangan harian, atau lainnya selalu hanya menuntut berpikir”ingatan”. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi. Caranya adalah seperti berikut ini: a. Topik yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman, penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan). Perilaku ingatan juga diperlukan, namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum siswa dapat
memahami,
menerapkan,
menyintesiskan,
menganalisis,
dan
mengevaluasi topik yang diperoleh dari guru. Uraian tentang perilaku ini dapat dilihat pada perilaku kognitif yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom. b. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus). Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan, paragraph, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh, peta film, atau suara yang direkam. c. Mengukur kemampuan berpiir kritis. Ada 12 keterampilan berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi, yaitu: membandingkan, hubungan sebab akibat, memberi alasan
21
(justifying),
meringkas,
menyimpulkan,
berpendapat(inferring),
mengelompokkan, menciptakan, menerapkan, analisis, sintesis, dan evaluasi. d. Mengukur
keterampilan pemecahan masalah.
Ada 17
keterampilan
pemecahan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi, yaitu: mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, memahami kata dalam konteks, mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai, memilih masalah sendiri, mendeskripsikan berbagai strategi, mengidentifikasi asumsi, mendeskripsikan masalah, member alas an masalah yang sulit, memberi alasan solusi, member alas an strategi yang digunakan, memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah, membuat strategi lain, menggunakan analogi, menyelesaikan secara terencana,
mengevaluasi
kualitas
solusi,
mengevaluasi
strategi
sistematikanya. 34
f. Perakitan Butir Soal Merakit soal adalah menyusun soal yang siap pakai menjadi satu perangkat/paket tes atau beberapa paket tes parallel. Dasar acuan dalam merakit soal adalah tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk memudahkan pelaksanaannya, para tutor/guru harus memperhatikan langkah-langkah perakitan soalnya. Pemeriksaan terhadap jawaban warga belajar/siswa dan pemberian angka merupakan langkah untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing warga balajar/siswa. Pada prinsipnya, penskoran soal harus diusahakan agar dapat dilakukan secara objektif. Artinya, apabila penskoran dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan skor atau angka yang sama, atau jika orang yang sama mengulangi proses penskoran akan dihasilkan skor yang sama. Agar para tutor/guru dapat merakit soal menjadi satu paket tes yang tepat, maka para tutor/guru harus memperhatikan langkah-langkahnya seperti berikut ini:
34
Ibid. hal.120-125
22
a. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur kompetensi dan topik yang sama, kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam urutan yang sama. b. Member nomor urut soal didasarkan pada nomor urut soal dalam kisi-kisi c. Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas dari kaidah “setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang lain” d. Membuat petunjuk umum dan khusus dalam mengerjakan soal e. Membuat format lembar jawaban f. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya g. Menentukan/menghitung
penyebaran
kunci
jawaban
(untuk
bentuk
objektif)dengn menggunakan rumus berikut:
Penyebaran kunci jawaban =
±3 jumlah soal Jumlah pilihan jawaban
h. Menentukan soal inti (ancor item) sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam satu paket i. Menetukan besarnya bobot setiap soal (untuk soal bentuk uraian) j. Menyusun tabel konversi skor35
3. Pengertian dan Tugas Utama Guru Pendidikan
sejak
awal
kelahirannya
adalah
merupakan
proses
penyempurnaan manusia sebab pendidikan adalah proses memanusiakan manusia dan berusaha mengangkat untuk mencapai derajat ketinggiannya secara total.36 Profesi guru tentu tidak terlepas dari kegiatan pengukuran dan penilaian (mengukur, menakar, dan menimbang) kemampuan peserta didiknya. Seperti halnya pedagang, guru juga sudah selayaknya menyimak peringatan Allah dalam Al-Qur’an QS. Al-Isra’ (17) ayat 35 berikut ini :
35 36
Ibid. hal.131-132 Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta:Pustaka Harapan,1995), hal. 32-33
23
Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya” Mengingat betapa pentingnya kegiatan mengukur dan menilai kompetensi peserta didik, maka sudah seharusnya setiap guru memiliki pengetahuan tentang konsep dasar penilaian serta keterampilan mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran. Kenyataan yang terjadi selama ini, masih banyak guru yang belum dapat menampakkan kemampuan tersebut, terlebih lagi dalam menilai kompetensi pada ketiga ranah.37. Sementara, ranah kognitifnya saja pun belum dapat dilaksanakan dengan sempurna. Guru adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan formal, guru bahkan menjadi syarat mutlak bagi berlangsungnya proses pendidikan. Guru dalam masyarakat kita dianggap sebagai manusia sumber dan guru adalah inti dari setiap proses pendidikan.38Guru sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di luar sekolah. Pada zaman sekarang ini, pengertian tentang guru sebagai manusia sumber sebenarnya sudah tidak diakui, karena sumber belajar pada saat ini tidak hanya dominan pada guru. Akan tetapi, pendidikan berisikan komponen-komponen terkait yang apabila kehilangan salah satu komponennya, pendidikan tidak dapat berjalan dengan sempurna. Walau demikian, guru masih tetap eksis sebagai sumber belajar di daerah-daerah pelosok yang tidak memiliki keragaman sumber belajar. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh unsure lain seperti oleh media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Mendidik adalah pekerjaan professional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik professional. Sebagai pendidik professional, guru
37 38
Ahmad Sofyan, dkk. Op.cit. hal 2 Hadi Supeno, Op.Cit. . hal. 43
24
bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional. 39 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu: a. Kemampuan professional, yang mencakup: penguasaan topik pelajaran, penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, dan penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. b. Kemampuan social, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar c. Kemampuan personal, yang mencakup: penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan; pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dimiliki guru; dan penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para siswanya. 40 Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi 10 kemampuan dasar, yaitu: a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya b. Pengelolaan program belajar-mengajar c. Pengelolaan kelas d. Penggunaan media dan sumber pembelajaran e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan f. Pengelolaan interaksi belajar-mengajar g. Penilaian prestasi siswa h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan i.
Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah
j.
Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.41
39 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 191 40 Ibid. hal 192 41 Ibid. hal193
25
Guru pada umumnya mengharapkan agar murid-murid mempelajari apa yang diajarkan dan ditugaskannya. Guru yang baik adalah guru yang dapat memelihara disiplin dalam kelasnya dan peran guru sangat mempengaruhi kelakuannya. Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional, guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing. 42 Kewajiban yang harus diperhatikan oleh guru menurut pendapat Imam Gozali, yaitu : a. Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memperlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri. b.
Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terimakasih, tetapi bermaksud
dengan
mengajar
itu
mencari
keridhoan
Allah
dan
mendekatkan diri kepada-Nya. c. Berikanlah nasehat kepada murid pada setiap kesempatan bahkan gunakanlah setiap kesempatan untuk menasehati dan menunjukinya. d. Mencegah murid dari sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran jika mungkin dan jangan dengan cara terus terang dalam arti dengan jalan halus dan jangan mencela. e. Perhatikan tingkat akal pikiran anak murid dan berbicara dengan mereka menurut kadar akalnya. f. Jangan ditimbulkan rasa benci pada diri murid dengan mengenai suatu cabang ilmu yang lain. g. Berikan pelajaran yang jelas dan pantas untuk murid yang masih dibawah umur. h. Guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlain kata dengan perbuatannya. 42
Ibid. hal 194
26
Rasulullah SAW. Bersabda :
(
)
Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Muslim)
Keutamaan profesi guru sangatlah besar sehingga Allah SWT. Menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasulullah SAW, sebagaimana diisyaratkan lewat firman-Nya :
Artinya : “Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata “. (Q.S. Ali Imran : 164)
Dari gambaran ayat di atas, guru memiliki beberapa fungsi, di antaranya : a.
Fungsi penyucian
: artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih
diri, pemeliharaan diri, pengembang, serta pemelihara fitnah manusia.
27
b.
Fungsi pengajaran
: artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai
ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mengetahui tentang siapa guru, apa tugas dan kewajibannya, serta bagaimana keutamaan profesinya, didapatlah sebuah pernyataan bahwa menjadi seorang guru ternyata tidak sebatas menjelaskan dan mengevaluasi mata pelajaran, tetapi juga unsur mendidiknya yang harus ditekankan. Menjadi guru pun harus profesional dalam segala hal. Dikarenakan pekerjaan guru adalah pekerjaan professional maka untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya ialah : 1. Harus memiliki bakat sebagai guru 2. Harus memiliki keahlian sebagai guru 3. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi 4. Memiliki mental yang sehat 5. Berbadan sehat 6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas 7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila 8. Guru adalah seorang warga Negara yang baik43 Setiap guru professional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisasinya. Penguasaan pengetahuan baik ilmu-ilmu keguruan pada umumnya dan didaktik pada khususnya merupakan syarat yang penting disamping keterampilanketerampilan lainnya. Oleh sebab dia berkewajiban menyampaikan pengetahuan, pengertian, keterampilan dan lain-lain kepada peserta didiknya.
Dengan kehadiran kompetensi dalam kurikulum, tugas utama guru dalam mengajar bukan hanya menuntaskan semua topik pelajaran dan mengajarkan topik 43
Departemen Agama RI. Wawasan dan Tugas Guru. (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam,2005). Hal .66.
28
kesukaan guru, tetapi sekarang adalah memaksimalkan kemampuan siswa terhadap topik yang diajarkan agar tercapai target kompetensinya secara tuntas. Topik yang diajarkan harus berdasarkan indikator/topik yang urgensi, kontinuitas, relevansi, dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Oleh karena itu, tugas utama guru dalam proses belajar mengajar adalah: a. menyusun silabus b. menetapkan model pembelajaran c. menyusun rancangan pembelajaran d. menyiapkan bahan ajar e. menyiapkan sarana pembelajaran f. melaksanakan proses belajar mengajar adapun tugas utama guru dalam penilaian adalah: a. menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) b. menetapkan model penilaian c. menyiapkan perangkat alat ukur d. melaksanakan penilaian e. menganalisis hasil pencapaian kompetensi siswa f. membuat laporan hasil belajar siswa 44 Pengajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks, oleh sebab banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat didalamnya. Dikatakan sangat penting, sebab pengajaran adalah usaha membentuk manusia yang baik. Kegagalan pengajaran dapat merusak satu generasi masyarakat. Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bias membawa keberhasilan itu, ialah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya. Pada garis besarnya, perencanaan mengajar berfungsi sebagai berikut : 1. Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu 44
Safari. Op.cit. hal.10
29
2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan 3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan. 4. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, minat-minat peserta didik, dan mendorong motivasi belajar. 5. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat waktu 6. Para peserta didik akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka. 7. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan profesionalnya.45 Dalam membuat rencana pembelajaran, ada guru yang membuat rencana secara terperinci, tetapi da juga yang hanya menyusun rencana dalam garis besarnya saja. Bentuk rencana ini menentukan nilai atau fungsi dari suatu rencana.
4. Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Benyamin S. Bloom Bloom, seperti yang dikutip oleh Donald Clark, mengklasifikasikan tujuan-tujuan pengajaran (Tujuan Instruksional) menjadi tiga aspek atau bidang (domain), yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Aspek afektif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sikap, nilai dan minat. Aspek psikomotor meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilan manual dan motorik. 46 45 46
Ibid. hal.85 Donald Clark, ISD Learning Activities, (www.nwlink.com,1999), p. 2
30
Ketiga aspek, memiliki hubungan yang kuat antara satu sama lain. Setiap aspek mendukung aspek lainnya. Dalam satu situasi dan satu tujuan pengajaran, salah satu aspek akan lebih penting dari yang lain. Pada aspek kognitif, Bloom dan teorinya membagi enam tingkatan pembelajaran, dari pengenalan atau daya ingat fakta yang sederhana, yang merupakan tingkatan yang paling rendah, kemudian terus meningkat menjadi lebih rumit ke yang paling tinggi seperti evaluasi. Aspek kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan, pemikiran, penalaran, pemecahan masalah, dan sebagainya. Hakikat kemampuan belajar kognitif sebagaimana diungkapkan oleh Mulyati, Bloom menyusun taraf kompetensi kognitif kedalam enam jenjang atau tingkatan yang paling sukar, yaitu sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. a. Pengetahuan Yang dimaksud dengan pengetahuan hafalan atau yang dikatakan Bloom dengan istilah knowledge ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja. 47 Pengetahuan yang dimaksudkan sebagai ingatan terhadap topik atau bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Ini mencakup segala hal dari faktor yang sangat khusus sampai kepada teori yang kompleks. Termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, disamping pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, dan rumus. Pada jenjang pengetahuan ini, penekanannya adalah pada proses psikologi ingatan. Dibandingkan dengan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan berpikir lainnya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah. Meskipun demikian, pengetahuan yang lebih tinggi. Disesuaikan 47
Ngalim Purwanto. Op.cit. hal. 44
31
dengan perkembangan tingkat kemampuan berpikir siswa, soal-soal tes yang banyak menuntut pengetahuan hafalan hanya cocok untuk murid-murid SD kelas-kelas rendah. Untuk kelas-kelas yang lebih tinggi, seperti kelas V dan VI SD, siswa-siswa SMP dan SMA, dan untuk para mahasiswa, proporsi jumlah soal yang mengungkapkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi harus semakin besar. Rumusan tujuan instruksional khusus yang mengukur jenjang penguasaan yang bersifat ingatan biasanya menggunakan kata kerja operasional, antara lain: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, mendefinisikan. 48 b. Pemahaman Yang dimaksud dengan pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, testee tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. 49 Pemahaman adalah memahami atau mengerti tentang apa yang dipelajari serta dapat melihatnya dari beberapa segi. Kemampauan pemahaman ini umumnya mendapat penekanan proses belajar mengajar. Siswa dituntut mengerti atau memahami apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan topik lain atau melihatnya didalam implikasi selengkapnya. Pengetahuan komprehensi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu: 1. Pengetahuan komprehensi
terjemahan seperti dapat menjelaskan arti
Bhineka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman 2. Pengetahuan komprehensi penafsiran seperti dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat 48 49
Ibid. hal.44 Ibid.
32
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok 3. Pengetahuan komprehensi ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi seseorang diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis, atau dapat membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, dan masalahnya.50 Kata kerja operasional yang biasa dipakai dalam rumusan tujuan instruksional khusus untuk jenjang pemahaman, diantaranya : membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan,
member
contoh,
memperkirakan,
menentukan, mengambil kesimpulan. c. Aplikasi Aplikasi adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan. Penerapan ini dapat berupa penerapan konsep, prinsip-prinsip, rumus, teori, dan metode. Dalam tingkat aplikasi, testee atau responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. 51 Siswa dituntut untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara, ataupun metodemetode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode, dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan semata-mata. Kata kerja operasional untuk rumusan tujuan instruksional khusus tingkat penguasaan aplikasi, antara lain : menggunakan, menerapkan, menggeneralisasikan, mengorganisasi,
menghubungkan,
menyusun,
memilih,
mengklasifikasikan,
mengembangkan, mengubah
struktur.
Pengetahuan aplikasi lebih tepat dan lebih mudah diukur dengan tes yang 50 51
Ibid. Ibid. hal 45
33
berbentuk uraian (essay test) daripada dengan tes objektif. Bloom membedakan delapan tipe alpikasi sebagai berikut: 1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan untuk dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat menetapkan prinsip yang sesuai. 2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai. 3. Dapat memberikan spesifikasi batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi mana yang sesuai. 4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang menyimpang dari prinsip atau generalisasi tertentu 5. Dapat menjelaskan suatu fenomena baru berdasarkan prinsip atau generalisasi tertentu seperti melihat adanya hubungan sebab-akibat atau menjelaskan proses terjadinya sesuatu. 6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan, mungkin berdasarkan perubahan kuantitatif atau perubahan kualitatif. 7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip atau generalisasi yang sesuai. 8. Dapat menjelaskan alasan penggunaan suatu prinsip atau generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi. 52 d. Analisis Analisis adalah kemampuan untuk dapat menguraikan atau merinci suatu bahan atau keadaan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil 52
Ibid.
34
(komponen) atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan antar komponen-komponen tersebut dalam organisasi. Tingkat kemampuan analisis, yaitu tingkat kemampuan testee untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponenkomponen atau unsure-unsur pembentuknya. Pada tingkat analisis, testee diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahnya menjadi bagian-bagian. Hal ini dapat berupa kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga sistematikanya. 53 Jenjang kemampuan ini menuntut seorang siswa untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponenkomponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas.54 Kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan instruksional khusus jenjang analisi, antara lain: membedakan, menemukan, mengklasifikasikan,
mengategorikan,
menganalisis,
membandingkan,
mengadakan pemisahan. Jika analisis telah dikuasai, yang bersangkutan akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. Untuk membuat soal tes tentang kecakapan analisis, penyususn tes perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis seperti berikut: 1. Dapat
mengklasifikasikan
kata-kata,
frase-frase,
atau
pernyataan-
pernyataan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu 2. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas 3. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implicit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya 4. Dapat
mengetengahkan
pola
atau
tata
susunan
materi
dengan
menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntutan atau sekuensi.
53
Ibid. hal. 46 David R. Krathwohl (ed)..et al., A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesing, (New York:Longman Group Limited,2001) Rev, hal. 79 54
35
5. Dapat mengenal organisasi prinsip-prinsip atau organisasi pola-pola dari materi yang dihadapinya 6. Dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan dari materi yang dihadapinya. e. Sintesis Sintesis adalah kemampuan memadukan unsur-unsur atau komponenkomponen secara logis menjadi suatu bentuk atau pola yang baru secara keseluruhan. Dalam pengertian lain, yang dimaksud dengan sintesis ialah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya yang berupa integritas. Tanpa kemampuan sintesis yang tinggi, seseorang hanya akan melihat unit-unit atau bagian-bagian secara terpisah tanpa arti. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dan berpikir kreatif ini merupakan salah satu hasil yang dicapai dalam pendidikan.55 Pada jenjang ini seorang siswa dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Untuk merumuskan tujuan instruksional khusus tingkat penguasaan sintesis digunakan
kata
menghasilkan, mengorganisasi,
kerja
operasional,
antara
lain:
menghubungkan,
mengkhususkan,
mengembangkan,
menggabungkan,
menyintesis,
mengklasifikasikan,
menyimpulkan.
Kemampuan berpikir sintesis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu: 1. Kemampuan menemukan hubungan yang unik. Dengan suatu pandangan yang unik, seseorang dapat menemukan hubungan unit-unit yang tak berarti menjadi suatu integritas yang berarti dengan menambahkan suatu unsure
tertentu.
Termasuk
dalam
tipe
ini
ialah
kemampuan
mengkomunikasikan gagasan, perasaan, atau pengalamannya dalam bentuk tulisan, gambar, symbol ilmiah, atau lainnya. 55
Ngalim Purwanto. Op.cit. hal. 46
36
2. Kemampuan menyusun suatu rencana atau langkah-langkah operasional dari suatu tugas atau masalah yang diketengahkan. 3. Kemampuan mengabstraksi sejumlah besar fenomena, data, atau hasil observasi, menjadi teori, proporsi, hipotesis, skema, model, atau bentukbentuk lainnya.56 f. Evaluasi Evaluasi merupakan jenjang tertinggi dalam daerah kognitif, karena melibatkan seluruh aspek di atas. Misalnya kemampuan menentukan keputusan yang benar dan tepat dari masalah yang dihadapi. Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya, cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya. 57 Bentuk evaluasi berdasarkan kriteria internal dapat berupa mengukur probabilitas suatu kejadian; menerapkan kriteria tertentu pada hasil suatu karya; mengenal ketepatan, kesempurnaan, dan relevansi data; membedakan valid tidaknya generalisasi, argumentasi, dan semacamnya; mengetahui adanya pengulangan yang tidak perlu. Bentuk evaluasi yang mendasarkan kriteria eksternal, antara lain: mengembangkan standar sendiri tentang kualitas karyaa kontemporer; membandingkan suatu karya dengan karya lain yang berstandar tinggi; memperbandingkan berbagai teori, generalisasi, dan fakta suatu budaya.58 Pada tahap ini siswa dituntut kesanggupannya dalam menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. 59 Kata kerja operasional yang biasanya dipakai untuk merumuskan tujuan instruksional khusus jenjang evaluasi, diantaranya: menafsirkan, menilai, menentukan, mempertimbangkan, membandingkan, melakukan, memutuskan,
56
Ibid. hal 46-47 Ibid. 58 Ibid. 59 David R. Krathwohl (ed)..et al.,op.cit. hal. 84 57
37
mengargumentasikan, menaksir. Kemampuan evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi enam tipe seperti berikut: 1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen (ketepatan internal, internal accuracy) 2. Dapat memberikan evaluasi tentang keajegan dalam memberikan argumentasi, evidensi dan kesimpulannya, logika dan organisasinya (keajegan internal) 3. Dapat memahami nilai serta sudut pandangan yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan (kriteria internal) 4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya lain yang relevan (kriteria eksternal) 5. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan (kriteria eksternal) 6. Dapat memberikan evaluasi suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.60 Demikian uraian tentang tingkat-tingkat kemampuan kognitif menurut Bloom yang sangat diperlukan bagi para guru dalam usaha menyusun tes-tes hasil belajar yang lebih mengacu kepada tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran Biologi, perbedaan siswa perlu mendapat perhatian guru. Setiap siswa di kelas sebenarnya merupakan pribadi yang unik. Sedekat apapun hubungan keluarga tetap memiliki berbagai perbedaan, baik dalam hal minat, sikap, motivasi, kemampuan dalam menyerap suatu informasi, gaya belajar, dan sebagainya. Semua faktor siswa tersebut idealnya turut menjadi perhatian guru dalam perencanaan dan pelaksanaan KBM. Salah satu faktor siswa yang juga penting untuk diperhatikan guru adalah kognitif. Gaya kognitif berhubungan dengan cara penerimaan dan pemprosesan informasi seseorang. Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam menerima dan mengorganisasi informasi,
60
kecenderungan
perseorangan
Ngalim Purwanto. Op.cit. hal. 47-48
dalam
melakukan
pemprosesan
38
informasi, dan gaya kognitif mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Tahap perkembangan kognitif adalah suatu tahapan perkembangan tertentu yang harus dilalui individu sejak lahir sampai dewasa. Ada empat tahapan perkembangan kognitif yang akan dilalui individu, yaitu tahap sensori motor dengan perkiraan umur 0-2 tahun, tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional (11 atau 12 tahun ke atas). 5. Pengertian Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. 61 Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas yang berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya. Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut: 1. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. 2. Tujuan pembelajaran. 3. Materi pembelajaran. 4. Pendekatan dan metode pembelajaran. 61
Umar Al-Fath, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dapat diakses di http://umarstain.blogspot.com/2009/10/perencanaan-pembelajaran.html
39
5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 6. Alat dan sumber belajar. 7. Evaluasi pembelajaran. Berbeda dengan rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh paham objektivis yang menekankan rincian dan kejelasan tujuan, rencana pembelajaran kontekstual yang dikembangkan oleh paham konstruktivis menekankan pada tahap-tahap kegiatan (yang mencerminkan proses pembelajaran) siswa dan media atau sumber pembelajaran yang dipakai. Dengan demikian, rumusan tujuan yang spesifik bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana pembelajaran kontekstual karena yang akan dicapai lebih pada kemajuan proses belajarnya. Langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut: 1.
Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
2.
Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.
3.
Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
4.
Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.
5.
Rumuskan
tujuan
pembelajaran
yang
ingin
dicapai
dalam
pem¬belajaran tersebut. 6.
Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
7.
Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.
8.
Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9.
Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari
40
satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/ jenis materi pembelajaran. 10.
Sebutkan
sumber/media
belajar
yang
akan
digunakan
dalam
pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan. 11.
Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan/atau kunci jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masingmasingnya. 62
6. Hakikat Biologi Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan mengenai gejala alam yang menyangkut makhluk hidup. Biologi sebagai ilmu dasar berupaya mengungkapkan fenomena alam dalam memahami dan memanfaatkan keanekaragaman dan kemampuan hayati, serta meningkatkan produktivitasnya dalam upaya memenuhi keperluan dasar manusia dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Disamping itu, dapat berkembangnya kuman kebal antibiotic jika pemakaian antibiotic tidak tepat dan munculnya sifat alkoholisme pada masyarakat. 63 Hakikat belajar ilmu pengetahuan alam berarti belajar untuk lebih mengenal kehidupan sebenarnya di lingkungan, mengembangkan teknologi yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Dalam pelajaran biologi yang dipelajari tidak hanya berupa fakta-fakta yang ada saja tetapi juga berupa prinsip dan konsep yang merupakan gabungan dari fakta yang semua itu harus benar-benar dapat dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar
62 63
Ibid. Djoko Arisworo dan Yusa, Op.cit. hal. 129
41
pemahaman siswa terhadap fakta-fakta, prinsip, dan konsep dalam pelajaran biologi, guru harus mengukurnya dengan membuat tes sendiri.
7. Bioteknologi Sebagai Salah Satu Cabang Ilmu Biologi Bioteknologi adalah suatu cara manusia untuk menghasilkan suatu produk atau
jasa
menggunakan
makhluk
hidup
atau
bagiannya.
Pemanfaatan
mikroorganisme untuk mengubah bahan baku menjadi suatu produk atau jasa merupakan salah satu contoh penerapan bioteknologi.64 Bioteknologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang pemanfaatan teknologi terhadap makhluk hidup untuk lebih meningkatkan potensinya. Tujuan bioteknologi antara lain : a. Pengembangan pemanfaatan bioteknologi b. Pengembangan proses biologi dalam bidang industri secara besar-besaran. Bidang ilmu yang sangat berkaitan dengan bioteknologi yaitu biologi sel, biokimia, fisiologi, mikrobiologi, genetika molekuler, biorekayasa. Terdapat dua teknik yang diterapkan dalam bioteknologi, yaitu : a. Bioteknologi Konvensional, yaitu bioteknologi yang dalam prosesnya memanfaatkan
jasa
mikroorganisme.
Bioteknologi
konvensional
menggunakan metode fermentasi seperti pembuatan tempe, kecap, yoghurt, tape, dan lain-lain. b. Bioteknologi Modern,
yaitu
bioteknologi
yang dalam
prosesnya
melibatkan manipulasi susunan gen dalam kromosom organisme. Oleh karena itu, bioteknologi modern juga dikenal dengan istilah rekayasa genetika. Dalam rekayasa genetika terdapat tiga prinsip dasar yaitu : DNA Rekombinan(melibatkan bakteri atau virus sebagai perantara) dengan tahapan pertama mangisolasi DNA, kedua Transplantasi gen/DNA, dan yang terakhir memasukkan DNA ke dalam sel hidup, Fusi Protoplasma (penggabungan dua sel dari jaringan yang sama atau dua sel dari organisme yang berbeda dalam suatu medan listrik, prinsip ini dapat dilakukan pada sel hewan maupun sel tumbuhan), dan kultur jaringan. 64
Ibid. hal. 120
42
Contoh-contoh produk hasil bioteknologi, yaitu : a. Bioteknologi dalam bidang pangan diantaranya yaitu : tempe dengan bantuan
jamur
Rhizopus
oryzae,
tapai
ketan
dengan
bantuan
Sacharomyces, yoghurt dengan bantuan Lactobacillus bulgaricus dan streptococcus thermophillus, Nata de coco dengan bantuan Acetobacter xylinum, keju dengan bantuan Penicillium camemberti. b. Bioteknologi dalam bidang pertanian diantaranya yaitu : biopestisida, biofertilizer, kultur jaringan. c. Bioteknologi dalam bidang pertambangan diantaranya yaitu bakteri Thiobacillus ferooxidans yang digunakan untuk melepaskan tambang dari bijihnya. Mikroorganisme ini juga dapat digunakan untuk mengekstrak mineral dan bijih yang berkadar rendah. d. Bioteknologi dalam bidang kesehatan diantaranya yaitu pembuatan antibiotic, interferon, antibody monoclonal, dan pembuatan insulin. e. Bioteknologi dalam bidang lingkungan diantaranya yaitu pemanfaatan mikroorganisme untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan biogas. Selain
mendatangkan
kesejahteraan
manusia,
bioteknologi
juga
menimbulkan berbagai dampak. Dampak tersebut terutama berupa dampak terhadap lingkungan, dampak dibidang social ekonomi, dan dampak terhadap kesehatan. Dampak terhadap lingkungan dapat positif maupun negative. Penemuan tumbuhan yang tahan serangga membuat lingkungan terbebas dari dampak pestisida. Akan tetapi penanaman tanaman transgenic secara massal dikhawatirkan mengganggu ekosistem. Dampak negative bioteknologi dalam bidang social ekonomi yaitu munculnya kecemburuan terhadap penanam modal besar yang memperoleh tanaman transgenic kualitas unggul, tetapi petani makin terpuruk karena tidak mendapatkannya. Adapun dampak terhadap kesehatan yaitu ditemukannya orang-orang yang alergi terhadap penggunaan insulin transgenik. Dampak lain yang ditimbulkan dari penerapan bioteknologi yaitu kebiasaan minum-minuman beralkohol yang tidak terkendali sampai melebihi takaran atau di luar batas kebiasaan pergaulan dalam masyarakat yand disebut
43
alkoholisme. Alkoholisme merupakan penyakit kronis dengan gejala kelainan tingkah laku. Selain itu, dampak negative dari produk bioteknologi adalah pemakaian antibiotic yang tidak tepat. Antibiotic adalah suatu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, berfungsi membunuh bakteri patogendi dalam tubuh. Satu jenis antibiotic hanya dapat menyembuhkan satu jenis penyakit tertentu yang disebabkan bakteri tertentu. Antibiotic harus digunakan sampai habis, walaupun sudah tidak merasa sakit. Hal ini bertujuan agar bakteri yang menginfeksi penyakit tersebut dapat dimatikan sampai tuntas. Menghentikan pemakaian antibiotic sebelum waktunya, dapat menyebabkan bakteri berkembang biak lagi. Pemakaian antibiotic yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan bakteri menjadi kebal. Akibatnya, antibiotic tersebut tidak mampu lagi membunuh bakteri, sehingga muncullah istilah yang disebut kuman kebal antibiotik. 65
B. Kerangka Berpikir Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (peserta didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru. Perlakuan siswa di dalam kelas merupakan tanggung jawab guru selaku pembimbing di sekolah. Guru adalah sosok yang dapat merubah pola pikir siswa pada suatu pelajaran tertentu. Perkembangan dari apa yang telah diubah pun tidak boleh diabaikan begitu saja. Semua perkembangan itu harus diukur agar perkembangan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan pada tujuan awalnya. Pengukuran yang dilakukan guru dalam mengetahui perkembangan pola pikir siswa dilakukan dengan membuat tes sendiri, karena hanya gurulah yang dapat mengetahui seberapa banyak topik yang telah dipelajari, tidak tes yang terdapat pada buku sumber. Berdasarkan pemikiran di atas, maka soal tes buatan guru biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan dianalisis berdasarkan aspek kognitif taksonomi Bloom
65
Djoko Arisworo dan Yusa. Op.cit. hal. 129-130
44
serta kesesuaiannya dengan rencana pembelajaran dan silabus yang telah dibuat oleh guru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
45
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di MTs Negeri se-Jakarta Selatan yang berjumlah tujuh MTs Negeri, yaitu: MTsN 1 Pela-Mampang, MTsN 2 Ciganjur-Jagakarsa, MTsN 3 Pd. Pinang- Kebayoran Lama, MTsN 4 Srengseng Sawah-Jagakarsa, MTsN 13 Petukangan Utara-Pesanggrahan, MTsN 19 Cilandak-Pd. Labu, dan MTsN 23 Pejaten Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009.
B. Metode Penelitian M. Mochtar mendefinisikan penelitian sebagai penyelidikan atau pencarian yang seksama terutama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Penelitian dilakukan secara sistemetis, artinya dilaksanakan melalui pola tertentu menggunakan metode tertentu sehingga dapat dicapai hasil secara efektif dan efisien. Selain itu penelitian harus dilakukan secara seksama, artinya segala langkah yang ditempuh harus dilakukan dengan cermat agar kemungkinan bias (salah tafsir) dapat dihindari. Penelitian dilakukan secara kritis artinya harus menggunakan analisis secara tajam dan mendalam,sedang penelitian bersifat empiric artinya dilakukan berdasarkan fakta yang didapat dari lapangan. 66 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non hipotesis dengan menggunakan pendekatan survey, yaitu penelitian yang bersifat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor pendukung tentang kualitas soal tes yang dibuat oleh guru. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Dengan pengolahan data melalui statistic deskriptif, data kualitatif nantinya akan digunakan untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif.
C. Populasi dan Sampel
66
M. Mochtar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta:Instisut Ilmu Pemerintahan,2000), hal.16-17
46
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian.67 Populasi juga diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang merupakan kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Pada penelitian ini populasi target adalah tujuh MTs Negeri yang berada di Jakarta Selatan. Dari tujuh MTs Negeri tersebut, terdapat empat belas orang guru biologi dan yang menjadi sampel adalah guru yang mengajar di kelas IX yang berjumlah tujuh orang guru dari seluruh MTs Negeri yang ada di Jakarta Selatan.
D. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah soal tes buatan guru biologi dengan topik yang diambil adalah bioteknologi. Mengingat pentingnya sebuah tes yang diberikan oleh seorang guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa, maka soal tes buatan guru biologi menjadi objek dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui teknik survey dengan mengumpulkan data berupa kumpulan soal tes buatan guru dan non tes dengan instrument berupa pedoman wawancara. Data hasil survey meliputi 78 soal tes buatan guru biologi tentang topik bioteknologi. Keseluruhan soal tersebut dianalisis sesuai dengan tingkatan taksonomi Bloom yang di fokuskan pada Tingkatan Taksonomi Bloom pada ranah kognitif dan dari 78 soal tersebut yang gunakan untuk perhitungan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda hanya sejumlah 62 soal. Hal ini disebabkan karena sebagian dari soal-soal yang terkumpul adalah soal yang sama.
F. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrument berupa pedoman wawancara dan daftar cek untuk mengetahui kesesuaian antara soal tes dengan rencana 67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002), hal. 108
47
pembelajaran yang dibuat guru.
Pedoman wawancara berisi tujuh belas
pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam empat fokus pertanyaan. Diantaranya yaitu profil guru, pembuatan soal, pembuatan rencana pembalajaran dan silabus, dan buku sumber yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu : 1. Data hasil survey berupa soal tes buatan guru Data tersebut dianalisis dengan langkah-langkah di bawah ini, yaitu : 1. Mengelompokkan data berdasarkan sumbernya. 2. Menstandarkan soal tes buatan guru dengan taksonomi Bloom seperti yang terdapat pada tabel 3.1. di bawah ini: Tabel 3.1. Taksonomi Bloom Tingkatan Kognitif Pengetahuan
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
3. Prosentase, yaitu memprosentasekan soal tes buatan guru biologi yang telah dikelompokkan dalam tabel 3.1 dengan rumus: Prosentase (%) = Σ soal ditiap kotak tabel taksonomi bloom X 100% Σ soal objek penelitian 4. Mengelompokkan soal-soal yang sesuai dengan silabus dan rencana pembelajaran dalam sebuah tabel.
5. Melakukan pengecekan kesesuaian antara soal tes dengan rencana pembelajaran yang dibuat guru dengan pedoman berupa daftar cek
48
sebagai alat analisis. Format daftar cek yang disajikan sebagai berikut : Tabel 3.2. Kesesuaian soal dengan rencana pembelajaran No.
Soal
Sumber
Kesesuaian Sesuai
Tidak Sesuai
2. Data non tes berupa hasil wawancara Data tersebut dianalisis berdasarkan pedoman wawancara dalam bentuk “semi structured”. Selanjutnya, dituangkan pada sebuah tabel untuk mempermudah dalam membuat interpretasi dalam bentuk narasi.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Soal Tes Buatan Guru Setelah dilakukan analisis, ditemukan soal yang sama, dengan tingkat
kemiripan berbeda, yaitu: 1. Terdapat soal dengan redaksi sama persis sejumlah 8 soal atau 10,28% dari 78 butir soal yang terkumpul dan dikelompokkan dalam 4 kelompok soal (terlampir) dengan prosentase 25 % (2 soal) pada tingkatan kognitif pengetahuan (C1) dan 75 % (6 soal) pada tingkatan kognitif pemahaman (C2) 2. Terdapat soal dengan redaksi berbeda tetapi memiliki inti yang sama persis dengan indikator taksonomi Bloom sama sejumlah 22 soal atau 28,20% dari 78 butir soal yang terkumpul dan dikelompokkan dalam 8 kelompok soal (terlampir) dengan prosentase 22,73 % (5 soal) pada tingkatan kognitif pemahaman (C2) dan 77,27 % (17 soal) pada tingkatan kognitif pengetahuan (C1) Deskripsi analisis tersebut dituangkan dalam Tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Hasil analisis redaksi soal No
Hasil Analisis
Jumlah
Contoh
Tingkatan Taksonomi Bloom
50
1
Soal dengan redaksi
8 soal
Pemanfaatan mikroba dalam
sama
Pengetahuan
bentuk minuman dari bahan susu adalah … a. Jamu b. Yogurt c. Keju d. Kecap
2
Soal dengan redaksi
22 soal
Bercocok tanam dengan tidak
berbeda, tetapi
menggunakan media tanah
memiliki inti dan
merupakan perbanyakan
tingkatan taksonomi
tanaman dengan cara …
Bloom yang sama
a. Kultur Jaringan
Pengetahuan
b. Hidroponik c. Mutasi d. Iradiasi
2.
Pengelompokan Soal Tes Buatan Guru Biologi Berdasarkan Tingkatan Kognitif Menurut Taksonomi Bloom Setelah didapat data hasil survey kemudian data tersebut dikelompokkan
berdasarkan tingkatan kognitif menurut taksonomi Bloom dengan merincikan data berdasarkan sumbernya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2. Perincian Data Menurut Sumbernya Berdasarkan Tingkatan Kognitif Taksonomi Bloom Sumber
Jumlah
Dimensi Kognitif Taksonomi Bloom
Soal
C1
C2
MTsN A
7
5
2
MTsN B
10
5
4
MTsN C
10
8
2
MTsN D
6
2
4
MTsN E
25
15
10
C3
C4
1
C5
C6
51
MTsN F
5
4
1
MTsN G
15
8
7
Jumlah
78 soal
47
30
Prosentase
1
60.26% 38.46%
1.28%
Berdasarkan hasil penelitian soal tes buatan guru biologi jika ditinjau dari aspek kognititf taksonomi bloom didapat bahwa 47 (60,26%) soal buatan guru biologi didominasi pada tingkatan pengetahuan, 30 (38,46%) soal mencakup tentang pemahaman, dan 1 (1,28%) soal mencakup tentang analisis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya variasi soal buatan guru biologi hal ini terlihat dari 6 pengelompokan hanya 3 pengelompokan atau 50% yang tercakup dalam soal buatan guru biologi, sisanya 3 kelompok atau 50% tidak tersentuh sama sekali oleh pemikiran guru biologi untuk membuat soal yang mencakup kelompok tersebut dan terpusatnya soal pada ranah kognitif pengetahuan.
3.
Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom Mengacu kepada kelengkapan data penelitian, di bawah ini penulis
menyajikan table tentang pengelompokan topik berdasarkan taksonomi Bloom dengan tujuan untuk memperjelas posisi butir-butir soal yang dibuat guru. (Tabel terkumpul pada lampiran) Agar data hasil penelitian ini menjadi sempurna, soal-soal yang telah dikelompokkan sesuai tingkatan taksonomi bloom kemudian di dikelompokkan lagi sesuai topik sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.3. Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom No
Tingk. Taks. Bloom
Topik Dalam Bioteknologi A
B
C
D
E
Jml soal
1
Pengetahuan
26
6
15
1
1
47
2
Pemahaman
13
5
7
1
2
30
52
3
Analisis Konseptual
1
Prosentase
50%
14,10%
1
29,49% 2,56% 3,85%
100%
Keterangan : A
: Peranan Bioteknologi dalam meningkatkan nilai tambah bahan pangan
B
: Peranan Bioteknologi dalam bidang kesehatan
C
: Peranan Bioteknologi dalam peningkatan produksi pertanian dan peternakan
D
: Peranan Bioteknologi dalam bidang lingkungan
E
: Dampak negatif yang ditimbulkan dari penerapan bioteknologi
4.
Kesesuaian Soal Buatan Guru Biologi MTs Negeri Se-Jakarta Selatan dengan Silabus dan Rencana Pembelajaran Hasil analisis kesesuaian butir soal dengan indikator/tujuan pembelajaran
yang terdapat pada silabus dan rencana pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel
4.4.
Kesesuaian
Butir
Soal
dengan
Indikator/Tujuan
Pembelajaran Bentuk soal pilihan ganda
Sumber
Bentuk soal uraian %
Tidak
Jumlah
Sesuai
MTsN A
7
6
1
MTsN B
10
10
MTsN C
10
MTsN D
% Tidak
Jumlah
Sesuai
85.7%
-
-
-
-
-
100%
-
-
-
-
9
1
90%
-
-
-
-
6
6
-
100%
-
-
-
-
MTsN E
20
17
3
85%
5
4
1
80%
MTsN F
5
3
2
60%
-
-
-
-
MTsN G
10
7
3
70%
5
3
2
60%
Sesuai
Sesuai
53
Jumlah
68
58
10
85.3%
10
7
3
70%
Silabus dan rencana pembelajaran adalah bagian penting dalam sebuah kegiatan belajar mengajar. Tanpa keduanya, kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan secara maksimal. Tetapi pada kenyataannya, yang menjadi pegangan guru dalam mengajar hanya dominan pada buku sumber sedangkan silabus dan rencana pembelajaran hanyalah sebagai pelengkap administrasi yang hanya menjadi dokumen. Sebagian besar guru, mengandalkan teknologi internet dalam membuat silabus dan rencana pembelajaran. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa isi pembelajaran yang disampaikan guru sudah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi penggunaan teknologi internet dalam pembuatan silabus dan rencana pembelajaran menyebabkan tidak berkembangnya pola pikir guru dalam mengkreasikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang terdapat di sekolah masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sekolah yang memiliki rencana pembelajaran yang sama dan bersumber dari internet. Demikian halnya dengan pembuatan soal, dari data yang diperoleh di lapangan, penulis berasumsi bahwa dikarenakan bersumber dari buku dengan penerbit yang sama dan rencana pembelajaran dari sumber yang sama, akibatnya terdapat soal-soal yang memiliki redaksi sama. Berdasarkan hasil analisa kesesuaian soal buatan guru dengan silabus dan rencana pembelajaran, diperoleh 65 soal yang sesuai dan 13 soal yang tidak sesuai dengan rincian soal yang sesuai yaitu 58 untuk soal pilihan ganda dan 7 untuk soal uraian dengan persentase 85.3%, sedangkan soal yang tidak sesuai yaitu 10 untuk soal pilihan ganda dan 7 untuk soal uraian dengan persentase ketidak sesuaian 14.7%. Ketidak sesuaian tersebut dikarenakan yang menjadi acuan guru dalam kegiatan belajar mengajar bukan rencana pembelajaran melainkan buku sumber.
5.
Hasil Wawancara dengan Guru Biologi MTs Negeri Se-Jakarta Selatan
54
Hasil data non tes berupa hasil wawancara dengan Guru Biologi MTs Negeri se-Jakarta Selatan dituangkan dalam tebel berikut ini :
Tabel 4.5. Hasil Wawancara Fokus Pertanyaan Profil Guru
Hasil Wawancara -Pengalaman mengajar rata-rata diatas 10 tahun. -Sebagian guru menyelesaikan program strata 1 di perguruan tinggi negeri yaitu sebanyak 5 sampel (GC,GD,GE,GF,GG) atau sekitar 71.43% dan sebagian lagi yaitu sebanyak 2 sampel (GA,GB) menyelesaikan program strata 1 di perguruan tinggi swasta atau sekitar 28.57% dengan program studi pendidikan biologi sebanyak 6 sampel (GB,GC,GD,GE,GF,GG)) atau sekitar 85.71% dan program studi lain sebanyak 1 sampel (GA) atau sekitar 14.29% -Terdapat 1 sampel (GD) atau sekitar 14.29% guru yang telah menyelesaikan program S2 dibidang pendidikan
Pembuatan soal
-Butir soal yang dibuat adalah hasil karya sendiri (GC,GD,GE,GF) yaitu sebanyak 57,14% -Butir soal yang dibuat adalah hasil karya sendiri dengan menyesuaikan
dari
internet
dan
buku
sumber
(GA,GB,GG) yaitu sebanyak 42,86% -Butir soal disesuaikan dengan panduan silabus dan rencana
pembelajaran
yang
telah
dibuat
(GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG) yaitu sebanyak 100% -Tidak ada bank soal milik sekolah serta tidak ada soal yang
diulang-ulang
untuk
setiap
tahun
pelajaran
(GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG) yaitu sebanyak 100%. -Butir soal yang telah disajikan kepada peserta didik dikoreksi sendiri oleh guru (GB,GC,GE,GF,GG) yaitu
55
sebanyak 71,43% -Butir soal yang telah disajikan kepada peserta didik dikoreksi oleh mesin computer (GA,GD) yaitu sebanyak 28,57% -Tidak
ada
kendala
dalam
pembuatan
soal
(GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG) yaitu sebanyak 100%. -Buku sumber dan LKS berperan sebagai literature dalam pembuatan
soal
(GA,GB,GC,GD.GE.GF,GG)
yaitu
sebanyak 100%. Pembuatan RPP dan
-Rencana pembelajaran dan silabus adalah hasil karya
Silabus
sendiri (GC,GD,GE,GF) yaitu sebanyak 57,14% - Internet dan buku sumber terkadang menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatannya (GA,GB,GG) yaitu sebanyak 42,86%.
Buku sumber
-Sebagian besar menggunakan LKS dari penerbit dalam kegiatan belajar mengajar (GB,GE,GF,GG) atau sekitar 57,14%. -Sebagian guru tidak menggunakan LKS dari penerbit dalam kegiatan belajar mengajar (GA,GC,GD)atau sekitar 42,86% -Macam-macam buku sumber yang digunakan yaitu berasal dari penerbit Grafindo (GA, GD, GE), Bumi aksara (GB), Tiga serangkai (GC,GG),Esis (GF), dan BSE terbitan Diknas (GC,GF).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah disajikan pada tabel di atas, menunjukkan bahwa guru/tenaga pengajar di MTsN se-Jakarta Selatan telah memenuhi kualifikasi. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman mengajar yang ratarata sudah diatas 10 tahun dan menyelesaikan program strata 1 .
pendidikan guru yang seluruhnya telah
56
Dalam hal pembuatan soal, hasil wawancara menyatakan bahwa soal dibuat sendiri oleh guru walaupun internet dan buku sumber menjadi literature didalamnya. Kendala dalam pembuatan soal mencapai 0% sehingga dapat diartikan bahwa keprofesionalan guru dalam membut soal tidak diragukan lagi. Dalam hal pengkoreksian butir soal, guru bertanggung jawab terhadap tugasnya yaitu sebagai penilai. Walaupun pekerjaannya diperbantukan oleh mesin computer untuk butir soal pilihan ganda. Namun, semuanya dilakukan sendiri dalam arti tidak melibatkan manusia lain dalam pelaksanaannya baik siswa maupun orang lain kecuali untuk pengkoreksian LKS ada beberapa guru yang meminta bantuan siswa. Rencana Pembelajaran dan silabus merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil wawancara menyatakan bahwa guru di MTsN di Jakarta Selatan membuat sendiri komponen ini sehingga guru benar-benar mengetahui apa yang harus disampaikan kepada peserta didik dan hal-hal apa saja yang harus diketahui oleh peserta didiknya. Seluruh guru menggunakan buku sumber dalam kegiatan belajar mengajar karena hal ini dianggap penting dalam kegiatan belajar mengajar. Buku sumber yang digunakan guru sama dengan buku sumber yang digunakan peserta didik. Akan tetapi, tidak semua guru menggunakan Lembar Kerja Siswa yang dikeluarkan oleh sebuah penerbit. Sekitar 42,86% guru membuat lembar kerja siswa sendiri dan menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan peserta didiknya. Dari rangkaian hasil wawancara, pemberian evaluasi yang diimplementasi dalam bentuk soal-soal evaluasi telah dibuat sesuai dengan indicator yang tertuang dalam rencana pembelajaran yang dibuat guru. Soal-soal tersebut dibuat oleh guru yang mengadaptasi dari berbagai sumber referensi baik dari internet maupun buku sumber yaitu sebanyak 42,86% dan yang membuat soal sendiri sebanyak 57,14%,
B.
Pembahasan Semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi, semakin
meningkat pula kebutuhan manusia akan pendidikan yang berkualitas, terutama di Negara Indonesia, yang merupakan satu dari deretan Negara dengan jumlah
57
penduduk terbanyak di dunia. Sudah semestinya menerapkan pendidikan yang berkualitas guna mencegah ketertinggalan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan menerapkan segala bentuk perundang-undangan yang telah disepakati, tidak hanya diciptakan konsepnya, namun pelaksanaan yang tepat dan sesuailah yang akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang siap untuk mengangkat nama Indonesia ke papan atas dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai evaluator merupakan salah satu pencetak generasi penerus bangsa. Oleh karenanya, agar generasi tersebut dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, evaluator berperan penting di dalamnya. Setelah memperoleh data yang tertuang dalam hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa guru cukup kreatif dalam membuat soal. Hal ini didasarkan pada temuan soal dengan redaksi sama dengan persentase 10,28%, hal ini membuktikan bahwa 89,72% butir soal yang dibuat guru bervariasi walaupun masih ada beberapa guru di MTs Negeri di Jakarta Selatan yang mengutip soal dari sumber yang sama. Akan tetapi, jika ditinjau dari aspek kognitif taksonomi Bloom, butir soal yang dibuat guru didominasi pada tingkat pengetahuan (C1) yang berarti butir soal banyak yang terfokus pada topic yang sifatnya mengingat. Dari sisi kualitas soal berdasarkan topik, dapat dinyatakan bahwa soal buatan guru biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari terfokusnya soal pada satu topic yaitu topic peranan bioteknologi dalam meningkatkan nilai tambah bahan pangan sekitar 50% atau sebanyak 49 butir soal sehingga ada beberapa topik yang terabaikan dan mengakibatkan kemampuan siswa tidak terukur secara sempurna sehingga dapat dinyatakan bahwa evaluasi tersebut belum dapat mengukur ketuntasan pembelajaran. Berdasarkan tingkatan kognitif menurut Taksonomi Bloom, soal buatan guru biologi di MTs Negeri di Jakarta Selatan
hanya didominasi pada
pengetahuan (C1) sebanyak 47 soal, tingkat pemahaman (C2) sebanyak 30 soal dan tingkat analisis (C4) sebanyak 1 soal. Sementara untuk tingkatan Aplikasi
58
(C3), sintesis (C5) dan evaluasi (C6), tidak tersentuh sama sekali. Dibandingkan dengan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan berpikir lainnya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah.68 Pendominasian pada tingkat pengetahuan (C1) yang hanya pada tahap mengingat, nantinya akan menyebabkan kemampuan berfikir siswa hanya sebatas ingatan yang dalam jangka panjang akan berimbas kepada perkembangan otak anak didik untuk cenderung mengingat saja sehingga upaya untuk memecahkan sebuah permasalahan atau untuk menemukan hal-hal yang baru sangat kecil kemungkinannya. Jika ditinjau dari aspek pengelompokan topik pada butir soal yang terkumpul, butir soal didominasi pada topik peranan bioteknologi dalam meningkatkan nilai tambah bahan pangan dengan prosentase 50 % atau 39 soal. Hal ini menyebabkan topic tidak tersebar secara merata dengan topic lain seperti peranan bioteknologi dalam bidang kesehatan 14,10 %, peranan bioteknologi dalam peningkatan produksi pertanian dan peternakan 29,49 %, peranan bioteknologi dalam bidang lingkungan 2,56 % dan dampak negatif yang ditimbulkan dari penerapan bioteknologi 3,85 % yang juga terdaftar dalam rencana pembelajaran. Sehingga mengakibatkan hal-hal yang menjadi target yang telah tersusun dalam rencana pembelajaran tidak terjangkau. Dalam hal ini, perlu diadakannya pelatihan yang dapat mengembangkan wawasan guru guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan teknologi internet dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat diperlukan, agar informasi yang sampai kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi bukan berarti seluruh komponen pembelajaran harus sama dengan internet, guru harus pandai memilih apa saja yang diperlukan dan tidak diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar serta harus menyesuaikan dengan kurikulum yang terdapat di sekolah dan yang tidak kalah pentingnya adalah kekreatifan guru dalam menyusun komponen pembelajaran yang harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik dan kondisi di sekolah 68
Ngalim Purwanto. Op.cit. hal.44
59
masing-masing sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih berarti dan diharapkan dapat mencetak generasi penerus bangsa yang kreatif pula. Pendidikan guru perlu memiliki suatu standar, yang akan menjadi acuan, baik dalam pengembangan, pelaksanaan, maupun evaluasi program pendidikan guru.69 Guru MTsN di Jakarta Selatan telah memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar yang professional. Hal ini terbukti dengan pengalaman mengajar yang rata-rata sudah diatas 10 tahun dan
pendidikan guru yang seluruhnya telah
menyelesaikan program strata 1. Ditinjau dari keterkaitan antara butir soal dengan rencana pembelajaran yang dibuat guru, terdapat 85.3% untuk kesesuaian pada butir soal pilihan ganda dan 70% untuk kesesuaian pada butir soal essay. Persentase maksimal seharusnya ada didalamnya apabila rencana pembelajaran menjadi landasan dalam kegiatan belajar mengajar maupun penulisan butir soal. Akan tetapi, di lapangan penulis menemukan bahwa yang menjadi pegangan guru pada saat mengajar adalah buku sumber yang senantiasa mengiringi langkah guru menuju ruang peserta didik. Rencana pembelajaran hanya sebagai pelengkap administrasi guru pada saat-saat tertentu saja. Semestinya telah kita ketahui bahwa
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas dan berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram.70 Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan pengajaran. Hasil-hasil yang dicapai, langsung bertalian dengan penguasaan tujuan-tujuan yang menjadi target. 71 Pada akhirnya, fungsi utama dalam evaluasi tidak tercapai karena kegiatan belajar mengajar tidak disesuaikan dengan rencana akan tetapi kegiatan belajar mengajar disesuikan dengan bab perbab yang ada dalam buku sumber.
69
Nana Syaodih S. Op.Cit. hal .204. Umar Al-Fath, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dapat diakses di http://umarstain.blogspot.com/2009/10/perencanaan-pembelajaran.html 71 Departemen Agama RI. Op.Cit. hal. 95
70
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan soal tes buatan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Jakarta Selatan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Soal buatan guru biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan didominasi pada aspek kognitif tingkat pengetahuan (C1) dengan persentase 60,26% atau sebanyak 47 butir soal, tingkat pemahaman (C2) 38,46% atau sebanyak 30 butir soal, dan tingkat analisis (C4) 1,28% atau sebanyak 1 butir soal untuk soal pilihan ganda dan essay 2. Kesesuaian butir soal dengan indikator yang tertuang dalam rencana pembelajaran diperoleh sebanyak 63 butir soal yang sesuai atau 83,33%. dengan 85.3% atau sebanyak 58 butir soal untuk kesesuaian pada soal pilihan ganda dan 70% atau sebanyak 7 butir soal untuk kesesuaian pada soal essay
B. Saran Berdasarkan temuan pada penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Perakitan butir soal harus memperhatikan tingkatan taksonomi Bloom
61
2. Manajemen perakitan butir soal yang baik akan memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar yang ingin dicapai. 3. Perumusan soal hendaknya mengikuti
kaidah penulisan soal yang telah
ditetapkan secara jelas dan terarah, agar kualitas soal semakin baik. 4. Silabus dan rencana pembelajaran harus menjadi pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. 5. Hendaknya para guru berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya, dengan menerapkan evaluasi yang sesuai aturan, sehingga kemampuan siswa terukur secara sempurna dan tercapainya tujuan pembelajaran. 6. Hendaknya pembelajaran.
MGMP
dijadikan
wadah
dalam
meningkatkan
kualitas
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ciri-ciri dari Empat Tipe Achievement Test.......................................... 9 Tabel 3.1. Taksonomi Bloom ................................................................................ 46 Tabel 3.2. Kesesuaian soal dengan rencana pembelajaran...................................... 47 Tabel 4.1. Hasil analisis redaksi soal ..................................................................... 48 Tabel 4.2. Perincian Data Menurut Sumbernya Berdasarkan Tingkatan Kognitif Taksonomi Bloom ................................................................. 49 Tabel 4.3. Pengelompokan Topik Berdasarkan Taksonomi Bloom ........................ 50 Tabel 4.4. Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator/Tujuan Pembelajaran.............. 51 Tabel 4.5 Hasil Wawancara.................................................................................. 52 Tabel 1.
Hasil Analisa Soal dengan Redaksi Sama ............................................. 65
Tabel 2.
Hasil Analisa Soal dengan Redaksi Berbeda tetapi memiliki inti dan taksonomi Bloom yang sama.......................................................... 67
Tabel 3.
Kesesuaian soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan dengan Silabus dan Rencana Pembelajaran .......................................................71
Tabel 4.
Kumpulan soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan ...................89
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisa Soal.............................................................................. 65 Lampiran 2. Kesesuaian soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan dengan Silabus dan Rencana Pembelajaran.................................................... 71 Lampiran 3. Kumpulan soal-soal buatan guru MTsN se-Jakarta Selatan.................89 Lampiran 4. Pedoman wawancara ..........................................................................106 Lampiran 5. Hasil Penelaahan Soal ........................................................................107
ix