ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN SKALA EKONOMI USAHATANI TEBU DI DESA BINA JAYA KECAMATAN TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO (ANALYSIS OF FACTORS OF PRODUCTION AND ECONOMIC SCALE CANE FARMING IN THE VILLAGE OF JAYA DISTRICT DISTRICT TOLANGOHULA GORONTALO) Yolanda Mohamad, Supriyo Imran, SP, M.Si, Yuriko Boekosoe, SP. M.Si Faculty of Agriculture, Department of Agribusiness State University of Gorontalo ABSTRACT Yolanda Mohamad 614409070, 2013, Analysis of Factors of Economic Production and Scale Cane Farming In Bina Desa Jaya District Tolangohula Gorontalo, Under Guidance Supriyo Imran and Yuriko Boekoesoe. This study aims to know: 1). Factors of production (land, seed, fertilizer, pesticides) affect the total production of sugarcane farming. 2). Economies of scale sugarcane farming in the Village District Binajaya Tolangohula Gorontalo regency. By taking a sample of 40 farmers. Sampling techniques using simple random sampling. Selected respondents were then given a questionnaire related to the production of business conducted. The results showed that: (1) the overall sugarcane production models give a positive result for all the independent variables are observed shows that the variable Land Area (X1), Seeds (X2), Urea (X3), Fertilizer Phonska (X4), and Medicine (X5) effect on total production of sugar cane. Variable seed and fertilizer Phonska significantly affect cane yield (Y). In the review of returns to scale, the production of sugarcane in a state of increasing returns to scale is 1.228. It means that each additional unit of input can lead to the addition of an output of 1,228 tons of sugar cane production. Keywords: Production, Production Factors, Economies of Scale, Sugarcane
1
ABSTRAK Yolanda Mohamad 614409070, 2013 Analisis Faktor-Faktor Produksi Dan Skala Ekonomi Usahatani Tebu Di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, Dibawah Bimbingan Supriyo Imran dan Yuriko Boekoesoe. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui : 1). Pengaruh faktor-faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, obat-obatan) berpengaruh pada total produksi usahatani tebu. 2). Skala ekonomi usahatani tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Dengan mengambil sampel sebanyak 40 orang petani tebu. Teknik pengambilan sampel mengunakan sampel acak sederhana. Responden yang terpilih kemudian diberi kuesioner yang terkait dengan usaha produksi yang dilakukan. Analisis data yang digunakan yaitu Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: keseluruhan model produksi tebu memberikan hasil yang positif karena semua variabel independent yang diamati terlihat bahwa variabel Luas Lahan (X1), Bibit (X2), Pupuk Urea (X3), Pupuk Phonska (X4), dan Obat (X5) berpengaruh terhadap total produksi tebu. Variabel bibit dan pupuk Phonska berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi tebu (Y). Di tinjau dari return to scale, produksi tebu berada pada keadaan increasing return to scale yaitu 1,228. Artinya bahwa setiap penambahan satu satuan input dapat menyebabkan penambahan output sebesar 1,228 ton produksi tebu. Kata Kunci : Produksi, Faktor Produksi, Skala Ekonomi, Tebu
2
PENDAHULUAN Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasioanal. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1989:12). Sektor pertanian masih dianggap sebagai sektor pertanian yang mampu menyerap tenaga kerja sangat besar, dan merupakan mata pencaharian dominan bagi masyarakat indonesia, bahkan sektor pertanian ini mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam menunjang perekonomian bangsa indonesia, baik dalam komposisi sumbangannya terhadap product domestic bruto maupun dalam penyerapan tenaga kerja (Khairuddin, 2000 : 136). Menurut Khairuddin (2000 : 136), pembangunan pertanian sebagai sektoral dari pembangunan masyarakat desa, mau tidak mau harus merupakan titik tekan dalam pembangunan nasional, karena pada dasarnya di sektor inilah sebagian besar kehidupan masyarakat indonesia bergantung. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan kepada pembangunan secara umum tersebut serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh itu akan benar-benar bersifat umum, dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani. Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan arti kepada arah yang hendak dicapai (Khairuddin, 2000 : 28). Sektor Pertanian sebagai mata pencaharian utama bagi penduduk Indonesia. Sebagian besar rumah tangga di Indonesia adalah rumah tangga pertanian yang berada di pedesaan. Rumah tangga pertanian merupakan rumah tangga petani pengguna lahan, baik lahan sawah maupun lahan kering. Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelolah lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam. Perkebunan atau plantation, tidak hanya dikenal di indonesia tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, apabila dikelolah secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara. Pekebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan serta devisa negara dan peliharaan sumberdaya alam (Mubyarto, 1989 : 21). Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar untuk dipasarkan. Tebu di Provinsi Gorontalo dari tahun 2011 sampai dengan 2012 produksinya 32.521 ton dan 2012 mencapai 35.324 ton. Di kabupaten gorontalo terutama kecamatan tolangohula telah diupayakan peningkatan produksi tebu dan menjadi kawasan sentra produksi tebu. Dimana data produksi tebu di Kabupaten Gorontalo tahun 2011 sampai 2012 menunjukkan bahwa rata-rata produksi per/ha sebesar 185 kw/ha, dan rata-rata produksi per/ton sebesar 2.056 ton (Dinas
3
Perkebunan Gorontalo, 2012 : 4). Namun upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi tebu bisa berjalan lancar apabila harus diimbangi dengan upaya memperbaiki teknik pembudidayaan tanaman tebu. Pada umumnya Desa Binajaya memiliki potensi pertanian yang cukup luas dan sangat besar serta menjadi salah satu sentra produksi tanaman perkebunan yang secara rutin diusahakan oleh petani karena tebu merupakan bahan baku pembuat gula. Perkembangan perkebunan tebu dapat dilihat dengan banyaknya lahan pertanian yang ditanami tebu hal ini dikarenakan permintaan pasaran akan tebu meningkat. Keadaan tersebut merupakan salah faktor pendorong bagi petani tebu yang ada di Desa Binajaya untuk meningkatkan produksi tebu karena merupakan salah satu unggulan sektor perkebunan karena masih menjadi sektor unggulan yang diharapkan dapat memberikan lapangan pekerjaan serta mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Akan tetapi tersedianya sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi, namun bagaiman petani melakukan usahanya secara efisien. Peningkatan produksi tebu akan sangat dipengaruhi oleh skala usaha atau skala produksi. Biasanya semakin beasar skala usaha atau skala produksinya cenderung akan menunjukkan tingkat penggunaan faktor-faktor produksi sehingga produksi tebu meningkat. Berdasarkan uraian diatas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Skala Ekonomi Usahatani Tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohul Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor-faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan obat-obatan) berpengaruh pada total produksi usahatani tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. 2. Bagaimana skala ekonomi usahatani tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra penanaman tebu. Untuk penelitian di lapangan dilaksanakan selama dua bulan dari bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2013. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah suatu pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan atau wawancara dengan tujuan untuk mengetahui suatu informasi dari responden. Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dari petani responden melalui hasil observasi, wawancara. Data sekunder meliputi data-data penunjang dari data primer, yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber, baik publikasi yang bersifat resmi seperti, buku-buku, hasil penelitian maupun publikasi terbatas arsip-arsip data lembaga/instansi yang terkait dari Dinas Pertanian baik Propinsi Gorontalo
4
maupun Dinas Pertanian daerah setempat. Yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Sampel sendiri memiliki arti sebagai unit yang akan diteliti atau dianalisa. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan : 1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (Y) dan variabel lain yang menjelaskan disebut independent (X) (Soekartawi , 1994 : 159). Secara sistematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a.X1b1.X2b2.X3b3.X4b4.X5b5.eu Keterangan :
Y X1 X2 X3 X4 X5 A bi e
= Produksi = Luas Lahan = Bibit = Pupuk Urea = Pupuk Phonska = Obat Gramason = Intersep = Koefisien regresi penduga variabel ke-i = Logaritma Natural, e = 2,718
Selanjutnya untuk mengetahui Return To Scale atau keadaan skala ekonomi usaha digunakan kriteria penilaian sebagai berikut : a. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2) < 1. Dalam keadaan demikian, bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi penambahan produksi. Artinya Skala ekonomi usahatani tebu menurun. b. Constant return to scale, bila (b1 + b2) = 1. Dalam keadaan demikian, bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. Artinya Skala ekonomi usahatani tebu tetap. c. Increasing return to scale, bila (b1 + b2) > 1. Dalam keadaan demikian, bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan yang proporsinya lebih besar. Artinya Skala ekonomi usahatani tebu meningkat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Binajaya. Kegiatan usahatani tebu petani sampel dilakukan di lahan kering, lahan yang digunakan untuk pembudidayaan tanaman tebu sebagian besar berada dekat pemukiman penduduk dan berada pada daratan rendah adapula yang berada di dataran tinggi. Rata-rata petani sampel berusahatani pada lahan milik sendiri. Petani yang mengusahakan tanaman tebu sebanyak 40 orang dengan rata-rata luas lahan yang digunakan untuk menanam tebu sebanyak 0,93 ha.
5
Pemeliharaan tanaman tebu dalam setiap musim tanam dilakukan oleh petani sampel dengan menggunaakan pupuk dan obat-obatan yang berguna untuk memelihara tanaman dari gangguan hama penyakit. Karena bila tidak dilakukan pemeliharaan dengan baik bisa saja pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Keadaan Produksi tebu ini ditunjang pula oleh penyedian saprodi yang memadai seperti, bibit, pupuk, dan obat-obatan. Keadaan faktor produksi tebu berpengaruh pada hasil yang akan diperoleh petani. Budidaya tanaman tebu secara sederhana dapat dilakukan dengan mempersiapkan faktor-faktor dan sarana produksi yang memadai. Hal yang paling utama dilakukan yaitu : Segala macam cocok tanam, pertanian dan perkebunan tidak bisa lepas dari masalah tanah, bahkan boleh dikatakan masalah tanah merupakan masalah pokok. Tanah yang paling cocok untuk jenis tanaman perdu adalah tanah yang sifatnya kering-kering basah. Setiap penanaman tebu kita harus mengetahui cara pengelolaan tanah agar dapat menghasilkan hasil yang optimal. Setelah kita mendapatkan tanah yang cocok untuk tebu kita harus memperhatikan jarak barisan tanah hal ini dilakukan agar tebu tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan dengan membalikkan tanah sehingga tanah yang berada pada lapisan dalam dapat terangkat kepermukaan. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin bajak Setelah mempersiapkan tanah yang harus dilakukan yaitu memilih bibit tebu yang baik, karena penggunaan bibit yang baik mempengaruhi suatu produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan bibit yang tidak cacat atau tidak berpenyakit. Dalam pengembangbiakan tanaman tebu ini kita mengenal dua macam cara yang pertama adalah cara generatif yaitu, dengan cara mengawinkan bunga tebu secara silang, dan kemudian menanam biji dari hasil perkawinan silang tersebut. khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang nantinya bisa dipakai untuk mendapatkan jenis tebu yang mempunyai kadar gula lebih tinggi. Kemudian cara berikutnya ialah cara vegetatif, dilakukan dengan penyetekan yaitu dengan mengumpulkan pucuk-pucuk pohon tebu kurang lebih memiliki tiga atau empat ruas. Hal ini dilakukan khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang nantinya bisa dipakai untuk mendapatkan jenis tebu yang mempunyai kadar gula lebih tinggi. Dalam ketersediaan sarana produksi seperti halnya pupuk dan obat-obatan. Petani dihadapi dengan adaanya keterbatasan modal, akan tetapi hal ini tidak menjadi kendala bagi petani mereka tetap berusaha untuk menyediakannya, hal ini dilakukan agar supaya usahatani yang dijalankan dapat memberikan hasil yang maksimal. Dalam mengelolah usahatani petani menggunakan berbagai peralatan. Adapun alat-alat tersebut ialah cangkul, arit, meteran. Peralatan ini akan sangat berguna dan bahkan penting untuk cocok tanam tebu, sebab mulai dari penggarapan tanah hingga tanam dan nantinya tebang. Pengairan merupakan faktor penting dalam melakukan teknik budidaya. Lokasi lahan dekat dengan sumber pengairan, dimana sistem pengairan meggunakan sistem irigasi, yaitu dengan pembuatan selokan-selokan untuk menyalurkan air ke areal pertanaman. Selain irigasi, sumber pengairan berasal dari hujan turun. Penyiraman tanaman dilakukan semaksimal mungkin.
6
Pemberantasan hama penyakit merupakan tindakan yang dilakukan petani terhadap perlindungan tanaman dari ancaman keusakan. Usaha yang dilakukan oleh petani tergantung dari gejala dan serangan hama penyakit, sebab setiap hama dan penyakit yang menyerang tanaman akan menimbulkan gejala yang spesifik. Pemberantasan dilakukan dengan cara menyemprot dengan meggunakan obatobatan. Dalam penggunaannya, terdapat berbagai jenis obat salah satunya gramason. Produksi merupakan hasil akhir dari usahatani yang diusahakan oleh petani. Untuk masa panen tanaman tebu dilakukan setelah masa tanam 12 bulan. Hal ini juga dapat dilihat pada batang tebu yang sudah besar dan memiliki diameter 3-4 cm dan tinggi mencapai 2,5 m sampai 5 m. Proses panen menggunakan tenaga kerja dengan cara menebang pohon tebu yang sudah tua. Produksi merupakan hasil akhir dari usahatani yang diusahakan oleh petani. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh petani yaitu setelah batang tebu di tebang kemudian di angkut ke pabrik gula untuk di proses menjadi gula. Petani menjual tebu kepada pabrik dengan harga Rp.55.000/ton. 1. Pengaruh Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pengaruh penggunaan faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska, dan obat) pada usahatani tebu dapat diketahui melalui analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Dengan analisis fungsi produksi ini, melalui nilai koefisien regresi (elastisitas) dapat diketahui seberapa besar pengaruh input atau penggunaan faktor produksi yang diberikan terhadap jumlah produksi (output) yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui nilai koefisien regresi (bi) atau nilai elastisitas dari masing-masing faktor produksi seperti pada Tabel 6. Dan berdasarkan nilai elastisitas tersebut dapat pula dilihat skala ekonomi produksi tebu petani responden. Tabel 6.
Nilai Elastisitas Dan Pengaruh Penggunan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Tebu Di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo.
Uraian Faktor-faktor Produksi Jenis Input (Xi) 1. Luas Lahan (X1) 2. Bibit (X2) 3. Pupuk Urea (X3) 4. Pupuk Phonska (X4) 5. Obat-obatan (X5) Jumlah Koefisien Korelasi (R) = 0,99 Koefisien Determinasi (R2)= 0,97 Nilai a = - 0,367 Sumber : Data Diolah 2013
F-hitung 249,764 t-hitung 0,123 3,075 1,484 2,071 1,805
Sig 0,000a Sig 0,903 0,004 0,147 0,046 0,080
Nilai Elastisitas (bi) 0,014 0,927 0,242 0,427 0,248 1,228
7
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat hasil signifikan uji F menerangkan bahwa penggunaan input atau faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap total produksi usahatani tebu. Ini berarti, bahwa penggunaan faktor-faktor produksi memberikan dampak terhadap jumlah produksi. Dari Tabel 6, diperoleh persamaan fungsi produksi CobbDouglas yang menunjukkan hasil sebagai berikut: Y = - 0,367.X10.014.X20.927.X30.242.X40.427.X50.248 Selanjutnya dari tabel tersebut, diperoleh koefisien determinasi (R2) = 0,97 yang berarti koefisien determinasi sebesar 97 persen. Artinya produksi usahatani tebu (Y) sebesar 97 % secara bersama-sama dipengaruhi oleh luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska, dan obat-obatan, sedangkan sisanya 3 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hubungan antara produksi dan faktor produksi dapat diketahui melalui koefisien koefisien korelasi (R) yang bernilai 0,99 %, hal ini berarti memiliki hubungan yang kuat. Selanjutnya pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi dapat diketahui dengan menggunakan uji t. Pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Luas Lahan Variabel luas lahan berdasarkan hasil uji t pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan penggunaan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tebu, karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,903. Artinya bahwa penambahan faktor produksi lahan tidak akan memberikan pengaruh terhadap produksi tebu. b. Bibit Variabel bibit pada hasil uji t pada taraf kepercayaan 99 % berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah produksi tebu, karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,01 yaitu 0,004. Artinya penambahan faktor produksi bibit memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi tebu. c. Penggunaan Pupuk Urea Variabel pupuk urea pada hasil uji t pada taraf kepercayaan 95 % pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap produksi tebu karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,147. Artinya bahwa penambahan faktor produksi pupuk tidak akan memberikan pengaruh terhadap produksi tebu. d. Penggunaan Pupuk Phonska Variabel pupuk Phonska terhadap uji t pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,046. Artinya penggunaan pupuk Phonska berpengaruh nyata terhadap produksi tebu. penambahan faktor produksi pupuk phonska memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi tebu. e. Penggunaan Obat/Pestisida Variabel pestisida terhadap uji t pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa penggunaan pestisida berpengaruh tidak nyata karena nilai signifikan lebih besar dari 0.05 yaitu 0,080. Artinya penggunaan pestisida tidak berdampak terhadap naik turunnya produksi tebu.
8
2.
Skala Ekonomi Usaha ( Return To Scale) Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas pada usahatani tebu tersebut, maka skala ekonomi usaha petani sampel pada usahatani tebu dapat ditentukan dengan menjumlahkan nilai elastisitas (b1 + b2 + b3 + b4 + b5). Maka dapat diketahui return to scale pada usahatani tebu di Desa Bina Jaya sebagi berikut : ∑ bi = b1 + b2 + b3 + b4 + b5 = 0,014 + 0,297 + 0,242 + 0,427 + 0,248 = 1,228 Yang berarti nilai tersebut lebih besar dari satu. Dengan demikian skala ekonomi usahatani tebu petani sampel pada usahatani tebu di Desa Binajaya berada pada keadaan increasing return to scale (kenaikan hasil yang semakin bertambah). Artinya bahwa setiap penambahan satu satuan input akan memberikan tambahan produksi sebesar 1,228 ton tebu. Lebih jelasnya, kisaran daerah dan skala produksi tebu petani sampel di Desa Binajaya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5.
Kisaran Skala Ekonomi Usahatani Tebu di Desa Binajaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo
9
KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap petani yang mengusahakan usahatani tebu di Desa Bina Jaya Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk phonska, dan obat) secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi tebu. Terdapat dua faktor produksi yang berpengaruh nyata. Faktor-faktor tersebut, yaitu bibit dan pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap produksi tebu di Desa Binajaya. 2. Skala ekonomi usahatani tebu di Desa Binajaya berada pada keadaan increasing return to scale yang artinya bahwa proporsi penambahan produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar, dalam hal ini tebu atau penambahan satu unit faktor produksi memberikan tambahan produk sebesar 1,228 ton tebu.
DAFTAR PUSTAKA Chourmain. 1997.Pengantar Ilmu Ekonomi : Konsep-Konsep Dasar Ekonomi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta. Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara Jakarta. Dinas Perkebunan Gorontalo. 2013. Produksi Tebu . Gorontalo. Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara Jakarta. Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta. Kantor Desa Bina Jaya. 2013. Data Desa. Kabupaten Gorontalo. Khairuddin. 2000. Pembangunan Masyarakat . Liberti Yogyakarta. Mosher, A.T. 1968. Menggerakkan dan membangun pertanian. Yasaguna Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Muljana, W. 2006. Teori Dan Praktek cocok tanam tebu. Aneka Ilmu Semarang. Sutardjo, E. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara Jakarta. Widjoyo. 1983. Pengantar Ekonomi Pertanian. Usaha Nasional Surabaya.
10