ISSN: 2460-2159
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah
ANALISIS PENDAPAT MURTADHA MUTHAHHARI DAN YUSUF AL QORDOWI TENTANG AKAD ASURANSI 1
Bahmid I Magi, 2 Ramdan Hidayat, 3 Titin Suprihatin 1,2,3 Keuangan dan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail:
[email protected]
Abstrak: Perkembangan sistem ekonomi dalam berbagai bidang, terkait dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi didunia modern. Diantara perkembangan tersebut adalah kontrak asuransi. Dari latar belakang diatas sehingga dirumuskan bahwa Murtadha Muthahhari berpendapat bahwa akad asuransi merupakan suatu hal yang baru dan tidak termasuk dalam persoalan fiqh. Begitupun juga pendapat Yusuf Al Qordowi yang menyatakan bahwa asuransi merupakan persoalan yang baru dan tidak terlepas dari persoalan fiqh. Setelah mengetahui pendapat keduanya kemudian dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan secara jelas masalah yang berkaitan dengan akad asuransi menurut Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi. Dari metode tersebut, Penulis dapat menganilisis metode istinbath hukum dari Al Qur’an, As Sunnah, dan ijtihad antara Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi yang kemudian membandingkannya dengan cara mengurai data yang terkumpul. Berdasarkan metode yang digunakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Murtadha Muthahhari berpendapat akad asuransi termasuk akad tersendiri yang terlepas dari fiqh dan Yusuf Al Qordowi menyatakan akad asuransi termasuk dalam akad yang tidak akan terlepas dari fiqh. Sehingga Yusuf Al Qordowi lebih tepat memposisikan akad asuransi yang tidak terlepas dari fiqh sebagai suatu disiplin ilmu bila dibandingkan dengan pendapat Murtadha Muthahhari yang hanya memposisikan akad asuransi yang terlepas dari persoalan fiqh. Kata Kunci : Pendapat Murtadha Muthahhari tentang akad asuransi, Pendapat Yusuf Al Gordowi tentang Akad Asuransi, Perbandingan Pendapat keduanya tentang akad asuransi.
A.
Pendahuluan
Di era yang modern ini, transformasi budaya mengakibatkan perubahan polapola perilaku manusia baik itu di bidang sosial maupun ekonomi. Khususnya bidang sosial telah bermunculan karakter-karakter egoistik dan individualisme yang sekarang ini tumbuh dan merebak di masyarakat perkotaan. Kemajuan teknologi paska zaman sekarang ini yang membawa banyak sekali perubahan pada tata kehidupan manusia. Di samping manfaat perubahan yang telah kita rasakan sekarang ini, juga tidak luput dari bahaya yang menyebabkan kekhawatiran dan ketidakpastian terhadap keamanan seseorang. Untuk menghindari dan mencegah kehawatiran dan ketidakpastian tersebut, maka ada cara yang dilakukan manusia baik untuk melindungi dirinya maupun hartanya dengan mengasuransikan jiwa dan hartanya kepada perusahaan perasuransian guna mencari sebuah proteksi keamanan. B.
Landasan Teori
Pengertian Akad Asuransi Islam mengartikan perjanjian dengan lafal akad, yang berasal dari bahasa arab Al-‘aqd ( ) عقدyang berarti perikatan, perjanjian, dan pemufakatan ()االثفاق. Secara terminologi fiqh, akad didefinikan dengan “pertalian” ( ) ايجابyaitu pernyataan
44
Analisis Pendapat Murtadha Muthahhari Dan Yusuf Al Qordowi ...| 45
melakukakan ikatan dan ( ) قبولyaitu pernyataan penerimaan ikatan sesuai dengan syari’at yang berpengaruh pada objek perikatan. Sedangkan perkataan asuransi menurut bahasa Inggris berasal dari kata insurance yaitu suatu metode untuk melindungi seseorang atau perusahaan dari kerugian keungan yang disebabkan oleh kerusakan atau pencurian aset seseorang. Berbicara tentang akad tidak akan terlepas dari rukun dan syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang melakukan akad. Jumhur ulama fiqh menyatakan bahwa rukun akad terdiri atas: 1. Pernyataan mengikatkan diri 2. Pihak-pihak yang berakad 3. Objek akad Sedangkan syarat-syarat umum suatu akad terdiri atas: 1. Pihak-pihak yang melakukan akad itu telah cukup bertindak atau mukallaf 2. Objek akad itu diakui oleh syara’ seperti bentuk harta, harta itu dimiliki oleh seseorang, dan bernilai harta menurut syara’ 3. Akad yang dilakukan tidak ada larangan dari syara’ 4. Akad itu bermanfaat 5. Ada pernyataan ijab dan qobul Tujuan akad itu jelas dan diakui syara’ Biografi Murtadha Muthahha Ayatollah Murtadha Muthahhari adalah salah seorang arsitek utama kesederhanaan baru Islam di Iran, lahir pada 2 ferbruari 1919 di Fariman, sebuah dusun praja yang terletak 60 km dari Marsyad, pusat ziarah kaum syiria yang besar di Iran timur. Ayahnya adalah Muhammad Husein Muthahhari, seorang ulama cukup termuka yang belajar di Najaf dan menghabiskan beberapa tahun di Mesir dan Hijaz sebelum kembali ke Fariman. Persoalan akad asuransi yang dibahas oleh Murtadha Muthahhari merupakan suatu hal yang sangat konprehensif. Artinya bahwa asuransi menurut beliau adalah persoalan baru yang tidak bisa dikaitkan dengan pembahasan dalam fiqh seperti jual beli, piutang dan sewa menyewa. Hukum dari akad asuransi adalah universalitas, yang berarti bahwa persoalan akad asuransi tidak usah dikaitkan dengan fiqh Sehingga pada dasarnya akad asuransi bisa kita katakana sebagai sebuah transaksi yang sah-sah saja, karena tidak ada halangan akan sahnya akad asuransi. Pendapat Murthada Muthahhari Tentang Akad Asuransi Asuransi merupakan transaksi baru yang tidak ada sebelumnya. Sehingga masalahnya pun dari segi fiqh adalah baru. Hal pertama yang dibahas adalah apakah asuransi salah satu akad dalam fiqh? Apabila asuransi dimasukan ke dalam salah satu akad fiqh, maka seluruh akad yang berlaku pada akad tersebut harus berlaku juga dalam akad asuransi. Pembahasan selanjutnya adalah apakah asuransi termasuk ke dalam salah satu dari akad-akad yang telah di sebutkan dalam fiqh, seperti jual beli, persewaan dan utang piutang? Yang jelas, menurut Murtadha Muthahhari bahwa tidak ada kecenderungan untuk memasukan asuransi ke dalam salah satu dari akad tersebut. Tidak ada halangan dalam sahnya asuransi yang tidak termasuk kedalam salah satu akad di dalam fiqh dan tidak ada dalil untuk membatasinya. Bahkan tuntutan prinsip-prinsip fiqh adalah adanya keumuman (universalitas). Prinsip universalitas itu mengatakan bahwa setiap transaksi
Keuangan dan Perbankan Syariah, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
46
|
Bahmid I Magi, et al.
dan setiap akad di antara dua orang adalah sah, kecuali di dalam kasus tertentu. Dengan kata lain, prinsip dalam transaksi asuransi adalah sah, kecuali apabila dibatalkan dengan dalil khusus yang jelas. Biografi Yusuf Al Qordowi Yusuf Al Qordowi dilahirkan di desa Safat Turab, Mesir bagian barat pada tanggal 9 september 1929, nama lengkapnya ialah Muhammad Abdullah Yusuf Al Qordowi. Ia berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Ketika berusia dua tahun ayahnya meninggal dunia, sebagai anak yatim ia diasuh dan dididik oleh pamanya. Ia mendapat perhatian cukup besar dari pamannya sehingga ia menganggapnya sebagai orang tuanya sendiri, keluarga pamannya pun taat menjalankan agama Islam. Tidak heran kalau Yusuf Al Qordowi menjadi seorang yang kuat beragama. Dalam asuransi beliau cenderung kearah pengharaman asuransi dimasa kini. Sedangkan istinbath hukum Yusuf Al Qordowi dalam mendukung pendapatnya yaitu, bahwa transaksi asuransi masa kini tidak sesuai dengan syari’at Islam. Dimana akad dalam asuransi tidak bisa diidentikan dengan akad dalam transaksi perdagangan maupun dalam lembaga kerja sama. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dalam praktek asuransi bila barang yang diasuransikan selamat maka perusahaan mengganti kerugian sesuai dengan kesepatan. Hal ini yang menyebabkan asuransi tidak bisa disamakan dengan perdagangan. Sedangkan alasan mengapa asuransi tidak bisa disamakan dengan kerja sama adalah karena dalam kerjasama anggota-anggota menyetorkan sejumlah uang tertentu dengan tujuan saling membantu diantara mereka. Namun dalam perusahaan asuransi tidak demikian, ketika membayar premi nasabah tidak berniat menyumbang Pendapat Yusuf Al-Qrdowi Tentang Akad Asuransi Diantara bentuk baru dari interaksi ekonomi yang lazim disebut “usaha asuransi” ( )التاْمينdengan pengertian-pengertian diatas, maka yang dipersoalkan oleh Yusuf Al Qordowi mengenai asuransi diantaranya adalah asuransi jiwa, ada pula yang disebut asuransi kecelakaan. Apakah hukum asuransi itu? Apakah Islam membenarkannya? 1 Yusuf Al Qordowi menyatakan bahwa: “dalam asuransi kecelakaan, seseorang nasabah membayar sejumlah uang dalam waktu setahun. Bila sesuatu yang diasuransikan seperti (barang dagangan, perusahaan, kendaraan, atau yang lainnya) ditakdirkan selamat, pihak perusahaan mengambil semua nilai uang dan tidak mengembalikan sepersenpun kepada nasabah. Sedangkan apabila nasabah tertimpa musibah, perusahaan mengganti kerugian sesuai dengan jumlah yang disepakati bersama. Praktek seperti ini sangat jauh dari watak niaga”. Adapun dalam asuransi jiwa Yusuf Al Qordowi menyatakan bahwa2: “Apabila seseorang nasabah menyepakati uang tanggungan asuransi sebesar Rp. 200 juta. Ketika ia baru membayar premi yang pertama, tiba-tiba ajal menjemputnya, maka ia akan mendapatkan uang tanggungan sebesar Rp. 200 juta itu. Padahal seandainya nasabah itu menjadi mitra dalam usaha perdagangan, ia tidak berhak menerima kecuali sejumlah premi yang telah dibayarkan, ditambah dengan kompensasi laba usahanya”.
1 2
Ibid Ibid
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)
Analisis Pendapat Murtadha Muthahhari Dan Yusuf Al Qordowi ...| 47
Asuransi jiwa dan kecelakaan yang disebutkan diatas merupakan hasil ijtihad yang dituangkan oleh Yusuf Al Qordowi sebagai suatu bagian dari persoalan-persoalan fiqh yang terjadi pada saat itu, sehingga hasil dari ijtihadnya pun menunjukan bahwa akad asuransi khususnya asuransi jiwa dan kecelakaan adalah haram. C.
Hasil Penelitian
Analisis perbandingan dari segi akad Menurut Murtadha Muthahhari bahwa akad asuransi merupakan suatu transaksi yang tidak termasuk ke dalam salah satu akad dalam fiqh dan tidak ada dalil untuk membatasinya, oleh karena itu pada prinsipnya fiqh menuntut untuk adanya keumuman (universalitas). Sedangkan Yusuf Al Qordowi menyatakan bahwa persoalan asuransi merupakan suatu transaksi yang tidak terlepas dari persoalan fiqh, oleh sebab itu, beliau menyatakan bahwa asuransi kecelakaan dan jiwa hukumnya adalah haram. Murtadha Muthahhari juga membicarakan mengenai asuransi jiwa yang beliau katakan bahwa dalam bentuk asuransi seperti ini adalah makruh untuk melakukannya. Penjelasan keduanya adalah sama-sama memberikan larangan dalam melakukan transaksi asuransi. Namun demikian, dalam pandangan penulis bahwa Yusuf Al Qordowi sangat jelas memposisikan akad asuransi sebagai problematika yang berkembang saat ini juga tidak terlepaskan dari perkembangan analisis fiqh. Murtadha Muthahhari pun juga dalam penjelasannya diatas sampai pada kemakruhan dalam asuransi, namun karena beliau memposisikan transaksi asuransi sebagai akad asuransi yang terlepas dari fiqh, maka pada dasarnya kemakruhan asuransi jiwa itu hanya bisa penulis katakan sebagai transaksi yang boleh-boleh saja tanpa hukumnya yang jelas. Analisis Perbandingan Pendapat dalam Metode Istinbath Hukum Pertama, mengenai Al Qur’an dan As Sunnah sebagai sumber dalam pengambilan setiap hukum. Tidak ada perbedaan antara keduanya (Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi) dalam pengambilan hukum yang dimulai dari Al Qur’an dan As Sunnah. Akan tetapi, sumber yang dipakai dari perowi-perowi yang meriwayatka hadits berbeda diantara kedua. Murtadha Muthahhari hanya memakai hadits-hadits yang diriwatkan oleh orangorang yang menurut golongannya sebagai perowi hadits, berbeda dengan Yusuf Al Qordowi yang tidak mementingkan golongan manapun yang meriwatkan hadits tersebut, akan tetapi selama hadits itu sesuai dengan kaidah dan syarat yang ditentukan maka diperbolehkan sebagai landasan hukum. Kedua, mengenai ijtihad yang dilakukan. Keduanya mengakui akan adanya ijtihad, sehingga tidak diragukan lagi bahwa ijtihad ini sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Pengakuan akan adanya ijtihad memang betul adanya, namun dalam pandangan penulis, ada perbedaan yang mendasar antara keduanya apabila ditelusuri pada aspek pemikiran mengenai ijtihad itu sendiri. Perbedaan mendasar ini adalah bahwa ijtihad yang dilakukan pasti membutuhkan metode istinbath hukum yang dipakai oleh keduanya. Perbedaan dalam mengistinbat hukum ini kemudian mempengaruhi aspek pemikiran mengenai suatu hukum yang dikeluarkan oleh keduanya dalam menelaah perkembangan hukum yang terjadi. Akad asuransi menurut Murtadha Muthahhari adalah bahwa tidak ada halangan dalam sahnya salah satu akad dalam asuransi yang tidak termasuk dalam fiqh.
Keuangan dan Perbankan Syariah, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
48
|
Bahmid I Magi, et al.
Argumentasi ini menunjukan pada kedudukan asuransi yang sangat jelas tidak berkaitan dengan fiqh. Argumentasi diatas bertentangan dengan pendapat Yusuf Al Qordowi yang secara jelas memposisikan transaksi asuransi sebagai susuatu yang tidak terlepas dari persoalan fiqh. D. 1.
2.
3.
Kesimpulan Menurut Murtadha Muthahhari subtansi dari akad asuransi adalah sebagai proteksi untuk masa depan dan menghilangkan kecemasan maka hukumnya boleh, dan akad asuransi tidak termasuk dalam persoalan fiqh. Menurut Yusuf Al Qordowi asuransi bersifat komersial seperti yang dilakukan perusahaan asuransi-asuransi pada masanya yang mengandung unsur eksploitasi. Akan tetapi pada prinsipnya Yusuf Al Qordowi menyatakan bahwa persoalan asuransi adalah bagian dari persoalan fiqh yang harus dikaji. Murtadha Muthahhari dan Yusuf Al Qordowi adalah kedua ulama yang kompeten dalam Khazanah keilmuan Islam. Menurut Murtadha Muthahhari persoalan asuransi adalah persoalan yang terlepas dari fiqh sehingga pada dasarnya asuransi hukumnya boleh. Berbeda dengan Yusuf Al Qordowi yang menyatakan bahwa persoalan asuransi tidak akan terlepas dari fiqh sehingga beliau mengharamnya akad asuransi. Secara umum latar belakang pendidikan yang keduanya tempuh juga sangat berbeda, Murtadha Muthahhari adalah ulama yang besar dikalangan ulama Syi’ah sedangkan Yusuf Al Qordowi dibesarkan dikalangan ulama Sunni sehingga konstruk pemikiran keduanya pun berbeda dalam menelaan persoalan akad asuransi.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta, 2006. Abudin Nata. Metodologi Studi Islam, PT Rajawali Pers. Jakarta, 2011. Allie Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah, Cet. III. Mizan, Bandung, 1995. Baqir Haidar, Murtadha Muthahhari sang Mujahid sang Mujahid, Yayasan Muthahhari, Bandung, 1998. Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1987. Gamala Dewi, Aspek-Aspek dalam Perbankan dan perasuransian syariah di Indonesia, cet. I, Kencana, Jakarta, 2004. Gufron A, Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontektual, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Haidar Bagir dan Syafiq Basri, Ijtihad Dalam Sorotan, Mizan Anggota IKAPI, Bandung, 1996.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)
Analisis Pendapat Murtadha Muthahhari Dan Yusuf Al Qordowi ...| 49
Hamid Al Qor, Hidup dan Karya Murtadha Muthahhari, Terj. Tim Mizan, Mizan, Bandung, 2002. Hasbi Ash Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/kalam, Bulan Bintang, Jakarta, 1997. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, RajaGrafindo, Jakarta, 2002. J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Temaja RoksaKarya, Bandung, 1990. Kamus Lengkap Ekonomi, editor, Damos. O. V. Y. Sihombing, edisi kedua, Erlangga, Jakarta, 2003. Khoeruddin Nasution, Ushul Fiqh: Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer, Ar-Uzz, Yogyakarta, 2002. M. Alie Hasan, Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Al-fiqhiyah), cet. IV, Raja Grafindo, Jakarta, 2003. M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Dhana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. Magnalena Lumbantoruan, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen,PT Cipta Abadi Pustaka, Jakarta, 1992. Muhammad Husaiyn Thabathaba’i,Islam Syi’ah Asal Usul dan Perkembangan, Penerj. Muhammad Satori, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1997. Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, Gema Insani Press, Jakarta, 2004. Mulyadi Kartanegara, Nalar Relegius Memahami Tuhan, Alam, dan Manusia, Erlangga, Jakarta, 2007. Murtadha Muthahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba, Alih Bahasa Irwan Kurniawan, Pustaka Hidayah, Bandung, 1995. -----------------------------, keadilan Ilahi Atas Pandangan Dunia Islam, cet. III, Mizan, Bandung,1997. Musahadi, Evolusi Konsep Sunnah ( Implikasi pada Perkembangan Hukum Islam), Anela Ilmu, Semarang, 2000. Mustafa Muhammad Az Zahrah, Hukum Islam dan Perubahan Sosial, Terj. Ade Rohayana, Rineka Cipta, Jakarta, 2000. Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah, Gaya Media Pratama, Semarang, 2007. Nasrun Rusli, konsep Ijtihad As-Syakani; Relevansi Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Logos, Jakarta, 1999.
Keuangan dan Perbankan Syariah, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
50
|
Bahmid I Magi, et al.
Nawawi, Hadapi dan Mimi martini, Penelitian Terapan, cet III, Gadjahmada University Press, Yogyakarta, 1996. Radik Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, Pustasa Binama Perindo, Jakarta, 1996. Romli, Ushul Fiqh, Dalil-dalil Hukum dan Pengambilan Hukum, Gaya Media Pratama, Jakarta,1999. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 13, Al-Ma’arif, Jakarta,1987. Subekti, Hukum Perjanjian Pembimbing Masa, Jakarta,1972. Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta,1992. Soerjono Soekanto, penelitian Hukum Normarif Suatu Tinjauan Singkat, cet.15, Rajawali Pers, Jakarta, 2013. Wirdianingsih, DKK, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2007. Yusuf Al-qordowi, Halal Haram dalam Islam, Alih Bahasa, Wahid Ahmadi, Cet. III, Era Intermedia, Solo, 2003. ----------------------, Fiqh Maqosid Syai’ah, Pustaka Al-Kautsar, Solo, 2007. ----------------------, Metode Memahami As-Sunnah dengan Benar, cet. I, Seri Media Dakwah no. 114, Solo, 1994. ----------------------, Ijtihad Kontemporer, Kode Etik Berbagai Penyimpangan, terj. Abu Barzani, cet-II, Risalah Gusti, Surabaya, 2000. ----------------------, Keluasan dan Keluasan Syari’ah Islam, cet. 1, Dina Utama, Semarang, 1993. -----------------------, Fatwa-Fatwa Mutaakhir, terj. Hamid Al Husaini, Pustaka Hidayah, Bandung, 2000.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)