Analisis dan Perancangan Sistem Pengolahan Data Terpadu Zakat, Infaq, Sedekah Muamalah Network dengan Memanfaatkan Teknologi Virtual Private Network Mohammad Iqbal, SKom, MMSI, Dr.rer.nat. A. Benny Mutiara, SSi, SKom, Dipl.Phys Universitas Gunadarma
[email protected] Abstraksi Penyebaran data yang diakibatkan perbedaan area kerja yang luas tentu sering membuat terjadinya pemanfaatan data secara individual tanpa koordinasi dengan penghasil data lainnya. Untuk Lembaga sosial seperti Lembaga ZIS, yaitu sebuah lembaga yang mengurusi soal penghimpunan dan penyaluran zakat, infaq dan sedekah, pemakaian data secara individual ini mengakibatkan sering terjadinya salah menyalurkan ZIS tersebut ke suatu area, yang ternyata pada saat yang bersamaan, area tersebut sudah tertangani oleh lembaga zakat yang lain. Maka dengan mencoba menyatukan Lembaga ZIS tersebut untuk berada dalam satu wilayah koordinasi, dibuatlah sebuah sistem terpadu yang bernama Muamalah Network. Sistem ini mengkoordinasikan informasi elemen-elemen penunjang aktifitas setiap Lembaga ZIS sebagai informasi yang dapat diketahui bersama di antara mereka, membuat jaringan privat di tengahtengah jaringan publik internet dan mengatur informasi penting hampir seluruh elemen Lembaga ZIS yang dibutuhkan untuk menunjang fungsi pengambilan keputusan pendistribusian dana ZIS kepada yang berhak. Perancangan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi virtual private network (VPN) dan pemrograman web yang mengedepankan keamanan informasi yang dipertukarkan melalui jaringan internet tersebut. Kata Kunci : Zakat, Perancangan Sistem, relationship, DFD, ERD, Syariah, Normalisasi, Kamus Data, Entitas, Virtual Private Network
1.
PENDAHULUAN
Semenjak dikeluarkannya UU No. 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat oleh pemerintah Republik Indonesia [4], kegiatan memberdayakan ekonomi umat dari sektor yang hampir terlupakan ini mulai banyak bermunculan. Namun, walaupun UU ini berbicara tentang zakat (salah satu rukun Islam yang lima), UU ini bukan mengatur tentang sistem dan prosedur zakat yang sesungguhnya. UU ini hanya sekadar mengatur bagaimana zakat dikelola, mulai dari perencanaan, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaannya. Maka dari itulah UU yang hanya terdiri dari 10 Bab dan 25 pasal ini, terkesan jauh dari sempurna. Dari hal inilah kemudian banyak berdiri badan-badan amil zakat independen non pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan zakat, dalam bentuk berbagai macam kelembagaan, yang belum terkoordinasi dengan baik. Tidak adanya standar kerja baku, dan belum adanya ’business rule’ yang dapat diaudit secara serempak, karena terlalu banyak penafsiran terhadap aturan-aturan fiqih ibadah dalam ajaran agama Islam, membuat lembagalembaga ini tidak bisa secara bersama melakukan koordinasi dalam operasionalnya. Apalagi, hal tersebut berhubungan dengan data-data mustahiq (para penerima zakat) dan datae-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
data muzakki (para pezakat) yang sangat variatif cara pendefenisiannya, dan juga penggunaan metode penentuan pendistribusian zakat yang seringkali melintas batas area antara satu badan zakat dengan badan zakat lainnya, sehingga banyak ditemukan suatu area, di mana para mustahiq-nya menerima zakat lebih dari satu lembaga zakat, sementara ada area lain, yang banyak mustahiqnya, malah tidak sama sekali mendapatkan. Selain itu pula, banyak lembaga zakat, mengelola tidak hanya produk zakat saja, tapi juga sekaligus pengelolaan infaq dan sedekah. Dalam ajaran Islam, penyaluran zakat diatur sedemikian hanya diprioritaskan kepada 8 macam orang saja, sedangkan untuk infaq dan sedekah cakupannya lebih luas, dan boleh diberikan dalam bentuk pembiayaan untuk usaha. Pencatatan yang tidak baik dalam hal ini, akan membuat mudah sekali terjadinya pencampuran alokasi yang sangat dilarang dalam ajaran Islam. Hal ini mendorong penulis untuk mengkoordinasikan penentuan basis data antar lembaga zakat tersebut dalam suatu rangkaian operasional terpadu, sehingga dapat mengoptimalkan pendistribusian zakat, serta dapat dilakukan pencatatan kegiatan lembaga zakat yang akurat dan efisien serta tepat sasaran, dengan menggunakan pendekatan sistem informasi. 1
2. PEMBAHASAN Tujuan perancangan sistem terpadu ini adalah dapat mempermudah serta menginteraktifkan pengolahan informasi yang terkumpul dari data-data yang tersebar dari tiap Lembaga ZIS, sehingga masing-masing lembaga dapat melakukan pemakaian bersama informasi tersebut untuk dapat menghasilkan berbagai keputusan-keputusan yang lebih adil dalam pendistribusian zakat.
lokal dan website. Sistem berbasis lokal digunakan sebagai program aplikasi untuk pemasukan dan pembaharuan data, sedangkan berbasis web digunakan untuk penelusuran data yang dapat diakses oleh pengguna melalui internet. Berikut ini adalah model arsitektur sistem yang diajukan dalam menunjang kegiatan pengelolaan data dan penyebaran informasi ZIS terpadu.
Karena luasnya permasalahan dalam pengolahan dana ZIS, maka penulis tidak membahas perancangan perangkat lunak yang menangani bentuk-bentuk akuntansi berdasarkan syariah. Karena hal tersebut tetap menjadi otorisasi dari masing-masing kelembagaan ZIS, tapi yang akan dibahas adalah bagaimana output dari pencatatan-pencatatan tersebut dapat disajikan dengan terpadu untuk lembaga-lembaga lain yang membutuhkan, agar dapat melakukan penyaluran lintas lembaga dengan baik. Urutan kegiatan perancangan yang dilakukan meliputi perancangan sistem, perancangan database, perancangan output, perancangan input, perancangan proses dan pengendalian, perancangan jaringan komputer serta perancangan perangkat lunak.
Gambar 2. Model Arsitektur Sistem Informasi terpadu Lembaga ZIS Masing-masing Lembaga ZIS memiliki otoritas untuk melakukan pengumpulan, pemasukan dan pengeditan data, dengan menggunakan antar muka program aplikasi yang disediakan khusus di setiap lembaga ZIS tersebut. Pengolahan data detail diserahkan kepada masing-masing lembaga ZIS yang terdaftar dalam Muamalah Network, lalu salah satu keluaran yang memiliki keseragaman bentuk data, dapat dikirimkan kepada server Muamalah Network untuk dapat digunakan secara bersama. Lalu lintas informasi antara Lembaga ZIS dengan server Muamalah Network ini merupakan saluran privat, yang dilengkapi dengan enkripsi.
Gambar 1. Sistem yang berjalan Jika di analisa, sistem yang berjalan selama ini adalah sistem yang pengolahan datanya tersebar dengan keputusan pendistribusian ZIS yang tidak terintegrasi. Masing-masing Lembaga ZIS jadi independen dan tidak ada komunikasi dalam level fisik data. Sehingga sering terjadi kesalahan dalam penentuan alokasi penyaluran bantuan ZIS, dimana suatu area menjadi begitu banyaknya tawaran bantuan, sementara daerah lainnya ada yang sama sekali belum terbantu. Dalam Perancangan sistem, Sistem Pengolahan data terpadu ZIS ini menggunakan dua basis implementasi, yaitu basis e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
Selain itu pula, masyarakat umum pengguna internet pun tetap dapat mengakses website Muamalah network, namun dengan fungsi-fungsi yang dibatasi, dan melalui jalur komunikasi tanpa lapisan keamanan. 2.1. Perancangan Basis Data Sistem Informasi terpadu Lembaga ZIS Muamalah Network ini berhubungan langsung dengan lima entitas eksternal yaitu Muzakki (pemberi zakat), munfiq (pemberi infak / sedekah), mustahiq (penerima ZIS), komponen utama masyarakat (KUM), dan pengguna internet. Masing-masing entitas eksternal berlaku sebagai entitas sumber dan tujuan, yaitu entitas yang memberikan masukan dan menerima keluaran dari sistem. Entitas 2
muzakki dan munfiq memberikan masukan kepada sistem berupa form muzzaki dan form munfiq (form muz-mun) yang berisi data-data atribut dari kedua entitas tersebut. Aliran dana (secara fisik) yang masuk ke dalam sistem dan dicatat dengan pencatatan sistem syariah, juga berawal dari kedua entitas ini. Di samping itu, entitas muzakki dan munfiq, menerima keluaran berupa laporan (lap) pendistribusian dana ZIS secara periodik, sesuai dengan permintaan mereka, serta juga beberapa berita untuk berkoordinasi, maupun berita keberhasilan dari mustahiq yang telah dibantu. Entitas komponen utama masyarakat (KUM), merupakan entitas yang mewakili berbagai kegiatan ekonomi, pendidikan dan peribadatan masyarakat yang memerlukan bantuan dari dana Infaq atau sedekah. Melalui entitas ini, form data identitas KUM, form pembiayaan untuk permohonan pembiayaan, form berita kemajuan atau kemunduran kegiatan KUM, serta pengembalian cicilan pembiayaan dalam bentuk dana secara fisik (hanya untuk KUM bidang ekonomi dengan sistem kemitraan) dimasukkan ke dalam sistem. Selain itu, entitas KUM ini menerima informasi dalam sistem berupa kartu tanda kemitraan, jadwal penyuluhan dan dana pembiayaan maupun dana konsumtif. Entitas mustahiq memberikan masukan ke sistem berupa form data mustahiq, sebagai input untuk penentuan alokasi dana zakat. Mereka ini dinilai berdasarkan kadar kekurangan dalam kehidupan sehari-hari. Jika memang sangat sulit, maka dana akan diberikan berupa bantuan konsumtif yang dapat mencukupi hidup mereka sehari-hari. Jika dinilai sudah mampu berusaha dan mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik, maka diberikan kepada mereka, apa yang disebut dengan pinjaman kebajikan (Al qordhul Hasan), yaitu pinjaman lunak tanpa bunga, dan jika kehidupan mereka sudah baik dan mampu berzakat, andaikata mereka masih ingin meminta bantuan, akan mendapatkan dana yang dialokasikan dari infaq / sedekah, dan berlaku apa yang terjadi pada entitas KUM, yaitu kemitraan dalam bidang ekonomi. Entitas mustahiq akan menerima informasi dari sistem berupa dana ZIS, daftar mustahiq yang bisa menerima zakat dan skedul penyuluhan dalam bentuk pengajian, dalam rangka membentuk moral wiraswasta serta aqidah Islamiyyah mereka sebagai podasi dalam mengembangkan kehidupan mereka. Entitas pengguna internet, secara umum sebagai pihak yang menerima keluaran dari sistem, yaitu berupa informasi berita keberhasilan dan kendala program pembiayaan, peningkatan kehidupan masyarakat, serta berita berbagai keadaan sosial masyarakat (ber), gambaran area distribusi dan bentuk dana yang didistibusikan (dist) , tutorial mengenai zakat infaq sedekah beserta aturan syariah lainnya (tut) dan laporan alokasi dana ZIS yang telah disalurkan (lap). Selain itu juga, entitas pengguna internet ini memberi masukan kepada sistem berupa form permintaan penyajian data secara interaktif (form query), form ZIS online (berzakat, berinfaq atau bersedekah via e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
internet), form pembiayaan (permohonan untuk mendapatkan pembiayaan bagi area tertentu) dan form konsultasi masalah keislaman. Entitas pengguna internet ini dibedakan menjadi dua tipe pengguna. Pengguna yang pertama adalah pengguna yang teregistrasi sebagai bagian dari lembaga ZIS yang terdaftar dalam sistem Muamalah Network, memiliki hak akses yang lebih detail dibandingkan pengguna internet umum. Lalu lintas data pada bagian ini berlangsung secara privat dan rahasia, dilindungi oleh enkripsi. Pengguna yang kedua adalah pengguna internet umum, yang hanya mendapat akses berita masyarakat (ber), laporan alokasi dana (lap) dan semua form kecuali form query. Ilustrasi hubungan antar entitas dalam sistem ini dapat dilihat pada diagram konteks di bawah ini :
Gambar 3. Diagram Konteks
Secara lebih detil, sistem terpadu ini memiliki tiga proses utama, yaitu : 1. Proses operasional intitusi binaan yang berjalan langsung berhadapan dengan masyarakat, 2. Proses pengolahan data pada Lembaga ZIS pembina menggunakan perangkat yang terkomputerisasi 3. Proses pertukaran informasi di internet antar lembaga ZIS pembina, yang merupakan beberapa metode penyajian data yang tersebar secara bersama. Hubungan antar proses yang terjadi antara entitas yang digambarkan di atas dapat dilihat pada diagram zero di bawah ini :
3
Keterangan Nama-nama Field :
Gambar 4. Diagram Zero Untuk menggambarkan rancangan database, digunakan dua alat bantu database, yaitu Entity Relationship Diagram (ERD) dan Normalisasi. ERD digunakan sebagai alat perancangan database secara logika untuk menggambarkan hubungan antar entitas-entitas yang terdapat dalam sistem terpadu Muamalah Network ini, yaitu entitas muzakki / munfiq, entitas lembaga ZIS, entitas mustahiq dan entitas KUM. Sedangkan normalisasi digunakan untuk menggambarkan perancangan database secara fisik.
Gambar 5. Entity Relationship Diagram e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Kd_muzmun * Nama_muzmun Jk_ muzmun tpt_lhr_muzmun Tgl_lhr_muzmun Almt_rmh_muzmun Tlp_rmh_muzmun Email_muzmun Kantor_muzmun Almt_kntr_muzmun
No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Keterangan Tlp_kntr_muzmun Fax_kntr_muzmun Period_ZIS_muzmun Cara_str_muzmun Kd_himpun * Tgl_himpun Jenis_ZIS_himpun Jumlah_himpun Kd_lbg_ZIS * Nama_lbg_ZIS
No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Keterangan Almt_lbg_ZIS Telp_lbg_ZIS Kd_musthq * Nama_musthq Jk_musthq Almt_msthq Th_lhr_musthq Pekerjaan_musthq Status1_musthq Status2_musthq Kntk_prsn_musthq Kd_salur * Period_salur
No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Keterangan Jenis_ZIS_salur Jumlah_salur Kd_kum * Nama_kum Bentuk_kum Kegiatan_kum Anggota_kum Almt_kum Cek_layak_kum Kntk_prsn_kum Kd_berita * Tgl_berita Isi_berita
Setelah perancangan ERD, proses normalisasi dilakukan untuk database lokal sistem Muamalah Network ini sampai bentuk 3NF.
Gambar 6. Normalisasi 3NF 4
2.2. Perancangan Input / output Pada perancangan masukan data ke dalam sistem ini, dilakukan dua metode pendekatan. Pendekatan pertama, yaitu input langsung pada perangkat komputer. Dilakukan di tiap-tiap lembaga ZIS pembina untuk mencatat elemenelemen utama Lembaga ZIS seperti mustahiq, muzakki, transaksi himpun dana, transaksi salur dana dan sebagainya. Input langsung ini juga berlaku di halaman web, pada saat pengguna internet mengirimkan form permintaan pembiayaan, form upload data dan form zakat online. Pendekatan kedua, yaitu input secara manual ke formulir kertas. Hal ini masih tidak dapat ditinggalkan karena, petugas lembaga ZIS harus masuk ke pelosok-pelosok desa untuk melakukan wawancara langsung kepada mustahiq / KUM, yang memerlukan pencatatan antara dan melakukan penilaian secara obyektif sesuai keadaan mereka-mereka, untuk kemudian dipresentasikan dalam forum dewan syariah untuk menentukan kelayakan penyaluran dana ZIS. Sedangkan untuk keluaran, model sistem Muamalah Network ini terdapat tiga subsistem output, yaitu subsistem pelaporan kepada Muzakki, subsistem daftar penyaluran dan daftar peserta pengarahan rutin, subsistem output versi website yang meliputi penampilan informasi berdasarkan query yang diminta oleh pengguna internet, informasi umum area sebaran zakat secara umum.
2.3. Perancangan Proses dan Pengendalian Proses yang dilakukan dalam sistem pengolahan data terpadu ZIS dengan memanfaatkan jaringan internet tentu mesti dilindungi dengan prosedur-prosedur tertentu dari ancaman-ancaman yang dapat mengganggu integritas dan ketersedian informasi. Untuk proses penyampaian informasi di web, tentu harus mampu memberikan informasi secara real time, yaitu menyajikan informasi terbaru yang dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Oleh sebab itulah, maka aktivitas update harus dilakukan dalam periode yang tinggi, terutama untuk data strategis, yaitu antara lain data alokasi dan penyaluran ZIS. Hal ini menjadi penting karena diharapkan dengan cara ini, sistem Muamalah Network dapat memenuhi permintaan pengalokasian danan ZIS dari lembaga zakat yang terhubung dalam koordinasi sistem ini. Namun, untuk proses penyediaan data dari masing-masing Lembaga ZIS yang terkoordinasi di bawah Muamalah Network dilakukan secara Batch. Periode penginputan dan update data di webserver diatur sedemikian sehingga paling lama batas toleransi penginputan upadate adalah dalam waktu satu minggu, dengan catatan jika di bawah waktu itu terdapat data baru atau ada data yang perlu di-update, maka harus pada saat itu juga dilakukan. e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
Proses pengendalian sistem mesti dilakukan untuk dapat melindungi data dan informasi yang dipunyai. Ancaman yang datang dapat dikategorikan sebagai berikut : 1.
2.
3. 4. 5. 6.
Kesalahan manusia (human error), berasal akibat perilaku dan kelalaian, maupun akibat kurangnya pelatihan. Adanya perangkat lunak yang yang bersifat merusak, seperti virus, maupun kesalahan implementasi Sistem operasi. Penyadapan input atau output oleh orang-orang yang tidak berhak. Terjadinya perubahan dan kehilangan database. Kegagalan akibat ancaman fisik seperti kebakaran, pencurian, banjir, ketidakstabilan tegangan listrik. Pengaksesan yang tidak sah.
Untuk menghadapinya, diambil langkah-langkah sebagai berikut : • Menggunakan sistem administrasi user account, membuat daftar pemakai yang diperbolehkan mengakses database. Terdiri dari tiga tingkat pengguna, yaitu : 1. Administrator sistem, memiliki hak melakukan perubahan struktur database, serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sistem. Untuk menjamin keamanan, maka ditutup kemungkinan bagi administrator untuk melakukan remote login dari luar sistem. 2. Data entry, memiliki hak untuk melakukan tugas-tugas memasukkan data maupun meng-update data. SDM-nya dibatasi dari tiap-tiap lembaga zakat yang berada di dalam koordinasi Sistem terpadu ini. 3. Global user, user yang mengakses melalui web. Pengguna ini dapat mengakses layanan perhitungan zakat secara online, pelatihan ZIS secara online, melakukan request untuk berzakat secara online, serta meminta informasi mengenai penyaluran ZIS-nya, dan jika ia melakukan transaksi zakat online akan diberikan laporan penyaluran dana dalam bentuk email. • • •
•
Melakukan back-up data secara periodik dan memperbarui database yang digunakan. Mengaktifkan pemeriksaan virus untuk setiap aplikasi yang dikirimkan ke dalam sistem. Menggunakan UPS untuk mengatasi ketidakstabilan tegangan listrik dan mendesain ruangan server yang terjaga suhunya, serta terjaga keamanannya. Untuk mengatasi kesalahan pemasukan data, sistem dilengkapi dengan validasi field pada setiap field yang membutuhkan validasi. 5
2.4. Perancangan Sistem Perangkat keras Jaringan Mekanisme komunikasi jaringan ‘Muamalah Network’ akan berlangsung sebagai berikut. Sistem pengolahan data masing-masing Lembaga ZIS akan dilakukan secara individual, lalu data yang akan dipakai secara bersama dihasilkan sebagai salah satu keluaran dari hasil pengolahan individual tersebut. Keluaran inilah yang kemudian akan dikirimkan ke sebuah webserver terpusat, dimana setiap lembaga zakat memiliki account member didalamnya untuk dapat mengakses informasi yang ada disana secara privat, melalui jaringan publik internet. Jaringan komputer individual di masing-masing area Lembaga ZIS, dirancang sesuai keperluan yang ada. Bisa menggunakan jaringan ber-topologi bus, bisa juga menggunakan topologi star. Atau dapat pula bahkan hanya terdiri dari komputer tunggal saja. Hal ini harus disesuaikan dengan kemampuan operasional lembaga ZIS masingmasing. Namun yang harus selalu ada pada tiap komputer lokal tersebut adalah memiliki sambungan modem, dan account untuk bisa mengakses jaringan global internet. Kebutuhan penting lainnya adalah membangun komputer yang berfungsi sebagai pusat pengalokasian data dari masing-masing lembaga ZIS yang tersebar tersebut. Karena memanfaatkan jaringan internet, maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat menjamin keamanan data dan informasi penting yang dipertukarkan. Sistem yang memiliki kemampuan menerima akses secara jarak jauh (remote access) untuk pengiriman data dari tiap-tiap lembaga ZIS yang tersebar dan sekaligus memiliki kemampuan sebagai server internet (Web Server) untuk dapat menyajikan informasi yang ada baik kepada para anggota Lembaga ZIS yang terdaftar, maupun kepada masyarakat internet lainnya. Serta sistem yang menyediakan tempat penyimpanan data yang aman tapi mudah diakses.
Gambar 7. Perangkat Keras Jaringan 2.5. Penerapan Sistem
e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
Proses penerapan dengan prototipe inkubator ini dilakukan pada sebuah lembaga ZIS yang lingkupnya tidak terlalu besar, tapi cukup mewakili ketersebaran area distribusi ZIS. Dalam penerapan Sistem Pengolahan data terpadu ZIS, sistem yang sudah berjalan selama ini, ditransformasikan menjadi suatu sistem baru dengan cara konversi modular yaitu dengan mengoperasikan modul sistem yang baru bersama-sama dengan sistem yang lama untuk mencapai peningkatan kinerja sistem yang lama dengan beberapa penambahan fungsi tertentu. Untuk Lembaga ZIS yang sudah memiliki sistem terpadu dalam kegiatan operasional hariannya, implementasi sistem baru dilakukan dengan cara menambahkan modul pengkonversi keluaran untuk dapat menghasilkan bentuk informasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan pada bagian input data yang hendak digunakan secara bersama di website. Pengubahan data ke tipe yang sesuai dengan sistem baru tersebut dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas konversi database yang ada di Microsoft Access. Sedangkan untuk Lembaga yang kegiatan operasional hariannya masih berupa sistem yang tidak terpadu dengan pelaporan spreadsheet biasa, maka diadakan perombakan besarbesaran dengan menambahkan modul perhitungan transaksi harian yang menghasilkan keluaran dengan format yang dibutuhkan sebagai masukan penyajian informasi di website. Kedua jenis keluaran yang sudah diseragamkan formatnya tersebut kemudian dengan memanfaatkan modem yang ada di setiap lembaga, dikirimkan melalui jaringan tertutup Virtual Private Network Muamalah untuk disimpan di server bersama. Kegiatan ini, untuk sementara dilakukan dalam periode mingguan, dengan pertimbangan biaya operasional dan masa update data yang tidak terlalu membutuhkan update yang cepat. Dengan cara upload data secara periodik tersebut, data yang ada di tiap-tiap lembaga ZIS tetap dibiarkan sebagai suatu laporan di direktori lokal tertentu walaupun sudah di upload ke web server. Hal ini dilakukan sebagai back-up individual juga sebagai kendali bagi aktifitas upload data di masing-masing lembaga ZIS tersebut. Pada sisi pengguna, terutama pengguna pada institusi ZIS binaan yang biasanya berada di pelosok daerah, ternyata masih tidak bisa dilepaskan dari penggunaan formulir-formulir cetakan. Operasional pengisian data secara tidak langsung ini perlu diawasi dengan ketat agar dapat dikurangi ketidaksempurnaan pada pencatatan data. Salah satu cara pengendalian input data ini adalah dengan mendesain formulir yang lengkap sekaligus mudah dalam pengisiannya. Untuk implementasi modul penyajian informasi via internet, tidak ditemui kesulitan, semua bentuk alur operasional sistem sudah berjalan dengan semestinya. Script ASP yang digunakan sebagai tulang punggung kueri permintaan oleh user melalui browser, dapat dengan mudah dalam mengakses database Access sebagai DBMS Lembaga 6
ZIS ini. Kehandalan teknologi jaringan tertutup Virtual Privat Network-nya pun berada dalam standar enkripsi data yang cukup terlindungi, sehingga pertukaran informasi dan data dapat berjalan dengan lancar dan aman. Namun begitu, dalam implementasi sistem pada area yang Lembaga ZIS yang lebih luas lagi, ternyata masih perlu dilakukan pengkajian dan pembicaraan koordinasi antar lembaga-lembaga ZIS tersebut secara lebih lanjut lagi, karena ternyata kegiatan implementasi ini terbentur kendala non teknis, mengenai hak pengelolaan data-data tersebut serta bagaimana pengaturan hukumnya, sebab tidak semua lembaga ZIS yang ada, mau memberikan datanya untuk digunakan secara bersama, karena data-data pada lembaga ZIS merupakan data-data kritikal yang dapat disalahgunakan jika sampai ke tangan yang tidak berhak. Maka dari itulah, Pemerintah melalui Depertemen Agama perlu berperan sebagai penentu kebijakan serta menjadi penengah dalam merumuskan aturan main pengelolaan data ZIS secara terpadu agar tiap-tiap lembaga ZIS yang beraneka ragam ini dapat sepakat untuk menggunakan data secara bersamaan.
3. PENUTUP Proses penerapan dengan sistem prototipe inkubator di mulai di sebuah Lembaga ZIS yang lingkupnya tidak begitu luas tapi memiliki jenis pelayanan yang sangat variatif dengan harapan dapat mengatasi berbagai persoalan dalam kegiatan adminstrasinya yang tersebar tersebut. Hasil yang didapati secara teknis, adalah bahwa sistem yang baru dapat berjalan dengan baik. Pencatatan data yang teratur, dengan mudah dapat mengkoordinasikan pengolahan data yang tersebar menjadi satu kegiatan terpadu yang mempertinggi kecepatan pemrosesan serta keakurasian data untuk dapat mengalokasikan dengan tepat arah pendistribusian ZIS kepada area-area yang tersebar tersebut. Peningkatan kinerja secara signifikan juga terjadi pada pendistribusian laporan yang cepat kepada para pemberi ZIS melalui media internet maupun media-media cetakan lainnya, karena dalam perangkat lunak dapat di atur dengan mudah untuk menghasilkan berbagai jenis media pelaporan tersebut. Pelatihan bagi pengguna sistem sangat perlu di dalam pengoperasian sistem ini, operasional pengisian data secara tidak langsung yang dilakukan oleh pengguna sistem yang ada di pelosok harus diset agar tetap dapat menghasilkan pencatatan data yang sesuai dengan kebutuhan sistem, cara yang diterapkan untuk ini adalah pendesainan formulir yang memadai dan adanya penyuluhan pengisian formulir-formulir tersebut. Perancangan ini memang berada pada awal sebuah langkah kecil saja. Nyatanya untuk mendapatkan keintegrasian yang menyeluruh membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam melakukan pengujian-pengujian terhadap kinerja sistem yang dirancang ini. Karena selain faktor teknis, pada penerapan sistem ini, ternyata juga membutuhkan berbagai pembicaraan, yang terkait dengan e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
faktor non teknis untuk mendapatkan kerelaan masingmasing Lembaga ZIS agar mengizinkan datanya untuk dipakai sacara bersama-sama, dan tugas koordinasi ini menjadi kewajiban pemerintah. Selain itu, faktor biaya pun menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan karena sebuah Lembaga ZIS adalah lembaga sosial yang operasionalnya berdasarkan atas dana non komersial yang dipercayakan kepadanya. Jika dana-dana tersebut terlalu banyak keluar untuk hal-hal yang berbau operasionalnya saja, maka lembaga ZIS akan kehilangan esensi tujuannya, yaitu untuk mengangkat kehidupan orang-orang yang berhak. Maka dari itulah, diperlukan penetapan suatu langkah yang baik agar sistem ini memiliki kinerja tinggi dan kegiatan operasional yang efisien. Langkah tersebut antara lain dengan jalan dibentuknya suatu badan khusus tersendiri, baik itu sebuah yayasan maupun institusi pemerintahan yang mengkoordinasikan secara nasional lalu lintas pertukaran data-data ini. Jika hal ini sudah terlaksana, maka sudah waktunya melakukan peningkatan kinerja sistem Muamalah Network ini dengan memanfaatkan sistem terpadu database yang dikoordinasi oleh suatu perangkat lunak DBMS (Database Management System) yang baik.
4. Daftar Pustaka [1]
Anonim, Alqur’anul Kariim, Penerbit Mujamma’ Khadim al Haramain Asy syarifain li thiba’at al Mush-haf asy-syarif, 1990. [2] Anonim, Diktat Materi Diklat BMT, KSM BMT Ikhtira, Depok, 1999. [3] Anonim, Ensiklopedi Hukum Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1997. [4] Anonim, Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Forum Zakat, Jakarta, 1999. [5] Abdullah Bin Nuh, Al-Ustadz, Zakat dan Dunia Modern, Islamic Centre, Bogor, 1970. [6] As Sayyid Ahmad Al Hasyimy, Terjemahan oleh H. Hadidyah S., Terjemah Mukhtarul Hadist, Al Ma’arif, Bandung, 1987. [7] Budi Rahardjo, Keamanan Sistim Informasi berbasis Internet, PT Insan Komunikasi, Bandung, 1998. [8] Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, infaq Sedekah, Gema Insani Press, Jakarta, 1998. [9] D. Martin And G. Estrin, “Models of Computations and Systems Evaluations of Vertex Probabilities in Graph Models of Computations”, Journal of the ACM, Vol, No. 2, April 1967, dikutip dari A. Ziya Aktas, Structured Analysis and Design of Information Systems, (NJ: Prentice-Hall, 1987), hal. 57. [10] Hartanto Kristanto, Konsep dan Perancangan database, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1996. 7
[11] L. Ardhian Inaroka , Jaringan Privat Virtual Dinamis: Sebuah Jawaban Keamanan untuk Intranet Bisnis, Elektro Indonesia Nomor 35, Tahun VI, Februari, 2001. [12] Lani Sidharta, Pengantar Sistem Informasi Bisnis, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1995. [13] Lambert, Nevin et all, Keamanan Microsoft Windows NT ; Panduan Bagi Administrator Sistem, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1998. [14] Loshin, Peter, Desain dan implementasi Extranet, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1998. [15] Drs. H. Moh. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, CV. Toha Putra, Semarang, 1978. [16] Onno W. Purbo & Tony W., Keamanan Jaringan Internet, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000. [17] Raymond McLeod, Jr, Sistem Informasi Manajemen edisi Bahasa Indonesia, PT Prenhallindo, 1996. [18] Tim P3M, Manajemen Organisasi Nirlaba, P3M, Jakarta, 1988.
e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 25-26 April 2007, Jakarta
8