perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN)
TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: DIAH ANANTA SETYORINI NIM: S4307058
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN)
Disusun Oleh : DIAH ANANTA SETYORINI NIM: S 4307058
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal, 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak. NIP. 19680401 199303 2 001
Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak. NIP. 19730825 200012 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 19641120 199103 1 002 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN)
Disusun Oleh : DIAH ANANTA SETYORINI NIM: S 4307058
Telah disetujui Tim Penguji Pada tanggal, 2010
: Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak.
Ketua
( Sekretaris
: Drs. Djoko Suhardjanto,
)
(
)
(
)
(
)
M.Com (Hons)., Ph.D., Ak. Anggota
: Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak.
Anggota
: Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak.
Mengetahui,
Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. commit to user Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19641120 199103 1 002
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama
: Diah Ananta Setyorini
NIM
: S 4307058
Program Studi
: Magister Akuntansi
Konsentrasi
: Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Analisis Audit Expectation Gap Pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris Di Kabupaten Sragen)” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar saya atas tesis tersebut. Surakarta,
2010
Yang Menyatakan,
Diah Ananta Setyorini
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Dan, cukuplah Rabb-mu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong” (QS. Al-Furqan: 31)
“Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui...Dan adalah karunia Allah itu sangat besar” (QS. An-Nisa': 113)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karya ilmiah ini ku dedikasikan untuk Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kedua Orang tuaku, Suamiku & Airaku commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tercinta, keluargaku, dan teman-temanku yang selalu membantuku di saat aku membutuhkan........
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Audit Expectation Gap pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris di Kabupaten Sragen)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister pada program Magister Akuntansi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa Unggulan Diknas dalam menyelesaikan studi di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2. Bapak Dr. Bandi, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Magiter Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Ibu Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Agus Widodo, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing II, atas segala informasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tesis ini, 4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. dan Bapak Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons)., Ph. D., Ak. selaku dosen penguji, 5. Kepala Sekretariat Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah serta seluruh pegawainya yang telah bersedia memberikan fasilitas dalam menyebarkan kuesioner penelitian ini dan auditor BPK atas kesediaannya memberikan waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini, 6. Sekretaris DPRD Kabupaten Sragen serta seluruh pegawainya yang telah bersedia memberikan fasilitas dalam menyebarkan kuesioner penelitian ini commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan anggota DPRD Kabupaten Sragen atas kesediaannya memberikan waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini, 7. Kepala DPPKAD Kabupaten Sragen serta seluruh pegawainya yang telah bersedia memberikan fasilitas serta atas kesediaannya memberikan waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini, 8. Kepala DP2D Kabupaten Sragen serta seluruh pegawainya yang telah bersedia memberikan fasilitas/data dan masyarakat pembayar pajak daerah Kabupaten Sragen atas kesediaannya memberikan waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini, 9. Pimpinan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sragen dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sragen yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan studi, 10. Orang tuaku, suamiku, Aira anakku dan seluruh keluarga atas bantuan do’a dan pengertiannya, 11. Bapak Cuk Sugiyarso dan Mbak Rusliyawati yang telah mengijinkan penulis dalam menggunakan kuesioner penelitiannya, 12. Seluruh teman-teman MAKSI angkatan IV dan admisi atas kebersamaan yang terjalin selama ini, serta semua pihak yang membantu atas terselesaikannya Tesis ini. Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat di dalam Tesis ini yang memerlukan saran dan kritik sebagai masukan bagi perbaikan penelitian di masa yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap semoga Tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi Auditor BPK dan pengguna laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Terima kasih.
Surakarta,
2010
Penulis commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................iv PRAKATA..........................................................................................................vii DAFTAR ISI.......................................................................................................ix DAFTAR TABEL ..............................................................................................xi DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii ABSTRAKSI ......................................................................................................xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................1 B. Perumusan Masalah ........................................................................6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................7 D. Manfaat Penelitian ..........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka.............................................................................9 1. Audit Sektor Publik...................................................................9 2. Auditor Pemerintah...................................................................11 3. Audit Expectation Gap..............................................................13 4. Peran Auditor ............................................................................21 5. Independensi Auditor................................................................25 6. Pengetahuan Audit ....................................................................29 B. Kerangka Pemikiran........................................................................32 C. Pengembangan Hipotesis ................................................................32 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel .........................................35 B. Teknik Pengumpulan Data..............................................................37 C. Variabel Penelitian..........................................................................38 D. Analisis Data...................................................................................41 1. Uji Validitas ..............................................................................41 2. Uji Reliabilitas ..........................................................................41 3. Uji Asumsi ................................................................................42 commit to user 4. Uji Hipotesis .............................................................................43
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data.................................................................................45 1. Deskripsi Responden ................................................................45 2. Distribusi Tanggapan Responden .............................................54 B. Analisis Data...................................................................................55 1. Pengujian Instrumen .................................................................55 a. Uji Validitas ........................................................................55 b. Uji Reliabilitas ....................................................................57 c. Uji Asumsi ..........................................................................58 2. Pengujian Hipotesis ..................................................................61 a. Pengujian Hipotesis 1 .........................................................61 b. Pengujian Hipotesis 2 .........................................................65 c. Pengujian Hipotesis 3 .........................................................68 C. Pembahasan.....................................................................................74 BAB V PENUTUP A. Simpulan .........................................................................................88 B. Keterbatasan....................................................................................89 C. Saran ...............................................................................................89 D. Implikasi...........................................................................................90 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................91 LAMPIRAN........................................................................................................94
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Definisi Independensi Auditor...........................................................28
Tabel 2.
Tingkat Pengembalian Kuesioner ......................................................45
Tabel 3.
Deskripsi Masa Kerja Responden......................................................46
Tabel 4.
Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden .........................................47
Tabel 5.
Deskripsi Latar Belakang Pendidikan Responden.............................48
Tabel 6.
Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Akuntansi............................49
Tabel 7.
Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Auditing..............................50
Tabel 8.
Deskripsi Frekuensi Menggunakan/Membaca Laporan Hasil Audit.51
Tabel 9.
Deskripsi Terminologi Salah Saji Material........................................52
Tabel 10. Deskripsi Terminologi Wajar Tanpa Pengecualian ...........................52 Tabel 11. Deskripsi Terminologi Menyajikan Secara Wajar Dalam Semua Hal Yang Material..............................................................................53 Tabel 12. Statistik Deskriptif .............................................................................54 Tabel 13. Hasil Uji Validitas..............................................................................56 Tabel 14. Hasil Uji Reliabilitas..........................................................................58 Tabel 15. Hasil Uji Normalitas ..........................................................................59 Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas.......................................................................60 Tabel 17. Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Peran Auditor ............................................................61 Tabel 18. Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Peran Auditor ............................................................63 Tabel 19. Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Independensi Auditor................................................66 Tabel 20. Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Independensi Auditor................................................67 Tabel 21. Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Pengetahuan Audit ....................................................69 Tabel 22. Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) commitAudit to user untuk Variabel Pengetahuan ....................................................56
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.........................................................32
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Pengantar Kuesioner ....................................................................95
Lampiran 2.
Kuisioner......................................................................................99
Lampiran 3.
Tabulasi Data Penelitian (Responden Auditor BPK)...................104
Lampiran 4.
Tabulasi Data Penelitian (Responden Anggota DPRD) ..............105
Lampiran 5.
Tabulasi Data Penelitian (Responden Pegawai DPPKAD) .........106
Lampiran 6.
Tabulasi Data Penelitian (Responden Masyarakat Pembayar Pajak Daerah)...............................................................................107
Lampiran 7.
Statistik Deskriptif .......................................................................108
Lampiran 8.
Validitas Peran Auditor................................................................109
Lampiran 9.
Validitas Independensi Auditor ...................................................110
Lampiran 10. Validitas Pengetahuan Audit........................................................111 Lampiran 11. Reliabilitas Peran Auditor............................................................112 Lampiran 12. Reliabilitas Independensi Auditor................................................114 Lampiran 13. Reliabilitas Pengetahuan Audit....................................................116 Lampiran 14. Normalitas Peran Auditor, Independensi Auditor, dan Pengetahuan Audit .......................................................................118 Lampiran 15. Homogenitas Peran Auditor.........................................................119 Lampiran 16. Homogenitas Independensi Auditor ............................................120 Lampiran 17. Homogenitas Pengetahuan Audit.................................................121 Lampiran 18 Kruskal-Wallis Test (Peran Auditor) ...........................................122 Lampiran 19 Kruskal-Wallis Test (Independensi Auditor) ...............................125 Lampiran 20 Kruskal-Wallis Test (Pengetahuan Audit) ...................................127
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI ANALISIS AUDIT EXPECTATION GAP PADA PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN SRAGEN) DIAH ANANTA SETYORINI NIM. S.4307058 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai audit expectation gap di antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai peran auditor, independensi auditor, dan pengetahuan audit. Hipotesis penelitian adalah (1) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor, (2) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor, dan (3) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit. Penelitian ini menggunakan sampel dari 120 responden yang terdiri atas 30 auditor pemerintah (BPK), 30 anggota DPRD, 30 pegawai Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sragen, dan 30 masyarakat pembayar pajak daerah. Pengumpulan data menggunakan purposive sampling. Data penelitian secara statistik dianalisa dengan menggunakan SPPS versi 12.00. Analisis data dilakukan untuk validitas data, reabilitas data, normalitas data, homogenitas data, dan hipotesis. Hasil pengujian normalitas data mengindikasikan bahwa data tidak terdistribusi secara normal sehingga pengujian hipotesis dengan Kruskal-Wallis Test dapat dilakukan. Hasil Penelitian adalah: (1) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor, (2) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor, dan (3) terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit. Penelitian ini memperlihatkan eksistensi audit expectation gap pada sektor publik.
Kata kunci : audit expectation gap, peran auditor, independensi auditor, pengetahuan audit, auditor pemerintah (BPK), pengguna laporan keuangan pemerintah daerah, Kabupaten Sragen
commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT ANALYSIS AUDIT EXPECTATION GAP ON LOCAL GOVERNMENT (EMPIRICAL STUDY IN SRAGEN REGENCY) DIAH ANANTA SETYORINI NIM. S.4307058 The objectives of this research are to find out the empirical evidences related to audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement about the role of auditor, independence of auditor, and knowledge of audit. Hypothesiss of the research are (1) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of the role of auditor; (2) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of independence of auditor; and (3) there is audit expectation gap between governmentalal auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of knowledge of audit. This research uses samples from 120 respondents that consist of 30 governmental auditors (BPK), 30 parliament members, 30 staffs of Resource Agency, Financial Managing, and Region Assets of Sragen Regency and 30 society payers of region lease. The data collection utilizes purposive sampling. The statistical research data are analyzed with SPPS 12.00. The analysis of the data is conducted for the validity of data, realibility of data, normality of data, homogeneity of data, and hypothesis. From the assessment of the normality of the data indicate that the data are not normally distributed so the hypothesis assessment by applying Kruskal-Wallis Test can be conducted. The research results are: that (1) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of the role of auditor; (2) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of independence of auditor; and (3) there is audit expectation gap between governmental auditor (BPK) and the user of local government financial statement from side of knowledge of audit. This research shows the existence of audit expectation gap in public sector.
Keywords : audit expectation gap, the role of auditor, independence of auditor, knowledge of audit, governmental auditor (BPK), the user of local government financial statement, Sragen Regency
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengharuskan Pemerintah Daerah untuk menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan laporan yang
terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya (SAP, 2005). Laporan keuangan mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran dan indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batasan yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (SAP, commit 2005). to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Laporan keuangan merupakan perwujudan dari pelaksanaan akuntabilitas publik. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu para pemangku kepentingan yang ada tentang kondisi keuangan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah berkewajiban mempertanggungjawabkan laporan
keuangan pemerintah daerah kepada pemangku kepentingannya.
Pemangku
kepentingan yang utama adalah masyarakat dan dewan legislatif daerah (DPRD). Permasalahan akuntabilitas publik bisa muncul apabila pemerintah daerah tidak mampu menyajikan informasi mengenai laporan keuangan secara relevan, handal, sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat sebagai konstituennya (Mahmudi, 2007). Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah diandalkan oleh banyak pihak sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Laporan
keuangan publikasian tersebut harus disajikan secara wajar terbebas dari salah saji yang material sehingga tidak menyesatkan pembaca dan pengguna laporan keuangan. Jika laporan keuangan yang dipublikasikan buruk, artinya laporan tersebut dihasilkan dari sistem akuntansi yang buruk sehingga di dalamnya mengandung kesalahan yang material dalam penyajian angka, tidak disusun sesuai dengan standar pelaporan, dan tidak tepat waktu dalam penyampaiannya. Laporan keuangan yang buruk menyebabkan pengguna laporan keuangan memperoleh informasi yang salah dan menyesatkan (Mahmudi, 2007). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkewajiban melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah. Mahmudi (2007) menambahkan dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan memberikan pendapat (opini) atas kewajaran laporan keuangan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan memuat tentang laporan audit yang dihasilkan BPK. Berdasarkan Undang-undang tersebut BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. BPK juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara tertulis
kepada
Presiden,
Gubernur,
Bupati/Walikota
sesuai
dengan
kewenangannya untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Hasil
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum. Mahmudi (2007) menegaskan bahwa auditor yang melakukan auditing sektor publik harus memiliki kompetensi, profesionalisme, dan independensi agar audit yang dihasilkan handal dan dapat dipercaya. Salehi (2009) menyatakan bahwa independensi merupakan inti dari sistem audit. Wibowo (2009) menambahkan bahwa independensi auditor merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi auditor dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Tanpa adanya independensi auditor tidak berarti apa-apa. Masyarakat tidak akan mempercayai hasil auditan auditor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Harapan para pemakai laporan keuangan terhadap laporan keuangan auditan terkadang melebihi apa yang menjadi peran dan tanggung jawab auditor. Marianne (2006) menyatakan bahwa kemungkinan kurangnya kejelasan antara pengguna laporan keuangan, masyarakat umum dan auditor sebagai pihak yang berkaitan dengan definisi yang tepat tentang peran dan definisi audit berkontribusi terhadap expectation gap. Semakin banyaknya tuntutan masyarakat mengenai profesionalisme auditor menunjukkan besarnya expectation gap.
Han (2002)
menambahkan bahwa expectation gap terjadi ketika ada perbedaan antara apa yang masyarakat atau pemakai laporan keuangan harapkan dari auditor dan apa yang sebenarnya dilakukan oleh auditor. Penelitian mengenai expectation gap telah banyak dilakukan di sektor privat, sedangkan di sektor publik masih sangat kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliati et al. (2007) yang menyatakan bahwa penelitian mengenai keberadaan expectation gap di sektor swasta telah banyak dilakukan, namun penelitian mengenai keberadaan expectation gap di sektor publik khususnya di Indonesia masih jarang dilakukan. Penelitian tentang audit expectation gap telah dilakukan sebelumnya oleh Rusliyawati dan Halim (2008) dan Sugiyarso (2009). Hasil penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari sisi pelaporan, akuntabilitas, independensi auditor, kompetensi auditor, pendapat wajar dan audit kinerja. Perbedaan persepsi tersebut menimbulkan expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan daerah. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian Sugiyarso (2009) menemukan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah (anggota DPRD, pemeriksa Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat), terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah dan tidak terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah daerah satu dengan lainnya. Penelitian Sugiyarso (2009) menggunakan sampel dari populasi penelitian di Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo yang dikelompokkan sebagai berikut: 1. auditor BPK pada Perwakilan BPK-RI di Yogyakarta; 2. kelompok pengguna laporan keuangan sektor publik (anggota DPRD, pemeriksa Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat). Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Rusliyawati dan Halim (2008). Penelitian ini mencari bukti empiris mengenai audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit, sedangkan penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) mencari bukti empiris mengenai audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi
pelaporan,
akuntabilitas,
independensi
auditor,
kompetensi
auditor,
materialitas, bukti audit, pendapat wajar dan audit kinerja. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Sugiyarso (2009).
Penelitian ini
mencari bukti empiris mengenai audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor, commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
independensi
auditor
dan
pengetahuan
audit,
sementara
penelitian
Sugiyarso (2009) mencari bukti empiris mengenai audit expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan dilihat dari sisi peran auditor dan pengetahuan audit.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sragen dan
menggunakan sampel dari populasi penelitian yang dikelompokkan sebagai berikut: 1. auditor pemerintah (BPK) pada Perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah; 2. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu anggota DPRD; 3. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu pemerintah daerah yang diwakili pegawai di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD); 4. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu masyarakat pembayar pajak daerah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini mencoba mencari bukti secara empiris mengenai audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor? commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Apakah terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor? 3. Apakah terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai persepsi auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai peran auditor. 2. Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai persepsi auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai independensi auditor. 3. Untuk mendapatkan bukti secara empiris mengenai persepsi auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai pengetahuan audit.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Memberikan gambaran kepada auditor pemerintah (BPK) sehingga dapat mengembangkan usaha-usaha untuk mengeliminasi adanya audit expectation gap dan meningkatkan fungsi pengauditan pada pemerintah daerah. 2. Memberikan
gambaran
kepada
anggota
DPRD
sehingga
dapat
mengembangkan pemahamannya mengenai peran auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit serta meningkatkan fungsi pengawasan. 3. Memberikan gambaran kepada masyarakat pembayar pajak daerah sehingga dapat mengembangkan pemahamannya mengenai peran auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit serta meningkatkan fungsi pengawasan. 4. Diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Audit Sektor Publik Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Auditing merupakan suatu proses
sistematik, yang berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.
Proses sistematik ditujukan
untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. Bastian (2007) menambahkan bahwa secara umum pemeriksaan atau auditing merupakan proses investigasi independen terhadap beberapa aktivitas khusus. Auditing merupakan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi. Proses akuntansi menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laporan keuangan. Proses pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti dalam proses auditing dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan (Mulyadi dan Puradireja, 1998). Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa: a. peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif; b. anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen; c. prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles). Umumnya, auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan kriteria undang-undang (merupakan produk badan legislatif negara), prinsip akuntansi berterima umum, atau peraturan-peraturan yang dikeluarkan
oleh
pemerintah
dalam
melaksanakan
audit
atas
laporan
pertanggungjawaban keuangan instansi pemerintah. Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi.
Penyampaian hasil auditing dilakukan secara
tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). Atestasi dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang diaudit. Pemakai informasi keuangan di sektor publik menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, pihak commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, pemerintah. Mahmudi (2007) menambahkan bahwa pemakai informasi keuangan di sektor publik adalah masyarakat pembayar pajak daerah, pemberi dana bantuan (donor), investor, masyarakat pengguna jasa pelayanan publik yang disediakan pemerintah daerah, karyawan/pegawai pemerintah daerah, penyedia barang dan jasa (pelaku bisnis di daerah), DPRD, masyarakat pemilih, badan pengawas dan advokasi, lembaga perating (rating agencies), analis ekonomi dan keuangan, pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, lembaga-lembaga internasional, dan manajemen. Bastian (2007) menyatakan bahwa audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba, seperti sektor pemerintahan daerah, BUMN, BUMD dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aktiva/kekayaan negara. Audit sektor publik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Audit Keuangan (Financial), Audit Kinerja (Audit Performance) dan Audit Investigasi (Special Audit).
2. Auditor Pemerintah Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa auditor adalah orang atau lembaga yang melakukan audit.
Auditor sektor publik, selanjutnya dibatasi auditor
pemerintah, adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Messier et al. (2005) menambahkan bahwa commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
auditor pemerintah dipekerjakan oleh negara dan secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari kategori yang lebih luas dari auditor internal. Mahmudi (2007) menyatakan bahwa auditor memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi audit (pemeriksaan) dan fungsi atestasi (pemberian pendapat/opini). Fungsi audit bisa dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal, tetapi fungsi atestasi hanya dapat dilakukan oleh auditor eksternal yang independen. Rondo (2006) menambahkan bahwa auditor eksternal/auditor independen adalah: a. auditor yang secara struktural tidak berada di bawah dan tidak bertanggung jawab langsung kepada manajemen, b. pihak luar yang berfungsi menilai kinerja manajemen, c. dalam bidang pemerintahan, auditor eksternal memberikan penilaian atas pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pemerintah. Hasil pemeriksaan auditor eksternal disertai opini untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah dan dinyatakan terbuka untuk umum dimana hasil pemeriksaan dipertanggungjawabkan kepada DPR, DPD, DPRD dan masyarakat. Rondo (2006) menyatakan bahwa Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23 E, G memberikan kewenangan kepada eksternal auditor seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai satu-satunya lembaga yang melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara/daerah.
BPK adalah badan pemeriksa
eksternal pemerintah yang mempunyai fungsi utama memeriksa pengelolaan dan pertanggung-jawaban keuangan negara apakah telah sesuai dengan ketentuan commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perundang-undangan yang mengatur bagaimana pemerintah harus mengelola dan mempertanggungjawabkan keuangan negara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menjelaskan bahwa BPK merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
3. Audit Expectation Gap Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa audit pada dasarnya mempercayai tugas pelaporan yang sebenarnya dalam laporan keuangan dan kebenarannya adalah harapan pengguna informasi akuntansi. Bagaimanapun, auditor tidak mungkin membuktikan kebenaran dan kebenaran ini mungkin menyentuh sedikit dari harapan pengguna. Defisit dalam efektivitas audit ini secara luas disebut sebagai audit
expectation
gap.
Sebagian
besar
pengguna
laporan
keuangan
mempertimbangkan laporan auditor menjadi bukti yang sempurna. Maka harapan dari pengguna laporan keuangan terhadap auditor melebihi dari apa yang seharusnya mereka lakukan. Expectation gap terjadi ketika ada perbedaan di antara apa yang diharapkan publik dari auditor dan apa auditor mampu memberikannya. Salehi dan Rostami (2009) menambahkan bahwa banyak pemakai laporan keuangan yang kurang memahami sifat dasar dari fungsi atestasi, terutama dalam commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konteks opini tidak memenuhi syarat.
Beberapa pemakai laporan keuangan
percaya bahwa opini tidak memenuhi syarat berarti bahwa entitas mempunyai laporan keuangan yang dibuat dengan bukti atas kesalahan atau kegagalan. Beberapa pemakai laporan keuangan menyatakan bahwa auditor semestinya tidak hanya menyediakan suatu opini audit, tetapi juga menginterpretasikan laporan keuangan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Pemakai laporan keuangan mengharapkan auditor untuk melaksanakan beberapa dari prosedur audit sementara melakukan fungsi atestasi seperti menyusup ke dalam skandal entitas, melakukan pengawasan manajemen dan mendeteksi tindakan ilegal atau fraud pada bagian manajemen.
Itu adalah
harapan yang tinggi pada pihak pemakai laporan keuangan yang menciptakan suatu gap antara auditor dan pemakai laporan keuangan. Para pemakai laporan keuangan juga menempatkan tanggung jawab untuk membatasi gap pada auditor dan pihak lainnya melibatkan dalam menyiapkan dan mempresentasikan laporan keuangan (Salehi dan Rostami, 2009). Berbagai studi telah menetapkan keberadaan audit expectation gap. Istilah expectation gap biasanya digunakan untuk mendeskripsikan situasi dimana terdapat perbedaan dalam harapan yang muncul di antara suatu kelompok dengan keahlian tertentu dengan suatu kelompok yang mana percaya terhadap keahliannya. Persepsi publik dari suatu tanggung jawab auditor berbeda dengan profesinya dan perbedaan ini dikenal sebagai expectation gap (Salehi dan Rostami, 2009).
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa salah satu dari diskusi pertama mengenai expectation gap pada laporan keuangan dilakukan oleh Liggio pada tahun 1974. Profesi akuntan telah dikritik kualitas kinerja profesionalnya sejak akhir tahun 1960. Kritik tersebut dilakukan dengan alasan adanya kesediaan yang lebih besar untuk memegang akuntabilitas lainnya khususnya profesionalitas untuk mengetahui kelakuan yang tidak benar dan expectation gap sebagai faktor dari tingkatan kinerja yang diharapkan oleh akuntan independen dan pemakai laporan keuangan. Perbedaan di antara tingkatan kinerja yang diharapkan adalah expectation gap. Salehi et al. (2009) menambahkan bahwa definisi expectation gap yang telah didiskusikan Liggio pada tahun 1974 diperluas di dalam Komisi Cohen pada tahun 1978.
Komisi Cohen mempertimbangkan apakah suatu gap mungkin
muncul di antara apa yang masyarakat harapkan atau butuhkan dan apakah auditor dapat
dan
pasti
bijaksana
dalam
merealisasikannya.
Mereka
tidak
mempertimbangkan adanya kinerja di bawah standar. Hal tersebut merupakan pendapat bahwa gap yang memberikan permulaan untuk memberikan kritikan auditor bahwa di antara apa yang masyarakat harapkan dan apakah mereka mendapatkannya dari mereka. Oleh karena itu selanjutnya gap lebih baik apabila diberi judul “audit expectation performance gap” yang didefinisikan sebagai gap di antara harapan masyarakat dari auditor dan kinerja auditor yang disadari masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa berdasarkan definisi yang telah dikembangkan Komisi Cohen, diindikasikan bahwa gap mempunyai dua komponen utama: a. gap antara apa yang diharapkan masyarakat dari auditor untuk dicapai dan apakah mereka dapat mengharapkan akan dipenuhi secara layak oleh auditor (yang ditunjuk gap kebijaksanaan); dan b. gap antara apa yang masyarakat selayaknya harapkan dari auditor untuk dipenuhi dan apa yang auditor rasakan untuk dicapai (yang ditunjuk gap kinerja). Salehi dan Rostami (2009) menyatakan bahwa komponen-komponen dari audit expectation gap dibagi lagi menjadi dua, yaitu: a. gap di antara yang layak diharapkan dari auditor dan auditor menampilkan kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang; b. gap di antara standar kinerja auditor yang diharapkan auditor dan tugas-tugas yang diharapkan dan dirasa oleh masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan Best et al. (2001) menemukan adanya expectation gap yang sangat luas, terutama dalam hubungannya dengan tingkatan dan jenis tanggung jawab auditor. Expectation gap telah ditemukan terutama pada isu tanggung jawab auditor untuk pencegahan dan pendeteksian fraud, dan tanggung jawab auditor untuk memelihara rekaman akuntansi dan melatih pertimbangan dalam menyeleksi prosedur audit. Untuk jangkauan yang lebih luas, expectation gap juga ditemukan berkenaan dengan tanggung jawab auditor untuk ketepatan pengendalian internal, derajat di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
mana laporan keuangan memberi suatu pandangan yang benar dan adil, persetujuan auditor dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan dan kegunaan laporan keuangan yang sudah diaudit dalam monitoring kinerja entitas (Best et al., 2001). Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa di Indonesia keberadaan expectation gap telah diteliti oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian Saifulah (2003) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa akuntansi sebelum dan sesudah mendapatkan mata kuliah Auditing terhadap tanggung jawab relatif auditor dan persiapan laporan keuangan, sedangkan tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan tidak terdapat perbedaan. Mahasiswa akuntansi setelah mendapatkan mata kuliah Auditing mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh auditor tersebut andal. Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa sebelum mendapatkan mata kuliah Auditing dengan mahasiswa setelah mendapatkan mata kuliah Auditing. Tetapi ada beberapa persamaan persepsi mahasiswa terhadap tanggung jawab untuk mencegah kecurangan, mendeteksi kecurangan, dan mendeteksi kecurangan kecil. Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa Marsono pada tahun 2004 menyelidiki keberadaan expectation gap antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi dalam isu auditor dan proses audit dan kasus-kasus khusus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi terhadap expectation gap dalam isu auditor dan proses audit. Sedangkan untuk isu kasuscommit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kasus khusus, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi. Yuliati et al. (2007) menyatakan bahwa dalam sektor publik, keberadaan expectation gap pernah diteliti oleh Nugroho pada tahun 2004. Penelitian tersebut dilakukan untuk melihat adanya perbedaan persepsi antara auditor pemerintah dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah, antara pemakai laporan audit sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah, antara pemakai laporan keuangan auditan pemerintah di daerah satu dengan daerah yang lain. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor pemerintah dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah (anggota DPRD), ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan auditan sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan pemerintah, dan tidak ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan pemerintah di sektor pemerintahan daerah satu dengan pemakai laporan keuangan pemerintah daerah lain, hal ini di karenakan tingkat pendidikan anggota DPRD satu daerah dengan daerah lain relatif sama. Hasil penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari sisi pelaporan. Hal ini menunjukkan eksistensi audit expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil pengujian hipotesis kedua dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari akuntabilitas. Perbedaan ini menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara BPK dan pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat. Hasil pengujian hipotesis 3a dalam penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari independensi. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil Pengujian hipotesis 3b dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari kompetensi. Perbedaan ini menunjukkan eksistensi audit expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat. Hasil Pengujian hipotesis 3e dalam penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari sisi pendapat wajar.
Perbedaan persepsi juga terjadi antara BPK dengan
masyarakat. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan pemerintah daerah.
Hasil Pengujian hipotesis 3f terdapat perbedaan persepsi
antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari audit kinerja. Perbedaan persepsi juga terjadi antara DPRD dengan masyarakat. Hal ini menunjukkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
eksistensi expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat. Hasil penelitian Yuliati et al. (2007) berdasarkan analisis hipotesis menggunakan independent sample t-test, dapat diketahui bahwa terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah. Auditor pemerintah mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap peran dan tanggung jawabnya dibanding pemakai laporan keuangan pemerintah. Hasil pengujian per faktornya menunjukkan bahwa: a. tidak terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada faktor mendeteksi dan melaporkan kecurangan; b. tidak terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada faktor mempertahankan sikap independensi; c. terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada faktor mengkomunikasikan hasil audit; d. terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada faktor memperbaiki keefektivan audit. Auditor pemerintah mempunyai persepsi yang lebih baik daripada pemakai laporan keuangan pemerintah untuk memperbaiki keefektivan audit. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Peran Auditor Auditor mempunyai peran yang sangat strategis dan tanggung jawab yang sangat penting.
Pendapat yang dinyatakan auditor akan berguna bagi pihak
pemakai laporan keuangan hasil auditan untuk membuat keputusan ekonomi (Yuliati et al., 2007).
Auditor berperan untuk meningkatkan kredibilitas
informasi pertanggungjawaban dari pihak manajemen kepada pihak prinsipal dan stakeholders lainnya (United Nations Development Programme, 2009). Peran eksternal auditor adalah mendorong peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Rondo, 2006). Tanggung jawab utama dari auditor adalah untuk memverifikasi apakah laporan keuangan memaparkan pandangan yang benar dan adil (Salehi et al., 2008). Salehi et al. (2008) menyatakan bahwa berdasarkan fakta pihak ketiga menginginkan auditor eksternal dapat menjamin keakuratan dari rekening yang ditampilkan, maka dalam kondisi ini mereka menginginkan bahwa tujuan dari audit sebagai berikut: a. mendeteksi kecurangan, b. mendeteksi kesalahan teknik, c. mendeteksi kesalahan yang prinsip. Pihak ketiga mempunyai persepsi bahwa tanpa mendeteksi kecurangan maka tidak ada gunanya praktek audit, sedangkan profesi audit mempercayai tanggung jawabnya terbatas untuk merencanakan audit. Bisri (2008) menyatakan bahwa auditor BPK berperan dalam upaya pemberantasan korupsi dengan melaporkan tindakan korupsi, kolusi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
nepotisme kepada penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan Agung, dan Komisi Pemberantasan Korupsi). Pandangan Bawasda atas peran eksternal auditor (BPK) dalam mendorong akuntabilitas penyelenggaraan keuangan daerah adalah sebagai berikut: a. eksternal auditor berperan independen dan satu-satunya lembaga negara (BPK) sesuai Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 yang berhak memeriksa dan menilai dengan cara memberikan opini terhadap laporan keuangan pemerintah daerah sebelum disampaikan kepada DPRD; b. eksternal auditor membantu pemerintah daerah dalam mengungkapkan kelemahan-kelemahan manajemen pengelolaan keuangan daerah terhadap pemeriksaan belanja setiap tahun termasuk mengungkapkan keuangan daerah serta melanjutkan dengan audit investigasi bila ditemukan unsur-unsur tindak pidana korupsi. c. membantu DPRD untuk mengawasi tindak lanjut hasil pemeriksaan melalui penyampaian setiap laporan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD sesuai MoU yang telah disepakati (STAR-SDP, 2006). Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan PublikStandar Auditing Seksi 110 menyatakan bahwa auditor berperan dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan yang tidak material terhadap laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan PublikStandar Auditing Seksi 110 menambahkan bahwa auditor tidak bertanggung jawab terhadap laporan keuangan, tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak bertanggung jawab memelihara pengendalian intern, pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan PublikStandar Auditing Seksi 310 menyatakan bahwa auditor dapat membuat pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern jika diperlukan dan membuat pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu. Standar Auditing Seksi 315 menambahkan perlunya permintaan keterangan kepada auditor pendahulu. Review yang dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan konsistensi prinsip akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan PublikStandar Auditing Seksi 316 menyatakan bahwa auditor wajib untuk menaksir secara khusus risiko salah saji sebagai akibat kecurangan dan menyediakan golongan faktor risiko kecurangan yang harus dipertimbangkan oleh auditor. Standar Auditing Seksi 316 menegaskan bahwa auditor tidak bertanggung jawab commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Manajemen harus bertanggung
jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan memuat aturan bahwa BPK wajib menggunakan Standar Pemeriksaan sebagai patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan. Dalam menjalankan tugas-tugas auditnya auditor menggunakan keahliannya dalam pengumpulan bukti-bukti termasuk dengan judgment.
Auditor membuat judgment dalam mengevaluasi
pengendalian intern, menilai risiko audit, merancang dan mengimplementasikan pemilihan sampel dan menilai serta melaporkan aspek-aspek ketidakpastian. Auditor secara eksplisit maupun implisit memformulasikan suatu hipotesis terkait dengan tugas-tugas judgement mereka. Andryan (2010) menyatakan bahwa secara konstitusional BPK diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 E dan diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK. Pada Pasal 6 menyatakan bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Dalam ketentuan itu, maka peran BPK sangat membantu dalam
menanggulangi kerugian negara akibat pengelolaan keuangan oleh lembagalembaga negara kurang baik.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Andryan (2010) menambahkan bahwa lingkup pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara, dan pemeriksaan atas tanggung jawab mengenai keuangan negara.
Pemeriksaan
tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pemeriksaan keuangan negara oleh BPK juga dikaitkan oleh objek pemeriksaan pertanggungjawaban hasil pemeriksaan yang lebih luas dan melebar. BPK juga diharuskan menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan kewenangan masing-masing. Bahkan, dalam hal hasil pemeriksaan itu mengindikasikan perlunya penyelidikan dan penyidikan diproses secara hukum oleh lembaga penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan, KPK).
5. Independensi Auditor Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa dalam standar umum yang kedua mengatur sikap mental independen auditor dalam menjalankan tugasnya. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Swanger (2001) menyatakan bahwa independensi adalah suatu konsep yang terabaikan dan kontroversial untuk profesi akuntansi, karena publik tidak mengetahui dengan pasti status dasar yang benar dari independensi (independensi commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam kenyataan), publik bisanya tumbuh dengan mempercayai apa yang terlihat (penampilan dari independensi) sedangkan fraksi tertentu di dalam profesi menyatakan bahwa fakta dari independensi dengan apa yang seharusnya terkait, regulator dan yang lainnya berpegang teguh pada dugaan bahwa penampilan mempunyai arti. Salehi (2009) menyatakan bahwa independensi adalah inti dari sistem audit. Independensi auditor penting karena merupakan bagian kepemilikan dari manajemen, faktor independen adalah dasar dari profesi akuntansi publik dan pemeliharaannya tergantung pada kekuatan profesinya.
Independensi adalah
dasar keandalan dari laporan auditor. Laporan auditor akan tidak terpercaya, investor dan kreditor akan memiliki sedikit kenyamanan jika auditor tidak independen baik secara sikap mental maupun penampilan. Independensi auditor dipertimbangkan dalam profesi auditing. Independensi dipandang sebagai faktor yang paling penting di sektor bisnis dalam mempertahankan minat beberapa pihak. James (2001) menambahkan bahwa independensi baik secara sikap mental maupun penampilan bersama-sama dengan kemampuan, integritas, kerahasiaan dan kepedulian terhadap kewajiban merupakan atribut penting dari auditor ekstrenal. Independensi dalam kenyataan umumnya menghalangi auditor dari pembuatan keputusan manajemen.
Independensi aktual menyiratkan bahwa
auditor dapat memandang opini yang tidak memihak pada laporan keuangan, dimana investor dan stakeholders lainnya dapat bergantung kepadanya. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mulyadi dan Puradireja (1998) menyatakan bahwa sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam entitas yang diauditnya.
Auditor
harus
menghindari
keadaan-keadaan
yang
dapat
mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya sehingga di samping harus benar-benar independen, auditor juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. Sikap mental independen menurut persepsi masyarakat inilah yang tidak mudah pemerolehannya. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat aturan mengenai independensi auditor.
Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Salehi (2009) menyatakan bahwa persepsi publik pada independensi auditor penting karena independensi yang nyata tergantung pada persepsi masyarakat apakah dapat melemahkan independensi aktual. Auditor eksternal harus berusaha keras untuk memastikan bahwa kualitas audit dan kinerja auditnya tidak akan dikompromikan.
Rusliyawati dan Halim (2008) menambahkan bahwa
independensi auditor dalam sektor publik berhubungan dengan luasnya area sektor publik. Integritas auditor harus dilindungi dari pengaruh kelompok pemerintah pusat/daerah, status sebagai pegawai negeri sipil dan politisi. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salehi et al.(2009) menyatakan bahwa definisi yang dapat menggambarkan independensi auditor ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1 Definisi Independensi Auditor Nama Pengarang De Angelo, 1981 Knapp, 1985 Magill dan Previts, 1991 AICPA, 1985 FEE, 1995
ISB, 2000
Definisi bersyarat
Probabilitas dari laporan pengungkapan Kemampuan untuk melawan tekanan klien Fungsi karakter, dengan sifat kejujuran dan hal yang dapat dipercaya menjadi kunci Ketiadaan kepentingan yang membentuk resiko bias yang tidak dapat diterima Independen adalah arti pokok di mana auditor menunjukkan bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya secara objektif Kebebasan dari tekanan dan faktor lain yang dikompromikan, kemampuan auditor membuat keputusan audit yang objektif
Sumber : Salehi et al. (2009)
James (2001) menyatakan bahwa ikatan ekonomi dapat menyebabkan auditor kehilangan independensinya dan kemampuannya untuk membentuk opini yang tidak memihak. Salehi et al. (2009) menambahkan bahwa independensi auditor mungkin dipengaruhi oleh kesalahan yang disengaja atau oleh kesalahan yang tidak disengaja dalam melaporkan informasi.
Kesalahan yang disengaja
disebabkan beberapa faktor sebagai berikut: a. kedekatan dengan klien; b. ketergantungan pada klien untuk mata pencahariannya; c. digerakkan oleh keinginan untuk sukses dalam sosial dan ekonominya; d. berhubungan dekat dengan klien eksekutif; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
e. hubungan darah atau hubungan pernikahan dengan klien; f. penerimaan barang atau jasa dari klien secara langsung atau melalui karyawannya; g. terikat dengan dewan direktur untuk penunjukkan ulang. Salehi et al. (2009) menyatakan bahwa kesalahan yang tidak disengaja disebabkan beberapa faktor sebagai berikut: a. auditor mungkin bergantung kepada direktur cabang; b. bergantung pada konfirmasi eksternal sementara membuat opininya pada akun, misalnya konfirmasi dari debitur, kreditur, pihak bank; c. bergantung pada manajemen untuk verifikasi dan proses penilaian aset untuk jangkauan yang lebih luas. Beattie et al. (1999) mengidentifikasikan empat pokok sebagai penghalang independence sebagai berikut: a. ketergantungan ekonomi dari auditor kepada klien; b. kompetisi pasar audit; c. pemberian dari jasa non audit; d. kerangka peraturan.
6. Pengetahuan Audit Heang dan Ali (2008) menyatakan bahwa pemahaman publik yang kurang terhadap fungsi audit yang kompleks berpengaruh terhadap eksistensi audit expectation gap. Pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan diyakini dapat mengurangi expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Gloeck et al. (1993) menyatakan bahwa suatu konsensus dan pemahaman yang jelas mengenai peran auditor dibutuhkan dalam memahami dan mengevaluasi persepsi yang bijaksana dari pemakai jasa audit mengenai tanggung jawab dan fungsi auditor. Koh dan Woo (1998) menambahkan bahwa beberapa studi telah menemukan bukti yang mendukung kepercayaan bahwa pengetahuan dari pengguna laporan keuangan mempengaruhi besarnya expectation gap.
Oleh
karena itu, beberapa peneliti mendukung pendidikan dalam mempersempit expectation gap. Koh dan Woo (1998) menyatakan bahwa Bailey et al. (1983) melakukan studi di USA dan menemukan pengguna laporan keuangan yang lebih memiliki pengetahuan menempatkan lebih sedikit tanggung jawab auditor dibandingkan dengan pengguna laporan keuangan yang kurang memiliki pengetahuan. Studi Bailey et al. (1983) menyiratkan bahwa gap yang lebih besar muncul di antara auditor dan pengguna laporan keuangan yang kurang berpengalaman. Koh dan Woo (1998) menambahkan bahwa penelitian yang dilakukan Epstein dan Geiger (1994) menemukan bahwa investor yang lebih berpendidikan (dengan kepedulian terhadap akuntansi, pengetahuan analisis investasi dan keuangan) lebih sedikit menuntut jasa auditor yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, mereka
mengusulkan bahwa satu cara untuk mempersempit expectation gap adalah dengan meningkatkan kesadaran publik dari sifat dasar dan keterbatasan audit. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengguna laporan keuangan adalah penting untuk mengkomunikasikan keunggulan dan keterbatasan dari audit setiap ada kesempatan, cara lainnya adalah dengan memiliki laporan commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
audit yang sangat jelas menunjukkan jasa yang masuk akal. Peran dasar dari audit dalam masyarakat harus dikaji ulang oleh profesi audit dan pengguna laporan keuangan dan mereka harus setuju untuk menutup gap. Koh dan Woo (1998) menyatakan bahwa Monroe dan Woodliff (1993) telah mempelajari pengaruh pendidikan pada pelajar mengenai persepsi dari pesan yang dikomunikasikan melalui laporan audit di Australia.
Penelitian tersebut
menemukan bahwa pendidikan merupakan pendekatan yang efektif untuk mempersempit expectation gap. Koh dan Woo (1998) menambahkan bahwa hasil penelitian Monroe dan Woodliff (1994) dapat disimpulkan adanya perbedaan persepsi di antara pengguna laporan keuangan yang lebih berpengalaman dan auditor adalah lebih kecil dibandingkan pengguna laporan keuangan yang tidak berpengalaman dan auditor.
Mereka menyarankan pendidikan sebagai sarana
untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dari kelompok pengguna laporan keuangan supaya mengurangi audit expectation gap.
Marianne (2006)
menambahkan bahwa implementasi dari pendidikan audit telah disarankan sebagai sarana untuk mengurangi expectation gap. Pendidikan audit pasti akan membantu mengurangi expectation gap tetapi tidak dengan sendirinya cukup untuk menyelesaikan masalah dari semua komponen expectation gap. Pendidikan audit akan menyelesaikan sebagian masalah dari harapan yang tidak masuk akal.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 1. Anggota DPRD
Pegawai DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
Peran Auditor Independensi Auditor Ada Tidaknya Audit Expectation Gap
Pengetahuan Audit
Auditor BPK
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
C. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas disertai dengan beberapa penelitian sebelumnya maka diperoleh beberapa hipotesis dalam penelitian ini.
Auditor dalam
menjalankan perannya berpegang pada standar yang telah ditetapkan dalam profesi audit.
Harapan para pengguna laporan keuangan pemerintah daerah commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap peran auditor terkadang melebihi apa yang menjadi peran dan tanggung jawab auditor yang telah ditetapkan dalam profesi audit.
Semakin besarnya
tuntutan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai peran auditor menunjukkan besarnya expectation gap. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Salehi et al. (2009) yang menyatakan bahwa expectation gap terjadi ketika ada perbedaan di antara apa yang diharapkan publik dari auditor dan apa auditor mampu memberikannya. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut. H1 : Terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor
Salehi (2009) menyatakan bahwa independensi adalah inti dari sistem audit. Independensi auditor penting karena merupakan bagian kepemilikan dari manajemen, faktor independen adalah dasar dari profesi akuntansi publik dan pemeliharaannya tergantung pada kekuatan profesinya.
Independensi adalah
dasar keandalan dari laporan auditor. Laporan auditor akan tidak terpercaya, investor dan kreditor akan memiliki sedikit kenyamanan jika auditor tidak independen baik secara sikap mental maupun penampilan. Semakin besarnya tuntutan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah mengenai independensi auditor menunjukkan besarnya expectation gap. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H2 : Terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor
Selain peran auditor dan independensi auditor maka hal lain yang penting dalam audit expectation gap adalah pengetahuan audit. Pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah diyakini dapat mempengaruhi expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Koh dan Woo (1998) menyatakan bahwa pengetahuan dari pengguna laporan keuangan mempengaruhi besarnya expectation gap.
Berdasarkan hal
tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut. H3 : Terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Populasi penelitian ini dikelompokkan sebagai berikut: a. auditor pemerintah (BPK), yaitu auditor yang ada pada kantor perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah; b. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu anggota DPRD; c. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu pemerintah daerah yang diwakili pegawai pemerintah daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD); d. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu masyarakat pembayar pajak daerah yang diwakili masyarakat pembayar pajak restoran. Alasan dipilihnya masyarakat pembayar pajak daerah yang diwakili masyarakat pembayar pajak restoran karena masyarakat pembayar pajak daerah merupakan salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) yang membutuhkan laporan keuangan pemerintah daerah. Sampel
dalam
penelitian
ini
menggunakan
purposive
sampling.
Sekaran (2006) menyatakan bahwa purposive sampling digunakan karena informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Sekaran (2006) menambahkan bahwa commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ukuran sampel dipengaruhi oleh tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Keputusan pengambilan sampel harus mempertimbangkan desain pengambilan sampel dan ukuran sampel. Pedoman untuk menentukan ukuran sampel mengacu pada pendapat Roscoe dalam Sekaran (2006) sebagai berikut: a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. b. Di mana sampel dipecah ke dalam sub sampel, ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori. Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing populasi adalah sebagai berikut: a. auditor pemerintah (BPK), yaitu auditor yang ada pada kantor perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 30 sampel; b. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu anggota DPRD sebanyak 30 sampel; c. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu pemerintah daerah yang diwakili pegawai pemerintah daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) sebanyak 30 sampel; d. pengguna laporan keuangan sektor publik yaitu masyarakat pembayar pajak daerah yang diwakili masyarakat pembayar pajak restoran sebanyak 30 sampel.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner yang langsung disebarkan kepada auditor pemerintah (BPK) yang ada pada kantor perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah dan pengguna laporan keuangan pemerintah yang ada di wilayah Kabupaten Sragen (anggota DPRD, pemerintah daerah yang diwakili pegawai pemerintah daerah di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, masyarakat pembayar pajak daerah yang diwakili masyarakat pembayar pajak restoran). Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner yang pernah digunakan Rusliyawati dan Halim (2008) dan Sugiyarso (2009).
Kuesioner mengenai
independensi auditor pernah digunakan Rusliyawati dan Halim (2008) dalam penelitiannya mengenai penginvestigasian audit expectation gap pada sektor publik, kuesioner tersebut diadaptasi dari penelitian Chowdhury et al. (2005). Chowdury et al. (2005) meneliti tentang audit expectation gap sektor publik di Bangladesh. Kuesioner mengenai peran auditor dan pengetahuan audit pernah digunakan Sugiyarso (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis expectation gap
di
sektor
publik,
kuesioner
tersebut
diadaptasi
dari
penelitian
Nugroho (2004). Penggunaan kembali kuesioner dari penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dan Sugiyarso (2009) berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. Hasil penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari sisi pelaporan, akuntabilitas, independensi auditor, kompetensi auditor, pendapat wajar dan audit kinerja. Perbedaan persepsi tersebut menimbulkan expectation gap antara auditor dan pengguna laporan keuangan daerah. Penelitian Sugiyarso (2009) menemukan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah (anggota DPRD,
pemeriksa
Bawasda/Inspektorat,
anggota
Lembaga
Swadaya
Masyarakat), terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah dan tidak terdapat audit expectation gap antar pengguna laporan keuangan pemerintah daerah satu dengan lainnya. b. Berdasarkan saran dari penelitian tersebut bahwa perlu dilakukan penelitian di daerah yang lain sehingga hasilnya dapat digeneralisir dan perlunya menggunakan sampel yang berbeda dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang mempunyai kepentingan langsung terhadap kinerja pemerintah daerah.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah persepsi masing-masing kelompok responden mengenai pengauditan pada pemerintah daerah. Operasional variabel mencakup pengukuran variabel yaitu memberikan nilai terhadap persepsi kelompok
responden
mengenai
pengauditan
eksternal
pemerintahan.
Sugiyarso (2009) menyatakan bahwa kuesioner mencakup dua bagian, yaitu: commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. open ended question yang memberikan pernyataan mengenai data identitas pribadi responden untuk mendukung data demografi; b. close ended question yang memberikan pernyataan kepada responden mengenai pengauditan pada pemerintah daerah. Tiga kelompok pernyataan utama dalam close ended question mengukur dimensi peran auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit, yang diukur dengan skala likert dari 1 sampai dengan 5 (sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju). Operasional variabel dijabarkan sebagai berikut: a. Variabel peran auditor dalam penelitian ini diwakili dengan pernyataan bahwa auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah (pernyataan nomor 1), auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian (pernyataan nomor 2), auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian/baik yang material maupun tidak (pernyataan nomor 3), auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji/baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit (pernyataan nomor 4), auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah (pernyataan nomor 5), dan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah daerah (pernyataan nomor 6). b. Variabel independensi auditor dalam penelitian ini diwakili dengan pernyataan bahwa
auditor
eksternal
(BPK) independen commit to user
terhadap
pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
daerah/eksekutif (pernyataan nomor 7), auditor eksternal (BPK) independen terhadap pegawai negeri sipil (pernyataan nomor 8), auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi/legislatif (pernyataan nomor 9), dan auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi (pernyataan nomor 10). c. Variabel pengetahuan audit dalam penelitian ini diwakili dengan pernyataan bahwa auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah (pernyataan nomor 11), auditor eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah. Mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit (pernyataan nomor 12), laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali (pernyataan nomor 13), nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut (pernyataan nomor 14), laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah (pernyataan nomor 15), auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli (pernyataan nomor 16), dan pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji (pernyataan nomor 17). Kelompok terminologi umum dalam pengauditan dimaksudkan untuk menambah pemahaman expectation gap berkaitan dengan karakteristik responden. Ada tiga item yang digunakan untuk mengetahui terminologi responden mengenai pengauditan yaitu terminologi mengenai salah saji material (nomor 18), wajar commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanpa pengecualian (nomor 19), dan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material (nomor 20).
Jawaban responden diukur dengan pernyataan
mengerti, tidak yakin, dan tidak mengerti.
D. Analisis Data
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi.
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini
menggunakan alat analisa one-way ANOVA dengan menggunakan bantuan software statistik komputer SPSS versi 12.0.
1. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis faktor. Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Alat uji yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari nol sampai dengan satu. Nilai yang dikehendaki harus > 0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor (Ghozali, 2005).
2. Uji Reliabilitas Ghozali (2005) menyatakan bahwa reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Nunnaly (1967) menambahkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja.
Di sini pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Cronbach Alpha (α).
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
3. Uji Asumsi Rusliyawati dan Halim (2008) menyatakan bahwa sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi. Pengujian asumsi meliputi pengujian normalitas sebaran dan pengujian homogenitas (kesamaan varians). Ghozali (2005) menambahkan bahwa uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test, dengan membandingkan Asymptotic Significance dengan α = 5%.
Dasar penarikan
kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic Significance > 0,05. Uji homogenitas (kesamaan varians) dengan menggunakan Levene’s Test of Homogeneity of Variance. Uji homogenitas ini untuk menguji asumsi ANOVA bahwa setiap grup (kategori) variabel independen memiliki variance sama. Jika commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Levene Statistic signifikan pada 0,05 maka kita dapat menolak hipotesis nol yang menyatakan grup memiliki variance sama (Ghozali, 2005).
4. Uji Hipotesis Berdasarkan pada hasil verifikasi terhadap data yang diperoleh, maka dilakukan pengujian hipotesis. Apabila data setiap variabel yang akan dianalisis membentuk distribusi normal, maka semua hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan alat analisa one-way ANOVA.
Pengujian terhadap hipotesis
penelitian dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5%. Masingmasing hipotesis diuji dengan menggunakan uji-F (F-test). menyatakan
bahwa
penggunaan
uji-F
(F-test)
dapat
Lind (2008)
digunakan
untuk
membandingkan tiga rata-rata populasi atau lebih untuk menentukan apakah semua nilainya dapat sama. Kaidah pengambilan keputusan adalah: a. Apabila nilai probabilitas (p) > α = 5%, maka maka hipotesis yang diajukan (Ha) ditolak. b. Apabila nilai probabilitas (p) < α = 5%, maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima. Apabila data setiap variabel yang akan dianalisis tidak berdistribusi normal, maka statistik non parametrik akan digunakan untuk menguji hipotesis. Uji yang digunakan adalah Kruskal-Wallis test.
Ghozali (2006) menyatakan bahwa
Kruskal-Wallis test adalah one way analysis of variance by rank. Kruskal-Wallis test merupakan alat uji statistik non parametrik yang sangat berguna untuk menentukan apakah k sampel independen berasal dari populasi yang berbeda. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kruskal-Wallis test menguji hipotesis nol bahwa k sampel berasal dari populasi yang sama atau populasi yang identik dengan median yang sama.
Kaidah
pengambilan keputusan adalah: a. Apabila nilai probabilitas (p) > α = 5%, maka maka hipotesis yang diajukan (Ha) ditolak. b. Apabila nilai probabilitas (p) < α = 5%, maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Responden Pengiriman kuesioner dilakukan selama satu bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan bulan Juli. Kuesioner disebarkan di wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen, yaitu ke anggota DPRD, pegawai pemerintah daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD), masyarakat pembayar pajak daerah (pajak restoran) dan auditor pemerintah (BPK) pada Kantor Perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah. Tingkat pengembalian kuesioner ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 2 Tingkat Pengembalian Kuesioner Kelompok Responden Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total
Kuesioner Dikirim 30
Kuesioner Kembali dan Dapat Digunakan 30
Respon Rate 100%
30 30 30
30 30 30
100% 100% 100%
120
120
100%
Sumber: data primer yang diolah
Kuesioner yang dikirim berjumlah 120 eksemplar, kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat untuk diolah berjumlah 120 eksemplar sehingga memenuhi aturan umum sampel minimum commit yang disyaratkan dalam penggunaan analisis to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor.
Syarat ukuran sampel minimum dalam analisis faktor adalah 5 kali
variabel yang diteliti.
Hal ini sesuai dengan pendapat Utama (2010) yang
menyatakan bahwa ukuran sampel untuk analisis faktor adalah minimal 5 kali variabel yang diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah (BPK) pada Kantor Perwakilan BPK-RI di Provinsi Jawa Tengah dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD, pegawai pemerintah daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD), dan masyarakat pembayar pajak daerah. Gambaran responden diperoleh dari data yang terdapat dalam kuesioner pada bagian identitas responden dan terminologi umum. Gambaran umum responden meliputi masa kerja, tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di bidang auditing dan terminologi umum.
a. Masa Kerja Responden Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi masa kerja responden yang ditunjukkan tabel berikut ini. Tabel 3 Deskripsi Masa Kerja Responden Kelompok Responden Masa Kerja
Auditor BPK
Jumlah % 1-5 Tahun 19 63,33 6-10 Tahun 4 13,33 Lebih dari 7 23,33 10 Tahun Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD Jumlah 17 11 2
% 56,67 36,67 6,67
30 to user commit
Pegawai DPPKAD Jumlah 4 4 22 30
% 13,33 13,33 73,33
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 11 36,67 6 20,00 13 43,33 30
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan masa kerja 1 sampai dengan 5 tahun yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 19 orang (63,33%). Jumlah responden dengan masa kerja 6 sampai dengan 10 tahun yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 11 orang (36,67%). Jumlah responden dengan masa kerja lebih dari 10 tahun yang terbanyak adalah pegawai DPPKAD, yaitu sebanyak 22 orang (73,33%).
b. Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi tingkat pendidikan responden yang ditunjukkan tabel berikut ini. Tabel 4 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden Kelompok Responden Tingkat Pendidikan
Auditor BPK
Jumlah % SMU D3 1 3,33 S1 25 83,33 S2 4 13,33 S3 Lainnya Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD Jumlah 11 12 7 30
% 36,67 40,00 23,33 -
Pegawai DPPKAD Jumlah 9 3 12 6 30
% 30,00 10,00 40,00 20,00 -
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 22 73,33 1 3,33 7 23,33 30
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMU yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 22 orang (73,33%).
Jumlah responden dengan tingkat
pendidikan D3 yang terbanyak adalah pegawai DPPKAD, yaitu sebanyak 3 orang (10,00%). Jumlah responden dengan tingkat pendidikan S1 yang commit to user terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 25 orang (83,33%). Jumlah
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
responden dengan tingkat pendidikan S2 yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 7 orang (23,33%).
c. Latar Belakang Pendidikan Responden Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi latar belakang pendidikan responden yang ditunjukkan tabel berikut ini. Tabel 5 Deskripsi Latar Belakang Pendidikan Responden Kelompok Responden Latar Belakang Pendidikan Akuntansi Ekonomi Non Akuntansi Lain-lain
Anggota DPRD
Auditor BPK
Pegawai DPPKAD
Jumlah 8 5
% 26,67 16,67
Jumlah 2
% 6,67
Jumlah 3 14
% 10,00 46,67
17
56,67
28
93,3 3
13
43,33
Total 30 Sumber: data primer yang diolah
30
30
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 1 3,33 2 6,67 27
90,00
30
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan latar belakang pendidikan akuntansi yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 8 orang (26,67%).
Jumlah responden dengan latar belakang
pendidikan ekonomi non akuntansi yang terbanyak adalah pegawai DPPKAD, yaitu sebanyak 14 orang (46,67%). Jumlah responden dengan latar belakang pendidikan di luar akuntansi dan ekonomi non akuntansi yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 28 orang (93,33%).
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pengalaman Kerja di Bidang Akuntansi Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi pengalaman kerja di bidang akuntansi responden yang ditunjukkan tabel berikut ini. Tabel 6 Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Akuntansi Kelompok Responden Pengalaman Kerja
Auditor BPK
Jumlah % 0-1 Tahun 8 26,67 1-3 Tahun 3 10,00 Lebih dari 3 6 20,00 Tahun Tidak 13 43,33 Berpengalaman Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD
Pegawai DPPKAD
Jumlah 2 -
% 6,67 -
Jumlah 3 11
% 10,00 36,67
28
93,33
16
53,33
30
30
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 2 6,67 5 16,67 1 3,33 22
73,33
30
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang akuntansi selama nol sampai dengan 1 tahun yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 8 orang (26,67%). Jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang akuntansi selama 1 sampai dengan 3 tahun yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 5 orang (16,67%). Jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang akuntansi lebih dari 3 tahun yang terbanyak adalah pegawai DPPKAD, yaitu sebanyak 11 orang (36,67%).
Jumlah responden yang tidak memiliki
pengalaman kerja di bidang akuntansi yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 28 orang (93,33%). commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Pengalaman Kerja di Bidang Auditing Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi pengalaman kerja di bidang auditing responden yang ditunjukkan tabel berikut ini. Tabel 7 Deskripsi Pengalaman Kerja di Bidang Auditing Kelompok Responden Pengalaman Kerja
Auditor BPK
Jumlah % 0-1 Tahun 4 13,33 1-3 Tahun 13 43,33 Lebih dari 3 13 43,33 Tahun Tidak Berpengalaman Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD
Pegawai DPPKAD
Jumlah 2 -
% 6,67 -
Jumlah 2 -
% 6,67 -
28
93,33
28
93,33
30
30
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 1 3,33 29
96,67
30
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang auditing selama 1 sampai dengan 1 tahun yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 4 orang (13,33%). Jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang auditing selama 1 sampai dengan 3 tahun yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 13 orang (43,33%). Jumlah responden dengan pengalaman kerja di bidang auditing lebih dari 3 tahun yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 13 orang (43,33%). Jumlah responden yang tidak memiliki pengalaman kerja di bidang auditing yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 29 orang (96,67%). commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Frekuensi Menggunakan/Membaca Laporan Hasil Audit Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data deskripsi frekuensi menggunakan/membaca laporan hasil audit responden yang ditunjukkan tabel berikut ini. Tabel 8 Deskripsi Frekuensi Menggunakan/Membaca Laporan Hasil Audit Kelompok Responden Frekuensi
Auditor BPK
Jumlah % Tidak Pernah Kadangkadang Sering 30 100,00 Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD
Pegawai DPPKAD
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 20 66,67
Jumlah 1
% 3,33
Jumlah 8
% 26,67
26
86,67
21
70,00
9
30,00
3 30
10,00
1 30
3,33
1 30
3,33
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak pernah menggunakan/membaca laporan hasil audit yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 20 orang (66,67%). Jumlah responden yang kadang-kadang menggunakan/membaca laporan hasil audit yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 26 orang (86,67%). Jumlah responden yang sering menggunakan/membaca laporan hasil audit yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 30 orang (100%).
d. Terminologi Umum Berdasarkan data responden yang terkumpul diperoleh data pengetahuan responden terhadap terminologi salah saji material, wajar tanpa pengecualian, commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang ditunjukkan tabel-tabel berikut ini. Tabel 9 Deskripsi Terminologi Salah Saji Material Kelompok Responden Pengetahuan Responden
Auditor BPK
Jumlah % Mengerti 30 100,00 Tidak Yakin Tidak Mengerti Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD Jumlah 12 17 1
% 40,00 56,67 3,33
30
Pegawai DPPKAD Jumlah 16 9 5
% 53,33 30,00 16,67
30
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 7 23,33 6 20,00 17 56,67 30
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengerti terminologi salah saji material yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 30 orang (100%). Jumlah responden yang tidak yakin terminologi salah saji material yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 17 orang (56,67%).
Jumlah responden yang tidak mengerti terminologi salah saji
material yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 17 orang (56,67%). Tabel 10 Deskripsi Terminologi Wajar Tanpa Pengecualian Kelompok Responden Pengetahuan Responden
Auditor BPK
Jumlah % Mengerti 30 100,00 Tidak Yakin Tidak Mengerti Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD Jumlah 18 11 1
% 60,00 36,67 3,33
30
commit to user
Pegawai DPPKAD Jumlah 19 10 1 30
% 63,33 33,33 3,33
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 8 26,67 3 10,00 19 63,33 30
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengerti terminologi wajar tanpa pengecualian yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 30 orang (100%). Jumlah responden yang tidak yakin terminologi wajar tanpa pengecualian yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 11 orang (36,67%). Jumlah responden yang tidak mengerti terminologi wajar tanpa pengecualian yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 19 orang (63,33%). Tabel 11 Deskripsi Terminologi Menyajikan Secara Wajar Dalam Semua Hal Yang Material Kelompok Responden Pengetahuan Responden
Auditor BPK
Jumlah % Mengerti 30 100,00 Tidak Yakin Tidak Mengerti Total 30 Sumber: data primer yang diolah
Anggota DPRD Jumlah 3 25 2
% 10,00 83,33 6,67
30
Pegawai DPPKAD Jumlah 18 8 4 30
% 60,00 26,67 13,33
Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Jumlah % 3 10,00 8 26,67 19 63,33 30
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengerti terminologi menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang terbanyak adalah auditor BPK, yaitu sebanyak 30 orang (100%). Jumlah responden yang tidak yakin terminologi menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang terbanyak adalah anggota DPRD, yaitu sebanyak 25 orang (83,33%). Jumlah responden yang tidak mengerti terminologi menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang terbanyak adalah masyarakat pembayar pajak daerah, yaitu sebanyak 19 orang (63,33%). commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Distribusi Tanggapan Responden Pernyataan-pernyataan responden mengenai variabel penelitian dapat dilihat pada jawaban rersponden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti. Data yang diperoleh dari responden harus dikuantitatifkan dengan menggunakan format alternatif jawaban dengan skala Likert 5 point karena kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Data dalam analisis ini disajikan dalam bentuk statistik deskriptif yang terlihat dalam tabel 12. Tabel 12 menampilkan data mengenai nilai minimum, maksimum, rata-rata, standard deviation, variance, skewness dan kurtosis. Tabel 12 Statistik Deskriptif Peran Auditor Independensi Auditor Pengetahuan Audit
N 120 120
Min 6,00 15,00
Max 30,00 20,00
Mean 20,9500 17,0250
Std 6,04166 1,44631
Variance 36,502 2,092
Skewness -0,859 1,312
Kurtosis -0,399 0,287
120
11,00
35,00
24,8167
6,80828
46,353
-0,671
-0,820
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 12 menunjukkan jumlah responden adalah 120 orang.
Dari 120
responden ini variabel independensi auditor memiliki nilai rata-rata terkecil yaitu sebesar 17,0250 dengan standar deviasi sebesar 1,44631. Variabel pengetahuan audit memiliki nilai rata-rata terbesar yaitu sebesar 24,8167 dengan standar deviasi sebesar 6,80828.
Nilai skewness dan kurtosis variabel peran auditor
adalah -0,859 dan -0,399. Nilai skewness dan kurtosis variabel independensi auditor adalah 1,312 dan 0,287. Nilai skewness dan kurtosis variabel pengetahuan audit adalah -0,671 dan -0,820.
Nilai skewness dan kurtosis ketiga variabel
tersebut menunjukkan bahwa ketiganya tidak terdistribusi normal. Hal ini sesuai commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan pendapat Ghozali (2005) yang menyatakan bahwa data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol.
B. Analisis Data
1. Pengujian Instrumen Instrumen penelitian ini diambil dari penelitian yang telah dilakukan Rusliyawati dan Halim (2008) dan Sugiyarso (2009). Teknik pengujian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi.
a. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis faktor. Ghozali (2005) menyatakan bahwa asumsi yang mendasari dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup. Salah satu alat uji yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Masingmasing variabel penelitian diuji terpisah dengan KMO MSA.
Nilai KMO
bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki harus > 0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor. Apabila nilai KMO masing-masing variabel terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisis faktor. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analisis faktor dilakukan terpisah untuk masing-masing variabel penelitian. Indikator-indikator variabel yang dianalisis harus menjadi 1 faktor berdasarkan pada nilai eigen value > 1, sehingga indikator masing-masing variabel akan mengelompok pada 1 faktor tersebut dan dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel memiliki unidimensionalitas atau dengan kata lain indikator masing-masing variabel semuanya valid. Hasil uji validitas dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 13 Hasil Uji Validitas Variabel Peran Auditor Independensi Auditor Pengetahuan Audit
KMO MSA 0,908 0,766 0,891
Faktor Loading 0,812-0,943 0,587-0,974 0,160-0,935
Sumber: data primer yang diolah
Analisis faktor dapat dilanjutkan apabila masing-masing variabel mempunyai nilai KMO MSA > 0,50. Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan bahwa pada variabel peran auditor dapat dilanjutkan analisis faktor karena mempunyai nilai KMO MSA 0,908. Setelah dilakukan analisis faktor terlihat bahwa analisis faktor yang dilakukan mengelompokkan indikator-indikator variabel tersebut ke dalam 1 faktor dengan faktor loading 0,812-0,943 sehingga dapat dikatakan indikator-indikator variabel peran auditor valid. Variabel independensi auditor memiliki nilai KMO MSA 0,766 sehingga dapat dilakukan analisis faktor.
Hasil analisis faktor yang dilakukan
mengelompokkan indikator-indikator variabel tersebut ke dalam 1 faktor commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan faktor loading 0,587-0,974sehingga dapat dikatakan indikatorindikator variabel independensi auditor valid. Tabel 13 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan audit mempunyai nilai KMO MSA 0,891 sehingga dapat dilakukan analisis faktor. Hasil analisis faktor yang dilakukan mengelompokkan indikator-indikator variabel tersebut ke dalam 1 faktor dengan faktor loading 0,160- 0,935 sehingga dapat dikatakan indikator-indikator variabel pengetahuan audit valid.
b. Uji Reliabilitas Ghozali (2005) menyatakan bahwa reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Nunnaly (1967) menambahkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja.
Di sini
pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 14 sebagai berikut.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Peran Auditor Independensi Auditor Pengetahuan Audit
Cronbach’s Alpha 0,948 0,900 0,909
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas untuk variabel peran auditor menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,948 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,948 > 0,60.
Hasil uji reliabilitas untuk variabel independensi auditor
menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,900 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,900 > 0,60. Hasil uji reliabilitas untuk variabel pengetahuan audit menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,909 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,909 > 0,60.
c. Uji Asumsi Rusliyawati dan Halim (2008) menyatakan bahwa sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi. Pengujian asumsi meliputi pengujian normalitas sebaran dan pengujian homogenitas (kesamaan varians).
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Uji Normalitas Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal.
Uji normalitas data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test, dengan membandingkan Asymptotic Significance dengan α = 5%.
Dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic Significance > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 15 sebagai berikut. Tabel 15 Hasil Uji Normalitas Variabel Peran Auditor Independensi Auditor Pengetahuan Audit
Asymptotic Significance 0,000 0,000 0,001
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 15 menunjukkan hasil uji normalitas terhadap variabel peran auditor adalah 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel peran auditor tidak berdistribusi normal karena nilai 0,000 < 0,05. Hasil uji normalitas terhadap variabel independensi auditor adalah 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel independensi auditor tidak berdistribusi normal karena nilai 0,000 < 0,05. Hasil uji normalitas terhadap variabel pengetahuan audit adalah 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel
pengetahuan
audit
tidak
nilai 0,001 < 0,05. commit to user
berdistribusi
normal
karena
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Uji Homogenitas Uji homogenitas (kesamaan varians) dengan menggunakan Levene’s Test of Homogeneity of Variance.
Uji homogenitas ini untuk menguji asumsi
ANOVA bahwa setiap grup (kategori) variabel independen memiliki variance sama. Jika Levene Statistic signifikan pada 0,05 maka kita dapat menolak hipotesis nol yang menyatakan grup memiliki variance sama (Ghozali, 2005). Hasil uji homogenitas ditunjukkan tabel 16 sebagai berikut. Tabel 16 Hasil Uji Homogenitas Variabel Peran Auditor Independensi Auditor Pengetahuan Audit
Levene Test 0,491 0,000 0,232
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil uji Levene Test pada variabel peran auditor sebesar 0,491 sehingga tidak signifikan pada 0,05 (p > 0,05) sehingga hipotesis nol yang menyatakan variance sama tidak dapat ditolak. Hasil uji Levene Test pada variabel independensi auditor sebesar 0,000 sehingga signifikan pada 0,05 (p < 0,05) sehingga hipotesis nol yang menyatakan variance sama ditolak. Hasil uji Levene Test pada variabel pengetahuan audit sebesar 0,232 sehingga tidak signifikan pada 0,05 (p > 0,05) sehingga hipotesis nol yang menyatakan variance sama tidak dapat ditolak.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Kruskal-Wallis test. Penggunaan Kruskal-Wallis test disebabkan data setiap variabel yang dianalisis tidak berdistribusi normal sehingga statistik non parametrik digunakan untuk menguji hipotesis.
a. Pengujian Hipotesis 1 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk pengujian hipotesis terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah dilihat dari sisi peran auditor yang ditunjukkan tabel 17 dan tabel 18 sebagai berikut. Tabel 17 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Peran Auditor Pernyataan 1. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah. 2. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian. 3. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak). 4. Auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit).
Populasi Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
N 30 30 30 30
Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
120 30 30 30 30 120 30 30 30 30
Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
120 30 30 30 30
Total
120
commit to user
Mean Rank 17,40 77,97 71,95 74,68
15,53 74,38 73,25 78,83 16,92 76,50 74,08 74,50
25,47 72,35 63,18 81,00
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17 (Lanjutan) Pernyataan 5. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah.
Populasi Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
6. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatancatatan akuntansi pemerintah daerah.
Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total
N 30 30 30 30 120 30 30 30 30 120
Mean Rank 18,30 91,12 67,22 65,37 15,65 75,57 73,20 77,58
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 17 menunjukkan hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel peran auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 17,40. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi anggota DPRD yaitu sebesar 77,97. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 15,53. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 78,83.
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor
eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak), populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 16,92. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi anggota DPRD yaitu sebesar 76,50. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit), populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu
sebesar 25,47.
Mean rank tertinggi terdapat pada
populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 81,00.
Hasil
Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 18,30. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi anggota DPRD yaitu sebesar 91,12. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah daerah, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 15,65. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 77,58. Tabel 18 Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Peran Auditor Pernyataan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak). Auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit). Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah. Auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah daerah. Keterangan : * Signifikan pada α = 1% Sumber : data primer yang diolah
commit to user
Asymptotic Significance 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Tabel 18 menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis untuk variabel peran auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak) adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit) adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah
daerah
adalah
0,000.
Oleh
karena
nilai
asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah
daerah
adalah
0,000.
Oleh
karena
nilai
asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
b. Pengujian Hipotesis 2 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk pengujian hipotesis terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuangan pemerintah dilihat dari sisi independensi auditor ditunjukkan tabel 19 dan tabel 20 sebagai berikut. Tabel 19 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Independensi Auditor Pernyataan 7. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif).
Populasi Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total
8. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pegawai negeri sipil.
9. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi (legislatif).
10. Auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi.
N 30 30 30 30 120 30 30 30 30 120 30 30 30 30 120 30 30 30 30 120
Mean Rank 77,00 59,00 49,00 57,00 72,65 60,42 50,50 58,43 74,00 60,00 50,00 58,00 61,00 41,00 55,00 85,00
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 19 menunjukkan hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif), populasi auditor BPK menghasilkan mean rank tertinggi yaitu sebesar 77,00. Mean rank terendah terdapat pada populasi pegawai DPPKAD yaitu sebesar 49,00. Hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen
terhadap
pegawai
negeri
commit to user
sipil,
populasi
auditor
BPK
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan mean rank tertinggi yaitu sebesar 72,65. Mean rank terendah terdapat pada populasi pegawai DPPKAD yaitu sebesar 50,50. Hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi (legislatif), populasi auditor BPK menghasilkan mean rank tertinggi yaitu sebesar 74,00. Mean rank terendah terdapat pada populasi pegawai DPPKAD yaitu sebesar 50,00. Hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi, populasi masyarakat pembayar pajak daerah menghasilkan mean rank tertinggi yaitu 85,00 sedangkan auditor BPK tidak berbeda jauh yaitu sebesar 61,00. Mean rank terendah terdapat pada populasi anggota DPRD yaitu sebesar 41,00. Tabel 20 Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Independensi Auditor Pernyataan 7. 8. 9. 10.
Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif). Auditor eksternal (BPK) independen terhadap pegawai negeri sipil. Auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi (legislatif). Auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi. Keterangan : * Signifikan pada α = 1% Sumber : data primer yang diolah
Asymptotic Significance 0,000* 0,003* 0,001* 0,000*
Tabel 20 menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis untuk variabel independensi auditor pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif) adalah 0,000.
Oleh karena nilai
asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor (BPK) dan pengguna laporan commitpemerintah to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap pegawai negeri sipil adalah 0,003. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi (legislatif) adalah 0,001. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
c. Pengujian Hipotesis 3 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk pengujian hipotesis terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuangan pemerintah dilihat dari sisi pengetahuan audit ditunjukkan tabel 21 dan tabel 22 sebagai berikut. Tabel 21 Hasil Kruskal-Wallis Test (Mean Rank) untuk Variabel Pengetahuan Audit Pernyataan 11. Auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah.
Populasi Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
N 30 30 30 30 120 30 30 30 30
14. Nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut.
Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
120 30 30 30 30 120 30 30 30 30
15. Laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah.
Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
16. Auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli.
Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah
120 30 30 30 30 120 30 30 30 30 120 30 30 30
12. Auditor eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah. Mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit. 13. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali.
17. Pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji.
Total Auditor BPK Anggota DPRD Pegawai DPPKAD Masyarakat Pembayar Pajak Daerah Total
Sumber: data primer yang diolah
commit to user
30 120
Mean Rank 16,88 78,52 52,97 93,63 16,80 72,87 63,37 88,97
16,20 73,67 57,43 94,70 54,50 40,50 72,50 74,50 21,70 72,35 67,05 80,90 17,00 67,78 70,62 86,60 15,85 69,28 70,55 86,32
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 21 menunjukkan hasil Kruskal-Wallis test untuk variabel pengetahuan audit pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 16,88. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 93,63.
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor
eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 16,80. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 88,97.
Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan laporan
keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 16,20. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 94,70. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut, populasi anggota DPRD menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 40,50 sedangkan populasi auditor BPK tidak berbeda jauh yaitu sebesar 54,50 .
Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat
pembayar pajak daerah yaitu sebesar 74,50. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah, populasi auditor commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 21,70.
Mean rank
tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 80,90. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 17,00. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 86,60. Hasil Kruskal-Wallis test pada pernyataan pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji, populasi auditor BPK menghasilkan mean rank terendah yaitu sebesar 15,85. Mean rank tertinggi terdapat pada populasi masyarakat pembayar pajak daerah yaitu sebesar 86,32. Tabel 22 Hasil Kruskal-Wallis Test (Asymptotic Significance) untuk Variabel Pengetahuan Audit Pernyataan 11. Auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah. 12. Auditor eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah. Mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit. 13. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali. 14. Nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut. 15. Laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah. 16. Auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli. 17. Pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji. Keterangan : * Signifikan pada α = 1% Sumber : data primer yang diolah
commit to user
Asymptotic Significance 0,000* 0,000*
0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Tabel 22 menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis untuk variabel pengetahuan audit pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah, mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian pada pernyataan laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah adalah 0,000. Oleh karena nilai asymptotic significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
Hasil pengujian pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus
menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli adalah 0,000.
Oleh karena nilai asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah. Hasil pengujian hipotesis pada pernyataan pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji adalah 0,000.
Oleh karena nilai asymptotic
significance < 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
C. Pembahasan
Hasil pengujian data menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Kruskal-Wallis test membuktikan adanya audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit. Hal ini bisa dilihat dari indikator
masing-masing
variabel
yang
menunjukkan
nilai
asymptotic
significance < 0,05 sehingga semua hipotesis yang diajukan diterima. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran auditor. Hasil pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Sugiyarso (2009) yang menyimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah (anggota DPRD, pemeriksa Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat) pada variabel peran auditor. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Tingginya expectation dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah terhadap peran auditor dibandingkan dengan expectation dari auditor pemerintah (BPK) disebabkan pengguna laporan keuangan kurang memahami peran dari auditor pemerintah (BPK), sedangkan auditor pemerintah (BPK) dalam menjalankan perannya berpedoman pada standar yang telah ditetapkan dalam profesi audit.
Auditor pemerintah (BPK) dalam menjalankan tugasnya
berpedoman pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dan Standar Profesional Akuntan Publik. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 230 menyatakan bahwa auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan, karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep pemerolehan keyakinan memadai. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 17).
Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat
disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Pendapat auditor BPK
didukung dengan pernyataan Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 316 yang menegaskan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Manajemen harus bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Hasil pengujian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Best et al. (2001) yang menemukan adanya expectation gap yang sangat luas, terutama dalam hubungannya dengan tingkatan dan jenis tanggung jawab auditor. Expectation gap telah ditemukan terutama pada isu tanggung jawab auditor untuk pencegahan dan pendeteksian fraud. Expectation gap pada tanggung jawab mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian sesuai dengan pernyataan Salehi et al. (2008) yang menyatakan bahwa berdasarkan fakta, pihak ketiga menginginkan auditor eksternal dapat menjamin keakuratan dari rekening yang ditampilkan, maka dalam kondisi ini mereka menginginkan bahwa tujuan dari audit adalah untuk mendeteksi kecurangan, mendeteksi kesalahan teknik, dan mendeteksi kesalahan yang prinsip.
Pihak
ketiga mempunyai persepsi bahwa tanpa mendeteksi kecurangan maka tidak ada gunanya praktek audit, sedangkan profesi audit mempercayai tanggung jawabnya terbatas untuk merencanakan audit. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
pengujian (baik yang material maupun tidak) lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian (baik yang material maupun tidak), sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Pendapat auditor pemerintah (BPK) diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 yang menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan yang tidak material terhadap laporan keuangan. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit) lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk melaporkan seluruh salah saji (baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit), sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 menyatakan bahwa auditor berperan dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab terhadap salah saji yang tidak material. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Ikatan Akuntan
Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab memelihara pengendalian intern, pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) bertanggung
jawab
untuk
menjaga/mengawasi
catatan-catatan
akuntansi
pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
keuangan pemerintah daerah (Tabel 17). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk menjaga/mengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Saifulah (2003) menyatakan bahwa pihak manajemen yang bertanggung jawab untuk memelihara catatan laporan keuangan bukan auditor.
Eksistensi audit
expectation gap pada pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Best et al. (2001) yang menemukan adanya expectation gap pada tanggung jawab auditor untuk memelihara rekaman akuntansi. Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi independensi auditor. Hasil pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Rusliyawati dan Halim (2008) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari independensi. Perbedaan persepsi tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) independen terhadap pemerintah daerah (eksekutif), auditor eksternal (BPK) commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
independen terhadap pegawai negeri sipil, auditor eksternal (BPK) independen terhadap para politisi (legislatif) lebih besar dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 19). Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai standar etika yang tinggi lebih besar dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (anggota DPRD dan pegawai DPPKAD), sedangkan dengan masyarakat pembayar pajak daerah lebih rendah tetapi tidak berbeda jauh. Tingginya expectation dari auditor pemerintah (BPK) terhadap independensi auditor dibandingkan dengan expectation dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah disebabkan keinginan auditor pemerintah (BPK) untuk meningkatkan kualitas kinerja profesionalnya dengan cara meningkatkan independensinya. Hal ini didukung oleh Mulyadi dan Puradireja (1998) yang menyatakan bahwa sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam entitas yang diauditnya. Auditor harus menghindari keadaan-keadaan
yang
dapat
mengakibatkan
masyarakat
meragukan
independensinya sehingga di samping harus benar-benar independen, auditor juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. Hasil dari penelitian ini diperkuat dengan pendapat Rusliyawati dan Halim (2008) yang menyatakan bahwa independensi auditor harus dilindungi dari pengaruh kelompok pemerintah pusat/daerah, status sebagai pegawai negeri sipil dan politisi.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi pengetahuan audit. Hasil pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Sugiyarso (2009) yang menyimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna
laporan
keuangan
pemerintah
(anggota
DPRD,
pemeriksa
Bawasda/Inspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat) pada variabel pengetahuan audit. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa auditor eksternal (BPK) tidak bertanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap.
Ikatan Akuntan Indonesia (2001)
dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 menambahkan bahwa auditor tidak bertanggung jawab terhadap laporan keuangan, tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat atas laporan keuangan. commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah, mereka tidak boleh menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa auditor eksternal (BPK) menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Messier (2005) mendukung pernyataan auditor pemerintah (BPK) bahwa auditor menggunakan pendekatan sampel untuk memeriksa transaksi. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut terlihat pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit tidak dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap.
Perbedaan persepsi tersebut disebabkan
kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, laporan keuangan pelaksanaan APBD commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK diselesaikan
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah, sehingga laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit tidak dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali. Mean rank anggota DPRD pada pernyataan nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva tersebut lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah lainnya, sedangkan auditor BPK lebih tinggi (Tabel 21). Auditor pemerintah (BPK) berpendapat bahwa nilai aktiva yang terdapat dalam neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnya/nilai pasar aktiva, sedangkan responden dari anggota DPRD tingkat keyakinannya terhadap pernyataan tersebut lebih rendah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Perbedaan persepsi tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (anggota DPRD). Pendapat mengenai aktiva tetap ditegaskan oleh Bastian (2007) yang menyatakan bahwa aktiva tetap dilaporkan di neraca pada harga pokok atau nilai pasar yang paling tepat. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit tidak harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Bastian (2007) menyatakan bahwa audit kinerja merupakan pelengkap audit keuangan dan kepatuhan. Hasil audit harus disampaikan dalam bentuk laporan audit kepada manajemen. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP/134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik menegaskan bahwa laporan tahunan harus memuat penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan perusahaan. Keputusan tersebut tidak menekankan ketentuan untuk
memuat laporan kinerja non keuangan yang telah diaudit dalam laporan tahunan. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa auditor eksternal (BPK) harus menyelesaikan penugasan audit dengan menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap.
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 310 menyatakan bahwa auditor dapat membuat pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern jika diperlukan dan membuat pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu. Pandangan auditor pemerintah (BPK) mengenai pernyataan auditor eksternal
(BPK)
harus
menyelesaikan
penugasan
audit
dengan
menggunakan/melihat hasil kerja auditor lain dan para ahli berpedoman pada Standar Auditing Seksi 315 yang menegaskan perlunya permintaan keterangan kepada auditor pendahulu.
Review yang dilakukan oleh auditor pengganti
terhadap kertas kerja auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan konsistensi prinsip akuntansi. Mean rank auditor pemerintah (BPK) pada pernyataan pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (Tabel 21). Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah (BPK) bahwa pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah tidak dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Pendapat dari auditor BPK berdasarkan pada fakta yang ditegaskan Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 bahwa auditor berperan commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terhadap indikator dalam variabelvariabel penelitian terlihat bahwa kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menyebabkan eksistensi audit expectation gap. Kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah ditunjukkan pada sedikitnya responden yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi, pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di bidang auditing, frekuensi membaca/menggunakan laporan hasil audit dan kurangnya memahami istilah-istilah dalam audit yang ditunjukkan dalam terminologi umum. Expectation auditor pemerintah (BPK) yang lebih rendah pada variabel peran auditor dan pengetahuan audit disebabkan adanya pengalaman dan pendidikan yang memadai di bidang audit sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang memadai. Masyarakat pembayar pajak daerah dan anggota DPRD rata-rata memiliki mean rank yang tertinggi di antara pengguna laporan keuangan pemerintah daerah lainnya.
Mean rank yang tinggi disebabkan
kurangnya pengetahuan dari masyarakat pembayar pajak daerah dan anggota DPRD yang bisa dilihat dari tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di bidang auditing, commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
frekuensi membaca/menggunakan laporan hasil audit, dan kurangnya memahami istilah-istilah dalam audit yang ditunjukkan dalam terminologi umum. Pentingnya pengetahuan dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah ditegaskan oleh Koh dan Woo (1998) yang menyatakan bahwa pengetahuan dari pengguna laporan keuangan mempengaruhi besarnya audit expectation gap. Pengguna laporan keuangan yang lebih berpengetahuan menempatkan tanggung jawab yang lebih rendah dibandingkan pengguna laporan keuangan yang kurang berpengetahuan, mengindikasikan bahwa gap yang lebih besar muncul di antara auditor dan pengguna laporan keuangan yang kurang berpengalaman.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD, pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran auditor. Hasil pengujian terhadap hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD, pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi independensi auditor. Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD, pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi pengetahuan audit. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terhadap indikator dalam variabelvariabel penelitian terlihat bahwa kurangnya pengetahuan audit dari pengguna commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laporan keuangan pemerintah daerah menyebabkan eksistensi audit expectation gap.
B. Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan yang dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survei sehingga peneliti tidak bisa mengontrol jawaban responden. Karena bisa saja responden tidak jujur dalam menjawab pernyataan yang diajukan. Ruang lingkup penelitian ini masih terbatas, yaitu hanya di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Penelitian ini hanya menggunakan responden pengguna laporan keuangan dari kelompok anggota DPRD, pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah, sementara masih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang bisa digunakan sebagai responden.
C. Saran
Berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran untuk perbaikan penelitian selanjutnya.
Saran yang dimaksud adalah
perluasan area penelitian sehingga penelitian dapat digeneralisasi di seluruh Indonesia. Jumlah kelompok responden pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebaiknya ditambah sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih baik.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka masih terdapat audit expectation gap di antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Audit expectation gap dapat dikurangi dengan
meningkatkan pengetahuan audit pada pengguna laporan keuangan pemerintah daerah, untuk itu diperlukan peran aktif dari pemerintah daerah.
D. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap pengauditan berpengaruh terhadap audit expectation gap antara auditor pemerintah (BPK) dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini terlepas dari keterbatasannya diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah dan auditor pemerintah (BPK) untuk menurunkan audit expectation gap di sektor publik. Pemerintah daerah dapat menurunkan audit expectation gap di sektor publik dengan cara meningkatkan pemahaman atas pengauditan terhadap pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Peningkatan pemahaman terhadap
pengauditan dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan audit terhadap pengguna laporan keuangan daerah. Pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap besarnya audit expectation gap di sektor publik.
Auditor pemerintah (BPK) dapat mengurangi audit
expectation gap di sektor publik dengan cara meningkatkan kualitas audit dan efektivitas audit.
commit to user