ANALISIS PENGARUH PERUSAHAAN KELUARGA DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RISIKO IDIOSYNCRATIC IMMANUEL MONANG EXAUDI BONATUA SIRAIT IBU. DR. RATNA WARDHANI S.E., M.SI. PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI Abstrak Skripsi ini membahas pengaruh kepemilikan keluarga dan corporate governance terhadap risiko idiosyncratic perusahaan dengan menggunakan total observasi sebanyak 183 atas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dengan menggunakan metode Pooled Least Square didapatkan hasil bahwa kepemilikan keluarga ternyata tidak berpengaruh terhadap risiko idiosyncratic. Kemudian penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan dengan kualitas corporate governance yang tinggi akan memiliki risiko idiosyncratic yang rendah. Selain itu, peneliti juga menguji pengaruh moderasi corporate governance atas hubungan perusahaan keluarga dengan risiko idiosyncratic risk, dan menemukan bahwa variabel corporate governance tidak memiliki efek moderasi terhadap hubungan perusahaan keluarga dengan risiko idiosyncratic risk. Kata Kunci : Risiko Idiosyncratic, Perusahaan Keluarga, Corporate Governance
Abstract This thesis studied about the relationship of family firm and corporate governance on firmβs idiosyncratic risk, by using 183 observations data of manufacturing company which is listed in BEI. By using Pooled Least Square Method, this research found that family ownership did not have significant effect on idiosyncratic risk. Furthermore, this research also found that firm with high quality of corporate governance will have lower level of idiosyncratic risk. Besides, the authors also test the moderating role of corporate governance to the relationship of family firms with the idiosyncratic risk, and found that corporate governance do not have a moderating role on the effect family firms to the idiosyncratic risk. Kata Kunci : Idiosyncratic Risk, Family Firms, Corporate Governance. 1.
Pendahuluan Sampai saat ini perusahaan keluarga merupakan bentuk organisasi yang paling umum di
dunia (Lee, 2006). Di negara maju seperti Jepang, jumlah perusahaan yang masih dikuasai keluarga pendiri mencapai 25% dari total perusahaan publik, bahkan 36% diantaranya 1 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
pengendalian manajemen perusahaan masih berada di bawah keluarga (Saito, 2008). Tidak hanya itu, perusahaan keluarga di Amerika Serikat juga berjumlah sekitar 35% dari perusahaan yang tercatat di Standard & Poor (S&P) 500 sepanjang tahun 1992 hingga 1999, dan rata-rata keluarga memiliki hampir 18% dari ekuitas perusahaan (Anderson dan Reeb, 2003). Di negara berkembang seperti Indonesia sendiri, menurut penelitian yang dilakukan Claessens et al. (2000) diperkirakan terdapat 15 kelompok keluarga teratas di Indonesia yang mengendalikan sekitar 61,7% dari total nilai aset yang tercatat, yang mewakili 21,5% GDP Indonesia. Claessens et al. (2000) juga menemukan bahwa pengendali utama dari kebanyakan perusahaan go public adalah keluarga. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa grup-grup keluarga tertentu tidak hanya dominan di negara-negara yang perekonomiannya maju, tetapi juga di negara yang perekonomiannya berkembang. Kemudian, perusahaan keluarga juga memiliki beberapa kelebihan seperti kinerja yang lebih baik, stabilitas bisnis, perencanaan jangka panjang, pengawasan yang lebih baik, serta upaya yang lebih keras untuk menjaga nama baik perusahaan (Maury, 2006; Anderson dan Reeb, 2003; Mishra et al., 2001; Ellul et al., 2005). Bahkan menurut Arifin (2003), di Indonesia kemungkinan terjadinya masalah agensi (agency problem) di perusahaan keluarga lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang dikendalikan oleh publik atau tanpa pengendali utama. Hal ini dikarenakan sangat jarang terjadi pemisahan antara manajemen dan pemilik perusahaan. Beberapa temuan ini sebenarnya merupakan pertanda yang positif, melihat di banyak negara, ekspropriasi (expropriation) atas pemegang saham minoritas dan kreditur oleh insiders (manajer dan controlling shareholder) sangat sering terjadi, seperti melakukan kesepakatan penjualan di bawah harga pasar (La Porta et al., 2000). Salah satu cara paling efisien dalam rangka mengurangi konflik keagenan (agency problem) serta memastikan perusahaan memiliki kinerja yang baik dan mencapai tujuannya, ialah melalui keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang efektif yang kita kenal dengan istilah corporate governance. Menurut Larcker (2011), kebutuhan akan corporate governance muncul dari ide yang berpendapat bahwa pada suatu kondisi dimana terdapat pemisahan antara pemilik dari suatu perusahaan dan manajemennya. Selain itu John et al. (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa adanya corporate governance dalam perusahaan juga dapat mengurangi risk taking manajer dalam perusahaan. Bhojraj dan Sengupta (2003), yang dalam 2 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
penelitiannya juga berpendapat bahwa corporate governance dapat mencegah manajer mengambil keputusan yang dapat merugikan perusahaan. Pada penelitian kali ini, peneliti akan mencoba mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Nguyen (2011) yang meneliti hubungan antara corporate governance, perusahaan keluarga, dan risk taking perusahaan. Dalam penelitiannya, Nguyen meneliti hubungan antara corporate governance dan kinerja perusahaan berkaitan dengan peran corporate governance dalam mempengaruhi perusahaan mengambil keputusan strategi yang memiliki risiko idiosyncratic yang tinggi, yang nantinya akan mengakibatkan perusahaan memiliki kinerja yang lebih baik. Risiko idiosyncratic merupakan risiko yang unik terkait pada suatu perusahaan tertentu. Menurut Jones (2009), risiko idiosyncratic merupakan risiko dari suatu portofolio yang dapat menurun saat semakin banyak saham yang ditambah. Risiko ini juga kita kenal dengan istilah nonsystematic risk, unique risk, diversifiable risk, maupun firm-specific risk yang mana dapat diminimalisir dengan strategi diversifikasi (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008). Dampak risiko idiosyncratic terhadap perusahaan masih menimbulkan perdebatan. Campbell et al. (2001) menyatakan semakin besar idiosyncratic risk suatu perusahaan, menandakan bahwa perusahaan sedang berfokus pada strategi pengembangan. Xu dan Malkiel (2003) menunjukkan bahwa volatilitas dari idiosyncratic memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan laba. Serta Rumelt (1974) dan Porter (1980) yang berpendapat bahwa idiosyncratic risk dapat mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan, seperti lewat diferensiasi produk maupun peningkatan skala ekonomis perusahaan. Namun disisi lain, Ang et al. (2006) menemukan bahwa risiko idiosyncratic justru berhubungan negatif terhadap return perusahaan. Melihat jumlah perusahaan di Indonesia yang cukup banyak serta masih minimnya penelitian di Indonesia, maka penelitian dengan topik berkaitan dengan hubungan antara perusahaan keluarga dan corporate governance berkaitan dengan idiosyncratic risk secara spesifik, menarik untuk diteliti. Yang membedakan penelitian kali ini dari Nguyen (2011), peneliti tidak menggunakan sampel perusahaan publik yang dikendalikan bank (PBI nomor 5/10/PBI/2003). Penelitian ini juga melakukan modifikasi dengan memfokuskan penelitian pada analisis hubungan perusahaan keluarga dan corporate governance terhadap risiko idiosyncratic. Selain itu, peneliti juga 3 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
memodifikasi penelitian Nguyen yang menggunakan struktur kepemilikan sebagai proksi CG dengan mengukur CG melalui Corporate Governance Index (CGI). Kemudian, tambahan lain yang dilakukan ialah dengan memoderasi pengaruh perusahaan keluarga terhadap risiko idiosyncratic dengan menggunakan variabel CG. Dari penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah perusahaan keluarga memiliki tingkat idiosyncratic risk yang lebih tinggi daripada non keluarga? Apakah perusahaan dengan corporate governance yang tinggi akan memiliki tingkat idiosyncratic risk yang lebih rendah daripada perusahaan dengan corporate governance yang rendah? Apakah variabel corporate governance memoderasi pengaruh perusahaan keluarga terhadap idiosyncratic risk perusahaan? Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang menganalisis apakah perusahaan keluarga memiliki tingkat idiosyncratic risk yang lebih tinggi daripada non keluarga, kemudian apakah perusahaan dengan corporate governance yang tinggi akan memiliki tingkat idiosyncratic risk yang lebih rendah daripada perusahaan dengan corporate governance yang rendah, dan apakah variabel corporate governance memoderasi pengaruh perusahaan keluarga terhadap idiosyncratic risk perusahaan.
2.
Tinjauan Teoritis
2.1
Teori Keagenan (Agency Theory) Kemunculan teori keagenan didasari oleh pemikiran bahwa pemilik perusahaan (principal)
dan manajer perusahaan (agent) memiliki kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan, principal dan agent sebagai pelaku utama. Principal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agent untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agent merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan. Sedangkan menurut Alijoyo dan Zaini (2004), agency conflict adalah konflik yang timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agent) untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan kepentingan pemegang saham (principal) untuk memperoleh pengembalian (return) dan nilai jangka panjang perusahaan. Agency conflict dapat berupa moral-hazard, earnings retention, risk aversion, dan time horizon.
4 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
2.2
Definisi Perusahaan Keluarga Perusahaan keluarga terbagi menjadi dua jenis, yaitu family owned enterprise dan family
business enterprise. Family owned enterprise merupakan perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga tetapi pengelolaannya dilakukan oleh profesional yang bukan berasal dari anggota keluarga. Sedangkan family business enterprise adalah perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga pendiri. Ciri-ciri tipe perusahaan seperti ini ialah anggota keluarga memegang posisi-posisi kunci di dalam perusahaaan (Susanto, 2005).
2.3
Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) berpendapat bahwa CG merupakan
seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, manajemen, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain CG adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. 2.3.2 Pengaruh Corporate Governance Penerapan GCG menunjuk kepada terciptanya suatu sistem, struktur, dan proses governance yang lebih baik (International Finance Corporation, 2005). Sistem, struktur, dan proses governance yang lebih baik ini dapat meningkatkan pengawasan yang lebih efektif terhadap manajemen sehingga meminimalisasi moral hazard manajer untuk berinvestasi pada proyek yang tidak meningkatkan kinerja perusahaan. CG memberi batasan untuk mengendalikan perilaku manajemen agar tidak melakukan inefisiensi dan inefektifitas dengan menghamburkan sumber daya yang dimiliki perusahaan ke proyek atau investasi yang tidak layak dan tidak memberi nilai tambah bagi stakholders lainnya terutama pemegang saham. Dengan penerapan CG yang efektif, manajer akan bertindak selaras dengan yang diinginkan oleh pemegang saham dan mengelola perusahaan dengan lebih baik. Dengan pengelolaan yang lebih baik maka dapat dihasilkan profitabilitas yang lebih tinggi, sehingga pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan di mata investor.
5 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
2.4
Risiko Damodaran (2002) berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan dalam investasi
dimana suatu pihak akan menerima return yang berbeda dari return yang diharapkan. Menurut Jones (2009), ada dua jenis risiko yang dapat mempengaruhi portofolio investor: 1. Risiko Yang Tidak Dapat Didiversifikasi (Systematic Risk) Risiko sistematis atau risiko pasar atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi merupakan variabilitas dari total imbal hasil suatu sekuritas yang berhubungan langsung dengan pergerakan pasar maupun perekonomian pada umumnya. Meliputi risiko dari tingkat suku bunga, resesi, inflasi, dan lain sebagainya. 2. Risiko Yang Dapat Didiversifikasi (Nonsystematic Risk) Risiko dari suatu portofolio biasanya menurun saat semakin banyak saham yang ditambah dikarenakan penambahan tersebut dapat menghilangkan risiko tidak sistematis atau company-specific risk. Risiko ini merupakan risiko yang unik terkait pada suatu perusahaan tertentu.
2.5
Hipotesis Penelitian
Hipotesis Pertama Di negara Asia Timur, termasuk Indonesia, Claessens et al. (2000) menemukan bahwa dua pertiga dari perusahaan-perusahaan di negara Asia Timur dikendalikan oleh satu pemegang saham. Hal ini menimbulkan potensi konflik antara pemegang saham mayoritas dan minoritas. Hal ini tentu memberi kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan tindakan ekspropriasi yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis bagi perusahaan. Barclay dan Holderness (1989) juga menyatakan bahwa salah satu dampak negatif dari kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu perusahaan adalah minimnya kesempatan untuk melakukan diversifikasi. Hal inilah kemungkinan yang dapat dijadikan alasan mengapa menurut Nguyen (2011) perusahaan keluarga cenderung memiliki risiko idiosyncratic yang tinggi. Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah penelitian dan teori yang dipaparkan sebelumnya itu konsisten atau tidak pada perusahaan publik di Indonesia maka penelitian kali ini akan menganalisis dengan menggunakan hipotesis: H1: Perusahaan keluarga memiliki tingkat risiko idiosyncratic yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan non keluarga. 6 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
Hipotesis Kedua Seperti yang telah dipaparkan pada hipotesis pertama, konsentrasi kepemilikan di Indonesia, dapat menimbulkan konflik antara pemegang saham mayoritas dan minoritas. Menurut Burkart, Panunzi, dan Shleifer (2003), dalam perusahaan keluarga tindakan ekspropriasi sangat rentan terjadi. Selain itu Novara (2007) berpendapat bahwa hak kepemilikan atas cashflow yang substansial membuat keluarga pemilik perusahaan memiliki insentif dan kuasa untuk melakukan tindakan yang menguntungkan kepentingan pribadi namun mengorbankan kinerja perusahaan. Oleh karena itulah, Klapper (2004) menekankan pentingnya penerapan CG dalam suatu perusahaan. CG bukan hanya membantu menciptakan keseimbangan bagi para stakeholder serta efisiensi dalam perusahaan, tetapi juga dapat membantu mengendalikan perilaku manajer serta pengambilan keputusan perusahaan (Lasmauli, 2009). John et al (2008) juga menyatakan bahwa penerapan corporate governance dalam perusahaan dapat menekan risk taking manajer. Dengan demikian adanya CG yang baik, diharpkan dapat menurunkan tingkat risiko idiosyncratic perusahaan. Dengan paparan ini kita mencoba menganalisis apakah kondisi yang serupa konsisten di Indonesia. Sehingga untuk yang kedua ini, peneliti menggunakan hipotesis penelitian: H2 : Perusahaan dengan corporate governance yang tinggi akan memiliki tingkat idiosyncratic risk yang lebih rendah dari pada perusahaan dengan corporate governance yang rendah. Hipotesis Ketiga Berkaca pada kasus Indonesia, seperti yang sudah dijelaskan pada kedua hipotesis sebelumnya, potensi konflik antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas sangat rentan terjadi. Hal ini mengakibatkan keluarga sebagai pemegang saham mayoritas dapat dengan leluasa melakukan tidakan ekspropriasi. Belum lagi pihak keluarga cenderung mendorong manajer untuk mengambil proyek-proyek berisiko dengan meningkatkan kompensasi manajer untuk setiap tambahan risiko yang mereka ambil (risk reward relationship). Dengan adanya penerapan CG, diharapkan dapat memberi batasan pada perilaku manajemen untuk menghamburkan sumber daya, lewat investasi yang tidak layak dan tidak memberi nilai tambah (Lasmauli, 2009). John et al. (2008) juga berpendapat bahwa penerapan CG yang baik ternyata dapat menekan risk taking manajer atau dengan kata lain manajer cenderung memiliki
7 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
sifat risk averse 1. Mengacu pada penelitian Lasmauli (2009) dan John et al (2008), dengan diterapkannya CG yang baik, keputusan investasi dari manajer akan cenderung lebih optimal. Sehingga, tingkat idiosyncratic risk yang ditanggung perusahaan keluarga akan berkurang. Maka untuk hipotesis kali ini, variabel corporate governance dimasukkan sebagai variabel moderasi yang bertujuan untuk menganalisis bahwa corporate governance dapat memperlemah pengaruh perusahaan keluarga terhadap idiosyncratic risk. Oleh karena itu hipotesis yang ketiga ini adalah: H3: Corporate governance memperlemah pengaruh perusahaan keluarga terhadap idiosyncratic risk.
3.
Metodologi Penelitian
3.1
Sampel dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
datastream, IICD, dan laporan keuangan perusahaan selama periode 2007-2011. Sedangkan sampel penelitian saat ini merupakan semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2011. Selain itu, perusahaan dengan nilai ekuitas negatif akan disisihkan untuk menghindari kemungkinan risk taking yang berlebihan. Setelah dilakukan pengumpulan data, jumlah sampel observasi pada penelitian kali ini yaitu 181. Dimana tahun 2007 sampel penelitian berjumlah 95 perusahaan, tahun 2008 berjumlah 71 perusahaan, tahun 2010 berjumlah 6 perusahaan, sedangkan untuk tahun 2011 berjumlah 9.
3.2
Model Penelitian Model penelitian kali ini mereplikasi model penelitian yang dilakukan oleh Nguyen (2011).
Dalam penelitian kali ini model dibagi menjadi dua, yaitu: 3.2.1 Model Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance terhadap Idiosyncratic Risk πΌπ
πΌππΎπ,π‘ = πΎ0 + πΎ1 πΉπ΄ππ·πππ,π‘ + πΎ2 πΆπΊπ·πππ,π‘ + πΎ3 ππΌππΈπ,π‘ + πΎ4 πΈππππ,π‘ + πΎ5 πΊπ
ππππ»_π·πππ,π‘ + πΎ6 π
ππ΄π,π‘ + ππ,π‘
1
Risk averse merupakan sifat investor yang tidak akan mempetimbangkan risiko tersebut jikat tidak mampu meberikan kompensasi yang sesuai atas risiko yang diambil (Jones, 2009).
8 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
3.2.2 Model Pengaruh Moderasi Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kepemilikan Keluarga dan Idiosyncratic Risk.
πΌπ
πΌππΎπ,π‘ = πΎ0 + πΎ1 πΉπ΄ππ·πππ,π‘ + πΎ2 πΆπΊπ·πππ,π‘ + πΎ3 ππΌππΈπ,π‘ + πΎ4 πΈππππ,π‘ + πΎ5 πΊπ
ππππ»_π·πππ,π‘ + πΎ6 π
ππ΄π,π‘ + πΎ7 πΉπ΄ππ·πππ πΆπΊπ·πππ,π‘ + ππ,π‘
Dimana :
β’ IRISK merupakan idiosyncratic risk tiap-tiap perusahaan yang diestimasi pada tahun t.
β’ FAMDUM merupakan variabel dummy yang bertujuan untuk membedakan perusahaan keluarga dan non keluarga untuk setiap perusahaan manufaktur pada tahun t. β’ CGDUM merupakan variabel dummy yang bertujuan untuk membedakan perusahaan dengan CG yang tinggi dan perusahaan dengan CG yang rendah β’ SIZE merupakan ukuran perusahaan yang diukur dari logaritma natural total aset perusahaan pada tahun t. β’ EQTY merupakan ukuran tingkat modal perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio dari nilai buku ekuitas perusahaan terhadap total aset perusahaan pada tahun t. β’ GROWTH_DUM merupakan variabel dummy yang bertujuan untuk membedakan perusahaan dengan peluang bertumbuh yang tinggi dengan perusahaan dengan peluang bertumbuh yang rendah. β’ ROA merupakan kinerja perusahaan yang diukur dari rasio operating profit terhadap total aset perusahaan pada tahun t. β’ FAMDUM_CGDUM merupakan variabel moderasi CG pada pengaruh perusahaan keluarga dengan risiko idiosyncratic.
3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.1 Pengukuran Risiko Idiosyncratic Pengukuran risiko idiosyncratic (IRISK) dilakukan dengan menggunakan model tradisional CAPM. Untuk mengukur idiosyncratic risk, tiap tahunnya akan diregres excess return perusahaan (saham i) terhadap excess return pasar. Kemudian setelah dilakukan regresi, akan diperoleh nilai residual bulanan selama 1 tahun. Nilai standar deviasi atas nilai residual bulanan tersebutlah yang nantinya menjadi nilai variabel idiosyncratic risk perusahaan i pada tahun t.
9 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
3.3.2 Variabel Dummy Perusahaan Keluarga Menurut La Porta et al. (1998) dalam Arifin (2003), kepemilikan keluarga didefinisikan sebagai kepemilikan dari individu dan kepemilikan dari perusahaan tertutup (di atas 5%), yang bukan perusahaan publik, negara, ataupun institusi keuangan. Pada penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan variabel dummy, yaitu 1 untuk perusahaan dengan kepemilikan keluarga 50% atau lebih dan 0 untuk perusahaan dengan kepemilikan keluarga kurang dari 50%. Penentuan ini berdasarkan PSAK 4 (revisi 2009). 3.3.3 Corporate Governance Untuk mengukur CG perusahaan dengan menggunakan data Corporate Governance Index (CGI) yang diperoleh dari IICD (Indonesian Institute for Corporate Directorship). Untuk variabel ini, CG akan diproksikan dengan menggunakan variabel dummy, yaitu β1β untuk perusahaan dengan nilai CGI di atas median dan β0β untuk perusahaan dengan nilai CGI di bawah median. Hal ini bertujuan untuk membedakan perusahaan dengan corporate governance tinggi dan perusahaan dengan corporate governance rendah. 3.3.3 Variabel Kontrol Pada penelitian kali ini menggunakan beberapa variabel kontrol yang dipertimbangkan memiliki pengaruh terhadap risiko perusahaan. SIZE sebagai ukuran perusahaan yang dihitung berdasarkan logaritma natural dari total aset. Semakin besar perusahaan, dianggap semakin memiliki kemampuan mendiversifikasi risikonya, sehingga tingkat risiko perusahaan tersebut akan semakin kecil. GROWTH sebagai ukuran pertumbuhan perusahaan yang diukur lewat kombinasi proksi rasio dividen terhadap total ekuitas (DIVEQTY) dan rasio nilai pasar terhadap nilai buku aset (MBVA). Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi (DIVEQTY rendah dan MBVA tinggi), risiko idiosyncratic-nya akan tinggi pula. ROA itu merupakan rasio dari operating profit terhadap total aset. Semakin tinggi kinerja perusahaan maka semakin tinggi pula risiko idiosyncratic perusahaan tersebut (high risk high return). EQTY yang merupakan rasio dari total ekuitas terhadap total aset perusahaan. Semakin tinggi nilai EQTY maka semakin rendah pula risiko perusahaan tersebut. 3.3.3 Variabel Moderasi Pada penelitian ini juga disertakan variabel moderasi FAMDUM_CGDUM yang merupakan perkalian variabel dummy perusahaan keluarga dengan variabel dummy keluarga.
10 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
3.3.4 Pengujian Model Model-model penelitian di atas akan diuji dengan menggunakan metode PLS (Pooled Least Square). Dalam pengujian ini juga diuji terpenuhinya asumsi BLUE (Best Linerar Unbiased Estimator), yang mana model penelitian harus memenuhi asumsi terdistribusi secara normal, tidak adanya heteroskedastisitas, tidak ada multikolinearitas, dan tidak ada autokorelasi. Pengujian model dilakukan dengan menggunakan software STATA 11 dan SPSS 16.
4.
Hasil dan Analisis Penelitian
4.1
Model Pengaruh Moderasi Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kepemilikan Keluarga dan Idiosyncratic Risk.
4.1.1 Statistik Deskriptif Dari tabel 1, rata-rata besarnya IRISK (idiosyncratic risk) pada perusahaan sampel adalah 9.34%. Untuk variabel independen FAMDUM dengan nilai dummy 1 terdapat 76 (41.99%) sampel observasi. Sedangkan untuk nilai dummy 0 terdapat 105 (58.01%) sampel observasi. untuk CG dengan nilai dummy 1 terdapat 91 sampel observasi (50.27%). Sedangkan untuk CG dengan nilai dummy 0 terdapat 90 sampel observasi (49.73%). Untuk hasil statistik deskriptif variabel EQTY, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata sebesar 62.12%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata pembiayaan terhadap aset perusahaan sampel dilakukan lewat sisi ekuitas, seperti menerbitkan saham baru. Hal ini juga mengindikasikan bahwa komposisi ekuitas rata-rata perusahaan manufaktur lebih besar dibandingkan dengan utang. untuk variabel GROWTH_DUM, nilai dummy 1 ada berjumlah 40 sampel observasi (22.09%). Sedangkan untuk nilai dummy 0, ada berjumlah 141 sampel observasi (77.91%). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas perusahaan yang menjadi sampel pertumbuhannya rendah. Sedangkan, rata-rata ROA perusahaan sampel cukup rendah yaitu 0.0970 atau 9.70%. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata perusahaan sampel belum mampu untuk menggunakan aset yang dimiliki secara optimal untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Rata-rata untuk ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural total aset adalah sebesar Rp 5.830.000 juta. Sebaran data menunjukkan ada 4 perusahaan yang memiliki rata-rata total aset dibawah 100 miliar rupiah. Kemudian 37 perusahaan dengan rata-rata total aset di atas 1 triliun rupiah. Sedangkan sebanyak 12 perusahaan memiliki rata-rata total aset di atas 10 triliun 11 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan yang menjadi sampel sangat bervariasi. Tabel 1 Statisktik Deskriptif Model Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Idiosyncratic Risk (Setelah Winsorizing)
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
IRISK
0.0934
0.0676
0.0039
0.3085
181
EQTY
0.6212
0.2013
0.0901
0.9382
181
ROA
0.0970
0.1177
-0.1885
0.5244
181
SIZE
5.830.000
12.700.000
56.000
62.700.000
181
(dalam ribuan rupiah) FAMDUM
1 = 76 (41.99%)
0 = 105 (58.01%)
181
CGDUM
1 = 91 (51.38%)
0 = 90 (48.62%)
181
GROWTH_
1 = 40 (22.09%)
0 = 141 (77.91%)
181
DUM Keterangan: IRISK = idiosyncratic risk (Model CAPM); FAMDUM = variabel dummy, 1 jika keluarga memiliki saham min. 50%, 0 jika keluarga memiliki saham di bawah 50%; CGDUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki nilai CGI di atas median (kualitas CG lebih tinggi), 0 jika perusahaan memiliki nilai CGI di bawah median (kualitas CG lebih rendah); EQTY = rasio book value total ekuitas terhadap total aset; GROWTH_DUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki growth opportunites yang lebih tinggi, 0 jika perusahaan memiliki growth opportunities yang lebih rendah; ROA = rasio dari operating profit terhadap total aset; SIZE = ukuran perusahaan (logaritma natural dari total aset).
4.1.2 Hasil Regresi H1: Perusahaan keluarga memiliki tingkat resiko idiosyncratic yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan non keluarga. Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap idiosyncratic risk. Hasil pengujian di tabel 2 menunjukkan tingkat signifikansi variabel FAMDUM adalah 0.400 dengan nilai koefisien sebesar -0.0026541. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel FAMDUM ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko idiosyncratic. Hasil pengujian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, seperti Nguyen (2011) maupun Anderson dan
12 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
Reeb (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan keluarga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap risiko idiosyncratic. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan definisi perusahaan keluarga yang digunakan dalam penelitian kali ini2. Dengan demikian, ada bias yang mungkin terjadi dalam penentuan dummy family dari sampel observasi. Tabel 2 Hasil Regresi Model Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Idiosyncratic Risk Variable
Predicted Sign
Coefficient
T-stat
Prob (1-tailed)
FAMDUM
+
0.0026541
0.25
0.400
CGDUM
-
-0.0209566
-2.00
0.024**
EQTY
-
-0.0168138
-0.63
0.215
GROWTH_DUM
+
0.0028963
0.2
SIZE
-
-0.0054925
-2.11
0.421 0.018**
ROA
+
-0.0486965
-1.23
0.421
4.21
0.000 2.74a
C
0.2330822 2.76b
F-Stat
F-Stat
Prob(F-Stat)
0.0138b
Prob(F-Stat)
0.0144a
R-Squared
0.0863b
R-Squred
0.0863a
IRISK = idiosyncratic risk (Model CAPM); FAMDUM = variabel dummy, 1 jika keluarga memiliki saham min. 50%, 0 jika keluarga memiliki saham di bawah 50%; CGDUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki nilai CGI di atas median (kualitas CG lebih tinggi), 0 jika perusahaan memiliki nilai CGI di bawah median (kualitas CG lebih rendah); EQTY = rasio nilai buku total ekuitas terhadap total aset; GROWTH_DUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki growth opportunites yang lebih tinggi, 0 jika perusahaan memiliki growth opportunities yang lebih rendah; ROA = rasio dari operating profit terhadap total aset; SIZE = ukuran perusahaan (logaritma natural dari total aset). *** Signifikan di tingkat 1% ** Signifikan di tingkat 5% a = Pooled Least Square * Signifikansi 10% b = Robust Test
2
Nguyen (2011) mendefinisikan kepemilikan keluarga hanya berdasarkan jumlah kepemilikan yang dimiliki oleh pemegang saham individu. Nguyen juga mengasumsikan bahwa individu yang memegang jumlah saham yang signifikan dalam perusahaan merupakan bagian dari keluarga pemilik perusahaan.
13 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
H2: Perusahaan dengan corporate governance yang tinggi akan memiliki tingkat idiosyncratic risk yang lebih rendah daripada perusahaan dengan corporate governance yang rendah. Hipotesis ini menyatakan bahwa corporate governance yang lebih baik cenderung mereduksi risiko idiosyncratic risk. Hasil pengujian di tabel 2 menunjukkan tingkat signifikansi variabel CGDUM adalah 0.024 dengan nilai koefisien sebesar -0.0209566. Hal ini berarti bahwa variabel CGDUM berpengaruh signifikan negatif terhadap risiko idiosyncratic pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, hasil pengujian di atas sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi CG perusahaan maka semakin rendah pula risiko idiosyncratic perusahaan. Menurut Lasmauli (2009), peningkatan governance perusahaan dapat meningkatkan pengawasan yang lebih efektif terhadap manajemen sehingga dapat meminimalkan moral hazard manajer untuk berinvestasi pada proyek yang berisiko tinggi dan tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Hal senada juga ditemukan dalam Bhojraj dan Sengupta (2003) yang menyatakan bahwa dengan CG yang semakin baik, manajer perusahaan akan lebih optimal dalam proses pengambilan keputusan, salah satunya lewat alokasi sumber daya perusahaan yang lebih efektif dan efisien. Alokasi sumber daya yang optimal ini pada akhirnya mengakibatkan risiko perusahaan menjadi semakin rendah pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya CG yang diterapkan dalam perusahaan, mengakibatkan risiko idiosyncratic suatu perusahaan akan semakin berkurang.
Variabel Pengendali Untuk variabel pengendalian, tabel 2 menunjukkan variabel EQTY, ROA, maupun GROWTH_DUM tidak berpengaruh pada risiko idiosyncratic. Hal ini jelas berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti Nguyen (2011), Campbell et al. (2001), maupun Xu dan Malkiel (2003). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keputusan investasi maupun pengambilan risiko yang dipengaruhi oleh perspektif investor terhadap risiko. Hal ini sehubungan dengan risiko idiosyncratic yang sangat bergantung pada volatilitas harga saham yang terbentuk di pasar (dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa risiko idiosyncratic diperoleh dari nilai residual yang dihasilkan oleh hasil regresi selisih return pasar dan return saham dari model pasar) (Bali dan Cakici, 2008). Sedangkan di sisi lain, kondisi pasar Indonesia yang tidak sempurna serta 14 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
banyaknya noise turut ambil bagian dalam mempengaruhi keputusan investasi investor. Sehingga, nilai ekuitas, kinerja, maupun pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan investor (Pontoh, 2007 dan dan Lintner, 1998). Sedangkan variabel SIZE pada tabel 2 menunjukkan pengaruh siginifikan negatif terhadap risiko idiosyncratic risk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nguyen (2011), yang menemukan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih kecil cenderung berisiko dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar. Menurut Nguyen, hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya perusahaan seiring dengan bertambah besarnya perusahaan, atau dengan kata lain perusahaan tersebut akan semakin baik pula dalam melakukan strategi diversifikasi, sehingga risiko idiosyncratic perusahaan dengan size besar akan cenderung menurun.
4.2
Model Pengaruh Moderasi Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kepemilikan Keluarga dan Idiosyncratic Risk.
4.2.1 Statistik Deskriptif Uji korelasi ini ditujukan untuk memberikan indikasi atau gambaran awal mengenai hubungan dari tiap variabel independen maupun dependen dalam model moderasi. Pada tabel 3 disajikan hasil uji Pearson Correlation untuk model moderasi. Jika dilihat dari tabel 3, hasil uji korelasi model pertama dan model kedua adalah sama. Hal ini dikarenakan tidak ada data sampel yang berubah pada model yang kedua, sehingga hasil uji korelasi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan baik dari segi arah hubungan maupun tingkat signifikansi korelasi. 4.2.2 Hasil Regresi H3: Corporate Governance Memperlemah Pengaruh Perusahaan Keluarga Terhadap Idiosyncratic Risk Hipotesis ini menyatakan bahwa corporate governance memperlemah pengaruh perusahaan keluarga terhadap idiosynratic risk. Hasil pengujian di tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel FAMDUM_CGDUM ialah 0.160 dengan nilai koefisien sebesar 0.0211072. Dari hasil pengujian model kedua ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa variabel FAMDUM_CGDUM tidak memperlemah pengaruh perusahaan keluarga terhadap risiko idiosyncratic.
15 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
Hal ini kemungkinan dikarenakan masih rendahnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk menerapkan good governance. Rata-rata perusahaan di Indonesia menerapkan CG hanya sebatas memenuhi aturan. Data CGI yang dihasilkan dari perusahaan sampel membuktikan dari 181 sampel penelitian rata-rata CGI hanya berkisar 64.797%. Mengacu pada kriteria penilaian praktek Good Corporate Governance (GCG) yang dilakukan oleh IICD, nilai 64.79% mengindikasikan bahwa CG yang diterapkan hanya bertujuan untuk memenuhi persyaratan minimum. Oleh karena itulah, peneliti berpendapat bahwa minimnya kualitas CG di Indonesia merupakan penyebab tidak berpengaruhnya variabel moderasi FAMDUM_CGDUM terhadap hubungan perusahaan keluarga dan risiko idiosyncratic.
Variabel Pengendali Seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan model pertama, variabel pengendalian EQTY, ROA, dan GROWTH_DUM tidak berpengaruh kemungkin disebabkan faktor-faktor noise yang lebih dominan mempengaruhi perspektif investor terhadap risiko idiosyncratic. Sehingga, nilai ekuitas, kinerja, maupun pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan investor (Pontoh, 2007 dan dan Lintner, 1998). Sedangkan variabel SIZE menunjukkan pengaruh siginifikan negatif terhadap risiko idiosyncratic risk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nguyen (2011), yang menemukan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih kecil cenderung berisiko dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar. Menurut Nguyen, hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya perusahaan seiring dengan bertambah besarnya perusahaan, atau dengan kata lain perusahaan tersebut akan semakin baik pula dalam melakukan strategi diversifikasi, sehingga risiko idiosyncratic perusahaan dengan size besar akan cenderung menurun.
16 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
Tabel 3 Statisktik Deskriptif Model Pengaruh Moderasi Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kepemilikan Keluarga dan Idiosyncratic Risk Setelah Dilakukan Winsorizing Mean
Std.
Minimum
Maximum
N
Deviation IRISK
0.0934
0.0676
0.0039
0.3085
181
EQTY
0.6212
0.2013
0.0901
0.9382
181
ROA
0.0970
0.1177
-0.1885
0.5244
181
SIZE
5.830.000
12.700.000
56.000
62.700.000
181
(dalam ribuan rupiah) FAMDUM
1 = 76 (41.99%)
0 = 105 (58.01%)
181
CGDUM
1 = 93 (51.38%)
0 = 88 (48.62%)
181
GROWTH_
1 = 40 (22.09%)
0 = 141 (77.91%)
181
1 = 34 (18.78%)
0 = 147(81.22%)
181
DUM FAMDUM_ CGDUM Keterangan: IRISK = idiosyncratic risk (Model CAPM); FAMDUM = variabel dummy, 1 jika keluarga memiliki saham min. 50%, 0 jika keluarga memiliki saham di bawah 50%; CGDUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki nilai CGI di atas median (kualitas CG lebih tinggi), 0 jika perusahaan memiliki nilai CGI di bawah median (kualitas CG lebih rendah); EQTY = rasio book value total ekuitas terhadap total aset; GROWTH_DUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki growth opportunites yang lebih tinggi, 0 jika perusahaan memiliki growth opportunities yang lebih rendah; ROA = rasio dari operating profit terhadap total aset; SIZE = ukuran perusahaan (logaritma natural dari total aset); FAMDUM_CGDUM = merupakan variabel moderasi dari dummy CG dan dummy family ownership
17 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
Tabel 4 Hasil Regresi Model Pengaruh Moderasi Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kepemilikan Keluarga dan Idiosyncratic Risk Variable
Predicted Sign
Coefficient
T- Statistic
Prob (1-tailed)
FAMDUM
+
-0.0077462
-0.47
0.321
CGDUM
-
-0.0305435
-2.20
0.015*
EQTY
-
-0.0141872
-0.52
0.303
ROA
+
-0.0491196
-1.24
SIZE
-
-0.0049469
-1.88
0.108 0.031**
GROWTH_DUM
+
0.0017
0.12
0.458
FAMDUM_CGDU
+
0.0211072
0.160 1.00
M C
+
F-Stat
0.2256134 2.97b
4.02 F-Stat
0.000 2.50a
Prob(F-Stat)
0.0058b
Prob(F-Stat)
0.0180a
R-Squared
0.0918b
R-Squred
0.0918a
IRISK = idiosyncratic risk (Model CAPM); FAMDUM = variabel dummy, 1 jika keluarga memiliki saham min. 50%, 0 jika keluarga memiliki saham di bawah 50%; CGDUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki nilai CGI di atas median (kualitas CG lebih tinggi), 0 jika perusahaan memiliki nilai CGI di bawah median (kualitas CG lebih rendah); EQTY = rasio book value total ekuitas terhadap total aset; GROWTH_DUM = variabel dummy, 1 jika perusahaan memiliki growth opportunites yang lebih tinggi, 0 jika perusahaan memiliki growth opportunities yang lebih rendah; ROA = rasio dari operating profit terhadap total aset; SIZE = ukuran perusahaan (logaritma natural dari total aset); FAMDUM_CGDUM = merupakan variabel moderasi dari dummy CG dan dummy family ownership *** Signifikan di tingkat 1% * Signifikansi 10% a = Pooled Least Square ** Signifikan di tingkat 5% b = Robust Test
5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dengan menggunakan sampel 96 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan total observasi sampel sebanyak 183 dengan periode tahun 2007, 2008, 2010, dan 2011, penelitian kali ini menemukan bahwa: 1. Perusahaan keluarga ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat risiko idiosyncratic. Beberapa faktor penyebabnya ialah seperti perbedaan definisi perusahaan keluarga yang digunakan. Selain itu, pada penelitian kali ini, penelitian ini juga tidak
18 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
meneliti ultimate ownership dalam perusahaan. Sehingga, kepemilikan keluarga yang sesungguhnya menjadi tidak terlihat. 2. Corporate
Governance
memiliki
pengaruh
signifikan
negatif
terhadap
risiko
idiosyncratic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kualitas corporate governance suatu perusahaan maka semakin rendah pula risiko idiosyncratic perusahaan tersebut. Saran Berkaitan dengan segala keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, berikut merupakan saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya. Untuk Akademisi: 1. Penelitian berikutnya mungkin bisa menggunakan definisi perusahaan keluarga yang lebih akurat agar dapat meminimalisir adanya bias dalam hasil penelitian. Disarankan agar penelitian selanjutnya juga meneliti ultimate ownership dalam perusahaan. Hal ini diharapkan agar kepemilikan keluarga yang sesungguhnya dapat terlihat. 2. Menggunakan ukuran lain untuk mengukur penerapan corproate governance, seperti dengan menyebarkan kuesioner atau melakukan observasi langsung ke perusahaan. 3. Penelitian berikutnya mungkin bisa mencoba menggunakan model Ngunyen (2011) untuk dijadikan sebagai proksi risiko idiosyncratic yaitu three factor model (Fama, 1993) hal ini juga diharapkan dapat memperlihatkan variasi pengukuran risiko antara penggunakan market model dengan fama three factor model.
6. Daftar Referensi Anderson, R. C., & Reeb, M. D. (2003). Founding-Family Ownership and Firm Performance: Evidence from the S&P 500. The Journal of Finance 58 (3), 1301-1328. Ang, A., Hodrick, R., Xing, Y., Zhang, X., (2006). The cross-section of volatility and expected returns. Journal of Finance 61, 259β299. Arifin, Z. (2003). Masalah Agensi dan Mekanisme Pengendalian pada Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Terkosentrasi yang Dikendalikan Keluarga: Bukti dari Perusahaan Publik di Indonesia. Disertasi FEUI. Bhojraj, S., & Sengupta, P. (2003). Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Directors. The Journal of Business 76, 455-475. Burkart, M., Gromb, D., & Panunzi, F. (1997). Large Shareholders, Monitoring, and the Value of the Firm. The Quarterly Journal of Economics, 693-728. Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus, A. J. (2008) Investments, 7th ed. New York: McGraw-Hill Education 19 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013
Campbell, J., Lettau, M., Malkiel, B., Xu, Y., (2001). Have individual stocks become more volatile? An empirical exploration of idiosyncratic risk. Journal of Finance 56, 1β43. Dosoglu-Guner, B. (2001). Can Organizational Behavior Explain The Export Intention of Firms? The Effects of Organizational Culture and Ownership Type. International Business Review 10, 71-89. Ellul, A, L Guntay, and U Lel. (2005). External governance and debt agency cost of family firms.Working Paper. Fama, E. F., & MacBeth, J. (1973). Risk, return, and equilibrium: Empirical tests. Journal of Political Economy 81, 607-636. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 305-360. Jones, C. P. (2009). In Investment: Analysis and Management, 8th ed. New York: Jhon Wiley and Sons, Inc. Kose, J., Litov, L., & Yeung, B. (2008). Corporate Governance and Risk Taking. The Journal of Finance, 1679-1728. La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., & Vishny, R. (2000). Investor Protection and Corporate Governance. Journal of Financial Economics 58, 3-27. Larcker, D. F. (2011). In Corporate Governance Matters: a Closer Look at Organizational Choices and Their Consequences (p. 4). Pearson Education, Inc. Lasmauli, R. (2009). Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Operasional Perusahaan. Skripsi Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lee, J. (2006). Family Firm Performance: Further Evidence. Family Business Review, 103. Malkiel, B. G., & Xu, Y. (2003). Investigating the Behavior of Idiosyncratic Volatility. Journal of Business 76 , 613-644. Maury, B. (2006). Family Ownership and Firm Performance. Journal of Corporate Finance 12 , 321-341. Mishra, C S, T Randoy, and J I Jenssen. (2001). The effect of founding family influence on firm value and coporate governance. Journal of International Financial Management and Accounting, 12, 235-259. Nguyen, P. (2011). Corporate Governance and Risk Taking: Evidence from Japanese Firms. Pacific-Basin Finance Journal , 278-297. Saito, T. (2008). Family firms and firm performance: Evidence from Japan. Journal of the Japanese and International Economies, 620-646. Susanto, A. B. (2008, Agustus 1). Perusahaan Keluarga Butuh Profesional. Bisnis Indonesia.
20 Analisis pengaruh..., Immanuel M E B S, FE UI, 2013