ANALISIS NILAI-NILAI AKHLAK ISLAM DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT ANAK HANTU
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH ABDUL RANI F11409024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
ANALISIS NILAI-NILAI AKHLAK ISLAM DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT ANAK HANTU
ARTIKEL PENELITIAN
ABDUL RANI F11409024
Disetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Chairil Effendy, M.S.
Dra. Sesilia Seli, M.Pd.
NIP 195705091984031007
NIP 196301271990022001
Mengetahui,
Dekan
Ketua Jurusan PBS
Dr. Aswandi
Drs. Nanang Heryana, M.Pd.
NIP 195805131986031002
NIP 196107051988101001
ANALISIS NILAI-NILAI AKHLAK ISLAM DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT ANAK HANTU Abdul Rani, Chairil Effendy, Sesilia Seli Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail:
[email protected] Abstrak: Analisis Nilai-Nilai Akhlak Islam dalam Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu. Penelitian ini bertujuan untuk pendeskripsian nilai-nilai akhlak Islam dalam Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bentuk kualitatif dengan pendekatan objektif. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan sebagai berikut: 1) Nilai akhlak kepada Allah adalah berdoa, sholat, membaca Al-Qur’an, bertawakal, bersyukur, dan percaya ketetapan Allah. 2) Nilai akhlak kepada orang lain ialah bermusyawarah, mengasihi dan menyayangi, taat pada pemimpin, menepati janji, bersedekah, memberi hadiah, bertanya dengan baik, mendamaikan orang yang berselisih, tidak menipu dalam perdagangan, tidak merusak milik orang lain, mengajarkan ilmu, mengucapkan dan menjawab salam, menjaga amanat, tolongmenolong, mendidik anak, mengurus jenazah, dan berbakti pada suami. 3) Nilai akhlak kepada diri sendiri seperti tidak menyalahi kodrat, sabar, menuntut ilmu, rajin bekerja, berpikir cerdas, dan memakan makanan yang halal dan baik. Kata kunci: nilai, akhlak, Anak Hantu. Abstract: Analysis of Islamic Moral Values in Set of Folklore Anak Hantu. This study aims to describe the Islamic moral values contained in a set of folklore Anak Hantu. The research method that is used is descriptive method in qualitative with objective approach. Based on the result of data analysis, it generates the following conclusions: 1) Moral values to Allah are pray, prayer, reading Al-Qur’an, surrender, gratitude, and trust the provision of Allah. 2) Moral values to others are deliberation, to love and cherish, obey the leader, keeping promises, charity, giving reward, ask nicely, reconcile the dispute, not deceptive in trade, not damage others' property, teaching the knowledge, greet and answer greeting, keeping mandate, mutual assistance, educating children, taking care of the body, and devote to husband. 3) The moral values to self, such as do not accusatory nature/character, patience, learn, work hard, think smart and eat kosher also good food. Key words: value, moral, Anak Hantu.
S
astra lisan merupakan kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan (Barnet dalam Hutomo, 1991:1). Sedyawati dan Goody (dalam Effendy, 2006:9) mengungkapkan “sastra lisan merupakan karya seni yang bersifat sesaat atau seni yang hilang dalam waktu”. Bercerita sebagai satu di antara sastra lisan di Kalimantan Barat perlahan mulai tergerus. Isi cerita kedaerahan pun ikut sirna berbanding lurus dengan semakin banyaknya orang-orang zaman dulu yang gemar bercerita kini telah tiada. Hal tersebut diperparah dengan generasi penerus yang enggan mewarisi tradisi nenek moyangnya, satu di antaranya bercerita. Menurut Effendy (2006:24), “penerbitan teks-teks sastra lisan dalam bentuk tulis merupakan usaha pelestarian khazanah nenek moyang yang patut dihargai”. Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu (AH) merupakan satu di antara buku yang ditulis berangkat dari sastra lisan. Buku ini berisi kumpulan teks sastra lisan yang berhasil direkam, ditranskripsikan, diterjemahkan, dan ditulis ulang dengan perubahan sekadarnya oleh Chairil Effendy. Ada lima buah cerita dalam Kumpulan Cerita Rakyat AH, yaitu Anak Hantu, Si Bondang, Si Arif dan Si Bahlul, Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan, Si Jalal dan Si Jalil. Teks sastra lisan ini direkam oleh Chairil Effendy pada tahun 1986 (Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan), dan empat cerita lainnya tahun 1990. Buku seperti ini sangat jarang diterbitkan. Buku-buku cerita yang banyak beredar saat ini cenderung cerita populer yang sedikit jauh dari nilai kearifan lokal. Suatu terobosan yang sangat baik dilakukan Chairil Effendy selaku penulis. Beliau telah berhasil menangkap khasanah budaya di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Sambas berupa cerita-cerita rakyat yang dituturkan secara lisan dan diawetkan agar tidak tergerus oleh zaman dengan membukukannya. Buku ini patut mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya dari berbagai kalangan, baik para budayawan, sastrawan, dan para pelaku pendidikan. Setelah melakukan pembacaan didapat kesan banyak kandungan nilai-nilai akhlak Islam dalam Kumpulan Cerita Rakyat AH. Dalam kisah Anak Hantu saja terdapat beberapa nilai akhlak Islam, seperti suatu larangan laki-laki untuk menirukan perilaku atau tampilan perempuan, tidak diperkenankan teriak-teriak ketika bertepatan dengan waktu sholat, jangan merusak barang orang, tidak boleh menipu dalam perdagangan, karena apabila manusia melakukan hal-hal tersebut dikatakan dalam cerita diibaratkan seperti anak hantu. Hal demikian merupakan kajian di dalam Islam yang terklasifikasi dalam nilai akhlak Islam. Uraian di atas mendasari untuk dilakukannya penelitian terhadap nilai akhlak Islam dalam Kumpulan Cerita Rakyat AH. Buku ini memang layak untuk dikaji serta patut untuk disosialisasikan. Dengan pengkajian ini dapat diketahui nilai akhlak Islam yang terkandung di dalamnya. Nilai akhlak Islam yang didapat tidak lantas bermuara pada komunitas umat Muslim saja, tetapi akhlak Islam ini sifatnya universal, artinya nilai akhlak ini dapat menjadi cermin bagi setiap kalangan. Sejauh ini tidak ditemukan penelitian sebelumnya mengenai pengkajian Kumpulan Cerita Rakyat AH, tetapi pengkajian terhadap cerita di Kabupaten
Sambas telah dilakukan oleh Hellen Martiningsih pada tahun 2011 dengan judul penelitian “Nilai-Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Batu Betarup Karya Haris Harahap dari Kabupaten Sambas Kalimantan Barat”, dalam penelitian ini Hellen menelaah nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Batu Betarub dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif serta pendekatan sosiologi karya sastra. Fokus penelitiannya ialah nilai-nilai budaya yang berhubungan dengan hakikat hidup, nilai-nilai budaya yang menggambarkan hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Penelitian sebelumnya berkaitan dengan nilai-nilai Islam, yaitu Fatmawati (1995) dengan judul “Nilai-Nilai Akhlak Islami dalam Kumpulan Cerpen Yang Terhormat Nama Saya Karya Emha Ainun Nadjib”, dalam penelitian ini, Fatmawati menemukan nilai akhlak Mahmudah dari sisi baik dan buruknya. Suhartini (2003) dengan judul penelitian “Nilai-Nilai Islami dalam Novel Wanita Itu adalah Ibu Karya Sori Siregar”, dalam penelitian ini terungkap nilai keimantauhidan manusia terhadap Tuhan serta ketaatan manusia terhadap Tuhan. Kemudian, Hidayat (2011) dengan judul penelitian “Nilai-Nilai Islami dalam Novel Negeri Lima Menara Karya A. Fuadi”, penelitian ini mengungkapkan nilainilai ibadah, nilai akhlak, serta nilai sosial. Tentunya penelitian yang dilakukan saat ini memiliki perbedaan dibanding dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini objeknya adalah cerita dalam Kumpulan Cerita Rakyat AH yang berangkat dari sastra lisan di Kecamatan Sejangkung dan Sekura Kabupaten Sambas. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk kualitatif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif. Jika penelitian ini dikaitkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka terdapat SK-KD yang sesuai, yaitu pada tingkat SMA kelas X semester 2 dengan Standar Kompetensi; 15. Memahami sastra Melayu Klasik, serta Kompetensi Dasar; 15.2 menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu Klasik. Dalam hal ini cerita-cerita yang terdapat dalam Kumpulan Cerita Rakyat AH dapat menjadi bahan ajar dengan indikator pencapaian hasil belajar sebagai berikut. 1. Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra Melayu Klasik. 2. Membandingkan nilai-nilai dalam sastra Melayu Klasik dengan nilai masa kini. Menurut Syam (2010:4) unsur-unsur pengertian sastra daerah berkaitan dengan beberapa hal. Hal tersebut, yaitu a) eksis, tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu, b) disebarluaskan secara lisan atau oral, c) pada prinsipnya disebarluaskan atau dipublikasikan dengan menggunakan bahasa daerah, d) Bersifat turun-temurun, e) tidak diketahui siapa yang pertama mengarang atau menuturkannya atau anonym, f) merupakan milik bersama suatu komunitas yang ada di suatu daerah tertentu, g) memiliki berbagai varian. Menurut Hutomo (1991:1) “sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut)”. Endraswara (2008:151) menambahkan, “sastra lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut”. Selanjutnya Sedyawati (dalam Rafiek, 2010:54) mengatakan bahwa “sastra lisan berisi cerita-cerita yang disampaikan secara lisan dan
bervariasi mulai dari urusan genealogis, mitos, legenda, dongeng, hingga berbagai cerita kepahlawanan”. Adapun ciri-ciri sastra lisan, yaitu: (a) lahir dari masyarakat yang polos, belum melek huruf, dan bersifat tradisional, (b) menggambarkan budaya milik kolektif tertentu, yang tidak jelas siapa penciptanya, (c) lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka, dan pesan mendidik, (d) sering melukiskan tradisi kolektif tertentu. Di samping ciri-ciri tersebut, ada ciri lain yang agak umum, yakni: (a) sastra lisan banyak mengungkapkan kata-kata atau ungkapan-ungkapan klise dan (b) sastra lisan sering bersifat menggurui (Endraswara, 2008:151). Keberadaan sastra lisan di dalam masyarakat memiliki beberapa fungsi. Menurut Hutomo (1991:69) ada beberapa fungsi sastra lisan. Fungsi tersebut ialah: a) sebagai sistem proyeksi, b) untuk pengesahan kebudayaan, c) sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial, d) sebagai alat pendidik anak, misalnya cerita binatang (kancil), e) untuk memberi jalan yang dapat dibenarkan oleh orang lain agar ia dapat lebih superior daripada orang lain, f) untuk memberikan seseorang suatu jalan yang diberikan oleh masyarakat agar dia dapat mencela orang lain, g) sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat, dan h) untuk melarikan diri dari himpitan hidup sehari-hari. Cerita lisan dibangun oleh beberapa beberapa struktur. Struktur tersebut seperti tema, tokoh dan penokohan, latar (waktu, tempat, dan sosial), dan alur yang memiliki beberapa tahapan, yaitu a) eksposisi, b) kompilasi atau intrik-intrik awal yang akan berkembang menjadi konflik, c) klimaks, d) relevasi atau penyingkapan tabir suatu problema, e) Denouement atau penyelesaian yang membahagiakan, yang dibedakan dengan catastrophe, yakni penyelesaian yang menyedihkan; dan solution, yakni penyelesaian yang masih bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilahkan menyelesaikan lewat daya imajinasinya. Menurut Effendy (2006:24) penerbitan teks-teks sastra lisan dalam bentuk tulis merupakan usaha hazanah pelestarian nenek moyang yang patut dihargai. Penerbitan teks-teks sastra itu memberikan kesempatan kepada pembaca masa kini untuk mengetahui lebih banyak akan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Melalui pembacaan terhadapnya, masyarakat Melayu Sambas pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya dapat lebih memahami jati dirinya sebagai satu bangsa di tengah bangsa-bangsa lain di dunia. Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Edidarmo dan Mulyadi, 2009:56) “akhlak adalah karakter yang menetap kuat di dalam jiwa”. Akhlak merupakan sumber tindakan yang muncul secara alamiah tanpa pemikiran dan perenungan. Jika tindakan yang muncul itu indah dan baik, maka disebut akhlak baik. Sebaliknya, jika yang muncul itu tindakan yang tercela dan hina, maka disebut akhlak buruk. Ibnu Miskawaih (dalam Edidarmo dan Mulyadi, 2009:56) menambahkan bahwa “akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan pikiran”. Nilai akhlak Islam merupakan suatu identitas atau kesan yang timbul terhadap suatu tindakan yang dilakukan. Kesan baik dan buruk itu didasarkan pada sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Secara umum Akhlak Islam
diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni akhlak kepada Allah, Akhlak kepada orang lain, dan akhlak terhadap diri sendiri (Edidarmo dan Mulyadi, 2009:56). Tujuan penelitian ini ialah pendeskripsian nilai-nilai akhlak Islam dalam Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini ialah 1) pendeskripsian nilai akhlak kepada Allah, 2) pendeskripsian nilai akhlak kepada orang lain, 3) pendeskripsian nilai akhlak kepada diri sendiri 4) Pendeskripsian kemungkinan implementasi hasil penelitian dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk peserta didik di sekolah. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Digunakannya metode deskriptif karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata bukan angka-angka dengan sajian apa adanya tanpa ada perlakukan terhadap objek yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Subana dan Sudrajat (2005:89), “metode deskripstif ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya dengan apa adanya”. Moleong (2010:11) menambahkan “dalam metode deskriptif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti”. Kuntoro (dalam Jauhari, 2009:35) memberikan batasan bahwa “metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti”. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif. Bentuk ini digunakan karena data dalam penelitian ini berupa kutipan kata-kata, frasa, kalimat dan tidak mengutamakan pada angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Semi (1993:23), “penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Digunakannya pendekatan objektif karena dirasakan paling cocok untuk menganalisis nilai-nilai akhlak Islam dalam Kumpulan Cerita Rakyat AH. Penelitian ini tidak melihat dari sisi kepengarangan, latar belakang lahirnya suatu cerita, tetapi murni dari objek yang diteliti. Data dalam penelitian ini bersumber dari Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu. Buku yang diterbitkan oleh Untan Press ini terdiri dari 66 halaman, jika dirincikan: cerita Anak Hantu ada 17 halaman (hlm. 1—17); cerita Si Bondang ada 14 halaman (hlm. 19—32); cerita Si Arif dan Si Bahlul ada 9 halaman (hlm. 33—41); cerita Si Jalal dan Si Jalil ada 14 halaman (hlm. 43—56); cerita Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan ada 10 halaman (hlm. 57—66). Terdapat dua halaman kosong, yaitu hlm.18 dan 42. Data yang digunakan adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang berupa kutipan katakata, frasa, kalimat pada Kumpulan Cerita Rakyat AH yang mengandung nilainilai akhlak Islam, baik itu nilai akhlak kepada Allah, nilai akhlak kepada orang lain, maupun nilai akhlak kepada diri sendiri.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter. Teknik ini digunakan karena objek yang diteliti merupakan sebuah dokumen. Menurut Moleong (2010:217) “dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.Adapun cara pengumpulan data ialah: 1) membaca secara cermat Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu, 2) Menandai bagian-bagian yang akan dianalisis, 3) membuat klasifikasi sesuai dengan masalah yang diteliti, dan 4) mencatat data sesuai kriteria masing-masing dengan menggunakan kartu pencatat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan manusia, dalam hal ini peneliti sendiri sebagai alat (instrument) penelitian. Adapun alat bantu yang digunakan ialah kartu pencatat data yang digunakan untuk mencatat data-data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi. Penggunakan teknik analisis isi karena menganggap objek yang diteliti sebagai sebuah teks yang memiliki unsur-unsur yang layak untuk dikaji. Menurut Hostli (dalam Moleong, 2010:220) “kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakterisasi pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis”. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisisis data ialah: 1) membaca kembali data yang telah diklasifikasikan, 2) menganalisis dan menginterpretasikan nilai akhlak kepada Allah, 3) menganalisis dan menginterpretasikan nilai akhlak kepada orang lain, 4) menganalisis dan menginterpretasikan nilai akhlak kepada diri sendiri, 5) melakukan triangulasi dengan dosen pembimbing, Yaitu Prof. Dr. H. Chairil Effendy, M.S. (pembimbing utama) dan Dra. Sesilia Seli, M.Pd. (pembimbing kedua) serta pemeriksaan teman sejawat, bersama Bintari Oktavia dan Dayang Atika Kurniawati, dan 6) menyimpulkan hasil analisis data sesuai masalah penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini bertujuan untuk pendeskripsian nilai-nilai akhlak Islam yang terkandung dalam Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu, serta pendeskripsian kemungkinan implementasi hasil penelitian dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk peserta didik di sekolah. Terdapat tiga bentuk nilai akhlak Islam dalam Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu. Nilai-nilai tersebut, yaitu (1) nilai akhlak kepada Allah, seperti berdoa, salat, membaca Al-Qur’an, bertawakal, bersyukur, dan percaya ketetapan Allah, (2) nilai akhlak kepada orang lain, seperti bermusyawarah, mengasihi dan menyayangi, taat pada pemimpin, menepati janji, bersedekah, memberi hadiah, bertanya dengan baik, mendamaikan orang yang berselisih, tidak menipu dalam perdagangan, tidak merusak milik orang lain, mengajarkan ilmu, mengucapkan dan menjawab salam, menjaga amanat, tolongmenolong, mendidik anak, mengurus jenazah, dan berbakti pada suami, (3) nilai
akhlak kepada diri sendiri, seperti tidak menyalahi kodrat, sabar, menuntut ilmu, rajin bekerja, berpikir cerdas, dan memakan makanan yang halal dan baik. Pembahasan Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu sebagai objek penelitian terdiri dari lima buah cerita. Cerita-cerita tersebut seperti Anak Hantu, Si Bondang, Si Arif dan Si Bahlul, Si Jalal dan Si Jalil, dan Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan. Setelah dilakukan pembacaan ditemukan nilai-nilai yang dominan di dalam ceritacerita tersebut. Nilai itu ialah nilai akhlak Islam. Nilai akhlak Islam pun terfokus menjadi akhlak kepada Allah, kepada orang lain, dan kepada diri sendiri. Cerita Anak Hantu sama sekali tidak berkaitan dengan makhluk gaib, tetapi cerita ini mengasosiasikan akhlak buruk yang diperbuat manusia. Lewat tokoh tiga beradik anak hantu, tergambar akhlak buruk seperti menyalahi kodrat, merusak barang milik orang lain, dan menipu dalam perdagangan. Akhlak buruk itu dimunculkan untuk mengingatkan bahwa perbuatan tersebut tidak baik dilakukan. Cerita Si Bondang mendeskripsikan semangat belajar ilmu agama dan duniawi. Walaupun dalam keadaan serba kekurangan, keinginan belajar harus tetap ada demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini pula yang hendak disampaikan dalam cerita si Bondang. Cerita Si Arif dan Si Bahlul menyadarkan bahwa mendapatkan ilmu lebih bermanfaat dari pada mendapatkan harta. Hal tersebut terbukti Si Bahlul yang lebih memilih wasiat ayahnya berupa harta kekayaan mengalami kesengsaraan. Ilmu yang tidak dimiliki untuk menggunakan harta secara bijak membuat dirinya hanya hura-hura semata sehingga lama-kelamaan harta yang dimiliki habis. Berbanding terbalik dengan Si Bahlul yang memilih wasiat berupa ilmu. Ilmu yang dimilikinya mengantarkan pada kesuksesan dalam bekerja dan membuat dirinya bahagia. Cerita Si Jalal dan Si Jalil mengambarkan bakti istri terhadap suami. Suami selaku pemimpin di dalam keluarga sudah sepatutnya dipatuhi, dihormati, dilayani, disayang, menjaga kehormatannya, membantu memecahkan masalah suami. Hal ini yang dilakukan istri Si Jalil ketika suaminya mendapatkan masalah. Istri Si Jalil dengan sekuat tenaga mencari bantuan agar suaminya terbebas dari masalah yang dihadapi. Cerita yang terakhir, yaitu Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan menyadarkan betapa penting kehidupan berkeluarga. Saling menyayangi, melindungi, dan mengasihi menjadi hal penting yang harus tercipta dalam lingkungan keluarga. Rasa cinta dan sayang Raja Tunggal kepada sang istri yang sedang ngidam dengan mencari cara bagaimana memetik buah kelapa secara sungsang. Rasa sayang Si Rancah Matahari kepada adiknya untuk mengambil burung nuri di tempat yang sangat berbahaya, yaitu di buluh perindu. Selain itu, kebesaran hati yang luar biasa untuk Raja Tunggal dan istri memaafkan kakakkakaknya yang telah membunuh adiknya sendiri (istri Raja Tunggal) dan membuang keponakannya (Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan).
Selain hal-hal tersebut, nilai akhlak Islam lainnya juga tertera di dalam Kumpulan cerita Rakya Anak Hantu. Total Nilai akhlak kepada Allah berjumlah 6 akhlak. Akhlak kepada orang lain ada 17 akhlak. Dan, akhlak kepada diri sendiri terdapat 6 akhlak. Akhlak kepada Allah merupakan suatu perilaku yang kita persembahkan untuk Allah, Tuhan Semesta Alam. Telah menjadi kewajiban manusia untuk beraklak mulia kepada Allah. Satu di antara alasan manusia mesti melakukannya karena Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaan. Dalam cerita Anak Hantu, ditemukan lima akhlak kepada Allah, yaitu berdoa dan salat. Dalam cerita Si Bondang ditemukan tiga akhlak, yaitu membaca Al-Qur’an, salat, bertawakal. Terdapat masing-masing satu akhlak pada cerita Si Arif dan Si Bahlul, yaitu hanya bersyukur dan cerita Si Jalal dan Si Jalil, yaitu berdoa. Sedangkan cerita Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan ada dua akhlak Islam seperti salat dan percaya ketetapan Allah. Keenam akhlak tersebut dikatakan akhlak kepada Allah karena perilaku tersebut merupakan berkaitan langsung dengan Sang Pencipta. Hal yang dilakukan itu dalam rangka peribadahan kepada-Nya, pengharapan sesuatu, dan kepercaaan akan kekuasaanNya. Akhlak kepada orang lain merupakan bentuk sikap dan perilaku yang ditujukan kepada orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia pastinya selalu bersinggungan dengan manusia yang lain. Akhlak yang timbul dari hubungan antar manusia akan memberikan kesan baik atau sebaliknya. Akhlak kepada orang lain dalam cerita Anak Hantu ada sepuluh, yaitu bermusyawarah, mengasihi dan menyayangi, taat pada pemimpin, menepati janji, bersedekah, memberi hadiah, bertanya dengan baik, mendamaikan orang yang berselisih, tidak menipu dalam perdagangan, dan tidak merusak milik orang lain. dalam cerita Si Bondang terdapat lima akhlak, yaitu mengajarkan ilmu, memberi hadiah, mengucapkan dan menjawab salam, menjaga amanat, dan tolong menolong. Ada empat akhlak Dalam cerita Si Arif dan Si Bahlul seperti mendidik anak, mengurus jenazah, tolong-menolong, dan bersedekah. Untuk cerita Si Jalal dan Si Jalil dan Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan, masing-masing memiliki dua akhlak kepada orang lain yang sama, yaitu taat pada pemimpin serta berbakti pada suami. Berakhlak kepada diri sendiri merupakan bentuk ibadah kepada Allah yang paling mudah karena dilakukan oleh diri sendiri dan manfaatnya dapat secara langsung dirasakan. Akhlak kepada diri sendiri dalam cerita Anak Hantu ada dua, yaitu tidak menyalahi kodrat dan sabar. Cerita Si Arif dan Si Bahlul terdapat tiga akhlak kepada diri sendiri, yaitu rajin bekerja, berpikir cerdas, memakan makanan yang halal dan baik. Menuntut ilmu merupakan satu-satunya akhlak kepada diri sendiri yang terdapat dalam cerita Si Bondang serta Si Jalal dan Si Jalil. Akan tetapi, pada cerita Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan tidak berhasil ditemukan satu pun nilai akhlak kepada diri sendiri. Berkaitan dengan Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu yang menjadi objek penelitian, sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah. Alasan yang pertama, cerita-cerita tersebut mengandung nilai-nilai akhlak Islam yang dapat dikaji peserta didik. Kedua, cerita-ceritanya juga memenuhi aspek keterbacaan. Semua cerita sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tidak
terdapat istilah-istilah yang sulit dipahami, serta menarik untuk mengikuti alur peristiwanya. Ketiga, Kumpulan cerita rakyat ini masuk dalam Sastra Melayu Klasik sehingga dapat dijadikan bahan ajar kelas X semester genap pada KD 15.2 Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam Sastra Melayu Klasik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pemberian program remedial bagi peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Guru memberikan hasil penelitian sambil memberikan penjelasan sehingga peserta didik tersebut mndapatkan pengetahuan lebih dalam dibanding sebelum mengikuti program remedial. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada bagian pendahuluan telah diungkapan bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan nilai-nilai akhlak Islam yang terkandung dalam Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu, sekaligus untuk dijadikan sebagai materi ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Nilai-nilai akhlak Islam yang dimaksud yaitu: a) nilai akhlak kepada Allah adalah berdoa, sholat, membaca AlQur’an, bertawakal, bersyukur, dan percaya ketetapan Allah, b) nilai akhlak kepada orang lain ialah bermusyawarah, mengasihi dan menyayangi, taat pada pemimpin, menepati janji, bersedekah, memberi hadiah, bertanya dengan baik, mendamaikan orang yang berselisih, tidak menipu dalam perdagangan, tidak merusak milik orang lain, mengajarkan ilmu, mengucapkan dan menjawab salam, menjaga amanat, tolong-menolong, mendidik anak, mengurus jenazah, dan berbakti pada suami, c) nilai akhlak kepada diri sendiri seperti tidak menyalahi kodrat, sabar, menuntut ilmu, rajin bekerja, berpikir cerdas, dan memakan makanan yang halal dan baik. Saran Hasil penelitian ini disarankan untuk digunakan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajarkan apresiasi sastra pada jenjang SMA/MA kelas X semester genap, khususnya pada materi menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu Klasik. Kumpulan Cerita Rakyat AH memiliki lima buah pilihan cerita yang dapat dijadikan bahan ajar dalam materi tersebut. Dengan dijadikannya Kumpulan Cerita Rakyat AH sebagai bahan ajar di sekolah, berarti guru telah mendapatkan dua manfaat sekaligus. Manfaat yang pertama peserta didik dapat memahami cara menemukan nilai-nilai dalam sebuah karya sastra, manfaat kedua ialah peserta didik dapat mengenal cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Barat khususnya Daerah Kabupaten Sambas. Hasil penelitian ini juga disarankan untuk dijadikan alternatif memberikan tindak lanjut terhadap peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Caranya dengan memberikan hasil penelitian ini kepada peserta didik sehingga mereka mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. Hal tersebut tentunya dilakukan dengan arahan dan bimbingan guru sebagai langkah pemberian remedial.Tidak kalah pentingnya hasil penelitian ini disarankan agar dijadikan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti Kumpulan Cerita Rakyat Anak Hantu dari segi
yang berbeda. Ketika proses pengambilan data, ditemukan beberapa permasalahan baru dari kumpulan cerita rakyat ini. Permasalahan tersebut seperti ketidakkonsistenan sosok tokoh dalam cerita dan terdapat kesamaan-kesamaan cerita. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an. Semarang: PT Karya Toha Putra. Ahmadi dan Noor Salimi. 2008. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara. Edidarmo, Toto dan Mulyadi. 2009. Aqidah Akhlak. Semarang: PT Karya Toha Putra. Efendy, Sofyan. 2007. Hadist Web. (Online). (http://opi.110mb.com/ diakses 22 Desember 2012). Effendy, Chairil.Tanpa Tahun. Anak Hantu. Pontianak: Untan Press. Effendy, Chairil. 2006. Becerite dan Bedande. Pontianak: STAIN Pontianak Press. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur. Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rafiek, M. 2010. Teori Sastra. Bandung: PT Refika Aditama. Rahman, Bakri A. dan Mustadjib A. 1986. Aqidah Akhlak Jiliid I B. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Guru Agama. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Subana dan Sudrajat. 2009. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah.Bandung: Pustaka Setia. Syam, Christanto. 2010. “Proses Pengumpulan dan Penanganan Bahan Sastra Daerah”. Pontianak: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.