Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0253 pp. 21- 29
9 Pages
ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG TERHADAP PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN Amir Hamzah Isa1, Eldina Fatimah2, Azmeri3 1) Magister 2,3) Prodi
Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia Email :
[email protected]
Abstract: Sabang City is an area a tourist destination, so it needs a representative drainage treatment. Sabang city population growth is increasing and the number of conversion of land use that is not followed by proper drainage handling feared to cause various problems, in addition to the unavailability of data systems both macro and micro drainage in the city of Sabang. The aim of the study was to analyze the condition of all 73 primary channels and the amount of discharge runoff to changes in land use in the year 2032, this research using quantitative approach by conducting a survey of spaciousness and rational method. With a rational method can be calculated discharge runoff in the City of Sabang, From the calculation that not all sub-basins were able to accommodate discharge runoff due to changes in land use in the City of Sabang Year 2032. To minimize runoff discharge the need for conservation efforts with the creation of retention ponds, especially in the region industrial and residential areas so that it can be accommodated and not directly in the waste into the sea or river. Keywords: City of Sabang, land use, discharge runoff, the primary channel, sub-basin, retention pond Abstrak : Kota Sabang merupakan wilayah tujuan wisata, sehingga perlu penanganan drainase yang representatif. Pertumbuhan penduduk kota Sabang yang terus meningkat dan banyaknya konversi penggunaan lahan yang tidak diikuti dengan penanganan drainase yang tepat dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah, disamping belum tersedianya data sistem drainase baik makro maupun mikro di Kota Sabang. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis kondisi ke-73 saluran primer dan besarnya debit limpasan terhadap perubahan tata guna lahan di Tahun 2032, Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan melakukan survey kelapangan dan metode rasional. Dengan metode rasional dapat dihitung debit limpasan di Kota Sabang, Dari hasil perhitungan bahwa tidak semua sub DAS mampu untuk menampung debit limpasan akibat perubahan tata guna lahan di Kota Sabang Tahun 2032. Untuk memperkecil debit limpasan perlu adanya upaya konservasi dengan pembuatan kolam retensi terutama di kawasan industri dan kawasan permukiman sehingga dapat ditampung dan tidak langsung di buang ke laut atau sungai. Kata kunci: Kota Sabang, tata guna lahan, debit limpasan, saluran primer, Sub DAS, kolam retensi
PENDAHULUAN Kota Sabang terletak di pesisir pulau Sumatera dan berada di koordinat 5°46’28”
(Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Ceulako, dan Pulau Klah dengan luas sebesar 122,14 Km2 (BPS Kota Sabang, 2013).
hingga 5°54’28” Lintang Utara dan 95°13’12”
Kota Sabang yang merupakan kota tujuan
hingga 95°22’36” Bujur Timur. Wilayahnya
wisata tentu berkepentingan untuk menjaga
terdiri dari lima pulau, yaitu pulau Weh
kenyamanan
21 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
wilayahnya
terhadap
banjir
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala genangan, ditambah dengan peningkatan sarana dan
prasarana
yang
berakibat
terhadap
perubahan tata guna dan tutupan lahan. Data yang diperoleh pada tahun 2011 banjir pernah melanda Gampong Cot Ba’u, Ie Meulee, Ujoeng Kareung, Kuta Ateuh, Kuta Timu, Kuta Barat, dan Aneuk Laot. Terakhir di penghujung tahun
2014
banjir
Dimana : Q1 =11Debit rencana (m3/det); C1 =11Koefisien aliran; Cs1=11Koefisien tampungan. I1 =11Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A1=11Luas daerah aliran (Km2) Koefisien Tampungan
melanda1kembali1yang
menyebabkan warga Gampong Balohan, Ie Meulee, Jurong Keuramat, Batee Shok, dan Paya Keunekai terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman (Serambi Indonesia, 2014)
Yulianur (2003:15), menyatakan daerah yang memiliki lekukan untuk menampung air hujan relatif mengalirkan lebih sedikit air hujan dibandingkan dengan daerah yang yang tidak memiliki lekukan sama sekali. Efek tampungan
Banyaknya konversi penggunaan lahan yang tidak diikuti dengan penanganan drainase yang tepat dikhawatirkan akan tergangunya
oleh lekukan ini terhadap debit rencana diperkirakan dengan koefisien tampungan yang diperoleh dengan rumus berikut ini :
keseimbangan pemanfaatan ruang terhadap Cs1111=
siklus hidrologi yang tidak mampu meresapkan air kedalam tanah. Sebagai contoh Gampong
2Tc 2Tc Td
(2)
terdapat cekungan dan rencana kota baru
Dimana: Tc11=1 Waktu konsentrasi (jam); Td1=1conduit time, waktu yang diperlukan air hujan mengalir didalam saluran sampai ke tempat pengukuran (jam).
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Waktu Konsentrasi
Cot Ba’u, Cot Abeuk, dan Ujoeng Kareung, yang berada di zona perbukitan yang juga
Metode Rasional Debit maksimum
Waktu
banjir
rencana
yang
akan
sungai/saluran1untuk
adalah
debit
dialirkan
oleh
menjelaskan
bahwa
penilaian terhadap kondisi perkerasan cegah terjadinya
genangan.
ditentukan
dengan
Besar
metode
debit
dapat
rasional
yang
didasarkan pada hubungan rasional antara air
(1)
drainase
diperlukan air untuk mengalir untuk mengalir melalui permukaan tanah dari tempat terjauh ke saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu untuk mengalir di dalam saluran ke tempat pengukuran
(conduilt
time)
sebagaimana
diuraikan (Chow 1989). Tc11111=11To + Td
(3)
Dimana : Tc
Q1 =110.278.C.Cs.I.A
untuk
perkotaan terdiri dari waktu ke waktu yang
hujan limpasan, (Suripin 2004) yang di formulasikan sebagai berikut :
konsentrasi
=1Waktu konsentrasi (jam);
To1111 = Inlet time (jam); Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 22
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Td11 = conduit time, waktu yang diperlukan air
A1 = luas penampang basah (m2);
hujan mengalir didalam saluran sampai ke
N1 = koefisien kekasaran Manning;
empat pengukuran (jam).
R1 = jari-jari hidrolis (m). Distribusi Gumbel
Intensitas Hujan Menurut Suripin (2004), sifat umum
Yulianur (2003:21), dari beberapa tipe
hujan adalah makin singkat hujan berlangsung
sebaran nilai ekstrim yang ada, tipe sebaran
intensitas cenderung makin tinggi dan makin
Gumbel merupakan tipe sebaran yang sering
besar periode ulangnya makin besar pula
digunakan di Indonesia untuk menyelesaikan
intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama
analisis statistik nilai-nilai ekstrim komponen
hujan,
biasanya
hidrologi. Faktor frekuensi (K) tipe sebaran
diinterpretasikan dalam lengkung Intensitas
Gumbel ini untuk periode ulang1T tahun dapat
Durasi Frequency (IDF). Untuk mendapatkan
diperoleh dengan rumus berikut ini.
intensitas hujan selama waktu konsentrasi
11 K 6 (0,5772 lnln T ) (7)
dan
frekuensi
hujan
T 1
π
digunakan rumus Mononobe (Sosrodarsono,
Dimana : K1 = faktor frekuensi sebaran Gumbel; T11= periode ulang T tahun.
1983:145) :
23
R24 24 (4) 24 Tc Dengan: R24111= curah hujan maksimum harian dalam 24 jam1(mm); I1111=1intensitas hujan (mm/jam). I
METODE PENELITIAN Proses Pengumpulan Data Metode melakukan
Dimensi Saluran
harus
observasi
ke
data lapangan
dengan untuk
mendapatkan kondisi dan dimensi eksisting
Menurut Suripin (2004:145), dimensi saluran
pengumpulan
mampu
mengalirkan
saluran primer. Tahapan survey pendahuluan
debit
dengan melakukan pengumpulan data sekunder
rencana atau dengan kata lain debit yang
melalui studi pustaka, literature buku-buku,
dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih
jurnal, hasil penelitian, media elektronik, dan
besar dari debit rencana (QT). Debit suatu
standar/pedoman
penampang saluran (Qs) dapat dihitung dengan
instansi terkait dilakukan untuk mendapatkan
persamaan berikut ini:
data seperti shapefile Rencana Tata Ruang
Qs = V . A
(5)
V1 = 1/n . R2/3 . S1/2
(6)
pemerintah.
Survey
ke
Wilayah Tahun 2012-2032 Kota Sabang, yang didalamnya berisi data1peta citra satelit, peta
peta Sub-DAS, peta jenis tanah, dan data curah
Dimana : Q1 = kapasitas saluran (m3/dt); 23 -
administrasi, peta topografi, peta jaringan jalan,
Volume 4, No. 1, Februari 2015
hujan.
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala salurannya berpencar menuju ke laut. Hal ini
Proses Pengolahan Data Penentuan segmen saluran pada setiap
disebabkan kondisi topografi kota Sabang yang
Sub-DAS dilakukan pengukuran di lapangan
berpegunungan, berbukit, dan sedikit yang
untuk mengetahui dimensi saluran eksisting,
dataran rendah. Kondisi ini di satu sisi
mendapatkan
penampang
menguntungkan, karena semua aliran mengalir
basah saluran (A), menghitung keliling basah
secara gravitasi. Namun disisi lain perlu
(P),
(R),
pertimbangan disain yang khusus, karena
menetapkan koefisien manning (n) untuk
hampir semua saluran memiliki dasar saluran
dataran banjir berumput pendek-tinggi (normal)
yang terjal, sehingga perlu kehati-hatian dalam
adalah 0,03, slope (S), dan kecepatan rata-rata
menentukan kecepatan aliran.1
perhitungan luas
perhitungan
jari-jari
hidrolis
aliran didalam saluran (V), sehingga diketahui
Dari hasil survey telah diidentifikasi
berapa debit setiap penampang saluran1(Qs)
jumlah saluran primer yang ada di kota Sabang,
tersebut.
yaitu sebanyak 73 (tujuh puluh tiga) buah.
Perhitungan koefisien aliran dilakukan
Seluruh saluran tersebut berorde tunggal dan
pada setiap zona aliran menurut masing-masing
hampir seluruh saluran tidak memiliki anak-
zona layanan. Perhitungan koefisien aliran
anak sungai atau alur yang berhubungan
berdasarkan Peta Sebaran Pola Ruang Tahun
langsung dengan saluran primer. Saluran-
2012-2032 di Kota Sabang. Dari peta tersebut
saluran tersebut adalah sungai-sungai alam
di analisis menggunakan program Arc-GIS
maupun alur-alur yang terbentuk secara alamiah
untuk mengetahui luas penggunaan lahan pada
mengikuti perubahan topografi dan merupakan
setiap cathment area pada masing-masing
outlet-outlet dari subdas yang ada.
saluran primer, yaitu kawasan permukiman, industri, perdagangan, jalan aspal, dan daerah tak terbangun. Dimensi saluran harus mampu menampung atau mengalirkan debit hujan rencana atau (Qs) sama atau lebih besar dari debir rencana (Qt). Apabila dalam perhitungan didapatkan hasil (Qs) lebih kecil dari debit rencana (Qt) maka akan di evaluasi kembali dimensi saluran eksistingnya.
Gambar 1. Pembagian Sub-DAS Kota Sabang
Kota Sabang dibagi atas 12 (dua belas) HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem jaringan utama (major urban drainage) kota Sabang adalah sistem jaringan drainase yang mengikuti pola radial, seluruh
subdas, setiap subdas memiliki alur atau saluran alam yang langsung bermuara ke laut. Dalam peta terlihat bahwa aliran permukaan dari setiap sub-DAS mengalir ke langsung ke laut melalui Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 24
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala alur-alur alam yang ada. Berikut hasil analisis
kapasitas di Tahun 2032.
setiap saluran primer untuk setiap sub DAS Sub DAS Anoi Itam
yang ditinjau. Sub DAS Aneuk Laot No
1
No
Segmen Saluran
Kapasitas eksisiting Qk, m3/d
Primer 01 Aneuk Laot
1 25,29
Kapasitas Keterangan 2032, m3/d Tidak mampu
67,13
12 13 14
Berdasarkan
hasil
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat
15
bahwa Primer 01 Aneuk Laot yang berada di
16
Sub
17
DAS
Aneuk
Laot
tidak
mampu
menampung kapasitas di Tahun 2032. 18
Sub DAS Ceuhum No 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
19
Kapasitas Segmen eksisiting Saluran Qk, m3/d Primer 01 38,93 Ceuhum Primer 02 36,39 Ceuhum Primer 03 33,24 Ceuhum Primer 04 15,55 Ceuhum Primer 05 15,53 Ceuhum Primer 06 20,34 Ceuhum Primer 07 16,85 Ceuhum Primer 08 10,66 Ceuhum Primer 09 12,65 Ceuhum Primer 10 17,43 Ceuhum
Berdasarkan
hasil
Kapasita s 2032, Keterangan m3/d 32,25
Mampu
31,11
Mampu
27,04
Mampu
10,15
Mampu
7,59
Mampu
17,28
Mampu
1,28
Mampu
9,82
Mampu
7,65
Mampu
4,98
Mam p
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub
DAS
Ceuhum
mampu
menampung
20 21 22 23 24 25 26 27
Kapasitas Segmen eksisiting Saluran Qk, m3/d Primer Tapak 56,96 Gajah Primer Ie 6,17 Meule Hilir Primer 13,07 Kuta Timu Primer Ie 10,59 Meule Primer 10,00 Kuta Ateuh Primer B29,37 Anoi Itam Primer A20,38 Anoi Itam Primer 01 51,22 Anoi Itam Primer 02 23,68 Anoi Itam Primer 03 14,42 Anoi Itam Primer 04 13,83 Anoi Itam Primer 05 34,99 Anoi Itam Primer 06 22,09 Anoi Itam Primer 07 10,44 Anoi Itam Primer 08 43,24 Anoi Itam Primer 01 Ujong 17,60 Kareung
Berdasarkan
Kapasitas 2032, m3/d
Keterangan
17,8 3
Mampu
118, 47
Tidak mampu
16,9 0
Tidak mampu
15,3 2
Tidak mampu
15,3 5
Tidak mampu
11,3 5
Mampu
31,4 4
Tidak mampu
19,5 4
Mampu
38,7 9
Tidak mampu
23,8 5
Tidak mampu
40,9 0
Tidak mampu
79,3 2
Tidak mampu
59,17
Tidak mampu
16,67
Tidak mampu
73,06
Tidak mampu
29,70
hasil
Tidak mampu
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa saluran primer Ie Meulee Hilir, Kuta Timu, Kuta Ateuh, Anoi Itam 02, Anoi Itam, 03 Anoi Itam, 04 Anoi Itam, 05 Anoi Itam, 06 Anoi Itam, Anoi Itam 07, Anoi Itam 08, dan primer 01 Ujong Kareung yang berada di Sub DAS Anoi Itam tidak mampu menampung
25 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kapasitas di Tahun 2032, sedangkan yang
No
lainnya masih aman. Sub DAS Gua Sarang
No
28
29
30
31
32
33
34
Segmen Saluran Prime r 01 Gua Sarang Primer 02 Gua Sarang Primer 03 Gua Sarang Primer11 041 Gua Sarang Primer11 05Gua Sarang Primer11 06Gua Sarang Primer11 07Gua Sarang
Segmen Saluran
Kapasitas Kapasi 11 Keterangan eksisiting tas Qk, m3/d 2032, m3/d
Primer 05 Iboih Primer 06 40 Iboih 41Primer 07 Iboih 39
Kapasit as Kapasitas eksisitin Keterangan 2032, m3/d g Qk, m3/d
16,51 11,19
36,44
35,18
25,38
Mampu
15,26
Mampu
14,95
Mampu
111 48,52
26,98
Mampu
111 30,87
18,09
Mampu
111 37,74
6,11
111 49,82
19,81
Mampu
5,17 Mampu 5,11 Tidak mampu
42Primer 08 Iboih 43Primer 09 Iboih
31,40
Tidak mampu
9,65 Tidak mampu 44,12 Mampu
44Primer 10 Iboih
65,53
45Primer 11 Iboih
169,17 319,27
Tidak mampu
46Primer 12 Iboih
31,85
35,93
Tidak mampu
47Primer 13 Iboih
27,79
27,60
Mampu
48Primer 14 Iboih
2,55
1,78
Mampu
49Primer 15 Iboih
7,66
9,05
Tidak mampu
Berdasarkan
hasil
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa saluran Primer 05 Iboih, Primer 08 Iboih, Mampu
Primer 09 Iboih, Primer 11 Iboih Primer 12 Iboih, dan Primer 15 Iboih, yang berada di Sub
Mampu
DAS Iboih yang tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032, sedangkan yang lainnya masih mampu menampungnya.
Berdasarkan
hasil
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat
Sub DAS Keunekai No
Segmen Saluran
kapasitas di Tahun 2032.
50
Sub DAS Iboih
51
Primer Beurawang 1 1116,26 Primer Beurawang 2 13,35 Primer Keunekai 4 16,41 Primer Keunekai 3 24,80 Primer Keunekai 2 7,92 Primer Keunekai 1 67,78 Primer A – Keunekai 69,53
bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Gua Sarang mampu menampung
No
Segmen Saluran
35 Primer 01 Iboih 36 Primer 02 Iboih 37 Primer 03 Iboih 38 Primer 04 Iboih
Kapasitas Kapasi 11 Keterangan eksisiting tas Qk, m3/d 2032, m3/d 23,71 20,86 11,15 17,55
Tidak mampu Tidak mampu Mampu 11Mampu
52 53 54 55 56
Kapasitas Kapasita eksisiting s 2032, Qk, m3/d m3/d
26,28
Keterangan
Tidak mampu
Mampu 6,21 25,58 8,68 5,15
Tidak mampu Mampu Mampu
78,46
Tidak mampu
179,51
Tidak mampu
Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 26
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Berdasarkan
hasil
analisis
kapasitas
menampung
kapasitas
di
Tahun
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat
sedangkan ketiga lainnya tidak mampu.
bahwa saluran primer Beurawang 1, Beurawang
Sub DAS Paya Seunara
4, Primer Keunekai 1, dan primer A-Keunekai
No
yang berada di Sub DAS Keunekai tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032,
63
sedangkan primer Beurawang 2, Keunekai 3,
Segmen Saluran
Kapasitas Kapasitas eksisiting 2032, Qk, m3/d m3/d
Primer Paya Seunara
45,36
100,40
2032,
Keterangan
Tidak mampu
dan Keunekai 2 masih mampu. Berdasarkan Sub DAS Balohan No
Segmen Saluran
57
Primer Balohan
58
Primer Cot Abeuk
41,51
111,40
Keterangan
Tidak mampu
69,57
hasil
73,27
analisis
Tidak mampu
kapasitas
Sub DAS Krueng Ceunohot
61 62
Seunara
mampu
Sub DAS Pria Laot No
Kapasitas Kapasita eksisiting s 2032, Qk, m3/d m3/d
Keteranga n
1193,08
344,57
Tidak mampu
56,99
19,45
Mampu
71,79
138,62
Tidak mampu
27,80
38,91
Tidak mampu
Kapasitas eksisiting Qk, m3/d
Segmen Saluran
Berdasarkan
hasil
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa hanya saluran primer Jaboi 1 yang berada di Sub DAS Ceunohot yang mampu Volume 4, No. 1, Februari 2015
Kapasitas 2032, Keterangan m3/d
64
Primer Pria Laot
11 25,92
64,851 1
65
Primer 01 Pria Laot
11,15
14,70
66
Primer 02 Pria Laot
11,71
18,49
Berdasarkan
hasil
analisis
Tidak mamp u Tidak mamp u Tidak mamp u
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Pria Laot tidak mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.
27 -
tidak
sungai.
mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.
60
Paya
Paya Seunara hanya mempunyai satu alur
Abeuk yang berada di Sub DAS Balohan tidak
Primer Jaboi 2 Primer Jaboi 1 Primer Lamkut a Primer Rubiah
DAS
menampung kapasitas di Tahun 2032. Sub DAS
bahwa saluran Primer Balohan dan Primer Cot
59
kapasitas
bahwa semua saluran primer yang berada di Sub
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat
Segmen Saluran
analisis
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat
Kapasitas Kapasita eksisiting s 2032, Qk, m3/d m3/d
Berdasarkan
N o
hasil
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Sub DAS Teupin Kareung Segmen Saluran
No
Primer101 Teupin Kareung Primer102 Teupin Kareung Primer103 Teupin Kareung Primer104 Teupin Kareung Primer105 Teupin Kareung
67
68
69
70
71
Kapasitas eksisiting Qk, m3/d 11 41,02 74,8 9
Sub DAS Ujung Bau Kapasitas Ketera 2032, ngan m3/d 18,73
60,08
No
Segmen Saluran
72
Primer 01 Ujung Bau Primer 02 Ujung Bau
Mampu
Mampu
78,3 6
66,55
Mampu
43,6 2
61,33
Tidak mampu
34,6 7
29,99
Mampu
73
Kapasitas eksisiting Qk, m3/d
Kapasita 1 Keterangan s 2032, m3/d
Mampu 120,31
Berdasarkan
12,55
Mampu 74,77
hasil
32,82
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa semua saluran primer yang berada di Sub DAS Ujung Bau mampu menampung
Gambar 2. Identifikasi saluran Primer Kota
kapasitas di Tahun 2032. Untuk
mempermudah
verifikasi
tersebut
kesemua analisis diatas maka dibuat peta tematik sebagai berikut :
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Sabang
Berdasarkan
hasil
analisis
kapasitas
eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat bahwa satu saluran primer yang berada di Sub DAS Teupin Kareung yang tidak mampu menampung kapasitas saluran yaitu Primer 04 Teupin Kareung sedangkan yang lainnya masih mampu .
1. Debit limpasan akibat Perubahan tataguna lahan1pada Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sabang pada tahun 2032 sebagiannya tidak mampu menampung limpasan yang terjadi seiring bertambahnya tata guna lahan kawasan permukiman 13,94%, kawasan industri 5,90%, kawasan khusus bandara (0,89%), dan kawasan perdagangan/jasa (0,66%), terutama Sub DAS Anoi Itam, Balohan, Pria Laot, Keunekai, Paya Seunara, Aneuk Laot, dan Krueng Ceunohot. 2. Hanya Sub-DAS Ceuhum, Ujung Bau, Gua Sarang, Teupin Kareung, dan Iboih yang masih mampu menampung debit limpasan pada saluran primer eksisting.
Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 28
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 3. Adanya penyempitan saluran primer di bahagian hilir saluran primer di kawasan pertokoan dan permukiman.
Saran 1. Drainase kota Sabang sebaiknya di tata dengan prinsip eco-drainase sebagaimana yang telah direncanakan dalam Materi Teknis RTRW Kota Sabang Tahun 20122032. 2. Peruntukan atau pemanfaatan lahan sebaiknya harus memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. 3 Untuk menghindari konflik sosial perlu mempertimbangkan
normalisasi
dengan
adanya perbaikan saluran primer dan tetap mempertahankan dimensi eksistingnya. DAFTAR KEPUSTAKAAN Azmeri, Masimin, Rizalihadi M, Fauzi A, 2011, Model Indeks Banjir Dan Probabilitas Resiko Pada Daerah Bantaran Banjir Krueng Meureudu Di Pidie Jaya Provinsi Aceh, Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Volume II, No.2, pp.112-117. Isa , H. A, 2015, Analisis Drainase Kota Sabang Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan, Tesis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Kodoatie, Robert J, 2013, Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota, Penerbit Andi, Yogjakarta. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Penerbit Andi, Yogyakarta. Yulianur, A, 2003, Drainase Perkotaan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Yelza, M, Nugroho, J, & Natasaputra, S, 2010, Pengaruh Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Debit Limpasan Drainase di Kota Bukit Tinggi, Jurnal Institut Teknologi Bandung, hal.1-18. 29 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015