JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
ISSN : 2301-4474
ANALISA PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DAN PORTLAND CEMEN TYPE I (PC 1) Widiawati Purba, ST, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Putra IndonesiaYPTK Padang e-mail :
[email protected] Abstrack - Concrete consists of materialss mixtures for example sand,fine aggregate, coarse aggregate or other materials, by adding a few glue cement and water. There is a demand to produce a strong and high age concetre, exam construction development and environment condition. Based on this condition, cement industry produce a various type os cement; PC I, II, III, IV, V, and PCC ( Portland Composite Cement). Therefore writer do a research entitle " Comparison Of Strength Depress Concrete Use Portland Composite Cement ( PCC) And of Portland Cement Type I ( PCI) ". The aim of this final task is to know the comparison of the compressive strength between PC I with PCC. In order to compare the compressive strength between PCC with PCI at fresh concrete and hardened concrete. Slump test was given at fresh concrete. After hard concrete test compressive strengh of sample cylinder ( 10 x 20) and with is same treatment condition or treatment at concrete age 7, 28, and 56 day. At sample cylinder (15 x 30) do examination of ME at age 28 day and also split tensile strength test at age 28 day. Keyword : Concrete Consists, PCC, PC 1
1.
PENDAHULUAN
Beton merupakan campuran bahanbahan agregat kasar dan halus yaitu berupa pasir, batu, batu pecah atau bahan lainnya, dengan menambah sedikit perekat semen dan air serta di dalamnya terdapat rongga udara. Baru sekitar abad 18 semen Portland ditemukan oleh Joseph Aspidin pada tahun 1824 yang merupakan terobosan besar dan kemajuan dalam penggunaan beton untuk berbagai konstruksi. Selanjutnya saat ini kita mengenal adanya beton bertulang untuk penggunaan beton yang lebih luas. Tuntutan kemajuan konstruksi, kondisi lingkungan mendorong semua orang berinovasi agar struktur yang dihasilkan kuat dan berumur panjang. Hal tersebut juga mendorong industri semen untuk memproduksi semen berbagai type seperti type I, II, III, IV, dan V. Diluar semen type I semen-semen ini harus disiap kan dan diproduksi secara khusus sehingga harganya relatif mahal. Dan satu lagi produksi industri semen yaitu PCC (Portland Composite Cement), yaitu jenis semen varian baru yang mempunyai kualitas yang lebih baik, ramah lingkungan dan mempunyai harga yang lebih ekonomis. Komposisi bahan baku PCC adalah clinker, gypsum dan zat tanbahan (additive). Bahan additive yang digunakan yaitu batu Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
kapur (lime stone), abu terbang (fly ash) dan trass. PCC menggunakan tambahan zat additive fly ash dan trass dimana terdapat senyawa SiO2 yang dapat meningkatkan kuat tekan. Selain adanya zat additive fly ash dan trass, pada PCC ditambahkan pula lime stone yang berfungsi meningkatkan kuat tekan beton. Hal ini terjadi karena lime stone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai kehalusan tersebut, lime stone dapat menutup rongga-rongga yang terdapat di dalam semen sehingga bisa meningkatkan kuat tekan. 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Beton Beton adalah suatu material yang mempunyai sifat seperti batu yang didapat dengan cara mencampur semen, pasir dan batu pecah (kerikil) atau bahan lainnya serta air dengan perbandingan tertentu. Adukan beton akan mengeras dalam bentuk dan ukuran dari konstruksi yang diinginkan. Material Pembentuk Beton 1. Portland Cement (PC) Semen adalah suatu hasil produksi yang dibuat dipabrik semen, digunakan sebagai bahan pengikat dan dipakai bersamasama dengan agregat kasar (batu pecah/kerikil), agregat halus (pasir) dan air, 47
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
Semen Portland adalah semen hidrolis yang terbuat dari penghancuran klinker yang pada dasarnya terdiri dari kalsium silikat yang hidrolis dan biasanya mengandung satu atau lebih kalsium sulfat (gypsum) sebagai bahan tambahan. Fungsi utama semen adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak atau padat pada beton serta mengisi rongga-rongga diantara butiran. Disamping itu semen merupakan pengikat hidrolis, yaitu bahan yang menjadi keras setelah bersenyawa dengan air. Kandungan utama Portland Cement adalah kapur, silika, dan alumina. Ketiga bahan utama tersebut dicampur dan dibakar pada suhu 1400°C menjadi klinker. Klinker tersebut dikeluarkan, didinginkan kemudian dihaluskan sampai menjadi bubuk. Biasanya ditambahkan gipsum atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2-4% sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan tambahan lain kadangkadang dicampurkan untuk membentuk semen khusus, misalnya kalsium khlorida ditambahkan untuk menjadikan semen yang cepat mengeras. Macam-macam semen portland : a. Type I (Semen Normal) Semen biasa yang digunakan untuk pembuatan beton bagi konstruksi beton yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat lingkungan yang mengandung bahanbahan sulfat dan perbedaan temperatur yang ekstrim. Pemakaian semen tipe ini umumnya untuk konstruksi beton pada bangunan seperti : jalan, bangunan beton bertulang, jembatan, tangki, waduk dan lain-lain. b. Type II (Semen Moderat) Semen ini digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan, seperti sistem drainase dengan kadar konsentrat yang tinggi di dalam tanah. c. Type III (Semen Kuat Awal Tinggi) Tipe ini adalah semen dengan waktu perkerasan yang cepat (High Early Strength Portland Cement). Umumnya waktu perkerasannya kurang dari seminggu. Digunakan pada struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera dipakai. d. Type IV (Semen Panas Rendah) Semen ini adalah semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan pada struktur-struktur dam, bangunanbangunan masif, dimana panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi kebutuhan beton.
Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
e.
ISSN : 2301-4474
Type V (Semen Tahan Sulfat) Semen jenis ini digunakan untuk penangkal sulfat, digunakan untuk beton yang lingkungannya mengandung sulfat terutam pada tanah atau air tanah dengan kadar sulfat tinggi.
2. Portland Pozzolan Cement (PPC) Portland Pozzolan Cement (PPC) adalah semen hidrolis yang diproduksi dengan menggiling klinker semen portland, gypsum dan bahan pozzolan secara bersama-sama. Bahan pozzolan berupa fly ash dan campuran bahan lainnya. PPC cocok untuk adukan beton tahan sulfat dan panas hidrasi sedang. a. Portland Composite Cement (PCC) Semen PCC cocok untuk bahan pengikat dan direkomendasikan untuk penggunaan keperluan konstruksi umum dan bahan bangunan sesuai persyaratan SNI 157064-2004 yang ditetapkan pada bulan Desember 2004 oleh Badan Sertifikasi Nasional (BSN) . Keunggulan PCC adalah : 1. Pengerjaan dapat menjadi lebih mudah 2. Suhu baton lebih rendah sehingga tidak mudah retak 3. Beton lebih kedap air Lebih tahan terhadap sulfat 4. Mempunyai kekakuan tinggi dan lebih tahan lama. Komposisi bahan baku PCC adalah klinker, gypsum, dan zat tambahan (additive). Bahan additive yang digunakan yaitu batu kapur (lime stone), abu terbang (fly ash) dan trass. PCC menggunakan tambahan zat additive fly ash dan trass dimana terdapat senyawa SiO2 yang dapat meningkatkan kuat tekan. Selain adanya zat additive fly ash dan trass, pada PCC ditambahkan pula lime stone yang berfungsi meningkatkan kuat tekan beton. Hal ini terjadi karena lime stone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai kehalusan tersebut, lime stone dapat menutup rongga-romgga yang terdapat di dalam semen sehingga bisa meningkatkan kuat tekan.
Agregat Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh perekat semen. Agregat terbagi atas agregat halus dan kasar. Umumnya penggunaan agregat dalam adukan beton mencapai 70%75% dari seluruh volume massa beton. Untuk membentuk massa padat diperlukan diperlukan susunan gradasi butiran agregat yang baik. Disamping bahan agregat harus mempunyai cukup kekerasan, sifat kekal, 49
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
tidak bersifat reaktif terhadap alkali dan tidak mengandung bagian-bagian kecil (< 70 micron) atau lumpur. Berdasarkan pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi. Pembagian agregat secara umum : a. Agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt) b. Agregat halus (puing-batu, terak-lahar, serbuk-batu/bims) c. Agregat kasar (bariet, bijih-besi magnetit dan limoniet) Spesifikasi serta metoda pemeriksaan agregat halus dan kasar mengacu pada standar ASTM seperti berikut : a. Pemeriksaan Agregat Halus 1. ASTM C 136-93 untuk pengetesan gradasi dan ASTM C 33-93 untuk spesifikasinya. 2. ASTM C 128-93 untuk pemeriksaan specific grafity dan absorbsi. 3. ASTM C 33-92aE 11 BS 822 untuk pemeriksaan modulus kehalusan. 4. ASTM C29/29 M-19a untuk pemeriksaan unit weight. b. Pemeriksaan Agregat Kasar 1. ASTM C 136-93 untuk metoda pengetesan gradasi. 2. ASTM C127-01 untuk pemeriksaan specific grafity dan absorbsi. 3. ASTM C 566-97 (2004) untuk pemeriksaan kadar air. 4. ASTM C 29/29 M-91a untuk pemeriksaan unit weight.
Air Air sebagai bahan dasar pembentuk beton, air merupakan bahan dasar yang juga dapat menentukan mutu beton selain agregat dan semen. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butiran-butiran agregat kasar agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter 2. Tidak mengandung garam-garam yang merusak beton (asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter 3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter 4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter 5. Keasaman (pH) tidak boleh >6, juga tidak boleh terlalu sedikit mengandung kapur
Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
ISSN : 2301-4474
Pengujian Beton Segar 1. Pengujian slump Faktor yang sering diperhatikan dalam pelaksanan pengecoran beton adalah tingkat kemudahan pengecoran beton basah yanng dapat dilihat dari ukuran kekenyalan adukan beton (slump). Dapat diartikan bahwa adukan beton dengan slump yang relatif besar akan lebih kenyal sehingga proses pengecoran akan lebih mudah. Sifat kenyal dari adukan beton berhubungan langsung dengan jumlah air yang digunakan. Dengan demikian nilai slump untuk tiap-tiap pencampuran beton merupakan parameter dari jumlah air adukan . 2.Perawatan Beton (curing) Perawatan beton (curing) dilakukan untuk menstabilkan suhu beton sehingga proses hidrasi yang terjadi berjalan baik sampai tercapainya kekuatan rencana. Curing dapat dilakukan dengan membasahi beton dengan air tawar atau dengan membuat lingkungan beton lembab sehingga air dalam beton tidak menguap berlebihan. Pada penelitian ini benda uji direndam dalam water bath sebelum dilakukan pengujian kekuatan. 3. Pengujian Beton Keras a. Pengujian Kuat Tekan Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc´ pada saat beton telah mencapai umur 28 hari. Nilai kuat tekan beton didapat dari standar pengujian ASTM C39/C 39 M-05. Uji tekan ini dilakukan dengan mesin kuat tekan merk MORI buatan Tokyo-Jepang. Pemberian beban tekan dilakukan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 10 cm, tinggi 20 cm). Beban yang diberikan akan dipikul rata oleh penampang sehingga memberikan tegangan sebesar fc =
P A
Dimana : ƒc = Kuat tekan benda uji (silinder) beton, MPa P = Besar beban maksimum, N A = Luas penampang benda uji, mm2 Pengujian kuat tekan ini dilakukan pada silinder beton umur 7, 28, 56, dan 91 hari. b.Pengujian Kuat Tarik (Belah) Pemeriksaan kuat tarik beton yang dilaksanakan adalah dengan metoda kuat tarik belah atau tensile test yaitu dengan pembelahan silinder oleh desakan kearah diameternya. Mesin yang digunakan sama 50
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
dengan tes tekan tapi disini ditambahkan batangan agar dapat membagi beban merata pada panjang silinder. Pengujian kuat tarik dilakukan pada silinder beton umur 28 hari. Tegangan tarik yang timbul sewaktu benda uji terbelah disebut sebagai split cilinder strength, diperhitungkan sebagai berikut : ft =
2 .P .L.D
Dimana : ƒt = Kuat Tarik belah, N/mm2 P = Beban pada waktu belah, N L = Panjang benda uji silinder, cm D = Diameter benda uji silinder, cm c.Pengujian Modulus Elastisitas (ME) Pengujian dilakukan berdasarkan American Standard Test Method ASTM C. 469. Alat yang digunakan adalah alat tes tekan yang dilengkapi dengan Compressometer / Extensometer silinder beton. Unit Extensometer dipasang pada silinder yang telah dicapping dengan melonggarkan semua sekrup datum pada kesatuan unit sehingga cincin-cincin mengelilingi silinder. Posisi alat simetris pada kedua ujung silinder. Setelah posisi diatur, putar sekrup datum sehingga memegang silinder. Pengujian ME ini dilakukan pada silinder beton umur 28 hari. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung modulus elastisitas beton adalah : E=
S S 2
Test Slump Tabel Nilai Slump Beton untuk (W/C 0,46) Tipe Semen Nilai Slump (cm) PCC 9,7 PC 1 14 Pada tabel diatas didapat nilai slump kedua tipe semen yaitu semen PCC dengan nilai slump 9,7 cm dan semen PC 1 dengan nilai slump 14 cm. Nilai slump yang didapat dari semen PCC lebih kecil dibandingkan nilai slump semen PC 1, karena seman PCC mengandung bahan additive sepeti abu terbang (fly ash), batu kapur (lime stone) dan trass sehingga dapat menutup rongga-rongga yang terdapat pada semen. Dari nilai slump kedua tipe semen yang didapat sesuai dengan nilai slump rencana yaitu 7,5 – 15 cm. Hasil Pengujian Benda Uji Dengan W/C 0,46 Hasil Pengujian Kuat Tekan
1
2 0,00005
Dimana : S1 = Tekan / tegangan saat regangan 0,00005 S2 = Tekanan / tegangan akhir (40% dari tekanan ultimit) ε 2 = Regangan longitudinal yang disebabkan tekanan S2
3.
ISSN : 2301-4474
ANALISA HASIL
Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
Dari hasil pengujian kuat tekan disamping, antara PCC (W/C 0,46) dan PC 1 (W/C 0,46) didapat kuat tekan rata-rata pada setiap variasi umur yaitu :1.PCC (W/C 0,46) Umur 7 hari : 311,7 kg/cm2 atau 31,17 MPa Umur 28 hari : 407,7 kg/cm2 atau 40,77 MPa Umur 56 hari : 489,2 kg/cm2 atau 48,92 MPa 2. PC 1 (W/C 0,46) Umur 7 hari : 311,5 kg/cm2 atau 31,15 MPa Umur 28 hari : 399,2 kg/cm2 atau 39,92 MPa Umur 56 hari : 477,7 kg/cm2 atau 47,77 MPa
51
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
Hasil Pengujian Kuat Tarik (Belah)
ISSN : 2301-4474
stone) dan trass sehingga dapat menutup rongga-rongga yang terdapat pada semen. Dari nilai slump kedua tipe semen yang didapat sesuai dengan nilai slump rencana yaitu 7,5 – 15 cm.
Dari hasil pengujian kuat tarik (belah) antara PCC (W/C 0,46) dan PC 1 (W/C 0,46) didapat kuat tarik (belah) rata-rata pada umur 28 hari yaitu : A. PCC (W/C 0,46) = 29,25 kg/cm2 atau 2,925 MPa B. PC 1 (W/C 0,46) = 28,2 kg/cm2 atau 2,82 MPa Benda Uji Dengan W/C 0,5 Komposisi Benda Uji
Berdasarkan tabel diatas didapat nilai slump kedua tipe semen yaitu semen PCC dengan nilai slump 8 cm dan semen PC 1 dengan nilai slump 15 cm. Nilai slump yang didapat dari semen PCC lebih kecil dibandingkan nilai slump semen PC 1, karena seman PCC mengandung bahan additive sepeti abu terbang (fly ash), batu kapur (lime Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
Pada tabel pengujian kuat tekan antara PCC (W/C 0,5) dan PC 1 (W/C 0,5) didapat kuat tekan rata-rata pada setiap variasi umur yaitu : 1. PCC (W/C 0,5) Umur 7 hari : 265 kg/cm2 atau 26,5 MPa Umur 28 hari : 383 kg/cm2 atau 38,3 MPa Umur 56 hari : 441,6 kg/cm2 atau 44,16 MPa 2. PC 1 (W/C 0,5) Umur 7 hari : 257,3 kg/cm2 atau 25,73 MPa Umur 28 hari : 383 kg/cm2 atau 38,3 MPa Umur 56 hari : 413,2 kg/cm2 atau 41,32 MPa Pada hasil pengujian kuat tekan ini terjadi peningkatan kuat tekan pada setiap variasi umur. Dan pada umur 28 hari kuat tekan ratarata yang didapat PCC (W/C 0,5) adalah 383 kg/cm2 atau 38,3 MPa sedangkan PC 1 (W/C 0,5) adalah 383 kg/cm2 atau 38,3 MPa. Kuat 52
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
tekan kedua tipe semen tersebut melebihi dari kuat tekan yang direncanakan yaitu K 350. Berdasarkan pengujian tekan umur 28 hari kedua tipe semen didapat kuat tekan rata-rata PCC (W/C 0,5) sama kuat tekan ratarata PC 1 (W/C 0,5).
ISSN : 2301-4474
Tabel Dan Grafik Seluruh Hasil Pengujian Kuat Tekan
Tabel Kuat Tekan
Jika dilihat dari hasil pengujian kuat tarik (belah) antara PCC (W/C 0,5) dan PC 1 (W/C 0,5) didapat kuat tarik (belah) rata-rata pada umur 28 hari yaitu : C. PCC (W/C 0,5) = 28,7 kg/cm2 atau 2,87 MPa D. PC 1 (W/C 0,5) = 28 kg/cm2 atau 2,8 MPa Dan terlihat juga bahwa kuat tarik (belah) PCC (W/C 0,5) lebih besar dibandingkan dengan PC 1 (W/C 0,5). Ini disebabkan PCC mengandung komposisi bahan baku clinker, gypsum dan zat tanbahan (additive). Bahan additive yang digunakan yaitu batu kapur (lime stone), abu terbang (fly ash) dan trass. Pada zat additive fly ash dan trass terdapat senyawa SiO2 yang dapat meningkatkan kuat tekan. Selain adanya zat additive fly ash dan trass, pada PCC ditambahkan pula lime stone yang berfungsi meningkatkan kuat tekan beton. Hal ini terjadi karena lime stone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai kehalusan tersebut, lime stone dapat menutup rongga-rongga yang terdapat di dalam semen sehingga bisa meningkatkan kuat tekan.
Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
Gambar Grafik Kuat Tekan Beton Pada grafik kuat tekan di atas didapat kuat tekan PCC (W/C 0,46) lebih besar dibandingkan dengan PC 1 (W/C 0,46) dan PCC (W/C 0,5) juga lebih besar dibandingkan dengan PC 1 (W/C 0,5). Ini disebabkan PCC mengandung bahan additive yaitu batu kapur (lime stone), abu terbang (fly ash) dan trass. tambahan zat additive fly ash dan trass dimana terdapat senyawa SiO2 yang dapat meningkatkan kuat tekan. Selain adanya zat additive fly ash dan trass, pada PCC ditambahkan pula lime stone yang berfungsi meningkatkan kuat tekan beton. Dapat dilihat juga kuat tekan PCC dengan W/C 0,46 lebih besar dibandingkan PCC dengan W/C 0,5. Ini disebab oleh faktor air semen 0,46 lebih kecil dari faktor air semen 0,5. Faktor air semen sangat mempengaruhi kuat tekan pada beton. Semakin kecil W/C ratio yang terkandung pada beton, maka kuat tekan pada beton semakin tinggi.
53
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
Kuat Tarik (Belah)
4.
ISSN : 2301-4474
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang perbandingan kuat tekan beton menggunakan Portland Composite Cement (PCC) dan Portland Cement Type I (PCI) dengan syarat dan pengujian material yang telah di bahas pada bab-bab sebelumnya, maka didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Kuat tekan beton pada variasi umur 7 hari, 28 hari, 56 hari :
Gambar Grafik Kuat Tarik (Belah) Beton Umur 28 Hari 2. Kuat tarik (belah) beton umur 28 hari : Berdasarkan grafik kuat tarik (belah) di atas didapat kuat tarik (belah) PCC (W/C 0,46) lebih besar dibandingkan dengan PC 1 (W/C 0,46) dan PCC (W/C 0,5) juga lebih besar dibandingkan dengan PC 1 (W/C 0,5). Ini disebabkan PCC mengandung bahan additive yaitu batu kapur (lime stone), abu terbang (fly ash) dan trass. tambahan zat additive fly ash dan trass dimana terdapat senyawa SiO2 yang dapat meningkatkan kuat tekan. Selain adanya zat additive fly ash dan trass, pada PCC ditambahkan pula lime stone yang berfungsi meningkatkan kuat tekan beton. Hal ini terjadi karena lime stone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai kehalusan tersebut, lime stone dapat menutup rongga-rongga yang terdapat di dalam semen sehingga bisa meningkatkan kuat tekan. Dapat dilihat juga kuat tarik (belah) PCC dengan W/C 0,46 lebih besar dibandingkan PCC dengan W/C 0,5. Ini disebab oleh faktor air semen 0,46 lebih kecil dari faktor air semen 0,5. Faktor air semen sangat mempengaruhi kuat tekan pada beton. Semakin kecil W/C ratio yang terkandung pada beton, maka kuat tekan pada beton semakin tinggi.
Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
5.
Dari hasil pengujian yang telah dijabarkan di atas penggunaan PCC lebih dapat meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik (belah) beton karena PCC menggunakan zat tambahan batu kapur (lime stone), abu terbang (fly ash) dan trass. Pada zat additive fly ash dan trass terdapat senyawa SiO2 yang dapat meningkatkan kuat tekan. Selain adanya zat additive fly ash dan trass, pada PCC ditambahkan pula lime stone yang berfungsi meningkatkan kuat tekan beton. Hal ini terjadi karena lime stone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai kehalusan tersebut, lime stone dapat menutup rongga-rongga yang terdapat di dalam semen sehingga bisa meningkatkan kuat tekan.
54
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 2, Desember 2014
ISSN : 2301-4474
DAFTAR PUSTAKA ACI, “ Material and General Properties of Concrete “, ACI Manual of Concrete Practice, Part I, Detroit, 1995 Julian Bagus Hariawan (2007), Tugas Akkhir, Manajemen Konstruksi Pada ProyekPembangunan UKM Jakarta City Centre, Jakarta. Kumpulan Penelitian Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas dan Departemen Litbang Teknik, PT. Semen Padang
Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton . . .
L. J. Murduk, K. M. Btook, Pengantar Bahan dan Praktek Beton, Erlangga ; Jakarta, 1986 Mulyono, Ir.,Tri, MT. 2004. Beton, Yogyakarta : Andi
Teknologi
Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi , Laboratorium LMS Teknik Sipil Universitas Andalas Sugono. S. Kh. Ir, Buku Teknik Sipil, Nova, 1984
55