eJournal Administrasi Bisnis, 2014, 2 (4): 886-898 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2014
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT DUNGGIO DRILLING DI BEKASI Iswan Huntoyungo1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan modal kerja jika ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas dengan menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian terhadap masalahmasalah berupa fakta-fakta saat ini. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio dianggap cukup baik karena nilai tingkat likuiditas dari Current Ratio sesuai standar yang telah ada yaitu diatas 200%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas selama tahun 2009-2011 mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Solvabilitas yang dicapai secara keseluruhan selama tiga tahun berturut-turut tergolong baik karena berada di atas standard bagi perusahaan industri yang besarnya adalah 100-200%. Sedangkan hasil perhitungan rasio profitabilitas dapat diketahui besarnya rentabilitas ekonomi tertinggi yang dicapai oleh perusahaan selama kurun waktu tiga tahun terjadi pada tahun 2009. Kondisi ini disebabkan besarnya Profit Margin dan Turn Over Operating Assets perusahaan yang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan perusahaan. Pendapatan yang cukup besar pada tahun 2009 tidak berlanjut pada tahun 2010 yang mengalami penurunan pendapatan cukup signifikan dari tahun 2009. Sehingga mengakibatkan tingkat profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang mana juga menjadi tingkat rentabilitas ekonomis terendah yang dicapai oleh perusahaan. Sedangkan pada tahun 2011 terjadi kenaikan rentabilitas ekonomis yang disebabkan oleh kembali naiknya pendapatan perusahaan serta ditekannya biaya atas pendapatan perusahaan. Kata Kunci : Efisiensi, Modal Kerja, Penggunaan Modal Kerja Pendahuluan Menjalankan sebuah perusahaan selalu berhubungan dengan pengelolaan dana. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam mengelola dana yang dimiliki tergantung pada efisien atau tidak efisiennya dalam mengelola dana yang ada dalam perusahaan. Hal ini dapat dilihat dalam laporan keuangan yang disajikan perusahaan, tanpa laporan keuangan yang baik bisnis 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja PT. D2 (Iswan Huntoyungo)
tidak akan berjalan dengan baik. Kemudian laporan keuangan tersebut dianalisis dengan berbagai metode analisis keuangan. Laporan keuangan tersebut akan lebih berarti lagi bagi manajemen perusahaan apabila diperbandingkan untuk dua tahun atau lebih, sehingga dapat diperoleh informasi yang dapat mendukung keputusan yang diambil. Perusahaan pada dasarnya membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Tanpa adanya modal aktivitas usaha tidak dapat dijalankan (Sudarsono dan Edilius, 2002:169). Modal tersebut berasal dari kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Selain digunakan dalam operasi perusahaaan sehari-hari, modal kerja menunjukkan tingkat keamanan atau margin of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan dapat beroperasi seekonomis mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan sebagai akibat adanya krisis atau kekacauan keuangan. Maulana (1992:202) mendefinisikan efisiensi sebagai perbandingan antara keluaran dan masukan, jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan. Efisiensi juga dapat disebut sebagai daya guna yang mana penekanannya disamping hasil yang ingin dicapai, juga memperhitungkan pengorbanan untuk mencapai hasil. Hartanto (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Modal Kerja Terhadap Rentabilitas pada PT Goodyear Tbk”. Dengan periode pengamatan sejak tahun 2000-2004. Variabel yang digunakan terdiri dari variabel X yang diukur dengan aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar (Current Assets–Current Liabilities). Variabel ini digunakan sebagai indikator untuk melihat modal kerja, dan variabel yang diukur dengan ROE (Earning After Tax/Equity) yang digunakan untuk melihat kemampuan memperoleh laba. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan kemampuan memperoleh laba adalah lemah dan negatif, sedangkan dari hasil uji t menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas tetapi hubungannya lemah dan tidak signifikan. Penggunaan modal kerja harus dikelola seefektif mungkin agar profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal secara tepat akan mengakibatkan keuntungan, sedangkan akibat dari penanaman modal kerja yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Agar dapat menilai posisi keuangan suatu perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya, maka perlu digunakan alat analisis yang dinamakan rasio Likuiditas, artinya rasio yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Dari perhitungan rasio ini diharapkan dapat membantu para manajer untuk menilai efisiensi modal kerja yang digunakan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Analisis rasio terhadap modal kerja perusahaan pun sangat perlu dilakukan untuk mengetahui dan menginterprestasikan posisi keuangan jangka pendek
887
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 886-898
perusahaan serta meneliti efisiensi dan penggunaan modal kerja dalam perusahaan. PT. Dunggio Drilling adalah perusahaan kontraktor pengeboran batubara dan mineral yang didirikan di Indonesia pada tahun 2004. PT. Dunggio Drilling harus bersaing dengan beberapa perusahaan sejenis yang ada seperti PT. Asia Drill, PT. Sumagud Sapta Sinar, PT. Boart LongYear, serta masih banyak lainnya. Dalam memberikan jasa pengeborannya, PT. Dunggio Drilling berkomitmen untuk mencapai kinerja maksimum dalam menciptakan dan memelihara keselamatan dan lingkungan kerja yang sehat pada seluruh usahanya dan terus fokus untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan prestasi pengeboran, praktik manajemen dan teknologi. Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, PT. Dunggio Drilling dituntut untuk mempunyai modal kerja yang cukup. Modal kerja pada PT. Dunggio Drilling digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan seperti membayar gaji karyawan, pembelian mesin, dan lain-lain. Dana atau uang yang telah keluar untuk membiayai operasi sehari-hari berputar kembali masuk ke perusahaan melalui hasil penjualan jasa pengeborannya. Dengan penjualan jasa tersebut perusahaan diharapkan memperoleh keuntungan atau laba yang akan digunakan lagi sebagai modal kerja perusahaan untuk periode selanjutnya. Maka dari itu efisiensi modal kerja perlu dilakukan oleh perusahaan untuk memperlancar kegiatan yang bermanfaat. Selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksud dengan modal kerja adalah keseluruhan dari jumlah Aktiva Lancar yang dikurangi dengan keseluruhan jumlah Hutang Lancar yang dimiliki oleh PT. Dunggio Drilling selama tahun 2009-2011. Jika dilihat dari perubahan setiap tahun, pada tahun 2010 modal kerja mengalami penurunan sebesar Rp537.802.248,69,- dari tahun 2009. Hal ini disebabkan karena jumlah aktiva lancar mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding dengan menurunnya jumlah hutang lancar. Sedangkan pada tahun 2011 modal kerja PT. Dunggio Drilling mengalami penurunan yang lebih sedikit dari sebelumnya yaitu sebesar Rp73.058.122,66,-. Hal ini disebabkan karena jumlah aktiva lancar yang bertambah dan menurunnya jumlah hutang lancar. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengajukan penelitian mengenai “Analisis efisiensi modal kerja pada PT. Dunggio Drilling di Bekasi”. Kerangka Dasar Teori Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah yang lain. Penggunaan alat analisis berupa rasio dapat menjelaskan baik dan buruk posisi keuangan perusahaan terutama bila angka rasio ini dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Analisis rasio ini menghubungkan satu pos dengan pos lainnya dalam 888
Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja PT. D2 (Iswan Huntoyungo)
laporan keuangan dan memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antar pos tersebut. Menurut Kasmir (2008: 104) mengemukakan bahwa pengertian analisis rasio keuangan adalah kegiatan mem-bandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.” Sedangakan menurut Munawir (2004: 64) menjelaskan tentang analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut: “Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau member gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.” Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan tidak berarti apa-apa bila tidak dibandingkan dengan periode sebelumnya atau dibandingkan dengan rasio perusahaan lain. Analisis rasio keuangan berguna bagi investor untuk memprediksi keuntungan perusahaan dimasa mendatang dan juga bagi manajer untuk mengetahui kinerja perusahaan, mengantisipasi kondisi masa depan dan untuk kepentingan perencanaan. Bentuk Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (200: 301) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk analisis rasio keuangan, yaitu: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. (Harahap, 2007: 301) b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. (Harahap, 2007: 303). c. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas Rasio profitabilitas atau disebut juga rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada. Rasio ini disebut juga dengan Operating Ratio. (Harahap, 2007: 304). d. Rasio Leverage
889
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 886-898
Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). (Harahap, 2007: 306). e. Rasio Aktifitas Rasio ini menggambarkan aktifitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. (Harahap, 2007: 308). f. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan (growth) menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. (Harahap, 2007: 309). g. Rasio Penilaian Pasar Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. (Harahap, 2007: 310). Pengertian Modal Kerja Menurut Riyanto (2001: 18) modal kerja adalah segala sesuatu baik yang berupa barang-barang kongkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat didalam neraca sebelah debit maupun yang berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang yaitu yang tercatat disebelah kredit. Modal kerja perlu dibedakan dalam bentuk modal kerja secara merupakan keseluruhan dan modal kerja inti. Yang dikatakan dengan modal kerja keseluruhan adalah sebagai dana yang terikat pada unsur-unsur harta lancar baik yang dibelanjai dengan kredit jangka panjang maupun jangka pendek. Menurut Indriyo (2002: 35) modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Modal yang dimaksud adalah modal kerja neto (aktiva lancar) perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2007: 288), “Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”. Berdasarkan ketiga teori di atas, maka dapat dikatakan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar (modal kerja neto) dikurangi utang lancar yang dimiliki perusahaan baik yang dipakai oleh perusahaan dalam kegiatan usaha jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu analisis terhadap sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi pengendalian intern maupun ekstern. Disamping masalah modal kerja tersebut erat hubungannya dengan operasional koperasi sehari-hari, juga menunjukkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek. Adanya modal 890
Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja PT. D2 (Iswan Huntoyungo)
kerja dalam jumlah yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan modal kerja yang cukup memungkinkan untuk beroperasi seekonomis mungkin serta diharapkan tidak mengalami kesulitan masalah keuangan. Adapun mengenai pengertian modal kerja dapat dikemukakan tiga konsep modal kerja yang digunakan, yaitu: a. Konsep Kuantitatif (Riyanto, 2001: 57) Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini disebut modal kerja bruto (Gross working capital). b. Konsep Kualitatif (Riyanto, 2001: 58) Modal kerja dalam konsep kualitatif ini di kaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar dan utang lancar. Oleh karenanya modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa diganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja kualitatif disebut modal kerja neto (Net working capital). c. Konsep Fungsional (Riyanto, 2001: 58) Modal kerja menurut fungsional mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Modal kerja dalam artian neto yaitu kelebihan dari aktiva lancar di atas utang lancar (Riyanto, 2001: 351). Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tersebut tidak tercantum didalamnya unsur-unsur sumber dan penggunaan modal kerja itu sendiri, karena perubahan-perubahan yang menyangkut unsur-unsur aktiva lancar dan utang lancar saja tidak akan mengakibatkan perubahan modal kerja (neto). Jadi modal kerja yang dimaksud disini adalah selisih dari aktiva lancar di atas utang lancar (modal kerja neto) bukan dalam arti dana (kas) dan dalam artian modal kerja bruto yang merupakan keseluruhan dari altiva lancar saja. Sumber modal kerja adalah sumber-sumber dana yang dapat menambah jumlah aktiva lancar sedangkan penggunaan modal kerja yang dimaksud adalah pospos yang menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan modal kerja ini digunakan dalam mengukur efisiensi penggunaan modal kerja pada perusahaan. Pengertian Efisiensi Efisiensi dapat diartikan sebagai daya guna yang penekanannya disamping pada hasil yang ingin dicapai dan juga pada besarnya pengorbanan untuk mencapai hasil tersebut perlu diperhitungkan, sehingga secara definitif adalah rasio antara output dan input untuk tujuan-tujuan pengembangan usaha maupun untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Perusahaan berusaha 891
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 886-898
untuk meningkatkan laba secara berangsur-angsur atas dasar perhitungan yang telah menguntungkan perusahaan. Keadaan seperti ini lebih dikenal dengan istilah efisiensi. Selanjutnya efisiensi adalah ketepatan cara antara usaha dan kerja dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 219). Segi hasil adalah suatu kegiatan yang dapat disebut efisien kalau dengan usaha tertentu memberikan hasil yang maksimal, baik mutu maupun hasilnya. Segi usaha adalah suatu kegiatan disebut efisien kalau hasil tertentu tercapai dengan usaha yang maksimal. Pengertian usaha dapat dikembangkan dengan unsur-unsur antara lain pikiran, jasmani, dan benda termasuk uang. Efisien yang dimaksud penelitian ini adalah efisiensi penggunaan modal kerja. Efisiensi penggunaan modal kerja adalah suatu cara atau ketepatan usaha dan kerja dalam menggunakan modal kerja untuk kegiatan usaha perusahaan. Pengukuran Efisiensi Apabila perusahaan dapat menghitung efisiensi penggunaan modal kerja, yang dirumuskan sebagai berikut (Husnan, 2001: 190):
Penjualan Modal Kerja Rasio ini menunjukkan berapa penghasilan yang dapat diciptakan dari sejumlah tertentu modal kerja. Semakin tinggi rasio ini berarti bahwa dengan modal kerja tertentu bisa diciptakan penjualan yang semakin besar. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan rasio ini sebagai pengukur efisiensi penggunaan modal adalah: Pertama, efisiensi tidak selalu dihubungkan dengan penjualan tetapi bisa juga dengan laba. Kedua, bahwa besar kecilnya modal kerja akan dipengaruhi oleh kebijaksanaan Likuiditas, Pembelian dan Persediaan. Rasio lain yang kadang-kadang dipergunakan adalah rasio laba operasi dengan modal kerja neto (aktiva lancar). Komponen utang lancar sehingga tidak dipergunakan karena akan mempengaruhi besarnya rasio ini (yang disebut sebagai Return on Working Capital), apabila perusahaan merubah kebijaksanaan pembelian maka terjadi Return on Working Capital. Laba Operasi x 100 % Aktiva lancar Penggunaan rasio ini sebagai pengukur efisiensi penggunaan modal kerja neto (aktiva lancar) dan perlu memperhatikan apakah komponenkomponen aktiva lancar sudah optimal. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan rasio ini adalah bahwa laba operasi diperoleh dari besarnya investasi pada aktiva tetap dan aktiva lancar. Karena itu penggunaan rasio ini 892
Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja PT. D2 (Iswan Huntoyungo)
akan tepat, kalau investasi pada aktiva tetap tidak berubah karena terjadinya perubahan laba operasi sebenarnya disebabkan oleh investasi pada aktiva tetap dan bukan investasi modal kerja. Menurut Muslich (2007: 50) rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan mempergunakan aktivanya. Rasio ini semuanya mempergunakan perbandingan antara tingkat penjualan atau pendapatan dengan inbestasi dalam beberapa aktiva. Asumsi yang diambil adalah terdapat hubungan antara penjualan dengan berbagai aktiva tersebut. Sales to Current Assets =
Penjualan Aktiva lancar
(Muchlis, 2007: 51) Standard pengukuran efsiensi modal kerja suatu perusahaan biasanya telah ditetapkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dimana standard tersebut mengalamai pembaharuan sesuai dengan perkembangan-nya di Indonesia. Penelitian ini menggunakan standard sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI, Nomor: 129/MPP/Kep/XI/2002. Tabel Standard Pengukuran Efisiensi Penggunaan Modal kerja Rasio Interval Rasio Kriteria >300% Sangat Baik Likuiditas 150-300% Baik (Current Ratio) 100-150% Cukup Baik <100% Kurang Baik >201% Sangat Baik Solvabilitas 100-200% Baik (Total Capital Assets) <100% Kurang Baik >11% Sangat Efisien Profitabilitas 8-11% Efisien (Rentabilitas Ekonomis) < 8% Tidak Efisien Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (2002) Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif yaitu penelitian yang ditujukan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau suatu metode dalam meneliti suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis dan actual serta akurat mengenai fakta-fakta. Sifat-sifat dan hubungan antara fenomenafenomena yang diselidiki.
893
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 886-898
Penulis akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan analisis efisiensi penggunaan modal kerja, yaitu: a. Modal kerja adalah seluruh komponen aktiva lancar dalam neraca yang telah dikurangi dengan utang lancar pada PT. Dunggio Drilling. b. Sumber modal kerja adalah sumber dana yang menaikkan jumlah uang kas seperti: berkurangnya aktiva tetap yaitu penjualan tanah, gedung atau kendaraan milik perusahaan ke pihak lain; bertambahnya utang jangka panjang yaitu pemberian pinjaman dari bank kepada perusahaan; adanya keuntungan dalam operasi perusahaan yaitu pembayaran jasa operasional dari klien kepada PT. Dunggio Drilling. c. Penggunaan modal kerja adalah pos-pos yang akan menurunkan jumlah uang kas, seperti: pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan yaitu pembayaran gaji dan upah, biaya operasional kendaraan, biaya bulanan listrik dan air, administrasi dan perlengkapan; adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap yaitu pembelian tanah, kendaraan operasional; pengambilan uang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive). Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel Sandingan Hasil Analisis Ratio Analisis Rasio (%) Komponen 2009 2010 2011 Current Ratio 216.63 368.65 430.48 Total Capital Assets 187,09 311,50 375,50 Rentabilitas Ekonomi 40,38 15,97 21,25 Wolking Capital Turnover 3,79 kali 3,18 kali 4,67 kali Working Capital to Total Assets 41,31 44,89 31,60 Sumber: Data diolah Dengan memperhatikan hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa keadaan modal kerja yang dialami oleh PT. Dunggio Drilling adalah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari seluruh hasil analisis yang secara umum mencerminkan suatu keadaan yang baik selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Dilihat dari segi likuiditas perusahaan selama kurun tiga tahun terakhir, dapat diketahui bahwa keadaan likuiditas dari perusahaan adalah cukup tinggi. Kondisi likuiditas perusahaan pada tahun 2009 adalah yang paling rendah yaitu sebesar 216,63%, yang mana berarti bahwa setiap Rp1,00,- hutang lancar perusahaan dijamin oleh harta lancar perusahaan sebesar Rp2,17,-. Pada tahun 2010, terjadi penurunan yang cukup signifikan terhadap kondisi jumlah aktiva lancar perusahaan yakni dari Rp3.682.896.134,40 menjadi Rp1.982.917.324,71. Meski demikian, hutang lancar perusahaan juga mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan aktiva lancar, hutang lancar pada tahun 2009 sebesar 894
Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja PT. D2 (Iswan Huntoyungo)
Rp1.700.064.320,85 dan pada tahun 2010 turun menjadi sebesar Rp537.887.759,85. Sehingga hal ini memicu kenaikan yang cukup signifikan pada kondisi likuiditas perusahaan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 368.65%. Sedangkan pada tahun 2011, tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, juga mengalami penurunan jumlah aktiva lancar menjadi Rp1.787.117.308,02 dan diikuti oleh penurunan yang lebih besar di sektor hutang lancar dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp415.145.865,82 yang membuat kondisi likuiditas perusahaan ditahun ini mengalami kenaikan yaitu sebesar 430,48%. Tabel Hasil Analisis Current Ratio Tahun Current Ratio Standard Kriteria 2009 216.63% 150-300% Baik 2010 368.65% >300% Sangat Baik 2011 430.48% >300% Sangat Baik Sumber: Data diolah Likuiditas yang dicapai secara keseluruhan selama tiga tahun berturutturut tergolong baik karena batas minimum yang umumnya dipakai perusahaan industri adalah 100% - 150%. Bila diamati lebih lanjut, hal ini disebabkan kerena besarnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar terutama pada piutang, sehingga perusahaan masih memiliki banyak cadangan yang dapat digunakan untuk melunasi utang jangka pendeknya bila sewaktu-waktu ditagih. Dengan demikian likuiditas yang dicapai oleh PT. Dunggio Drilling dapat dikatakan tergolong sangat baik karena tidak akan menemui kesulitan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Dilihat dari segi solvabilitas perusahaan selama kurun waktu tiga tahun terakhir dapat diketahui bahwa keadaan solvabilitas dari perusahaan yang tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 311,50%, ini berarti bahwa setiap Rp l,00,- kewajiban jangka panjang perusahaan dijamin dengan harta perusahaan sebesar Rp3.11,-. Sedangkan solvabilitas yang terendah dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 187,09%. Solvabilitas perusahaan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya, namun kembali menurun pada tahun berikutnya di tahun 2011. Kenaikan solvabilitas pada tahun 2010 dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah hutang perusahaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp2.565.302.670,63 di tahun 2009 menjadi hanya sebesar Rp1.033.312.339,08 pada tahun 2010. Sementara pada tahun 2011, jumlah hutang perusahaan mengalami sedikit kenaikan menjadi sebesar Rp1.156.149.623,02. Namun hal ini tidak membuat kemampuan solvabilitas perusahaan menurun karena jumlah aktiva mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp3.218.804.155,98 pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp4.341.293.011,26 di 895
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 886-898
tahun selanjutnya. Tabel Hasil Analisis Ratio Solvabilitas Ratio Tahun Standard Kriteria Solvabilitas 2009 187,09% 100-200% Baik 2010 311,50% >200% Sangat Baik 2011 375,50% >200% Sangat Baik Sumber: Data diolah Solvabilitas yang dicapai secara keseluruhan selama tiga tahun berturutturut tergolong baik karena berada di atas standard bagi perusahaan industri yang besarnya adalah 100-200 persen. Dengan demikian solvabilitas yang dapat dicapai oleh PT. Dunggio Drilling dapat dikatakan tergolong sangat baik karena tidak akan menemui kesulitan dalam melunasi kewajiban-kewajiban pada saat dilikuiditas. Dari hasil perhitungan rasio profitabilitas dapat diketahui besarnya rentabilitas ekonomi tertinggi yang dicapai oleh perusahaan selama kurun waktu tiga tahun berturut-turut terjadi pada tahun 2009 dengan tingkat rentabilitas ekomonis sebesar 40,38%. Kondisi ini disebabkan oleh besarnya Profit Margin dan Turn Over Operating Assets perusahaan yang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan perusahaan pada tahun tersebut. Pendapatan yang cukup besar pada tahun 2009 tidak berlanjut pada tahun berikutnya, pada tahun 2010 terjadi penurunan pendapatan yang cukup signifikan yakni sebesar Rp7.508.699.644,32 di tahun 2009 dan turun menjadi Rp4.596.637.688,37 pada tahun 2010. Sehingga mengakibatkan tingkat profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yaitu menjadi 15,97% yang mana juga menjadi tingkat rentabilitas ekonomis terendah yang dicapai oleh perusahaan. Sedangkan pada tahun 2011 terjadi kenaikan rentabilitas ekonomis yaitu sebesar 21,25% yang disebabkan oleh kembali naiknya pendapatan perusahaan menjadi Rp6.402.305.184,62 serta ditekannya biaya atas pendapatan perusahaan. Tabel Hasil Analisis Rasio Profitabilitas Rentabilitas Standard Kriteria Tahun Ekonomis 2009 40,38% >11% Sangat Efisien 2010 15,97% >11% Sangat Efisien 2011 21,25% >11% Sangat Efisien Sumber: Data diolah Dilihat dari standard efisiensi yang berlaku untuk profitabilitas secara keseluruhan tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang dicapai perusahaan dapat 896
Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja PT. D2 (Iswan Huntoyungo)
dikatakan tergolong sangat baik karena dapat melampaui batas yang ditetapkan yaitu sebesar 10%, sehingga dapat dikatakan telah efisien. Jika dilihat dari hasil analisis dan pembahasan likuiditas dan solvabilitas perusahaan, terjadinya kelebihan modal kerja pada perusahaan juga merupakan hal yang kurang baik bagi perusahaan itu sendiri yang sebaiknya kelebihan tersebut digunakan untuk keperluan ekspansi perusahaan, dll, agar dapat lebih mengoptimalkan penggunaan modal kerjanya. Namun, secara keseluruhan keadaan yang cukup meyakinkan yang dicapai oleh perusahaan baik ditinjau dari segi Likuiditas, Solvabitilas, Rentabilitas, perbandingan modal kerja terhadap total aktiva, dan analisis efisiensi penggunaan modal kerja dalam menghasilkan penjualan serta analisisi sumber dan penggunaan Modal Kerja, akan dapat diketahui bahwa PT. Dunggio Drilling telah menggunakan Modal Kerjanya untuk usaha secara efisien. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka dapat ditarik suatu kesimpulan tentang kemampuan PT. Dunggio Drilling dalam menggunakan modal kerjanya, yaitu sebagai berikut: a. Hasil analisis likuiditas menunjukkan peningkatan disetiap tahunnya dan jika dilihat berdasarkan angka rasio yang dihasilkan menunjukkan angka yang baik atau likuid pada analisis Current Ratio yaitu dengan angka sesuai standard (216,63% pada tahun 2009, 368,65% pada tahun 2010 dan dan 430,48% pada tahun 2011), b. Analisis solvabilitas juga mengalami peningkatan disetiap tahunnya dan hasil perhitungan menunjukkan hasil yang baik atau solvabel dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang maupun pendeknya. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis selama tiga tahun terakhir diperoleh angka berturut-turut: 187,09%, 311,50% dan 375,50% yang menunjukkan sesuai standard yang telah ditetapkan. c. Meskipun terjadi fluktuasi pada tiga tahun penelitian, analisis rentabilitas menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba cukup baik atau rentabel. Hal ini dilihat dari angkaangka rasio yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu 40,38% pada tahun 2009, 15,97% pada tahun 2010 dan 21,25% pada tahun 2011. Saran a. PT. Dunggio Drilling sebaiknya memanfaatkan kelebihan pada modal kerjanya yaitu dengan melakukan ekspansi ataupun memperbesar unit usaha yang telah ada. Misalnya dengan memperbesar, memperbaiki serta menambah fasilitas kantor sebagai penunjang pekerjaan, membuka kantor cabang di Samarinda ataupun di Balikpapan untuk mempermudah proses administrasi mengingat jumlah karyawan yang 897
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 886-898
berasal dari kedua kota tersebut tidak sedikit serta untuk mempermudah proses Relationship dengan para calon pengguna jasa. Ataupun dengan jalan menambah jumlah persediaan barang dan spareparts, sehingga diharapkan akan dapat mengurangi biaya operasional yang secara langsung akan dapat mempengaruhi perolehan laba bersih perusahaan. b. Melakukan pengendalian pada biaya terutama pada Biaya Operasi, sehingga biaya-biaya tersebut dapat ditekan semaksimal mungkin. c. Penulis menyarankan kiranya PT. Dunggio Drilling menjaga dalam memanfaatkan modal kerja dengan seefisien mungkin agar perputaran modal kerja meningkat dan dapat berinvestasi pada aktiva lancar yang kemudian menyebabkan laba perusahaan meningkat. Penelitian ini akan lebih baik dengan memasukkan beberapa rasio yang dianggap perlu atau mendukung penelitian ini, misalnya mengenai Debt to Equity, Rasio Perputaran Piutang, Receivable Turnover dan rasio modal kerja lainnya. Untuk itu, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar menambahkan variabel modal kerja lain agar dapat lebih aplikatif menjelaskan hubungan antara modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Husnan, Suad. 2001. Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan). Yogyakarta: Liberty. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE. Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Muslich, Mohamad. 2007. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Bumi Aksara Sudarsono. 2004. Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
898