ANALISIS KADAR BOD DAN COD PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. LESTARI TANI TELADAN (LTT) DI PROVINSI SULAWESI TENGAH Verawaty1), Dian Saraswati2), Ramly Abudi3) 1
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Verawaty 1
[email protected] 2 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Dian Saraswati 2
[email protected] 3 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Ramly Abudi 3
[email protected]
ABSTRAK Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Pengolahan limbah cair yang kurang baik tidak dapat menurunkan parameter-parameter pencemar terutama parameter kimia yaitu kadar BOD dan COD yang terdapat pada limbah cair kelapa sawit. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kadar BOD dan COD limbah cair sesudah pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit PT. LTT di Provinsi Sulawesi Tengah melebihi nilai ambang batas sesuai Kep - 51/MEN LH/1995. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis kadar BOD dan COD sebelum dan sesudah pengolahan limbah cair. Penelitian ini merupakan desain Deskriptif dengan jenis penelitian Observasional. Populasi adalah semua limbah cair yang ada di pabrik. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 2 liter pada kolam pendingin dan kolam anaerobik. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sesaat (grab sampling). Analisisnya menggunakan uji kandungan BOD5 dan uji kandungan COD pada limbah cair. Hasil penelitian membuktikan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. LTT yang belum memenuhi standar baku mutu kualitas limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit sesuai Kep-51/MEN LH/1995, yaitu nilai BOD karena melebihi 100 mg/l. Sedangkan nilai COD sudah memenuhi standar baku mutu karena kurang dari 350 mg/l. Saran bagi industri diharapkan dapat mengolah limbah cair dengan baik agar hasil pengolahan limbah cair yang dimanfaatkan sebagai Land Application tidak berdampak buruk bagi lingkungan atau pun bagi tanaman kelapa sawit yang ada diperkebunan. Kata Kunci : Limbah Cair, Kelapa Sawit, Kadar BOD, Kadar COD
ABSTRACT Verawaty. 811410006. 2014. The Analysis of BOD and COD in Liquid Waste at Oil Palm Factory PT. Lestari Tani Teladan (LTT) at Central Sulawesi Province. Skripsi. Department of Public Health. Faculty of Health and Sport Sciences. Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor was Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes and the cosupervisor was Ramly Abudi, S.Psi., M.Kes. The characteristic of waste water should be known due to determining the way to maage the waste water properly in order to be not contaminating the life environtment. The worse liquid waste mangement cannot decrease the parameters of contamination particulary chemistry parameters which were BOD and COD levelin liquid waste of oil palm. The problem statement of research was whether the level of BOD and COD in liquid waste after the processing at oil palm factory of PT. LTT at Center Sulawesi Province was exceeding the threshould value according to Kep-51/MEN LH/1995. The research aimed at analyzing the BOD and COD Level before and after the processing of liquid waste. The research was observational research by having descriptive design. The population of research were all liquid wastes in factory. The samples of research were 2 liters of coolant pond and anaerobic pond. The technique of sampling was grab sampling method. The data analysis was using BOD5 level test and COD level test in liquid waste. The research result showed that the liquid waste of oil palm factory at PT. LTT was not fulfilling the quality standard of liquid waste of oil palm industrial activity according to Kep-52/MEN LH/1995, it due to the value of BOD was exceeding 100 mg/l. However, the value of COD has been fulfilled the quality standard because it was less tha 350 mg/l. The suggestion for the industrial is to manage the liquid waste properly so that the result liquid waste processing which was utilized as land application did not give the bad impact to the environment as well as to the oil palm in the plantation. Keywords: Liquid Waste, Oil Palm, BOD Level, COD Level
1. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun 1990 di Indonesia dijumpai 84 unit pabrik kelapa sawit yang mengolah 10 juta ton tandan buah segar, dengan kapasitas yang bervariasi antara 20 - 60 ton tandan segar per jam (Manurung, 2004). Perkembangan industri yang sangat cepat saat ini menyebabkan limbah-limbah industri pun menjadi bertambah. Sebagai akibatnya, limbah yang dibuang ke lingkungan semakin berat. Padahal kemampuan alam untuk menerima beban limbah sangat terbatas, sehingga dipastikan bahwa self purification saat ini telah terlampaui (Taufiq, 2010). Jenis limbah industri banyak macamnya, tergantung dari bahan baku yang dipakai dalam industri dan sesuai dengan proses dari masing-masing industri. Dengan demikian, pemecahan yang dibutuhkan juga berbeda untuk dapat mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Miswan, 2004). Limbah cair yang dihasilkan oleh industri masih menjadi masalah bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya, industri terutama industri rumah tangga mengalirkan langsung air limbahnya ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Demikian pula dengan industri pabrik kelapa sawit yang pada umumnya merupakan industri yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kota-kota kecil (Rossiana, 2006). Mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah cair secara benar (Sari, 2011). Limbah cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air (Rusmey, 2009). Polutan organik yang cukup tinggi tersebut apabila terbuang ke badan air penerima dapat mengakibatkan
terganggunya kualitas air dan menurunkan daya dukung lingkungan perairan disekitar pabrik dan sekelilingnya. Penurunan daya dukung lingkungan tersebut menyebabkan kematian organisme air, terjadinya alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya dan menimbulkan bau yang dapat menjadi media yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri, baik bakteri patogen (bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada inang) maupun non patogen (bakteri yang tidak menimbulkan gangguan yang berarti) (Rossiana, 2006). Hasil penelitian dari beberapa peneliti menyatakan bahwa konsentrasi BOD (Biochemical Oxygen Demand) didalam air limbah kelapa sawit cukup tinggi, yakni berkisar antara 5.000-10.000 mg/l, COD (Chemical Oxygen Demand) berkisar antara 7.000-10.000 mg/l, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5 (Kaswinarni, 2007). Jika konsentrasi BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) dalam limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit langsung dibuang ke lingkungan, maka hal ini dapat menjadi pencemar lingkungan yang sangat potensial, terutama untuk perairan disekitar pabrik tersebut. Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya menggunakan metode pengolahan limbah kombinasi yaitu dengan sistem proses anaerobik dan aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan ke bak penampungan untuk dipisahkan antara minyak yang terikut dan limbah cair. Setelah itu maka limbah cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan proses anaerobik. Pengolahan limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik tanpa kehadiran oksigen menjadi biogas yang terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil. Pada proses
pengolahan secara aerobik menunjukkan penurunaan kadar BOD dan kadar COD adalah sebesar 15 % (Agustina, dkk, 2010). Air hasil olahan telah dapat dibuang ke perairan, tetapi tidak dapat digunakan sebagai air proses dikarenakan air hasil olahan tersebut masih mempunyai warna kecoklatan. Penggunaan membran untuk mengolah lumpur sawit dalam hal ini dilakukan untuk mendapatkan air limbah yang bersih sehingga dapat digunakan kembali (water recycling) (Dedy, dkk, 2010). Berdasarkan data awal yang ada di Pabrik Kelapa Sawit PT. LTT bahwa dalam proses produksi yang menghasilkan kurang lebih 30 ton tandan buah segar (TBS) per jam dapat menghasilkan limbah cair sebesar 1.300 liter per hari. Limbah cair ini dihasilkan dari proses ke proses, sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair yang dihasilkan tersebut tentunya harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak menimbulkan pencemaran, terutama pada sumber air yang berada didekat industri pabrik Kelapa Sawit tersebut (PT. LTT, 2013). Sistem pengolahan limbah yang ada di Pabrik Kelapa Sawit tersebut menggunakan kolam-kolam yang tersusun mulai dari unit kolam pendingin untuk mendinginkan limbah cair, kemudian dialirkan ke unit kolam pembiakan bakteri untuk menaikkan nilai pH, lalu menuju ke 2 unit kolam anaerob untuk menurunkan kadar BOD, lalu menuju ke unit kolam pengendapan untuk memisahkan cairan dari lumpur, setelah itu masuk ke unit kolam aerasi, disini limbah cair diberi tambahan oksigen dan biasanya hasil limbah dari kolam ini sudah memenuhi baku mutu dan dapat dibuang ke badan air penerima seperti sungai. Limbah dari kolam aerasi ini lalu dialirkan lagi ke unit kolam pelepasan, kolam ini hanya sebagai bak pengontrol yang mengalirkan limbah cair secara perlahan-lahan ke badan air penerima seperti sungai.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Kadar BOD dan COD pada Pengolahan Limbah Cair di Pabrik Kelapa Sawit PT. Lestari Tani Teladan (LTT) di Provinsi Sulawesi Tengah”. Tujuan penelitian yaitu menganalisis kadar BOD dan COD sebelum dan sesudah pengolahan limbah cair di Pabrik Kelapa Sawit PT. LTT di Provinsi Sulawesi Tengah. Manfaat penelitian ini yaitu bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan maupun informasi mengenai kadar BOD dan COD pada pengolahan limbah cair Pabrik Kelapa Sawit yang memenuhi standar dan tidak mencemari lingkungan. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain deskriptif yaitu peneliti melakukan observasi terhadap limbah cair kelapa sawit. Setelah dilakukan observasi maka dilakukan analisis laboratorium kemudian hasilnya akan dideskripsikan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil uji laboratorium dari masing-masing sampel yang telah telah dihitung dengan standar baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit berdasarkan Kep 51/MEN LH/1995 yaitu tentang baku mutu limbah cair untuk industri kelapa sawit. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Laboratorium pada Limbah Cair Kelapa Sawit tentang kadar BOD dan kadar COD dengan menggunakan Uji Kandungan BOD5 dan Uji Kandungan COD pada limbah cair. Tabel 1 Hasil Pengukuran Limbah Cair Kelapa Sawit Sebelum Pengolahan di PT. LTT Titik Parameter (mg/l) Pengambilan Sampel BOD COD Inlet 435 222 Outlet 552,5 246 (Sumber: Data Primer 2014)
552,5 435
400 300
222
246
200
BOD COD
100 0 Inlet
Oulet
Gambar 1 Grafik Nilai BOD dan COD pada Limbah Cair Kelapa Sawit Sebelum Pengolahan di PT. LTT Tahun 2014 (Sumber: Data Primer, 2014) Berdasarkan hasil pengukuran kadar BOD dan COD pada tabel dan grafik dapat disimpulkan bahwa kadar BOD yang tertinggi terdapat di titik kedua yaitu 552,5 mg/l dimana letak pengambilan sampelnya berada dikolam pendingin dekat outlet dan kadar COD yang tertinggi terdapat juga di titik kedua yaitu 246 mg/l dimana letak pengambilan sampelnya berada dikolam pendingin dekat outlet. Hal ini disebabkan karena pada titik kedua terjadi penumpukan lumpur kelapa sawit nya sehingga nilai BOD maupun COD nya lebih tinggi dari titik pengambilan sampel pertama. Tabel 2 Hasil Pengukuran Limbah Cair Kelapa Sawit Setelah Pengolahan Standar Parame Baku Keteran ter Titik Mutu gan (mg/l) Penga (mg/l) mbilan B C B C B C Sampel O O O O O O D D D D D D T 79 12 M Inlet M 2,5 5 S ≤1 ≤3 S 00 50 T 61 14 M Outlet M 0 1 S S (Sumber: Data Primer, 2014)
Jumlah (mg/l)
Jumlah (mg/l)
600 500
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat 900 792,5 800 700 610 600 500 350 400 300 141 200 100125 100 0
Inlet Outlet Standar Baku Mutu
BOD COD
Gambar 2 Grafik Perbandingan Nilai BOD dan COD Sesudah Pengolahan di 2 Titik Pengambilan Sampel dengan Standar Baku Mutu Limbah Cair untuk Pabrik Kelapa Sawit (Sumber: Data Primer, 2014) Berdasarkan hasil pengukuran kadar BOD dan COD pada tabel dan grafik dapat disimpulkan bahwa kadar BOD yang diambil di kedua titik pengambilan sampel pada kolam Anaerobik telah melebihi standar baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit berdasarkan Kep - 51/MEN LH/1995 yaitu nilai BOD lebih dari 100 mg/l, sedangkan nilai COD pada titik pengambilan sampel pertama dan kedua belum melebihi ambang batas karna nilai COD kurang dari 350 mg/l sesuai Kep – 51/MEN LH/1995. Kadar COD pada pengolahan limbah yang ada dipabrik kelapa sawit PT. LTT ini belum mencapai nilai ambang batas disebabkan karena pada pengolahan limbahnya memiliki ± 8 kolam yang dapat menurunkan nilai COD dan parameter lainnya, namun nilai BOD nya masih tetap tinggi. Kadar BOD melebihi nilai ambang batas disebabkan karena pada pengolahan limbah cair kelapa sawit yang ada di PT. LTT tidak melalui lagi kolam Aerobik
dimana kolam ini berfungsi untuk memperkaya cairan dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerobik dengan cara menyebarkan cairan limbah ke udara dengan menggunakan aerator dan dapat menurunkan kadar BOD pada limbah cair tersebut. Pabrik kelapa sawit PT. LTT dengan sengaja meniadakan kolam aerobik karena sudah ada larangan membuang limbah ke badan air atau sungai terdekat dan akhirnya mereka memanfaatkan seluruh limbah cair menjadi pupuk dengan sistem Land Application yaitu pemanfaatan limbah cair dari industri kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan penyubur atau pemupukan tanaman kelapa sawit dalam areal perkebunan kelapa sawit itu sendiri dengan cara mengalirkan limbah cair tersebut dari kolam pelepasan ke parit-parit disekitar area perkebunan. Keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS secara umum adalah seperti berikut: 1. Memperbaiki struktur fisik tanah 2. Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi dan kelembaban 3. Meningkatkan perkembang-biakan dan perkembangan akar 4. Meningkatkan kandungan organik tanah, pH tanah dan kapasitas tukar kation tanah 5. Meningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya (Huan, 1987). Batasan Peneliti Dalam Melakukan Penelitian Adapun batasan peneliti dalam melakukan penelitian ini dan dalam menyusun pembahasan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah: a. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan organik atau bahanbahan tereduksi lainnya, yang disebut juga Intermediate Oxygen Demand.
b. Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari. c. Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukan nilai total BOD, melainkan ± 68% dari total BOD. d. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti (Kristianto, 2004:87). 2. Jarak antara penyusunan proposal dengan turun penelitian agak jauh sehingga sistem pengolahan limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. LTT sudah berubah, karena semua limbah cair dimanfaatkan sebagai land application. 3. Peneliti juga hanya bisa menjelaskan secara umum saja tentang hasil penelitian ini karena batasan informasi yang didapat saat turun penelitian. Peneliti juga tidak terlalu menguasai ataupun memahami Pedoman Pengolahan Limbah yang ada di Indonesia karena untuk memahaminya perlu pelatihan atau pendamping khusus yang memahami secara detail semua tentang Pengolahan Kelapa Sawit. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa parameter kimia yang telah dianalisis pada limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. LTT yaitu: 1. Kadar BOD sebelum pengolahan ialah pada titik pertama pengambilan sampel sebesar 435 mg/l dan pada titik kedua sebesar 552,5 mg/l, sedangkan kadar BOD sesudah pengolahan ialah pada titik pertama sebesar 792,5 mg/l dan titik kedua 610 mg/l. 2. Kadar COD sebelum pengolahan ialah pada titik pertama pengambilan sampel sebesar 222 mg/l dan pada titik kedua sebesar 246 mg/l, sedangkan kadar COD sesudah pengolahan ialah pada
titik pertama sebesar 125 mg/l dan titik kedua sebesar 141 mg/l. Dari kedua parameter kimia yang telah diuji yang belum memenuhi standar baku mutu kualitas limbah cair bagi kegiatan industri kelapa sawit sesuai Kep51/MEN LH/1995, yaitu nilai BOD karena melebihi 100 mg/l. Sedangkan nilai COD sudah memenuhi standar baku mutu karena kurang dari 350 mg/l.
Potong Hewan Dengan Menggunakan Sabut Kelapa. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Mulia, Ricki, M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
5. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Sitti, Sri Pudji.R, Tri Widianto, Trisni.A. 2010. Penggunaan Teknologi Membran Pada Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit. Jurnal (Online) http://www.bbkk-litbang.go.id. Diakses 25 September 2013.
Rahardjo, Nugro. 2006. Teknologi Pengelolaan Limbah Cair yang Ideal Untuk Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal (Online) Vol. 2 http://ejurnal.bppt.go.id. Diakses 6 Oktober 2013.
Bapedal. 1995. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/KepMenLH/-10/1995. Jakarta. Lampiran B.IV. http://jdih.menlh.go.id. Diakses 26 Desember 2014.
Rossiana. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair kelapa sawit Sumedang terhadap Reproduksi Daphnia carinata King. Skripsi (Online). Universitas Padjadjaran. http://ejurnal.bppt.go.id. Diakses 6 Oktober 2013.
Dedy, A.Nasution, Elita R.Widjaya, Reni J.Gultom. 2010. Teknologi Membran Filtrasi Untuk Pengolahan Limbah Pabrik Cair Kelapa Sawit. Jurnal (Online) http://digilib.litbang.deptan.go.id. Diakses 28 September 2013.
SNI 6989.2:2009. Air dan air limbah – Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri. http://reporsitory.usu.ac.id. Diakses 26 Desember 2014.
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolalaan Limbah Industri Kelapa Sawit disusun oleh Ditjen PPHP, Departemen Pertanian. Jakarta. http://reporsitory.usu.ac.id. Diakses 26 Desember 2014.
SNI 6989.59.2008. Air dan air limbah – Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air limbah. http://reporsitory.usu.ac.id. Diakses 26 Desember 2014.
Manurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk Mengolah Limbah Sawit. Jurnal (Online) http://library.usu.ac.id. Diakses 26 September 2013.
SNI 6989.72:2009. Air dan air limbah – Bagian 72: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (Biochemical Oxygen Demand/BOD). http://reporsitory.usu.ac.id. Diakses 26 Desember 2014.
Miswan. 2004. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Rumah
Taufiq, M. 2010. Pemanfaatan Abu Sekam Padi Dengan Metode Filterisasi
Untuk Menurunkan Kandungan BOD dan COD Pada Limbah Cair RSUD Undata Palu. Tugas Akhir. Palu: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu.
Togatorop, Rusmey. 2009. Korelasi Antara Biological Oxygen Demand (BOD) Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Terhadap pH, Total Suspended Solid (TSS), Alkaliniti Dan Minyak/ Lemak. Tesis (Online) http://repository.usu.ac.id. Diakses 23 Oktober 2013.