ANALISIS KANDUNGAN TEMBAGA (Cu) DALAM AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI SURABAYA Anita Wardah Fitriyah, Yudhi Utomo dan Irma K. Kusumaningrum Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang
E-mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected] ABSTRAK: Logam berat sebagai hasil buangan dari proses industri sangat berbahaya bila melampaui standar baku mutu. Salah satu logam berat yang termasuk bahan beracun berbahaya adalah tembaga (Cu). Tujuan penelitian adalah mengetahui: 1) Kualitas Air berdasarkan parameter temperatur, pH, kekeruhan, TDS, DO, BOD, dan COD di Sungai Surabaya. 2) Kandungan logam berat tembaga (Cu) dalam air dan sedimen di Sungai Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat survey lapangan. Titik pengambilan sampel berada di 5 lokasi yaitu Jembatan Canggu, Tambangan Cangkir, Tambangan Bambe, Karang Pilang dan Jagir. Hasil penelitian yaitu parameter kualitas air pada 5 lokasi pengambilan sampel: pH, Temperatur dan TDS tidak melebihi ambang baku mutu yang telah di tetapkan oleh pemerintah, sedangkan DO, Kekeruhan, BOD dan COD melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah Dan kandungan Cu dalam air antara 0,37-0,81 ppm melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0,02 ppm, sedangkan pada sedimen antara 27,58-77,29 mg/kg massa kering. Kata kunci: Tembaga, Sedimen, Kualitas Air, Sungai Surabaya ABSTRACT: Heavy metals as a result of emissions from industrial processes are very dangerous when exceeded quality standards. One of the heavy metals that are harmful toxic materials including copper (Cu). The purpose of this research was to determine: 1) Water quality parameters based on temperature, pH, turbidity, TDS, DO, BOD and COD in the Surabaya River. 2) The content of heavy metals copper (Cu) in waterbodies and sediment of Surabaya River. The method used in the research is the field survey. Sampling point is in 5 locations: Bridge Canggu, Cangkir port, Bambe port, Karang Pilang and Jagir. The results of water quality parameters at the 5 sampling site: pH, temperature and TDS does not exceed the quality standards set by the government, while the DO, turbidity, BOD and COD exceeds the quality standards set by the government and Cu content in between 0.37 to 0.81 ppm of water exceeds the quality standards set by the government which is 0.02 ppm, whereas in the sediments between 27.58 to 77.29 mg / kg dry mass. Keywords: Copper, Sediment, Water Quality, Surabaya River
Perkembangan industri di Surabaya dan sekitarnya dewasa ini cukup pesat. Proses industrialisasi tidak dapat lepas dari efek negatif yang ditimbulkan yaitu limbah industri. Limbah industri jika tidak diolah dengan baik akan menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi lingkungan sekitar sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan (Prawita dkk., 2008:29). Beberapa jenis zat yang biasa terdapat dalam limbah industri adalah logam berat, dimana logam berat banyak digunakan sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong dalam industri (Rochayatun dkk., 2006:35).
1
Keberadaan logam berat di perairan dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan limbah industri. Beberapa industri seperti industri tekstil, pelapisan logam, peleburan logam dan kertas yang terdapat di DAS Brantas bagian hilir berpotensi menghasilkan limbah sebagai sumber polutan logam berat di Sungai Surabaya. Pencemaran yang dihasilkan dari logam berat sangat berbahaya karena bersifat toksik, logam berat juga akan terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui proses gravitasi (Rochayatun dkk, 2006:36). Salah satu logam berat yang termasuk bahan beracun dan berbahaya adalah tembaga (Cu), merupakan salah satu logam berat yang banyak dimanfaatkan dalam industri, terutama dalam industri elektroplating, tekstil dan industri logam (alloy). Ion Cu (II) dapat terakumulasi di otak, jaringan kulit, hati, pankreas dan miokardium. Oleh karena itu, proses penanganan limbah menjadi bagian yang sangat penting dalam industri. Keberadaan unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan. Cu termasuk ke dalam kelompok logam essensial, dimana dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai koenzim dalam proses metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi (Rochayatun.,dkk. 2003:5171). Menurut Palar (2004) pada konsentrasi 0,01 ppm fitoplankton akan mati karena Cu menghambat aktivitas enzim dalam pembelahan sel fitoplankton. Konsentrasi Cu dalam kisaran 2,5-3,0 ppm dalam badan perairan akan membunuh ikan-ikan. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Logam berat memiliki sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air. Mengendapnya logam berat bersama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen di dasar perairan dan juga perairan sekitarnya. Sungai Surabaya merupakan sungai utama DAS Brantas bagian hilir yang merupakan sumber kebutuhan air utama sekaligus sebagai tempat pembuangan limbah domestik dan industri di wilayah Surabaya (Utomo dkk., 2008). Pada DAS Brantas terdapat sekitar 650 industri pada tahun 2006. Sungai Surabaya merupakan bagian dari sungai Brantas yang mengalir mulai dari Bendungan Lengkong Baru dan bermuara di pintu air Jagir Surabaya. Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Perda Jatim Nomor 2 Tahun 2008 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Provinsi Jawa Timur Sungai Surabaya termasuk sungai kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, sehingga senantiasa di kontrol kualitas airnya. Kadar tembaga maksimum yang di perbolehkan Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 adalah 0,02 mg/L. Rochayatun, dkk (2006) pada penelitian distribusi logam berat dalam air dan sedimen di perairan muara Sungai Cisadane, diperoleh data bahwa kadar logam berat (Pb,Cd,Cu,Zn,Ni) dalam sedimen lebih tinggi daripada di perairan, sedangkan Edward, dkk (2006) pada penelitian di perairan Halmahera Maluku utara juga menunjukkan bahwa kadar logam berat (Pb,Cd,Cu,Zn,Ni) dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan di perairan, Sedimen berperan penting di dalam penentuan kualitas air, karena sedimen sebagai tujuan akhir tempat 2
penampungan dari logam-logam berat, sampai saat ini analisis logam berat terbatas pada sampel air dan belum menjawab wilayah sedimen. Untuk mengevaluasi tingkat pencemaran yang terjadi, maka upaya analisis kandungan tembaga dalam sedimen dipandang sangat penting. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas air serta kandungan logam berat tembaga (Cu) dalam sedimen dan perairan di Sungai Surabaya. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat survey lapangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 dan dilakukan pengambilan sampel sebanyak tiga kali. Lokasi penelitian adalah sungai Surabaya diambil 5 titik sampling yaitu: Jembatan Canggu, Tambangan Cangkir, Tambangan Bambe, Karang Pilang dan Jagir. Kemudian analisis sampel dilakukan di Laboratorium penelitian kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Sampel air diambil dan disimpan dalam botol polietilen. Di lapangan dilakukan uji parameter kualitas air yaitu: Suhu, pH, Kekeruhan, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dengan menggunakan alat WQC (Water Quality Checker). Sampel air kemudian dibawa ke laboratorium Kimia UM. Di laboratorium, sampel air (50 mL) ditambahkan HNO3 kemudian dilakukan penetapan kadar Cu dengan AAS. Sampel sedimen diambil dengan menggunakan Grab yang terbuat dari stainless steel. Analisis Cu dalam sedimen menggunakan teknik destruksi aquaregia dengan pemanasan Hotplate 140oC selama 3 jam. Perlakuan pertama sedimen dikeringkan pada suhu 600C, setelah kering, sampel ditimbang sebanyak 2 g, di destruksi dengan Aqua Regia (HNO3 : HCl, 1 : 3) 20 mL, kemudian didestruksi di atas hotplate dengan suhu 1100C selama 3 jam, di diamkan 30 menit, di saring filtrat diencerkan dengan Aquades hingga volume 100 mL kemudian di uji dengan instrumen AAS, Penentuan kadar Cu sampel air maupun sedimen digunakan instrumen AAS Shimadzu tipe AA-6200 pada panjang gelombang 324,7 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Air Kualitas air di Sungai Surabaya mengalami penurunan sebagai dampak dari pencemaran lingkungan di sekitarnya, limbah rumah tangga memberikan kontribusi sekitar 60 persen penurunan kualitas air Sungai Surabaya. Sedangkan, limbah industri dan limbah pertanian, masing-masing berkontribusi sekitar 30 persen dan 10 persen (BLH Surabaya, 2010). Temperatur di Sungai Surabaya pada 5 lokasi pengambilan sampel berkisar antara 28,5-30°C, temperatur tersebut dapat mendukung kehidupan organisme yang ada didalamnya. seperti ikan dan udang yang hidup baik pada kisaran temperatur 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna, ikan air tawar yang dapat hidup pada kisaran temperatur 20-30°C yang biasa terdapat di Sungai Surabaya yaitu Ikan Tawes, Ikan Bader, Ikan Gabus dan Ikan Sapu-Sapu, berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa kondisi temperatur 3
masih memenuhi standar baku mutu air kelas I (deviasi 3) menurut Perda Jawa Timur No.2 Tahun 2008. Tabel .1 Kualitas Air di Sungai Surabaya Parameter
Satuan Canggu
Temperatur pH Kekeruhan TDS DO BOD COD
°C NTU mg/L mg/L mg/L mg/L
29,9 7,26 106 400 6,6 7,42 20
Cangkir 28,5 7,15 191 200 6,12 11,34 120
Lokasi Bambe 29,2 7,29 199 1000 5,96 10,78 100
Karang Pilang 29,2 7,18 194 400 5,74 9,64 80
Jagir 30 7,2 159 600 4,55 12,48 260
Perda Jatim No.2 Tahun 2008 Deviasi 3 6-9 50 1000 6 2 10
Nilai pH air yang terukur pada 5 lokasi pengambilan sampel yaitu 7,157,29 masih tergolong normal sesuai dengan baku mutu Perda Jatim No 2. Tahun 2008 kelas I yang peruntukan utamanya sebagai sumber air baku air minum. Nilai TDS yang tinggi di semua lokasi disebabkan oleh limbah buangan industri di sekitar Sungai Surabaya, nilai TDS tertinggi pada Tambangan Bambe, hal ini dimungkinkan karena pada daerah Bambe banyak terdapat industri-industri yang sedang beraktifitas yang membuang limbahnya melalui anak sungai yang kemudian mengalir ke Sungai Surabaya, sehingga menyebabkan nilai TDS tinggi. Selain limbah industri, limbah domestik dari rumah tangga juga mempunyai potensi yang sama menyebabkan tingginya nilai TDS. Hasil penelitian menunujukkan nilai kekeruhan di Sungai Surabaya berkisar antara 106-199 NTU, nilai ini melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan yaitu sebesar 50 NTU. Kekeruhan dapat mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke badan perairan sehingga dapat menghalangi proses fotosintesis (Achmad, 2004:32). Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan atmosfer/udara. Hasil penelitian menunjukkan nilai DO telah melebihi ambang baku mutu yang telah di tetapkan pemerintah (6 mg/L) untuk badan air kelas I. Biologycal Oxygen Demand (BOD) dapat menggambarkan jumlah bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis, yaitu jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Berdasarkan Hasil penelitian nilai BOD di Sungai Surabaya telah melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 2 mg/L, banyak industri di sekitar Sungai Surabaya yang berpotensi menyumbang limbah organik ke perairan, seperti perusahaan MSG dan pabrik pulp dan kertas yang mengandung senyawa organik koloid terlarut yaitu serat hemisellulosa, gula, lignin, alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang mudah di degradasi oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan BOD tinggi. Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO2 dan H2O. Dari hasil analisis di Sungai Surabaya nilai COD yang diperoleh pada rentangan 20-260 mg/L melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, 4
yaitu 10 mg/L, maka perairan Sungai Surabaya telah mengalami pencemaran oleh bahan organik sulit terurai. Beberapa industri yang berpotensi dapat meningkatkan nilai COD Sungai Surabaya yaitu industri keramik, industri sabun dan detergen yang menghasilkan limbah anorganik sulit terurai. Kandungan Logam Berat Cu dalam Air dan Sedimen Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam berat yang dapat ditemukan pada lingkungan perairan maupun dalam sedimen (Anazawa et al., 2004). Logam berat secara alami memiliki konsentrasi yang rendah pada perairan. Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat disebabkan oleh jumlah maksimum limbah logam berat ke perairan. Logam Berat yang masuk perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup diperairan. Menurut Gibs (1973) mekanisme utama logam berat dapat terakumulasi dalam sedimen karena dapat terikat oleh senyawa atau terabsorpsi melalui tahapan yang dikenal sebagai faktor geokimia, yang meliputi 5 fase; 1) fase terikat secara absorpsi dan pertukaran ion, 2) fase terikat karbonat, 3) fase terikat oleh oksida Fe/Mn, 4) fase terikat pada zat organik dan sulfida, dan 5) fase terikat kisi-kisi logam (Horsfall dan Spiff, 2002; Tsail et al., 2003). Menurut Morel & Hering (1996) Cu dominan pada sistem perairan (solid) yaitu CuS(s), CuFeS2(s), Cu2CO3(OH)2(s), Cu3(CO3)2(OH)2(s), Cu(OH)2(s), CuO(s). Tabel.2 Kandungan Logam Berat Cu dalam Air dan Sedimen Logam Berat
Lokasi Canggu
Cangkir Bambe
Baku mutu Karang
Jagir
Pilang [Cu] air
0,49
0,43
0,43
0,37
0,78
PPRI No. 82 Tahun 2001
(mg/L)
0,49
0,7
0,67
0,75
0,61
(0,02 mg/L)
0,81
0,71
0,66
0,56
0,54
Perda Jatim No.2 Tahun 2008 (0,02 mg/L)
[Cu] sedimen 27,58
44,11
34,73
42,97
34,85
ANZECC ISQG (65
(mg/kg)
36,36
42,89
76,61
77,29
41,45
mg/kg)
36,29
56,55
46,74
50,51
49,40
Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa kandungan tembaga0,37-0,81 mg/L (Gambar 1) sudah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0,02 mg/L. Tingginya kadar Cu karena adanya pencemaran limbah industri, di sekitar Sungai Surabaya banyak terdapat industri yang menggunakan logam berat Cu sebagai bahan baku maupun bahan penolong untuk keperluan produksi, diantaranya industri pelapisan logam, kawat baja, sepeda, dan mur baut, sedangkan pada sedimen berkisar antara 27,58 – 77,29 mg/kg massa kering pada kelima lokasi pengambilan sampel selama tiga kali periode pengambilan sampel (Gambar 2) melebihi ambang baku mutu menurut ANZECC ISQG-Low (65 mg/kg). 5
Gambar 1. Grafik Kandungan Tembaga di perairan Sungai Surabaya pada Tiga Kali Periode Pengambilan Sampel
Gambar 2. Grafik Kandungan Tembaga dalam sedimen di Sungai Surabaya pada Tiga kali Periode Pengambilan Sampel
Kandungan logam berat di sedimen selalu jauh lebih tinggi di bandingkan di perairan, hal ini terjadi akibat proses akumulasi logam pada sedimen, yang dapat di sebabkan karena logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, selain itu dimungkinkan logam berat yang terdapat dalam sedimen sudah terakumulasi dalam waktu yang lama sebelum pengambilan sampel, sehingga pada saat dilakukan analisis kandungan tembaga dalam sedimen menunjukkan kadar yang tinggi. Tembaga (II) cenderung ditemukan dalam sedimen sebagai Cu(OH)2. Ksp Cu(OH)2 yang relatif kecil (2 x 10-19) memudahkan membentuk endapan. Endapan Cu(OH)2 dapat terjadi dari reaksi Cu(II) dengan ion hidroksida yang berasal dari senyawa alkali, alkali-karbonat, amonia, dan amonium sulfida. Cu2+(aq) + 2OH-(aq) Cu2+(aq) + 2NH3(aq) + 2H2O(l)
Cu(OH)2(s) Cu(OH)2(s) + 2NH4+ (aq) 6
2Cu2+(aq) + 2CO32-(aq) + 2H2O(l) 2Cu(OH)2(s) + 2CO2 (g) Cu(OH)2 dapat membentuk CuO(s), pada pH sangat basa membentuk larutan senyawa kompleks [Cu(OH)3]-, sedangkan kompleks [Cu(H2O)6]2+ (aq) diperairan juga dapat membentuk endapan [Cu(H2O)4 (OH)2]. Cu(OH)2(s) + OH-(aq) [Cu(OH)3]- (aq) Cu(OH)2(s) CuO(s)+ H2O(l) [Cu(H2O)6]2+ (aq) + 2OH-(aq) [Cu(H2O)4 (OH)2](s) + 2H2O(l) Salah satu faktor geokimia yang dapat mengikat logam berat terbentuk endapan adalah oksida Fe atau sebagai ion Fe3+ (Tsail et al., 2003), ion Fe3+ pada suasana basa mudah membentuk endapan Fe(OH)3. Cu2+(aq) + 2OH-(aq) Cu(OH)2(s) Ksp= 2 x 10-19 3+ Fe (aq) + 3OH (aq) Fe(OH)3(s) Ksp= 3,8 x 10-38 Hasil kali kelarutan (Ksp) Fe(OH)3 lebih kecil dari pada Ksp Cu(OH)3, bila dalam air terdapat ion hidroksida (OH-) maka akan terjadi kompetisi dan Fe(OH)3 akan lebih dulu terbentuk dan diikuti pengendapan Cu2+ dengan hidroksida membentuk Cu(OH)2, pengendapan Cu2+ dapat terbentuk oleh senyawa lain seperti Fe(OH)3 yang mampu memperbesar partikel membentuk flok. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari kelima titik lokasi pengambilan sampel mulai dari Jembatan Canggu hingga Jagir, parameter kualitas air pH, temperatur dan TDS tidak melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan DO, kekeruhan, BOD dan COD melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan selama tiga kali pengambilan sampel, Kandungan logam berat tembaga (Cu) antara 0,37-0,81 ppm melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0,02 ppm, sedangkan pada sedimen antara 27,58-77,29 mg/kg massa kering. SARAN Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu dilakukan analisis parameter logam berat dalam sedimen secara berkala, mengingat logam berat dalam sedimen dapat terakumulasi dalam tubuh biota air. DAFTAR RUJUKAN Anazawa, K., Kaida, Y., Shinomura, Y. Tomiyasu,T., and Sakamoto, H. 2004. Heavy-Metal Distribution in River Waters and Sediments Around a”Firefly Village”, Shihoku, Japan: Application of Multivariate Analysis. Analytical Sciences, Januari Vol. 20: 79-84. Australian and New Zealand Environment and Conservation Council (ANZECC), 2000, ANZECC interim sediment quality guidlines. Report for the Environmental Research Institute of the Supervising Scientist, Sydney, Australia. Edward, Ahmad, F. & Taufik. 2006 .Pemantauan Kadar Logam Berat dalam air Laut dan sedimen di Perairan P.Halmahera, Maluku Utara. Jurnal Kimia Indonesia, (Online), 1 (2): 47-53, diakses 3 Desember 2012. 7
Hidayah, M. A, Purwanto. & Soeprobowati, T. R. 2012. Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn) di Karamba Danau Rawapening. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2012, Semarang, 11 September 2012. Horsfall Jr, M.and Spiff, A.I. 2002. Distribution and Partitioning of Trace Metals in Sediment of The Lower Reaches of The New Calabar River, Port Harcourt, Nigeria. J.Environmental Monitoring and Assessment 78: 309326. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Prawita, A., Murnitasari, D & Darmawati, A. April 2008. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) dalam Air Kali Wonokromo. Majalah Farmasi Airlangga, 6 (1): 29-31. Rochayatun, E., Edward & Rozak, A. 2003 . Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn, Ni, Cr, Mn & Fe Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan Kalimantan Timur . Jurnal Oseanologi dan Limnologi, (Online), 35 (1): 51-71, diakses 4 Januari 2013. Rochayatun, E., Kaisupy, M.T. & Rozak, A. 2006 .Distribusi Logam Berat Dalam Air dan Sedimen di Perairan Muara Sungai Cisadene. Jurnal Makara Sains, (Online), 10 (1): 35-40, (http://repository.ui.ac.id), diakses 3 Oktober 2012. Rochayatun, E. & Rozak, A. 2007 .Pemantauan Kadar Logam Berat Dalam Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Makara Sains, (Online), 11 (1): 28-36, diakses 3 Oktober 2012. Rukaesih, A. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI. Tsail, J., Yu K.C., Ho, S.T., Chang, J.S. and Wu, T.S. 2003. Correlation of Particle Sizes and Metals Speciation in River Sediment, Poster Papers in Diffuse Pollution Conference, Dublin 08/04/2006. Utomo, Y., Sudarmadji , Sudibyakto . & Sugiharto, E. 2008. Analisis Kromium Dalam Sedimen Sebagai Parameter Kualitas Air Kadar Kromium pada Perairan di Sungai Surabaya. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia 2008, Jurusan Teknik Kimia FTI ITS, Surabaya, 5 November 2008. Dalam library UGM, (online), diakses 4 Oktober 2012.
8