Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TOPOLOGI MESH DAN HYBRID PADA JARINGAN OPTIK WDM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA FIRST-FIT Nanang Ismail*, Titin Nurjanah, Jati Fallat Abstrak Meningkatnya kebutuhan komunikasi dalam berbagai bentuk menyebabkan peningkatan kapasitas sistem komunikasi. Kapasitas informasi yang dibawa dari sebuah sistem komunikasi secara langsung berkaitan dengan bandwidth. Semakin besar bandwidth, maka semakin besar pula kapasitas informasi yang dibawa. Fiber Optik adalah salah satu media transmisi berkecepatan tinggi, dengan cahayanya mampu menyalurkan data dengan kecepatan yang sangat tinggi. Beberapa teknik transmisi terus dikembangkan, untuk mendukung dan memperbaiki kinerja Fiber Optik. Wavelength Division Multiplexing (WDM) adalah salah satu teknologi multiplexing dalam komunikasi serat optik yang bekerja dengan membawa sinyal informasi yang berbeda pada satu serat optik dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda. Makalah ini menuangkan hasil penelitian perbandingan kinerja topologi Mesh dan Hybrid pada jaringan optik WDM dan pengaruh penggunaan Algoritma First-fit terhadap kinerja topologi keduanya. Dari hasil simulasi menggunakan MatPlanWDM dapat diketahui adanya perbandingan kinerja dengan menggunakan Algoritma First-fit pada tiap parameter terhadap trafik matrik dan perbandingan kinerja jaringan WDM dengan menggunakan algoritma First-fit. Penggunaan Algoritma First-fit pada topologi Mesh dan Hybrid sangat berpengaruh pada pemilihan panjang gelombang yang tersedia. Algoritma First-fit memilih panjang gelombang λ1 untuk ditempatkan pada semua link. Kata-kata kunci: Bandwidth, multiplexing,Mesh, Hybrid, First-fit
Wavelength
Division
komunikasi Pendahuluan Pemanfaatan teknologi informasi
Multiplexing,
yang
meningkat
dengan
diperlukan
pula
cenderung cepat,
media
maka
transmisi
berupa multimedia melalui jaringan
untuk melakukan komunikasi yang
menjadi komunikasi yang menarik
memadai dan pada saat ini hanya
dan banyak digunakan oleh semua
jenis media transmisi kabel Fiber
kalangan di jaman perkembangan ini.
Optic
Sesuai dengan tuntutan pelayanan
kebutuhan tersebut.
yang
dapat
memenuhi Kabel Fiber
52
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Optic mampu melayani transfer data
Dalam penelitian ini dianalisa dan
dengan kecepatan tinggi dalam waktu
disimulasikan perbandingan kinerja
yang relatif singkat dan bentuk fisik
jaringan
yang relatif kecil dan ringan.
menggunakan dua topologi jaringan
optik
WDM
dengan
dan satu algoritma. Kedua Topologi Mengingat kebutuhan bandwidth untuk sistem transmisi yang akan
tersebut adalah Topologi Mesh dan Topologi Hybrid.
datang jauh lebih besar dari yang sudah
ada
sekarang,
sedangkan
Topologi
Mesh
adalah
suatu
pengembangan teknologi TDM (Time
topologi
Division Multiplexing) masih terbatas,
untuk
maka
dengan berbagai alternatif rute atau
dibutuhkan
suatu
teknik
yang
memang
didisain
memiliki
tingkat
restorasi
multiplexing yang memungkinkan
penjaluran
untuk mengatasi masalah bandwidth
disiapkan
tersebut,
perangkat
yaitu
teknologi
WDM
yang biasanya dengan lunak
dukungan
atau
software.
(Wavelength Division Multiplexing).
Topologi Hybrid Kombinasi dari dua
Teknik
atau lebih topologi yang bergabung.
WDM
merupakan
suatu
teknik multiplex atau penggabungan
Ketika
yang
untuk
penyusun
bergabung,
sinyal
karakteristik
di
memungkinkan
mentransmisikan
beberapa
masing-masing
setiap
topologi maka topologi
optik pada satu serat optik yang sama
tersebut tidak ada, yang ada adalah
dan setiap sinyal optik dialokasikan
karakteristik topologi gabungan.[5]
panjang gelombang tertentu.[9] Dan algoritma WDM merupakan suatu teknik
yang digunakan
yaitu algoritma First-fit. Algoritma
transmisi yang memanfaatkan cahaya
First-fit,
yaitu
dengan panjang gelombang yang
panjang
gelombang
berbeda-beda
digunakan
sebagai
kanal-kanal
diberi
dimana
seluruh
yang
nomor,
akan ketika
informasi, sehingga setelah dilakukan
algoritma menemukan ada sejumlah
proses multiplexing seluruh panjang
panjang
gelombang
dapat
ditempatkan pada lightpath, maka
ditransmisikan melalui sebuah serat
panjang gelombang dengan nomor
tersebut
gelombang
yang
bisa
optik.[2]
53
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
terendah
akan
ISSN 1979-8911
dipilih
untuk
terhadap topology Mesh dan
ditempatkan.[8]
topologi Hybrid dengan melihat parameter carried/offered traffic,
Rumusan Masalah
Network Congestion, Single hop traffic/offered traffic, number of
Sesuai dengan latar belakang yang telah
dipaparkan
di
atas,
virtual
maka
lightpaths,
rumusan masalah yang dikaji dalam
number
number
of
of
used
wavelength channel, number of
penelitian kali ini adalah bagaimana
lightpaths per fiber link dan
perbandingan pengaruh penggunaan
message propagation delay.
algoritma First-fit terhadap topologi Mesh dan Hybrid yang digunakan
hops,
Mengetahui
perbandingan
dengan melihat parameter Number of
kinerja jaringan Optik WDM
Transmitter per Node, Number of
dengan
Receivers per Node, Number of
Mesh dan Hybrid
TWCs
algoritma First-fit.
per
Node,
Number
of
penggunaan
topologi terhadap
Wavelength per Node, Wavelength Channel Demand
Capacity,
dan
terhadap
Traffic mariks
carried/offered traffic, number of virtual hops, Network Congestion, Single hop traffic/offered traffic, number of lightpaths, number of used wavelength
channel,
Batasan Masalah
number
of
lightpaths per fiber link dan message propagation delay?
Dalam
penelitian
maksud untuk mencapai sasaran yang diharapkan
agar
pembahasannya.
Mengetahui
meluas
Adapun
batasan
dalam penelitian ini adalah:
digunakan
untuk
mengevaluasi kinerja jaringan penelitian
ini
optik WDM dengan parameter jaringan yang tersedia.
adalah sebagai berikut:
tidak
1. Simulator MatPlanWdm versi
Tujuan Penelitian tujuan
dibatasi
ruang lingkup permasalahan dengan
(0.61)
Adapun
ini
pengaruh
penggunaan algoritma First-fit
2. Algoritma
yang
digunakan
adalah algoritma First-Fit.
54
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
3. Algoritma
yang
pada
ISSN 1979-8911
digunakan
Analisis
Kebutuhan,
MatPlanWDM
pembuatan
menganalisa kinerja jaringan
melakukan
WDM
menggunakan
dengan
metriks
Perancangan
simulasi,
tahap
Simulasi
dengan MATLAB
carried/offered traffic, number
MatPlanWDM,
of virtual hops, number of
Analisis Output.
dan
kemudian
lightpaths, number of used wavelength channel, number of lightpaths per fiber link dan message propagation delay. 4. Topologi adalah
yang topologi
digunakan Mesh
dan
topologi Internet dengan 6 node.
Gambar 1. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini, digunakan
5. Jaringan
yang
adalah
digunakan
jaringan
tanpa
simulator
MatPlanWDM
untuk
mensimulasikan jaringan optik WDM. Simulator ini bersifat open source
Wavelength Converter
sehingga
apabila
dilakukan
pengembangan maka akan menjadi
Metodologi Penelitian
lebih dinamis dalam hal pemodelan Menurut pendekatannya penelitian ini
tergolong
kuantitatif,
dalam
karena
metode
menganalisis
permasalahan dengan menggunakan parameter-parameter hitung/diukur
yang
dapat
perilaku dijalankan
trafik. pada
MatPlanWDM sistem
operasi
Windows dan tidak bisa dijalankan pada sistem operasi linux.
ataupun
dikuantifikasikan. Gambar
jaringan, topologi, algoritma dan
menunjukan
Teknologi WDM pada dasarnya
penelitian.
adalah teknologi transport untuk
Diagram ini dibagi menjadi lima
menyalurkan berbagai jenis trafik
bagian utama yaitu Studi Literatur,
( data, suara, dan video ) secara
diagram
dibawah
Wavelength Division Multiplexing
sistematika
55
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
transparan,
dengan
ISSN 1979-8911
menggunakan
panjang gelombang yang berbedabeda dalam satu fiber tunggal secara bersamaan. Dalam teknologi WDM ini, pada satu kabel Fiber Optic dapat dilakukan
pengiriman
secara
bersamaan banyak informasi melalui
Gambar 2. Ilustrasi pengiriman
kanal yang berbeda. Setiap kanal dibedakan
dengan
prinsip
perbedaan
informasi pada WDM[6]
menggunakan panjang
gelombang yang dikirimkan oleh sumber informasi. Sinyal informasi
Menurut Sholihin (2007), jaringan WDM memiliki dua buah arsitertur, yaitu:[8]
yang dikirimkan awalnya diubah menjadi panjang gelombang yang
Arsitektur
broadcast
and
select
sesuai dengan panjang gelombang yang tersedia pada Fiber Optic
Setiap
titik
pada
jaringan
kemudian dimultipleksikan pada satu
dilengkapi dengan satu atau lebih
Fiber Optic.[1]
pemancar dan penerima optik. Suatu peralatan pasif diletakkan ditengah-
Pada gambar 2, terdapat beberapa
tengah
jaringan
tersebut
yang
kanal trafik yaitu λ1, λ2, dst dimana
berfungsi untuk mengalirkan sinyal
dilakukan kombinasi beberapa kanal
dari masing-masing serat masukan ke
menjadi satu Fiber Optic yang sama,
serat
dan pada keluarannya
dilakukan
tersebut
dinamakan
kanal-kanal
coupler.
Untuk
pemisahan
kembali
keluaran,
peralatan
pasif
passive
jaringan
star
dengan
tersebut sesuai dengan masukannya.
menggunakan arsitektur broadcast
Setiap kanal ini dibedakan dengan
and salect, panjang gelombang yang
menggunakan
ada tidak dapat digunakan lagi oleh
prinsip
perbedaan
panjang gelombang yang dikirimkan
titik
oleh
Dengan
mengakibatkan jumlah titik dalam
dilakukan
jaringan menjadi terbatas, sehingga
sumber
demikian penghematan
informasi. dapat
penggunaan
Fiber
yang
lainnya,
hal
ini
arsitektur ini hanya cocok untuk
Optic.[2]
56
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
LAN
dengan
ISSN 1979-8911
jumlah
pengguna
sedikit.
memungkinkan
beberapa
koneksi
berbeda untuk berjalan pada suatu fiber Arsitektur wavelength routing
Keterbatasan dalam pemakaian
optic
yang
sama.
Dalam
arsitektur jaringan optik, routing dilakukan
dengan
menggunakan
pada
lightpaths, yaitu all-optical WDM
select
channels yang berada pada kabel. Hal
mengakibatkan arsitektur ini tidak
ini dilakukan untuk menghindari
dapat mendukung untuk pemgguna
konversi dari optik ke listik, yang
dalam jumlah yang besar seperti pada
akan menambah komponen delay dan
jaringan WAN. Pada jaringan WAN
biaya
harus dibangun dengan menggunakan
Permasalahan yang timbul adalah
arsitektur yang dapat menyesuaikan
pengaturan
diri. Pada jaringan WDM wavelength
lightpaths kepada tiap wavelength
routing
untuk menghasilkan kinerja jaringan
ulang
panjang
arsitektur
gelombang
broadcast
mengijinkan
and
pemakaian
secara
keseluruhan.
dan
tiap
panjang gelombang yang sama pada
yang
bagian lain dalam jaringan tersebut.
disebut
Titik-titik
mampu
Wavelength
panjang
Salah satu algoritma untuk mengatasi
gelombang yang berbeda pada port
RWA yaitu First-fit Wavelength
masukan ke port keluaran yang
Assignment (FFWA). Pada algoritma
berbeda-beda.
ini semua panjang gelombang diberi
pada
melakukan
jaringan
perutean
optimal.
routing
Permasalahan
dengan
Routing
Assignment
ini and
(RWA).
nomor, panjang gelombang dengan Routing Wavelength Assignment
nomor terrendah dipilih dari panjang gelombang yang tersedia. Tujuannya
Dalam
jaringan
wavelength-routed permasalahan jaringan,
yaitu
all-optical terdapat
dalam
mengontrol
menetapkan
adalah untuk menjaga ketersediaan panjang
gelombang
dalam
jaringan.[7]
rute
(kumpulan links serat) ke permintaan
Algoritma First-fit
lightpath dan menentukan panjang gelombang yang digunakan pada
Algoritma First-fit, yaitu dimana
setiap links sepanjang rute. WDM
seluruh panjang gelombang yang
57
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
akan digunakan diberi nomor, ketika
Penempatan panjang gelombang
algoritma menemukan ada sejumlah
pada kasus diatas untuk algoritma
panjang
first fit yang digunakan adalah:
gelombang
yang
bisa
ditempatkan pada lightpath, maka panjang gelombang dengan nomor terendah
akan
ditempatkan.
dipilih
algoritma memeriksa
untuk
Algoritma
gelombang
First-fit
sehingga
gelombang
beban
ada
dan
bernomor
paling
kecil sampai terbesar yaitu λ1,
perhitungannya lebih rendah karena
λ2, dan λ3.
tidak diperlukan untuk melakukan pencarian panjang gelombang yang
yang
panjang
mengurutkan mulai dari panjang
tidak memerlukan sistem informasi global,
Begitu ada permintaan koneksi,
tersedia di seluruh link pada setiap
Untuk
koneksi
(1,3)
menggunakan λ1.
rute.[8] Pada gambar 3 dibawah, terdapat
Untuk koneksi (1,2) karena λ1 sudah
ditempati
sebuah jaringan yang memiliki 5
koneksi
node dan 4 link dengan 3 panjang
ditempatkan λ2.
(1,3),
oleh
jalur
maka
akan
gelombang (λ1, λ2, dan λ3) yang menempati beberapa link. Permintaan
Untuk koneksi (4,5) panjang
koneksi datang dengan urutan dari
gelombang
node ke node yaitu [(1,3) (1,2) (4,5)
terkecil λ1 pada koneksi itu
(3,5) (2,4) (3,4)] yang diwakili secara
bebas, maka ditempatkan λ1.
berturut-urut oleh a, b, c,d e, f.
Untuk
dengan
koneksi
nomor
(3,5)
menggunakan λ2. 2
4
Untuk koneksi (2,4) panjang gelombang bernomor kecil telah
1
3
5
ditempatkan pada koneksi lain maka yang tersedia hanya λ1, Gambar 3. Jaringan 5 Node dan 4
sehingga akan ditempatkan λ3.
link
58
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
Untuk
ISSN 1979-8911
koneksi
(3,4)
menggunakan λ1.
Toolbox
tersebut
terdiri
atas
beberapa skrip untuk mendefinisikan struktur jaringan seperti jaringan
Ilustrasinya adalah seperti gambar
random
4. dibawah ini:
jaringan
yang
didefinisikan oleh user dan juga mendefinisikan matriks trafik secara
e
λ1
atau
random maupun First-fit.[3] d
b
λ2
a
λ3
f
c
Gambar 4. Penempatan panjang
Perancangan Tahap perancangan yang akan
gelombang dengan First-fit
dilakukan dalam pembuatan simulasi menggunakan
MatplanWDM
simulator
Matplan.wdm ini diantaranya adalah :
Dalam pembuatan simulasi ini
Perancangan topologi
Pengaturan trafik
Perancangan algoritma Routing
digunakan matplan.wdm Simulator yang
dikembangkan
oleh
Telecommunications Engineering in the
Technical
Cartagena
University (Spain)
of
Wavelength Assignment
untuk
memodelkan jaringan optik WDM. Gambar 5 dibawah ini adalah struktur
Pengaturan
Properti
Pada
Simulator MatPlanWDM
toolbox MatPlanWDM secara umum. A. Topologi Mesh Gambar 6 dibawah adalah gambar topologi Mesh sesuai dengan setting parameter yang sudah dirancang pada design topologi sebelumnya.
Gambar 5. Struktur Toolbox MatPalnWDM [6]
59
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Tabel 1 dibawah ini adalah setting parameter pada topologi Hybrid dan Mesh yang telah dirancang untuk dijalankan pada simulasi. Tabel 1. Setting Parameter Topologi Mesh
Gambar 6. Topologi Mesh
Topologi Mesh
Topologi Hybrid
Jumlah Node
6
6
Jumlah Link
16
30
Jumlah wavelength
4
4
1, 2, 3, 4, 5, 6
1, 2, 3, 4, 5, 6
Node 1, 2, 3, 4, 5, 6
Node 1, 2, 3, 4, 5, 6
Lightpath Capacity
60 Gbps
60 Gbps
Level Node
8
8
Jumlah eo transmitter
1.0000e+12
1.0000e+12
Jumlah oe receiver
1.0000e+12
1.0000e+12
B. Topologi Hybrid Topologi
yang
topologi Hybrid,
kedua
adalah
pada gambar 7
dibawah ini adalah topologi yang digunakan sesuai
dengan
setting
parameter yang telah dirancang. Dari
Node id
gambar ini dapat dilihat terdapat 4 bidirectional link dari node 1 menuju
Nama Node
2 dan sebaliknya, kemudian node 3 menuju node 4 dan sebaliknya.
Parameter yang terdapat pada simulator matplan.wdm ini adalah: Gambar 7. Topologi Hybrid
1. Number
of
Transmitter
per
Node: Jumlah pengirim dari tiap
60
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
masing-masing node pada kedua
2. Number of Virtual Hops: Jumlah
topologi.
rata-rata
Virtual
Hops
pada
setiap topologi Virtual. 2. Number of Receivers per Node: Jumlah penerima dari setiap
3. Network Congestion: Kemacetan
masing-masing node pada kedua
jaringan pada setiap trafik yang
topologi.
dibawa
oleh
lightpath
yang
paling banyak dibawa. 3. Number of TWCs per Node: Jumlah
dari
Wavelength
4.
Single Hop Traffic / Offered
Converter pada setiap node dari
Traffic (%): Kapasitas Sinyal
masing-masing topologi.
tunggal pembawa atau pengirim pada setiap link dan node pada
4. Number of Wavelengths per Node:
Jumlah
setiap topologi.
maksimum
panjang gelombang dari setiap node pada setiap link.
5. Number of Lightpaths: Jumlah jalur cahaya yang terdapat pada setiap link di topologi.
5. Wavelength Channel Capacity (Gbps)
:
panjang
Kapasitas
saluran
6. Number of Used Wavelengths
gelombang
pada
Channels: Jumlah rata-rata kanal
jaringan dengan satuan Gbps.
panjang
gelombang
yang
di
gunakan pada jaringan secara 6. Traffic Kebutuhan
Demand lalu
(Gbps): lintas
maksimal.
dari
jaringan optik itu sendiri.
7. Number of Lightpaths per Fiber Link:
Kinerja jaringan dapat dilihat dari hasil kurva yang akan ditampilkan oleh beberapa matriks dibawah ini: 1. Carried Traffic / Offered Traffic (%): Kapasitas sinyal pembawa atau pengirim pada setiap link dan node pada setiap topologi.
Jumlah
rata-rata
jalur
cahaya pada setiap link yang dibawa
oleh
masing-masing
fiber. 8. Message (us):
Propagation
Jumlah
propagasi
rata-rata
pada
trafik
Delay delay yang
dibawa oleh topologi fisik.
61
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Offered Traffic (%) dengan
Analisis
Toplologi Hybrid. Gambar 8 dan 9 dibawah ini merupakan
hasil
simulasi
dari
Setiap kapasitas sinyal pembawa
parameter
Wavelength
Channel
atau pengirim di setiap node dan link
Capacity (Gbps) terhadap matriks
pada saluran panjang gelombang.
Carried Traffic / Offered Traffic (%).
Karena pada topologi Mesh memiliki
Baik yang menggunakan Topologi
link yang lebih banyak maka tingkat
Mesh maupun Topologi Hybrid.
kapasitas saluran panjang gelombang pada topologi Mesh menunjukan nilai lebih tinggi dibandingkan topologi Hybrid. Dengan menggunakan Topologi Mesh, kinerja Wavelength Channel Capacity
(Gbps)
menunjukan
kenaikan pada prosentase Carried Traffic / Offered Traffic (%) ke 8, 12, Gambar 8. Wavelength Channel Capacity (%) VS Carried Traffic / Offered Traffic (%) dengan
42, dan mengalami penurunan pada prosentase ke 60 dan 88. Perubahan paling signifikan ditunjukan saat prosentase menunjukan nilai ke 12.
Toplologi Mesh. Sedangkan dengan menggunakan Topologi Wavelength
Hybrid, Channel
kinerja Capacity
(Gbps) menunjukan kenaikan pada prosentase Carried Traffic / Offered Traffic (%) ke 16, 25, 38, 40, 50, 60, 80, 95, dan mengalami penurunan pada prosentase ke 18. Perubahan paling signifikan ditunjukan saat Gambar 9. Wavelength Channel
prosentase menunjukan nilai ke 50.
Capacity (%) VS Carried Traffic /
62
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Gambar 10 dan 11 merupakan
Kapasitas sinyal tunggal pembawa
hasil simulasi dari parameter Traffic
pada topologi Mesh tidak lebih stabil
Demand terhadap matriks Single Hop
dibandingkan
Traffic / Offered Traffic (%). Baik
karena topologi Mesh memiliki 30
yang menggunakan Topologi Mesh
link jalur cahaya maka kebutuhan
maupun Topologi Hybrid.
lalu lintas dari jaringan optik itu sendiri
topologi
semakin
Hybrid,
berpengaruh
terhadap kapasitas saluran panjang gelombang, oleh sebeb itu topologi mesh memiliki nilai yang lebih besar daripada hybrid. Pada
tabel
2
dibawah
ini
menunjukan perubahan pada nilai dari hasil simulasi pada What if Analysis pada topologi Mesh dan Gambar 10. Traffic Demand VS
Hybrid.
Single Hop Traffic / Offered Traffic
Tabel 2. Perbandingan Kinerja
dengan Topologi Mesh.
Topologi
P
Matriks
Gambar 11. Traffic Demand VS Single Hop Traffic / Offered Traffic dengan Topologi Hybrid.
Wavelength Cannel Capacity
Carried /Offered Traffic Number Virtual Hops
of
Network Congestion Single Hop/Offered
Mesh
Hyb rid
1,472
0,21 8
1,009
1
3,2
2,64 1
1,474 0,218
63
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Traffic Number of Lightpath
30
9
Number of Used Wvelengths Channel
30
12
Number of Lightpath per Fiber Link
1
Message Propagation Delay
2,881
Message Propagation Delay
2,869
1,94 6
Tabel 3 dibawah ini adalah analisa wavelength utilization jaringan optik WDM
dengan
menggunakan
Algoritma First-fit pada topologi
Carried /Offered Traffic (%)
Traffic Demand
Number Virtual Hops
of
1
Tabel 3. Analisa Wavelength
1,472
1,94 8
0,21 6
1
1
Network Congestion
3,8
2,8
Single Hop/Offered Traffic (%)
1,472 9
0,21 85
Number of Lightpath
30
9
Number of Used Wvelengths Channel
30
12
Number of Lightpath per Fiber Link
Mesh.
1
1
Utilization pada Topologi Mesh
Link ID
Ori gin Nod e
Destin ation Node
Dista nce
Existin g Wavel engths
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 2 2 3 1 4 4 3 4 2 5 4 6 4 5 6 1 3 1 6 1 5 5 2 5 3
2 1 3 2 4 1 3 4 2 4 4 5 4 6 6 5 3 1 6 1 5 1 2 5 3 5
0.53 0.53 0.41 0.41 0.34 0.34 0.43 0.43 0.35 0.35 0.48 0.48 0.55 0.55 0.53 0.53 0.77 0.77 0.8 0.8 0.46 0.46 0.83 0.83 0.83 0.83
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Use d Wa vel eng ths 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27
6
2
0.82
4
1
28
2
6
0.82
4
1
29
6
3
0.56
4
1
30
3
6
0.56
4
1
64
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 4
wavelength
yang
tersedia disemua link pada jaringan,
wavelength
1
yang
merupakan
wavelength pertama yang tersedia di jaringan pada topologi Hybrid.
wavelength yang digunakan adalah wavelength
1
yang
Jadi dapat disimpulkan bahwa
merupakan
wavelength pertama yang tersedia di
penggunaan Algoritma First-fit pada topologi Mesh dan Hybrid sangat
jaringan pada topologi Mesh.
berpengaruh pada pemilihan panjang Tabel 4 dibawah ini adalah analisa wavelength utilization jaringan optik WDM
dengan
gelombang yang tersedia dan diberi nomor berurut dari 1 – 4.
menggunakan
Algoritma First-fit pada topologi Hybrid.
Kesimpulan
Dengan input paramater yang
Tabel 4. Analisa Wavelength
sama terhadap topologi Mesh
Utilization pada Topologi Hybrid
dan Hybrid, Mesh menunjukan
Lin k ID
Ori gin No de
Destina tion Node
Dista nce
Existin g Wavel engths
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 1 2 1 3 2 4 4 3 4 3 4 5 4 6
2 1 2 1 3 1 4 2 3 4 3 4 5 4 6 4
0.39 0.39 0.39 0.39 0.44 0.44 0.33 0.33 0.43 0.43 0.43 0.43 0.54 0.54 0.63 0.63
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Use d Wa vel eng ths 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
kinerja yang lebih baik dengan adanya
bahwa dari 4
wavelength
tertinggi
yang
dicapai oleh Mesh yang memiliki selisih perbedaan nilai dengan Hybrid. Artinya bahwa dalam suatu jaringan yang memiliki link
lebih
banyak
dengan
panjang gelombang yang sama akan menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Penggunaan Algoritma First-fit pada topologi Mesh dan Hybrid sangat
Dari tabel diatas dapat dilihat
nilai
berpengaruh
pada
pemilihan panjang gelombang
yang
yang tersedia. Algoritma First-fit
tersedia disemua link pada jaringan,
memilih panjang gelombang λ1
wavelength yang digunakan adalah
untuk ditempatkan pada semua
65
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
link. Karena λ1 adalah panjang gelombang
pertama
Referensi
yang
tersedia. Baik pada topologi Mesh maupun topologi Hybrid.
[1] Andika Gilang, dkk, (2006). Teknologi WDM pada Serat Optik, Dept Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Saran
Penelitian selanjutnya diterapkan pada
jaringan
serat
banyak
[2] Anggraeni K. Sri, (2008). Teknik WDM dan Aplikasinya Pada
dengan menggunakan beberapa
Jaringan
Serat Optik, Staf
algoritma tidak hanya satu, dan
Pengajar Jurusan Teknik Elektro
merancang design topologi yang
Politeknik Negeri Semarang.
lebih variatif dengan berbagai [3] Iqbal
jumlah node dan link.
Untuk lebih mendapatkan hasil yang nyata, baiknya dilakukan perbandingan
dengan
hasil
pengukuran secara langsung agar terlihat kenaikan kinerja jaringan
M.
Syamsul,
(2007).
Analisis Kinerja Jaringan AllOptical Berbasis Teknik
WDM,
Elektro,
Universitas
Mataram. [4] Kurniawan A. Firman, “ Traffic
bila di implementasikan pada
Groomingpada
kondisi nyata.
Sonet Dwdm “, Teknik Elektro
Jaringanring
Universitas Diponegoro. Ucapan terima kasih [5] Mubarakah Penulis mengucapkan terima kasih
Naemah,
(2007).
Topologi
Jaringan
Transport
kepada pimpinan Fakultas Sains dan
Optik,
Fakultas
Tknik,
Teknologi
Universitas Sumatra Utara.
dan
Jurusan
Teknik
Elektro UIN Sunan Gunung Djati Bandung atas dukungan finansialnya dan sarana pada penelitian ini.
[6] P. Pavon-Marivio, R. AparicioPardo, G. Moreno-Munoz, J. Garcia-Haro, J. Veiga-Gontan, MatPlanWDM: An Educational tool for network planning in wavelength-routing
network,
66
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
Departement
of
ISSN 1979-8911
Information
Technologies Communication,
Electrical Engineering Department,
and
Faculty of Science and Technology
Polytechnic
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
University of Cartagena Spain
[email protected] Titin Nurjannah
[7] Rinwardani C. Crisita (2010), Kinerja
Algoritma
First-fit
Wavelength Assignment pada Jaringan
All-Optical
Wavelength
Division
Multiplexing Optical
Menggunakan
Wavelength
Division
Multiplexing Network Simulator,
Electrical Engineering Department, Faculty of Science and Technology UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[email protected] Jati Fallat Widyatama University
[email protected] *Corresponding author
Univ Atmajaya. [8] Sholihin,
(2007).
Probabilitas Jaringan
Blocking
Multihop
Wavelength
Pada
Berbasis Division
Multiplexing, Electrical
Analisa
School
of
Engineering
and
Informatics, Institut Teknologi Bandung. [9] Suzanti Indah, (2010). Analisa Skema Wavelength Assigment Dinamis Untuk Jaringan Ring Transport Berbasis Wavelength Routed
WDM,
Electrical
Engineering Institut Teknologi Surabaya. Nanang Ismail*
67